May 17, 2014

[ROUND 2 -THVR] AZRAQ IBRAHIM - PERTARUNGAN DI PULAU BIDADARI

[Round 2-Thvr] Azraq Ibrahim
"Pertarungan di Pulau Bidadari"
Written by Abil El Azraq

---

Berputar. Semua yang ada di sekitarnya berputar-putar.  Seperti tengah diterjang oleh sebuah angin topan yang sangat dahsyat, seisi ruangan tempat ia berada tersebut hancur lebur mengitari dirinya. Ia berteriak histeris. Merasakan amarah dan ketakutannya saling beradu. Sampai akhirnya, semua lenyap. Menghilang begitu saja, seperti tersedot ke dalam suatu titik dengan sangat cepat. Menjadikan semuanya seketika gelap gulita.

"Hah!"

Azraq terbelalak bangun dari tidurnya. Dilihatnya sekumpulan awan di kejauhan sana sedang begerak perlahan dengan langit yang tampak berwarna merah darah di atasnya.

"Di mana aku?"

Azraq merasa bingung. Namun ia merasakan ada sesuatu yang tengah menghimpit tubuhnya sekarang. Seperti sedang dililit oleh sesuatu. Ia kemudian menoleh ke samping untuk memastikan. Dilihatnya, dua orang wanita berparas cantik tengah berbaring di kedua sisinya. Mereka menatap wajahnya yang tampan itu dalam-dalam seraya memeluk tubuhnya bak sebuah guling yang tengah dibagi secara berdua.

Azraq terdiam bingung. Ia gelagapan, tak mampu berkata-kata melihat tatapan mata indah di kedua sisinya itu. "Aaaaah!" hingga akhirnya ia tak kuasa menahan rasa paniknya dan berteriak keras seraya lekas bangkit dari tempat itu. "Si-siapa kalian?"

Kedua wanita yang mengenakan kain sutra tipis seadanya itu hanya diam seraya memandang pria lugu tersebut dengan wajah manja. Muka Azraq pun seketika memerah melihat ekspresi-ekspresi itu, seakan tak tahan menahan gejolak di pikirannya.

"K-Kenapa kalian diam saja? S-siapa kalian, dan…" Azraq memalingkan sesaat pandangannya memperhatikan lingkungan sekitar. Dilihatnya ia sekarang berada di sebuah tempat berpadang rumput merah yang luas, dengan pilar-pilar putih besar yang banyak dan tersebar di mana-mana. Serta tampak pula begitu banyak ranjang berkain putih bersih, termasuk ranjang tempat ia tersadar tadi. "D-di mana ini?"

Kedua wanita itu tetap terdiam. Mereka masih mentatap Azraq bagaikan berkata, "Tak usah kau pikirkan hal itu, jamahlah kami saja," dan tatapan-tatapan menggoda itu membuat Azraq benar-benar tak tahan ingin segera pergi secepatnya dari tempat itu.

Belum selesai ia menghadapi dua wanita menggoda di atas ranjang itu, dari belakang Azraq tiba-tiba muncul seorang wanita lain yang memeluk punggungnya dengan lembut nan mesra.

"A-Apa?" Azraq sontak terkejut dan terdiam panik. Diperhatikannya tangan yang melilit perutnya tersebut mulus dan indah sekali. Ia mulai was-was menerka seseorang yang memeluknya itu. Perlahan-lahan wajahnya menoleh ke arah sosok di belakangnya tersebut. Ketika matanya telah memandang sosok itu, ia tercengang tak mampu mengalihkan pandangan. Wajah yang cantik dan menggoda iman dengan bibir tipis yang seksi itu. Rona muka Azraq seketika bertambah merah melihat sosok wanita yang tengah memandangnya manja dari belakang tersebut. Jantungnya berdegup kencang serta rasa gugup mulai menyerang jiwanya. "K-kau juga siapa?"

Wanita itu juga hanya terdiam memandang pria tampan yang dipeluknya itu seraya malah menyandarkan kepalanya pada punggung pria tersebut.

"Aaaah! Hentikaaaan!" Azraq sudah merasa tak tahan lagi. Ia segera melepas pelukan wanita itu dan lekas menjauh darinya. "Apa yang kalian lakukan terhadapku sebenarnya? Kalian ini siapa? Kenapa kalian melakukan itu seenak kalian sendiri?"

Azraq benar-benar dibuat frustrasi oleh tingkah wanita-wanita di tempat itu. Ia memutuskan lebih baik segera pergi dari sana agar pikirannya tidak semakin kacau dan rusak keimanan hatinya. Ia kemudian lekas membalikkan badan untuk melenggang  pergi. Tapi tiba-tiba, seorang wanita cantik lain muncul dengan seketika di hadapannya hingga hampir saja ia menabraknya.

"Ya Tuhan!" Azraq sangat terkejut melihat wanita itu, "Apa lagi ini?".

Belum sempat hilang rasa paniknya itu, tiba-tiba dari berbagai penjuru sudut dan dari balik pilar-pilar di sekitar, muncul puluhan wanita cantik yang berdatangan menghampiri dirinya.

"A-Apa?" Azraq yang melihat semua itu sontak merasa heran dan tak menyangka. "Ini bercanda? Kenapa mereka ada banyak?"  

Wajah Azraq semakin memerah dan jantungnya kian berdegup kencang melihat fenomena mencengangkan itu. Ia panik melihat dirinya dikepung oleh puluhan wanita seksi tersebut. Ia kemudian melangkahkan kakinya mundur perlahan-lahan, mencoba mengambil jarak dari mereka semua yang semakin mendekat ke arahnya.

Matanya memandang waspada pada mereka semua yang berjalan menghampirinya. Dalam pandangan Azraq, wanita-wanita itu sekarang bagaikan segerombolan singa betina yang telah menemukan mangsa dan tidak akan dibiarkan lolos.

"K-kumohon jangan lakukan ini!" Azraq memohon pada para wanita itu. Rasanya seperti ingin pingsan saja melihat semua ini. Ia seperti mulai merasa demam dengan gejolak yang aneh menyelimuti tubuhnya. Tapi wanita-wanita itu tak menghiraukan kepanikan pria tampan itu. Mereka terus menghampirinya dan membuatnya tersisksa.

Azraq yang terus melangkah mundur akhirnya menabrak sesuatu di belakangnya. Ia menoleh. Dilihatnya seorang wanita tengah berdiri dan langsung memeluk tubuhnya dengan lembut nan bergairah. Azraq sontak panik melihatnya dan segera menjauh melepaskan diri.

Namun seorang wanita lain tiba-tiba datang dan juga langsung memeluk tubuhnya dari belakang. Lagi-lagi itu membuatnya panik dan dengan segera menjauh darinya.

Tapi kali ini, dia tidak bisa lolos. Tiga orang wanita langsung menyergapnya dengan cepat dari belakang dan samping. Diikitui oleh para wanita lainnya juga, hingga akhirnya membuat Azraq tak berkutik dan terkurung dalam himpitan gerombolan wanita cantik yang mencumbui tubuh gagahnya itu dengan sangat ganas dan bernafsu. Kau bisa merasakan, betapa panik dan ketakutannya Azraq sekarang?

"Tidaaaaakkk!"

"Menyingkirlah!" Tiba-tiba saja, terdengar suara seseorang berseru menyuruh para wanita-wanita itu menyingkir dari Azraq. Dan mereka semua langsung menuruti perintah itu.

Azraq pun kini terbebas dari terkaman nafsu para wanita yang tidak jelas baginya itu. Ia sekarang terlihat tergerletak tak berdaya di tanah. Pandangannya menatap sosok manusia bersayap tengah terbang di udara dengan sayapnya yang besar sekali.

"S-siapa kau?" Azraq bertanya dengan suara lemah pada sosok bersayap itu.

"Cih! Seperti inikah manusia golongan adam yang sebenarnya? Ternyata mereka lemah terhadap wanita." Manusia bersayap itu turun, mendaratkan kakinya di tanah.

Azraq yang melihatnya segera bangkit dan berdiri menatap sosok manusia bersayap tersebut dengan seksama. "Ah? Kau?" Azraq teringat sesuatu tatakala ia memperhatikan sosok manusia bersayap itu. "Wajah merah, dan mata hitam. Kau Hvyt? Kau yang membunuhku!"

"Membunuhmu?"  Manusia bersayap yang dijuluki Hvyt itu tampak tak mengerti dengan yang diucapkan Azraq. "Oh, tunggu, jadi kau dibunuh oleh Hvyt lain? Dan kau mengira aku yang melakukannya? Ho! Tidak, aku tidak mengenalmu sebelumnya. Yang membunuhmu adalah Hvyt lain."

"Hvyt lain?"

"Ya, kami ada banyak, kau tahu?"

Azraq mencoba mengingat lagi sosok Hvyt yang dulu membunhnya semasa ia hidup. Dalam bayangan ingatannya, Hvyt yang telah membunuhnya memang berbeda dari Hvyt yang sedang berada di hadapannya itu. Ia memiliki garis hitam yang rumit di wajahnya. Sedangkan Hvyt yang dulu membunuhnya, ia memiliki garis lurus yang berada di kedua pipinya, seperti corak garis hitam yang terdapat pada wajah cheetah.

"Lalu di mana rekanmu yang telah membunuhku itu?" Azraq bertanya lagi pada Hvyt di hadapannya tersebut.

"Aku tidak tahu. Bahkan aku tidak tahu rekanku yang mana yang telah membunuhmu."

"Aaah! Sama saja. Kalian sama-sama makhluk jahat. Kalian yang membuatku berada dalam permainan bodoh ini. Dan kalian telah membuat kawanku di pertempuran itu mati. Sekarang cepat hidupkan aku lagi!"

"Kawan?" Hvyt tersebut mengeryitkan dahi. "Di pertempuran di mana semuanya adalah musuhmu, kau punya kawan? Kau bodoh, ya? Seharusnya kau bersyukur telah masuk ke dalam babak kedua ini sekarang."

"Babak kedua?" Azraq merasa bingung mendengar perkataan Hvyt di hadapannya itu. "Apa maksudmu babak kedua? Bukannya pertarungan telah usai? Aku yang berhasil bertahan hidup di pertarungan itu. Bukankah seharunya aku bisa hidup kembali ke duniaku sekarang?"

"Tidak secepat itu. kau pikir peserta pertempuran ini hanya kalian yang berada di sana? Ada banyak peserta yang tersebar di berbagai penjuru alam semesta. Mereka saling bertempur untuk menjadi yang benar-benar bertahan sampai akhir nanti. Kau masih harus bertempur lagi dan memenangkan setiap ronde untuk dapat menjadi yang terakhir hidup dan bisa kembali lagi ke dunia asalmu."

"Apa katamu? Jadi…?"

"Ya, itu baru ronde pertama. Dan sekarang, kuucapkan selamat datang di ronde kedua."

Azraq tercengang mendengarnya. Ia tak menyangka bahwa pertempuran dahsyat saat itu hanyalah sebuah permulaan. Dan ia benar-benar tak percaya dirinya harus bertempur secara mematikan lagi seperti saat itu.

"Kalian mempermainkan kami, hah? Kalian menjadikan kami sebagai makhluk aduan untuk hiburan! Bangs*t! Kembalikan aku ke dunia asalku! Aku tidak mau terlibat dalam permainan ini!" Azraq sangat marah. Ia merasa bahwa dirinya tengah dipermainkan di tampat itu.

"Kurang ajar sekali kau memakiku. Dengar! Semua sudah terlambat. Kalian yang terpilih adalah makhluk-makhluk yang memiliki kemampuan menakjubkan. Maka kami ingin apa yang telah dianugerahkan oleh sang dewa bisa digunakan secara benar di sini. Itulah tujuan diberikannya kalian kemampuan."

"Cih! Dewa apa. Aku sama sekali tidak memepercayai dewa. Dewamu itu hanya makhluk jahat yang hanya memanfaatkan kemampuan kami untuk kesenangannya. Lagipula, bukan dewamu yang memberikanku kekuatan."

Hvyt tersebut merasa marah mendengar ucapan Azraq. Ia kemudian melesat dengan sangat cepat ke arah pria berambut ikal itu, dan dengan sangat kuat memukul perutnya hingga membuat pria itu terpental jauh dan tersungkur begitu dahsyat di tanah.

"Beraninya kau menghina Sang Dewa," Hvty tersebut seketika berada di dekat Azraq bak hantu yang muncul secara tiba-tiba. Dan diinjaknya leher pria malang itu dengan keras dan kuat, hingga ia merasa kesakitan. "dasar makhluk tak berguna. Jika saja kau bukan peserta yang wajib melanjutkan pertempuran, sudah kuhabisi kau sekarang juga."

Azraq merasakan kaki Hvyt tersebut sangat berat dan mencekik rongga lehernya. Rasanya seperti tak mampu untuk ia singkirkan.

"Sekarang kuminta kau tutup mulutmu. Aku akan memberitahukan tugas yang harus kau lakukan di ronde ini." sang Hvyt tersebut mulai melepaskan injakannya. Azraq langsung merintih merasakan sisa rasa sakit pada lehernya. "Dengarkan aku baik-baik bocah ingusan. Di babak kedua ini, kau ditempatkan di Pulau Thvr. Pulau ini berisikan bidadari  yang akan menggoda orang-orang di sini. Kami tahu kau adalah adam yang sangat lemah dengan wanita. Maka dari itu, ini adalah rintangan yang harus kau lalui. Jika terjadi hal seperti saat kau dikeroyok oleh bidadari-bidadari tadi, maka kau harus menghadapinya sendiri. Aku tidak akan memebantumu seperti saat tadi lagi. Dan Bidadari-bidadari itu pastinya akan terus mengincarmu. Karena kau adalah mangsa yang langka di pulau ini"

"Kurang ajar kau!" Azraq berusaha berbicara meski lehernya terasa sakit, "Kau membawaku ke tempat ini dan membiarkanku menderita oleh ulah wanita-wanita itu? ugh, kurang ajar! Aku tidak mau!"

Hvyt tersebut memandang datar pria yang tergeletak di bawahnya itu. "Terserah apa katamu. Yang penting, ingat! Tugasmu dibabak kedua ini adalah mencari salah satu peserta lain, lalu kau kalahkan dia. Kau hanya cukup membunuh satu peserta lain saja lalu kembali ke sini. Tapi terserah jika kau mau menghabisi lebih banyak peserta lain. Lagipula aku tidak yakin kau bisa mengalahkan mereka semua. Mengingat pertarunganmu di babak pertama kau hampir mati. Tapi itu terserah dirimu. Sekarang, apa ada pertanyaan?"

"Aku tidak mau bertarung lagi!"

Hvyt tersebut terdiam dengan wajah datar mendengar ucapan Azraq. Rasanya ingin sekali Hvyt tersebut menghajar wajah pemuda itu karena sikapnya yang menurutnya menyebalkan. Tapi ia tidak mungkin menghabisi peserta yang tengah mengikuti pertempuran. "Terserah apa katamu! Aku akan meninggalkanmu sekarang. Ingat! Selesaikan tugasmu lalu kembalilah ke tempat ini. Jika kau tidak kembali ke sini setelah menyelesaikan tugasmu, maka aku tidak akan membawamu pergi dari pulau ini. Sampai jumpa lagi!" Hvyt tersebut kemudian berbalik dan merentangkan sayapnya begitu lebar seraya mengepaknya dengan kuat. Iapun melesat terbang ke atas dengan sangat cepat dan menghilang di balik gumpalan awan.

Azraq masih tergeletak di tanah. Namun rasa sakit di lehernya kini sudah mereda. Ia sekarang hanya terdiam memandang langit yang berwarna merah itu, sembari benaknya memikirkan kembali ucapan Hvyt tadi. "Sialan! Jadi aku masih harus bertarung. Dan tugasku di sini hanya membunuh satu orang peserta saja?" Azraq bergumam dalam hati. "Tapi, sepertinya tak masalah jika hanya mengalahkan satu orang. Ah, tapi tunggu, aku tidak tahu seperti apa kemampuan peserta lain di pulau ini. Lalu apakah aku harus mati-matian seperti sebelumnya ketika bertarung melawan mereka? ini menyebalkan!"

Di saat ia sedang sibuk termenung memikirkan hal tersebut, tiba-tiba sesosok wajah wanita cantik muncul begitu saja menghalangi pandangannya sembari menatapnya dengan menggoda.

"Astaga!" Azraq yang melihatnya sontak terkejut. Ia lekas bangkit dan segera menjauh darinya. "Kau…?" Kini Azraq mulai merasa panik kembali, karena dilihatnya para wanita yang sempat menyingkir tadi, sekarang mulai berdatangan kembali menghampiri dirinya. Dalam benak pria itu, mereka semua kini bagaikan sekumpulan zombie yang mulai mendatangi seorang manusia di tangah jalan. Mereka semua berjalan perlahan dengan penuh nafsu pada satu-satunya pemuda tampan di tempat itu.

"Gawat!" Tanpa berlama-lama lagi, Azraq pun segera mengambil langkah seribu untuk menjauh dari serbuan wanita-wanita itu. Ia berlari dengan cepat tak tentu arah, hingga akhirnya ia menghilang ke dalam hutan.

******************************

Azraq berjalan menyusuri area hutan yang cukup lebat di pulau itu. Ia melihat ada begitu banyak sekali ranjang yang tersebar di mana-mana. Seakan dirinya mulai paham, bahwa ranjang-ranjang itu disediakan sebagai tempat para peserta untuk melakukan hubungan mesum dengan bidadari di sini, iapun langsung mawas diri untuk godaan yang lebih dahsyat lagi, yang mungkin bisa membuat keperjakaannya berakhir di salah satu ranjang-ranjang itu.

"Tidak akan kubiarkan harta berhargaku direnggut di tempat mengerikan ini. Tidak akan! Aku akan berhati-hati di tempat ini. Waspada!" Ia bergumam dalam hati dengan rasa was-was menyelimuti otaknya.

Azraq terus berjalan mencari sosok peserta lain di area tersebut. Tapi sejauh matanya memandang, hanya pohon-pohon dan ranjang-ranjang itu saja yang terlihat olehnya. Ia tak menemukan sosok apapun, bahkan makhluk lain seperti binatang di hutan itu. Namun sesekali, ia merasakan ada sesuatu yang seakan sedang mengintip atau memerhatikannya dari jauh,tapi entah apa. Apakah itu bidadari pulau ini atau makhluk lain. Yang pasti ia hanya bisa terus berjalan sembari matanya tetap waspada pada lingkungan sekitar.

"Di mana? Aku tidak menemukan peserta lain di sini. Aku sudah lama berjalan," gumam pria berambut ikal itu. "Semoga saja lawan yang kutemui bukan lawan yang tangguh. Aku benar-benar benci berada di sini."

Di saat Azraq tengah sibuk bergumam pada dirinya sendiri, seseorang tiba-tiba saja berlari dengan sangat cepat ke arahnya.

"Ada sesuatu." Azraq yang memang memiliki insting luar biasa, segera menyadari hal itu dan lekas menoleh ke belakang.

Dilihatnya seekor makhluk --atau mungkin seseorang-- berwarna biru tiba-tiba melesat ke arahnya dengan cepat. Iapun terkejut dan kontan menghindar dengan gesit ke samping seraya bersiap untuk menghadapinya.

"Apa?" Azraq merasa heran tatkala melihat dengan jelas wujud musuh yang berada di hadapannya itu. Tubuhnya berwarna biru transparan dan agak pendek dengan kepala yang botak. Tidak pernah Azraq melihat makhluk seperti itu sebelumnya. "Makhluk apa itu?"

"Hai!" Makhluk itu tiba-tiba menyapa Azraq. "Namaku Lazuardi. Panggil saja aku Laz. Maaf, mengejutkanmu. Sebenarnya aku tidak suka membunuh apalagi bertarung. Tapi di sini aku terpaksa. Aku tidak mau berada di dunia aneh ini terus-menerus. Jadi maaf, aku harus membunuhmu dengan segera. Kumohon kau bersiap."

"Apa?" Azraq mengernyitkan dahi mendengar ucapan Laz yang menurutnya cukup sopan untuk salam perkenalan, namun terdengar sangat menyebalkan. "Maaf, tapi aku juga tidak mau berada di sini terus. Kurasa, aku juga harus membunuhmu."

"Begitukah? Baiklah. Jika itu yang harus dilakukan, mari kita bertarung, untuk menentukan siapa yang harus mati."

"Sepertinya itu ide yang bagus."

Tanpa aba-aba dan pertanda, tiba-tiba saja Laz beranjak dari tempatnya dan melesat dengan sangat cepat ke arah Azraq. Pria berambut ikal itupun sontak terkejut melihat serangan mendadak itu, dan kontan ia menghindar ke samping, membiarkan lawannya tersebut menabrak pohon di belakangnya.

Namun ia tidak tahu bahwa tubuh laz ternyata kenyal dan membal. Makhluk itu kemudian memantul pada pohon tersebut, dan langsung melesat kembali ke arah Azraq hingga mengahantamkan tubuhnya ke sebuah pohon lain di belakangnya.

"Aaagh!" Azraq kesakitan merasakan hantaman keras pada pohon itu. Sedangkan Laz segera berbalik dan menghadap pemuda yang merintih kesakitan itu, seraya mencekik lehernya dengan kedua tangannya yang kenyal dan kuat.

"Maaf, sekarang kau akan menjadi bagian dari diriku." Laz memandang wajah Azraq dengan datar. Ia kemudian menggoyang-goyangkan kedua lengannya perlahan-lahan seperti benda yang meliuk-liuk.

"Mau apa kau? Ugh!" Azraq bingung melihat apa yang dilakukan Laz dengan menggoyangkan tangannya seperti itu. Namun ia berusaha melepaskan kedua tangan Laz yang mencekik lehernya tersebut, meski ternyata cukup sulit untuk melepasnya begitu saja karena licinnya permukaan kulit yang dimiliki makhluk biru itu. "Kau ini apa? Licin sekali tubuhmu."

"Aku adalah makhluk dari Planet Aspemina. Aku adalah makhluk yang unik. Dan aku adalah parasit."

"Parasit? Apa maksudmu?"

Tangan Laz yang sempat digoyang-goyangkan tersebut tiba-tiba terputus. Azraq terkejut melihatnya. Air bening kemudian tampak mengucur dari lengan-lengan yang putus itu. Dan potongan tangan yang mencekik lehernya terlihat tertinggal dan masih menempel di sana.

"Apa yang kau lakukan sebenarnya? Mau apa kau?"

"Sekarang, kau adalah inang bagi parasit yang ada di potongan tanganku yang menempel pada tubuhmu itu. Ia akan memakanmu dan mengambil alih tubuhmu. Tubuhmu itu akan menjadi milikku. Satu-satunya cara agar kau terlepas darinya adalah dengan mengamputasi bagian tubuh yang termakan oleh parasit itu. Dalam hal ini, berarti kau harus memenggal lehermu sendiri."

"Apa?" Azraq tercengang tatkala mendengar ucapan Laz tersebut. Ia tak menyangka akan mengahadapi lawan yang memiliki kemampuan mengerikan seperti dia. "Memenggal leher? Kau bercanda!"

Dengan segera Azraq berusaha melepas potongan tangan Laz yang sekarang tampak mulai mencair dan menjalar ke seluruh permukaan leher, dada, hingga dagunya dengan cukup cepat tersebut. Namun sayang ternyata tindakan yang ia lakukan itu sia-sia. Nyatanya, semakin ia berusaha melepas parasit itu, maka parasit tersebut semakin menyebar ke tangan yang menyentuhnya. Iapun mulai panik melihat hal itu. Namun tetap saja ia berusaha melepaskan parasit itu meski keadaannya semakin bertambah parah.

Dan tak berapa lama, suasana kian bertambah buruk tatkala para bidadari di pulau itu mulai tampak bermunculan dan menghampiri mereka berdua.

"Apa? Sial! Wanita-wanita itu lagi." Azraq bergumam dalam hati. Ia mulai panik melihat kemunculan wanita-wanita penggoda yang tak kenal ampun itu lagi ke arahnya. "Ah! Aku tidak peduli. Aku harus melepas benda ini sekarang. Ugh! Tapi ia mulai menyebar ke mana-mana. Bagaimana ini? Sial!"

Dilihatnya, para wanita itu kini mulai menghampiri Laz yang sekarang tampak tengah berdiam diri dan tak bergeming sembari menatap ke arahnya dengan wajah datar. Wanita-wanita itu menggerayangi tubuh makhluk biru yang mematung tersebut dengan perlakuan-perlakuan yang menurutnya menggelikan. Namun anehnya, tak sedikitpun dari perlakuan-perlakuan itu yang dihiraukan oleh Laz. Azraq sendiri merasa sedikit heran melihat sikap Laz yang diam mematung dan tak bergeming seperti itu ke arahnya, terutama ketika mendapat gangguan yang baginya sangat risih. Ia sama sekali tidak bergerak.

Namun Azraq tak mau memikirkan itu sekarang. Ia masih harus berusaha melepaskan parasit di tubuhnya yang kini sudah mulai menjalar ke bagian pipi dan perutnya. Dalam benak pria tampan itu kini mulai muncul kata pasrah. Karena nyatanya, benda yang menjalar ke tubuhnya itu sama sekali tidak dapat dilepas. Bahkan tidak dapat dihentikan.

Namun di saat rasa putus asa hampir menguasai otaknya, sesuatu yang aneh terjadi. Tatkala Laz terjatuh akibat para bidadari yang mengeroyokinya dan mendorongnya hingga membuatnya bergeming dari posisinya, parasit di tubuhnya itu tiba-tiba terasa berhenti bergerak. Azraq seketika merasa heran menyadari hal itu.

Iapun menatap Laz. Dan dilihatnya makhluk itu kini sedang sibuk menjauh dari serbuan para bidadari yang tengah mengejarnya, sembari dirinya meminta agar mereka berhenti untuk mengganggu. Azraq yang memang cukup cerdas, seketika menyadari sesuatu ketika melihat fenomena ini.

"Aku tahu. Jadi parasit ini dikendalikan. Parasit ini tidak akan bergerak bila sang induk bergerak atau bergeming selama masa inveksi. Karena ia harus memusatkan pikirannya sebagai parasit di tubuhku ini. Jadi yang kubutuhkan adalah membuatnya tidak berkonsentrasi pada parasitnya, sehingga parasit ini tidak bergerak. Baiklah, aku akan menyerangnya untuk membuatnya sibuk."

Azraq kemudian berlari ke arah Laz dan menerjangnya dengan sebuah tendangan keras pada tubuhnya. Namun ia lupa bahwa tubuh Laz kenyal dan membal. Iapun memantul dan tersungkur di tanah, sedangkan Laz hanya bergeming sedikit terkena dorongan yang kuat.

"Kau… sepertinya kau tahu tentang kemampuanku." Laz menatap ke arah Azraq dengan datar. "Tapi percuma aku adalah makhluk yang tenang dan mudah berkonsentrasi. Kau akan kumakan dan kujadikan tubuhmu bagian dari diriku."

"Tidak akan! Tidak akan kubiarkan kau melakukan itu pada tubuhku!"

"Maaf. Aku akan melakukannya."

"Sial!"

Azraq merasa harus merencanakan sesuatu untuk mengalahkan Laz agar tubuhnya tidak termakan dan diambil alih oleh parasitnya. Pria berambut ikal itupun berpikir untuk mencari titik kelemahan pada makhluk biru itu. Dan Ia mulai dengan memperhatikan seluk beluk tubuh makhluk yang mirip agar-agar tersebut dengan seksama.

Dilihatnya, lengan Laz yang terputus itu masih mengucurkan air bening yang nampaknya seperti sebuah luka baginya.

"Tunggu!" Azraq pun mulai menyadari sesuatu melihat luka itu. "Aku tahu. Jadi makhluk ini berisi air. Dia seperti ubur-ubur yang menjadikan air sebagai fungsi darah. Maka jika ia terluka yang keluar adalah air. Jika begitu, aku memiliki elemen yang kubutuhkan darinya. Dasar Manusia Jelly." Ia bergumam penuh keyakainan dalam hati.

"Sekarang aku akan memakanmu lagi. Bersiaplah kau!" Laz kembali diam tak bergeming dengan penuh konsentrasi menatap ke arah Azraq. Parasit di tubuh pria itupun mulai bergerak kembali dan menjalar ke bagian lain tubuhnya.

"Sudah kubilang tidak akan kubiarkan kau melakukan itu padaku!" Azraq yang merasa telah menemukan senjata untuk melawan makhluk yang sulit dihadapi itu segera mengangkat tangannya dan mengarahkannya pada lengan Laz. Air yang mengucur keluar dari lengannya itu kemudian segera dikendalikan, dan dibentuknya menjadi sebuah lempengan roda gigi tajam di udara, yang lalu dibekukannya menjadi Es.

"Apa?" Laz tampak terkejut melihat Azraq mampu mengendalikan air dan merubahnya Es. "Kau bisa mengendalikan air?"

"Kenapa? Kau pikir kau menemukan lawan yang tepat? Heh! Aku akan membuatmu merasakan rasanya pendarahan yang hebat. Dan rasa dingin yang dahsyat. Kau akan menyesal telah bertemu denganku. Dasar Jelly Parasit!"

"T-Tidak! Kau tidak boleh melakukan itu!"

"Terlambat!"

Azraq kemudian melesatkan roda gigi Es yang tajam itu dan membuatnya berputar cepat seperti sebuah shuriken ke arah Laz yang tampak mulai panik. Makhluk biru itupun berusaha menghindar dari serangan roda gigi Es itu, namun gagal karena benda itu malah mengejarnya hingga berhasil mengenai tubuhnya.

"Bagimana? Ternyata kau yang salah mendapat lawan." Azraq tersenyum senang melihat ia berhasil melukai Laz.

"Aaagh! Apa yang kau lakukan?" Laz merintih kesakitan melihat air mengucur begitu banyak dari luka yang dihasilkan dari serangan itu.

"Air di tubuhmu akan mengucur deras karena tidak kental. Dan akan semakin deras lagi jika kurobek tubuhmu."

"Aaagh! Jangan lakukan itu!"

"Terlambat."

Azraq kemudian melesatkan roda gigi Es itu secara bertubi-tubu ke tubuh Laz yang sudah melemah. Dan membuatnya mengalami luka yang sangat parah sehingga air yang mengucur keluar dari tubuhnya itu semakin banyak.

Ia juga mengendalikan suhu yang berada di sekitar tubuh Laz, dan membuatnya merasakan hawa yang begitu dingin sekali, sampai membuat air yang mengucur di tubuhnya itu membeku dan menghentikan peredaran air di dalam tubuhnya juga, yang akhirnya membuat ia tak dapat bergerak karena air di dalam tubuhnya menjadi Es.

"Maaf, aku harus membunuhmu agar aku menang. Semoga kau selamat di sana." Azraq menatap Laz dengan wajah kasihan mengingat ia adalah makhluk yang cukup sopan. Tapi ia harus mengakhiri pertarungan ini dan segera kembali ke tempat awal untuk pergi. Iapun mengangkat tangannya ke arah Laz yang membeku itu, dan membuka kelima jarinya lebar-lebar. Lalu dalam beberapa detik ia menutupnya kuat-kuat yang kemudian diikuti dengan remuknya tubuh Laz dengan keras.

Parasit yang berada di tubuhnya pun kemudian mencair dan dan jatuh ke tanah seiring dengan terbunuhnya Laz. Azraq kemudian terduduk lemas dan menatap langit merah di atasnya yang nampak mulai terasa mencekam.

"Aku ingin pulang, Ya Tuhan."

Belum sempat ia beristirahat untuk melepas rasa lelahnya, tiba-tiba seorang bidadari datang ke arahnya dari belakang dan memeluk tubuhnya seraya menciumi pipinya dengan lembut. Azraq pun panik melihatnya dan lekas beranjak untuk segera lari dari serangan yang lebih dahsyat dari parasit itu.

*******************************

Azraq berjalan dengan lemas ke tempat semula ia datang. Dilihatnya, Hvyt yang sempat pergi tadi tampak tengah menunggunya di salah satu ranjang bersama beberapa bidadari di sana. Iapun menghampiri Hvyt tersebut dan berdiri di hadapannya.

"Selamat, kau telah memenangkan pertarungan di babak kedua ini. Sekarang aku akan membawamu pergi dari pulau ini, dan kau bersiaplah untuk babak berikutnya." Hvyt tersebut kemudian mengulurkan tangannya ke arah Azraq dan lekas dibalas dengan mantap oleh pria berambut ikal itu. Namun rasa yang aneh tiba-tiba terjadi. Tubuh Azraq seketika terasa lemas dan pandangannya mulai menjadi gelap. Iapun mulai tak sadarakan diri dan merasa hampa.

3 comments:

  1. First comment! Eh, setidaknya di blog. :p

    Atmosfir waktu Azraq pelan2 masuk ke pulaunya enak. Asing, dan Azraq berusaha ngga goyah dalam ngehadepin situasi macam itu.

    Yg rada aneh menurut saya paling di sini: "Aku adalah makhluk dari Planet Aspemina. Aku adalah makhluk yang unik. Dan aku adalah parasit."

    Rada aneh aja Laz ngasih tau kalo dia parasit (yg ngga langsung ngebeberin kemampuannya, karena mungkin lawannya udah tau istilah parasit dan sifat2 alaminya) dan nyebut diri sendiri unik. Kalo bilang dari Planet Aspemina-nya sih ngga terlalu aneh karena emang lagi perkenalan. Ditambah lagi, keadaannya kan para entrant udah tau kalo mereka mungkin dari dunia yg beda2.

    Strategi battle lumayan. Ancaman Azraq yg diulang2 saya nangkepnya komikal, jadinya bagian itu cukup menghibur, apalagi kalo ngebayangin kecilnya si Lazu XD kalo dibawa serius, mungkin kesannya bakalan beda.

    Penulisan rapi. Narasi juga oke. Eksplorasi karakter aja yg kurang. Oh ya, tapi saya cukup suka sama karakterisasi Hvyt yg kayak sipir, ngga kayak di beberapa canon lain yg nganggap entrant "tamu". Yah, pilihan aja sih ini.

    6.5/10

    ReplyDelete
  2. O ho ho ho hon. Author moi seneng karena ternyata Abil ngambil pelajaran dari saran2 doi di R1. Penulisannya lebih rapi, narasinya juga sudah lebih baik, cuma masih perlu banyak dilatih supaya lebih well-develop. Kuasai para karakternya dan bikin battle yang lebih seru lagi.
    Author moi menghadiahkan nilai 7. Good luck.

    ReplyDelete

Silakan meninggalkan komentar. Bagi yang tidak memiliki akun Gmail atau Open ID masih bisa meninggalkan komentar dengan cara menggunakan menu Name/URL. Masukkan nama kamu dan juga URL (misal URL Facebook kamu). Dilarang berkomentar dengan menggunakan Anonymous dan/atau dengan isi berupa promosi produk atau jasa, karena akan langsung dihapus oleh Admin.

- The Creator -