BATTLE
OF REALMS 4: AFTERLIFE
“The
God’s Will Power”
Written by Glen Tripollo (Field Cat)
Written by Glen Tripollo (Field Cat)
---
Pintu raksasa di
belakang Nolan kembali terbuka. Sesosok Hvyt dengan corak garis-garis hitam
dengan pola berbeda dari yang biasa dilihat bersama dengan Thurqk pun masuk ke
dalam ruangan dengan langkah yang lebar-lebar.
“Ada apa?” tanya
Nolan sebal. Hvyt memandang Nolan dengan ekspresi datar.
“Pesan dari Dewa.
Kirimkan gambar langsung di halaman kastil Devasche Vadhi ke tempat penampungan
Jagatha Vadhi dan Cachani Vadhi,” kata Hvyt kaku.
Nolan membetulkan
posisi kacamatanya yang retak seraya menghela napas. “Apa lagi yang hendak
orang gila itu lakukan.”
“Dewa melarangku
untuk melukai Anda. Sekalipun aku ingin sekali melukaimu atas perkataan kasarmu
kepadanya,” ujar Hvyt.
“Oh, ya? Kenapa tidak
kaulanggar saja perintahnya dan bunuh aku sekarang?”
“Tidak bisa. Aku
memang tidak boleh melakukannya. Tapi, Dewa juga berpesan bila Anda bersikeras,
aku akan turun ke dunia dan membunuh sanak saudara Anda.”
“Sialan!” kata Nolan
dalam hati, namun segera mengucapkan kata-kata sakti dalam bahasa Arab ketika
menyadari perkataan kasarnya. Nolan menatap monitor raksasa di depannya,
kemudian menekan salah satu tombol pada keyboard.
Sekejap monitor
raksasa itu menampilkan keadaan di halaman Devasche Vadhi. “Kadang-kadang aku
berpikir. Kalian itu terbuat dari apa. Tak kusangka aku bisa mengoneksikan
jaringan ke masing-masing kalian dengan IP Address dan mengubah fungsi mata
menjadi kamera.”
“Itu adalah kemampuan
yang dimiliki Dewa Thurqk. Dia berkehendak dan bisa menciptakan apa pun yang
dia inginkan,” jelas Hvyt.
“Kalau memang begitu.
Kenapa dia membutuhkan aku untuk melakukan semua ini?” tanya Nolan lebih kepada
pikirannya sendiri. Jemarinya dengan cekatan menekan-nekan tombol pada keyboard.
Tampilan monitor terbelah oleh dua gambar digital yang lebih kecil dari gambar
utama. Masing-masing menayangkan keadaan di Jagatha dan Cachani Vadhi.
“Dewa tidak mengerti
teknologi,” kata Hvyt.
“Apa?” Nolan
tersentak kaget. “Oh, kurasa masuk akal. Berhubung dia terus mengakui sebagai
pencipta otak cerdas, tapi bukan dia yang menciptakan teknologi. Tipe
pintar-pintar bodoh.”
Terdengar suara Hvyt
yang menggeram seolah mulai kehabisan sabar.
“Katakan padanya,
seluruh kejadian sudah berhasil ditayangkan ke tempat penampungan,” kata Nolan
akhirnya. Hvyt menghela napas menahan emosi, mengangguk tegas, dan kemudian
mundur perlahan meninggalkan ruangan.
Nolan menatap monitornya
dan memandang lekat-lekat pada sosok Thurqk yang berjalan di halaman Devasche
Vadhi. Suatu hal yang tak biasa melihatnya berjalan keluar kastil. Namun,
kamera bergerak menyorot ke langit merah Nanthara. Kurang lebih sebelas Hvyt
datang dengan cepat dan mendarat mulus di hadapan Thurqk. Masing-masing mereka
membawa peserta pertarungan, para makhluk yang dulunya hidup di dunia dan kini
hanya menjadi sekedar boneka bagi Thurqk.
Keringat mengalir
dari pori-pori di kening Nolan. Tangannya mengepal kuat. “Sebelas orang …
mereka sebelas orang yang dimaksud Thurqk telah membuatnya kecewa.”
Nolan memukul meja
kerjanya sekuat tenaga dan kembali mengucapkan kata-kata saktinya. “Apa … apa
yang akan dilakukan Thurqk kepada mereka?!”
Dilihatnya Thurqk
menatap ke arah kamera, pandangannya tajam mengarah pada Nolan yang sedang
menyaksikannya. Sesaat kemudian senyuman jahat tergambar jelas di wajahnya.
Nolan membetulkan kacamatanya dengan gugup.
“Saksikanlah, wahai
makhlukku!” suara Thurqk menggelegar. Rambut panjangnya berayun terkena
hembusan angin, kedua tangannya membentang menunjukkan kebanggaan dirinya yang
luar biasa. Kebanggaan dirinya sebagai sang pencipta, “di sini, Devasche Vadhi,
aku akan memberikan peringatan nyata kepada kalian semua yang menyaksikannya.”
Nolan menelan ludah.
Dengan satu ayunan
tangan Thurqk, para Hvyt mengangguk dan melepaskan para makhluk yang masing-masing
mereka bawa. Sebelas orang yang telah dipilih oleh Thurqk untuk menghadap.
“Nah, sekarang,
berlututlah kalian di hadapanku! Sembah aku! Buktikan loyalitasmu sebagai
makhluk ciptaanku!”
Kulit merah Thurqk
terlihat menyala. Menunjukkan emosi yang saat ini sedang dirasakannya terhadap
kesebelas orang yang ada di hadapannya.
“Aku tidak akan pernah
mau menyembahmu! Kau bukanlah dewaku!” bentak seorang pria muda yang memakai
slayer hitam untuk menutupi setengah bagian wajahnya. Tato bergambar revolver
terlihat jelas di dada kanannya.
“Alvin Dzekov …,”
gumam Thurqk dengan nada lembut yang sangat dibuat-buat. “kemarilah, Nak!”
“Tidak mau!”
“Hoo, tak ada yang
bisa menolak perintahku,” senyum Thurqk seraya menggerakan jari telunjuknya.
Alvin pun melayang-layang di udara.
“Le-lepaskan aku,
Keparat!”
“Berhentilah bicara
kotor, anak muda!”
“Uaaaaaaarrrgghhh!!!!!
Uummphh!!” terdengar bunyi-bunyian menjijikan seperti daging yang terlepas dari
tulangnya. Air mata kesakitan mengalir deras dari kedua rongga matanya. Slayer
yang dikenakannya terhempas, sekaligus juga dengan mulutnya.
“Kau tidak
membutuhkan mulut,” kata Thurqk datar. “Ada lagi yang berani menentang—“
Belum selesai Thurqk
menyelesaikan perkataannya, seorang perempuan berambut putih berlari menerjang
Thurqk dengan sebilah katana di genggamannya.
Thurqk melempar Alvin
ke tanah, membiarkannya menggelepar kesakitan. Sementara ia bergeming saat
perempuan itu berhasil menghujamkan katananya ke tubuh merah Thurqk.
Nolan yang menatap
kejadian itu terbelalak dan beranjak bangkit dari tempat duduknya.
“Hahahahaha …,” tawa
Thurqk. “Celestia Hang. Begitu berani.”
“Kyaaaaaaaahhh!!!”
teriak Cel saat menyadari kedua tangannya sudah tak ada.
“Katanamu, hanya cocok
untuk memenggal kepala ayam,” bisik Thurqk.
Sesuatu bergolak di
dalam perut Nolan, membuatnya ingin muntah. “Ku-kurang ajar, Thurqk …!”
Jemari Nolan bergetar
hebat di atas ssalah satu tombol keyboard, hendak menghentikan tayangan
langsung itu. Namun sesuatu yang lebih besar menahan dirinya melakukan itu.
Nolan menatap monitor
yang lebih kecil, yang menampakkan keadaan di Jagatha Vadhi dan juga Cachani
Vadhi. Semua orang terbelalak tak percaya dengan apa yang mereka saksikan.
“Aku ingin
memusnahkan kalian, tapi aku juga merasa sayang,” kata Thurqk lagi. “Kalian
makhluk ciptaanku yang terburuk. Tidak mampu memberiku hiburan yang cukup!”
Salah seorang
perempuan berambut coklat bangkit berdiri. Dia adalah Cherilya Janette. Diikuti
oleh yang lainnya. Volatile membetulkan kacamatanya dengan tangan gemetar. Quin
Sigra menatap Thurqk dengan galak dari balik topengnya. Anette dan Marion
bersiaga. Bola-bola hitam melayang-layang di udara bebas.
“Hoo, kalian semua
sepakat untuk menentangku?” tanya Thurqk tanpa ekspresi.
Kolator berjalan
dengan gagah ke barisan depan. Hvyt bersiaga hendak menyerangnya. Namun, Thurqk
memberikan isyarat untuk diam di tempat mereka. Tak mau kalah, Scarlet pun
berdiri di samping Kolator, lengkap dengan chain axe di tangannya.
Thurqk menghela napas
kecewa.
“Sungguh menyedihkan.
Menciptakan makhluk gagal tak tahu diri seperti kalian. Aku yang memberimu
kehidupan, tapi apa yang kudapat? Kalian menyangsikan kebenaran bahwa akulah
TUHAN!”
Suara membahana
Thurqk tidak lagi membuat mereka mundur.
Nolan menelan ludah,
penasaran dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Tentu saja dia berharap
salah satu dari mereka mampu mengalahkan Thurqk dan memberinya pelajaran. Harus
ada yang membuktikan bahwa Thurqk bukanlah dewa yang sebenarnya.
“Bila satu orang saja
mampu membuatnya terluka. Sudah dipastikan, dia bukanlah dewa seperti yang
selama ini dikatakannya,” gumam Nolan dalam hati.
Thurqk menatap galak
kesembilan orang di hadapannya. “Baiklah, perubahan rencana. Tak ada lagi yang
bisa kulakukan, kalian hanya akan membuatku tambah bosan.”
Kolator dan Scarlet
menyerang Thurqk secara bersamaan. Di belakang mereka Marion melancarkan serangan
menggunakan bola-bola hitamnya yang mendadak berubah menjadi sebilah pedang dan
tameng kokoh. Cherilya dan Volatile pun tak mau kalah. Disusul Andhika bersama
dengan harimau merahnya.
Thurqk bergeming
seraya berkata, “Musnahlah. Kalian tak ada gunanya.”
Sedetik kemudian, ledakan
pun terjadi. Semua orang yang menyerang Thurqk hancur berkeping-keping,
membuyarkan isi perut dan tulang-tulang, membentuk serpihan yang bercampur
dengan hujan darah.
“Biar kalian tahu,
hukumannya bila berani menentang dewa,” kata Thurqk datar seraya menyeka
percikan darah merah yang membasahi sebagian wajahnya.
Cel mundur perlahan
hanya dengan menggunakan kedua kakinya yang tersisa. “Ja-ja-jangan!”
Thurqk mengarahkan
telunjuknya ke kepala Cel, sedetik kemudian kepala itu meledak.
“Aaaaaaaaaaaaaahhhh!!!”
teriak Nolan. Matanya membelalak ngeri. “A-a-apa-apaan itu?” gejolak aneh
muncul di dalam diri Nolan, membuat kedua lututnya mendadak lemas. “Tidak!
Tidak! Tidak mungkin seperti itu! Tidak!”
Alvin merangkak
dengan susah payah mendekati arah gerbang Devasche Vadhi.
“Sudahlah … tak ada
gunanya kau menghindar, Bocah Nakal.”
Sekejap Alvin pun
meledak dan hancur berkeping-keping.
Nolan menjatuhkan
dirinya ke lantai. “Ti … tidak mungkin ….”
“Ini adalah
peringatan bagi kalian semua, wahai makhlukku,” kata Thurqk. “Aku selalu
menepati janjiku, hanya saja, jangan berani kalian menentangku karena
sesungguhnya siksaku sangatlah pedih.”
Nolan memegangi
dadanya dan memejamkan mata, berusaha menguatkan dirinya. “Dia bukan dewa. Dia
bukan Tuhan ….”
“Satu dari kalian.
Ya. Satu dari kalian yang berhasil bertahan hidup dan menghiburku dengan
sungguh-sungguh. Akan kuhadiahkan kehidupan kedua,” Thurqk menutup
perkataannya.
Dengan tangan gemetar
hebat, Nolan mematikan tayangan langsung itu. Meninggalkan ekspresi wajah
tegang dan ketakutan di wajah mereka yang berada di tempat penampungan. Tak ada
pilihan bagi Nolan. Dia harus melakukan apa yang diinginkan oleh Thurqk. Dia
tak bisa membiarkan sanak-saudaranya di dunia mati dibunuh oleh makhluk keji
seperti Thurqk.
Nolan berusaha bangkit
dan kembali duduk di atas kursinya. Menatap monitor sesaat dan kemudian
berkata, “Akses seluruh tempat yang ada di Nanthara Island!”
“Permintaan
sedang diproses.”
***
Share this article:
Tweet |
Kak Glen, YOU!!! >:(
ReplyDeleteJahatnya. :(
ReplyDeleteCherilya never die
DeleteSaya kira saya akan melihat penyiksaan Nandi disini. Tapi lumayan deh ini :3
ReplyDeleteditunggu aksi-aksi sadisnya yang lain
Adegan brutalnya kudu saya tekan sampai batasan tertentu karena khawatir yang baca dari berbagai umur. LOL.
DeleteBahkan ini aja saya masih ragu bisa cukup ditolerir atau nggak sama pembaca awam. >__<)//
Kurang brutal ah :3
DeleteKurang yak? Ya udah jangan salahin saya kalo edisi berikutnya lebih kacau... :))
Deleteand thus, the punishment has been given. should the next torture will be sent or will the survivor succeed to give the god of fool a scar that he never got. No one knows and no one will knows as for every possibilities is controlled by the god of fool, the one who seek entertainment.
ReplyDeletedoes one remain, does one survive?
Njiir, saya mrinding kalau kalah.
Wogh, Thurqk menggila.......
ReplyDeleteSadis........
Tapi gak apa-apa, masih bagus~
Kurang sebenernya, tapi didepan anak kecil... ini... bener-bener mengerikan... Yang tabah ya Elle *PukPukElle
ReplyDeleteTh-Thurqk the Tormentor! DX
ReplyDelete