June 12, 2014
[ROUND 3 - K11] CAROL LIDELL - FIAT IUSTISIA ET PEREAT MUNDUS
[The Book Of Eibon - Chapter 5 : Pride]
Sang Daftar Isi adalah sebuah konstruksi mekanik sekaligus
personifikasi dari Buku Eibon. Meski begitu, Sejak buku Eibon disimpan
di The Library of Fate, Ia tak pernah bisa menganalisa keadaan di luar
buku apalagi keluar dari buku seperti yang biasa ia lakukan dulu.
Beberapa millennium dalam kebosanan, Akhirnya seseorang masuk ke dalam
buku Eibon. Tanpa bimbingan dari sang Daftar Isi, manusia itu mampu
bergerak hingga bab lima dari sang buku.
Manusia itu berjenis kelamin perempuan, dengan rambut pendek bewarna
caramel. Seragam yang ia kenakan mirip dengan seragam orang-orang yang
menangkap buku Eibon, jadi sang Daftar Isi menyimpulkan bahwa ia juga
dari The Library Of Fate.
"Sudah lama tak ada yang mengunjungiku di sini," Ujar sang Daftar Isi.
"Aku hanya mencari tempat berlindung," kata gadis itu tenang, "Dan
sepertinya ini adalah tempat yang cukup nyaman," tambahnya sambil
memandang gedung besar dengan desain ala india di belakangnya.
"Tapi semua yang ada di sini bisa membunuhmu, nona Muda," balas sang
Daftar Isi, "Dan bukan berarti aku tidak akan melakukannya. Kebosanan
membuat ilmu pengetahuan lapuk."
"Oh, sayang sekali! Padahal aku akan membuka segel buku ini untukmu,"
jawab gadis itu, "tentu saja kalau kau membunuhku kau akan langsung
merasa bosan lagi. Ya kan?"
"Kau benar-benar cerdas, nona," sang Daftar Isi tampak kagum, "Ah,
baiklah baiklah, asal kau mengijinkanku keluar dari buku, aku akan
melakukan apa saja untukmu."
"Simpel, bukan?" gadis itu tersenyum, "Kalaupun kau tak bekerja sama,
aku masih punya buku lain," tambahnya sambil menarik sebuah buku dari
portal.
*
[Khramanaka-11 – 00.00]
Nurin adalah putri kesayangan [Tuhan]
Bahkan setelah ia membunuh banyak sekali orang, tak ada yang
mengejarnya, menembaknya, melemparnya ke dalam kurungan untuk akhirnya
diracun sampai mati. Tidak ada orang yang akan melukainya meskipun ia
telah menggerogoti banyak korban.
Benar-benar, Nurin adalah putri kesayangan [Tuhan]
Mungkin sudah saatnya ia mengambil mantel [Sang Penyelamat] dari
orang-orang suci pendahulunya.
Lamunannya dipecahkan saat sang manusia gagak mendarat di depan sebuah
pintu besar.
"Telah tiba saatnya engkau untuk bertarung, Wahai [Nabi] yang dipilih
oleh Dewa Thurq," Ujar sang Malaikat.
Nurin menyeringai lebar. Nabi? Ya, itu mungkin benar. Ia membunuh
untuk Dewa Thurq dan Dewa Thurq memberikan korban dan tumbal lebih
banyak untuknya.
"Dengan senang hati," balas Nurin.
Dan pintu terbuka, sebuah ruangan besar berdiri megah di hadapannya.
Satu-satunya hal yang Nurin bisa tangkap dari ruangan ini adalah
banyaknya senjata kuno yang tertempel di temboknya. Masih tajam dan
terawat seakan orang yang merawatnya berharap senjata itu akan dipakai
suatu saat nanti.
"Pertarungan kali ini satu lawan satu," Ujar sang Malaikat, "Dan
waktumu hanya tiga puluh menit untuk mengalahkan lawanmu."
"Dengan senang hati aku akan menghukum lawanku atas nama [Tuhan]," ujar Nurin.
Sang Malaikat tersenyum dan kemudian mendorong masuk Nurin ke dalam
ruangan. Pintu kemudian di tutup dan dari jauh ia mampu melihat tiga
sosok.
Ketiganya memiliki penampilan identik, gadis yang tak lebih tua dari
Nurin sendiri berambut pendek bewarna caramel dengan sebuah pita putih
mengikat sisi kiri rambut mereka. Namun ketiganya memegang senjata
yang berbeda, pedang, shotgun dan buku tebal.
Tunggu, tiga?
"Hei…kau bilang satu lawan satu, kan?" Tanya Nurin.
Tentu saja tak ada yang menjawab. Nurin mengutuk dirinya, bagaimana bisa?
*
[The Book Of Eibon – Chapter 6 : Sloth]
Carol duduk di sebuah sofa yang tersebar di seluruh penjuru ruangan
–atau halaman, karena ia ada di dalam buku. Semua yang ia baca lewat
'Halaman Berbagi Indera' membuat dirinya dihantui rasa bersalah. Sang
Daftar Isi sudah meninggalkannya, siap muncul kembali saat ia
memanggil.
Untuk saat ini yang ia butuhkan hanyalah berpikir, menyiapkan diri
jika nanti ia memang harus bertarung dengan kedua tangannya sendiri,
ia tak akan ragu lagi.
Tapi Carol tak bisa tenang.
Memang, [Ciptaan]nya yang melakukan semua pembunuhan. Tapi semua
rencana adalah buatannya. Mengadu domba para peserta, membuat
[Ciptaan]nya terbunuh tanpa tahu jati diri mereka. Ia masih bisa
melihat kedua tangannya berdarah saat ia mencapai bab kemarahan dari
buku ini.
Seperti setiap bab dalam buku Eibon, pulau Ryax mempengaruhi
pikirannya. Saat ini ia hanya ingin terlelap dan tak bangun lagi. Tapi
Carol bertahan. Kalau ia tak bisa menahan pengaruh buku ini, ia akan
kalah seketika.
Jadi Carol membuka 'Halaman Berbagi Indera' dan mulai memantau apa
yang terjadi di luar.
*
[Khramanaka-11 – 15.23]
Nurin kembali menghindar. Tiga gadis kembar itu menyerang tak kenal
lelah. Hamper saja sebuah peluru mengenai kepalanya,, sebuah pedang
kemudian menebas, membuat luka gores di tangannya.
Nurin kemudian memanggil lalat-lalatnya. Lalat-lalat setia, pasukan
yang paling ia saying kemudian menerjang. Kabut penyakit juga ia
kerahkan. Dalam ruangan tertutup seperti ini tak mungkin ia kalah dari
tiga anak ingusan.
Gadis pertama menarik sebuah pembakar dari portal di belakangnya dan
mulai membakar lalat-lalat setianya. Gadis kedua menarik dua pedang
dari portal di belakangnya dan kemudian menerjang kea rah Nurin. Gadis
ketiga menarik sebuah buku dari portal lain yang dan mulai membaca.
Ketiga serangan mereka seakan sinkron.
Apakah mereka adalah orang yang sama?
Nurin tak tahu.
Dari gadis ketiga, sebuah lingkaran sihir aneh muncul dan
menghembuskan angin ke arah Nurin, membuat kabut yang ia ciptakan
bergerak kembali ke arahnya. Sementara itu gadis kedua semakin
mendekat.
Saat itulah Nurin menyeringai.
Gadis kedua berhasil menebas tangan kanan Nurin, tapi darah yang ada
di tangannya langsung membasahi penyerangnya. Hanya sedikit memang,
tapi itu cukup. Dan tiba-tiba gadis kedua berteriak kesakitan.
*
[The Book Of Eibon – Chapter 7 : Greed]
Carol bisa merasakan bahwa [Ciptaan]nya dalam bahaya. Tapi ia belum
bisa keluar. Tidak sebelum tahap pertama dari rencananya selesai.
Tentu saja ia harus membuat hatinya sekeras batu untuk membiarkan
mereka mati terbunuh. Dan itu tidaklah mudah.
Carol mengabaikan hujan uang di sekitarnya saat sang Daftar Isi muncul
dari kekosongan.
"Persiapan sudah siap, Nona," katanya, "Aku terkejut kau bisa
menciptakan rencana sekejam ini meski hatimu tak kuasa untuk
membunuh."
Carol hanya tersenyum.
"Kehidupanku tak pernah menyenangkan," jawab Carol, "Aku sudah
dipukuli, ditendang dan dicambuk sejak aku masih bisa mengingat. Tak
terhitung jumlahnya berapa kali aku dilempar, dirantai dipaksa
berjalan di atas duri. Aku hanya hiburan, aku tak lebih dari manusia.
Kalau manusia saja bisa melakukan hal seperti itu, kenapa aku tidak?"
"Tapi hatimu masih lemah," balas sang Daftar Isi.
"Ya. Mampu membunuh bukan berarti mampu menghilangkan rasa bersalah,"
Carol menatap sang Daftar Isi lembut, "Ada sebuah kompas moral yang
terpasang di hatiku. Kompas yang muncul di saat aku sudah menorehkan
luka dan menumpahkan darah."
"Kau gadis yang baik, Nona," jawab sang Daftar Isi, "Semua yang kau
katakana sungguh kontradiktif. Kau benar-benar majikan yang cocok
untukku."
"Bukan berarti kau tidak akan mengkhianatiku," jawab Carol, "Ayo
keluar, sepertinya sudah saatnya."
*
[Khramanaka-11 – 20.55]
Nurin tertawa keras-keras. Diabaikannya luka di tangannya. Baginya,
melihat boneka yang ia kendalikan membunuh orang yang ia saying adalah
kenikmatan paling besar. Ia melihat wajah panik dan ketakutan mereka.
Tangisan dan teriakan mereka. Semua adalah sebuah simfoni yang indah
di telinga Nurin.
Saat akhirnya kabutnya menutupi seluruh ruangan, hanya gadis ketiga
dengan barier di sekelilingnya yang masih bertahan. Barier itu sendiri
tak akan bertahan lama dengan tebasan dan tembakan dari dua saudara
kembarnya.
Sebuah retakan sudah terlihat.
Saat itulah buku yang tersampir di pinggang gadis ketiga terbuka dan
sosok gadis lain keluar dari buku itu.
Nurin hanya tersenyum.
"Kau pikir menambah jumlah kembaranmu akan membuat semuanya berbeda?"
bentak Nurin.
"Si…siapa kau?" Tanya gadis ketiga.
Namun gadis keempat hanya tersenyum dan menarik buku yang tersampir di
pinggang gadis ketiga.
"Terima kasih atas perjuangamu," ujar gadis keempat.
Dan tiba-tiba buku yang ia pegang menarik…menyedot…menangkap…apapun
kata kerja yang Nurin bisa pikirkan tak mampu menjelaskan apa yang
baru saja terjadi. Gadis ketiga menghilang, masuk kedalam buku itu
seakan seekor srigala memakan manusia dalam sekali kunyah.
Gadis keempat kemudian menatap Nurin tajam, buku terbuka di arahkan
kepadanya. Lembarannya kosong, namun tiba-tiba buku itu menyedot semua
yang ada di hadapannya. Barier, Kabut bahkan lalat-lalat Nurin.
Wajah Nurin langsung dipenuhi amarah.
*
[Khramanaka-11 – 23.45]
"Beraninya…Beraninya kau memakan lalat-lalatku!"
Suara Nurin bergetar di seluruh penjuru ruangan, namun Carol tak
bergerak. Ia sudah memperhatikan seluruh kemampuan dan ia mengerti
bahwa lawannya adalah seorang Sadist. Seluruh lalat sudah ia masukkan
ke dalam buku Eibon, bukan berarti Nurin sudah kehabisan senjatanya.
Dan tentu saja, bau tubuhnya bahkan bisa mencapai tempatnya berdiri.
Kedua [Ciptaan] Carol yang kini sudah menjadi boneka Nurin menerjang.
Carol tak mungkin bisa menghapus mereka setelah ia memerintahkan
karakter buatannya itu untuk 'berpikir sendiri' dan membuatnya 'Sangat
cerdas dalam menggunakan senjata'.
Mungkin seharusnya Carol tidak memberikan mereka akal.
Carol menghindari dua tembakan dari Carol-Gun sambil menangkis pedang
Carol-Sword dengan buku Eibon. Entah bagaimana, Kebijaksanaan sang
Eibon sendiri mampu bertahan dari tebasan pedang besar yang lawannya
pegang.
"Jangan berpikir untuk memasukkan mereka ke sini!" teriak sang Daftar
Isi dari dalam buku, "namun mungkin aku memiliki sesuatu untuk
menghabisi mereka."
"Jangan!" teriak Carol, "Aku tak ingin menyiksa mereka lagi!" balasnya
sambil menerjang kea rah Nurin.
"Menyiksa?" Nurin menatap Carol tak percaya, "mereka adalah bonekaku!
Akulah yang akan menyiksa mereka!"
Carol-Sword menghadang dan kali ini dua sabetan pedang beracun nyaris
meraih lehernya. Namun Carol merunduk menghindari pedang itu dan
memukul perut sang pembawa pedang.
"Mereka adalah ciptaanku!" teriak Carol sambil menarik sebuah buku
dari portal, "Katalog pedang legendaris!" ia kemudian mulai membaca,
"Excalibur is the strongest and most majestic holy sword that
symbolizes King Arthur and can be called the physical actualization of
her ideals. Excalibur is an illusion far superior to them. It cannot
be called beautiful because of its appearance for the description of
"beautiful" will only dirty it. It is instead sacred, made from
people's conception, legends weaved only out of hope. It is the
crystallization of the prayer named "glory" and everything etched in
the hearts of those who are scattered at the sword's radiance; the
nostalgic, sorrowful, and hallowed dream of those who were placed on
the bloody hell called a battlefield, of all warriors past, present,
and future fully exposed to the fear of death and despair, and who
still cling to a desire: "to be exalted.""
Kemudian sebuah pedang muncul di tangan Carol. Tak terlihat dan tangan
Carol tak bisa merasaakan berat besi pembunuh di tangannya, namun
keberadaannya terasa, membasahi seluruh ruangan dengan kekuatan aneh.
Carol tak mengerti bagaimana cara menggunakan pedang –ia belum membaca
soal itu tadi- dan ia bahkan tidak tahu seberapa panjang pedang ini.
Namun ini sudah cukup.
Carol-Sword berbalik dan kemudian kembali menerjang diikuti oleh tiga
kali tembakan dari Carol-Gun. Nurin mengeluarkan asap yang paling
pekat. Carol menangkis pedang Carol-Sword, membuat pedang yang ia
gunakan pecah begitu saja, namu Carol tak sempat menghindar, membuat
ketiga peluru tadi mengenai pundak kanan, paha kanan dan perutnya.
Carol jatuh, namun ia meraih buku Eibon dan membukanya.
Carol lain muncul dari buku itu, satu Carol yang berhasil selamat dari
kendali Nurin
"Siapa kau? Apa yang terjadi di sini!" [Ciptaan] Carol Nampak bingung,
namun melihat Carol-gun membidik, ia segera memanggil buku lain,
"Siapapun kau, kau berhutang padaku! Aku akan membunuhnya!" tambahnya
pada Carol saat ia membaca sebuah mantra.
Carol-Gun menembakkan tiga peluru, namun sebuah barier menangkisnya,
[Ciptaan] Carol yang saat ini Carol beri nama Carol-Magic menciptakan
sebuah lingkaran sihir di belakangnya dan dari dalam lingkaran itu,
api menyembur membakar Carol-Gun seakan ia hanyalah kertas.
Tidak, Carol mengoreksi, mereka memang hanyalah kertas.
"Beruntung aku menciptakanmu dengan akal," kata Carol sambil menyeringai.
"Menciptakan?" Carol-Magic tampak heran, "Kau punya hutang penjelasan
denganku! Aku tak percaya aku membunuh ciptaanku sendiri!"
"Kau memang benar-benar ciptaanku yang paling cerdas," tambah Carol,
"Sekarang, Ayo kita hajar dia."
Namun tiba-tiba dari segala penjuru ruangan, gas beracun menyembur.
Dengan cepat, Carol-Magic menciptakan barier di sekeliling mereka.
*
[The Book Of Eibon – The Introduction Chapter]
Sang Daftar Isi mengawasi pertarungan itu sambil tersenyum. Di
hadapannya, satu lagi Carol duduk sambil membaca buku tentang penawar
Racun.
"Aku sudah memprediksi pertarungan satu-lawan-satu sejak di pulau
Ryax," kata Carol, "Tapi aku tak pernah tahu akan menghadapi lawan
sesulit ini, belum lagi dengan arena yang menguntungkan dia."
"Bukankah itu tantangannya, Nona?" ujar Sang Daftar Isi.
"Mungkin saja kau lupa, aku tak menyukai pertarungan ini," kata Carol.
"Tapi toh kau mengikutinya juga," balas Sang Daftar Isi.
"Aku dipaksa Thurq," kata Carol, "Kalau aku ingin tetap hidup dan
menemukan orang tuaku, aku tak bisa menyerah begitu saja."
"Kalau begitu, ijinkan aku memperkenalkan salah satu koleksi Noah,"
meski sang Daftar Isi tak mempunyai wajah, Carol bisa merasakan ia
sedang menyeringai.
*
[Khramanaka-11 – 27.34]
Ini adalah satu lagi bukti bahwa Nurin adalah putri kesayangan Tuhan.
Racun yang muncul dari seluruh penjuru ruangan membuat racunnya
semakin kuat dan pekat. Dalam waktu singkat, gadis-gadis bodoh itu
akan mati.
Nurin kemudian meraih sebuah pedang berat dari dinding terdekat.
Mungkin ia tidaklah sehat, namun ia yakin masih punya kekuatan untuk
mengangkat pedang itu. Ia berjalan di antara kabut dan racun yang ia
ciptakan sendiri, mengikuti pendar cahaya barier yang ada tak jauh
dari hadapannya.
Dan saat ia akhirnya ada di depan barier itu, Nurin terkejut. Kedua
korbannya, kedua calon bonekanya tak ada di dalam barier itu.
Jadi dimana?
Tiba-tiba dari belakangnya, dua buah pisau ditusukkan ke kepalanya.
Namun Nurin merunduk dengan cepat. Kedua calon bonekanya itu segera
bergerak mundur, memakai sebuah masker gas. Salah satu dari calon
korbannya mengangkat tangannya, memanggil sebuah lingkaran aneh di
belakangnya yang kemudian menyedot seluruh kabut dan racun,
memampatkannya menjadi sebuah bola hitam besar.
"Haha! Mati kau!" teriak calon bonekanya yang lain sambil mengangkat
sebuah pistol ke arahnya.
Nurin yakin sekali saat itu ia akan mati, namun tiba-tiba buku di
pinggang salah satu calon korbannya terbuka dan lalat-lalatnya
menyeruak keluar.
*
[Khramanaka-11 – 28.55]
Carol menatap lalat-lalat itu tak percaya. Lebih besar dan lebih
ganas. Di belakangnya, Nurin tertawa senang saat lalat-lalat itu mulai
menggerogoti tubuh Carol dan ciptaannya. Carol dan ciptaannya itu
berteriak kesakitan.
Namun mereka tak puas dengan hanya memangsa mereka berdua. Sekelompok
lain mendekati Nurin dan kemudian memakan Nurin. Nurin berteriak marah
dan berusaha mengendalikan kembali lalat-lalatnya, namun ketiganya tak
bisa melakukan apa-apa saat tubuh mereka perlahan menjadi mayat dan
kertas.
Hingga akhirnya gas racun kembali menyebar, membunuh lalat-lalat itu.
*
[The Book Of Eibon – The Introduction Chapter]
Carol menghela nafas dan kemudian menatap sang Daftar Isi dengan wajah marah.
"kau benar-benar menepati janjimu, eh?" kataya.
"Aku tidak mengerti maksud anda, nona," jawab sang Daftar Isi.
"Jadi apa yang kau lakukan di sana?" tanya Carol penasaran.
"kau ingat lalat-lalat pembunuh yang tadi di sedot oleh [Ciptaan]mu?"
setelah Carol mengangguk, sang Daftar Isi melanjutkan, "Aku
meletakkannya di bab Nafsu, mengembang biakkan mereka sampai tujuh
generasi dan membuat mereka lupa majikan mereka dan kemudian
meletakkannya di Kerakusan. aku perlu memperbaiki bab itu nanti karena
semua makanan di sana sudah habis."
"Hahaha! cerdas sekali kau, eh? Kalau saja aku yang ada di sana, kau
pasti akan sangat bergembira dengan kematianku," kata Carol, "Untung
saja aku mengirim tiruan lagi."
"Dan kehilangan sumber hiburanku?" sang Daftar Isi tertawa kecil,
"Mana bisa kau melakukannya, Nona? Dan lagi, apa kau yakin kau adalah
Carol Lidell yang asli?"
*
[Pulau Ryax]
Sesosok gadis berambut Caramel berdiri di puncak menara tertinggi.
Sebuah buku terletak di tangannya sementara berbagai macam robot dan
android bekerja di sekelilingnya, membangun sebuah portal besar yang
membuat nyaris seisi pulau kehabisan tenaga.
Di ufuk barat, gadis itu melihat manusia gagak melayang ke arahnya,
namun ia hanya tersenyum dan kemudian membaca keras-keras,
"Carol Lidell adalah seoarang pustakawan di Library of Fate. Umurnya
baru lima belas tahun, namun ia memiliki kecerdasan yang luar biasa.
ia bisamembaca waktu umurnya masih dua tahun dan ia sudah menjadi
pustakawan saat umurnya sepuluh tahun. gadis berambut caramel itu juga
memiliki kemampuan ajaib, merealisasikan apa yang ia baca. dan dengan
otak cerdasnya itu......"
*
PS : Book Of Eibon adalah buku yang muncul dalam manga/anime Soul
Eater oleh Ohkubo Atshushi. Buku ini bersama dengan BREW, The Book Of
Eibon adalah kebijaksanaan Eibon --Yang pada intinya adalah Eibon
sendiri. Buku ini diburu oleh Penyihir dan DWMA karena isinya. buku
ini terdiri dari 7 bab yang bukan hanya berisi cetak biru berbagai
macam peralatan setan namun juga bisa menyimpan dan mengeluarkan benda
secara fisik. setiap halamannya bisa disobek dan bekerja sebagai alat
teleportasi.
PPS : fiat iustitia et pereat mundus, latin yang berarti, "let justice
be done, though the world shall perish."
Tags:
Battle Story,
K3-K11,
Round 3
9 comments:
Silakan meninggalkan komentar. Bagi yang tidak memiliki akun Gmail atau Open ID masih bisa meninggalkan komentar dengan cara menggunakan menu Name/URL. Masukkan nama kamu dan juga URL (misal URL Facebook kamu). Dilarang berkomentar dengan menggunakan Anonymous dan/atau dengan isi berupa promosi produk atau jasa, karena akan langsung dihapus oleh Admin.
- The Creator -
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Maafkan saya yang rasanya ada di posisi pembaca awam...tapi entrimu ini tetep ngebingungin seperti biasa.
ReplyDeleteMungkin pembelaannya adalah penulis pengen masukin unsur" cerita secara implisit, tapi buat saya malah jadi serba ga jelas, dan dibaca terus pun ga ada banyak penjelasan selain sesuatu yang kesannya 'ya begitulah adanya'. Kayak Carol jadi bisa mencipta seenaknya sampe bikin klon (saya ga inget charsheet Carol, ini kemampuan baru kah?), kenapa pulau Ryax muncul lagi, sampe Book of Eibon yang berkesan misterius tapi kok ya penjelasannya di akhir cuma referensi ke manga Soul Eater.
Meski gitu, battlenya sendiri lumayan enjoyable, dan saya suka pembagian part" di cerita ini yang lumayan ngebantu. Cuma saya ga nangkep gimana Carol menang sementara semua yang ada di ruangan itu katanya habis diserbu lalat. Bukannya Carol yang ngobrol sama Daftar Isi ga ada di ruangan itu / ada dalem buku? Ga ada enclosure macem Hvyt dateng atau apa, nambah ketidakjelasan yang saya dapet dari cerita ini.
Shared score dari impression K-11 : 7,3
Polarization -/+ 0,1
Karena saya lebih suka entri Carol, jadi entri ini saya kasih +0,1
Final score : 7,4
Limbo : "Cerdas? Cerdas bagian mananya?"
ReplyDeleteFerrum : "Cerdas itu tergantung dari sudut mana kau melihat."
Limbo : "Makanya kutanya, cerdas bagian mananya? Lalu, buku Eibon ini, kukira buku legendaris dari mitologi apa... Soul Eater itu mitologi apa?"
Ferrum : "Itu anime."
Limbo : "Anime?"
Ferrum : "Kau tidak tahu anime? Jangan-jangan kau kelahiran tahun 45 ya..?"
Limbo : "Aku juga tidak mengerti kemampuan Carol ini! Alur pertempurannya bagaimana?!"
Ferrum : "Kupikir kau harus lebih rajin membaca - "
Limbo : "Bodoh, yang mau kusaksikan itu pertarungan, bukan charsheet!"
Ferrum : (Kenapa jadi aku yang bodoh...) "Maksudku bukan cuma charsheet, tapi juga battle-battle sebelumnya. Mungkin jawabannya ada di sana!"
Limbo : "Masa bodoh!"
Ferruh : (sigh) "Tapi pembagian setting di dalam Eibon dan di dalam arena pertarungan itu menarik. Dan pertanyaan tentang apakah Carol yakin kalau ia adalah yang asli itu membuat penasaran."
Limbo : "Tapi kenapa Carol bisa membuat cloning? Apa itu jurus baru yang sengaja dibuat untuk membuat ending seperti itu?"
Ferrum : "Well... Banyak-banyaklah membaca..."
Limbo : "Yang jelas kuberi nilai 6 untuk pertarungan ini!"
Ferrum : "Eh? Bagaimana dengan pendapatku? Jangan memberi nilai seenak hatimu!"
Limbo : "Kau beri nilai untuk Nurin saja!"
Ferrum : "Baik... Cukup adil."
Nilai = 6
Wait, kalau satu ruangan habis yang menang siapa?
ReplyDeleteCarol yang ngomong sama buku kan masih dipulau? gak ada Hvyt yang jemput?
Overall, Battlenya keren
7/10
Rada jumpy. Terutama di bagian kamar siksaan yg beralih ke jam 23. Keberadaan Carol-Sword dan Carol-Gun yang disebut di sana mungkin bisa dibuat muncul lebih mulus lagi. Terus, narasi pas Carol mau ngeluarin Excalibur berasa terlalu spontan. Walaupun Carol emang spontan ngeluarin Excalibur untuk ngantisipasi serangan musuh, narasinya saya pikir bisa lebih tenang buat nyajiin adegan itu.
ReplyDeleteTapi, bagusnya, semakin alur mendekati akhir, saya rasa narasinya udah mulai tenang dan battle pun kembali teratur. Dari segi battle ini udah seru menurut saya.
Yang menarik di sini ada flashback penghubung dari pulau Ryax tempat maen Carol sebelumnya. Di awal, kirain kejadian sama Daftar Isi itu berlangsung jauh sebelum itu di masa lalu Carol, taunya selang-seling dan ga jauh ya.
7/10
Typo Master masih kau yang pegang gelarnya...
ReplyDeleteSo what the heck happened at the end?! Kalau dugaanku benar dan hanya klon yang bertarung di sana, itu berarti Carol telah melewati batasan IMBA into HACK mode...
Just think about it, how can carol win a duel if she wasn't even there in the first place?
One does not simply overpowered a Game Master...
Score 6,5
Saya pengen ngelike komen ini, tetapi nggak ada tombol like-nya :D
Deleteaaaaa, battle carol yg ni keren kak, tp ceritanya nurin juga keren, jd kasi nilai sama aja deh x3
ReplyDeletesayang bgt ada plothole yg terkesan kyk pelanggaran krn carol menang tanpa langsung ikut battlenya, tp suka sama daftar isi dan klon2 dan kepandaian carol :3
nilai 8,5
aaaaa, battlenya carol yg ni keren kak, tapi ceritanya nurin jg keren, jd kasi nilai sama aja deh x3
ReplyDeletesayang bgt sama plothole yg terkesan kyk pelanggaran krn carol menang tanpa ikut battlenya scara langsung, tp suka bgt sama daftar isi, klon2, sama kepandaian carol :3
nilai 8,5
Entri ke-15… dan bentar lagi canon Luna selesai :3
ReplyDeletemungkin ini jadi checkpoint buat saya baca marathon, soalnya ketika Luna diposting, saya bakal langsung baca pas entri disubmit dan disimpan di word kayak gini :3
Well, saya masih nggak terlalu ngerti soal carol di sini. sebenarnya dari awal saya ngikutin sih, tapi sekarang makin bingung. Awalnya saya disuguhkan dengan daftar isi. Oke, mungkin di sini saya masih mencoba untuk mengerti (kayak judul lagu :3 )
Tapi, pas pulau ryax muncul lagi,saya makin bingung. Lha, ini kenapa? Dan walhasil, saya butuh baca ulang berkali2 untuk paham. Dan ini pun masih ninggalin keyhole di hati saya.
Mengganjal banget kak, serius.
Untuk narasinya juga. Masih berantakan seperti biasa, walaupun ga seberantak ronde2 sebelumnya. kak sam ama kak heru mungkin udah ngomong banyak soal ini, jadi saya ga mau nambahin. Sisanya sih, menurut saya udah bagus. Strateginya juga menarik untuk diikuti.
Untuk nilai, saya ngasih:7.5
Semangat kak :3