[Round 2-Ryax] Nemaphila
"Penguasa Hutan Beton"
Written by Redtailqueen 1550
---
Ramai. Tempat pertarungan kedua ternyata lebih ramai daripada perkiraan Nemaphila. Dengung mesin dan alat elektronik berkumandang di semua penjuru pulau tersebut, membuat wanita berkepala benih merasa tak nyaman. Sejauh mata memandang tak terlihat satupun tumbuhan hijau di pulau itu. Sebagai gantinya, puluhan gedung buatan manusia menjulang tinggi mencapai langit. Seluruh permukaan gedung dan jalan dipenuhi lampu berkelap-kelip beraneka warna, sebagian berupa layar yang menampilkan berbagai tayangan berbeda. Bagi wanita viridian penjaga alam tempat itu adalah neraka, neraka yang sesungguhnya.
"Aku harus bertarung.. di tempat ini?" tanya Nema ketika sosok bersayap menyandarkanya pada bangku beton berhiaskan lampu redup di pinggir jalan.
Hvyt mengangguk. "Pulau Ryax, pulau keangkuhan. Kau dan keenam peserta lainya harus saling bertarung di pulau ini hingga hanya tersisa satu pemenang."
Nema merutuk dalam hati. Padahal dia sudah bertekad untuk mengalah dalam pertandingan ini. Tapi bila dia harus mati di tempat buatan manusia, dimana tak ada satupun tumbuhan atau pohon yang menaunginya, rasanya dia tak akan rela. Kebimbangan menguasai benaknya, wanita viridian itu masih tak yakin apa yang harus dilakukanya dalam keadaan seperti ini. Mungkinkah dia harus memenangkan pertandingan ini, lalu diantar kembali ke padang rumput merah itu, agar dia bisa beristirahat dengan tenang?
Tanpa disadari Hvyt menunduk dan menyentuh kedua kaki buntung Nema. Cahaya merah memancar dari tanganya, menyebar ke seluruh sel tubuh Nema, hingga mencapai kepalanya. Dalam waktu singkat kaki Nema tumbuh kembali seperti sedia kala, begitu pula dengan benih-benih hijau yang tumbuh subur menutupi sulur rambutnya.
"Apa yang.."
"Semua peserta yang terluka dalam pertarungan sebelumnya harus disembuhkan sebelum mengikuti pertandingan babak selanjutnya. Ini perintah Dewa Thurqk," jawab Hvyt memotong pertanyaan Nema. "Bersiaplah, sebentar lagi pertarunganya akan segera dimulai. Aku akan menjemputmu setelah kau mengalahkan mereka semua, atau bila kau kalah."
Dengan sedikit keraguan Nema mengembangkan senyuman sinisnya. "Terima kasih atas dukunganmu, Makhluk Asing.."
Seiring dengan melesatnya sosok bersayap di udara, mata Nema juga menangkap sederet cahaya besar di langit. Bertahun-tahun hidup sebagai viridian tidak membuatnya lupa arti deretan cahaya itu. Itu adalah angka, lebih tepatnya bilangan penunjuk waktu. Jam sepuluh, atau sepuluh jam.. Apakah mereka harus saling mengalahkan dalam waktu sepuluh jam?
---
Di sebelah timur pulau Ryax tampak seorang gadis yang sedang asik berinteraksi dengan sebuah robot pengantar barang. Bisa dibilang gadis itu memiliki penampilan yang menarik, rambutnya merupakan kombinasi warna biru dan merah, matanya juga berbeda warna, dia mengenakan pakaian serba biru yang terkesan trendi, seolah menyatu dengan suasana modern di sekitarnya. Sebelumnya gadis itu sempat memperkenalkan dirinya pada si robot pengantar, namanya Stella Sword.
"Jadi begitu.. Setiap hari kau harus bekerja untuk mendapat pasokan energi dari dewa merah itu? Apakah sebelum mati kau juga manusia? Atau kau juga berasal dari dunia lain? Kau bukan peserta yang harus kulawan kan?" tanya Stella tanpa henti. Untungnya robot tersebut cukup sabar menjawab semua pertanyaanya.
"Bagaimana kalau kau mengantarku berkeliling melihat pulau ini? Ayolah, hanya sebentar saja.. Aku yakin dewa merah itu tidak akan memecatmu hanya karena ini.. Anggap saja kau ikut membantuku menghibur dewa merah itu.. Aku tidak akan melibatkanmu dalam masalah, kalau kita bertemu musuh kau tinggal kabur saja kan? Biar aku yang akan menghadapi mereka.. Sekarang kita jalan-jalan saja dulu.." desak gadis itu tanpa henti. Awalnya si robot tak mau, namun perlahan dia pun menyerah. Robot pengantar itu mengajak Stella mengikuti jalur bergerak yang berfungsi sebagai jalan utama di pulau Ryax.
---
Emils berguling mengikuti jalur bergerak dengan perasaan waspada. Saat ini makhluk biru transparan itu sedang berada dalam bentuk slime-nya, berarti dia sangat rentan diserang oleh musuh. Sekarang tujuanya hanyalah mencari sungai, danau, kolam, atau persediaan air di pulau Ryax. Dia yakin di tempat manapun, bahkan di alam kematian, pasti ada air. Bila dia sudah menemukan air, dia akan bisa berubah ke wujud manusia yang lebih kuat.
Sayangnya Emils dalam wujud slime lebih penakut. Setiap kali ada robot atau makhluk hologram lewat dia akan segera bersembunyi. Hal ini memperlambat perjalananya demi mencapai air. Sempat makhluk biru transparan itu berhenti dekat ujung sebuah pipa besar, mengira itu saluran air, ternyata yang keluar malah listrik bertegangan tinggi. Sengatan listrik itu membuat pergerakan cairan tubuh Emils lebih kaku dan lambat.
"Sial.. Di mana airnya..? Cepat.. Aku harus cepat menemukan air.. Aku tidak boleh kalah dari para petualang!!" seru makhluk biru itu pada dirinya sendiri. Meskipun dia takut, dia tak akan pernah mau menyerah!
---
Bagi Carol Lidell tempat seperti pulau Ryax bukanlah hal asing, gadis berambut karamel itu pernah melihat gambar kota modern semacam ini dalam buku cerita fiksi ilmiah atau dalam buku sejarah perkembangan kota masa depan. Meskipun begitu, banyak hal di pulau ini yang membuatnya penasaran. Gadis mungil itu bahkan sempat lupa kalau dia sedang berada dalam pertarungan. Dia malah asik berkeliling bertanya pada setiap robot dan makhluk hologram yang ditemuinya tentang pulau Ryax.
"Aku mengerti.. Jadi di sini tak ada perpustakaan? Di mana aku bisa mendapatkan informasi lengkap tentang pulau Ryax? Di pusat penyimpanan data dan informasi? Oh, gedung yang berwarna kehijauan itu? Baiklah.. Terima kasih banyak, Pak," sahut Carol mengangguk hormat pada polisi hologram.
Segera gadis berambut karamel itu beranjak menuju gedung tinggi yang merupakan pusat penyimpanan data dan informasi pulau Ryax. Jaraknya tidak terlalu jauh. Carol merasa perlu lebih banyak mempelajari kondisi dan sistem yang berlaku di tempat pertarungan. Bila dia sudah mendapatkan semua informasi itu, dia pasti bisa menggunakanya untuk mengalahkan semua lawanya dengan mudah!
---
Pria berambut pirang yang mengenakan jubah mewah bagaikan raja itu bernama Ravelt Tardigarde. Meskipun penampilanya begitu mencolok, namun tampaknya tak satupun makhluk hologram atau robot mesin yang mempermasalahkan keberadaanya, mereka malah terkesan mengabaikan dirinya. Rupanya pria itu sedang menonaktifkan kemampuan Supreme Being-nya, dengan demikian keberadaanya tak akan terdeteksi oleh kawan maupun lawan. Ravelt hanya berjalan santai di antara kerumunan perangkat elektronik itu, sepertinya sedang mencari tempat beristirahat yang nyaman.
"Apa kau sudah dengar? Katanya pulau kita akan dipakai sebagai tempat pertandingan makhluk antar dimensi.. Apa? Pulau yang lain juga dipakai sebagai arena pertarungan? Ada yang sudah melihat beberapa makhluk aneh berkeliaran di pulau ini? Mungkin mereka adalah pesertanya? Haruskah kita menyerang mereka? Oh, benar.. Aku tau ini atas perintah dewa Thurqk.. Tapi.. Benar.. Sebaiknya kita tunggu saja.. Sebentar lagi dia akan datang.." Percakapan antar beberapa robot dan makhluk hologram menarik perhatian Ravelt.
Setelah cukup mendapat informasi dari percakapan itu, Ravelt pun beranjak menuju gedung tertinggi di pusat pulau Ryax. Dari percakapan itu dia sering mendengar sebuah nama, seperti nama perempuan, yang kelihatanya adalah penguasa pulau Ryax. Pria berambut pirang itu jadi penasaran, bila entitas itu menarik Ravelt mungkin akan senang menangkapnya untuk menambah koleksinya. Dan semoga dugaanya bahwa entitas itu adalah wanita tidak salah.
---
Sejak awal kedatanganya di pulau Ryax, Stallza sudah langsung mengeluarkan tiga spiritia-nya. Pria berjubah dan bertudung putih itu memanggil Iodesa, Arzaniko, dan Hidro. Iodesa serupa wanita manusia anggun dengan rambut dijalin teratur dan memakai gaun malam berwarna merah, Arzaniko beruwujud pemuda tampan yang memiliki rambut putih panjang menawan, sementara Hidro adalah burung layang berwarna biru yang dapat terbang dengan cepat. Segera Stallza mengatur strategi pertarungan bersama ketiga spiritia itu.
"Arzaniko, tancapkan pisau ini di ujung sebelah timur dan utara.. Aku akan menancapkan dua pisau lagi di ujung sebelah barat dan selatan.. Hidro, aku ingin kau terbang mengelilingi pulau ini untuk mendeteksi keberadaan petarung lain.. Iodesa, kau ikut denganku.. Oh ya, Arzaniko, jangan mencari masalah dengan petarung lain, terutama dengan wanita. Abaikan saja kalau kau bertemu mereka, kecuali bila mereka yang lebih dulu menyerangmu," sahut Stallza memberikan petunjuk pada mereka.
Setelah perundingan singkat itu mereka pun berpencar. Berbeda dari peserta lainya, Stallza justru tak bermaksud memenangkan pertarungan ini. Sejak awal pria berjubah tudung putih itu ingin semua petarung bersatu untuk melawan dewa merah yang telah seenaknya mengadu hidup mereka bagai permainan. Keempat pisau yang ditancapkanya itu hanya sebagai antisipasi bila para peserta tak bisa diajak bekerjasama. Namun lebih daripada itu dia berharap mereka semua bisa berunding tanpa kekerasan..
---
Tak ada bulan. Sebagai gantinya di langit tampak ratusan lampu yang melayang bagaikan bintang, dan sebuah deretan angka raksasa penunjuk waktu. Pulau itu sendiri dipenuhi berbagai lampu dan layar bercahaya, cukup untuk menerangi setiap sudut jalan hingga Luna Aracellia tak perlu lagi mengaktifkan kacamatanya. Cahaya-cahaya itu agak menganggunya, terlalu terang seperti sinar matahari.
Sekali lagi gadis berambut perak itu memeriksa persenjataanya. Tampaknya semuanya lengkap. Untuk saat ini Luna memutuskan untuk berkeliling mencari musuhnya dan segera menghabisi mereka dengan senapanya. Mungkin dia juga perlu mencari persediaan senjata lain, untuk antisipasi dalam keadaan darurat. Dia ingin segera pergi dari pulau aneh itu.
Tiba-tiba terdengar bunyi terompet nyaring seolah berasal dari seluruh penjuru pulau Ryax. Lampu-lampu di angkasa berkelip secara acak, kemudian serentak semua penerangan menyorotkan cahayanya pada layar raksasa yang menampilkan angka penunjuk waktu. Layar tersebut berubah statis seiring bunyi terompet yang semakin nyaring, lalu perlahan warna-warni statis mengatur susunanya menjadi hologram sesosok gadis raksasa!
"Dayou!! Salam semangat semuanya!!" seru gadis hologram raksasa itu dengan lantang, dibalas dengan seruan penuh semangat dari semua robot dan hologram penghuni pulau Ryax. "Ryxa kembali!! Maaf karena malam ini Ryxa agak terlambat.. Mungkin di antara dayou semuanya sudah ada yang tau kalau malam ini adalah malam istimewa.. Saat ini pulau Ryax dan keenam pulau dosa lainya diberi kehormatan oleh Dewa Thurqk menjadi arena pertandingan terbesar abad ini, Turnamen Antar Semesta!!"
Sorakan penghuni pulau Ryax semakin bergemuruh.
"Dayou!! Kita sebagai penghuni pulau Ryax harus membantu makhluk-makhluk terpilih yang berpartisipasi dalam pertandingan ini.. Selama berabad-abad pulau Ryax telah mengabdi pada Dewa Thurqk dengan menampilkan berbagai hiburan yang menarik.. Karena itu sekarang kita juga harus berjuang menyelenggarakan pertandingan yang sangat menghibur bagi dewa kita tercinta!! Jangan mau kalah dari pulau yang lain!!" teriakan gadis hologram raksasa itu menambah semangat penghuni pulau Ryax.
"Dayou!! Bagi ketujuh makhluk terpilih peserta pertandingan, kalian juga harus bertarung dengan penuh semangat, ya!! Jadikan pertandingan ini sangat menarik!! Jangan lupa, peraturanya adalah kalian harus mengalahkan keenam peserta lainya agar bisa jadi pemenang di pulau Ryax!! Tak usah segan meminta bantuan apapun dari kami, entah itu informasi tentang lawan, persenjataan, dan sebagainya.. Kalian juga bebas memakai semua fasilitas yang ada di pulau kami!! Batas waktunya adalah sepuluh jam dimulai dari sekarang!! Selamat bertarung!! Salam semangat!!" Dengan seruan terakhirnya gadis hologram raksasa itu meledak di udara menjadi percikan bintang berwarna-warni.
Sorakan dan tepuk tangan meriah masih berkumandang di seluruh penjuru pulau. Semua lampu tak lagi menyorot ke langit, kembali ke fungsi asalnya untuk menerangi setiap jalan dan bangunan. Sedangkan layar raksasa di angkasa kembali menampilkan deretan angka penunjuk waktu yang mulai menghitung mundur, menjadi tanda dimulainya Turnamen Antar Semesta babak kedua!
---
Bahkan setelah mendapat sambutan penuh semangat dari gadis raksasa aneh bercahaya tadi, Nema masih bimbang memutuskan apa yang harus dilakukanya. Terpikir olehnya untuk mengalah saja, setelah itu dia akan langsung dimusnahkan dewa merah. Namun sekali lagi, hati kecilnya tak rela untuk mati di tempat kekuasaan manusia atau makhluk perusak alam. Atau mungkin dia harus mengatur strategi untuk membantai makhluk-makhluk asing itu, seperti di pertarungan sebelumnya, sebagai hukuman karena mereka tak pernah menghargai kebaikan alam. Mungkin sekalian dia bisa menghancurkan mesin-mesin aneh penghuni pulau neraka ini.
Tanpa semangat Nema mengembangkan sekuntum dandelion pada lampu yang berkelip di pinggir jalur bergerak. Energi asing yang diserap dandelion mengalir di sulur-sulur rambutnya, memberinya sensasi janggal. Kepalanya tertunduk. Wanita viridian itu baru menyadari bahwa benih-benih bunga di sulur rambutnya bertambah. Padahal Nema berpikir bunganya akan menguap karena mengira lampu-lampu itu berisi api. Tapi rupanya lampu-lampu itu berisi energi lain, energi yang cukup besar..
Senyuman sinis terkembang di wajah wanita berkepala benih. Penemuan baru ini memberinya sebuah ide. Rangkaian rencana mulai tersusun dalam otaknya. Nema telah memutuskan, dia akan bertarung. Dan dia yakin rencananya pasti berhasil, dia pasti akan menang. Wanita viridian itu telah bertekad mengubah pulau neraka ini menjadi surga..
+++
Stella jatuh cinta. Gadis berambut biru-merah itu begitu terpesona pada pemuda yang dilihatnya. Padahal jarak mereka sangat jauh, pemuda itu berdiri santai mengikuti jalur bergerak, sementara Stella berada lima lantai di atasnya dalam sebuah gedung bertingkat. Tetapi karisma pemuda berambut putih panjang itu tak pernah lepas dari pandanganya. Seakan gadis itu ingin terbang mendekati pujaan hatinya. Kemudian Stella teringat kalau dia memang bisa terbang. Tanpa pikir panjang gadis itu mengubah seluruh tubuhnya menjadi api, lalu melesat menuju si pemuda tampan.
Tiba-tiba sosok lain juga terbang melesat menembus tubuh membara Stella. Gadis itu sangat terkejut. Dalam kepanikanya tubuh api gadis itu mengurai terbawa angin. Dengan susah payah dia menyatukan kembali kobaran penyusun tubuhnya lalu mewujud kembali menjadi ras Aquila. Hampir saja dia terbunuh di awal pertarungan.
Dari kejauhan dia bisa melihat sosok yang menyerangnya tadi adalah seekor burung layang. Pandangan Stella beralih ke arah pemuda impianya, tapi ternyata pemuda itu juga telah lenyap entah kemana. Amarah menguasai benaknya. Selain menang dia juga bertekad akan menjadikan pemuda tampan itu sebagai budaknya, budak yang paling berharga..
+++
Akhirnya Emils menemukanya. Dia berhasil menemukan kolam besar berisi air yang sangat banyak. Sebenarnya dia tak butuh air sebanyak itu karena beresiko akan merusak inti tubuhnya, tapi setidaknya Emils bersyukur masih ada air di pulau ini. Makhluk biru transparan itu tak membuang waktu, segera menyerap air hingga ukuran tubuhnya bertambah hampir tiga kali lipat. Warna biru tubuhnya semakin gelap, postur tubuhnya juga menjadi tegap menyerupai sosok manusia, dilengkapi dengan pedang es tajam yang mencuat dari kedua tanganya.
Dengan keberanian baru makhluk biru itu bersiap untuk menghadapi lawan-lawanya. Namun sesuatu di dasar kolam menarik perhatianya. Kelihatanya seperti patung batu hitam gadis bersayap terbaring tak berdaya. Sejenak Emils terpaku menatap sosok itu, sedikit mengingatkanya pada golem dari kota para penyihir. Mendadak mata gadis golem itu terbuka, menatap balik si makhluk biru dengan tajam. Mulutnya juga bergerak-gerak seperti ingin menyampaikan sesuatu.
Emils berusaha membaca gerakan bibirnya. "A-apa? Tolong? Kau ingin aku mengeluarkanmu dari sana?"
+++
Gadis berambut karamel telah mencapai gedung pusat penyimpanan data dan informasi. Rupanya di puncak gedung serba hijau itu hanya ada satu panel layar sentuh berukuran besar yang terhubung dengan banyak pipa dan kabel berkelip. Dengan sedikit keraguan, Carol menyentuh permukaan panel tersebut. Seketika terdengar bunyi berdesis, kemudian panel tersebut memancarkan sinar yang merefleksikan hologram gadis bersayap hijau.
"Selamat datang di pusat penyimpanan data dan informasi pulau Ryax. Silahkan sebutkan kata kuncinya," sambut gadis hologram bersayap hijau itu dengan nada monoton.
"Huh? Aku tidak tau.. Mungkin kata kuncinya.. Dewa Thurqk?" tebak Carol.
"Akses ditolak. Silahkan coba lagi," jawab gadis hologram itu tanpa ekspresi.
Untungnya dengan cepat Carol mendapatkan sebuah ide. Gadis berambut karamel itu mengangkat tanganya ke udara, memanggil sebuah buku dari ketiadaan. Buku bersampul merah gelap itu berjudul 'Panduan Cara Memakai Komputer di Kepulauan Nanthara oleh Nolan Collard Fambrough'. Dalam waktu singkat Carol melahap isi buku itu. Sepertinya masih banyak informasi tentang kepulauan Nanthara yang belum diketahui oleh si penulis. Penulis itu juga sudah memperbaiki dan memperbaharui beberapa kesalahan data yang ada.
"Kata kunci untuk mengakses data dan informasi di pulau Ryax adalah.. gadisbarokah36C.." sahut Carol pada gadis hologram bersayap di hadapanya. Dia juga tak mengerti apa maksud kata kunci tersebut.
"Akses diterima.." Gadis hologram bersayap hijau itu menampilkan puluhan refleksi hologram lainya yang berisi tulisan semua data dan informasi umum pulau Ryax.
+++
Sementara itu di dalam gedung tertinggi yang terletak di pusat pulau Ryax, Ravelt sedang berhadapan dengan sosok penguasa pulau keangkuhan. Pria berambut pirang itu telah mengaktifkan kembali kemampuan Supreme Being sehingga sosok penguasa tersebut menyadari keberadaanya. Penampilan sosok penguasa itu sungguh berbeda dari perkiraanya, membuat Ravelt tercengang.
"Jadi.. ini wujud aslimu?" tanya pria berambut pirang itu masih tak percaya.
"Berisik, dayou!! Apa maumu!? Apa tujuanmu datang ke sini cuma untuk menghina ukuran tubuhku!? Tidak sopan!! Ryxa adalah penguasa pulau ini!! Kau harus menghormatiku!!" teriak sosok hologram gadis bersayap berukuran mini yang selalu menguncir rambut panjang birunya ke belakang. Penampilanya yang sekarang memang sangat berbeda dengan sosok raksasanya, saat dia mengumumkan pembukaan pertandingan tadi.
Ravelt berusaha sangat keras menahan tawanya. Ternyata sosok yang disebut penguasa pulau Ryax itu memang unik. Walaupun ukuranya bukanlah selera Ravelt, setidaknya gadis hologram mini itu mungkin bisa menambah koleksinya.
"Bagaimana kalau aku menantangmu dalam sebuah pertandingan.. Kalau aku menang kau harus mau menjadi salah satu koleksiku.. Bila aku kalah.. Entahlah.. Aku belum pernah kalah.." Rasa percaya diri yang tinggi mengukirkan seringai lebar di wajah Ravelt.
Sementara kepala gadis hologram mini seolah berasap terbakar amarah. "Dayou!! Baiklah, aku terima tantanganmu!! Kau akan menyesal karena telah berani menghina Ryxa!!"
+++
"Tunggu dulu, kurasa kau keliru.. Seharusnya posisi kita sekarang berada di sini.. Bukan! Bukan di situ!! Menurut peta ini seharusnya peserta yang paling dekat dengan kita adalah wanita berkepala biji hijau itu.. Apa? Kau melihatnya di sebelah utara? Tapi bukankah..? Tidak mungkin!! Aku mengerti semua peserta pasti bergerak ke arah yang berbeda, tapi bagaimana bisa mereka berpindah lokasi secepat itu? Kau mau bilang mereka semua bisa teleport!? Aku bilang posisinya bukan di situ!!" Stallza dan ketiga spiritia tampak berdebat sengit di depan sebuah layar yang menampilkan peta pulau Ryax. Kelihatanya informasi lokasi para peserta yang mereka dapatkan tak sesuai satu sama lain. Mereka bahkan tak yakin di mana posisi mereka sekarang.
"Tuan Stallza, Hidro, Arzaniko, tenanglah.. Tidak seharusnya kita bertengkar seperti ini.. Pasti ada penjelasan yang masuk akal kenapa informasi yang kita dapatkan tidak cocok.." Iodesa berusaha mendamaikan suasana.
"Aku tahu! Menurutmu penjelasan yang paling masuk akal adalah informasi yang kudapatkan salah, sedangkankan kalian yang paling benar, iya kan!? Ya! Selalu seperti itu! Di matamu dia selalu benar! Mentang-mentang dia adalah tuan kita, kita harus selalu mengikuti perintahnya meskipun itu salah!?" Tak biasanya Arzaniko meluap penuh kemarahan seperti itu. Tapi Hidro juga menjerit kesal, seolah setuju dengan pendapat temanya sesama spiritia. Mendengar itu membuat Stallza ikut naik darah sampai hampir saja dia akan memukul Arzaniko kalau segera tak ditahan oleh Iodesa.
"Aku tidak bilang kalian salah! Tidak ada yang salah!" Sekuat tenaga Iodesa menekan nada suaranya agar tak terbawa emosi. "Kumohon, tenangkan diri kalian.. Bagaimana.. Bagaimana kalau ternyata ini semua adalah rencana Thurqk untuk mengadudomba kita agar kita saling bertarung? Bagaimana kalau ini semua adalah jebakanya?"
"Benar.. Mungkin kau benar, Iodesa.. Sialan! Dewa sialan itu.. dia pasti sengaja melakukan ini untuk menggagalkan rencana kita menyatukan semua peserta untuk melawanya!" rutuk pria berjubah tudung putih itu baru menyadari kebodohanya.
"Tetooot!! Kalian salah besar!" seru sosok gadis kecil bersayap yang direfleksikan oleh sorotan cahaya lampu di sekitarnya. "Bukan Dewa Thurqk yang telah menjebak kalian, tapi aku! Perkenalkan, aku adalah kepala dinas perhubungan dan komunikasi pulau Ryax. Tugasku adalah untuk menghubungkan atau memutuskan komunikasi antar penghuni pulau ini. Aku juga bisa memasang titik teleportasi di manapun untuk mengacak lokasi kalian semua. Bukankah pertarunganya akan lebih menarik kalau kalian tak langsung saling bertemu sejak awal? Tapi kalian payah, baru berbeda pendapat sedikit saja kalian sudah bertengkar bahkan ingin saling membunuh," ejek gadis hologram bersayap jingga itu.
Perasaan kesal kembali menyelimuti Stallza dan ketiga spiritia. Tapi bukan karena perpecahan, melainkan karena mereka sama-sama marah pada sosok gadis hologram itu. Tanpa saling berkomunikasi pun mereka sepakat, untuk mengalahkan makhluk-makhluk suruhan dewa merah terlebih dahulu!
+++
Persediaan senjata dan amunisi Luna telah siap. Para polisi hologram dan robot keamanan bahkan berbaik hati merekomendasikan senjata laser serta berbagai senjata canggih lainya. Luna tak membutuhkan itu semua, apalagi dia mungkin tak akan paham bagaimana cara menggunakanya. Dia pun menolak tawaran senjata-senjata canggih itu. Kini sekali lagi gadis berambut perak itu menjelajah seluruh pulau untuk mencari peserta lainya.
Ketemu. Pandanganya menangkap sosok wanita bergaun hijau yang kelihatan asing di antara makhluk hologram dan para robot pekerja. Luna segera membidik senjatanya dan memperkirakan jarak tembak, arah angin, kecepatan peluru, serta waktu yang diperlukan agar tembakanya mengenai target. Wanita bergaun hijau itu melangkah perlahan, helaian rambutnya bergerak bergelombang sambil menyebarkan sesuatu seperti peluru-peluru hijau.
Sejenak Luna ragu, terpikir olehnya mungkin saja wanita itu punya kemampuan menembakan peluru-peluru hijau dari rambutnya. Mungkin dia perlu memantau lebih lama untuk mencari kelemahan lawanya. Namun sedetik kemudian Luna mengenyahkan pemikiran itu. Gadis berambut perak itu tak ingin membuang-buang waktu, mungkin saja lawan malah akan bertambah kuat dan merepotkanya. Kenapa dia harus menunda kalau dia bisa menghabisi mereka sekarang? Gadis itu kembali mengarahkan senapanya pada kepala wanita bergaun hijau. Cukup dengan satu tembakan saja..
xxx
Wanita berkepala benih itu hampir tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Nema sampai jatuh terduduk, terlalu bahagia dan terharu, seolah dia baru saja menemukan keajaiban. Alam memang penuh dengan keajaiban. Dengan tangan gemetar dia membelai tunas kecil berwarna merah yang tumbuh di samping jalur bergerak. Ternyata di pulau yang telah dikuasai manusia, masih ada tumbuhan mungil yang bisa bertahan. Wanita viridian itu pun bergegas menumbuhkan beberapa bunga bayi biru di sekeliling tunas tersebut demi menggemburkan tanahnya. Akibatnya beberapa kabel listrik yang ditumbuhi bunga bayi biru jadi rusak sehingga memperlambat laju jalur bergerak.
Ketika Nema bangkit, dia baru menyadari sesuatu yang aneh. Tiga helai sulur rambutnya terpotong. Tembakan lain melesat menyerang Nema, namun sekali lagi dia beruntung karena tembakan itu hanya menggores ujung kupingnya. Wanita viridian itu semakin panik saat puluhan tembakan lain terarah padanya. Secepat mungkin Nema meringkuk melindungi tunas merah kecil dan kepalanya. Dia tak peduli meskipun punggungnya hancur tergores peluru-peluru tajam.
Alam masih berpihak padanya. Mendadak terdengar ledakan dahsyat tak jauh dari tempat itu. Nema segera mengambil kesempatan itu untuk meraup sebongkah tanah tempat bertumbuhnya tunas kecil merah. Dia pun segera melarikan diri, sekaligus ingin menyelamatkan sahabat kecilnya. Nema belum ingin mati sekarang. Saat ini dia punya misi yang sangat penting, demi keberlangsungan keajaiban kecil dalam genggaman tanganya.
xxx
Saat sedang mencari pujaan hatinya, Stella menemukan sebuah tontonan yang menarik. Saat ini dia sedang menyaksikan pertarungan konyol antara seorang pria berambut pirang yang berpenampilan mewah melawan sosok hologram gadis bersayap berambut biru. Stella mengenali gadis hologram itu sebagai panitia penyelenggara arena pertarungan babak kedua turnamen antar dimensi di pulau Ryax. Sementara si pria berambut pirang juga tampak tak asing, tak salah lagi dia pasti salah satu peserta turnamen.
"Ternyata.. kau cukup tangguh juga.." sahut si pria pirang dengan napas tersengal.
"Dayou.. Kau juga.. sungguh keras kepala.." Si gadis hologram tak terlihat kelelahan, namun dia kesal karena masih belum mengalahkan lawanya.
"Bukankah ini saatnya untukmu mengakui.. bahwa aku sangat berbakat dalam bidang musik dan seni tarik suara?" Ravelt mengembangkan senyuman menawan sambil berpose dengan gitar listrik kebanggaanya.
"Dayou!! Aku masih belum mengakuimu!! Kita bertanding sekali lagi!! Kita mainkan lagu bertempo sangat cepat!! Aku yakin kali ini kau pasti tidak akan bisa mendapatkan nilai sempurna!!" seru gadis hologram tak mau kalah. Gadis bersayap biru itu mengeratkan genggamanya pada gitar listrik hologram miliknya.
"Baiklah! Bersiaplah untuk kalah dariku, tak lama lagi kau akan menjadi koleksiku!"
Dengan satu jentikan jari Ravelt mengaktifkan perangkat elektronik permainan simulasi pertarungan gitar yang berasal dari dimensi penyimpanan benda koleksinya. Segera musik berirama cepat membuka pertandingan mereka. Sejak awal pria berambut pirang itu tak bermaksud menantang si gadis hologram dalam pertarungan fisik, maka Ryxa mengusulkan agar mereka bertarung dalam permainan simulasi gitar saja. Tak disangka keduanya begitu ahli memainkan alat musik bahkan mereka bernyanyi dengan merdu untuk menambah pesona permainan mereka. Berkali-kali mereka berdua selalu mendapat nilai yang sama, sering juga mendapat nilai sempurna bersamaan. Tak dipungkiri mereka cukup menikmati persaingan seru itu, meskipun mereka masih berkeinginan untuk menang.
Sementara Stella yang hanya menonton pertandingan itu dari sudut ruangan malah merasa bosan. Tampaknya keberadaanya juga diabaikan oleh kedua petarung gitar yang sedang bersemangat itu. Dengan malas Stella melambaikan tongkat sihirnya ke arah Ravelt. Sihir Alexisnya langsung bekerja, membuat si pria pirang menghentikan permainan gitarnya. Sedangkan gadis hologram yang tak menyadari hal itu masih asik memetik dawai gitarnya sampai nada penutup. Tentu saja gadis hologram itu menang dengan nilai sempurna.
"Dayou!! Kau lihat itu!? Aku menaaanggg!! Eh? Apa? Hey, apa yang terjadi!?" tanya si gadis hologram kebingungan.
"Dia sudah berada dalam pengaruh sihirku," jawab Stella. "Ayo kita pergi, Pirang."
"Dayou!! Tunggu!! Jadi tadi kau yang membuat dia kalah!? Ini tidak benar!! Berarti kemenanganku tadi tidak sah!! Lepaskan dia, aku ingin pertandingan ulang!! Hey, berhenti!!"
Stella tak menghiraukan teriakan Ryxa, dia terus melangkah keluar dari ruang besar berkelip itu, diikuti oleh Ravelt. Namun mendadak lantai dan seisi gedung bergetar, ledakan keras terdengar dari kejauhan. Samar dia mendengar gadis hologram bergumam ketakutan..
"Tidak.. Tidak mungkin.. Jangan-jangan.."
xxx
Pandangan Emils meredup. Untuk kesekian kalinya dia mengutuk dirinya sendiri atas kebodohanya. Makhluk biru transparan itu sungguh menyesal karena telah melepaskan makhluk berbahaya. Padahal Emils bersimpati padanya, dia pikir gadis golem bersayap hitam itu juga ditindas oleh para petualang. Dia tak menyangka bahwa gadis golem itu memiliki kekuatan yang mengerikan.
Sebelumnya Emils membantu membekukan air kolam besar secara bertahap, lalu mengangkut bongkahan-bongkahan es itu keluar dari kolam. Tampaknya selama ini genangan air dingin kolam itu bagaikan penjara bagi si gadis golem. Tapi ketika gadis itu sudah bebas, dia malah memancarkan kekuatanya untuk menyerang Emils. Makhluk biru itu mencoba segala cara, memanfaatkan semua cairan dan es di sekitarnya untuk menahan kekuatan gadis itu. Sayangnya radiasi kimia yang dipancarkan si gadis golem terlalu kuat, membuat kekenyalan tubuh Emils menjadi tak stabil, hingga akhirnya radiasi itu membuat inti tubuhnya pecah.
Gadis golem itu tak berhenti memancarkan radiasinya. Hawa panas bahan kimia merusak dan meruntuhkan perangkat elektronik di sekitarnya. Ledakan-ledakan kecil menyatu jadi ledakan besar yang semakin menghancurkan seisi gedung itu. Gadis golem bersayap hitam itu pun beranjak pergi menyebarkan kehancuran dan kekacauan untuk membalaskan dendam pada siapapun yang telah memenjarakanya.
Emils bahkan sudah tak bisa lagi mempertahankan komponen tubuhnya yang mencair. Dalam sisa tenaganya dia masih memiliki harapan. Dia masih berharap pertarunganya dengan si gadis golem cukup menghibur dewa merah. Dia berharap akan dihidupkan kembali, untuk mengikuti pertandingan selanjutnya, agar bisa segera kembali ke dunianya untuk membantu teman-temanya melawan penindasan. Emils masih belum menyerah..
xxx
"Apa yang terjadi?" Gadis berambut karamel yang sedang asik melahap informasi tentang pulau Ryax dikejutkan oleh sirene peringatan tanda bahaya.
"Ada yang melepaskan sumber energi.. Petugas keamanan sudah bergerak untuk mengatasinya.. Tapi sepertinya kami juga butuh bantuan dari kalian, para peserta turnamen.." jawab gadis hologram bersayap hijau masih tanpa ekspresi.
"Oh ya?" sahut Carol apatis. Sebenarnya dia tak peduli dengan kekacauan yang terjadi di sekitarnya. Dia lebih tertarik mempelajari informasi yang sedang dibacanya, mungkin saja nantinya tak sengaja dia menemukan informasi tentang buku legenda yang ditulis dalam bahasa Babylon.
"Tolonglah.. Aku mohon.." pinta gadis hologram bersayap hijau.
"Baik, aku akan menolongmu. Tapi sebagai gantinya kau juga harus membantuku mencari informasi tentang buku kuno berbahasa Babylon.. Juga informasi tentang kedua orang tuaku yang sebenarnya.."
Sejenak gadis hologram bersayap hijau menganalisa tawaran Carol. "Perjanjian sedang diproses.. Carol Lidell, bersedia menolong pulau Ryax dengan cara membantu menangkap kembali sumber energinya. Sebagai imbalan, aku, petugas dari pusat penyimpanan data dan informasi pulau Ryax, akan membantu Carol Lidell mencari informasi yang berkaitan dengan buku kuno berbahasa Babylon dan informasi yang berkaitan dengan orang tua kandung Carol Lidell. Apa kau menerima kesepakatan ini?"
"Aku menerima kesepakatan perjanjian yang baru saja kau sebutkan," kata Carol tanpa ragu.
"Terima kasih, Carol Lidell.." balas gadis hologram bersayap hijau sambil mencetak selembar kertas bukti perjanjian mereka. Gadis berambut karamel menambahkan tanda tanganya di atas cap lambang pulau Ryax pada lembaran kertas itu, dan pada salinanya yang tertera di layar hologram.
Sekali lagi Carol mengangkat tanganya untuk memanggil sebuah buku dari dimensi lain. Buku yang datang berjudul 'Panduan Cara Meretas Profesional oleh Peretas Tanpa Nama'. Dalam waktu singkat gadis itu mempelajari semua kemampuan meretas yang tertulis di dalamnya. "Maaf, aku tak bisa membantu kalian dengan cara biasa. Terpaksa aku harus melakukan ini.."
xxx
Kemampuan gadis hologram bersayap jingga ternyata lebih hebat daripada perkiraan Stallza. Gadis hologram itu memutuskan hubungan semua serangan yang mengarah pada dirinya, lalu mengalihkan serangan itu kembali pada orang yang melepaskan serangan, atau kepada sekutunya. Akibatnya seringkali serangan Hidro dan Arzaniko malah berbalik mengenai Stallza dan Iodesa. Terpaksa pria berjubah tudung putih itu menarik kembali Iodesa kemudian memanggil Nicca yang memiliki kemampuan serupa dengan si gadis hologram.
Pertarungan sengit mereka diganggu oleh kekacauan lain. Ledakan-ledakan dan keruntuhan gedung-gedung bertingkat berkumandang dari kejauhan. Gadis hologram bersayap jingga mendapat panggilan darurat dari temanya, dia pun pergi begitu saja meninggalkan Stallza dan para spiritia.
"Sial.. Kita belum bertemu dengan petarung yang lain, dan kita sudah kewalahan seperti ini.." Stallza meringis menatap luka-luka goresan akibat serangan Hidro yang belum sempat disembuhkan Iodesa. "Apa mungkin mereka.. yang menyebabkan kekacauan itu?"
"Tuan Stallza terlalu percaya diri.. Seharusnya sejak awal Tuan memanggilku untuk menghadapi gadis transparan itu," sahut Nicca ketus menutupi rasa cemasnya.
"Benar.. Aku memang bodoh.." Stallza tertawa. "Entah kenapa sejak aku sampai di pulau ini.. ada perasaan negatif yang mengganjal di benakku.. Seperti perasaan bahwa aku lebih hebat daripada petarung lainya.. Aku sungguh yakin bisa membujuk mereka agar memberontak melawan dewa Thurqk.. Mungkin.. ini juga salah satu jebakan pulau Ryax.. Tentu saja.. tadi Hvyt juga sudah mengatakanya.. Pulau Ryax.. adalah pulau keangkuhan.."
"Biarkan saja mereka saling bertarung sampai mati.. Kita tinggal menghabisi siapapun yang tersisa untuk menjadi pemenangnya.." Bahkan Arzaniko tak sadar dia juga sudah terpengaruh keangkuhan pulau Ryax.
"Tidak.. Kita harus menolong mereka.. Ayo.."
"Apa Tuan tidak dengar? Peraturanya hanya ada satu pemenang dari pulau ini! Kita tidak bisa bertingkah sebagai pahlawan dan menyelamatkan mereka semua!!" raung Arzaniko geram.
"Kita pasti bisa! Kita harus bisa! Aku tak mau lagi melihat ada peserta yang dimusnahkan Thurqk!! Setidaknya.. kita harus membujuk petarung di pulau ini.. agar tak saling membunuh.." Jubah putih Stallza telah ternodai darah, namun dia tetap bertekad untuk bangkit. Arzaniko hanya bisa pasrah menghadapi tuanya yang keras kepala. Dengan enggan dia pun mengikuti pria berjubah tudung putih itu menuju arena yang dipenuhi ledakan.
xxx
Luna sendiri tak mengerti mengapa dia harus terlibat dalam pertarungan antar sesama penghuni pulau Ryax. Awalnya dia hanya ingin menghabisi wanita bergaun hijau, kemudian tiba-tiba muncul gadis robot bersayap ungu yang meminta bantuanya menangkap sumber energi. Dia malah tak tau sumber energi itu seperti apa. Gadis berambut perak itu mulai mengerti setelah menyaksikan sendiri akibat kemampuan sumber energi.
Sumber energi pulau Ryax berwujud sesosok gadis bersayap yang seluruh tubuhnya terbuat dari batu hitam. Sosok itu memancarkan radiasi nuklir berkekuatan besar, yang bahkan mampu melumerkan baja dan besi dalam radius 30 meter. Keberadaanya saja sudah menyebarkan kekacauan dan kehancuran. Puluhan robot polisi berpelindung bahan anti kimia dan ratusan tentara hologram telah dikerahkan untuk melumpuhkanya, namun justru mereka yang tumbang karena tak kuat menangkal radiasinya. Luna juga mulai kehilangan harapanya, ketika setiap peluru yang ditembakanya seolah tak berpengaruh apapun pada gadis batu itu.
"Dayou!! Apakah kalian semua merindukanku!?"
Semua mata memandang ke langit, mencari pemilik suara melengking itu.
"Dayou!! Ryxa di sini!! Tak usah takut, tak usah cemas!! Aku datang untuk menyelamatkan kalian semua!!" Perlahan cahaya penyusun proyeksi hologram raksasa gadis bersayap biru muncul di hadapan mereka. Semua penghuni Ryax bersorak, namun Luna sangsi gadis hologram itu bisa mengalahkan si gadis batu.
"Dayou!! Terima kasih atas sambutan kalian semua!! Ryxa baru saja mempelajari teknik bertarung yang keren!! Tapi karena ini pertama kalinya Ryxa bertarung, mohon dimaafkan kalau Ryxa membuat kesalahan!! Ryxa juga mohon agar dayou semuanya menyediakan sedikit ruang gerak, Ryxa tak mau menyakiti kalian semua dalam pertarungan ini!!" pinta gadis hologram raksasa itu dengan ekspresi menggemaskan. Tentu saja seluruh penghuni pulau Ryax segera menuruti permintaanya.
"Dayou!! Terima kasih banyak semuanya!! Baiklah, Ryxa mulai ya!! Berubaaah.. Ryxadayou!!" Seiring dengan seruanya, tubuh hologram gadis raksasa itu bersinar menyilaukan. Serentak berbagai macam alat elektronik yang telah rusak serta reruntuhan gedung tersedot menutupi tubuh hologram Ryxa seperti ditarik magnet. Dalam waktu singkat sosok hologram raksasa itu telah berubah jadi Robot Super Duper Mega Kawaii Ryxadayou!!
Sorakan pendukung Ryxadayou semakin membahana, seruan mereka berkumandang bagaikan mantra cinta yang menambah semangat gadis robot super raksasa! Sementara gadis batu bersayap hitam yang mulai merasa terganggu oleh kehadiran robot itu segera menyerangnya. Tapi sayang Ryxadayou dengan mudah dapat menangkap gadis batu itu seperti menangkap semut. Gegap gempita sorakan pendukung Ryxadayou semakin menggila.
"Dayou!! Berkat dukungan kalian semua, Ryxadayou berhasil mengalahkan kejahatan dan ketidakadilan!! Sekali lagi Ryxadayou mengucapkan banyak terima kasih!! Sekarang aku akan membawa sumber energi kita ke tempat yang aman!!" sahut robot super raksasa itu sambil mengedipkan sebelah matanya. "Oh ya, untuk para peserta turnamen antar dimensi, Ryxadayou dan segenap penghuni pulau Ryax minta maaf sebesar-besarnya atas gangguan ini!! Kalian boleh melanjutkan pertarungan kalian!! Waktu yang tersisa tinggal tiga jam lagi!! Jangan menyerah, tetap berikan usaha yang terbaik!! Salam semangat!! Dayou!!"
Selanjutnya kerumunan masa penghuni pulau Ryax bersukaria bersama robot super Ryxadayou. Mereka bernyanyi dan menari bersama dalam irama kebahagiaan. Sedangkan Luna yang menyaksikan semua kekonyolan itu hanya bisa tercengang, kehabisan kata-kata..
===
Di suatu tempat yang jauh dari pusat keramaian, lebih tepatnya di ujung pulau Ryax sebelah barat laut, Nema menyaksikan semua kejadian itu dengan perasaan hampa. Wanita viridian itu agak kesal karena rencananya berantakan. Sepertinya sejak mengikuti turnamen pertarungan antar makhluk asing ini, semuanya selalu berjalan tak sesuai dengan perkiraanya. Sekarang hampir sebagian pulau Ryax hancur berantakan. Nema belum memikirkan rencana baru untuk menghadapi para makhluk asing. Rasanya terlalu naif bila dia mengharapkan mereka semua telah terbunuh. Apalagi waktu yang tersisa kurang dari tiga jam..
Nema menunduk menatap tunas merah kecil dalam genggaman tanganya. Dia tersenyum. Belum saatnya dia menyerah sekarang. Alam akan membantunya. Alam selalu membantunya. Maka kali ini dia yang harus menolong alam. Menolong tunas kecil keajaiban ini.. Perlahan semangat dan rasa percaya diri Nema kembali bangkit. Dia yakin pasti bisa menyusun rencana baru.. Atau dia hanya perlu mengatur ulang rencana lamanya.. Lagipula benih di rambutnya masih tersisa banyak dan bisa bertumbuh lagi selama dia mendapat pasokan energi dari peralatan elektronik melalui bunga dandelionya.
Wanita viridian itu menggemburkan tanah di sekitarnya dengan bunga bayi biru, kemudian menanam tunas merah kecil di sana. "Sampai jumpa lagi, Tumbuhan Kecil.."
===
"Kau! Akhirnya aku menemukanmu!!" seru Stella riang bukan kepalang.
Para spiritia langsung bersiaga ketika melihat kedatangan gadis berambut biru-merah dan pria berambut pirang yang mendampinginya. Tetapi Stallza justru menyapanya dengan ramah. "Halo, apa kau mencariku?"
"Bukan kau, tapi dia!! Pemuda tampan.." tunjuk Stella pada pemuda berambut putih panjang di samping Stallza. Mereka pun kebingungan.
"Aku? Kenapa kau mencariku?" Arzaniko mengembangkan senyum terbaiknya.
"Apa kau juga salah satu peserta pertarungan antar semesta?"
"Bisa dibilang begitu.. Aku adalah salah satu spiritia milik Tuan Stallza.."
Jawaban itu membuat Stella kebingungan. Namun perlahan gadis itu seperti memahami sesuatu dan kekesalanya memuncak.
"Kau, Pria Bertudung!! Jangan-jangan kau juga mengincarnya!? Tidak adil!! Padahal aku yang lebih dulu menyukai pemuda tampan itu!! Serahkan dia padaku, dasar kau makhluk aneh penyuka sesama jenis!!"
Tuduhan Stella sungguh mengejutkan bagi Stallza dan para spiritia. "Tidak benar!! Kau jangan sembarangan menuduh!! Tuan Stallza adalah pria normal yang menyukai wanita dan gadis muda!!" seru Nicca membela tuanya.
"Jadi kau suka laki-laki dan perempuan? Kau juga suka anak-anak!? Kau memang benar-benar maniak, Pria Bertudung!!" Imajinasi Stella semakin tak terkendali.
Sekali lagi Nicca ingin membela Stallza, tapi pria berjubah tudung putih itu mencegahnya. "Sudah cukup, orientasi seksualku bukanlah hal yang patut diperdebatkan.. Maaf, Nona. Namaku Stallza, pemilik kedai Black Alley Tavern.. Boleh aku tau siapa namamu?"
"Aku Stella Sword. Dan dia.." Gadis itu melirik pada Ravelt. "..Aku lupa siapa namanya.. Pokoknya dia budakku.. Aku juga ingin pemuda tampan itu menjadi budakku.. Jadi tolong serahkan dia padaku!!" Stella langsung mengutarakan maksudnya.
"Maaf, Nona, tapi Arzaniko telah mengikat kontrak denganku.. Aku tak bisa menyerahkanya begitu saja," ujar Stallza tersenyum miris.
"Kalau begitu aku terpaksa harus merebutnya darimu! Pirang, serang mereka!!"
Dengan patuh Ravelt segera melesat sambil menghunuskan tongkat emasnya. Arzaniko dan Nicca cepat bereaksi menangkis seranganya. Ketiganya terlibat dalam pertarungan sengit. Sekilas tampaknya pertarungan itu seimbang, namun sebenarnya setiap sentuhan Arzaniko mengandung racun mematikan, artinya posisi Ravelt sangat tidak menguntungkan, apalagi Nicca selalu melindungi rekanya dengan menolak setiap serangan si pria pirang. Sementara itu Stallza sedang mengaktifkan kemampuan Extracio, yaitu kemampuan menganalisa serangan lawan dalam dunia satu detik kemudian mencari kelemahanya. Dalam kasus ini Stallza sedang mencari penyebab bagaimana Ravelt menjadi budak Stella.
Tampaknya Stella terlalu terpesona pada gaya bertarung Arzaniko hingga dia tak menyadari bahwa Stallza telah memanggil satu lagi spiritia bernama Chlora. Spiritia baru itu berupa gadis kecil yang berukuran sangat mungil, ditambah dengan sayapnya dia tampak seperti peri. Si pria berjubah tudung putih segera menggabungkan Chlora dan Hidro dan menyuruh mereka menyerang Stella. Gadis berambut biru-merah itu sungguh tak menduga dirinya akan diserang. Bahkan seorang pemilik kekuatan Logia tak akan bertahan bila seluruh tubuhnya terkena semburan asam.
Stella menjerit. Seluruh permukaan kulitnya terutama mata dan organ dalamnya serasa terbakar. Gadis itu mencoba menghilangkan rasa sakitnya dengan mengubah tubuhnya menjadi api, air, serta kabut, namun penderitaanya belum juga hilang. Hingga akhirnya seluruh tubuh Stella menguap menjadi gumpalan asap merah-biru.
Namun satu hal yang tidak disadari Stallza dan para spiritia, di saat terakhirnya Stella telah melepaskan kutukan pada mereka semua. Perlahan semua makhluk yang berada di tempat itu, Stallza, Arzaniko, Nicca, gabungan Hidro dan Chlora, juga Ravelt, tubuh mereka mulai membeku dari kaki sampai kepala. Stallza terlambat bereaksi, dia tak sempat memanggil spiritia untuk menangkal kutukan itu. Hingga akhirnya mereka juga bernasib sama dengan si gadis berambut biru-merah.
===
Untuk kesekian kalinya Luna terjebak dalam kondisi yang membingungkan. Padahal baru saja beberapa menit yang lalu seluruh pasukan keamanan dan penghuni pulau Ryax berpesta bersama pahlawan baru mereka Ryxadayou. Tapi mendadak sikap robot super raksasa itu berubah drastis, dia mengamuk dan membantai para pendukungnya. Semua robot dan makhluk hologram menjadi panik. Ryxadayou memukul, menendang, menginjak mereka semua tanpa ampun. Untungnya Luna masih berhasil selamat dari serangan robot super raksasa tersebut.
Setelah robot super raksasa itu bosan menghancurkan gedung di sekitarnya, kini targetnya beralih pada si gadis berambut perak. Perbedaan ukuran tubuh mereka membuat Luna mudah menghindari semua seranganya, pada dasarnya gerakan gadis itu memang lincah. Tapi tembakan-tembakan yang dilepaskan Luna juga sama sekali tak berpengaruh pada robot super raksasa. Gadis itu telah mencoba menggunakan semua senjata canggih, tapi berapa kalipun tubuh super robot raksasa itu hancur, dia bisa segera menyusunya kembali dari puing-puing bangunan dan peralatan elektronik yang tersisa.
Stamina Luna mulai menipis, dia telah memaksa kemampuan tubuhnya hingga melampaui batas. Tetapi sifat angkuhnya malah makin meningkat. Dibandingkan kondisi tubuhnya yang semakin lemah, tekad Luna malah semakin membara. Gadis berambut perak itu tetap yakin, entah bagaimana, bahwa dia pasti bisa mengalahkan robot super raksasa Ryxadayou!
Dia merasa kini saat baginya untuk meminjam kekuatan bulan. Luna mulai bernyanyi, suaranya merdu melantunkan lirik dalam bahasa asing. Dia merasa damai, jiwa dan raganya terasa sejuk. Namun tak ada yang terjadi. Tak ada cahaya bulan. Satelit alami yang selalu mengitari bumi itu juga tak muncul. Luna mengutuk kebodohanya. Harusnya gadis itu sadar, tak mungkin ada bulan di alam kematian. Padahal dia berharap setidaknya akan ada keajaiban yang memperbolehkanya meminjam kekuatan bulan. Harapanya tak terwujud. Sifat keangkuhan dalam diri Luna hancur, juga rasa percaya dirinya.
Sinar lembut menyinari tubuh Luna. Itu bukanlah cahaya bulan, melainkan cahaya dari layar di angkasa yang menunjukan penanda waktu, tersisa kurang dari satu jam lagi. Lalu gadis itu teringat sesuatu. Meskipun sekarang robot super raksasa tampak tak terkalahkan, sebelumnya sosok itu hanyalah proyeksi hologram raksasa. Mungkin sumber kekuatan robot super Ryxadayou berasal dari mesin yang memancarkan proyeksinya. Benak Luna kembali dipenuhi harapan. Kini gadis berambut perak itu mulai mencari keberadaan mesin proyeksi hologram mengikuti arah sumber cahayanya. Dia menemukanya! Cahaya itu berasal dari puncak gedung serba biru yang sebelumnya adalah gedung tertinggi di pusat pulau Ryax.
Tanpa membuang waktu akhirnya Luna sampai ke ruangan tempat mesin proyeksi itu berada. Mesin itu berupa kumpulan cakram yang berputar bersilangan, di tengahnya melayang wujud asli proyeksi Ryxa dalam ukuran mini.
"Aku sudah menemukan kelemahanmu, Ryxadayou!! Menyerahlah!! Bukankah seharusnya kau membantu kami dalam pertarungan? Kenapa kau malah menyerang penghuni pulaumu sendiri? Kenapa kau menyerangku?" tanya Luna menuntut penjelasan, sambil menodongkan senapan pada kumpulan cakram mesin proyeksi.
"Dayou.. Maafkan aku.. Aku.. tak pernah bermaksud.. menghancurkan.. mengacaukan.. membunuh.. Aku.. dikendalikan.. Seseorang.. meretas.. Aku.. tak bisa.. melawan.. Memaksaku.. Dia membuatku.. menghancurkan.. mengacaukan.. membunuh.. Dayou.." Proyeksi Ryxa mini tampak terganggu, dia kelihatan seperti sedang menangis.
"Apakah salah satu peserta meretas program-mu?" Kini Luna mulai paham kenapa sikap gadis hologram itu tiba-tiba berubah.
Si gadis hologram bersayap biru mengangguk. "Dia meretas.. mencuri.. mengambil alih.. informasi.. data.. semuanya.. Dia juga.. sudah tau.. kelemahanmu.."
"Siapa dia!? Di mana aku bisa menemu.."
Belum sempat Luna menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba lantai dan dinding di sekitarnya runtuh! Dari sela-sela retakan dia bisa melihat robot super Ryxadayou meremukan setiap sendi bangunan. Bongkahan besar beton dan pipa listrik menimpa separuh tubuh Luna, perut sampai kakinya remuk. Luna malah tertawa. Dia kalah. Kekalahan itu sungguh melukai harga dirinya. Di sela napas terakhirnya Luna berdoa. Gadis berambut perak itu memohon pada dewa untuk memusnahkan semua niat jahat di sekitarnya, termasuk niat jahatnya sendiri.
Doa Luna terkabul. Ternyata keajaiban itu masih ada. Bola-bola cahaya melayang di sekitarnya. Kemudian serentak bola-bola cahaya itu meledak dalam sinar menyilaukan.. Menghancurkan segala niat jahat, meruntuhkan gedung, memecahbelah tubuh robot super raksasa Ryxadayou, termasuk merengut jiwa gadis berambut perak..
===
Dengan penuh kebanggaan Carol melangkah keluar dari gedung pusat penyimpanan data dan informasi pulau Ryax. Dia sudah menang. Gadis berambut karamel itu memang pandai memanfaatkan semua kondisi demi kepentinganya sendiri. Keputusanya untuk meretas Ryxa dan menanam sumber energi dalam tubuh robot super Ryxadayou memang tepat. Sekarang dia tinggal menunggu Hvyt datang menjemputnya.
Namun yang menyambut Carol di luar gedung bukanlah Hvyt, melainkan Nema si wanita viridian. Carol menjadi sedikit panik. Secepatnya dia memanggil buku apapun dari dimensi lain. Sesuatu yang janggal menarik perhatianya. Hampir di seluruh permukaan, terutama di tubuh bekas reruntuhan robot super Ryxadayou, mengembang jutaan bunga kuning dandelion. Sementara sulur-sulur rambut Nema bertumbuh sangat panjang. Dengan sebuah gerakan singkat, Nema menyebarkan semua benih dari rambutnya ke segala penjuru, dan juga ke arah Carol.
Seluruh daratan pulau Ryax bergemuruh. Dalam waktu singkat, jutaan hujan benih bunga bayi biru mengubah pulau yang tadinya terkenal oleh kecanggihan teknologinya, menjadi lautan pasir dan debu. Di tengah padang pasir merah tersebut Nema melangkah perlahan, ke ujung pulau di sebelah barat laut.
"Halo, Tumbuhan kecil. Aku kembali.. Aku telah menepati janjiku.. Aku telah mengubah neraka beton ini menjadi tempat yang pantas bagimu untuk berkembang.. Tetaplah berjuang, Tumbuhan Kecil.. Jangan pernah menyerah.. Karena kita adalah penguasa.. Pasti.. Suatu saat.. Alam dan tumbuhan akan menguasai seluruh semesta.."
Battlenya kurang greget
ReplyDeleteEYDnya juga banyak yang salah
banyak typo
Nilainya= 7
Stella Opinion:
Walaupun kematianku sangat singkat, tapi aku suka pas waktu ada adegan aku tergila-gila dengan Arzaniko sampai-sampai aku mengatai Stallza seperti itu.
Karena kau telah buat aku tersenyum sampai terbahak bahak aku akan menambahkan nilaimu.
Stella merapalkan mantranya, bola kristalnya berpendar biru dan merah.
Efek= +0,5
Total Nilai 7,5
iya kak, nulisnya dburu dedlen sih
Deletemakasih banyak nilai dan komenya kak :)
Terima kasih atas peran yang diberikan ke Carol di punya Nema, walau akhirnya dia tewas juga XD
ReplyDeleteIMO, eksekusinya sih udah asik meski singkat, sayangnya si Nema kurang menonjol buat saya.
Nilai : 9
iya kak, porsinya nema emang dikit sih, lbh pengen nunjukin interaksi oc lain #plok x3
Deletemakasih banyak nilai dan komenya kak :D
Dayou!!! wkwkwk...
ReplyDeleteSaya tertawa terbahak-bahak ketika Ryxa ini berubah menjadi Robot Super Duper Mega Kawaii Ryxadayou.
Si gadis batu hitam bersayap terbaca cukup berbahaya, dia memancarkan radiasi nuklir berkekuatan besar, yang bahkan mampu melumerkan baja dan besi dalam radius 30 meter.... tapi langsung kalah sekali serang.... itu terasa aneh...
Nema kurang seperti karakter utama di sini, dia jarang tampil dan sepertinya lebih dominan ke para penduduk kota Ryax dan Stella/Stallza.
Battlenya untuk Nema masih kurang, kalau saran saya buat dia berada pada kondisi yang tidak menguntungkan seperti diapit oleh dua petarung jarak dekat, maka pertarungan Nema akan lebih menarik daripada Instant kill seluruh pulau.
Nilai dari saya : 7
ryxadayou gampang menang krn dbantu carol jg sih kak, ni emang banyak battle yg dpotong/dsingkat buat ngejar dedlen
Deletemau aja sih bikin dia terlibat pertarungan langsung, tp nema emang tipenya yg nyusun strategi dari jauh, klo tiba2 dserang dia lbh milih kabur, g bakal muncul d dpan musuh klo dia g yakin bakal menang #plok x3
tp makasih saranya kak, klo bs lanjut r3 ntar coba bikin dia terdesak deh :3
makasih banyak nilai dan komenya kak :)
entri ke-12A (soalnya kalo 13 ntra dibilang angka sial :3 )
ReplyDeletebtw, saya baru tahu kalo password kompinya itu gadisbarokah36C :p
lanjut ya kak...
hm...
sebelumnya saya pengen ketawa dulu. itu komedinya dapet banget, saya cekikikan sendiri pas baca si ryxa itu keliatan bodoh sendiri dengan ulahnya. saya juga ga mempermasalahin narasinya kak, udah bagus. saya ga nemu typo atau kesalahan lain yg bener2 fatal.
soalnya, ada kesalahan lain yg justru jauh lebih fatal dibanding salah ketik aja.
yups. "pride". saya ga yakin panitia bikin 7 deadly sin's island tanpa tujuan atau sekedar random doang. dan tujuannya jelas di pembukaan R2: setiap peserta harus merepresentasikan suasana pulau tersebut. nah, khusus di pulau kita, deadly sin yg direpresentasikan itu adalah pride. kesombongan. saya ga tau kak chel bikinnya buru2 atau gimana, tapi setahu saya, orang2 yg juga dikejar deadline berhasil mengambil esensi dari pulau tersebut dan merepresentasikannya dalam tingkah laku, sikap , maupun perbuatan karakternya masing-masing.
dan yang saya lihat di sini, kak chel berbeda.
ya. kak chel hanya menggunakan persona pulau, ryxa, sebagai bagian dari canon kakak. beda ama stallza yg mempersonifikasi pulau tanpa mengurangi esensinya, yg saya lihat di sini justru gradasi. saya ga ngerasain adanya aura pride yg membayangi peserta saat di pulau. yg saya temukan justru ryxa yang berubah menjadi robot dan membantai penduduknya sendiri. dan semua itu menghabiskan waktu 7 jam dengan sia2. saya katakan sia2 karena sebenarnya alurnya berjalan stagnan, prokrastrinasi selama 7 jam (minjem istilah kak bayee). memang, para karakter melakukan perannya masing2, tetapi tidak signifikan untuk membuat alur cerita maju.
Deletesaya mungkin menekankan khusus pada stella sword. impresi awal yg saya dapatkan: random banget. kenapa tiba2 jatuh cinta dan terbang? oke, mungkin saya ga permasalahin terbangnya kak, tapi yg saya tangkap justru tipikal remaja2 masa kini yg gagal move on setelah diputusin pacarnya. dan kegalauan itu yg akhirnya dilampiaskan kepada stallza. jujur, ini poin yg bener2 ngeganggu saya pas baca canon ini, selain ketiadaan unsur pride dan kerandoman ryxa. saya baru bener2 bisa menikmati canon ini seutuhnya setelah ryxa pergi, dan itu pun juga sedikit terganggu dari stella yg "gagal move on".
saya juga ingin nekanin lagi soal endingnya. awalnya, itu endingnya saya pikir "deus ex machina". tiba2 aja pulaunya udah hancur aja. dan saya miss di sini. awalnya saya pikir itu bener2 deus. tetapi, setelah saya baca ulang dg lebih teliti, ternyata tidak. nema telah menanam bibit2 bunga sepanjang canon. saya tidak tahu apakah hanya saya saja yg miss saat membaca canon kakak (yg anehnya begitu saya nikmati cara penuturannya) atau tidak. mungkin ini juga soal subyektivitas (minjem kata2nya kak adham),soalnya saya ngetik ini malam2, tetapi jujur, saya menemukan banyak sekali kesalahan fatal yg mendasar dan seharusnya tidak dilakukan oleh penulis sekaliber kak chel.
peran masing2 karakter ada, tetapi tidak terlalu intens. saya hanya mendapatkan gambaran superfisial dari mereka. beberapa memang bisa menonjol (coba katakanlah stallza atau carol), tetapi selebihnya tak lebih dari figuran biasa.
saya ga bakal marah kalo luna cuma kebagian 1 paragraf aja di sebuah canon milik peserta lain, tapi saya justru lebih kesal kalau OC utama dari canon justru tidak terlalu ditekankan. apakah ini bener2 murni kerangka yg udah dipersiapkan sejak awal atau bagaimana, saya tidak tahu. yg jelas, saya merasa sedikit kecewa juga kalau misalnya nema tidak dapat peran besar di canonnya sendiri. saya memang terkadang melakukannya dg OC saya sendiri, tapi saya selalu berusaha agar kendali tetap dipegang oleh luna. entah bikin final battle (di R1) atau adegan ama nolan (di R2). agar apa? agar semua orang bisa tahu, "oh, ternyata luna itu orangnya kayak gini," "oh, luna ternyata bisa ini," dll. dan saat ini, saat menulis catatan ini, saya seakan mendapat kesan, "oh, nema itu OC yg ga perlu muncul banyak saat pertarungan, pasti menang di akhir2". tertutup oleh bayang2 karakter lain.
dan itu yg saya sesalkan dari canon ini.
overall, selain catatan di atas, selebihnya udah bagus. saya ga bilang canon ini kurang baik atau apapun istilahnya (buktinya, saya masih bisa senyum2 sendiri pas baca). namun, karena beberapa kesalahan (yg menurut saya fatal banget), ijinkan saya ngasih nilai 6.75 buat kakak. maaf kalo agak panjang dan bikin kakak tersinggung, tapi ini saya tulis dengan jujur, menggambarkan hal2 yg mengganjal perasaan saya setelah membaca canon ini..
akhir kata, tetap semangat kak >.<
uwah, itu jd fatal bgt ya kak?
ReplyDeleterencana nema emang g tlalu kliatan spanjang cerita sih kak, tp rencananya emang sederhana kok, cuman nyerap energi sebanyaknya dr pulau ryax buat perbanyak benihnya baru dlepas bersamaan d akhir, g cukup waktu buat jelasin sih jd mungkin petunjuknya kurang
soal pride jg emang g tlalu kliatan sih, klo perlu djelaskan, pridenya carol itu di kemampuanya memanfaatkan informasi yg dia dpt, jd dia lengah d akhir g sadar klo nema msh idup, pridenya stella d kemampuanya mengendalikan org lain, jd d cerita ini pas org yg diincarnya (arzaniko) udh jd milik stallza dia jd marah (ksanya kyk remaja galau ya? xD), pridenya emils d kemampuan manipulasi air, pas dia dpt air dia udh ngerasa hebat jd lengah pas dserang sumber energi ryax, pridenya ravelt ya di kemampuanya yg hero itu kak jd lengah bgt pas dsihir stella (rencananya pengen bikin dia sadar lg pas stella mati tp dah kburu waktu kak), pridenya nema ttg kemampuanya nyusun rencana makanya dia sempat galau wkt rencananya terancam gagal (d akhir pridenya sbg bagian dr alam muncul lg sih), pridenya luna d kemampuan nembak sama cahaya bulan, jd dia kcewa banget pas cahaya bulan g muncul, pridenya stallza d kemapuan spiritia sama keinginanya buat mengalahkan thurqk bareng oc lain, pas dia kalahin stella jd lengah sama kutukanya stella, intinya pride yg dtulis dsini lbh berpengaruh utk membuat smua oc jd tlalu percaya diri sama kmampuan jdnya lengah sama serangan/kejadian tak terduga kak :3
gpp kak, cerita ni emang msh banyak kurangnya kok
tp makasih banyak buat nilai dan komenya :)
battlenya garing, dan seperti komentator yang atas bilang, Nema kurang menonjol sebagai karakter utama
ReplyDelete6.5/10
iya kak
Deletemakasih banyak buat nilai dan komenya :)
~~~ ( >A< ) ~~~
ReplyDelete