IDENTITAS DASAR
Penulis | : | Shin Elqi |
Nama | : | Quin Sigra El-Fathin |
Julukan | : | Boneka Pembunuh |
Pekerjaan | : | Pembunuh |
Umur | : | 21 tahun |
Jenis Kelamin | : | Laki-laki |
Ras | : | Manusia (rekayasa genetik) |
Tipe Petarung | : | Jarak menengah |
Kegemaran | : | Berdiam diri, meneliti sesuatu hingga mendetail, membaca buku, malas-malasan dan sesuatu yang tertata dengan cantik. |
Ketidaksukaan | : | Disuruh merawat tubuh oleh Bibinya, minuman beralkohol, rokok, disangka perempuan, muntah, pelecehan seksual, orang mesum, dan ketidakteraturan. |
Kepribadian | : | Quin adalah orang yang sangat realistis dan pandai menganalisa sesuatu termasuk saat bertarung. Dia sangat tidak menyukai ketidakteraturan, dia akan melakukan apa saja agar semua menjadi teratur. Dia juga selalu mementingkan logika dari pada hati (perasaan). Menurutnya logika lebih mudah dipahami dari pada hati yang rumit dan sulit dipahami. Dia penganut paham mata dibalas mata, nyawa dibalas nyawa. |
DESKRIPSI FISIK DAN PENAMPILAN
Tinggi/Berat | : | 159 cm/ 41 kg |
Kepala | : | Rambutnya hitam dengan panjang hampir sebahu. Di bagian depan panjang rambutnya hanya sampai alis dan berbentuk lancip. Rambut di kedua pelipis lebih panjang dari rambut depan. Wajahnya bulat dengan kulit putih. Alisnya sedang dan di bagian ujung sedikit melengkung ke bawah. Matanya cukup lebar dengan bulu mata lentik. Bola matanya putih dengan iris kecoklatan dan selalu terlihat basah. Hidungnya standar. Bibirnya cukup tebal dengan warna merah di bagian tengah dan bibir yang bertemu dengan kulit wajah, merah tua. Karena selalu disangka perempuan, dia akhirnya memakai topeng peninggalan Bibinya yang meninggal. Yaitu topeng berwarna putih dengan corak sembilan bintang tak beraturan di bagian pipi kanan dan hanya berlubang di bagian kedua mata. Serta pada bagian pipi kiri yang melekat ke rahang belakang tertulis "61T89N" dengan warna hitam. |
Tubuh | : | Memakai kemeja hitam dengan jas warna senada yang tak dikancing. Ditambah dasi berwarna putih yang diikat longgar pada leher. Bawahannya memakai jeans warna hitam yang cukup longgar agar mudah berlari serta sepatu kets hitam dengan aksen garis putih di bagian alas yang kelihatan dari samping. |
Senjata | : | Yury, pedang peninggalan suami Bibinya. Ketika tidak sedang digunakan, pedang itu membentuk gelang hitam yang melekat di pergelangan tangan kirinya. Saat dia ingin menggunakan pedang itu, dia hanya meniatkan hal itu dan gelang tadi langsung berubah bentuk menjadi sebilah pedang yang lurus dengan panjang keseluruhan 99cm, panjang gagang 21cm yang berbentuk pipih dan bilah tajam 78cm yang ujungnya runcing seperti katana. Tidak memiliki sarung pedang atau pun hiasan di tempat bertemunya gagang dan bilah tajam. Yury tak akan melukai pemilik yang dipilihnya meski bisa digunakan oleh musuh. Quin juga membawa gulungan benang di pinggangnya dan juga beberapa paku yang bisa diikatkan pada ujung-ujung benang. Paku-paku itu digunakan sebagai tumpuan benang saat ditarik untuk menjerat musuh. |
KEMAMPUAN DAN KELEMAHAN
Kemampuan | : |
|
Kelemahan | : |
|
LATAR BELAKANG
Realms | : | Bumi |
Realms Trademark | : | Pulau Askal. Pulau terpencil yang terletak paling ujung dari negara Inesia dan merupakan perbatasan langsung dengan samudera paling menakutkan di dunia. |
Kehidupan Sebelum Turnamen | : | Rhone sangat tergila-gila pada penelitian. Anak pertamanya pun tak lepas dari objek penelitiannya. Saat Quin masih dalam kandungan, Rhone mencoba bereksperimen dengan anak pertamanya itu. Dia menginjeksikan beberapa kemampuan binatang pada Quin, salah satunya adalah kemampuan regenerasi kadal dan belut listrik. Namun saat kandungan istrinya mencapai 5 bulan. Rhone mulai menyadari bahwa percobaannya gagal. Anaknya bahkan terancam meninggal karena kondisinya terlalu lemah. Kemudian Rhone pergi dan berusaha menciptakan serum untuk menyelamatkan anaknya. Saat itu juga Frika datang. Dia adalah saudara kembar Frila (istri Rhone). Frika adalah mantan anggota TETA, organisasi hitam yang tugasnya menyelidiki dan membunuh targetnya. Lebih tepat disebut organisasi pembunuh bayaran. Frika mengundurkan diri dari organisasi itu setelah suaminya, Fathin meninggal dunia tanpa tahu penyebabnya secara pasti. Setelah mengetahui bahwa adik iparnya pergi, Frika berencana untuk mencarinya. Namun Frila mencegahnya. Akhirnya Frika lah yang menemani Frila sampai melahirkan. Di hari Quin lahir, Ibunya dan Rhone meninggal. Frila meninggal setelah melahirkan Quin dan sempat menyusuinya beberapa menit, sementara Rhone meninggal di laboratoriumnya. Sejak saat itu Quin diasuh oleh Frika dan melatihnya seperti yang ia dapat dalam organisasi TETA. Bahkan bukan hanya itu. Frika menganggap Quin sebagai anak perempuan. Setiap hari Frika menyuruh Quin untuk merawat tubuhnya layaknya anak perempuan. Saat Quin mulai remaja, perlakuan menyimpang Frika terhadap keponakannya itu semakin menjadi-jadi. Umur 4 tahun, Frika menyadari bahwa tubuh Quin sedikit berbeda. Tubuh keponakannya itu bisa melakukan regenerasi. Umur 9 tahun Frika kembali tercengang saat Quin bisa mengendalikan petir. Lalu Frika sadar bahwa tubuh Quin bisa mengeluarkan listrik dengan daya yang besar. Setelah itu Frika memberikan Yury, pedang milik mendiang suaminya pada Quin. Saat itu juga Yury memilih pemiliknya yang baru. Umur 17 tahun, enam anggota TETA datang dan mencoba mengambil Quin. Rupanya selama ini ketua organisasi itu mengawasi Frika dan terkesan dengan kemampuan Quin yang dilatihnya. Namun Frika menolaknya. Dia tetap melindungi Quin hingga dia bertarung mati-matian. Quin juga membantunya. Enam anggota TETA yang ditugaskan membawa Quin kalah setelah melalui pertarungan yang dahsyat. Quin kehilangan tangan kanannya, sementara Frika kehilangan nyawanya. Setelah Quin menguburkan Bibinya di samping makam Ibunya. Dia pergi ke kota dan berencana untuk menghancurkan organisasi TETA yang telah membunuh Bibinya, juga memotong leher ketua organisasi itu. Namun saat pertama kali menginjakkan kaki di kota, dia melihat realita kehidupan yang benar-benar berantakan. Para pejabat melakukan korupsi dan kriminalitas merajalela dimana-mana. Dia ingin sekali memperbaiki semua itu dan untuk itu dia harus menyingkirkan hal yang menjadi sumber ketidakteraturan itu. Dengan pakaian yang selalu di pakai Fathin Yodha (pamannya yang meninggal tidak wajar) dan topeng yang selalu digunakan Bibinya ketika mengeksekusi korban saat menjadi anggota TETA. Quin membunuh satu persatu penjahat kelas kakap dan koruptor yang belum sempat bilang sakit saat menjadi tersangka. Kemudian tersebarlah kabar tentang "Boneka Pembunuh". Sebagian besar rakyat Negara Inesia percaya bahwa Fathin Yodha, orang yang selalu memperjuangkan hak rakyat miskin (yang meninggal tak wajar setelah mengkritik pemerintah) telah kembali untuk menghukum para penjahat. Sekarang Fathin tidak bisa dibunuh atau disingkirkan, karena dia melancarkan aksinya dengan menggunakan sebuah boneka. Boneka itu bukan sembarang boneka, tetapi jasad dirinya yang ia kendalikan dari akhirat. Kepercayaan masyarakat itu semakin kuat saat ada saksi mata melihat tubuh bertopeng putih itu kehilangan satu tangan saat membunuh salah satu penjahat. Namun ketika terlihat kembali di tempat pembunuhan selanjutnya, tubuh itu lengkap, seakan tidak pernah kehilangan tangannya. Satu benang, bisa menarik tiga bintang. Itulah pemikiran Quin saat membunuh penjahat dengan memakai pakaian khas Fathin Yodha dan topeng Frika Zahralas di TETA. Pertama dia membunuh penjahat dan koruptor untuk mengembalikan keteraturan dalam kehidupan masyarakat Negara Inesia. Kedua dia memakai pakaian khas Fathin Yodha untuk membuat gentar pembunuh pamannya itu dan saat dia melihatnya, Yury akan memenggal kepala pembunuh itu. Ketiga dia memakai topeng Bibinya untuk mengguncang organisasi TETA. Enam orang yang ditugaskan membawanya, ditemukan terbunuh dan tak ada jejak Frika atau pun Quin. Ketika ada seseorang yang memakai topeng mantan anggota TETA dan membunuh para penjahat. Tentu TETA akan menyelidikinya dan hal itu akan membuat Quin semakin dekat untuk membunuh pemimpin anggota itu. Satu tahun berlalu sejak Quin melakukan pembunuhan pertamanya. Negara Inesia mulai kembali ke arah yang benar. Para pejabat kembali memperhatikan rakyat dan kehidupan mulai beranjak makmur. Quin juga sudah membantai beberapa anggota TETA. Dia juga sudah mengetahui ketua dari organisasi itu dan mengatur sebuah strategi untuk membunuhnya. Namun satu tujuannya, yaitu mencari pembunuh pamannya, masih belum menemukan cahaya. Langkah pertama yang dilakukan Quin untuk membunuh ketua TETA adalah berperan sebagai guru privat dari anak kesayangannya. Namun saat bertemu untuk pertama kali dengan anaknya, Eirika, Quin merasakan sesuatu yang belum pernah dirasakannya. Dia jatuh cinta pada gadis cantik itu. Niat membunuhnya jadi goyah dan dia tak bisa berpikir logis. Strateginya berantakan seperti kertas yang terbakar. Sehingga akhirnya pada suatu malam, dengan bulan purnama yang tertutup awan tebal. Quin membawa Eirika ke sebuah taman yang sepi. Dia menceritakan segalanya tentang rencananya untuk membunuh ayah gadis itu. Diakhir cerita, dia mengatakan perasaannya dengan kata-kata yang tak begitu romantis, namun penuh kejujuran dengan bingkai kepolosan khas anak kecil. Setelah cerita Quin selesai, Eirika mendekati Quin lalu memeluk pria yang tingginya hampir sama dengan dirinya itu. "Aku juga mencintaimu," suaranya terdengar lembut dan tulus, terselip pula tangisan yang tertahan. Dengan kedua tangannya yang ringkih, Eirika semakin erat memeluk tubuh Quin. Perlahan dia mendongakan kepala, lalu merengkuh leher Quin dan mencium bibir pria itu dengan lembut. Malam itu, untuk pertama kalinya Quin mengikuti kata hatinya. Dia membawa Eirika pergi dan memperistri gadis itu. |
Cerita Kematian | : | Lihat di http://www.kemudian.com/node/275478 |
Motivasi | : | Takut pada ancaman Bibinya yang mengancam akan benar-benar memperlakukan dirinya sebagai perempuan jika mati muda. Dia sudah berjanji pada Eirika untuk tidak segera menyusul gadis itu. Penasaran dengan pertarungan macam apa yang akan terjadi di Battle of Realms. |
Share this character sheet:
Tweet |
Quin bisa membelah diri?!?!?
ReplyDeleteApakah Quin membelah diri dengan cara yang sama dengan makhluk bersel satu?