April 20, 2014

[ROUND 1 - G] NEMAPHILA - PARA PENJAGA HUTAN

[Round 1 - G] Nemaphila
"Para Penjaga Hutan"
Written by Redtailqueen 1550

---

Mentari belum sepenuhnya menyinari Hutan Varidios ketika Nemaphila sampai di sana. Sensasi sejuk, segar, teduh, berembun, damai, dan kerinduan menyelimuti benak wanita berambut benih itu. Namun ini bukan saatnya bersantai, mungkin sebentar lagi para makhluk asing dari alam kematian akan mengacaukan tempat ini. Nema harus segera mengatur rencana untuk melindungi kelestarian hutan kesayanganya itu..

---

Begitu banyak tumbuhan aneh dan serangga unik yang menarik perhatian Cherilya Janette. Bersama kamera kesayanganya, dia tak henti-hentinya mengabadikan setiap momen kesegaran hutan di pagi hari. Tempat ini sedikit mengingatkanya pada kawasan hutan di dekat Desa Valetta, hanya saja tidak terdengar bunyi kendaraan Hybrid dari kejauhan. Kicauan burung dan sahutan monyet hutan mengalihkan pandanganya ke puncak pepohonan tinggi. Samar terlihat pergerakan mereka menyebrangi dahan-dahan, sayangnya Cheril tak bisa menangkap momen itu karena minimnya cahaya.

Mendadak geraman hewan lain mengejutkan gadis berambut pirang itu. Dia menjadi waspada. Sesosok beruang hitam besar merangkak mendekatinya. Segera Cheril menarik salah satu anak panahnya dan membidik hewan liar itu.

"Berhenti! Jangan mendekat!" seru Cheril memperingatkan. Dia ingat ada salah satu peserta di Jagatha Vadhi yang memiliki wujud seperti beruang, meskipun tak sebesar ini. "Aku bilang, berhenti!" sahutnya lagi, ketika tampaknya beruang itu tak mengacuhkanya.

Cheril semakin gugup, dia ragu apakah harus segera melepaskan anak panahnya atau tidak. Dengan kemampuan telekinesisnya, dia menggerakan sebongkah batu di atas kepala beruang itu sebagai tindakan pencegahan.

"Aku peringatkan kau, jangan mendekat!" serunya sekali lagi.

Beruang hitam itu mendengus, dan tiba-tiba berbalik arah menjauhinya. Tingkahnya itu malah membuat Cheril kebingungan. Apakah beruang itu tak ingin bertarung? Atau jangan-jangan beruang itu bukan salah satu peserta yang akan bertarung untuk memperebutkan hadiah kehidupan kembali? Pemahaman itu membuat si gadis pirang merasa sedikit lega, senyuman sinis mengembang di wajahnya. Kemudian dia teringat lagi, bahwa saat ini dia hanya perlu bertarung melawan empat peserta lain. Di antara mereka, ada satu nama yang dikenalnya, Zany..

---

Dengan perasaan waspada Zany Skylark terus mengawasi keadaan di sekitarnya. Dia harus selalu siap kapanpun seseorang atau sesosok makhluk menyerangnya. Pedang pendek telah bersiaga di genggaman tanganya, sementara di sekeliling kepalanya melayang sembilan kamera pengintai mungil hasil perwujudan kemampuan ras Imagyn. Beberapa kali dia berpapasan dengan hewan liar penghuni hutan itu, namun tampaknya mereka tak peduli, atau bahkan tak bisa merasakan keberadaan sosoknya yang asing.

Gadis mungil berambut albino itu sangat menginginkan hadiah kehidupan kembali yang ditawarkan oleh si dewa merah. Dia ingin kembali ke alam kehidupan agar bisa membalas dendam pada kakak angkatnya. Untuk itu dia harus mengalahkan empat lawan di dalam hutan ini, dengan cara yang menarik agar si dewa merah merasa terhibur. Namun dia sedikit ragu, salah satu dari empat lawan itu adalah Cheril, teman barunya. Zany menggelengkan kepalanya dengan keras, menghalau dugaan bahwa teman barunya itu juga akan menyerangnya. Sebaliknya, dia ingin segera menemukan gadis pirang itu dan menawarkan kerjasama.

Kesembilan kamera pengintai imajinasi Zany meredup dan menghilang, gadis itu harus menunggu sepuluh detik sebelum mewujudkan benda imajinasi lainya. Gemerisik dari pohon besar di belakangnya mengacaukan konsentrasinya, secara refleks Zany menebaskan pedangnya pada makhluk apapun yang menimbulkan bunyi itu.

"Oh, hanya tupai," sahut Zany dingin ketika melihat makhluk mungil itu tergeletak bersimbah darah.

Gadis bermata pelangi itu kembali ke sikap waspadanya. Kali ini dia menyimpan pedang pendek dalam tas pinggangnya, kemudian mewujudkan sebuah pistol. Zany melangkah perlahan, masih mengawasi setiap sudut hutan, sambil berusaha mencari Cheril..

---

Sesosok boneka beruang berlari cepat menembus hutan. Makhluk mungil itu terlihat sangat panik, seperti sedang dikejar sesuatu yang mengerikan. Namun rupanya Ursario berlari bukan karena takut pada sesuatu, melainkan karena dia sedang diserang sakit perut yang parah.

"Buaarrraaaaawaaaaa!! Air!! Air!! Aku butuh aaiiirrrrr!!" teriaknya sambil melompat menghindari bebatuan dan akar pepohonan.

Untungnya tak jauh di depan dia segera menemukan sebuah danau yang cukup luas. Boneka beruang itu langsung melompat jauh dan menceburkan dirinya, meneguk sebanyak mungkin air untuk meredakan rasa perih di perut dan kerongkonganya.

"Buraaa!! Sial, aku lengah!! Padahal aroma buah pelangi itu sangat manis, rasanya juga manis, tapi malah bikin sakit perut!! Jangan-jangan buah itu juga berasal dari si Luxa Demony sialaaan!!" teriak boneka berkacamata hitam itu kesal.
 
Setelah merasa isi tubuh mungilnya agak baikan, Ursa pun merangkak keluar dari danau. Penciumanya yang tajam menangkap aroma wangi pekat dari tengah danau, dia melihat sesosok bunga merah jambu yang sedang menari di atas permukaan air.

"Hey!!" panggil Ursa, namun tak diacuhkan oleh bunga merah jambu itu. "Hey, kau!! Pinky Flowery!!" serunya lagi, tapi si bunga mungil masih tak mau menanggapinya.

Terpaksa Ursa menggunakan senapan kecilnya menembak permukaan air di dekat bunga itu agar menarik perhatianya. Si bunga merah muda terkejut, melihat ke sekelilingnya dengan kebingungan, lalu menjadi takut. Bunga itu pun berlari memasuki hutan.

"Hey, aku cuma mau bertanya!! Sial, pasti dia juga bawahan si Luxa Demony jelek itu!!"

---

Manggale masih belum mengerti apa yang sebenarnya terjadi, dia bahkan tak yakin apa yang harus dilakukanya saat ini. Awalnya hantu pangeran Batak itu dibawa paksa oleh sosok berjambul ayam dari danau Toba ke dunia serba merah, saat itu dia mengira tempat terakhirnya adalah neraka. Namun mendadak sosok berjambul ayam itu membawanya lagi ke tempat serba merah lainya, dimana sosok penjaga neraka serba merah menyuruhnya untuk bertarung agar bisa mendapatkan hadiah kehidupan kembali. Lalu sekali lagi sosok berjambul ayam mengangkutnya ke tempat serba hijau ini, sebuah hutan yang aneh.

Hantu Batak itu jadi berpikir, mungkin saja pertarungan ini adalah alasan kenapa dia masih bergentayangan di dunia. Tapi Gale tak mau begitu saja menyakiti orang lain yang tak dikenalnya, kecuali kalau mereka orang jahat. Bahkan mungkin Tuhan memang sengaja mengutusnya memasuki pertarungan ini untuk membasmi semua roh jahat yang masih bergentayangan di dunia. Kalau begitu Gale tak akan segan menghadapi mereka, sekalian dia bisa menuntaskan urusan terakhir yang masih mengikat jiwanya dengan dunia fana ini.

Sekali lagi Gale mengamati keadaan hutan di sekitarnya, mencegah kemungkinan adanya serangan mendadak. Boneka kayu Manggale berkelotak di punggungnya setiap kali dia bergerak menoleh kiri dan kanan. Tapi sesekali dia hanya bertemu serangga, kadal, bajing, ular yang melingkar di atas pohon, dan mendengar geraman hewan buas di kejauhan. Dia juga sempat melihat anak beruang aneh yang memakai topi dan jaket bulu berlari sangat cepat ke arah timur. Hingga hantu batak itu berpapasan dengan makhluk yang sangat aneh, kepala kaki dan tanganya berupa buah durian yang dihubungkan oleh ranting lentur bercabang lima.

"Permisi, Abang. Tolong beritau aku ini tempat apa? Apa Abang ini roh yang disuruh bertarung pula oleh si penjaga neraka?" tanya Gale sopan dalam logat bataknya.

Tanpa peringatan makhluk aneh itu malah menggerakan salah satu tangan berdurinya hingga menggores boneka Menggale. Gale pun segera menanggapi dengan merasuki bonekanya dan memasang pose siaga. Makhluk durian itu mengoceh dalam bahasa aneh, tampak kebingungan dan menggerakan kedua tangan berdurinya ke sembarang arah. Boneka Menggale bereaksi dengan mengeluarkan tali dari ujung jarinya, menjerat dan langsung memotong pusat percabangan ranting lentur makhluk durian itu. Hasilnya kelima buah durian itu jatuh menggeletak tak berdaya, seperti buah durian biasa yang jatuh dari pohonya. 

Gale masih diliputi perasaan aneh setelah mengalahkan lawan pertamanya. "Ma-maafkan aku, Abang. Aku tidak bermaksud.. Salah Abang sendiri yang menyerangku duluan.. Aku harus mengalahkan Abang dan roh jahat lainya, agar aku bisa menuntaskan urusanku yang belum selesai di dunia ini!"

---

Sebenarnya Nema sedang tak ingin bertarung melawan siapapun, apalagi demi menghibur makhluk merah yang merasa dirinya dewa. Selama ini tujuanya bertarung hanyalah untuk melindungi alam, atau untuk membalas rasa sakit hatinya. Dia juga sama sekali tak tertarik pada hadiah kebangkitan kembali yang ditawarkan oleh si dewa merah. Nema merasa tak perlu hidup kembali agar bisa menjaga kelestarian alam di Arthe, masih banyak teman Viridianya yang sanggup melaksanakan tugas itu, dia tak keberatan menjaga kelestarian tumbuhan hijau di alam kematian. Mungkin juga tak masalah baginya mendapat siksaan bila tak menuruti perintah sang dewa. Kecuali bila siksaan itu berupa pertemuan kembali dengan pria yang telah menghianatinya.

Namun sialnya, si dewa merah malah menetapkan kawasan hutan sebagai arena pertempuran pertama baginya melawaan keempat makhluk asing lainya. Hutan Varidios, lahan hijau kesayangan Nema, tempatnya lahir sebagai makhluk Viridian penjaga alam. Para makhluk asing, keempat petarung lain yang diutus dewa merah, mungkin berpikir hal ini akan menjadi keuntungan Nema. Tidak, justru hutan inilah kelemahanya. Dia tak mungkin sanggup melukai pohon, ranting, daun, bunga, bahkan pucuk terkecil dalam pertarungan melawan mereka. Tapi dia juga tak bisa tinggal diam begitu saja membiarkan makhluk-makhluk itu menghancurkan 'rumah'-nya. Karena itulah dia harus segera mengalahkan mereka, dengan cara apapun..

"Penabur, kau sudah menemukan mereka?" tanya sesosok wanita tua keriput berkepala jamur merah besar pada Nema.

"Ya, aku sudah melihat mereka. Satu di sebelah Utara dekat pepohonan kayu merah, seorang gadis manusia bernama Cherilya Janette, bisa memanah dan tampaknya juga bisa menggerakan benda dengan kekuatan pikiranya. Satu di sebelah Barat di bagian kawasan pohon daun bulat, dia juga gadis manusia bernama Zany Sakylark, tampaknya dia berteman dengan Cherilya meskipun mereka sempat berselisih, punya sebuah pedang pendek dan bisa memunculkan benda aneh entah dari mana. Satu di pinggir danau, makhluk kecil serupa boneka beruang, aku tak tau siapa namanya, senjatanya sebuah senapan kecil. Tak jauh dari boneka itu di sebelah Tenggara ada makhluk transparan yang menggendong boneka kayu, aku belum tau apa kemampuanya, aku juga tak tau siapa namanya."

Nenek berkepala jamur menghela napas, dia tak bisa melihat Nema, tapi berkat bunga dandelion yang tumbuh dari benihnya itu mereka masih bisa saling berkomunikasi. "Kupikir sebaiknya kita meminta petuah dulu dari Bunda," bisiknya pada kelopak kuning dandelion yang tumbuh di punggung tanganya.

"Tak perlu, aku yakin rencana ini akan berhasil. Kau hanya perlu mengirimkan anak-anak jamurmu pada mereka untuk menyebarkan aroma ilusi yang akan menghancurkan mental mereka. Lalu aku tinggal menghancurkan jasad mereka dengan bunga bayi biru. Bukankah itu tugas yang begitu mudah bagi viridian penuh kebijaksanaan sepertimu, Penyebar?" sahut Nema sambil memperkirakan jumlah benih yang masih tersisa di kepalanya.
 
"Baiklah," jawab nenek berkepala jamur itu mengabaikan sindiran Nema. Wanita tua itu mulai menyebarkan serbuknya ke udara yang seketika mewujud jadi jamur-jamur hitam kecil yang berlarian riang ke segala arah. Nenek viridian itu memejamkan matanya, sambil mengakarkan kakinya ke tanah, berkonsentrasi membimbing anak-anaknya ke tempat yang disebutkan si penabur.

"Penyebar, sebaiknya kau cepat. Aku melihat makhluk transparan itu akan bertemu dengan.."

Belum sempat Nema menyelesaikan kalimatnya, sebutir peluru melesat melubangi perutnya. Wanita berambut benih itu tak merasakan sakit atau berdarah, namun dia sangat terkejut saat menoleh melihat penyerangnya. Manusia! Begitu banyak manusia laki-laki! Mereka datang menyerbu nenek berkepala jamur secara bersamaan! Memberondongnya dengan peluru, kemudian mencabik-cabiknya dengan tombak, pedang, golok dan segalam macam benda tajam yang mereka bawa!

Nema berlari, berlari, dan berlari! Tidak, dia tak seharusnya takut pada manusia. Manusia hanyalah makhluk kasar yang senang merusak alam. Tapi kenangan dan perasaan ketika dia dibunuh oleh para manusia masih tersisa. Dia belum siap, dia butuh bantuan viridian lainya. Dia tak perlu cemas pada nenek berkepala jamur, wanita tua itu bisa bangkit kembali bila serbuknya disiram air. Dia butuh bantuan, untuk melawan para makhluk asing dan manusia-manusia itu.

Nema tak mengerti. Biasanya para manusia itu tak berani masuk terlalu jauh ke dalam hutan Varidios, tidak sebanyak ini. Kenapa sekarang mereka beramai-ramai menyerbu hutan dan makhluk viridian? Sementara melalui bunga-bunga dandelion dia juga menyaksikan si gadis pirang mengancam seekor beruang, si gadis berambut putih membunuh seekor tupai, si boneka beruang berusaha menyerang teman viridianya, dan si makhluk transparan telah memisahkan anggota tubuh berduri viridian terkuat di hutan ini!

+++

"Apa itu?"

Samar Cheril mendengar suara-suara seperti seruan penuh amarah dari kejauhan. Terpikir olehnya bahwa dua atau beberapa peserta telah memulai pertarungan, mungkin saja Zany ada di sana. Gadis berkemeja kotak-kotak itu segera beranjak ke sumber kegaduhan. Bersamaan dengan itu sekumpulan jamur-jamur hitam kecil berlarian di bawah kakinya. Masing-masing jamur kecil itu menyebar dan menanamkan dirinya dekat akar pepohonan, lalu mereka menyebarkan serbuk hitam secara serempak.

"Hey, apa-apaan ini!?" teriak Cheril sambil terbatuk.

Ketika gadis itu membuka matanya, keadaan di sekitarnya telah berubah. Dinding, atap, perabotan, tempat itu sangat dikenalnya. Ini.. rumahnya.

"Ka-kakak.."

Darah. Begitu banyak darah menggenang di lantai. Darah itu berasal dari luka menganga di perut adiknya..

"Thomas, apa yang terjadi!?" Gadis itu segera bersimpuh memegangi adiknya, berusaha menghentikan darah yang terus mengalir.

Bocah itu mengangkat tanganya, menunjuk pada dua tubuh yang tergeletak di sudut ruangan. Mayat orang tua mereka yang tertusuk panah tepat mengenai jantung. Kemudian dia menunjuk luka pada perutnya, menunjuk panah berlumuran darah di genggaman tangan kakaknya, dan terakhir menunjuk wajah Cheril.

Secara refleks Cheril berdiri, menghempaskan anak panah dari genggamanya, dan mulai menjerit. "Tidak.. Apa yang.. Apa yang telah kulakukan..? Tidak.. Aku tidak.. Bukan aku.. Tidaaaaakkk!!"

+++

Zany merasa pusing. Sebelumnya gadis itu mendengar keributan tak jauh dari tempatnya berdiri. Lalu tiba-tiba dia diserbu sekumpulan jamur kecil misterius. Gadis bermata pelangi itu segera mewujudkan alat bisa yang menyemburkan api, kemudian segera memanggang mereka. Sayangnya ada beberapa jamur yang berhasil selamat dan telah menyebarkan serbuk ilusinya ke udara.

Kini Zany menemukan dirinya berada di atap sebuah gedung usang. Tak butuh waktu lama baginya menyadari itu tempat saat dia terbunuh, namun ada sesuatu yang berbeda. Saat ini justru Zany yang membidik senjata di belakang kepala kakak angkatnya. Dalam sebuah gerakan singkat, gadis itu melepaskan tembakan pembalasan dendam. Dan dengan waktu singkat pula kakak angkatnya itu meregang nyawa.

Mendadak derap langkah dua pasang kaki mengalihkan perhatianya. Di belakangnya berdiri kedua orang tua angkatnya, rupanya telah menyaksikan semuanya. Nyonya Skylark segera berlari dan memeluk jasad putra sulungnya, sementara Tuan Skylark menodongkan pistol lain pada kepala Zany.

"Pembunuh!! Teganya kau membunuh Harz!! Dasar pembunuh!! Kau bukan anak kami!! Kau monster!! Kau pembunuuuhh!!"

+++

Mungkin sebenarnya efek ilusi serbuk jamur-jamur kecil tak akan terlalu berpengaruh di tempat terbuka seperti daerah di pinggiran danau. Lagipula saat mendengar keributan, dia segera bergegas mendekatinya, ingin melihat ada pertarungan seru apa yang sedang terjadi, sekaligus mengupulkan jiwa petarung kuat yang gugur. Tapi tetap saja penciumanya yang tajam sempat menghirup sedikit serbuk ilusi itu. Ursa tetap bergerak maju, meskipun kilasan kenangan buruk mengetuk kepalanya. Dia teringat waktu hampir dibunuh oleh Mag-Lumina, ketika jiwanya terombang-ambing di Nedagaia, juga perjuanganya saat mulai merasuki tubuh boneka beruang. Terkadang samar dia juga mendengar ejekan para Ursa Demon lainya, karena kekalahan mereka yang mengenaskan dari ras Luxa Demon.

"Burrraaaaaa!! Diam!! Kalian tak berhak mengejekku seperti itu!! Kita belum kalah!! Aku belum kalah!! Kalian bukan ras Ursa Demon!! Kalian pasti suruhan Demonlord Mag-Lumina keparat itu!! Berisik!!" teriak Ursa menanggapi ilusi dalam kepalanya.

Mendadak terdengar jeritan melengking seorang gadis tak jauh di depanya. Jeritan itu sangat nyaring memekakan telinga, manusia biasa mungkin bisa menjadi tuli mendengarnya, tapi justru lengkingan itu membuyarkan efek serbuk ilusi, meskipun telinga Ursa masih berdenging beberapa saat setelah jeritan itu berhenti. Ursa menyiapkan senapan kecilnya, dia terus melangkah mengitari beberapa pohon besar hingga akhirnya dia menemukan sumber suara jeritan itu.

Gadis berambut pirang itu duduk di tanah, tampak kebingungan menatap sekelilingnya, seolah baru saja sadar dari efek serbuk ilusi, lalu pandanganya bertemu dengan pandangan Ursa. Serentak mereka berdua memahami bahwa mereka telah bertemu dengan lawanya, sesama peserta pertarungan untuk memperebutkan hadiah kehidupan kembali.

+++

Beruntung bagi Manggale, kelihatanya serbuk ilusi dari jamur-jamur hitam kecil sama sekali tak berpengaruh padanya. Dia hanya terbatuk sebentar dan mengibaskan serbuk-serbuk itu di depan wajahnya. Sekilas ujung matanya menangkap pergerakan dari makhluk durian yang baru saja dikalahkanya, tapi setelah dilihat lagi kelima buah berduri itu memang tak bergerak sama sekali. Gale menepis kecurigaanya dengan berpikir mungkin ada serangga yang tadi bergerak ingin memakan buah beraroma pekat itu.

Gale bergegas melanjutkan perjalananya, rasanya sekilas tadi dia mendengar seruan banyak orang yang marah dan jeritan putus asa seorang gadis. Sekali lagi keraguan menjalari benak Gale, membuatnya bertanya-tanya apa benar para peserta yang lain adalah roh jahat. Mungkin bukan hanya dia satu-satunya orang yang diberi kewajiban dari Tuhan untuk mengalahkan roh jahat dalam pertarungan ini. Jangan-jangan gadis yang menjerit tadi juga roh yang baik. Dengan pemahaman itu Gale mulai berlari ke arah suara jeritan, berniat untuk menolong gadis itu. Belum juga mencapai puluhan langkah, dia bertabrakan dengan sosok makhluk aneh lainya.

"Di situ!! Itu dia!! Tangkap kepala labu itu!! Dia juga pasti monster penunggu hutan ini!!" seru seorang pria manusia yang baru muncul setelahnya. Tak lama kemudian datang dua pria manusia lainya. Bersama-sama ketiga manusia itu meringkus makhluk aneh berkepala labu yang baru saja terjatuh karena menabrak Gale.

"Tidak! Lepaskan! Kalian manusia rendah, beraninya kalian melukai hutan kami!!" teriak makhluk berkepala labu itu berusaha melakukan perlawanan.

"Heh, apa kau bodoh!? Hutan ini milik kami, milik manusia!! Kami berhak melakukan apapun pada hutan ini!" sahut manusia bertubuh kekar setelah berhasil mengikat tubuh makhluk itu dan mengancamnya dengan sebilah golok. "Justru kalian yang lebih dulu menyerang kami! Kemarin salah satu kaummu datang ke desa kami dan membunuh orang-orang kami! Tapi ternyata kami berhasil membunuh wanita berambut aneh itu. Kami jadi tau kalau kalian para penunggu hutan juga bisa mati. Kami sudah tak takut lagi pada kalian!!" lanjut manusia lainya yang berkumis lebat.

"Sialan, jadi kalian yang telah membunuh Penabur!? Keparat!! Aku juga tak takut pada manusia! Hutan akan selalu melindungiku! Berapa kalipun kalian memenggal kepalaku dan memotong tubuhku, aku akan kembali tumbuh untuk melindungi hutan!!" teriak makhluk berkepala labu tak gentar.

"Benarkah? Bagaimana kalau kami membakarmu?" seringai manusia ketiga yang mulai menyalakan api pada sebongkah kayu, kemudian menyulutnya pada tubuh makhluk berkepala labu yang hanya berupa tumpukan daun kering. Ketiga manusia itu tertawa menyaksikan si kepala labu menjerit dalam kobaran api.

Gale salah. Dia tak hanya harus mengalahkan roh jahat, dia juga harus menghukum manusia-manusia yang jahat! Tanpa ampun hantu batak yang telah merasuki boneka kayu itu mencincang tubuh ketiga manusia kejam dengan tali dari tanganya. Para manusia itu tak bisa melihat Gale, akibatnya mereka tak bisa mengelak dari seranganya. Si boneka kayu hanya tertegun menatap potongan mayat berdarah mereka, dan jasad makhluk berkepala labu yang masih berkobar.

Tiba-tiba datang seekor badak yang bergegas menginjak-injak api di tubuh si kepala labu hingga padam, lalu pergi begitu saja. Tapi tampaknya makhluk berkepala labu itu tidak akan tumbuh kembali seperti perkataanya barusan.

+++

Nema masih terus berlari, dengan perasaan sesak karena baru saja menyaksikan satu lagi teman viridianya dibantai manusia. Si Pemanggil sama seperti dirinya, tak akan bisa hidup kembali setelah dibakar. Tapi wanita berambut benih itu tak bisa melakukan apapun untuk menolongnya, dia hanya melihat semuanya melalui bunga-bunga dandelionya. Dia butuh bantuan.. Dia bahkan tak yakin lagi harus meminta bantuan dari siapa. Dia tak tau bagaimana nasib teman-teman viridian lain yang berada di luar jangkauan pengawasan bunga dandelion.

Kemudian wanita viridian itu menyadari sesuatu, saat ini keadaan hutan terasa lebih sepi daripada biasanya. Rupanya si Pemanggil telah memakai kekuatanya untuk menyuruh semua hewan agar lari menyelamatkan diri keluar hutan. Berarti di dalam hutan ini hanya tersisa dirinya, para makhluk asing, manusia-manusia yang menyerang hutan, dan beberapa makhluk viridian, kalau mereka masih hidup. Nema berusaha berpikir keras menyusun rencana baru untuk mengatasi kekacauan ini. Mungkin masih ada cara, dia harus menemukan cara menyelamatkan hutan!

xxx

"Bo-boneka beruang?"

Cheril kebingungan. Dia menatap sekelilingnya, mencari-cari mayat adik dan kedua orang tuanya. Tapi mereka menghilang, rumahnya juga menghilang, saat ini dia kembali dalam naungan teduh pepohonan hutan. Lalu dia sadar bahwa kengerian yang dia saksikan tadi hanyalah ilusi. Meskipun tubuhnya sedikit nyeri akibat mengeluarkan suara jeritan super, gadis itu tetap memaksa berdiri untuk menghadapi makhluk kecil di hadapanya.

"Aku bukan boneka beruang!! Namaku Ursario, Demonlord dari seluruh Ursa Demony!! Kau siapa? Baumu seperti makhluk cahaya keparat Luxa Demony!!" balas Ursa kesal.

"Aku.. Cherilya Janette.." jawab gadis itu dengan suara serak. "Apa kau.. yang baru saja menyerangku? Kau yang.. menipuku dengan ilusi itu!?" Dengan cepat gadis pirang melepaskan tembakan anak panahnya ke arah Ursa.

Boneka beruang berkacamata itu dengan gesit mampu mengelak dari serbuan panah Cheril, tapi mendadak pohon yang terkena anak panah itu meledak dan terbakar. Ledakanya sedikit menghempaskan tubuh mungil Ursa ke tanah.

"Sial!! Jangan sembarangan menuduhku, Stupidy Blondy!! Ternyata kau memang suruhan si jelek Mag-Lumi..!!" Ursa segera mengelak lagi ketika Cheril melepaskan tembakan lain. Tampaknya akurasi bidikan gadis itu menurun akibat jeritanya tadi.

"Beraninya.. Beraninya kau menipuku!! Aku akan membunuhmu! Aku harus membunuhmu agar bisa kembali pada Thomas!!" Cheril tak henti-hentinya melepaskan anak panahnya meskipun semuanya meleset.

"Kalau begitu aku juga tak akan sungkan menghabisimu, Stupidy Blondy!!" Ursa segera melepaskan topi dan jaketnya. Seketika seluruh tubuhnya berubah bentuk menjadi beruang madu mungil. Dalam wujud barunya dengan mudah Ursa bisa mengendalikan elemen alam untuk melindungi dirinya sekaligus menyerang Cheril.

xxx

Entah sudah berapa puluh menit Gale berjalan, namun dia belum bertemu dengan siapapun, tidak dengan hewan liar, makhluk aneh berupa tumbuhan yang bisa bergerak, manusia-manusia kejam, atau para roh jahat. Tampaknya dia juga tersesat dalam hutan belantara ini. Untuk saat ini Manggale memutuskan tetap merasuki bonekanya sebagai antisipasi bila tiba-tiba dia diserang.

Dari kejauhan terdengar ledakan beruntun. Gale mempercepat langkahnya ke sumber bunyi pertarungan. Namun tak jauh darinya juga terdengar jeritan lain, jeritan seorang wanita.

"Tolong!! Tolong!! Aku diserang!! Tolong!!"

Gale yang tak bisa mengabaikan teriakan itu terpaksa memutuskan untuk lebih dulu menolong si wanita. Dia berlari menerobos semak-semak. Bersamaan dengan itu terdengar derap langkah lain dalam jumlah besar, disertai dengan sahutan-sahutan teredam. Hingga akhirnya dia melihat sekumpulan manusia pada sisi lahan miring yang ditumbuhi pohon-pohon berbatang ramping. Manusia-manusia itu tampak kebingungan. Dekat kerumunan itu tampak seorang gadis berambut putih tergeletak tak sadarkan diri.

"Sudah cukup!! Kenapa kalian suka sekali menyakiti orang lain? Apa kalian ini tidak punya hati? Kenapa kalian tega melukai gadis yang tidak berdaya!?"

Amarah kembali menguasai benak Gale, sekali lagi dia membantai semua manusia yang dikiranya telah membunuh gadis berambut putih itu. Dia tak tau bahwa manusia-manusia itu sebenarnya tak bisa melihatnya, juga tak bisa melihat sosok gadis yang pingsan itu. Gale dan manusia-manusia itu telah dijebak oleh Nema yang berpura-pura minta tolong melalui perantara bunga dandelion.

xxx

Nema sendiri sedang bersembunyi cukup jauh dari tempat Gale. Sebenarnya dia berencana mengatur manusia-manusia itu dan si boneka kayu saling bertarung, tapi dia lupa kalau para makhluk asing dari alam kematian tak bisa dilihat oleh makhluk lain yang masih hidup. Meskipun begitu dia cukup puas melihat Gale membantai manusia-manusia itu, setidaknya cukup mengurangi para musuh yang ingin menghancurkan hutanya.

Sementara tampaknya pertarungan antara Cheril dan Ursa si boneka beruang makin memanas. Kawasan hutan di bagian Utara telah habis dilahap api, beberapa kuntum dandelion yang ditanam Nema di sana juga telah musnah. Akibatnya dia tak bisa lagi memantau pergerakan dua makhluk asing itu. Tapi melalui dandelion di sebelah Timur dia melihat sosok makhluk seperti bunga merah jambu yang bisa bergerak, salah satu makhluk viridian!

"Penyiram! Penyiram! Kau bisa dengar aku?" teriak Nema memanggilnya.

"Penabur, apa itu kau?" Bunga merah jambu menatap bunga dandelion yang tumbuh di ranting patah dengan ekspresi tak percaya. "Kudengar kau sudah mati."

"Benar, dan bisa kulihat kau masih menghabiskan sisa hidupmu untuk melatih gerakan dansa yang indah itu."

"Oh, kau melihat latihanku? Makin bagus, kan?" Tampaknya si Penyiram adalah satu-satunya makhluk viridian yang selalu menerima sindiran Nema sebagai pujian. "Oh, kalau kau sudah mati, kenapa bungamu masih ada? Kalau tak salah kau kan tidak punya kemampuan tumbuh kembali? Kenapa kau masih bisa berbicara denganku? Apa setelah mati makhluk viridian akan menjadi hantu dan masih terus melindungi hutan?"

"Aku tak bisa menjawabnya sekarang, ada hal lain yang lebih penting. Hutan di sebelah Utara terbakar!"    

"A-apa!? Oh, benar, aku bisa melihat asapnya! Baiklah, aku akan segera ke sana! Terima kasih sudah memberitauku, Penabur!" Si Penyiram pun melayang menjauhi daerah pandang bunga dandelion.

===

Ursario benar-benar kelelahan. Rupanya si gadis pirang cukup tangguh juga meskipun kondisi tubuhnya tak begitu sehat. Tapi semua itu telah berakhir, Cherilya telah wafat dipancang puluhan tombak yang terbuat dari tanah dan bebatuan runcing. Sementara kondisi Ursa juga tak sempurna, lengan kirinya hangus terbakar menjadi abu. Saat ini dia kembali dalam wujud boneka beruang kecil yang masih memakai kacamata hitam. Kemenangan ini memberinya hadiah jiwa Cheril, seorang gadis petarung yang kuat.

Perutnya seperti bergejolak meminta diisi makanan manis. Ursa melangkah perlahan menuju bagian hutan yang belum terbakar untuk mencari buah-buahan, tapi dia tak akan menyantap buah pelangi itu lagi. Langit di atasnya tampak kelam diselimuti mendung, kemudian satu per satu tetesan hujan turun membasahi hutan. Dengan cepat api di kawasan itu pun padam, menyisakan lahan tandus kehitaman.

===

Di tengah derasnya hujan, Gale berusaha mengubur semua mayat yang ditemukanya, sebagian besar adalah orang-orang yang dibunuhnya. Ada sedikit penyesalan dalam hati boneka kayu itu. Selama hampir seabad berdiam di pinggiran danau Toba, tak pernah sekalipun dia bermaksud melukai, apalagi membunuh orang lain. Tapi sekarang dia telah menjadi pembunuh. Apakah sekarang dia juga mulai berubah jadi roh jahat? Mungkin ayahnya akan mengutuknya atas perbuatanya ini.

Namun bukankah ini tugas yang diembankan Tuhan padanya? Bukankah dia harus mengalahkan manusia dan roh jahat demi menuntaskan urusanya di dunia ini? Atau apakah dugaan Gale salah? Tidak, dia tak salah. Dia tak boleh disalahkan. Semua kejadian ini telah sesuai dengan takdir yang digariskan oleh Tuhan Yang Maha Satu. Gale akan menjalankan tugas ini dengan baik sampai selesai.

Sebuah tembakan senapan tiba-tiba melubangi kepala kayu Gale. Serangan mendadak itu sangat mengejutkanya, rupanya gerakan musuh teredam oleh bunyi hujan. Agak tersembunyi di balik rimbunya semak-semak, tampak boneka beruang kecil berkacamata yang memegang senapan. Boneka beruang itu mencoba menembaknya lagi, tapi untungnya dia kehabisan peluru. Ursa melemparkan senjatanya lalu mulai berubah wujud lagi, kali ini menjadi beruang hitam ganas dengan cakar tajam. Tak mau kalah, Gale pun memasang kuda-kuda sambil menguraikan temali tipis tajam andalanya.

===

Untuk kesekian kalinya bunga-bunga dandelion Nema hancur akibat pertarungan sesama makhluk asing. Sebelumnya dia sempat menyaksikan Ursa dan Gale si boneka kayu saling melemparkan pukulan, tendangan, cakaran, gigitan, juga saling memutuskan anggota tubuh. Tapi dengan putusnya beberapa tali sendi boneka kayu, hantu Gale juga tak bisa lagi merasuki benda itu. Dia terpaksa menggunakan kemampuanya sebagai hantu, menerbangkan benda apapun di sekitarnya untuk menyerang Ursa. Sayangnya kemampuan itu pula kalah di depan si boneka beruang, Ursa memaksa menyerap jiwa petarung Gale ke dalam tubuh mungilnya. Artinya pertarungan itu dimenangkan lagi oleh Demonlord Ursario.

Hujan mulai mereda menjadi gerimis. Kini Nema bergegas menuju tempat pertarungan itu, ingin segera menyingkirkan makhluk asing terakhir yang mengancam keberlangsungan lingkungan. Dia tak perlu menunjukan dirinya secara langsung, tinggal sebarkan benih bayi biru untuk menghancurkan tubuh boneka kecil itu saja, maka dia pasti menang. Atau begitulah rencananya..

Ketika Nema sampai di sana, boneka beruang itu juga telah jatuh tergeletak di tanah lembab, sama sekali tak bergerak. Wanita berambut benih itu bingung, apa mungkin Ursa tewas karena kelelahan? Tapi bukankah dia baru saja menyerap jiwa Gale? Jawabanya ternyata cukup mudah, Ursa baru saja dikalahkan oleh sesosok makhluk viridian. Nema menumbuhkan sekuntum dandelion di depan kaki makhluk jangkung serupa bunga matahari yang sedang menangis tersedu.

"Pemancar?"

"Si-siapa itu? Kumohon jangan sentuh akuuuu.." pinta makhluk itu terisak pilu.

"Aku Nema, aku tak akan berani menyentuh makhluk lemah lembut sepertimu," jawab Nema masih diselingi sindiran.

"Penabur? A-apa tadi kau yang menyentuhku? Sakiiiitt.. Periiihh.. Sakiiitt.."

"Sudah kubilang bukan aku yang menyentuhmu. Apa yang terjadi?"

"A-aku juga tak tau.. Tadi ada sesuatu yang menyentuhkuuu.. Dia benar-benar kasar.. Badanku sakit sekaliii.. Sampai tak sengaja aku mengeluarkan sinar dari mulutku.. Sakiiitt.."

Nema mengerti, rupanya kelemahan boneka beruang itu adalah cahaya. Dia tak menyangka akan menang semudah ini, setidaknya dia tak perlu repot menghabisi mereka semua, hutanya juga kembali damai. Saat berpikir seperti itu, tiba-tiba terdengar erangan dari belakangnya. Sesosok gadis berambut putih merangkak keluar dari dalam tanah. Zany Skylark, ternyata dia masih hidup!

"Kauuuuu..!! Jangan pikir kalian bisa membunuhku begitu saja!! Aku tak akan pernah mati selama aku belum menginginkanya!!" raung Zany penuh kemarahan.

"Pemancar, pergilah! Cari Penyiram, katakan padanya untuk menumbuhkan kembali Penyebar!" pesan Nema pada teman viridianya, yang langsung dituruti oleh si Pemancar.

"Wah, sayang sekali. Kukira aku sudah menang, ternyata kemampuan bertahan hidupmu lebih besar daripada manusia biasa."
Zany tak membuang waktu untuk menanggapi Nema, dia langsung mewujudkan pedang laser dan menerjang maju. Wanita berkepala benih terlambat bereaksi, kaki kananya putus tersabet pedang menyala itu. Gadis berambut putih melanjutkan dengan memenggal kaki Nema yang tersisa, menghempaskanya ke tanah, lalu menusuk dadanya!

Wanita viridian itu sama sekali tak mengerang kesakitan, dia juga tak mengucurkan darah, malah senyuman sinis masih mengembang di wajahnya.

"Apa kau pikir semua makhluk akan mati bila jantungnya ditusuk? Oh, biar kutebak. Apa kau juga akan mati bila jantungmu ditusuk? Kalau begitu aku punya hadiah yang sangat bagus untukmu.."

Dalam satu gerakan singkat Nema menyodokan segenggam benih ke dalam mulut Zany, sekaligus dia menonjok perut gadis itu agar memaksanya menelanya.

"Kh.. Uhuk..!! Uhuk..!! Apa yang.. Apa yang kau lakukan!?" jerit gadis bermata pelangi itu panik. Dia bisa merasakanya, organ dalamnya bergemuruh dalam letupan-letupan kecil. Bunga bayi biru menggerogoti tubuhnya dari dalam!

"Selamat tinggal.. Sungguh menyenangkan bisa bertarung dengan kalian semua.." sahut Nema di antara jeritan penghabisan Zany.

===

Sosok bersayap dengan jambul seperti ayam jantan berlutut di hadapan Nema.

"Kau akan membawaku kembali ke alam merah itu?"

Hvyt mengangguk.

"Tidak bisakah kau memberiku sedikit waktu untuk mengucapkan selamat tinggal pada teman-temanku?" tanya Nema lagi.

Kali ini Hvyt tak mengangguk ataupun menggeleng.

"Ya sudah, toh aku juga tak tau  apa yang harus kukatakan pada mereka. Mereka sudah tau apa yang harus mereka lakukan." sahut wanita berkepala benih itu sambil mengulurkan tanganya. Hvyt menerimanya, dan seperti sebelumnya sosok bersayap itu menggendong Nema kemudian membawanya terbang tinggi.

Untuk terakhir kalinya Nema menatap hutan kesayanganya. Mentari telah keluar dari balik awan, kini menyinari seluruh lahan hijau itu. Nema yakin, hutan Varidios dan lingkungan di sekitarnya tak akan pernah musnah. Selama masih ada teman-temanya, selama masih ada makhluk yang mencintai hutan sama seperti dirinya. Alam akan selalu melahirkan para penjaga hutan yang baru, dan alam akan selalu tumbuh kembali berapa kalipun manusia mencoba menghancurkanya. Mungkin suatu saat manusia akan musnah, menyisakan keindahan alam hijau yang lestari. Selamanya..[]

***

Keterangan:
*Nema mengetahui nama dan sebagian kemampuan peserta karena sudah mengawasi mereka sejak berada di Jagatha Vadhi memakai bunga dandelionya
*Beberapa makhluk viridian yang muncul dalam cerita ini:

  • Penyebar, makhluk berupa nenek berkepala jamur yang bertugas menyebarkan ilusi untuk menyesatkan manusia yang memasuki hutan
  • Penyerang, makhluk berkepala lima durian, termasuk di antaranya adalah Bunda yang paling bijaksana dalam hutan, sementara tugas     utamanya menyerang siapapun yang sengaja menghancurkan hutan, viridian terkuat
  • Pemanggil, makhluk berkepala labu yang bertugas memperingatkan adanya bahaya atau memanggil bantuan dari hewan-hewan dalam hutan
  • Penyiram, makhluk berupa bunga merah jambu yang bertugas menyerap asap hasil kebakaran dan mengumpulkanya untuk menghasilkan awan hujan
  • Pemancar, makhluk berupa bunga matahari bertangkai tinggi yang bertugas memberikan asupan cahaya pada tanaman kecil yang tertutup pohon besar, viridian terlemah yang selalu merasa kesakitan bila tubuhnya disentuh

12 comments:

  1. Wah, aku nggak tahu ras viridian ada macam-macam bentuknya. Kupikir wujud mereka sama seperti Nema

    Btw, bahasanya agak kurang mengalir ya. Kerasa patah-patah.
    Dan aku agak kecewa si Nema nggak banyak beraksi. Dandelionnya hanya dipakai untuk memata-matai saja

    8/10 for you

    ReplyDelete
    Replies
    1. patah2 krn kebanyakan koma ya? x3
      iya di charsheet kan dah ktulis nema lbh suka ngatur strategi drpd repot bertarung scara langsung, akibatnya dia emang jd kurang beraksi di cerpenya sih #pletak
      tapi makasih banyak buat komen dan nilainya tyas :) /

      Delete
  2. Iya nih Chel, ini rada kaku dibanding tulisan Chel yang saya inget. Efek udah lama ga nulis kah?

    Banyak juga pihak yang terlibat di sini ya, bahkan di luar peserta. Dan...buat saya Nema ternyata dapet banyak banget home advantage di pertarungan ini, hahaha

    Btw, saya beneran baru tau Nema ternyata ga bisa ngerasain sakit. Terus, dia abadi juga kah? Kok ga mati"?

    7/10

    ReplyDelete
    Replies
    1. msh nulis kok kak, stidaknya sbulan skali d cerbul x3
      nema g abadi kok, bs mati klo sluruh tubuh ato kpalanya hancur, klo kna asap juga bakal hancur :3
      makasih banyak buat komen dan nilainya kak :) /

      Delete
  3. Tulisan rapi, teknik oke, pemilihan font juga oke. Tapi sayang Nema yang dapat home advantage tidak memaksimalkan kekuatannya dengan setting yang ada. Moi mengharapkan adegan2 yang ultra owsom. Untuk kaliber mademoiselle Chel, ini agak underwhelming. Atau, jangan2 Monsieur Sam bener, mademoiselle Chel udah lama ga nulis? :D

    Moi kasih 7

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sampai sini sudah dicatat

      Delete
    2. nulisnya dah deket dedlen kak jd adegan aksinya dpotong2 #pletak xD
      ah gak kak, cuman emang sengaja ngalah buat sesama blok G aja #plakplok x3
      makasih banyak buat komen dan nilainya kak :) /

      Delete
  4. Nemaaaaa.....

    Kenapa saya ngrasa nema kayak sekilas2 gitu ya? apa saya ngga fokus?
    Tulisah chel berasa kaku buat saya.
    Nema juga pasif. kayaknya disini.

    7 dulu ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. uwaah pada blg kaku x3
      fokusnya emang dsebar rata k smua peserta sih jd peran nema terkesan g menonjol, tp scara g langsung tindakanya jg menentukan hasil pertarungan x3
      makasih banyak buat komen dan nilainya kak :) /

      Delete
  5. Umi enggak merasa masalah sama narasi. Umi Suka sam cerita ini.

    Cuma karakterisasi aja yang Umi pengen protes. Manggale, kurang Kasar logatnya. sama alasannya ngebunuh manusia itu.... enggak banget. Ursa juga, enggak sempet lucu-lucuan >.<

    satu lagi, si nenek kepala jamur kok bisa liat Manggale, Ursa, Zany sama Cheryl ya?

    btw, 7/10 dari Umi

    ReplyDelete
    Replies
    1. eh? bagian ursa sakit perut g lucu ya kak? x3
      maap klo alasanya manggale g tepat, soalnya pengen cocokin dgn motivasinya aja sih, klo logatnya krn dia pangeran jd kbayang omonganya jg g tlalu kasar, tp kyknya emang lbh pas logat yg d ceritanya cheril ya? :3
      makasih banyak buat komen dan nilainya kak :) /

      Delete
    2. Sampai sini udah dicatat

      Delete

Silakan meninggalkan komentar. Bagi yang tidak memiliki akun Gmail atau Open ID masih bisa meninggalkan komentar dengan cara menggunakan menu Name/URL. Masukkan nama kamu dan juga URL (misal URL Facebook kamu). Dilarang berkomentar dengan menggunakan Anonymous dan/atau dengan isi berupa promosi produk atau jasa, karena akan langsung dihapus oleh Admin.

- The Creator -