August 16, 2014

[ROUND 5] MOCK BATTLE

Battle of Realms 4 : Afterlife
Round 5 - Mock Battle

Written by Glen Tripollo (Field Cat)

---



Phase 1 - First Meeting
Nolan berdiri dengan canggung, ketika akhirnya para peserta yang telah ditunggu-tunggu, mulai bermunculan satu persatu di hadapannya. Wajah-wajah familiar yang sudah sering dia lihat lewat monitor raksasa di dalam ruang kendali, kini berdiri tak jauh dari posisinya di segala penjuru. Nolan menatap wajah mereka bergantian, sementara para peserta membalasnya dengan tatapan tajam penuh kewaspadaan. Beberapa di antara mereka bahkan dalam kondisi siap menyerang kapan pun bila diperlukan.

“Te-tenanglah!” kata Nolan.

“Siapa kau?”

“Na-namaku Nolan, aku ke sini untuk menyampaikan sesuatu kepada kalian semua,” jawab Nolan dengan sopan. Dia melepaskan ranselnya perlahan-lahan, meletakkannya di atas meja batu besar di tengah-tengah ruangan dan mengangkat kedua tangannya. “Ka-kalau boleh ….”


Para peserta saling bertatapan dengan heran. Nolan menelan ludah, kemudian menatap yang paling aneh di antara mereka, Ursario si boneka beruang dan Lazuardi si makhluk biru dengan tubuh aneh yang mampu menyala seperti neon.

“Ada yang salah denganku?”

“Ah, tidak, maaf,” Nolan bergidik. “Ja-jadi hanya tersisa tiga belas orang?”

Para peserta menghela napas mereka dan mulai melonggarkan pertahanan mereka. “Baiklah, orang aneh. Katakan siapa kau dan apa yang sebenarnya terjadi di sini?”

“Ya, baik. Aku akan menjelaskan segalanya kepada kalian. Tapi, ada satu hal yang harus kutegaskan lebih dulu,” kata Nolan sambil menatap ngeri Nurin dan Deismo, “tak boleh ada penyerangan di sini. Kuharap kalian semua mendengarkanku.”

Nolan menurunkan kedua tangan yang sedari tadi terangkat pasrah, bergerak dengan hati-hati dan mengeluarkan laptop dari balik ranselnya.

“Ku-kurasa kalian semua tahu benda apa ini, kan? Ini bukan senjata penyerang, tapi alat penyimpan dan pengolah data. Aku akan memperlihatkan sesuatu kepada kalian.” Nolan membuka laptop dan menggerakkan jemarinya yang gemetaran di atas keyboard. Sebuah file terbuka menampilkan sebuah video yang sepertinya direkam menggunakan kamera yang mampu bergerak bebas dari ketinggian dua meter. “Kalau tak keberatan, kalian bisa mendekat ke sini. Ta-tapi pastikan kalian tak saling serang, apalagi menyerangku secara diam-diam di sini.”

Para peserta kembali saling melempar pandangan sebelum akhirnya memutuskan untuk menghampiri Nolan.

“Ehem. Baiklah, aku sendiri bingung mau memulainya dari mana, aku hanya punya waktu sedikit.”

[“Kalau begitu tak usah banyak berpikir, sampaikanlah apa yang ada di pikiranmu.”]

Nolan menatap Sil, gadis yang sebenarnya manis jika saja dia memiliki mulut. Suaranya seolah menggema lembut di dalam pikirannya. “Yah, baiklah. Pertama-tama, aku harus mengatakan bahwa—tu-tunggu, bisakah kamu tidak menatapku dengan pandangan menyeramkan seperti itu?”

Primo Trovare mengangkat sebelah alisnya, namun tetap diam tanpa berbicara.

“Thurqk bukanlah dewa seperti yang selama ini kalian pikirkan,” lanjut Nolan. “Dia hanyalah begundal busuk yang sedang berusaha menipu dan menjebak kita semua di dalam permainan berdarahnya.”

“Be-benarkah itu? Bagaimana kamu bisa mengetahuinya?”

“Awalnya hanya intuisi, iman, yang akhirnya aku menemukan sebuah bukti kepalsuannya,” jelas Nolan.

“Tunggu! Memangnya kamu siapa, Nolan? Bagaimana bisa berada di tempat ini? Dan kenapa kamu tidak ada bersama kami ketika segala keabsurdan ini terjadi?”

“Alasannya agak berbeda, karena aku berada di sini atas permintaan Thurqk.”

“Dia anak buah Thurqk!” Para peserta serempak melompat mundur selangkah dan kembali waspada. Nolan segera mengangkat kembali kedua tangannya ke atas.

“Izinkan aku menjelaskannya lebih lanjut,” kata Nolan. “Aku berada di pihak kalian, walaupun keadaannya sangat berbahaya bagiku berbuat demikian. Thurqk mempercayaiku sebagai tangan kanannya. Bila kalian bertanya, kenapa kalian bisa berada dalam sebuah permainan pertarungan, siapa yang menjadi lawan kalian, dan apa tantangan yang kalian hadapi … Jagatha Vadhi, Chachani Vadhi, pulau-pulau aneh itu, ruang penyiksaan hingga akhirnya kalian sampai di tempat ini, semuanya … semua itu aku yang mengaturnya.”

“Apa kaubilang? Kau mengakui kalau itu semua hasil perbuatanmu dan tetap menyatakan diri berada di pihak kami?”

“Ku-kumohon biarkan aku menyelesaikan ceritaku …,” Nolan menghela napas, “posisiku sama seperti kalian, tertekan dan tak tahu harus bagaimana. Kita semua telah menyaksikan kekuatan Thurqk, tak peduli dia dewa palsu atau sungguhan, kekuatannya itu nyata, tak ada yang bisa kita perbuat untuk mengalahkannya.”

Pandangan para peserta masih menunjukkan keraguan atas Nolan di dalam pikiran mereka.

“Aku terpaksa, oke. Aku diancam olehnya.” Mbak Irwin menampakkan ekspresi heran. “Thurqk mengancam akan membunuh setiap anggota keluargaku yang tersisa di dunia bila aku tak melakukan hal-hal yang dia kehendaki.”

“Lalu apa yang kaulakukan di sini? Bukankah bila Thurqk tahu keberadaanmu di sini, dia akan menangkap dan membunuh keluargamu?”

“Tidak, tidak. Kini aku sudah tak takut lagi,” Nolan membetulkan kacamatanya yang melorot. “Aku tak peduli lagi dengan apa yang akan terjadi selanjutnya, yang jelas aku telah menemukan kelemahan dan rahasia Thurqk. Kita bisa mengalahkannya.”

“Apa? Kau mau bilang masih ada harapan bagi kita semua keluar dari keadaan ini? Tapi … tapi ini dunia setelah kematian bukan? Kita semua sudah mati, bahkan beberapa dari kita sudah benar-benar mati, maksudku, musnah. Musnah seperti tak pernah ada di dunia ini.”

“Itu adalah salah satu kebohongan terbesar Thurqk,” ujar Nolan. “Jelas sekali dia makhluk pemalas yang sangat bodoh, kebodohannya tertutupi oleh kemampuannya yang luar biasa.”

Mata Nolan terpancing oleh pemandangan Claude dan Claudia yang tengah bermain-main dengan kepala mereka. “Bisakah kalian tidak melakukan hal seperti itu di depanku? Aku merinding.”

Keduanya mengangkat alis sebal.

“Dan bagaimana kau bisa tahu kalau Thurqk bodoh?”

“Setelah dia memberiku ini,” kata Nolan seraya menunjuk kepalanya. “Dia memberiku otak super jenius. Ibarat tuan rumah yang terburu-buru meninggalkan rumah, dia meminta bantuan orang tak dikenal untuk menjaga rumahnya, memberikan kunci untuk mengakses seluruh ruangan di dalamnya dan yakin orang asing itu tidak akan berkhianat hanya dengan sebuah kalimat ancaman.”

Beberapa peserta mulai tergelak, namun segera menghentikannya ketika menemukan Nolan yang sama sekali tak tertawa.

“Jason, Victor Crowley, Freddie, mereka semua bodoh, tapi tetap saja kekuatan besar mereka menakutkan,” kata Nolan.

“Siapa mereka?”

“Ah, er, yaaa, mereka tokoh-tokoh badass villain di dalam film-film Hollywood, kurasa, ya, kurasa … ah, sudah lupakan! Intinya, sekalipun Thurqk bodoh, bukan berarti kita bisa meremehkannya. Kemampuannya mengerikan, dan kalian tak akan pernah bisa membayangkan tindakan mengerikan macam apa yang akan dilakukan oleh makhluk bodoh.”

“Mereka bertindak sesukanya demi kesenangan.”

“Yak, tepat sekali!” Nolan menekan tombol replay pada laptopnya dan mengajak yang lain untuk menyaksikannya dengan seksama. “Ini adalah bukti kebohongan Thurqk.”

Kamera dalam video rekaman itu bergerak perlahan menelusuri ruangan demi ruangan di dalam Devasche Vadhi, hingga akhirnya berhenti di dalam ruangan besar dengan tabung raksasa di tengahnya, berisikan lima puluh lima kristal berkilauan dengan berbagai warna.

“Apa itu? Ra-rasanya aku pernah melihatnya di suatu tempat.”

“Aku tak benar-benar mempercayai ini sebenarnya, tapi tak salah lagi itu adalah ekstrak dari jiwa-jiwa kalian,” jelas Nolan.

“Jiwa kami?”

“Dengan kata lain, ekstrak dari segala hal yang menyokong kehidupan kalian di dunia fana.”

“Ka-kalau begitu ….”

“Bila kita berhasil mengambil kristal-kristal itu, bukan tak mungkin semua yang ada di sini bisa hidup kembali.”

***

Phase 2: The Glimmer of Hope
“Aku tak tahu apa seharusnya kita mempercayai setiap perkataanmu, Nolan!”

“Memang sebaiknya kalian mempercayai kata hati kalian sendiri. Aku ke sini hanya untuk membawakan bukti.”

“La-lantas, misalnya kami memutuskan untuk mempercayaimu, bagaimana cara kita mengambil kristal-kristal itu?”
Nolan menghentakkan jemarinya dengan cekatan di atas keyboard dan membuka aplikasi lain yang menampilkan gambaran terstruktur dari segala hal yang ada di dalam Devasche Vadhi.

“Aku tak tahu apa kalian mengerti penjelasanku soal yang satu ini, tapi ini soal Hvyt dan bagaimana makhluk raksasa aneh itu mampu terkoneksi satu sama lain dengan sangat tersruktur, tanpa cacat, dan sebagainya. Aku mengandaikan mereka adalah program yang berjalan atas kehendak server-nya, yaitu Thurqk,” Nolan menangkap pandangan heran dari beberapa peserta yang mendengarkannya, tapi tidak bagi Yvika Gunnhildr yang tampak mampu mengikuti arah penjelasannya.

“Aku sempat menduga sistem yang terbentuk di antara Hvyt menyerupai jaringan komputer, dan coba tebak? Ternyata mereka benar-benar memiliki sifat yang sama dengan jaringan komputer. Mereka organik, mereka hidup, mereka tumbuh, tapi di dalam diri mereka ada sifat-sifat dasar yang serupa dengan mesin.”

“Maksudnya?”

Nolan menghela napas sesaat, mencoba memilah kata yang akan dipergunakannya.

“Begini, saat diriku berada di dalam ruangan kendali, aku meretas backbone jaringan dan menangkap beberapa sinyal yang ternyata terpancar dari tubuh masing-masing Hvyt yang berkeliaran di dalam Devasche Vadhi. Aku tak tahu bagaimana melakukannya, karena tiba-tiba saja aku mengerti segalanya, pastilah ini karena otak superku. Aku memberikan setiap sinyal Hvyt dengan kombinasi angka serupa IP Address, mengaitkannya satu sama lain, dan membuat mereka benar-benar terhubung dengan jaringan komputer yang kugunakan di sana. Bagaikan sebuah perangkat keras tambahan, mereka bisa diakses. Oke, ini gila, tapi ini nyata. Aku meretas salah satunya dan yang kudapatkan adalah gambaran video yang baru saja kutunjukkan kepada kalian.”

Yvika menatap Nolan dengan serius, “gambaran tadi diambil dari mata salah sati Hvyt, begitu maksudmu?”

“Tepat!”

Para peserta tercengang dengan cara mereka masing-masing.

“Izinkan aku melakukan ini, untuk mempertajam pemahaman kalian mengenai Hvyt,” kata Nolan seraya menekan tombol Enter di keyboardnya. Sekejap kemudian sesosok Hvyt muncul di tengah-tengah mereka.

“Hvyt! Ba-bagaimana bisa?”

“Yang satu ini berada tak jauh dari tempat kita sekarang. Aku meretasnya dan mengendalikannya dari sini,” jelas Nolan sambil mengetukkan jemari di atas laptop kesayangannya. “Hvyt yang ini tak memiliki emosi, tak mampu berkomunikasi, dan tak memiliki kesadaran, karena aku melapisinya dengan logika yang mirip dengan masking proxy server.”

“Tolong bicara dengan bahasa yang bisa kumengerti!”

“Intinya … aku telah berhasil mengendalikan Hvyt yang ini. Bukan hanya itu, aku bisa mengendalikan Hvyt yang manapun atau mengembalikannya seperti sedia kala sesuai kebutuhan selama aku telah memberikan kombinasi angka pada masing-masing subjek Hvyt.”

“Aku sebenarnya tak benar-benar mengerti ini, tapi aku mencium sebuah harapan di sini.”

“Tentu saja, hal ini bisa kumanfaatkan meraih tujuan akhir kita. Tapi, ini belum cukup. Aku masih membutuhkan bantuan kalian.”

[“Katakanlah, Nolan. Apa yang sedang kaurencanakan?]

Nolan kembali menatap tiga belas peserta yang ada di hadapannya. Dia tak tahu berapa banyak di antara mereka yang mau mempercayainya, atau berapa banyak dari mereka yang menyembunyikan kebusukan di dalam hatinya.

“Nolan?”

“Langkah yang akan kita lalui tidak mudah. Untuk itu, aku ingin kalian bertindak sesuai dengan apa yang benar-benar kalian percayai. Kalian tahu, saat aku memutuskan membawa kalian semua ke sini, untuk bertemu denganku, jauh di dalam lubuk hati terdalam, aku sudah pasrah dengan segala kemungkinan yang akan terjadi selanjutnya.

“Thurqk adalah makhluk arogan, terlepas dari kemampuan hebatnya, perhatiannya akan sangat mudah dialihkan oleh sesuatu yang menarik hatinya. Dia membuat pertarungan berdarah ini, artinya dia senang melihat pertarungan kalian. Tetaplah berada pada jalur tersebut.”

“Maksudmu, kamu mau kita semua di sini saling bertarung dan mengorbankan diri demi mengalihkan perhatian Thurqk?”

“Hingga aku berhasil mengakses ruangan itu, mengambil kelima puluh lima kristal dan membuat kalian yang gugur hidup lagi,” lanjut Nolan.

“Dan bagaimana dengan jaminannya? Kau punya apa untuk dijadikan jaminan tak akan menghianati kami?”

“Tak ada. Aku sudah menunjukkan beberapa hasil penemuanku yang bisa membuat kita selangkah lebih dekat dengan Thurqk, seperti yang kukatakan sebelumnya, kita hanya bisa mengandalkan sikap saling percaya.”

Ketegangan mulai tercipta di antara para peserta. Nolan menelan ludah, ada beberapa peserta yang menurutnya tak bisa dipercaya, namun dia hanya berusaha untuk selalu berpikir positif terhadap segala sesuatu. Kecuali, tindakan Thurqk yang dilihat dari sudut manapun merupakan hal yang sangat keji.

“Aku akan tetap membuat aturan main kepada kalian yang tersisa di sini. Sekalipun aku benar-benar merasa bersalah terhadap kalian, tak ada pilihan lain. Satu hal sebelum semuanya berlanjut, apakah kalian merasakan sesuatu pada diri kalian setelah menghadapi makhluk-makhluk di dalam lorong?”

Semua peserta mengangguk perlahan.

“Kemampuan kalian telah meningkat. Aku sengaja membuat aturan pertarungan yang tak akan segera disadari Thurqk sebagai caraku mempersenjatai diri kalian. Siapa pun yang bertahan sampai akhir, keputusan dan kemampuan kalian akan sangat menentukan keberhasilan kita,” Nolan membetulkan kacamatanya yang merosot.

“Kemampuan macam apa yang kami miliki sekarang?”

“Tentunya berbeda-beda, sesuai dengan pengalaman kalian. Seperti apa, hanya diri kalian sendiri yang akan menemukannya,” jawab Nolan. “Sejujurnya, aku tak menyangka tiga di antara kalian tak berhasil melewati rintangan sebelumnya. Maafkan aku.”

“Lantas apa yang akan kita lakukan sekarang? Kembali ke padang luas merah itu?”

“Tidak, aku harus membawa kalian semakin dekat ke Devasche Vadhi. Saat ini Thurqk pasti sedang menunggu ‘hiburan’ selanjutnya. Aku juga harus segera kembali ke ruang kendali sebelum dia menyadari diriku tak ada,” kata Nolan sambil mengecek GPS di laptopnya dan kemudian mematikannya. “Ada pintu di sana, di mana kalian akan menerima bentuk pertarungan selanjutnya. Lorong yang terhubung langsung dengan lantai dasar Devasche Vadhi. Pastikan kalian bisa lolos dari sistem yang sudah kusiapkan.”

“Kalau begitu, apa yang akan kami hadapi di dalam sana?”

“Tiruan teman-teman kalian sesame peserta yang telah tiada.”

Salah satu peserta geram dan mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat seraya mendorong tubuh Nolan. “Beraninya kau melakukan hal ini pada kami … apa tidak sebaiknya kau kubunuh saja di sini?”

“Kaubisa melakukannya bila kau benar-benar menginginkannya, tapi apa kau siap dengan nasibmu yang berada di genggaman Thurqk?” Nolan menghela napas menahan ketegangan yang dirasakannya. “Percayalah, kalau bukan karena terpaksa, aku juga tak akan melakukan hal seperti ini. Setiap pencapaian membutuhkan pengorbanan. Selama kalian tetap berada pada jalur tersebut, aku tak akan mengecewakan kalian. Itu … adalah janji sekaligus penebusan dosaku.”

Nolan melepaskan diri dari tekanan peserta dan memasukkan laptop ke dalam ranselnya. “Aku akan bertemu lagi dengan kalian di Devasche Vadhi.”

“Nolan … seandainya … seandainya rencanamu gagal?”

Nolan terdiam sesaat sebelum menjawab, “Kurasa kita semua harus siap dengan resikonya bukan? Cukup ingat saja orang-orang yang ada di kehidupan kalian sebelumnya. Kurasa itu cukup untuk membangkitkan semangat bertahan hidup kalian di sini kan?”

Nolan berjalan menghampiri Hvyt, menggenggam lengannya, sesaat kemudian mereka melesat dengan cepat, menghilang dari pandangan.

***

ROUND 5 - MOCK BATTLE

Berjalanlah memasuki lorong yang telah disebutkan oleh Nolan, ketika masuk ke dalamnya, kalian akan merasakan berada di dunia yang benar-benar asing, rekan seperjuangan kalian yang sebelum tengah bersama kalian menghilang. Tampaknya mereka juga mengalami hal sama. Bagaikan terpecah dimensi, kalian mendapati diri di sebuah tempat yang tak kalian ketahui. Sementara 5 (LIMA) karakter random yang telah tiada di babak-babak awal BOR-4L muncul, bersiap menyerang kalian dengan segenap upaya. Hei, mereka tidak nyata!!!

Syarat & Ketentuan:
  1. Ambil sesuka hati kalian, 5 OC yang sudah gugur di babak awal. Jadikan salah satu realms asal mereka sebagai setting pertarungan kalian. Kalahkan kelima OC tersebut, maka kalian akan kembali ke lorong yang sama dengan sebuah pintu menuju Devasche Vadhi yang menyambut.
  2. Submit paling lambat 3 minggu (hingga 6 September 2014). Sedangkan penilaian hingga (13 September 2014).
  3. Cara submit masih seperti biasa dengan subjek: [ROUND 5] NAMA OC - JUDUL, sertakan keterangan siapa saja OC yang kalian libatkan di dalam pertarungan di bagian akhir post.
  4. Nilai akan diakumulasi dan dirata-rata dengan penilaian di R4.
  5. Delapan OC akan lolos ke R6.
  6. Enjoy your battle~!


Share this article:

1 comment:

  1. [ “Jason, Victor Crowley, Freddie, mereka semua bodoh, tapi tetap saja kekuatan besar mereka menakutkan,” kata Nolan.

    “Siapa mereka?”]

    HAHAHAHA, gue ngakak di sana lah. XD Jadi 8 yang bakal lolos ya. Ini semakin menarik.

    ReplyDelete

Silakan meninggalkan komentar. Bagi yang tidak memiliki akun Gmail atau Open ID masih bisa meninggalkan komentar dengan cara menggunakan menu Name/URL. Masukkan nama kamu dan juga URL (misal URL Facebook kamu). Dilarang berkomentar dengan menggunakan Anonymous dan/atau dengan isi berupa promosi produk atau jasa, karena akan langsung dihapus oleh Admin.

- The Creator -