"It seems that you and I meeting here has been a spark for something else."
-Lou Chyper
-Prologue-
Pepohonan merah dengan buah merah, yang mengakar kuat di hamparan merah masih menjadi pemandangan stagnan di mata Kuzunoha. Jagatha Vadi kali ini semakin sepi, tidak banyak para peserta yang kembali ke titik dimana mereka dipanggil ini.
Dua ronde sudah terlewati, tidak satupun yang tidak terluka. Baik itu arwah padat mereka maupun tiap hati yang diuji. Kuzunoha tidak terkecuali, selera makannya hampir tidak ada. Bukan kelelahan fisik yang dia rasa, namun kelelahan jiwa yang teramat sangat mengungkungnya.
Ronde Pertama, dia membunuh banyak orang, dengan harapan mereka akan dihidupkan kembali oleh Thurqk dan menyelamatkan posisinya agar tetap bisa lanjut ke pertarungan berikutnya.
Ronde kedua, dia berusaha untuk tidak membunuh siapapun, tapi kondisi pulau aneh yang menjadi arena pertarungan tidak mendukung niat Kuzunoha sama sekali, semuanya kacau dan akhirnya dia membunuh salah satu peserta bernama Nim dengan tujuan menyelamatkan jiwa Nim yang terkurung. Selain itu untuk menyelamatkan tiga peserta lainnya, menghindari kerusakan tambahan.
Lalu, disinilah dia sekarang, Jagatha vadi, sebuah checkpoint khusus bagi peserta lain yang mendapat peringkat "menarik" dari Thurqk, menunggu seluruh teman baru yang didapatnya selama pertarungan. Zany, Elle dan Lucia.
***
"Elle. Kau mendengarku Elle?"
"Zany, Kamu dimana?"
"Anda baik-baik saja Nona Lucia?"
Tidak ada jawaban dari mereka bertiga. Sama sekali tidak ada jawaban. Kuzunoha terus mengulang apa yang dilakukannya. Menekan tombol di Nom Aural buatan Elle, menunggu dentuman kecil yang menandakan alatnya aktif, lalu berbicara. Tapi tetap tidak ada respon dari ketiganya.
Kecemasan yang dia rasakan bukan hanya soal persahabatan yang diraihnya dalam waktu sedikit akan hancur seketika, tapi menandakan bahwa dia akan menghadapi kemungkinan terburuk di mana dia harus melihat kenyataan, tidak ada bantuan apapun. Dia merasa lemah sekarang, pikirannya kacau.
***
"Tidak adakah yang menjawab tuan?" Pixie yang sedari tadi memperhatikan sambil duduk di pundak Kuzunoha memahami kegelisahannya.
"Sayangnya tidak...semoga mereka bisa terus maju ke ronde berikutnya..."
"Tapi tuan....jika mereka tidak mati...dan mereka bertemu tuan di ronde-ronde lainnya...tuan akan bertarung dengan mereka...sama seperti teman tuan yang buntal itu kan?"
Kuzunoha diam, terbayang di ingatannya pertarungan di pulau Arsk. Walaupun mereka tidak bertarung, ada kemungkinan mereka akan bertemu dengan syarat pertarungan dimana mereka harus saling bunuh. Tapi...dia berharap, ada suatu cara untuk menangani ini semua. Meskipun harus mengorbankan dirinya nanti.
"Tuan? Tuan?" Sahutan pixie membuyarkan pikiran Kuzunoha.
"Apakah aku ada mengatakan hal yang salahkah? Dari tadi tuan diam saja..." pipinya yang kecil itu menggelembung, cemberut karena merasa tidak dipedulikan oleh Tuan yang disayanginya.
"Tidak Pixie..tidak...tidak ada yang salah..." Kuzunoha membalasnya dengan senyuman.
"Pixie, kedepannya pertarungan akan semakin berat, sebisa mungkin aku tidak mau menggunakan kalian terlalu berlebihan...aku tidak membawa item banyak...jika kalian terluka berat, aku bisa kehilangan kalian..."
Pixie tersenyum dan meyakinkan Kuzunoha, "Serahkan semuanya padaku tuan! Aku yakin bisa membantu tuan mengalahkan musuh, sekuat apapun! Kita juga punya alice, si loli terkuat dan terkejam di semesta! Belum lagi si raja Neraka Belial dan Dewa penghancur dari negeri Timur, Orochi! Lalu satu wakil Tuhan Tuan Metatron dan Tuan Belial sebagai Dewa dari sekte-sekte terkuat di dunia! Tuan bisa menyerahkan segalanya pada kami!"
Kuzunoha tersenyum mendengar semangat dari peri kecilnya itu.
Ucapan Kuzunoha sebelumnya bukan sekedar basa-basi yang dikeluarkan oleh demon hunter kepada demonnya. Di usia yang tergolong muda, awal 20-an, Kuzunoha bisa mendapatkan Demon-demon level tinggi yang biasanya membutuhkan waktu lama dan energi juga dana yang besar untuk melakukan penggabungan antar demon untuk mendapatkan demon dengan status terkuat.
Belum lagi Kuzunoha harus mendapatkan kesetiaan mereka melalui pertarungan bersama-sama dengan mereka. Bertukar sake untuk meningkatkan ikatan antara dia dengan para Demon. Bukan kontrak yang sederhana.
Kali ini semua hal yang telah diusahakannya itu akan diuji...
Semakin kesini, pertarungan Kuzunoha semakin berat. Bukan hanya untuk tetap hidup dan sekedar menang, tapi melindungi apa yang dia miliki, mempertahankan apa yang menjadi bagian kehidupannya...
Lalu, kembali ke Advance Earth.
***
Apapun yang menjadi tantangan dari Dewa Merah itu kali ini sepertinya tidak akan mengejutkan Kuzunoha lagi. Kuzunoha paham dan memang sudah mendapatkan kesimpulan, dia bukan TUHAN SEMESTA ALAM.
Dia hanya entitas tinggi yang memiliki kekuatan tertentu. Tapi Kuzunoha masih belum menemukan bukti kuat, juga belum bisa mendapatkan pemahaman tentang kekuatan apa yang Thurqk Miliki selain menciptakan dan mengendalikan Hvyt, Mengeluarkan Api dan...daratan Nanthara ini.
Setelah mencoba menenangkan diri, Kuzunoha memutuskan untuk masuk dunia pikirannya. Berusaha mencari jawaban walaupun sedikit.
"Baiklah... Mu-"
"zu...zu..," Tepat saat Kuzunoha ingin memulai ritualnya, terdengar suara sayup dari Nom~ Aural yang dia miliki.
"Zu..elle....."
Kuzunoha semakin yakin itu suara zany, teman barunya sejak di awal Jagatha Vadi, sang imagyn.
"Zany! Kau dimana? Kau selamat?!"
"Ma...af..." suaranya terdengar serak, lemah. Juga sepertinya ada gangguan gelombang yang kuat membuat suara yang ditangkap Nom aural terputus-putus.
Kuzunoha yang tersentak mendengar perkataan Zany mencoba bersikap tenang.
"Zany. Kamu dimana?! Apa yang terjadi?!"
Tidak ada jawaban lagi. Kuzunoha mencoba menghubungi zany kembali, tapi sia-sia. Lucia dan Elle juga masih tidak ada jawaban apapun. Pikirannya semakin kacau.
Kuzunoha memegang dadanya, perasaan ini pernah dia rasakan dahulu sekali. Ya, dia kini yakin, ini adalah emosi bernama cemas yang meningkat, sebuah amarah. Ketidaktahuannya tentang kondisi tiap temannya membuat dia marah, marah pada diri sendiri, marah pada siapapun saat ini.
"ZANY! KAMU DIMANA?!" Kuzunoha paham, suara sekeras apapun sebenarnya tidak berpengaruh jika memang tidak ada respon dari pemakai Nom ~ aural lainnya.
Tenang, tenang Wahai Pemegang Nama Baikai Kuzunoha.
Hanya kalimat itu yang dia ulang dalam hatinya. Detik berikutnya adalah hal yang tidak dia sangka ataupun harapkan, akan mengubah komposisi emosinya, niatnya, resolusinya untuk memenangkan semua pertarungan ini.
***
Suara yang dia dengar bukanlah lagi suara Zany. Tapi suara –suara teriakan, lengkingan kesakitan, raungan yang memekik telinga, jauh lebih mengerikan dari suara raksasa yang dicabut nyawanya oleh sang kematian.
Bersamaan dengan itu, Layar Hologram kembali muncul di langit Jagatha vadi. Suara Thurqk terdengar jelas. Dari layar juga dari Nom aural yang dipakai Kuzunoha.
"Kalian sama sekali tidak membuatku terhibur wahai arwah-arwah lemah. Sudah kukatakan, kalian kuciptakan untuk memuaskanku dengan pertarungan yang menarik. Bukan abal-abal..."
5 jiwa terbakar hangus tepat setelah si Merak bertanduk itu mengumumkan kekecewaannya.
"Dan aku juga sudah katakan pada kalian..." Thurqk melangkah mendekati beberapa orang lainnya. "...untuk tetap bertarung, sesakit apapun kalian."
Beberapa bagian tubuh terpotong kecil dengan ledakan-ledakan api. Bagian demi bagian. Ada yang dimulai dari tangan, ada yang dimulai dari jari kaki.
"Lari dari pertarungan, mundur dari pertarungan, berarti Mati."
Walaupun ucapan yang dikeluarkan penuh kekecewaan, ekspresinya sangat puas, menikmati setiap rasa sakit dan ngeri yang dia berikan kepada jiwa-jiwa lemah di depannya. Kali ini bukan potongan tubuh lagi, tapi robekan tubuh yang perlahan-lahan terbakar...
Menyedihkan...
Mengerikan...
***
"Z..Zany.."
Kuzunoha melihat dengan jelas salah satu sosok di layar, Zany yang tidak bisa bergerak terbaring dengan nafas yang tersengal, terlihat sedikit dari gerakan pundaknya.
Pixie yang sedari tadi menemani Kuzunoha tidak sanggup melihat apa yang terjadi di layar. Kali ini demon setia milik Kuzunoha itu menutup matanya dan memendamkan kepalanya ke rambut kuzunoha.
Yang membuat Kuzunoha tercengang bukan pertunjukan menyakitkan yang diberikan Thurqk, tapi suara zany yang terdengar dari Nom Aural.
"Zuzu..aku.. tid...ak ..isa ..eng...hub...ngi El... atau...n ..cia.."
Kuzunoha merasa tenggorokannya tercekat, dia tidak bisa memproses logikanya saat ini. Di satu sisi, kondisi Zany sudah jelas terlihat, dan apa yang Zany katakan jga menjadi bukti bahwa Elle dan Lucia selamat. Kuzunoha tidak tahu harus merespon seperti apa.
"Zuzu..maaf..kan aku..." tidak ada isakan atau pun tangisan, hanya suara zany yang semakin lemah dengan latar belakang teriakan-teriakan para peserta lain yang disiksa Thurqk.
"Aku ...tida.. bisa mene...ani kalian .....gi...waktu..ku... mpai dis.. ni.."
Tak ada yang bisa dilakukan.
"A..ku..me..nyu...ul..Cher..il."
Rasa sesak itu memenuhi dada kuzunoha, sesak...semakin sesak...bahkan Kuzunoha tidak sadar ekspresi yang dia keluarkan sekarang.
"Sampaikan...ma..af ku..pada....Elle..."
"Zany! TIDAK!"
Berikutnya yang nampak di layar adalah Zany dicekik dan diangkat oleh Thurqk dengan sebelah tangan.
"Kuakui, kemampuanmu memang unik," ujar Thurqk. "Namun, sudah selesai. Aku tak punya cukup waktu untuk bermain-main denganmu."
Suara itu terasa bergema di kepala Kuzunoha.
***
"ZANY, BERTAHANLAH! CIPTAKAN SENJATA! APAPUN! INI KESEMPATANMU ZANY! SEKARANG!!"
Kuzunoha berteriak, berharap zany mampu melewati kondisi ini dengan segera. Hanya itu hal yang bisa dia pikirkan untuk keselamatan Zany sekarang.
"CEPAT ZANY!"
Shotgun tiba-tiba muncul di tangan zany, moncongnya menempel tepat di kepala Thurqk. Deru nafas zany terdengar jelas di telinga kuzunoha.
"TEMBAK ZANY! HANCURKAN KEPALA MAKHLUK MERAH ITU!"
Kemarahan Kuzunoha memuncak. Dia semakin takut melihat apa yang akan terjadi selanjutnya.
Kuzunoha memandang kejadian itu dengan geram. Tangan kirinya mencengkram sarung pedang dengan sangat kuat sampai mengeluarkan suara berderit. Tangan kanannya mengepal keras. Giginya rapat, menggeretak dengan sangat keras.
Sedetik, dua detik, tiga detik, Zany tak mampu membuat shotgun itu melepaskan pelurunya. Thurqk memejamkan mata, bersamaan dengan itu kobaran api berwarna merah darah muncul dari seluruh tubuh Zany, disusul suara teriakan menyiksa yang terlontar dari mulutnya.
Kepala Kuzunoha berdenging, tidak ada suara apapun lagi yang dia dengar, bahkan teriakannya sendiri yang mengguncang Jagataha Vadi.
Dataran Merah itu bergetar hebat menghadapi raungan Kuzunoha. Sayap-sayap hvyt pun tak mampu mengelakkan energi yang keluar dari sang Half-Demon ini, beberapa terpelanting keluar dari area pepohonan Rachta. Bahkan teriakan pixie yang bergantung di pundak Kuzunoha agar tidak terhempas tak terdengar olehnya.
Detik berikutnya, dia mencabut pedang yang langsung terselimuti dengan magnetite hijau terang yang kekuatannya tidak bisa dibandingkan dengan yang pernah ada selama ini.
Kuzunoha menancapkan ujungnya ke tanah dan menimbulkan retakan raksasa ke delapan penjuru. Jagatha vadi tak terselamatkan dari amukan Kuzunoha.
Kuzunoha memejamkan matanya, Suara-suara kembali terdengar tapi Kuzunoha hanya terfokus pada suara nafasnya yang tersengal. Saat kembali membuka mata, mata sebelah kanannya menjadi biru terang, layaknya safir biru. Penuh ketenangan tapi memberikan perasaan yang tidak menyenangkan.
***
Thurqk terlihat melepaskan cengkeramannya pada leher Zany dan membiarkannya hangus hingga ke tulang.
Tidak ada suara apapun lagi, layar hologram pun perlahan menghilang. Tidak ada hal lain, bahkan pengumuman untuk pertandingan selanjutnya belum dimunculkan.
Hvyt yang mengawal Kuzunoha, menyaksikan seluruh kejadian yang ada. Tercengang, memerhatikan apa yang dilihatnya adalah kenyataan yang jelas, ada jiwa yang mampu mengeluarkan kekuatan begitu besar. Entah apa yang akan terjadi jika dia terus berhasil melewati semua pertarungan dengan kemampuan yang meningkat.
Hvyt yang merupakan makhluk yang diciptakan langsung dari tangan Thurqk dan hanya menuruti dan berpikir kalau Thurqk adalah Dewa nya, mulai meragukan diri mereka sendiri setelah melihat apa yang terjadi di depan mereka tadi.
Hal terakhir yang bisa mereka yakinkan untuk diri mereka hanya satu. Ikuti perintah Thurqk dan kawal semua jiwa termasuk jalannya seluruh pertandingan.
***
Phase 1: Room of Resolution
Kuzunoha telah selesai meditasi dan kembali bertemu dengan Kojiro. Kojiro tidak menjawab soal siapa Ayah kuzunoha. Alih-alih menjelaskan keberadaan Ayah Kuzunoha, Kojiro mengungkapkan dua hal yang akan membuat Kuzunoha kerepotan tapi juga semakin kuat.
Pertama, Kuzunoha adalah Half-Demon, kejadian tadi membangkitkan sesuatu dalam dirinya. Pahami kembali soal emosi-emosi yang dia rasakan, pengontrolan atas emosi akan menjadi kekuatan utamanya. Demon – demon yang dia bawa di dalam kuda menjadi hal penting yang memengaruhi kemampuan Kuzunoha kedepannya.
Kedua, Karena Kuzunoha adalah Half-Demon, apapun pilihan yang muncul karena spark yang ada, akan menentukan siapa dirinya kedepannya. Ada hal yang bernama persepsi atas diri dan itu akan menentukan apakah dia akan menjadi dirinya sendiri atau bersedia diambil alih oleh kesadaran makhluk buas yang ada dalam dirinya. Semua tergantung dari pilihannya.
Kembali, semua pernyataan itu menjadi sebuah teka-teki besar bagi Kuzunoha. Yang bisa dia lakukan hanyalah menjalani pertarungan ini sampai selesai, menemukan rahasia di balik kekuatan Thurqk, (jika bisa) berkoalisi dengan para peserta yang sanggup bertahan lalu mengalahkan Thurqk.
Tentunya bukan hal mudah, mau tidak mau pengorbanan pasti akan terjadi, baik itu dari diri sendiri...ataupun peserta lain.
Bukan sesuatu yang menyenangkan memang...
***
Kuzunoha juga telah mencoba menghubungi Elle dan Lucia sekali lagi. Berhasil, mereka ternyata memang selamat.
Kuzunoha menceritakan kejadian yang dilihatnya di Jagatha vadi. Elle menangis meraung-raung, dua sahabat barunya, cheryl dan Zany berturut-turut menjadi korban
"Aku tidak akan memaafkan Si Thurkey jahat itu Nom! Au benci dia Nom! ..!!"
Kuzunoha tidak berkata apa-apa, tidak memanas-manasi Elle, pun tidak menenangkannya.
Lucia yang tau hal itu merasa bingung, bukan sifat dia untuk bersimpati. Dia paham, yang kalah akan hancur, jika tidak mau hancur, bertahan. Hanya itu. Dia tidak mengeluarkan basa-basi apapun, hanya sedikit pernyataan yang mencoba menenangkan.
"Semoga kita masih bisa bertahan sampai akhir dan melawan si Dewa merah itu."
Itu ucapan terakhir Kuzunoha sebelum menutup pembicaraan.
***
"Tuan..."
"Ya Pixie?" tanpa menoleh sedikitpun pada peri kecil yang memanggilnya.
"Gunakan aku secara maksimal, aku tidak ingin tuan menjadi seperti di layar tadi."
Kuzunoha mengelus kepala pixie dengan lembut dan hanya tersenyum.
Pixie, walaupun demon, dia merasakan firasat yang sangat tidak enak saat ini.
Kuzunoha seakan memiliki resolusi baru yang harus diwujudkannya. Ada perubahan besar di mentalnya, di hatinya.
***
"Pertarungan berikutnya."
Tanpa banyak bertanya, Kuzunoha menerima uluran tangan Hvyt. Tidak menunggu waktu lama, Mereka sudah terbang, melayang, di angkasa merah.
Kali ini Kuzunoha melihat seluruh dataran Nanthara. Rasanya sang Hvyt memberikan hadiah pada dirinya yang sudah menunjukkan hal menarik baginya. Kuzunoha memperhatikan tiap hamparan yang dia lihat. Dataran nanthara, sebuah kepulauan yang tampak membentuk pola Kepala tengkorak.
Yakin. Itu yang dirasakan Kuzunoha. Dewa semesta Alam tidak mungkin memiliki selera serendah ini.
***
Phase 2: Room of Spark
Kuzunoha menapakkan kakinya, merapikan jas dan mengusap muka yang dilanjut menyisir rambutnya kebelakang dengan jari-jari tangannya.
"Disini? Apa aku termasuk yang gagal?"
Tanpa menoleh ke Hvyt, Kuzunoha mempertanyakan tempat pertarungan yang didatanginya. Devasche vadi. Tempat awal mereka dikumpulkan. Lapangan kastil luas tempat kediaman Thurqk.
"Bukan..."
Hvyt melangkah melewati Kuzunoha.
"Jadi? Apa saatnya langsung melawan Thurqk?"
Hvyt memijak salah satu petak tanah. Yang terjadi berikutnya adalah beberapa bagian tanah turun bergantian, membentuk sebuah tangga, ke bawah tanah.
"Silahkan tuan Kuzunoha," hanya pernyataan itu yang Kuzunoha dapatkan dari si Makhluk bersayap.
"Pixie, kembalilah dulu ke dalam tube."
Pixie mengangguk, memberikan kecupan terbang ke Kuzunoha dan berikutnya berubah menjadi energi hijau yang masuk ke dalam tabung kecil tempatnya bersemayam.
***
Langkah demi langkah Kuzunoha jalani. Tempat itu lumayan dalam, cahaya sedikit bahkan hampir sulit melihat dengan penglihatan manusia biasa.
Jalan tempat itu lumayan berliku, Hvyt menjadi penunjuk arah dengan suara, dia berjalan di belakang Kuzunoha. Tempat itu Seperti sebuah labirin raksasa dengan dinding yang sangat tebal. Kuzunoha menyentuh dinding sambil menyusuri tiap meternya, merasakan adanya kekuatan besar yang menjaga ruang bawah tanah tersebut tetap kokoh.
***
"Ruang Khramanaka 06-Neraka beku. 30 Menit. Hitungan dimulai saat kedua peserta berada di ruangan. Bunuh lawanmu baru pintu terbuka."
"Selain itu?"
"Anda dan lawan anda akan tahu apa yang akan terjadi."
"....."
Ruangan itu gelap, Hvyt menutup ruangan dan berjaga di balik pintu. Sepertinya hanya ada 1 pintu keluar masuk.
Kuzunoha memutuskan untuk bermeditasi sekali lagi dengan tenang.
Kojiro mendatanginya lagi dan kali ini hanya berkata, "Kau...akan bertemu ayahmu di Akhir ronde ketiga ini..." untuk berikutnya menghilang dan membuat Kuzunoha penasaran.
Kuzunoha juga mencoba mengingat ulang semua pelajaran yang pernah dia dapat, terutama pengendalian emosi. Dia harus mempersiapkan diri untuk menghadapi yang terburuk.
Kegelapan menemaninya, menyelimutinya dengan ketenangan...
***
"Silahkan Tuan Stallza, ini ruangan yang menjadi arena pertarungan anda berikutnya."
"Siapa lawanku?"
"seseorang yang 'mirip' dengan anda."
"Begitukah?" Pria tersebut memasuki ruangan yang sama dengan Kuzunoha.
Dalam sekejap ruangan itu dipenuhi cahaya. Sosok kedua orang di dalam ruangan itu terlihat.
Pria tadi memandangi Kuzunoha yang duduk bersila sambil menyandar di dinding.
Kedua alis pria tersebut, yang berbentuk seperti sayap elang itu pria, naik dan memperhatikan dengan seksama orang yang ada di depannya.
Mirip dimananya?
Pria itu bergumam dan kembali melihat Kuzunoha.
Tampan sih, tapi tidak setampan diriku ini.
Baik pria itu ataupun Kuzunoha sama-sama menggunakan setelan Jubah yang menjuntai. Pria itu mengenakan mantel berlengan berwarna perak dengan panjang hingga ke mata kaki, dengan tudung yang menutupi kepala dan sebagian muka. Baju kemeja lengan panjang, ikat pinggang kulit, celana panjang kain, sepatu kulit, tas pinggang.
Sedangkan Kuzunoha menggunakan kemeja-celana berwarna biru tua, setelan rapi dengan jaket berwarna hitam luntur.
Keduanya akan menemukan kesamaan yang lebih banyak lagi dalam beberapa menit kedepan.
"Pertarungan dimulai."
Suara yang tidak ada wujudnya bergema di ruangan itu, hitungan waktu telah dimulai.
***
Phase 3: Room of Summoner
"Langsung ke permasalahan, nama saya Baikai Kuzunoha."
"..."
"Saya sudah memperkenalkan diri, anda bahkan tidak bisa menyebutkan nama?"
"Ho...tegas juga..., aku Stallza."
"Tuan Stallza, Selama saya bermeditasi.... Saya mencium bau banyak orang dari sini, beberapa di antaranya ada yang saya kenal. Sepertinya pertarungan seluruh peserta kali ini terbagi atas ruangan-ruangan. Di tiap ruangan hanya ada dua orang yang bertarung."
"Dari mana kau tahu tuan Baikai?"
"Indera Penciumanku..."
"Sangat menarik," Stallza kemudian mencoba menyusuri dinding ruangan seperti mencari-cari sesuatu.
"Tidak ada jalan keluarkah disini Tuan Baikai?" ujarnya sambil mengetuk dinding berulang-ulang.
"Tidak ada Tuan Stallza, tidak ada jendela atau apapun. Semuanya dinding batu. Karena kita hanyalah bentuk jiwa yang dipadatkanlah makanya kita 'merasa' bisa bernafas di sini."
"Hm...Kalau begitu, bagaimana kalau kita hancurkan?" Stallza meraih kantong yang ada dipinggangnya dan mengambil sesuatu yang berbentuk kristal.
Kuzunoha berhasil memancing stallza untuk menunjukkan keahliannya.
Pada detik berikutnya mewujud sesosok pria dengan pakaian nyentrik, jas seperti penghibur dengan topi tinggi, seluruh pakaiannya berwarna setengah merah dan setengah putih, dari kristal yang digenggam Stallza. Phosporosso, begitu Stallza menyebutnya.
Stallza dan Phosporosso sedikit berbicara dengan berisik untuk kemudian phosporosso membungkuk seperti menyatakan persetujuan.
"Spiritialis," setelah menyebut itu Stallza pria tadi berubah bentuk kembali, kali ini menjadi dua buah meriam kecil di kedua tangan Stallza.
"Spiritia Master, itu julukanku Tuan Kuzunoha."
Dalam sekejap Kuzunoha paham dia bisa bekerja sama dengan orang yang di depannya.
Dia juga pengendali demon.
Matanya membuatnya bisa membedakan mana entitas yang manusia dengan yang bukan. Tidak kalah sigap, Kuzunoha langsung memanggil salah satu demon andalannya, Belial.
Kuzunoha menjelaskan apa yang harus dilakukan pada Belial. Demon yang dijuluki Raja Neraka terkuat itu hanya menggelengkan kepala mendengar rencana yang diberikan. Menurutnya, daripada menghancurkan dinding, akan lebih baik jika langsung bertarung satu lawan satu.
Begitupun, Belial menghormati keputusan tuannya, dan bersiap melakukan yang diperintahkan.
"Demon Hunter, Devil summoner, mari, tuan Stallza." Kuzunoha tersenyum dan mulai mengambil posisi.
***
Stallza mengarahkan meriamnya ke salah satu sisi dinding. Kuzunoha mulai mengambil kuda-kuda, begitu juga belial, ke dinding yang berbeda dari stallza.
"Mulai!" serentak, teriakan mereka membahana di ruangan itu.
Suara dentuman berkali –kali menghujam ke arah dinding batu. Bercampur dengan dentingan pedang dan tombak yang menghajar batu-batu yang tersusun rapi dan kokoh. Jangankan hancur, retak pun tidak. Namun kedua sosok pengendali itu terus berusaha keras, mereka mengeluarkan kemampuannya masing-masing.
"Ferra!" Stallza menghentikan serangan, menyuruh sosok phosporosso untuk beristirahat sebentar.
Kali ini sosok yang keluar adalah sosok perempuan dengan celana pendek, yang berwarna senada dengan vest yang menutupi tubuhnya yang memakai kaos abu-abu. Ferra. Dia memperhatikan Kuzunoha, menunjuknya. Namun stallza menggeleng kepala dan memerintahkan yang lain.
Tanpa basa basi, Serangan berikutnya yang keluar adalah pasak-pasak seukurang lengan dengan ujung runcing, jumlahnya tidak sedikit. Juga memeiliki palu yang sepertinya bisa meremukkan banyak hal. Kali ini stallza memusatkan serangan pada 1 titik.
Sedangkan Kuzunoha, tanpa menghentikan serangan sama sekali, mengeluarkan 1 demon lagi, Orochi. Ular berkepala delapan dengan tubuh besarnya. Dia sedikit kesulitan bergerak, namun Kuzunoha tetap memerintahkannya menghancurkan dinding yang dia serang dari tadi.
Orochi menghantamkan kepalanya ke arah dinding itu, masih dibarengi dengan serangan tebasan pedang dan tombak dari Kuzunoha dan Belial.
Dinding itu tetap disitu, tidak bergerak, tidak tergores sekalipun.
"Dinding apa ini... Ferra, berhenti."
"Tuan Stallza, baru kali ini aku menghadapi dinding yang tidak bisa kuhancurkan, bahkan cekung sekalipun tidak saat kuhantam dengan palu ini."
Kuzunoha juga menghentikan serangan.
"Bahkan dengan demon sekelas Orochi juga tidak bisa meruntuhkan dinding ini Tuan Stallza."
Stallza dan dua spiritianya menoleh ke arah Kuzunoha, sekilas mereka memeerhatikan belial.
"Makhluk aneh," begitu pikir ketiganya. Lalu mengalihkan pandangan ke arah Orochi.
"Uler raksasa!" ujar mereka bertiga serempak.
Masing-masing pasang mata di kepala orochi memicing dan mendesis mendengar ucapan mereka.
"Apa? gak senang wahai Tuan Ular?" Ferra melihat gerak gerik Orochi.
"KAlllLLlIIIAANNN MeeeEErrennNNDahKKannKKUu?!! AkUU YaMMata NO OROCHI! jjaANgaann KaaalLLIiaaanN saaAMaakkaNN dEEengAAAnn UlaaArrr BiassSaa!" Orochi menjadi beringas mendengar perkataan Ferra.
"Orochi." Tekas Kuzunoha.
"Orochi...tenanglah," Belial mencoba membantu menenangkan.
Orochi memandang Kuzunoha dan Belial dengan rasa malas. Lalu melata ke belakang Kuzunoha.
"Sudah hampir 10 menit kita begini Tuan Kuzunoha, bisa-bisa kita kehabisan tenaga.
"YyyyaaAA! daaaAAn KkaalllIIaann BeeRRdduuAAA aAAkkaaann MmembbeeEkuu!"
Mendengar pernyataan itu, Stallza dan Kuzunoha tersadar.
"Ternyata"
"Iya...sepertinya begitu"
Kedua peserta itu tampaknya menyadari bahwa ruangan itu semakin lama semakin dingin, beberapa permukaan dinding menjadi sedikit licin dan membeku perlahan.
"Sepertinya ruangan ini memunculkan hawa dingin dan akan terus memuncak sampai akhir. Kita tidak tau apa yang akan terjadi berikutnya Tuan Kuzunoha."
Untuk beberapa saat mereka berdua terdiam...
***
"Mereka berhenti?"
"Sepertinya."
"Mau bertaruh?"
"hmm..."
"20 mangkuk bakso untuk mereka akan mengambil keputusan bertarung."
"Sial, kau memilih pilihan yang pasti. Oke deh. 20 mangkuk bakso. Mereka tidak akan bertarung dan masih terus mencari cara untuk menghancurkan ruangan ini."
"Deal!"
"Deal!"
Dua Hvyt yang menunggu masing-masing jiwa yang dikawalnya...sepertinya menikmati suasana yang ada...
***
"Saya tertarik dengan demon yang anda kendalikan Tuan Stallza. Mereka berbentuk seperti Manusia."
"Hahahaha, mereka bukan demon Tuan Kuzunoha. Sebutan mereka adalah Spiritia. Mereka adalah unsur-unsur pembentuk alam, mereka adalah rekanku yang kusayangi." Jelas Stallza.
Ferra yang mendengar itu tersipu malu.
"Spiritia...berarti satu tingkat dengan demon pada kelas Elemen-Deity ya...Undine, Aero..., menarik..." Kuzunoha tidak bisa menyembunyikan ketertarikannya pada spiritia yang dimiliki Stallza. Jika ini adalah pulau Greed, mungkin dia akan jatuh dalam kerakusannya pada sosok spiritia.
"Berarti yang anda keluarkan adalah demon, begitu tuan Kuzunoha?"
"Ya, berapa banyak spiritia yang anda kendalikan?"
"Tuan Stallza, anda tidak perlu menjawab ini," Phosporosso meyakinkan tuannya, merasa tidak perlu membocorkan kemampuan pada lawan yang ada di depannya.
Mendengar itu Stallza mengangguk.
"Kau duluan tuan Kuzunoha"
Kuzunoha mengangguk dan memberitahukan seluruh kemampuan demon summoningnya.
Dalam beberapa menit ke depan, mereka bercengkerama dengan riang membahas soal spiritia dan demon. Ini yang dikatakan Hvyt tadi sebagai "orang yang mirip". Yah, memang, orang yang memiliki kemiripan dan ketertarikan yang sama cenderung cepat akrab.
Dan keakraban itu segera pudar.
***
"Tuan, sudahlah ayo bertarung saja, kalahkan dia, suhu dingin sekalipun tidak masalah. Tuan Stallza tinggal pakai Nitria atau siapapun untuk menghalau hawa dinginnya." Ferra tidak sabaran. Merasa waktu terbuang begitu saja. Phosporosso tidak menanggapi lebih jauh pernyataan Ferra.
Stallza masih memikirkan hal lain, berusaha menghindari saling bunuh. Dia yakin, dengan dua jenis summoner pasti bisa mengatasi kondisi ini.
Ferra benar-benar tidak suka dengan keputusan tuannya.
"Tuan Stallza. Satu-satunya jalan keluar adalah dinding yang ini, disini letak pintunya," Kuzunoha mengarahkan tangan dengan menepuk bagian dinding.
"Kita serang sekali lagi tapi dengan terfokus pada titik ini." Kuzunoha meyakinkan stallza.
Stallza melihat phosporosso. Tidak ada anggukan ataupun gelengan.
"Baiklah..."
Stallza dan kuzunoha menyerang sekali lagi dengan dua demon dan dua spiritia yang mereka keluarkan. Kali ini dengan kekuatan yang lebih besar dan lebih terfokus.
***
"Aku menang"
"cih, kenapa mereka tidak pilih bertarung saja. Waktunya sudah berjalan setengahnya."
"hahahaha"
Hvyt yang satu tertawa senang karena menang 20 mangkuk bakso.
Keadaan masih dapat berubah...
***
"Sebentar tuan Stallza."
Kuzunoha mengecek dinding itu, tidak berpengaruh apa-apa. Kuzunoha menggeleng kepada Stallza. Keduanya kehabisan cara.
"Aku ingin mencoba sesuatu," Ujar Kuzunoha.
Kuzunoha mengembalikan Orochi ke dalam tube dan meraih tube lainnya.
"Kohryu."
Dan dalam sekejap, Stallza, Kuzunoha, Ferra dan Phosporosso juga Belial terhantam ke dinding.
"UHHUOOEEKK!"
"KUZUNOHA KAUU!!"
"MA-UHUK-AF," jawabnya tersedak.
"....." Kohryu yang terpaksa melingkar di ruangan sekecil itu hanya terdiam. Dengan segera Kuzunoha mengambalikannya dalam tube.
Berselingan dengan Kohryu yang menghilang Ferra menghantamkan palu ke arah Kuzunoha, namun Belial lebih sigap. Trisula milik Belial sudah menghadang palu tersebut.
"KAU!" Ferra marah. Marah besar. Tuannya tersakiti.
"Maaf, maaf,, maksudku ingin menyuruh Kohryu menghancurkan ruangan ini."
"Tapi ternyata dengan ukuran tubuh seperti itu tidak bisa menghancurkan ruangan ini sekalipun." Tukas Stallza.
"Aku juga mau mencoba sesuatu." Kali ini Stallza mengeluarkan dua spiritia, satu demi satu.
"Hydra, Chlora, [sintesis]." Kedua spritia itu mengeluarkan serangan dalam bentuk unsur baru, serangan asam.
"Pemikiran yang bagus." Kagum Kuzunoha.
Namun sekali lagi, dinding itu tidak terpengaruh. Tidak mencair, tidak meleleh sedikitpun karena serangan asam tadi.
Suasana ruangan semakin dingin...
***
Phase 4: Room of Torture
"Tuan, anda sudah mengeluarkan empat spiritia...dan waktu semakin sedikit..." phosporosso mengingatkan stallza.
Pergerakan mereka semakin kaku. Walau dingin itu tidak berpengaruh pada spiritia dan demon, stallza dan kuzunoha masih bisa terpengaruh dengan suhu yang ada.
Stallza menatap kuzunoha.
"Tidak adakah cara lain selain saling bunuh?" Kuzunoha sangat tidak suka harus mengambil keputusan ini.
Stallza menggelengkan kepala.
Kuzunoha terdiam. Sedangkan Stallza diyakinkan berulang kali oleh para spiritianya. Ini bukan tempat yang sama dengan yang sebelumnya. Dia tidak bisa memilih siapa yang harus dibunuh dan masih banyak nyawa yang bisa diselamatkan.
Kali ini mereka harus berhadapan satu lawan satu.
"Tuan stallza,"
"Baiklah. Kita mulai."
***
"Heheheheh"
"Cih.."
"Keadaan berbalik, 20 mangkuk bakso di tanganku!"
"Tunggu sebentar! Sekarang kita tambah taruhannya. 80 mangkuk bakso untuk Tuan Kuzunoha sebagai pemenangnya!"
"Baik, berarti total 100 bakso akan menjadi milikku, aku bertaruh Tuan Stallza yang akan menang!"
Pertaruhan sengit antara Hvyt pun terjadi.
***
Serangan demi serangan dilancarkan. Tidak ada satupun yang berusaha untuk berhenti. Semuanya sudah dimulai.
Phosporosso dan Hydra adalah korban pertama dan keuda dalam pertarungan ini. Kedua Spiritia milik Stallza itu kembali menjadi kristal karena terluka parah akibat serangan Kuzunoha. Api belial
Membalas hal itu, Stallza melakukan spritialis pada Ferra. Ferra menjadi sebuah sarung tangan merah di lengan stallza. Setiap tempat yang disentuhnya mmemunculkan sebuah pasak runcing yang besar.
Kuzunoha kesulitan menghindar karena pasak itu sudah muncul dimana-mana. Kuzunoha kemudian menyuruh Belial mengeluarkan serangan api, tapi tidak berhasil mengenai Stallza dan malah Stallza menyentuhkan tangannya ke Belial.
Tubuh Belial terkoyak karena pasak yang keluar dari tubuhnya. Energinya habis dan kembali ke dalam Tube. Sekarang tidak ada Demon yang mendampingi Kuzunoha sama sekali.
Stallza terus menyerang Kuzunoha. Kelincahannya setingkat di atas Kuzunoha. Ini juga kernea stallza sendiri adalah seorang ahli dalam menggunakan pisau yang membuat dia mampu bergerak cepat untuk membunuh dalam jarak dekat. Belum lagi dengan mode spiritialisnya dengan Ferra.
Kuzunoha yang tidak mendapatkan kesempatan menyerang mulai hilang keseimbangan. Chlora mengepakkan sayapnya dan mengeluarkan bubuk tidur. Kuzunoha mulai limbung.
"Errrrgh, Anti mind." Kuzunoha menggunakan item khusus untuk membuatnya tetap tersadar dari gangguan bubuk yang dikeluarkan chlora.
Kuzunoha langsung menyerang ke arah Chlora, si spiritia berperawakan anak kecil, melompat dan mencoba menebasnya. Chlora mundur dan mencoba mengepakkan sayapnya sekali lagi. Tapi kuzunoha dengan sigap mendorong chlora lalu menggunakan Mata ketiga untuk menghipnosisnya.
Chlora berikutnya mengikuti seluruh perintah Kuzunoha.
"Chlora! Aku Tuanmu!"
Teriakan Stallza tidak berpengaruh apapun ke Chlora yang telah dihipnosis Kuzunoha. Serangan Chlora berbalik ke arah Stallza. Stallza berusaha menghindar. Seluruh kesulitan ini menjadi lebih parah karena rasa Shock yang ditimbulkan dari pengambil alihan spiritia oleh Kuzunoha.
"Sialan!"
Stallza mencoba mengembalikan kuasa atas Chlora, tapi tidak berhasil. Sama sekali sia-sia.
Berusaha berpikir tenang, Stallza mengeluarkan Spiritia lainnya. Ini Spiritia kelima yang dipanggilnya.
"Koboldia!"
Kuzunoha menggunakan cara yang sama ke koboldia, koboldia terpengaruh. Koboldia menyerang Stallza dengan kecepatannya yang mengerikan. Namun stallza kewalahan, bukan karena tidak bisa mengimbangi kecepatan milik Koboldia, tetapi karena koboldia adalah adik Ferra.
Ferra yang bersatu dengan fisik Stallza merasa gamang, dia berusaha untuk tidak melukai adiknya. Dia juga ingin marah karena adiknya lemah dan bisa terhipnosis begitu saja oleh Kuzunoha.
Stallza Akhirnya memanggil Nicca, adik dari Ferra dan Koboldia. Sifat dan sikapnya tidak kalah beringas dari kakaknya.
Stallza melepas mode spiritialis dengan Ferra. Lalu, Ferra dan Nicca menahan koboldia dan berusaha menyadarkannya. Tapi tidak ada perubahan, mereka hanya bisa menahan amukan koboldia yang berusaha menyerang stallza.
Chlora terus mengejar Stallza, stallza terus berusaha menghindar.
Ruangan semakin dingin, sudah muncul stalaktit es di atap ruangan dalam waktu singkat. Setiap kali ada getaran kuat di ruangan, stalaktit es itu berjatuhan dan melukai kedua pihak.
Kuzunoha semakin lemah, energinya jadi cepat terkuras karena berusaha mengendalikan dua spiritia milik stallza.
Berusaha untuk menyelesaikan ini dengan sergera, Kuzunoha memanggil Metatron.
"Ternyata aku bisa mengendalikan spiritia sekaligus demon dengan trik seperti ini," Percobaan Kuzunoha berhasil.
Metatron melancarkan serangan demi serangan. Stallza terpuruk. Pixie dipanggil dan kuzunoha memerintahkan sesuatu padanya.
Namun kuzunoha tidak memperhatikan. Dengan kondisi lemah dan energi fokus yang terkuras, Metatron yang loyalitasnya belum total penuh mulai kehilangan kendali.
Metatron tidak bisa dikembalikan ke dalam tube dan tiba-tiba kaku. Beberapa detik berikutnya, Metatron menyerang semua yang ada di hadapannya. Baik Stallza maupun Kuzunoha terhempas ke arah dinding.
Dalam situasi seperti itu, Stallza bangkit dan mulai mendapatkan kuasa kembali atas kedua spiritianya. Sekarang ada 4 spiritia yang bertahan.
Kuzunoha mengembalikan Pixie kedalam tube sebelum dia benar-benar kehabisan energi. Kini Kuzunoha harus menghadapi dua lawan. Stallza dan metatron.
***
Metatron menggunakan Megidolaon, sebuah serangan non-elemental, magic yang kerusakannya sama besar dengan kekuatan fisik yang terkuat yang pernah ada. Ruangan bergetar. Es yang menutupi dinding runtuh begitu juga stalaktit yang menggantung di atap ruangan. Stallza dan Kuzunoha bisa bertahan, begitu juga 3 saudari spiritia, tapi tidak begitu halnya dengan Chlora, kelora terhempas, dan kerena pertahanannya lemah, dia kembali menjadi kristal, menghilang.
Hawa dingin ruangan kembali terasa, kali ini dingin yang muncul lebih cepat. Nafas mereka yang keluar mulai menjadi embun, bahkan jika meludah, air itu akan langsung membeku. Hanya karena mereka sering berinteraksi dengan para spiritia dan demonlah yang membuat ketahanan tubuh mereka terhadap hawa dingin ini lebih baik.
Waktu yang tersisa tinggal 7 menit sampai seluruh isi ruangan membeku. Terutama tubuh mereka berdua.
Stallza yang sadar penuh akan kondisi ini melakukan spiritialis dengan Almena yang barusan dipanggilnya. Tubuhnya sekarang dibalut jubah yang tahan dengan kondisi suhu seekstrim apapun, baik itu panas maupun dingin.
Dengan tenaga yang sudah banyak terkuras karena sudah memanggil 7 spiritia, Stallza melakukan serangan gencar ke arah Kuzunoha yang limbung dan Metatron yang mengamuk.
Serangan tiga bersaudara terkombinasi dengan sangat baik ke arah metatron, Ferra menghantamkan palunya berkali-kali ke tubuh metalik Metatron, koboldia menyerang dari segala arah, Nicca hanya bisa berusaha memukul Metatron karena kemampuannya tidak berpengaruh pada demon yang merupakan perwujudan wakil Tuhan itu.
***
"OROCHI! ICE DRAIN! FROST BREATH! HEADBUTT!"
Berusaha untuk melawan nitria, spiritia kedelapan yang dikeluarkan Stallza, Kuzunoha memanggil salah satu demon terkuat tipe Esnya ini.
Serangan hawa dingin dari nitria tidak berpengaruh apa-apa, malah membuat Orochi semakin kuat. Dan akhirnya, Nitria bernasib sama dengan beberapa spiritia sebelumnya, habis dihempaskan oleh demon milik Kuzunoha.
Orochi mulai menyerang Stallza, tapi serangan ses sekuat apapun tak berpengaruh ke stallza, gerakan Orochi yang lambat karena ukuran fisiknya, walaupun serangannya kuat tidak mampu mengenai stallza, bahkan stallza mampu menyerang balik Orochi dan mengembalikannya ke dalam tube.
Keduanya sudah habis-habisan. Kuzunoha mengeluarkan Alice, demon yang bisa melakukan serangan kuat dan yang terakhir yang bisa di-summon-nya, dan Stallza mengeluarkan Plumbina, salah satu spiritia paling merepotkan bagi musuh-musuhnya.
Plumbina melancarkan serangan awal, dia membuat dirinya menjadi semacam asap kotor yang jika dihirup akan menjadi racun yang kuat dan jika pedangnya berhasil melukai lawan, akan membuat lawan keracunan. Tapi ternyata Alice adalah tipe lawan terburuk untuk Plumbina, seluruh serangan Plumbina dimentahkan total, apalagi kondisi dingin membuat struktur fisik Plumbina tidak stabil. Dengan satu serangan beruntun dari Alice, Plumbina kewalahan. Berusaha menghindar tapi akhirnya Plumbina pun habis dibantai Alice.
Kuzunoha semakin kesulitan bergerak, waktu tinggal 4 menit.
Alice mencoba menyerang stallza yang sedari tadi menjaga jarak dengan Kuzunoha dan Metatron. Tanpa perlu mendekati Stallza, serangan Alice mampu mencapainya. Beberapa luka terbersit di tubuh stallza.
Ferra yang melihat kejadian itu langsung menerjang Alice, menghantamkan palunya dari bawah ke atas dan menghempaskan alice. Koboldia langsung bereaksi, mengejar alice yang melayang tadi dan mencabik-cabiknya, Alice berteriak histeris dan membuat Koboldia terhuyung dan menghentikan serangan.
Nicca yang menyaksikan itu langsung membungkam alice dengan menggunakan kekuatan penariknya dan langsung melontarkannya ke arah Ferra yang sudah siap menyambutnya dengan palu besinya. Hantaman terakhir membuat Alice remuk dan kembali ke dalam tube.
Sekarang hanya ada stallza yang ter-spiritialis dengan Almena, tiga saudari spiritia dan metatron. Kuzunoha yang merasa terdesa dengan itu semua ditambah waktu yang sudah tidak ada lagi, memaksakan diri untuk memakai mata ketiga pada metatron berusaha membungkamnya.
Tapi Kuzunoha kesusahan, bahkan untuk fokus kepada Metatron saja dia tidak mampu. Hipnosis ketiga gagal. Metatron tetap mengamuk, menghempaskan Kuzunoha kembali.
***
Stallza yang sudah melakukan [extracto] pada Metatron, memasuki dunia tiga detik, mengambil satu langkah besar. Dia melakukan [sintesis], tiga saudari, kekuatannya disatukan. Tubuh Logam dan elemen angin Metatron dilawan dengan gabungan kekuatan ketiganya yang merupakan inti dari logam. Yang terjadi adalah, keempat-empatnya hancur, kehabisan energi dan kembali dalam wujud masing-masing ke Tuannya.
Metatron kembali ke dalam tube. Kuzunoha kembali satu lawan satu dengan stallza.
Tubuh Kuzunoha mulai tidak bisa digerakkan sama sekali. Stallza mendekati Kuzunoha perlahan dan mengarahkan belati untuk menusuk Kuzunoha.
Di saat seperti ini. Entah kenapa Pixie lagi-lagi bisa keluar dengan sendirinya dari tube.
"Jangaaaaaaaaaaaan!!" Suara pixie melengking, kecil, sesuai ukuran tubuhnya. Berusaha untuk menghalangi Stallza yang ingin menghabisi Kuzunoha.
Stallza mengacuhkan Pixie dan terus mendekati Kuzunoha.
"Kau..kau tidak akan kubiarkan menyerang tuanku!" Pixie berusaha memukulnya.
Merasa terganggu, Stallza mencengkram Pixie, "Ini demi kebaikan Tuanmu, aku bisa menyembuhkannya kembali."
"Aku juga bisa menyembuhkannya kembali, lepaskan aku, pergi kau!" Pixie meronta di genggaman Stallza.
"Pixie!, kau..lepaskan dia!!!!" Kuzunoha marah dengan tenaga terakhirnya.
"Tuan!!"
"Kau hanya akan mengganggu demon kecil," Pixie dibantingkan ke dinding.
"KAU MENYAKITI SAHABATKU!!!!!!!"
Kuzunoha mengamuk, Kemarahannya memuncak, dia tidak memedulikan hawa dingin yang ada. Naluri demonnya keluar, seluruh emosi dia tersulut dan mengeluarkan amarah terbesar yang ada.
Stallza sempat terkejut dan kewalahan dengan amukan Kuzunoha. Tidak menyangka hanya karena seekor demon kecil begitu dia akan mengamuk seperti ini.
"cih"
Stallza mencoba menusuk pixie. Tapi kuzunoha yang murka langsung menyerang dan terus menyerang, kecepetannya bertambah, darah dimana-mana. Tapi Stallza mampu menghindari sebagian besar serangan Kuzunoha yang sudah tidak terarah. Tidak ada lagi perhitungan dalam setiap gerakan Kuzunoha.
***
Stallza menghantamkan kuzunoha ke dinding. Hal itu membuat kuzunoha kehilangan mode berserknya, kembali seperti biasa, tapi tak mampu bangkit ataupun berdiri. Masakado terlepas dari tangannya.
Kuzunoha mencoba meraih Masakado, tepat di saat kuzunoha menyentuh masakado. Tubuh Kuzunoha membeku dengan sempurna karena 30 menit sudah terlewati. Serangan ini menjadi serangan penentu. Stallza menebaskan pedangnya ke arah kuzunoha. Hanya dengan membunuh Kuzunoha lah Stallza akan bisa keluar dari ruangan ini.
Tapi...
Tiba-tiba ruangan itu menjadi hening.
***
Phase 5: Room of Heart
Kuzunoha seperti bergerak dalam ruang tanpa batas dimensi dan waktu, sama seperti saat dia bermeditasi namun kali ini lebih dalam.
Kuzunoha kebingungan mendapati dirinya yang bisa berdiri...bukan di ruangan yang sama dimana dia bertarung dengan Stallza. Tempat yang...gelap...
Tiba-tiba terdengar suara.
"Begini yang namanya Baikai Kuzunoha?"
Suara menggeram itu berdiri di sebelah kanan kuzunoha.
"Dia kurang tenang, dan masih kurang perhitungan. Mungkin ini saatnya dia harus berpikir lebih banyak." Sahut suara yang lebih bersahaja.
"Yang dia butuh itu kekuatan, bukan ketenangan! Ini gara-gara kau! Dasar aspek manusia."
"Aspek Buas sepertimu lah yang membuat dia seperti ini."
"Dari awal seharusnya dia kuambil alih, pertarungan seperti apapun pasti cepat selesai."
"Ya, selesai karena kau kalah aspek buas."
"Grrghh! Kau!"
Kuzunoha yang berada di tengah debat argumen keduanya menjadi semakin bingung.
"Berhenti kalian berdua."
Sesosok makhluk keluar dari kegelapan yang paling pekat. Dia memakai semacam pakaian bangsawan pada zaman... lengkap, membawa pedang. dan menggunakan topeng seperti kabuki.
"Baikai Kuzunoha...saat ini disinilah kau harus mengambil keputusan. Tempat ini yang menjadi persimpangan takdirmu."
"Suara ini..anda...tuan kojiro?"
Sosok itu berubah wujud menjadi kojiro.
"Ya, dari awal kau mengenalku sebagai kojiro"
Kemudian sosok itu berubah lagi.
"Tapi inilah aku, aku adalah penguasa daratan matahari pada zamanku, dan kini aku menjadi salah satu pelindung untuk bumi dan penjagamu, Baikai Kuzunoha..."
"Kau.."
"Namaku..Masakado.."
Kini dia paham, yang membantunya di ronde satu dan dua, baik itu sebagai pemberi peringatan dan nasihat, juga yang menyelamatkannya di detik –detik terakhir, adalah sosok yang kali ini di depannya.
"Kalau begitu, perkataan tuan Koji—maksudku masakado, tentang aku akan bertemu ayahku di akhir pertarungan?"
Masakado mendekati Kuzunoha yang gemetar dan kebingungan, tak pernah sekalipun Kuzunoha bersikap seperti itu selama hidupnya.
"Aku adalah Ayahmu Baikai Kuzunoha...Akulah Demon yang memberikan sebagian darah dan kekuatannya padamu. Aku yang menyuruh ibumu untuk tidak memberitahukan apapun tentang masa lalumu."
"Tapi..kenapa?"
"Semua jawabannya sudah kuberikan dari awal kau berada di dimensi Nanthara ini anakku."
Kuzunoha tidak tahu apa yang harus dilakukan sekarang, perasaannya berkecamuk. Dua puluh tahun lebih tanpa sosok ayah, tidak mempedulikannnya, berusaha kuat sendiri dengan arahan orang-orang di sekitarnya, lalu mendapati ayahnya adalah salah satu demon terkuat pelindung bumi.
Ada perasaan lega saat mendapat kejelasan darimana darah Demon yang dia miliki tapi juga perasaan aneh, bagaimana bisa Demon sekelas Masakado yang menjadi ayahnya.
"Untuk sekarang, simpan semua pertanyaanmu. Akulah yang harus bertanya. Tentukan pilihanmu."
"Demi meneruskan pertarungan ini, apa yang akan kau pilih." Dia berjalan ke belakang Kuzunoha dan berhenti di antara dua sosok yang muncul dari awal di ruang ini.
"Aspek manusiamu? Yang menjadi penguasa atas demon di seluruh realm dunia. Bersikap tenang, sahaja, mampu mengendalikan emosi."
"Atau... menjadi bagian dari demon, dengan memilih aspek buasmu agar kau bisa mengerahkan seluruh kekuatanmu tanpa perlu banyak perhitungan? Kau akan menjadi Demon terkuat dalam bentuk fisik manusia."
"Yang mana? Wahai Baikai Kuzunoha?"
Kuzunoha berpikir...mempertimbangkan semuanya...
***
"Aspek manusia...."
"Ini adalah jalan yang kau pilih Baikai Kuzunoha, kedepannya kau akan bertemu persimpangan ini lagi, di ruang hatimu. Setiap pilihan akan berpengaruh besar ke kondisi dirimu, juga takdirmu."
Kuzunoha melangkah ke arah aspek manusia dan menyatu bersama dengan sosok itu. Sedangkan sosok aspek buas menghilang...
"Sekarang, saatnya kau menuntaskan pertarungan ini. Panggil namaku dengan keras, aku akan menghadiahimu dengan sesuatu!"
Kuzunoha merasakan kekuatan yang melimpah ada di dalam dirinya, semangat yang membara, kekuatan tanpa batas, Pikiran yang jernih, seluruh jiwanya seakan pulih.
"MASAKADO! I CALL YOU, THE GENERAL OF TAIYOU!"
"Bagus! Sekarang bangunlah. Aku adalah satu dari demonmu sekarang. Bangkitlah...Baikai Kuzunoha!"
Bersamaan dengan terbukanya mata Baikai Kuzunoha, tubuh kuzunoha sudah tidak membeku lagi. Dan lautan api tercipta dari serangan Masakado sebagai permulaan.
Jika ruangan ini disebut Neraka Beku yang mampu membekukan apapun, maka, Hellfire dari masakado adalah Neraka api yang panasnya mampu melelehkan apapun.
***
"Jaga pedang itu baik-baik, hadiahku tidak berakhir disini saja anak muda." Kuzunoha terngiang pernyataan Masakado.
Seluruh Es di ruangan itu mencair dan membuat tubuh Kuzunoha bisa leluasa bergerak. Hellfire dari Masakado membuat Stallza tersentak. Tapi karena dia masih dalam mode spiritialis dengan Almena, dia tahan dengan kondisi panas yang ada.
Stallza mencoba kembali berdiri di atas kedua kakinya dan melancarkan serangan dengan pisaunya, lemparan demi lemparan pisau dipentalkan Kuzunoha.
"Kau, tadi sepertinya kau sudah membeku, api apa itu tadi?! Padahal tidak ada demon lain selain pixie yang terbaring itu."
"Aku... telah memilih jalanku...tuan stallza..."
"Apa?"
Kuzunoha mulai mengumpulkan seluruh energinya ke arah pedang, mengeluarkan bentuk kapak yang sangat besar lalu menebaskannya dari kiri ke kanan. Stallza menunduk dan berhasil menghindari tebasannya. Pedang kuzunoha meninggalkan bekas goresan yang sangat dalam di seluruh dinding.
Stallza terbelalak. Seluruh serangan apapun sebelum ini tidak ada yang berhasil membaret sedikitpun dinding ruangan ini, tapi serangan Kuzunoha menafikan itu semua.
Berikutnya Kuzunoha memfokuskan energi pada pedang dan membuat pedang itu seperti sebuah tombak, dimulai dengan tusukan langsung, diikuti dengan menarik lalu memutarkannya dengan satu tangan. Disambut dengan tusukan beruntun yang tak mungkin bisa dihindari stallza.
Stallza kerepotan dan dia memanggil spiritia yang lainnya, ini sudah spiritia ke 10 yang dia keluarkan.
"Mau tidak mau..."
***
Kedua Hvyt yang berada di luar ruangan kebingungan. Waktu sudah lewat 30 menit tapi pintu masih belum terbuka juga. Yang lebih anehnya lagi, seharusnya tidak ada suara apapun dari dalam ruangan karena semuanya membeku, tapi kenapa masih ada suara pertarungan.
"Hei...ini gimana..."
"Jangan tanya aku. Kalo kamu tanya aku, aku tanya siapa?"
"Taruhan Baksonya gimana dong..."
"...."
***
Stallza yang melakukan [double spritialis] kali ini bukan hanya berjubah saja, tapi menggunakan armor yang berukir dan sebuah pedang. Dalam kondisi ini, Stallza jadi tahan udara ekstrim dingin dan panas. Lalu, kelemahan mode Argia –pedang dan armornya –yang tidak tahan panas jadi tertutupi. Sekarang Stallza merasa bisa mengimbangi Kuzunoha.
Masing-masing serangan dari keduanya berhasil dimentahkan, keduanya juga kehabisan cara. Kuzunoha mengambil jarak.
"Memang tidak bisa dengan cara begini ya..." Kuzunoha bergumam.
"Kenapa? Kau merasa tidak bisa mengalahkanku Demon Hunter?" Stallza memancing Kuzunoha lagi.
Kuzunoha mendekat ke arah pixie, mengangkatnya dan menggunakan Bead padanya. Pixie terbangun dengan kesadaran penuh dan energi penuh.
"Tuan....TUAN!!! tuan selamat!!!" Bahagia melihat tuannya ternyata masih bisa bergerak. Pixie berputar-putar di udara.
"Pixie," Kuzunoha tersenyum dan menyahut dengan tegas.
"Sudah ada diambil?"
"sudaaaaah, " dia menyerahkan sesuatu pada kuzunoha.
"Lakukan lah,"
Pixie mengangguk. Memandang stallza, mencibirnya Lalu beralih ke kuzunoha dan merapal mantera. "Hei, alis tebal! Sekarang aku akan membalasmu, aku bisa melakukan ini pada tuanku! TRANSFORM!"
Sekarang di ruangan itu ada dua stallza.
Kuzunoha berubah sempurna menjadi stallza. Bentuk, warna, sifat, pribadi, gaya bicara, bau, apapun yang ada pada stallza, ada pada diri kuzunoha yang sekarang.
"Akan kucoba." Kuzunoha melakukan sesuatu.
"Ferra."
Ferra muncul di sisi kuzunoha. Tentunya Ferra yang sama dengan yang dipanggil Stallza tapi dengan sikap yang berbeda. Beda pemakai, beda tenaga bawah sadar yang digunakan sebagai energi kontrak antara spiritia dan masternya.
Stallza, berulang kali dibuat Shock oleh Kuzunoha dan kali ini membuat dirinya tidak bisa berkata apapun. Spiritia yang susah payah didapatkannya, bisa ada di tangan Kuzunoha.
***
Phase 6: Room of Bonds
"KAU, TIDAK MUNGKIN!"
Meskipun stallza meneriakkan ketidak setujuannya, kenyataan adalah kenyataan. Kuzunoha sekarang bisa mengendalikan spiritia, dengan sosok Stallza yang ditirunya.
"Ferra!" Stallza mengecek kristalnya, tapi energi Ferra sudah habis dan tidak bisa dipanggil oleh stallza. Ini membuktikan Ferra yang ada di depannya adalah Ferra yang serupa tapi tak sama.
"Kau! Berani-beraninya meniruku!"
Ferra melindungi Kuzunoha, Stallza merasakan hatinya remuk, kini dia berhadapan dengan spiritianya sendiri. Ada perasaan sakit di dadanya saat mengetahui ikatan antara dia dengan spiritianya sangat tidak berguna di kondisi saat ini.
"Aku bukan Ferra yang kau miliki , alis tebal." Seringainya sambil menghantamkan palunya ke arah tubuh stallza. Stallza terhempas. Armornya remuk.
Stallza berusaha bangkit lagi, tidak mau mengakui bahwa dalam segi manapun sekarang ini, Kuzunoha tidak akan bisa dikalahkan. Sudah jelas hasilnya akan seperti apa.
"Silic!" tak peduli akan apa yang terjadi pada jiwanya di Nanthara ini, Stallza mengeluarkan spiritia ke 11. Menggabungkan kekuatan petirnya ke pedang yang dipegangnya.
Serangannya membabi buta, beringas. Ferra kewalahan.
"Ferra...menyingkir." sahut Kuzunoha tiba-tiba dari belakang. "Stallza, membekulah." Tangan Kuzunoha muncul dari balik pundak Ferra dan langsung mengarah ke wajah Stallza.
Ternyata di saat Ferra menghalau serangan Stallza, Kuzunoha sudah melakukan spiritialis dengan Nitria.
Mulai dari wajah, terus menyebar ke kepala, dan akhirnya seluruh bagian tubuh. Stallza, kehilangan inti jiwanya. Bukan hanya karena beku, tapi juga Stallza telah melebihi batas pemakaian spiritia. Melawan musuh yang tidak disangka-sangkanya. Membuat dia akhirnya harus menelan pil pahit untuk kedua kalinya.
Stallza mati, pintu terbuka dan pengumuman terdengar.
"Baikai Kuzunoha, pemenang Ronde ketiga."
"Yeeeeeeeeyyy Tuan Menang!!!!" Pixie kegirangan.
Kuzunoha menyuruh Ferra dan Nitria kembali menjadi kristal, mereka bedua membungkukkan badan untuk pamit.
***
Phase : -The poem for everyone's soul-
Kuzunoha tidak langsung keluar dari ruangan. Dia memunguti seluruh pisau lempar yang berceceran.
"Aku pernah membaca sebuah skrip kuno tentang takdir. Begini isinya 'ada dua orang pria...satu mengambil keuntungan dari spark yang dia temui, dan satu tidak. Walau mereka mengambil jalan yang sama, mereka akan menjalani masa depan yang berbeda. Aku tidak tau mana masa depan yang lebih bermakna, yang memanfaatkan spark sekecil apapun, atau yang menjalaninya begitu saja'..."
Kuzunoha menyusunnya satu demi satu di hadapan bongkahan sosok stallza.
Pisau pertama...
"Aku tidak tau, siapa di antara kita yang menggunakan spark itu dengan baik..."
Pisau kedua...
"Tapi kurasa, beban masa depan yang kita pegang berbeda..."
Pisau ketiga...
"Ada kekuatan yang lebih besar yang menangani pertarungan ini, bukan si dewa merah. Aku denganmu, hampir tidak memiliki perbedaan."
Pisau keempat...
"Namun, Kau yang ditakdirkan dari awal menjadi spirita master dan aku yang tumbuh menjadi demon summoner, memiliki perbedaan mendasar."
Pisau kelima...
"Spiritia adalah bentuk unsur yang memiliki gumpalan jiwa."
Pisau keenam
"Demon adalah bentuk jiwa itu sendiri dan masing-masing dari mereka adalah pencipta dan pengendali tiap unsur itu. Dari situ, aku memiliki beban dan berkah yang lebih besar darimu."
Pisau ketujuh
"Aku tidak tau masa lalumu"
Pisau kedelapan
"Aku juga tidak tau masa depanmu"
Pisau kesembilan
"Yang aku tau...kita berdua disini akhirnya...dipermainkan oleh takdir"
Pisau ke sepuluh
"Disini kita memperebutkan hal bernama masa depan dan kebebasan."
Pisau ke sebelas...
"Sekarang, dengan penuh penghormatan, akan kugunakan kemampuanmu untuk bersanding dengan pengetahuanku."
"Terima kasih untuk kekuatan baru ini. Semoga kita bisa bertemu lagi."
Pisau kedua belas ada di tangan Stallza. Seluruh pisau lempar itu selesai disusun di hadapan runtuhan sosok beku Stallza. Kuzunoha melangkah keluar ruangan untuk mengklaim pernyataan kemenangannya.
-Epilogue-
"Aku menang," sambil menyikut Hvyt lainnya.
"Cih."
Stau Hvyt merasa puas dengan kemenangan Kuzunoha, satu Hvyt merasakan beban yang berat.
***
"Pixie, terima kasih ya, sekarang, kamu istirahat dulu di dalam tube." Pixie mengangguk dan seperti biasa memperi kecupan tak langsung ke arah Kuzunoha.
Kuzunoha melangkah keluar bersama Hvyt yang mengawalnya. Sekarang, mereka kembali ke halaman Devasche Vadi yang kosong.
"Tunggu disini Hvyt," Tidak ada embel-embel tuan lagi dari mulut Kuzunoha.
Dengan sisa tenaga yang ada, dia mencoba hal yang baru dia dapatkan. Dia melihat ke kedua tangannya.
"Jika digunakan dengan logika yang sama. Jurus yang stallza gunakan menggunakan esensi yang sama dengan penguasaan demon-ku. "
"Menggabungkan dua spiritia dan menjadikannya unsur atau kekuatan serangan yang lebih kuat. Kalau tidak salah, dia menyebutnya [sintesis]. Ini seperti yang biasa aku lakukan dalam melakukan fusion pada serangan demon. Juga, hal yang sama saat viktor menggabungkan dua demon untuk menaikkan dan menjadikannya demon dengan level yang lebih tinggi."
Kalau memang benar, maka...
"Kohryu...."
Naga emas berukuran raksasa itu meraung, keluar dari tube tempatnya beristirahat. Sosoknya memenuhi langit Devasche Vadi.
Jika dia menyebutnya spiritialis, maka aku menyebutnya... "[Demon spark]."
Kuzunoha berkonsentrasi penuh. Kohryu sang Naga petir itu melayang membumbung tinggi di angkasa, kepalanya menerjang ke atas sebelum akhirnya meliuk dan menghunjamkan tubuhnya dengan cepat ke arah Kuzunoha.
Cahaya menyilaukan dari Kilatan petir bersahutan di seluruh datara Devasche vadi. Suara dentuman terdengar di berbagai penjuru.
Ketika cahaya itu meredup, tampak sosok Kuzunoha yang berbeda dari sebelumnya.
Seluruh rambutnya tegak ke atas, berwarna emas. Seluruh pakaiannya berubah menjadi armor keemasan yang terbuat dari sisik emas yang kokoh dari sang naga. Bukan hanya itu, seluruh tubuh dan pedangnya dialiri listrik tampak jelas muatan-muatan elektrik berpendar bersahutan.
Kuzunoha melakukan tebasan kosong, namun atap kastil di devasche Vadi yang berada di ujung tebasan pedang Kuzunoha, hancur seketika.
Hvyt yang mengawal Kuzunoha semakin gugup. Menyaksikan perubahan besar pada jiwa yang dikawalnya.
Sosok, juga elemen yang ada pada diri Demon yang dimiliki Kuzunoha bersatu membuat Kuzunoha menjadi lebih berbahaya bagi lawan-lawannya ke depan.
Persis seperti yang dikatakan Kojiro, perwujudan dari sosok Ayah Kuzunoha yang ternyata adalah salah satu entitas tinggi yang berusaha menyelamatkan advance earth, Masakado.
Ayah... Aku akan mengalahkan Dewa Merah itu...dan kembali ke Bumi.
***
"Baikai Kuzunoha..." Gigi sang Dewa merah menggeretak mengucapkan nama dari sosok yang disaksikannya menghancurkan bagian kastil tempat tinggalnya.
"Heh, kita lihat, apakah kau akan bertahan sampai akhir."
Semuanya akan bergulir mulai dari sini...
Sebelumnya maaf banget kalau komentar ini isinya kebanyakan cabe. Entah kenapa saya lagi kesulitan cari manisan.
ReplyDeleteMeski ini entri yang cukup meriah - dan ga kalah dari segi suasana sama entri lawannya - ada beberapa poin yang kurang masuk preferensi saya.
Bagian pengantar sebelum battle agak terlalu panjang. Normalnya saya maklum kalau emang banyak info yang mau dimasukin dan bikin panjangnya reasonable, tapi entah kenapa di sini rasanya sebenernya bisa diringkas sederhana aja : DESPAIR. Mungkin karena dragging (ini murni pemikiran pembaca, bukan tuduhan ke penulis), awalannya bikin saya rada ngebaca dengan hati rada males.
Masuk ke pertarungan...saya ga bisa ngerasain tensi di antara dua karakter, dan kesannya mereka cuma karakter kosong yang namanya bisa diganti dan cerita bisa tetep jalan. Saya mikir gini karena di kepala saya interaksi mereka sesederhana komik ringan :
"Ancurin tembok ini yuk."
"Ayuk"
"Eh ga bisa, Yaudah kita berantem aja deh."
"Ayuk."
...Intinya itu yang kebayang di saya pas masuk bagian battle. Plot menjelang akhir di mana Kojiro=Masakado itu ayah Baikai juga berkesan sesuatu yang kurang impactful, mungkin karena banyak selipan jargon yang saya ga ngerti macem spark atau karena dasarnya ini karakter game yang saya ga ngerti sejarah nama Kuzunoha itu kayak gimana.
Terakhir keluhan minor. Hvyt saling taruhan itu berasa ga nyambung sama suasananya, berkesan pengen nyisipin komedi tapi ga nge-blend, jadi sesuatu yang sifatnya add-on dan removable. Terus saya sedikit ngerasa aneh, menjelang sisa menit terakhir pertarungan rasanya lebih panjang daripada pas masih sisa banyak waktu.
Shared score dari impression K-16 : 7,2
Polarization -/+ 0,6
Karena saya lebih suka entri Stallza, jadi entri ini saya kasih -0,6
Final score : 6,6
uhuokkk, critical hit!
Deletesebenarnya untuk yang pertarungan di menit2 akhir itu mau ngesankan semuanya itu terjadi dengan cepat tapi memang banyak aktivitas gerak.
"3 menit itu udah hancur2an banget" itu kesan yang aye mau tampilkan.
tapi malah terkesan lambat ya?
untuk dragging...
berarti harusnya phase 1 nya di taruh jadi sub judul di paragraf kedua atau ketiga ya biar langsung terasa masuk cerita..
heee..oke, paham, ternyata penempatan sub judul jadi berpengaruh..
thanks om sam udah di komeeen.
Knoflik build antara Stallza-Baikai garing, saya jadi nggak nikmat bacanya.
ReplyDeleteOverall, masih bisa dinikmati
7.5/10
Hehe kenapa aku dimintai pendapat padahal aku jarang baca dan nulis... ��
ReplyDeleteAku baru bisa mulai menikmati cerita di bagian Zany terbunuh, mungkin bagian sebelumnya bisa dibuat lebih ringkas. Lalu aku lebih suka endingnya di bagian kemenangan Kuzunoha atas Stalza, bagian setelah itu utk next stage aja.
Pilihan kata dan ejaannya bagus, penulisnya cukup teliti. Akan tetapi seringkali kutemukan penggunakan kata yg tdk efektif.
Bagian paling aku suka (dan yg memunculkan keinginanku lanjut membaca) itu saat Zany terbunuh, rasa serem dan sadisnya terasa. Final attack Kuzunoha juga seru.
Sedangkan yg paling aku ga suka bagian kembalinya Kuzunoha ke Devasche Vadi setelah pertarungan.
Semoga membantu.
skornya...70
Delete7/10 yaa
Deleteeh iyaa 70/100 atau 7/10 hehe
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeletePo:
ReplyDeleteMinusnya:
- bbrp adegan masih kurang berkesan kuat dan kerasa janggal, contoh pas Metatron memantulkan serangan para spiritia, penggunaan produk anti-mind, pas hipnotis spiritia, kesannya kok adegannya berlalu gitu aja tanpa ada penggambaran wujud monsternya atau wujud itemnya atau pergerakan dinamis dari Baikai. Interaksi antara Baikai sama Stallza kurang emosional. Konsep pemilihan Buas vs Manusia jg kerasa mirip konsep Primo dan konsep penyatuan dgn Kohryu jg kerasa mirip Kilat, meski mungkin itu cuma perasaanku dan emang kebetulan aja mirip.
Plusnya:
- Karakter Baikai kerasa cukup alami dan perkembangannya juga pas. Wujud Baikai yg petir itu terasa keren dan sesuai sama alur perkembangan Baikai. Ciri khas Baikai yang tenang juga terlihat, dan aspek Masakado/ayah Baikai juga jadi pelengkap yang menurutku sinkron dengan rangkaian kerangka cerita yg Mas Dhiko ketengahkan.
Dengan semua ini, nilai dariku 7,7 (Lebih 0,5 dibanding nilaiku ke Stallza)
>mirip primo
Deleteyesh, inspirasi untuk pemilihan alignment, awalnya kebingungan gimana caranya munculkna pemilihan takdir. tapi setelah baca entri primo jadi paham.
>mirip kilat
baru sadar! tapi mungkin bawah sadar memang manggil pembacaan dari entri kilat sebelumnya. malah yang kebayang sama aye itu kayak goku jadi super saiya sebenarnya.
thanks untuk nilainya om po!
nanti saya return the favor yah.
Sebenernya permulaan ceritanya, yang soal flashback kematian Zany, sangat menarik dan sukses ngehook saya untuk melanjutkan membaca. Tapi kemudian pertarungannya terasa agak... I dunno, kacau. Pada dasarnya saya nggak terlalu suka narasi battle yang kerasa terlalu gamey sih. Ada juga banyak miss di teknis penulisan, kaya kapital yang kelupaan di awal kalimat. Dan bet Hvyt di tengah-tengah itu malah lebih annoying ketimbang memberi nilai plus apapun ke cerita.
ReplyDeletePersonally, saya juga kurang sreg sama pilihan demon-demon yang dibawa Baikai sih. Terlalu banyak, terlalu kuat, dan sebagian nggak bisa saya bayangkan bisa terus nurut sama Baikainya. (Metatron? Seriously? Untuk di logika game maybe masih masuk, tapi demon sekelas dia sepertinya nggak pernah dipakai Raidou di novel maupun komik officialnya.)
Tadinya saya mau ngasih 6/10, tapi prolog yang cukup solid menambah nilai itu jadi 7/10
uhuokkk, akhirnya dikomen om fahrul
Deleteorang kedua yang bilang permulaan ceritanya bisa ngehook.. m(_ _)m
huhuhuhu
untuk pilihan demonnya, dari awal mikirnya si baikai ini memang khusus dan....levelnya lumayan tinggi...
tapi ga masuk logika ya
orz
sengaja masukin level di atas belial tapi merekanya ada kemungkinan berontak karena loyalitaasnya belum tinggi...
thank youuuuuuu
7 itu udah tinggi banget om.
Entri ke-17…. Dan saya masih malas ngirim ke blog. Nanti aja, kalau semua entri udah keluar :3
ReplyDeleteCukup panjang untuk ukuran battle 1vs1. 32 halaman, tapi sangat menarik untuk dibaca.
Khususnya untuk battle. Kemaren pertarungan ini sempat dihighlight, summoner vs summoner. Dan di ruangan 10x10 m. wew, saya menemukan battle yg apik. Walaupun bukan sampai tahap epic, tapi ini sangat bagus, menurut saya. Saya juga nekanin buat ruangannya. Sejauh ini, tidak banyak entri yg berhasil menyuguhkan visualisasi ruangan dengan baik, dan baikai adalah salah satunya. Keren, kalau saya bilang.
Untuk narasi, saya pikir sudah bagus. Lain2 juga. Masih ada sedikit typo, nanti bisa diperbaiki. Dan seperti biasa, flashback masih jadi favorit untuk ditampilkan. Mungkin buat nambal lubang gara2 battlenya byy-one ya? Hehehe…
Untuk nilai, saya ngasih: 7.5
Semangat kak :3
Bukan 1 vs 1 saja, sebenernya. Melainkan Stallza vs Baikai, beserta gerombolan summoned Demons/Spiritias mereka :D
Deletewwawaw thank youh!
Deleteterima kasih sudah kasi feedback (y)
dan rasanya dapet nilai yang tinggi lagi itu jadi disanjung ..wkwkwkwk
:*
ReplyDelete