June 9, 2014

[ROUND 3 - K4] REX - STAND PROUD

[Round 3-K4] Rex vs Nemaphila
"Stand Proud"

Written by Eromango

---

Prologue


Rex menatap lorong panjang di hadapannya dengan kedua matanya yang tajam. Dengan pedang panjang di tangan kanannya, sang ksatria mulai melangkah cepat dan berlari menyusuri lorong panjang gelap tersebut.


Dari arah yang berlawanan, beberapa ekor makhluk berkulit merah, yang dikenal dengan sebutan Hvyt mulai berdatangan dan berlari menerjang ke arah Rex. Para malaikat merah segera menembaki sang ksatria dengan anak panah dan senapan yang ada di tangan mereka. Dalam sekejap, lorong sempit itupun dipenuhi oleh anak panah dan peluru yang melesat kencang menuju Rex.


"OORRAAAAA!!"


Sang ksatria mengayunkan pedangnya sekuat tenaga. Tebasan demi tebasan dilakukannya dengan kecepatan yang amat luar biasa.


"ORAORAORAORAORAAAA!!"


Puluhan anak panah dan peluru yang menerjangnya terhempas balik bagai kertas yang bertebaran di udara sesaat sebelum menyentuh tubuh Rex. Beberapa peluru berhasil lolos dari tebasan sang ksatria namun tetap tidak sanggup untuk melukai tubuhnya yang terlindungi oleh baju besi.


"Keparat! Berhentilah melawan dan pergi menuju tempat pertarunganmu!" Teriak salah satu Hvyt dengan busur di tangannya.


"Kalianlah yang harusnya minggir, aku tidak ada waktu untuk mengurusi keroco seperti kalian!" Balas sang ksatria geram.


"Wahai ksatria berambut emas, kenapa kau nekat ingin menemui sang dewa?" Tanya Hvyt yang lain.


"Apa aku masih perlu menjelaskannya pada kalian? Dewa keparat itu sudah membunuh para peserta hanya karena mereka kalah dalam pertarungan, aku harus menghentikannya sebelum dia menghabisi lebih banyak peserta lagi!" Jelas Rex yang semakin tidak sabar.


"Apa yang terjadi pada para peserta semuanya adalah kehendak dari sang dewa, kamu sama sekali tidak punya kuasa untuk menentang perintahnya!"


"Omong kosong! Minggir atau kuhabisi kalian semua!!"


Rex kembali mengambil kuda-kuda dan bersiap untuk maju menerjang para Hvyt di depannya.


"Tunggu!!"


Sebuah teriakan menahan Rex dari perbuatannya. Dari balik gerombolan Hvyt yang memblokade jalan, sesosok makhluk lain yang juga berkulit merah melangkah maju.


"Siapa kau?" Tanya Rex waspada.


Sosok yang muncul tersebut sama persis dengan para Hvyt yang lain, yang membuatnya berbeda adalah tubuhnya yang jauh lebih besar dan kekar dibandingkan dengan Hvyt biasa, dan bukan hanya itu, bahkan Hvyt yang muncul tersebut memiliki aura yang berbeda dari lainnya.


Para Hvyt yang lain segera melangkah mundur seolah takut pada sosok Hvyt perkasa tersebut.


"Manusia keparat... Kalau kau ingin melawan sang dewa, coba langkahi dulu mayatku!" Sahut sosok Hvyt perkasa dengan nada menantang.


"Kau meremehkanku?" Balas Rex yang merasa direndahkan.


Sang Hvyt perkasa tersenyum sinis.


"Ti-tidak kusangka kalau Hvyt terkuat akan muncul hanya untuk menghentikan manusia berbaju besi itu, pasti sang dewa sudah kehabisan kesabarannya!" Komentar salah satu Hvyt yang berdiri paling depan.


"Hai manusia berbaju besi, sebaiknya kau menyerah sekarang juga sebelum dirimu terluka parah!" Hvyt yang berdiri di sampingnya ikut bicara.


Sang Hvyt perkasa melangkah maju seraya melakukan kuda-kuda dengan tangan kosong. Aura yang menyala merah terang mulai menyelimuti tubuhnya, membuat keadaan semakin panas.


"A-aura apa itu?"


"Aku tidak tahu apa yang akan terjadi, tapi entah kenapa rasanya udara di tempat ini semakin memanas!!"


Melihat aura yang menyelimuti sosok Hvyt perkasa, Rex langsung mengambil posisi siaga, dari kuda-kuda yang dilakukan oleh lawannya itu, Rex langsung menyadari bahwa sosok yang berada di hadapannya itu tidak sekedar besar mulut.


"Apa kau takut, manusia kerdil?" Tanya Hvyt perkasa seraya tersenyum penuh percaya diri.


"Sudah kubilang jangan meremehkanku!!"


Sang ksatria langsung berlari menerjang seraya mengayunkan pedang panjangnya, di pihak lain, sang Hvyt mengangkat kedua tangannya tinggi, api yang amat panas berkobar dari kedua telapak tangannya, dan dengan sebuah ayunan keras, dilemparkannya kedua bola api besar tersebut menuju sang ksatria yang menerjang ke arahnya.


"Dia bisa menembakkan bola api?!" Salah satu Hvyt berteriak kaget.


"Padahal seharusnya Hvyt tidak memiliki kekuatan sihir, apa yang sebenarnya terjadi?!" Lanjut Hvyt lain yang juga terkejut.


"Kau pikir serangan seperti itu bisa menyentuhku?!"


Dengan mudah sang ksatria menghindari serangan bola api tersebut dengan memutar tubuhnya ke samping.


"Sungguh kecepatan yang luar biasa!"


Rex kembali mengayunkan pedangnya, namun sebelum serangannya berhasil melukai sang Hvyt perkasa, lawannya tersebut sudah lebih dulu menciptakan kobaran api yang membentuk cambuk panjang.


"Red Bind!!"


Segalanya terjadi dengan amat cepat, api yang berbetuk cambuk tadi langsung melilit tubuh Rex dan menghempaskannya ke dinding lorong dengan keras.


"Si-si ksatria itu tertahan di dinding oleh kobaran api!!"


Rex tersudut. Dia sama sekali tidak tahu kalau lawannya memiliki kekuatan sihir, apalagi sihir itu adalah sihir pengendalian api. Lidah api yang melilit tubuhnya mulai memanaskan baju besi yang dipakainya, lilitan yang dilakukannya pun semakin kuat dan kencang, membuat Rex kesulitan untuk bernafas.


"Panas..! Tubuhku, tangan dan kakiku serasa terbakar!!" Rex mulai meronta dalam lilitan api yang mengikat tubuhnya kuat.


"Gahahaha! Menyerahlah sekarang juga sebelum aku terpaksa mengirimmu ke tempat pertarungan dalam keadaan setengah mati!" Sang Hvyt perkasa tersenyum penuh kemenangan.


"Ke-keparat..!"


Rex berusaha melepaskan lilitan api yang semakin lama semakin memanas. Api yang terus berkobar membuat oksigen di sekitarnya semakin berkurang. Baju besinya mulai mendidih dan menyala merah, sang ksatria tahu betul jika dirinya tidak bisa lepas dalam semenit, tubuhnya akan mati terpanggang di dalam baju besinya sendiri.


"Kekuatan pengendalian api itu.. tidak salah lagi, dia adalah salah satu dari beberapa Hvyt legendaris yang tinggal di neraka terdalam! Magician's Red!!" Seru salah seorang Hvyt yang berdiri di tengah kerumunan Hvyt lainnya.


"MAGICIAN'S RED?!"


Seolah baru saja tersambar petir berjamaah, seluruh Hvyt yang ada di tempat itu langsung memasang wajah yang luar biasa terkejut, bahkan di antara mereka ada beberapa yang tidak percaya dengan apa yang di dengarnya.


Hvyt perkasa yang ternyata bernama Magician's red tersenyum bangga.


"Kalian baru menyadarinya? Dasar para keroco tidak berguna," Ucap Magician's Red seraya menoleh ke belakang sambil menunjuk pada para Hvyt yang berkumpul.


"Ma-maafkan kami!!" Sahut para Hvyt yang ketakutan kompak.


"Sekarang saatnya untuk mengirimkanmu ke tempat pertarungan, wahai ksatria kerdil!"


Sang Magician's Red mengayunkan kedua tangannya dengan gerakan yang kuat namun gemulai, di saat yang bersamaan, tubuh Rex kembali melayang di udara dan menghantam dinding yang berada di arah yang berlawanan.


"Uaaaghh!!" Rex sama sekali tidak bisa berontak ataupun melawan. Baju besinya mulai meleleh dan tenaganya sudah terkuras akibat kekurangan oksigen, satu hantaman lagi sudah bisa memastikan kekalahannya.


"KOOORRAAAA!!"


Sang Magician kembali mengangkat tubuh Rex tinggi, dan dengan sekuat tenaga kembali menghantamkan tubuh anak muda tersebut tanpa ampun pada lantai batu yang dingin dan keras.


Rex kehilangan kesadarannya seketika.


"Bawa dia ke ruang penyiksaan!" Perintah sang Magician pada para Hvyt.


"Si-siap komandan!!"


Tanpa membuang waktu lagi, beberapa ekor Hvyt langsung menggotong tubuh Rex menuju tempat pertarungan yang sebenarnya.

***

Di tempat lain, seorang wanita berkulit jingga yang mengenakan gaun terusan panjang melangkah dengan tenang menyusuri lorong sempit yang gelap yang panjang. Sekilas penampilan wanita itu tidak ada bedanya dengan wanita pada umumnya, terutama di tengah lorong gelap deperti itu, namun kenyataannya, wanita itu bukanlah wanita biasa, dia adalah salah satu dari spesies langka Viridian yang memliki kemampuan yang bisa membuatnya mengendalikan pohon dan tumbuhan lainnya.


Wanita itu adalah Nemaphila, dengan sulur-sulur yang menggantikan rambut di kepalanya, wanita Viridian itu sesekali melirik ke kanan dan kiri, berusaha mencari tahu keadaan di sekitarnya.


"Aku sama sekali tidak bisa merasakan energi kehidupan lain di tempat ini..." Batin Nema gugup.


Di belakangnya, seorang Hvyt ikut berjalan mengikutinya. Makhluk merah itu berkata kalau dia ditugaskan untuk mengantar dirinya menuju tempat pertarungan selanjutnya, namun Nema pesimis kalau makhluk itu berkata jujur, karena dari penampilannya yang hanya mengenakan celana pendek, bertelanjang dada dengan hanya balutan jubah di punggungnya, membuat Nema sama sekali tidak bisa tenang berada di dekat Hvyt pengawalnya itu.


"Apa masih jauh tempatnya?" Pertanyaan Nema memecah kesunyian.


"Sebentar lagi..." Jawab sang Hvyt singkat dan datar.


Sang viridian kembali menghela nafas lelah. Sudah hampir sepuluh menit mereka berjalan menyusuri lorong gelap tersebut namun sama sekali tidak ada tanda-tanda kalau mereka akan mencapai ujung dari lorong tersebut. Nema bahkan tidak yakin kalau lorong yang dilaluinya itu memiliki ujung apalagi pintu keluar.


Tiba-tiba langkah sang Hvyt terhenti. Menyadari hal itu, Nema ikut menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang.


"Kenapa berhenti?"


"Kita sudah sampai," Jawabnya seraya menunjuk ke depan dengan tombak di tangannya.


"Hah? Tapi di depan kan.."


Saat Nema mengedarkan kembali pandangannya ke depan, kedua alisnya sontak terangkat tinggi. Lorong panjang yang barusan masih ada di depannya tiba-tiba berubah menjadi sebuah ruangan luas yang gelap dengan hanya penerangan obor di dinding-dindingnya, dan di tengah ruangan besar tersebut, sebuah lubang yang amat lebar dan dalam terlihat seolah siap menelan siapapun yang mencoba untuk mendekat.


"Tempat apa ini? Apa benar ini tempat pertarungannya?" Sambil melangkah menuju lubang dengan penasaran, Nema kembali bertanya.


"Bukan di sini, melompatlah ke dalam lubang!" Sahut sang Hvyt memberi perintah.


Nema mengernyitkan dahi.


"Melompat?"


"Benar, tempat pertarungannya ada di bawah sana."


Nema tertawa kecil saat mendengar Hvyt itu menyuruhnya untuk melompat ke dalam lubang yang entah sedalam apa. Dengan geram sang Viridian kembali bertanya pada Hvyt.


"Kau mau membunuhku? Aku bahkan tidak tahu tempat apa ini dan apa yang akan terjadi kalau aku benar-benar melompat ke dalam lubang itu, bisa saja di dasar lubang itu penuh jarum besi yang siap mencabik-cabik tubuhku saat aku jatuh!"


Sang Hvyt balik menatap Nema dengan tatapan tajam.


"Kau ingin tahu tempat apa ini?!"


"Ya, beritahu aku sekarang ju—"


Belum sempat Nema mengakhiri ucapannya, sang Hvyt sudah lebih dulu menendang tubuhnya sekuat tenaga. Sang viridian terhempas mundur dan jatuh ke dalam lubang yang menganga di balik punggungnya.


Tepat setelah menendang tubuh sang Viridian, Hvyt tersebut berteriak lantang.


"THIS! IS! JAGAATHAAAAAAA..!!"


Nema benar-benar terkejut, saking terkejutnya dia bahkan tidak sempat untuk berteriak kaget saat tubuhnya mulai jatuh ke dalam lubang gelap dengan cepat. Sang wanita Viridian hanya bisa menggeram kesal pada Hvyt yang baru saja melemparkannya ke dalam jurang kegelapan, dan sesaat sebelum seluruh tubuhnya tertelan oleh kegelapan, wanita berkulit jingga itu mengangkat tangan kanannya tinggi pada seolah berusaha menggapai Hvyt yang telah mendorongnya ke dalam jurang.

***

-Bizzare Tournament-


Saat Nemaphila membuka matanya kembali, hanya kegelapan yang bisa dilihatnya. Kemanapun dia menoleh, hanya hitam dan gelap sejauh mata memandang. Sunyi, seolah hanya ada dirinya sendiri di tempat itu.


"Di mana.. ini?"


"Oh, kau sudah sadar rupanya."


Sebuah suara, entah milik siapa dan dari mana asalnya, terdengar di telinga Nema. Wanita itu segera mengambil posisi siaga, karena kemungkinan besar suara itu adalah milik lawannya.


"Siapa kau?!" Sahut Nema yang mulai kebingungan karena terlalu lama berada dalam kegelapan.


Nema terus menunggu, namun tidak ada jawaban yang terdengar.


"Kutanya sekali lagi, siapa kau?!"


Tetap tidak ada jawaban.


Nema terdiam. Kesunyian kembali menguasai tempat itu.


Setelah beberapa lama, akhirnya suara yang sama kembali terdengar.


"Kau akan tahu sebentar lagi.."


"Apa..?"


Tepat sebelum Nema sempat melanjutkan pertanyaannya, cahaya yang amat terang, yang sepertinya berasal dari semacam lampu sorot tiba-tiba muncul dan menerangi tempat itu dari atas. Sebelum wanita itu sempat bereaksi pada cahaya yang muncul tiba-tiba, cahaya lainnya kembali muncul, dan kali ini berasal dari berbagai penjuru arah. Dalam sekejap, tempat yang tadinya hanya terisi oleh kegelapan berubah menjadi tempat yang amat terang berderang.


Cahaya yang tiba-tiba muncul menyilaukan pandangan mata Nema untuk beberapa saat, dan ketika pandangannya kembali pulih dan Nema berhasil membuka kedua matanya kembali, hal yang pertama kali dilihatnya benar-benar berada di luar dugaan... tidak, mungkin lebih tepatnya berada di luar akal pikirannya.


"Tempat macam... apa ini?"


Kedua mata Nemaphila melotot lebar saat mengetahui bahwa dirinya berada di suatu tempat yang amat luas. Benar-benar luas hingga dia harus memincingkan matanya untuk bisa melihat ujung dari ruangan besar tersebut.


"Tak kusangka kalau kita akan muncul di dalam sebuah stadium raksasa yang megah, kupikir tempat pertarungannya hanya sebatas sangkar besi kecil ini."


Nema menoleh pada sumber suara yang sama yang dengan yang pertama kali menyapanya saat dia bangun di tempat itu. Seorang pria berambut keemasan yang hanya mengenakan kaos hitam tanpa lengan dan celana panjang putih terlihat duduk dengan tenang sambil menyandar pada dinding yang tebuat dari jeruji besi hitam.


Tunggu... Jeruji besi?


Seolah baru menyadari sesuatu, Nema langsung menyapu pandangan ke sekeliling, Karena terlalu takjub oleh ruangan yang amat megah dan luas, wanita itu sama sekali tidak menyadari kalau dirinya berada di dalam sebuah sangkar besi berukuran 10x10 meter dengan tinggi 5 meter.


Yang lebih membuatnya tercengang lagi adalah, kenyataan bahwa sangkar besi tersebut melayang di udara, dengan lubang raksasa yang menganga lebar berada di bawahnya.


"Ku-kurungan apa ini?! Keluarkan aku dari sini!!" Nema berteriak seraya memukul-mukul jeruji besi yang mengurungnya, namun sekuat apapun dia berteriak, masih tetap kalah oleh suara sorakan para Hvyt yang memenuhi bangku penonton di stadion megah tersebut.


Tunggu.. Penonton..?


Lagi-lagi Nema terlambat menyadarinya. Yang berada di ruangan megah dan luas itu bukan hanya dia dan pria berambut emas itu, tapi juga puluhan, bahkan ratusan Hvyt yang entah sejak kapan sudah memenuhi kursi penonton yang melingkari stadium tersebut.



"LAAADIIIEEES AAAND GENTLEMEEEEEEN..!!"


Sebuah suara yang amat lantang terdengar memekakan telinga Nema. Sang viridian menolehkan pandangannya pada sumber suara barusan, yang ternyata berasal dari seekor Hvyt dengan setelan full dress dan memegang sebuah mikrofon.


Sambil melambaikan tangannya dengan gerakan anggun, sang Hvyt yang berpenampilan seperti pembawa acara tersebut kembali berbicara di hadapan para penonton yang mulai ramai bersorak.


"Selamat datang di ruang penyiksaan paling terkenal, paling ganas, dan paling mematikan di seluruh Jagatha Vadi...!! KHEEERRAAAMAAAANAAKKAAAAA..!!"


Para penonton kembali bersorak kompak.


"Pada hari ini, kita akan menyaksikan sebuah pertarungan hidup dan mati, pertarungan yang sudah kalian tunggu-tunggu, pertarungan satu lawan satu antar para peserta turnamen Battle of Realms!!" Sang Hvyt kembali melanjutkan pembukaannya.


Yang disambut oleh sorakan riang para penonton.


"Di sudut biruuuu... adalah wanita dari ras Viridian yang dijuluki dengan sang penabur!! Nemaaaaaaaphilaaaa..!!"


Sebuah lampu tembak langsung menyorot Nema saat si pembawa acara menyebutkan namanya.


"Dan di sudut meraaaah... adalah pria yang dijuluki sebagai pengguna pedang suci!! RRRRREEEEEEXXX..!!"


Lampu tembak lain ikut menyorot sosok yang sejak tadi duduk dengan tenangnya di pojokan sangkar besi, dan saat si pembawa acara menyebut namanya, pemuda berambut pirang itupun bangkit dengan raut wajah yang serius.


"Hei kau, kenapa kau malah tenang-tenang saja dalam keadaan seperti ini?!" Bentak Nema pada pemuda yang bernama Rex tersebut.


"Nenekku pernah berkata, seorang pria harus selalu tenang dalam keadaan apapun. Dalam keadaan seperti ini, mau panik seperti apapun tidak akan ada gunanya," Jawab Rex seraya menghela nafas pendek.


"Tch.." Nema kembali memukul dinding jeruji dengan geram.


Di lain pihak, Hvyt yang menjadi pembawa acara sudah mulai menjelaskan aturan yang akan berlaku pada pertarungan yang akan dilaksanakan sesaat lagi.


"Pertarungan kali ini akan menjadi pertarungan yang amat panas!! Kenapa? Karena sangkar besi tempat pertarungan berlangsung berada tepat di atas lautan api yang amat panaaassss!!"


"Lautan api?!"


Detik berikutnya, dari dalam lubang yang tadinya kosong, tiba-tiba api yang amat besar muncul menyembur dari bawah seolah kompor yang baru saja dinyalakan. Dalam sekejap, lubang raksasa tersebut telah berubah menjadi lautan api yang semakin lama semakin meninggi.


"Para jagoan kita hanya memiliki waktu selama 30 menit untuk bertarung! Karena setelah itu, api yang berkobar akan langsung melahap sangkar besi tersebut hingga hangus menjadi abuuuu..!!"


Baik Rex maupun Nema seperti tersambar petir saat mendengarkan penjelasan Hvyt tersebut, karena kalau memang benar apa yang dikatakannya, maka dalam setengah jam mereka berdua akan langsung hangus menjadi abu.


"Keparat! Peraturan macam apa itu?!"


Untuk pertama kalinya Rex membentak geram, namun Hvyt yang menjadi pembawa acara sama sekali tidak memperdulikannya dan melanjutkan penjelasan.


"Tapi tenang saja, jika salah satu dari mereka berhasil membunuh lawannya sebelum batas waktu yang ditentukan, maka pintu yang berada di bagian atas sangkar akan terbuka, dan pemenangnya akan diselamatkan dari kematian!" Lanjut si pembawa acara penuh semangat.


Para penonton yang sedari tadi diam kembali bersorak.


"Kupikir hanya manusia saja yang bisa sekejam ini, tapi ternyata dewa bernama Thurqk itu masih jauh lebih kejam!" Ucap Nema yang semakin geram.


"Untuk menghemat waktu, mari kita mulai saja pertarungannya! Dengan suara bel ini, secara resmi pertarungan telah dimulai!!"


Sang pembawa acara menjentikan jarinya, dan di saat yang bersamaan, suara bel yang amat keras terdengar menggema di seantero stadium tersebut. Bersamaan dengan bunyi bel pertanda dimulainya pertarungan, sebuah timer hologram raksasa ikut muncul di udara tidak jauh di atas kepala pembawa acara barusan.


Waktu yang tersisa adalah [29:50]

***

-Blazzing Hellfire-


Untuk beberapa menit pertama, keduanya hanya berdiri di tempat tanpa melakukan apapun. Keduanya saling menatap satu sama lain, namun sama sekali tidak tahu apa yang dipikirkan oleh satu sama lainnya. Satu-satunya hal yang keduanya setujui bersama adalah... semakin lama mereka diam maka akan semakin cepat mereka bertemu dengan kematian.


"Jadi untuk bisa selamat dari tempat ini, aku hanya perlu membunuhmu? Kedengarannya mudah sekali," Sahut Nema seraya tersenyum sinis.


Di lain pihak, Rex tetap berdiri tanpa terlihat akan menyerang sedikitpun.


"Nona, aku rasa—"


"Jangan bilang kalau kau merasa sebaiknya kita tidak perlu bertarung!"


Kedua alis Rex terangkat tinggi, bagaimana bisa wanita itu tahu apa yang akan dikatakannya?


"Kau dengar sendiri apa yang dikatakan makhluk merah itu tadi, satu-satunya cara untuk bisa selamat adalah dengan membunuh lawanmu, apa kau pikir ada cara lain?"


"Kalau kita memikirkannya bersama, pasti kita bisa menemukan cara untuk keluar dari diri!"


Nema menghela nafas lelah.


"Sayangnya kita tidak punya waktu untuk berpikir. Semakin lama kita membuang waktu, maka semakin dekat kita dengan kematian, seharusnya kau tahu hal itu!"


"Tapi walau begitu.."


"Kalau kau memang tidak mau bertarung ataupun membunuhku, maka sebaiknya kau diam saja dan biarkan aku membunuhmu!"


Seolah sudah kehilangan kesabaran, Nema berlari menerjang Rex sambil mengayunkan kepalan tangannya. Rex yang kurang waspada secara refleks langsung melemparkan tubuhnya ke samping hingga pukulan Nema hanya melewati bahu Rex dan mengenai udara kosong.


"Jangan menghindar!" Bentak Nema kesal.


"Itu tidak mungkin!" Balas Rex yang mulai gugup.


Sang ksatria berambut pirang sama sekali tidak tahu kekuatan apa yang dimiliki oleh lawannya itu, apalagi baju besinya sudah meleleh saat pertarungannya dengan Magician's Red, dan menggunakan mirabelle blessing di tempat sepanas itu sama saja dengan bunuh diri. Yang bisa dilakukannya saat ini hanya bertahan seraya mengamati serangan musuhnya.



Waktu yang tersisa adalah [25:21]






*** 






"Ooooohh..!! Rupanya sang penabur yang memulai serangan!!"


Sang pembawa acara yang mengamati dan menerangkan jalannya pertarungan dari udara kembali menyahut melalui mikrofon di tangannya.


Setelah beberapa menit yang hanya di isi dengan diam, akhirnya salah satu peserta, yaitu Nemaphila, memulai serangan dengan pukulan tangan kosongnya. Di pihak lain, Rex sang ksatria hanya menghindari serangan tanpa melakukan perlawanan sediktpun.


"Apa yang sebenranya dilakukan oleh ksatria itu? Kenapa dia tidak balik menyerang?" Salah seorang penonton berkomentar sekaligus bertanya pada temannya yang duduk di sampingnya.


"Hhmm... Awalnya kukira karena wanita penabur itu lebih tangguh, tapi kurasa si ksatria hanya tidak mau lengah," Jawab temannya itu.


"Apa maksudmu?"


"Dalam pertarungan satu lawan satu seperti ini, kau tidak bisa dengan gegabah menerjang lawanmu, ksatria itu melakukan tindakan yang tepat karena dia belum tahu kekuatan apa yang dimiliki oleh lawannya, karena itu dia hanya menghindar dengan tetap waspada," Jelas temannya dengan wajah serius.


"Jadi begitu, tak kusangka ternyata ksatria itu sangat cerdik!!" Hvyt pertama berkata riang.


"Walau begitu, akau curiga dengan perbuatan wanita penabur itu..."


"Apa? Apa maksudmu?"


"Bukan apa-apa, sebaiknya lanjutkan saja menontonnya."






***





-Withered Flower-


Sejujurnya, Rex sama sekali tidak tega jika harus membunuh seorang wanita. Walau Hvyt tadi mengatakan bahwa tidak ada cara lain untuk menang selain membunuh lawan, dia tetap tidak bisa seenaknya membunuh orang lain kecuali orang itu memang benar-benar pantas untuk mati.


"Kenapa kau terus menghindar?!" Nema kembali membentak geram.


Seolah tersengat aliran listrik, tiba-tiba Rex menyadari sesuatu.


"Mungkin akau bisa menggunakan cara ini!"


Dengan sekuat tenaga, Rex mengayunkan pedangnya tepat menghantam perut Nema, membuat wanita itu terhempas hingga menabrak dinding jeruji besi yang berada beberapa meter di belakangnya.


Rex menarik nafas panjang seolah menunggu, apakah rencananya akan berhasil?


"Ku-kurang ajar... beraninya menyerang tiba-tiba!"


Di luar dugaan, ternyata Nemaphila masih bisa bangkit setelah menerima pukulan keras barusan.


"Mu-mustahil, seharusnya serangan barusan sudah bisa membuatnya pingsan!!"


Rex yakin seratus persen kalau dirinya menggunakan tenaga yang cukup untuk bisa membuat seorang wanita normal pingsan dalam serangan tadi, tapi kenapa wanita itu masih bisa bangkit, bahkan seolah tidak merasakan efek dari serangan barusan sedikitpun.


"Kalau begitu aku hanya perlu melakukannya sekali lagi!"


Rex menerjang maju seraya mengayunkan pedangnya. Nema berusaha menghindar, namun kecepatan pedang Rex jauh lebih cepat, tubuhnya kembali dihantam oleh pedang panjang Rex hingga terlempar dan jatuh berguling ke samping.


"Apa kali ini berhasil?"


Sama seperti sebelumnya, Nema kembali bangkit tanpa merintih sakit sedikitpun.


Rex semakin terkejut, bahkan dua pukulan masih belum sanggup untuk membuat wanita itu pingsan. Padahal rencana awal Rex adalah dengan memukul pingsan lawannya dengan serangan yang membuatnya terlihat terbunuh, lalu saat pintunya terbuka, dia akan melarikan diri sambil membawa wanita itu bersamanya.


Sorakan penonton yang di iringi oleh komentar-komentar dari pembawa acara semakin meramaikan suasana stadium tempat pertarungan berlangsung. Sedangkan di tengah arena yang hanya sebatas sangkar besi yang entah bisa bertahan bisa berapa lama lagi, kedua petarung masih terus berusaha menyerang satu sama lain.


Rex terus mengulangi serangan yang sama berkali-kali, entah sudah berapa pukulan dan tebasan yang dia berikan pada Nemaphila, namun semua serangan itu seolah tidak berarti apa-apa bagi si wanita viridian. Wanita itu tetap bisa bangkit dengan mudah walaupun dipukul dan dihantam berkali-kali tanpa ampun.


Setelah dua menit berlalu, Rex mulai kehabisan tenaga. Keadaan sangkar yang semakin panas setiap detiknya membuatnya berkeringat banyak, tidak lama lagi dia bisa mengalami dehidrasi.


"Sialan, kenapa rasanya tiba-tiba tubuhku terasa lemah sekali?"


Setiap kali Rex melangkah, tenaganya seolah semakin terkuras, padahal seharusnya dia masih bisa bertahan walau keadaannya memaksa seperti itu.


"Apa yang sebena.. argh..!"


Sang ksatria jatuh bertumpu pada lututnya tepat saat dirinya berada satu meter di depan Nema.


"Khukhukhu~ Sepertinya sudah dimulai..." Nema tersenyum sinis seraya tertawa kecil.


"Apa.. katamu?"


"Mungkin kau mengira, kau bisa bertahan lebih lama dariku karena aku ini wanita, tapi sayangnya kau terlalu ceroboh.." Ucap Nema seraya mengusap sulur-sulur di kepalanya.


"Apa yang... kau lakukan?"


Pemuda itu menatap lemah pada wanita berkulit jingga yang berdiri di hadapannya. Nema membalas tatapan itu dengan tatapan yang penuh dengan kebencian.


"Kalau kau benar-benar ingin tahu, coba lihat bagian bahu dan punggungmu!" Sahut Nema seraya menunjuk pada Rex yang berlutut di hadapannya.


"Bahuku?"


Rex membuka sebagian kausnya untuk melihat bahu kanannya, dan saat kedua matanya melirik pada bagian tubuh tersebut, hal yang disaksikannya benar-benar membuatnya serasa tersambar petir. Kedua matanya melotot lebar, keringat dingin mulai membasahi wajahnya yang syok dengan apa yang baru saja dilihatnya.


Bagian bahunya dipenuhi oleh bunga-bunga dandelion kecil...!!


"AP-AAPAAAA IINNIII..?!"


Sontak Rex langsung melangkah mundur dan jatuh terduduk kembali, bagaimana tidak, beberapa menit yang lalu tubuhnya masih normal dan sehat, lalu secara tiba-tiba dan entah bagaimana caranya, bagian bahu dan punggungnya telah berubah menjadi taman bunga.


"Sepertinya kau sangat terkejut, padahal kupikir bunga dandelion itu cocok untukmu~" Nema berkomentar dengan nada yang merendahkan.


Rex berusaha untuk mencabuti bunga-bunga yang menempel di tubuhnya, namun entah kenapa, setiap kali dia menyentuh bunga dandelion tersebut, tenaganya seolah terserap drastis.


"Percuma percuma percuma percumaaaa!! Kau tidak akan bisa melenyapkan bunga-bunga kesayanganku dengan cara biasa, karena bunga yang tumbuh di tubuhmu itu mengalirkan semua tenaga dan energimu padaku, sekarang aku hanya perlu menunggumu mati kehabisan tenaga!" Nema tertawa penuh kemenangan. Semuanya berjalan sesuai dengan rencana sang wanita viridian, bahkan sejak awal, dia sudah yakin kalau ksatria berambut pirang itu tidak akan mampu untuk mengalahkannya.


"Ke-keparat...!! sejak kapan kau menumbuhkan bunga-bunga ini..?"



Waktu yang tersisa adalah [19:54]






***





"Apa.. apa yang terjadi dengan ksatria itu?!" Salah satu penonton yang duduk di bangku paling bawah tampak begitu terkejut dengan keadaan yang tiba-tiba berputar balik pada Nemaphila.


"Tidak kusangka, ternyata wanita itu sudah merencakan semua ini sejak awal!!" Hvyt yang duduk di sampingnya ikut berkomentar dengan wajah yang terlihat amat syok.


"Joestar, apa kau tahu apa yang sedang terjadi, kenapa tiba-tiba tubuh pria itu dipenuhi oleh bunga?!"


"Namaku bukan Joestar, Pornareff. Aku juga tidak begitu mengerti, tapi kurasa aku pernah membaca tentang bunga yang tumbuh di tubuh manusia sebelumnya!"


"Ngomong-ngomong, namaku juga bukan Pornareff, tapi daripada menyebut diri kita Hvyt A dan Hvyt B, kurasa lebih baik kita pakai nama palsu saja untuk sementara ini.."


"Hmmm..." Sambil masih memasang wajah syok, Hvyt yang untuk saat ini bernama Joestar menempelkan telapak tangan kananya di dahi seraya mengusap rambut mohawknya dengan tangan kiri, dan mulai melanjutkan penjelasannya.


"Seingatku, bunga-bunga dandelion yang dimiliki oleh para viridian memiliki kemampuan untuk menghisap energi dari benda apapun yang ditumbuhinya, sekalipun itu adalah tubuh manusia!! Tidak salah itu, itulah yang saat ini sedang terjadi pada Rex, bunga-bunga itu menghisap energi kehidupannya..!!" Joestar mengakhiri penjelasannya dengan suara yang amat lantang.


"AAPPAAAA...?!"


"Su-sungguh mengerikaaaan..!!"


Bukan hanya Pornareff, tapi Hvyt yang juga duduk di belakangnya dan ikut mendengarkan ucapan Joestar sampai ikut tercengang dengan penjelasan barusan.


"Perkenalkan, untuk saat ini namaku adalah Speedwagon," Hvyt yang barusan ikut berteriak memperkenalkan namanya pada Joestar dan Pornareff. "Joestar, aku mengerti kalau bunga itu bisa tumbuh di tubuh manusia, tapi masalahnya, sejak kapan bunga itu ada di tubuhnya?" Tanya Speedwagon dengan wajah gugup dan penuh keringat dingin.


Joestar berpikir sesaat sebelum menjawab.


"Kalau tebakanku tepat, bunga itu tumbuh saat..."






***





-Hot Blooded Knight-


Nemaphila kembali tertawa penuh kemenangan. Di hadapannya, pemuda yang dijuluki sebagai ksatria berbaju besi hanya bisa berlutut di hadapannya.


"Coba kau ingat kembali, apa yang kulakukan saat pertarungan ini dimulai?" Bukannya menjawab pertanyaan dari Rex, Nema malah memberikan pemuda itu pertanyaan lain.


"Saat pertarungan ini dimulai..?"


Rex mulai mengingat-ngingat kembali apa yang terjadi di awal pertarungan, saat itu dia hanya berbicara dengan wanita bernama Nema itu, lalu setelah itu...


"Mu-mustahil...!!"


Kedua mata Rex melotot lebar saat dia mengingat Nema mulai mengayunkan tinjunya namun sama sekali tidak bisa menyentuh dirinya.


"Rupanya kau sudah mengingatnya, benar sekali, tujuanku meninjumu saat itu bukanlah untuk menyerang, tapi untuk menyebarkan benih-benih bungaku di tubuhmu!!" Nema kembali tertawa keras.


Rex menggeram, setiap detik tenaganya terus diserap oleh bunga-bunga yang menempel di tubuhnya, dia harus mencari cara untuk melenyapkan bunga-bunga itu dalam waktu singkat.


"Sekarang sebaiknya kau diam dan menu—"


Sebuah guncangan hebat memecah konsentrasi keduanya. Seluruh sangkar besi yang melayang di udara tersebut berguncang hebat bagai sedang terjadi gempa bumi skala besar.


Rex dan Nema jatuh berguling berkali-kali, sangkar tersebut sama sekali tidak mau berhenti berguncang hingga hampir satu menit.


"Se-sekarang apa lagi yang terjadi?!" Sambil berusaha berpegangan pada dinding jeruji, Rex menancapkan pedangnya pada lantai jeruji untuk bertahan dari guncangan.



"OOOOOOHHH..!! Akhirnya dimulai..!! Setelah sepuluh menit pertama berlalu, sangkar besi yang mengurung kedua jagoan kita akan mulai melayang turun mendekati lautan api!!" Sang pembawa acara kembali memberi penjelasan.


Para penonton berteriak kaget, bahkan di antaranya ada yang sampai histeris dan pingsan di tempat. Pertarungan berubah menjadi semakin menegangkan.


Setelah hampir satu menit, akhirnya guncangan di dalam sangkar besi mereda. Namun sayangnya kedua jagoan kita sama sekali tidak bisa bernafas lega, karena saat keduanya hendak bangkit, tiba-tiba api menyembur dari dalam lautan api hingga menembus lantai jeruji dan membentuk pilar api selebar setengah meter.


"Ga-gawat, kenapa apinya sampai masuk ke dalam?!" Nemaphila benar-benar terkejut. Sang wanita viridian langsung melangkah mundur menjauhi pilar-pilar api yang muncul dan menghilang setiap beberapa detik.


"Kenapa? Kau takut pada api?" Tanya Rex dengan nada meremehkan.


"Di-diam kau, aku hanya perlu menghindari api yang datang, walaupun aku tidak berbuat apa-apa, tidak lama lagi kau akan mati dengan sendirinya!" Balas Nema seraya terus melangkah mundur dengan ketakutan.


Seraya bangkit dengan bertumpu pada pedangnya, Rex menghela nafas pendek.


"Sayang sekali..." Ucap Rex pelan.


"Apa katamu..?"


"Kurasa keberuntungan masih berpihak padaku!!" Raut wajah Rex yang tadinya geram dan gugup, tiba-tiba berubah menjadi sebuah senyuman yang penuh percaya diri.


Sang ksatria berlari menerjang dengan seluruh tenaganya yang tersisa. Nema langsung bersiap dengan serangan apapun yang hendak dilakukan oleh lawannya itu.


Namun sayangnya, tujuan Rex bukanlah untuk menyerang Nema ataupun menghindari api yang terus berkobar, melainkan...



Waktu yang tersisa adalah [14:23]






***






"DI-DIA MELOMPAT KE DALAM AAPPIIII..?!" Pornareff yang sejak tadi menonton dengan amat serius, langsung berteriak sejadi-jadinya saat melihat Rex yang lari menerjang salah satu pilar api yang muncul tidak jauh di depannya.


"Apa dia sudah gila?! Ataukah dia sudah tidak punya harapan hingga berniat bunuh diri?!" Speedwagon kembali berkomentar dengan wajah yang amat sangat syok.


"TIDAK!! Dia bukan berniat untuk bunuh diri, coba lihat baik-baik!!" Merespon kedua temannya yang terlihat begitu syok, Joestar langsung membuka mulut dan kembali menjelaskan.


Ketiga Hvyt yang menjadi penonton setia tersebut mengalihkan pandangan mereka kembali pada sang ksatria putih. Ternyata, sang ksatria tidak sekedar melemparkan dirinya ke dalam api, tapi melompat melewati api seperti seseorang yang berlari menembus air terjun.


Rex jatuh berguling ke depan dan terbaring untuk beberapa saat. Asap putih tipis terlihat menyelimuti tubuhnya yang hampir saja mati terbakar apabila dia berada dalam api lebih lama lagi. Untungnya hanya bajunya saja yang terbakar.


Seluruh stadium mendadak senyap, seolah menunggu dengan penuh tanda tanya, apa yang akan terjadi selanjutnya, apakah pemuda itu akan bangkit kembali, ataukah...




"Li-lihat, dia mulai bergerak!!" Sahut Pornareff lega.


Memang benar, sang ksatria kembali bangkit seolah tidak terjadi apa-apa, kedua tangannya menepuk-nepuk bahu sambil membersihkan sisa abu yang menempel di tubuhnya.


Joestar memincingkan kedua matanya, dan seolah baru saja tersambar petir, wajahnya kembali menunjukkan keterkejutan yang bercampur dengan rasa kagum.


"Jadi itu rencananya!"


"Re-rencana apa?" Speedwagon bertanya.


"Coba lihat baik-baik bagian bahu dan punggung pemuda itu!"


Mendengar ucapan Joestar, Speedwagon dan Pornareff langsung mengalihkan pandangannya kembali pada Rex.






***





-Trickery Step-


Nemaphila tersentak, karena mendadak dia tidak bisa lagi merasakan aliran energi yang berasal dari bunga dandelionnya. Sang wanita berkulit jingga itu menatap Rex yang masih membersihkan sisa abu hitam dari tubuhnya.


Tunggu... abu hitam?!


"Ka-kau...?!" Nema benar-benar tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Tubuh Rex yang tadinya dipenuhi oleh bunga dandelion kini sudah kembali ke keadaan semula, bunga-bunga yang tumbuh di tubuhnya semuanya hangus terbakar api.


"Maaf saja, tapi mati tanpa perlawanan sama sekali bukan seleraku," Ucap Rex yang kini dipenuhi oleh rasa percaya diri.


"Kurang...ajar..!!" Nema yang sama sekali tidak mengira rencana Rex mulai melangkah mundur karena ketakutan. Wanita itu terus berpikir keras bagaimana caranya supaya bisa mengelabui lawannya itu.


Rex meraih pedangnya yang tergeletak di samping, namun saat tangannya menyentuh gagang pedang, rasa panas akibat metal yang terbakar api membuatnya kesulitan untuk memegang pedang dengan benar.


Akhirnya sang ksatria berlari maju sambil menyeret pedangnya.


"Ahahaha! Kurasa pedangmu sudah terlalu panas untuk bisa kau gunakan!" Sahut Nema yang masih kesal karena bunga dandelionnya terbakar.


"Tutup mulutmu!!"


Sang ksatria kembali mengayunkan pedangnya secara vertikal ke atas, tubuh Nema kembali terdorong akibat pukulan tersebut, namun dengan mudah wanita itu mendapatkan keseimbangannya kembali.


Rex kembali menyeret pedangnya, percikan api tercipta akibat ujung pedang yang bergesekan dengan lantai jeruji yang panas. Sebuah sabetan vertikal kembali menghantam tubuh Nema, kali ini tenaga hantamannya cukup kuat untuk melempar tubuh sang viridian hingga menabrak dinding.


Nemaphila jatuh terbaring, namun tidak untuk waktu yang lama, karena sesaat setelahnya wanita itu kembali bangkit tanpa terlihat kesakitan sedikitpun.


"Percuma saja, Mau berapa kalipun kau menyerangku, aku tetap akan bangkit!" Jelas nema seraya tertawa kecil.


"Apa katamu?!"


"Aku hanya akan mengatakannya sekali, aku bukanlah manusia, aku tidak bisa merasakan sakit sekalipun kau memotong-motong tubuhku!"


Mendengar hal tersebut, sang ksatria terdiam, lalu sesaat berikutnya dia mulai tertawa.


"Apa yang lucu?!" Bentak nema yang merasa direndahkan.


"Ahahaha! Sayangnya aku sudah menyadari hal itu sejak kau bangkit dari seranganku sebelumnya, dan aku hanya akan mengatakan hal ini sekali, tidak bisa merasakan sakit adalah kelemahan yang fatal!!" Seolah baru saja membalik keadaan di atas meja, Rex tersenyum penuh kemenangan seraya menunjuk ke arah kedua kaki Nema.


Nema mengernyitkan dahi, dan saat kedua matanya melirik ke bawah kakinya, dilihatnya api sudah berkobar dan mulai membakar kedua kakinya.


"SE-SEJAK KAPAN KAKIKU TERBAKAAAR?!" Nema menjerit panik.


"Kau pikir aku menyeret pedang karena gagangnya terlalu panas? Kau salah, sebenarnya aku melakukannya untuk memercikkan api pada lantai di dekat kakimu!" Sahut Rex yang masih menunjuk Nema dengan pose seperti orang yang sedang menodongkan pistol


Dengan panik Nema berusaha untuk memadamkan api yang membakar kakinya, namun karena lantai jeruji yang panas malahan membuat apinya semakin besar.


Pilar-pilar api kembali muncul beberapa meter di antara Rex dan Nema.


"Sekarang terimalah ini!!"


Sang ksatria kembali menerjang pilar api yang ada di depannya, tapi kali ini dia tidak melompat ke dalam api, melainkan menyabetkan pedangnya melewati pilar yang membara. Satu, dua, tiga pilar api ditebasnya sekuat tenaga, dan saat jaraknya sudah tidak lebih dari satu meter di hadapan Nema, sang ksatria langsung menusukkan pedangnya yang merah membara setelah terbakar oleh pilar api tadi.


"HE-HENTIKAAAN..!!"


Nema yang sejak tadi sibuk memadamkan api di kedua kakinya sama sekali tidak menyangka kalau Rex akan menyerangnya secara tiba-tiba. Rupanya perbuatannya membakar kedua kakinya hanya untuk mengalihkan perhatiannya semata. Sang viridian sama sekali tidak sempat untuk menghindar hingga pedang panjang membara itupun berhasil menembus dadanya dan mendorongnya hingga dinding jeruji besi.


Baik Rex maupun Nema terdiam seketika. Begitu pula dengan para penonton yang tadinya terkejut dengan serangan dadakan Rex.



"Ahaha... ahahahahahaha..!!"


Rex benar-benar terkejut karena tiba-tiba lawannya itu malah tertawa keras. Saat sang ksatria putih mengangkat wajahnya untuk melihat raut wajah Nema, yang dilihatnya adalah sebuah senyuman sinis dan tatapan mata yang merendahkan.


"Ap-apa...?"


Raut wajah Rex yang tadinya dipenuhi kepercayaan diri perlahan berubah menjadi ketakutan, bukan karena takut akan kematian, namun karena lawannya yang ternyata masih hidup setelah tertusuk oleh pedangnya.


"Sudah kubilang, aku tidak bisa merasakan sakit dan tidak akan mati walau jantungku ditusuk. Semua yang kau lakukan hanya berakhir sia-sia!" Nema kembali tertawa.



Waktu yang tersisa adalah [9:45]







***






"Pertarungan ini semakin membingungkan, kenapa wanita itu masih hidup setelah jantungnya tertusuk?" Speedwagon kembali bertanya pada kedua temannya.


"Aku tahu dia bukan manusia, walau begitu, aku masih tidak mengerti kenapa dia tidak mati?" Pornareff menambah pertanyaan.


"Kalau kalian memikirkannya baik-baik, kalian akan tahu alasannya!" Jawab Joestar tegas namun tetap tenang.


Kedua temannya langsung menoleh pada Joestar dengan wajah kaget.


"Apa maksudmu?"


"Benar, jelaskan pada kami!"


Joestar menghela nafas lelah.


"Sebelumnya wanita itu sudah mengatakan kalau dia tidak bisa merasakan sakit, karena itu, tidak aneh jika dia masih bisa hidup setelah jantungnya tertusuk," Jawab Joestar dengan raut wajah serius.


"Ja-jadi begitu.. itu adalah kemampuan aslinya..!!"


"Sungguh wanita yang menakutkan!"







***





-Sword of Flame-


"Aku memujimu karena kau cukup pintar untuk menggunakan panas api agar bisa menusukku dengan pedang tumpulmu itu, tapi sayangnya hal itu percuma, aku yakin saat inipun kedua tanganmu sudah hampir mencapai batasnya, dan perbuatanmu yang langsung maju menyerangku sangat bodoh, karena sekarang aku bisa menumbuhkan kembali bunga-bungaku di tubuhmu!!"


Nema tersenyum penuh kemenangan, diambilnya segenggam benih dari sulur-sulur di kepalanya. Sang viridian sudah bisa melihat kemenangan di depan matanya.


"Matilah ka—"


Tepat sesaat sebelum Nema melemparkan benih-benihnya, hal yang jauh diluar dugaannya tiba-tiba terjadi, api tiba-tiba berkobar dari pedang Rex yang seharusnya sudah kehilangan hawa panasnya. Api tersebut mulai menjalar dari dada ke seluruh tubuh Nema dengan cepat.


"Mu-mustahil, bagaimana bisa pedangmu mengeluarkan api?!"


Melihat keterkejutan sang viridian, Rex tersenyum tipis.


"Kau pikir aku akan maju menerjangmu tanpa persiapan apa-apa? Kau salah besar!!"


"Ap-apa yang sebenarnya terjadi?!"


Nema yang terlalu panik tanpa sengaja menjatuhkan benih-benihnya dan berusaha memadamkan api yang mulai membakar tubuhnya.



Waktu yang tersisa adalah [5:54]







***






"Coba lihat, tiba-tiba pedangnya mengeluarkan api!!" Belum selesai dengan keterkejutannya pada kemampuan Nema yang tidak bisa merasakan sakit, kini Pornareff sudah kembali dikejutkan dengan pedang si ksatria yang tiba-tiba bisa mengeluarkan api.


"Aku. Aku juga tidak mengerti, kenapa bisa seperti itu?!" Untuk pertama kalinya Joestar tidak bisa menjawab apa yang sedang terjadi di dalam arena. Keduanya tampak begitu terkejut dan bingung.


Tapi di tengah kebingungan tersebut, ternyata masih ada yang mau berusaha untuk mengetahui apa yang sedang terjadi, dan orang itu adalah Speedwagon!


"Semuanya, jangan panik dulu, coba perhatikan pedang itu baik-baik!!" Sambil mengayunkan tangannya ke samping dengan raut wajah serius, Speedwagon mulai menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.


"Ada apa dengan pedangnya?" Tanya Joestar yang masih bingung.


"Coba kalian perhatikan ujung pedang yang menembus tubuh wanita itu!!"


Baik Joestar maupun Pornareff segera mengalihkan pandangan mereka pada hal yang ditunjukkan oleh Speedwagon. Saat mereka menyadari apa yang hendak dikatakan oleh teman mereka itu, petir yang amat besar seolah baru saja menyambar mereka berdua.


"UUUU-UJUNG PEDANGNYA, UJUNG PEDANGNYA MENEMPEL PADA DINDING JERUJIIII..!!" Pornareff bereriak sejadi-jadinya, bahkan sampai mengagetkan penonton yang lain.


"Jadi begitu caranya, dia sengaja mendorong tubuh Nemaphila hingga pedangnya menyentuh dinding sangkar jeruji, dan dari sana dia mengalirkan panas dari jeruji menuju pedangnya dengan cara konduksi, karena itu pedangnya menjadi cukup panas untuk membakar tubuh Nemaphila!!"


Penjelasan joestar langsung membuat para penonton yang mendengarkannya bersorak girang. Ternyata sang ksatria sudah merencanakan semua ini sejak saat dia mulai menyerang.






***





-Stand Proudly-


"Ka-kau...sudah merencanakan semua ini sejak awal?!" Tanya Nema yang mulai melemah karena tubuhnya yang terbakar.


"Tentu saja, kau pikir aku hanya bisa menebas pedang tanpa membuat strategi?" Jawab Rex penuh percaya diri.


Nema semakin terdesak, dalam keadaannya yang seperti itu, sekalipun dia berhasil lolos dari lawannya, dia sudah tidak mungkin lagi bertahan karena hampir seluruh tubuhnya sudah terlalap api, saat ini dia hanya punya satu pilihan terakhir.


"Tidak akan... kubiarkan.... kau menang!!"


Dengan sekuat tenaga Nema memegangi kedua bahu Rex, sang viridian sudah hampir putus asa, namun sekalipun dia harus mati, dia tidak sudi jika harus mati seorang diri.


"Apa yang kau lakukan? Lepaskan aku!!"


"Akan kubawa kau mati bersamaku!!"


Sang viridian mengumpulkan seluruh energinya yang tersisa, Nemaphila meraih senjata terakhirnya, benih orange sun yang berada di pusat kepalanya. Kedua tangannya perlahan mulai terbakar oleh api, membuat gerakannya semakin sulit yang lamban.


Rex menyadari kalau lawannya akan melakukan sesuatu yang mengerikan, jika wanita itu berhasil menyentuhnya, maka kemungkinan besar dia akan mati tidak lama setelah lawannya binasa.


"Ahahahahaha! Tidak akan kubiarkan kau lari, kau akan ikut ke neraka bersamaku!!"


Rex semakin terdesak, tangan kanan Nema sudah hampir menyentuh wajahnya, jika dia tidak melakukan sesuatu sekarang juga, maka habislah riwayatnya.


"OOOOO...!!"


Dengan kedua tangan yang sudah melepuh karena panas dari pedang, Rex kembali mengumpulkan seluruh tenaganya pada kedua tangan.


"Percuma percuma percumaaaa!!"


"OOOORRRRRRAAAAAAAA!!"


Dengan satu tarikan yang berisi seluruh kekuatannya, Rex mengayunkan pedangnya yang masih tertancap di tubuh Nema secara vertikal ke atas. Dalam sekejap mata, setengah tubuh dan kepala Nema terpotong menjadi dua bagian.


"UUUUAAAAAARRRGGHHHHH...!!"


Walaupun tidak bisa merasakan sakit, tapi karena sebenarnya kelemahan sang viridian terletak di kepalanya, serangan tersebut menjadi serangan yang paling fatal yang diterimanya. Seluruh tubuhnya habis terbakar oleh api yang sejak tadi terus menjilati tubuhnya.


Sang viridian jatuh berdebum ke tanah, dan tidak bergerak lagi untuk kedua kalinya.


Rex yang hanya bisa menyaksikan kematian lawannya tersebut dengan nafas yang memburu. Dilepaskannya pedang yang masih membara dari tangannya yang melepuh.


Suara bel yang amat lantang terdengar memenuhi stadium. Suara bel yang sama yang menandakan dimulainya pertarungan, kini berbunyi kembali menandakkan telah berakhirnya pertarungan. Di saat yang bersamaan, timer hologram raksasa langsung berhenti pada menit [2:21]


"Pemenang dari pertarungan ini adalaaaaaah.. Rex sang pengguna pedang suci..!!!"


Sang pembawa acara langsung mengumumkan pemenang dari pertarungan. Seluruh penonton yang ada di stadium ikut bersorak riang, bahkan Joestar, Pornareff, dan Speedwagon saling berpelukan sambil menangis setelah menonton pertarungan yang amat luar biasa.




"Sungguh pertarungan yang luar biasa!"




Di tengah kemeriahan dan keramaian stadium, sebuah suara yang terdengar pelan namun entah mengapa terasa begitu menggelegar langsung menghentikan seluruh kegiatan yang ada.


Seluruh penonton, pembawa acara, bahkan Rex langsung mengalihkan perhatiannya pada pemilik suara barusan, yang ternyata adalah sang Dewa penguasa, Thurqk.


"KAAAUUU..!!"


Melihat wajah sang dewa penguasa yang tiba-tiba muncul, Rex langsung kehilangan kesabarannya.


Sayangnya yang muncul di hadapan mereka bukanlah dewa dalam wujud fisiknya, melainkan berasal dari layar hologram raksasa yang melayang di udara bebas.


Sang dewa tersenyum misterius, dan dengan nada biacara yang membuat siapapun yang mendengarnya gentar, ia bertanya pada sang ksatria.


"Wahai Rex sang pengguna pedang suci, kudengar sebelum pertarungan kau membuat kekacauan yang cukup merepotkan, maukah kau menjelaskan padaku apa maksud tujuanmu melakukan hal itu?"


"Yang kuinginkan hanya memenggal kepalamu!" Jawab Rex lantang.


Mendengar jawaban Rex, sang dewa tertawa.


"Kenapa kau begitu ingin menentangku, padahal aku sudah memberikan kesempatan untuk hidup kembali padamu. Aku akan memberimu kesempatan terakhir, jika kau memohon ampun dan bersedia menajdi pengikutku lagi, maka aku akan mengeluarkanmu dari sangkar itu, tapi jika kau menolak, maka terpaksa aku harus menjatuhkanmu ke dalam api," Jelas Thurqk santai.


"Ap-apa katamu?"


"Oh, dan untuk menambah hiburan, aku sudah mengubah sangkar itu menjadi jeruji biasa yang bisa kau potong, tapi kurasa dengan pedang tumpulmu itu kau bahkan tidak akan bisa memotong besi karatan. Kau memiliki sisa waktu dua menit untuk memilih," Lanjut sang dewa seraya tertawa.


Dengan geram, Rex meraih kembali pedangnya yang tergeletak di lantai. Timer hologram yang tadinya berhenti kini kembali menyala, dia hanya punya waktu kurang dari dua menit untuk memilih antara tunduk atau mati.


Sang ksatria menghela nafas pendek lalu tersenyum pada Thurqk.


"Kau pikir aku tidak akan menyangka kalau hal ini akan terjadi?! Aku sudah tahu kalau hal seperti ini akan terjadi di akhir!!" Sahut Rex seraya mengambil posisi siap menebas.


"Sword of the devoted!!"


Sang ksatria mengaktifkan jurus andalannya, jurus pedang yang dapat memotong benda apapun di dunia, yang bahkan ditakuti oleh para dewa di dunianya.


"Mu-mustahil, seharusnya kau sudah menggunakan jurus andalanmu saat pertarungan tadi!!" Walau hanya melihat dari balik layar hologram, Thurqk tetap tidak bisa menahan keterkejutannya, padahal dia sangat yakin kalau Rex menghabisi lawannya dengan jurus andalannya.


"Selama pertarungan tadi aku tidak menggunakan kemampuanku sedikitpun, dan aku berterima kasih karena di pertarungan ini aku berhasil menemukan jurus baru!"


"Ap-apaaa..?!"


Seluruh energi sihir yang ada dalam tubuh Rex mengalir ke dalam pedangnya, membuatnya menyala terang keemasan, namun kali ini bukan hanya energi sihir yang mengalir menuju pedang, api yang berkobar di bawah sangkar besi juga mulai bergerak dan menyelimuti pedang Giruvedan.



"CROSSFIRE HURRICAAAAANE..!!"


Sebuah tebasan berkekuatan api yang amat besar menghantam dinding sangkar besi yang mengurung dirinya. Serangan tersebut tidak hanya berakhir menghancurkan dinding jeruji, kekuatannya yang amat besar menembus layar hologram Thurqk dan menghancurkan dinding stadium yang ada di belakangnya.


Seluruh stadium langsung berubah menjadi kekacauan. Para penonton yang ada di dalam stadium langsung berlarian keluar, dan di tengah kekacauan itu, Rex tetap berdiri tegap di atas kedua kakinya seraya menatap sisa-sisa layar hologram yang hancur.




Kita akan bertemu lagi, wahai ksatria...




Suara Thurqk terdengar menggema di udara di iringi oleh suara tawanya yang perlahan mulai menghilang. Di saat itu, Rex bersumpah dalam hatinya, suatau saat dia akan menghabisi sang dewa dan mengakhiri permainan gila ini.


Setelah kekacauan mulai mereda dan stadium mulai kosong, sesosok Hvyt lain terlihat terbang melayang menuju sangkar besi tempat Rex berdiri. Sang ksatria menghela nafas pelan. Dia sadar kalau pertarungannya yang baru akan segera dimulai.

End.

9 comments:

  1. Astaga, referensi jojo-nya beneran kentel banget di sini

    Padahal tadinya saya ngira entri Rex ini bakal jadi full-serius karena di awal udah ada adegan rebellion aja, tapi ternyata adanya tambahan komentator dari Hvyt penonton (Joestar? Speedwagon? Pfft) bisa bikin suasana jadi cukup ringan

    Meski begitu, battlenya lumayan intens. Saya jadi berasa baca manga Naruto jadul, di mana tiap satu gerakan kayanya berarti banget buat bales"an posisi dan keikaku

    Puas banget pas liat ORAORAORA dan MUDAMUDAMUDA beneran keluar #plak

    Dan yah, as expected, takdir Rex emang jadi jagoan shounen manga ya. Udah sampe ada exchange sama last boss di tengah turnamen gini.

    Nilai nyusul nunggu entri pasangannya

    ReplyDelete
    Replies
    1. This comment has been removed by the author.

      Delete

    2. Shared score dari impression K-4 : 7,5
      Polarization -/+ 0,8
      Karena saya lebih suka entri Rex, jadi entri ini saya kasih +0,8

      Final score : 8,3

      Delete
  2. Anonymous21/6/14 21:37

    Po:

    - Plusnya, narasinya cukup enak dibaca. Ciri khas komikalnya juga ada, meski jadinya lebay dan menutup tarung sebenarnya dgn komentar2. Jurusnya Rex juga bagus dan gak sembarangan.

    Minusnya:

    - Sudut pandang dan visinya Rex nggak jelas jadinya. Diposisikan sebagai jagoan shonen tapi karakternya nggak tergali kyk di R2, di sini numpang ngelawan Thurqk dgn lagak pemberontak yg alurnya udah ketebak. Ngebunuh Nema jg gampang bgt secara sifat, gak sesuai sama karakter Rex krn gentleness nya jadi hambar. Interaksi Rex-Nema secara praktis nggak ada selain peserta lawan tarung aja, jadi karakter Nema jg gak tergali.

    Dari semua ini, nilai dariku 6

    ReplyDelete
  3. Canon Rex ini memiliki keunikan sendiri seakan pembaca ditarik ke dalam sebuah komik dalam bentuk tulisan.
    Pertarungannya menarik dan para komentator menambah suasana pertarungan.

    Nilai : 8

    ReplyDelete
  4. Penceritaan gaya shonen manga is not really my thing, terutama saat info dump malah diberikan dari sudut pandang spectator. Untuk dalam tulisan, IMHO info dump lebih baik diberikan dari sisi inner thought si karakter atau dari narator. Karena kalau tulisan, saya yang baca kan ga bisa lihat berbagai macam ekspresi char, jadi info dump yang kau lempar malah bikin karakternya terasa datar di saya.

    Baca ini saya serasa lagi main game Tekken sama temen, lalu saling analisa gerakan char masing-masing lewat obrolan.

    Score 7

    ReplyDelete
  5. Halo rex dan pak guru ~~
    .
    disini iang menarik pas rex nantangin Thruqk drpd battlena sendiri.. kenapa... karena disana rex berasa ndak jd boneka >.< #random
    .
    alur : 0,7/1
    maaf saia kasi -2 utk nilai kesempurnaan alur... gegara dulu dikau perna menipu saia dengan adegan keren iang tauny nyomot dari cerita lain T.T
    dan lihat komenna kak Sam, saia jd takut apa ini ada adegan iang nyomot dr cerita lain iang udh ada...

    okei, balik ke ceritana..
    saia iang suka drama, jauh lebi suka punya nema ketimbang rex >.<
    disini hny berbicara ttg kemenangan si oc, spt battle2 lain... dan saia jg takut, dikau ambil strtegi2 itu dr anime apa T.T
    bagian favorit saia pas ada bunga2 muncul di punggungna rex... sekilas inget belle.. #okeabaikan

    karakterisasi: 1,8/3
    rasana nema agak ooc iah... sejak kapan dia suka ketawa2 gitu O.o
    dialog2na klise sekali...
    dan saia benci teriakan2 gaje pakek caps, terus tanda ~ di dialog, dan tch iang saia bingung bacana..

    gaia bahasa: 1,8/3
    komikal... ia sudahlah, masi asik dibaca n bisa terbaiang stage n battlena ^^

    tipo n error : 1/1
    dialog tagna pakek huruf kecil... tapi ia sudahlah
    .
    lain-lain: 1/1
    hmm.. apa dewa thruqk akan memberikanmu belas kasih...
    .
    total : 6,3

    ReplyDelete
  6. Entri ke-13, mudah2an bukan angka sial kak :v
    Well… plot twistnya itu sesuatu.. menurut saya.
    Lanjut…
    Dan rex ga conquer rute apapun di ronde ini. yups, nema mati. Dan harus mati. Walaupun nggak bikin layaknya tulisan tradisional kakak, saya tetap tertarik bacanya. Suasana ruangan yg panas beserta pilar2 apinya benar2 digambarkan di sini. saya juga suka bagaimana rex bikin rebellion di akhir2. Ya, walaupun ga berakhir manis sih…
    Lain2 udah bagus. Bagus banget. Dan kayaknya ini bukan angka sial buat kakak.
    Untuk nilai, saya ngasih: 7.75
    Semangat kak :3

    ReplyDelete

Silakan meninggalkan komentar. Bagi yang tidak memiliki akun Gmail atau Open ID masih bisa meninggalkan komentar dengan cara menggunakan menu Name/URL. Masukkan nama kamu dan juga URL (misal URL Facebook kamu). Dilarang berkomentar dengan menggunakan Anonymous dan/atau dengan isi berupa promosi produk atau jasa, karena akan langsung dihapus oleh Admin.

- The Creator -