Dahulu, dia dikenal dengan nama Primo, Kali ini Ia tahu dirinya bukan lagi pria yang sama, dia adalah Helel yang paling rupawan di antar makhluk surgawi, ciptaan terindah milik Bapa.
Saat ini Helel melayang tinggi di atas pulau-pulau Nanthara, lingkaran neraka kesembilan yang dahulu merupakan tempat tinggal dirinya setelah dibuang oleh Bapa.
Tempat dingin, kecil diselimuti oleh es abadi, tempat dimana jiwa-jiwa penuh keangkuhan dan para pengkhianat agama ataupun negara dilemparkan. Tempat ini telah berubah menjadi sebuah kepulauan tropis yang sangat luas.
Seaakan menentang segala yang dibuat oleh Lucifer Thurqk membalikan 180 derajat semua unsur neraka kesembilan begitu ia diserahkan kuasa atas para jiwa-jiwa angkuh.
"Akan kau tuntun ke arah manakah diriku ini, Terkutuk?" Tanya Helel kepada terkutuk yang melayang di depannya.
"Kembali ke Jagatha Vadhi tuan Primo, menunggu titah selanjutnya dari Dewa Thurqk." Jawab sang terkutuk dengan kalimat datar.
Helel kembali menyadari dimata semua orang ia masihlah Primo Trovare, seorang manusia yang sepenuh hati ingin mengabdi kepada Bapa.
Di sekitarnya, Helel melihat kelima belas Hvyt lainnya membawakan kristal-kristal jiwa, sebuah methoda transportasi efektif untuk menjaga kerahasiaan tempat ini.
Melihat kebawah ia menyadari di utara dari lingkaran neraka kesembilan ini terdapat satu pulau terbesar dari pulau lainnya, dan di atas bukit kecil itu sebuah Istana ditempatkan dengan sempurna.
"Hvyt, tebakanku… tempat itu adalah lokasi dimana Dewa Thurqk-mu saat ini berada?"
"Benar, tuan Primo Pulau itu—Devasche Vadhi – adalah tempat berdiam Dewa Thurqk dan juga kedua pembantunya!"
Mendengar jawaban dari Hvyt arah terbang Helel berubah ia yang sebelumnya dituntun oleh Hvyt menuju ke pulau sebelah timur Nanthara kini berbelok menuju ke Devasche Vadhi.
"Tuan Primo, apa yang tuan lakukan? Tuan tidak bo…"
"Diam kau terkutuk, Aku ingin melihat secara jelas wajah makhluk yang menggantikan tempatku, yang bahkan dengan lancangnya menjadikanku bahan hiburan!"
Menurunkan kemiringannya, Primo terbang meluncur dengan kecepatan tinggi menuju istana tersebut.
Tidak perlu yang namanya pintu depan, Primo meloloskan dirinya melalui jendela besar di istana dan mendapati dirinya berada di ruang tahta, ruangan yang dipenuhi oleh Hvyt di sepanjang jajaran dindingnya.
"Kau terlambat Helel!"
Suara yang memanggilnya langsung itu berasal dari tahta di tengah-tengah ruangan. Tahta yang terbuat dari tulang belulang dan juga api padat.
Helel menurunkan ketinggiannya, ia menjatuhkan perlahan telapak kakinya ke karpet merah gelap yang melintang hingga ke arah tahta.
Helel dan Thurqk saling memandang, tatapan di antara keduanya benar seakan siap untuk saling membunuh. Tapi Helel tahu, saat ini ia tidak sempurna, ia sudah membuang jiwa Lucifer, Eksistensi yang memampukan ia untuk berbuat dosa. tetapi ia belum membuang Primo, jiwa manusia yang masih membuat dirinya fana. Ia tidak bisa berhadapan dengan makhluk terkutuk seperti Thurqk, tidak untuk saat ini.
"Lepaskan aku Thurqk, Lepaskan aku dari jeratan permainan-mu ini! aku tidak peduli dengan hukuman macam apa yang kau berikan kepada jiwa-jiwa angkuh, itu adalah milikmu, hakmu. Tapi jika kau berpikir bisa memenjarakan makhluk surgawi sepertiku di tempat ini, kau salah besar!"
Thurqk menanggapi ancaman Helel dengan tersenyum, ia berdiri dari tahtanya sembari berjalan perlahan ke arah Helel.
"Aku? Salah besar? Jelaskan dimana salahnya jika pada kenyataannya kau yang seorang makhluk surgawi bisa berada di sini dan bisa aku kendalikan?"
Sembari tetap berjalan, Thurqk mengebaskan tangannya kesamping sembari mengedarkan pandangan sejalur dengan tangannya.
Tetapi tidak ada yang terjadi Helel masih berdiri tegap menatap wajah Thurqk dengan penuh kebencian.
"Aku memang masih angkuh, namun angkuhku saat ini bukanlah dosa yang bisa kau kendalikan, sebagai makhluk surgawi aku tidak berdosa sampai Bapa memutuskannya!"
Itu adalah Langkah perlawanan pertama yang ditunjukkan Helel, tapak pertama makhluk yang setara dengan Thurqk mencoba masuk dan merusak otoritasnya.
Thurqk masih melangkah maju, air wajahnya tidak memperlihatkan ia terganggu pada kenyataan ia tidak bisa mengendalikan tubuh Helel seperti para petarung membosankan yang telah ia habisi sebelumnya.
Thurqk berhenti tepat di hadapan Helel, saling menatap. Ia tahu mereka berdua tidak bisa bertarung, tidak bisa saling melukai tanpa diijinkan oleh Bapa dan karena itu mereka berdua bereaksi sama saat jarak di antara mereka begitu dekat.
Tertawa secara angkuh.
Tetapi tawa Helel mendadak berhenti saat ia merasakan sebuah hantaman di dada kanannya, mustahil Thurqk tidak bisa melukainya hanya sesama makhluk fana yang bisa melukai status fananya saat ini kecuali yang diinginkan Thurqk adalah…
Thurqk melompat mundur, menarik sebuah kristal jiwa. Kristal berwarna hitam itu kristal yang Ia dan Helel tahu adalah milik Primo Trovare. Keheningan terjadi, puluhan skenario melintasi pikiran Helel mengenai apa yang diinginkan Thurq dengan kristal jiwa Primo.
"Makhluk surgawi yang sok suci, Menurutmu apa yang akan terjadi jika…" Thurqk mengangkat jari telunjuknya sebuah api tercipta lalu memadat seperti bilah belati tajam, "… aku menghancurkan kristal jiwa rapuh bernama Primo Trovare ini?"
Bukan rasa takut yang terpampang di wajah Helel, tetapi angkuh yang membuktikan ia sudah menyadari ini yang akan terjadi.
"Aku bisa saja ikut hancur bersamanya…" Helel berhenti sebentar sebelum melanjutkan, "… atau kau bisa saja memutuskan satu-satunya hubunganku denganmu, dengan tempat ini yang artinya kau membebaskanku sepenuhnya, itu semua tergantung seberapa besar pengaruh manusia bernama Primo Trovare ini terhadap eksistensi diriku!"
Jawaban itu, Jawaban itu akhirnya memenangkan senyum angkuh Helel atas senyum angkuh Thurqk. Wajah Thurqk untuk sesaat kehilangan keunggulan pertarungan tersebut.
Helel meyakini ia telah menang, sampai pada detik berikutnya Thurqk mengembangkan kembali senyum tersebut.
Ia melemparkan kristal tersebut kembali ke dada Helel dan berbalik badan, mencoba kembali duduk di tahtanya.
"Aku baru saja membuktikan teoriku, aku masih memilik hak kendali atas jiwa Primo Trovare yang berarti jika ia tidak bisa mengikuti permainan selanjutnya, kendaliku akan semakin meningkat dan aku bisa menghancurkanmu saat itu, Helel!"
"Kau mau memaksaku untuk bertarung lagi?"
"Tidak, aku tidak memaksamu, aku hanya memaksa manusia kecil di dalam tubuhmu tersebut!"
"Segera umumkan permainanmu selanjutnya, kalau aku harus keluar dari tempat terkutuk ini akan kuperlihatkan kalau aku bisa keluar dengan cara surgawi!"
Helel kembali membusungkan dadanya, sayap cahaya terbentuk di punggungnya sayap yang seharusnya merupakan sayap fisik masih belum bisa terbentuk, yang ia kembangkan saat ini adalah yang paling bisa ia lakukan.
Ia melayang, kembali mengikuti Hvyt yang menunggunya di ambang jendela tempat Helel pertama kali masuk.
"Ingatlah satu hal, Helel. Makhluk abadi tidak akan bisa saling membunuh!" kalimat terakhir itu keluar dari mulut Thurqk saat Helel meninggalkan istananya.
Helel menyadari satu hal, dalam pertarungan selanjutnya ia akan menghadapi makhluk abadi lain, entah surgawi entah terkutuk. Ia tidak akan bisa berbuat banyak, ia harus mengandalkan makhluk fana yang ada di dalam dirinya, ia harus mengandalkan Primo Trovare!
***
Hvyt yang menuntun Helel berhenti di udara secara tiba-tiba. Secara perlahan ia berputar di udara dan mulai berbicara kepada Helel.
"Dewa Thurqk sudah membuat keputusan mengenai pertarunganmu Tuan Helel."
Helel tidak heran jika identitasnya sudah diketahui, para terkutuk ini pasti mendapatkan informasi langsung dari Thurqk
Helel tidak heran jika identitasnya sudah diketahui, para terkutuk ini pasti mendapatkan informasi langsung dari Thurqk
"Tunjukkan jalannya, terkutuk!"
Hvyt mengubah arah melayangnya kembali ke pulau dimana Primo sebelumnya menebus dosa Collette. Tetapi kali ini ia membawa Helel ke tangga bawah tanah lain yang berbeda dengan pintu-pintu ruang persegi yang berada di permukaan pulau.
"Masuklah ke ruangan ini, Tuan Helel. Tugasmu hanyalah membunuh siapapun yang menghadang, dan masuki ruangan dengan cahaya terterang."
Tidak biasanya terkutuk, baik iblis maupun satan bermain dengan tempat terang atau cahaya. Helel merasakan ada sesuatu yang aneh dari permainan kali ini. ini bukanlah permainan yang diatur oleh Thurqk.
Tetapi, Thurqk sebelumnya sudah memastikan makhluk abadi mana yang akan berdiri di jalurku?
Helel membuang segala pikiran tanpa ujung yang melintas di kepalanya, ia melangkah masuk ke dalam tangga bawah tanah tersebut, mengantarkannya kepada lorong besar gelap.
Kegelapan itu tidak bertahan lama, satu langkah pertama Helel berdiri di tanah datar, sepasang obor yang berada di kanan dan kirinya menyala bersamaan. Secara berurutan dengan tempo yang meningkat obor-obor lainnya yang bersandar di dinding sepanjang lorong ikut menyala.
Tetap saja, obor di pinggiran dinding tersebut tidak memberikan penerangan yang berarti jika lorong dimana Helel sekarang berada cukup lebar.
Menggenggam tangan kiri, sebuah pistol busur terbentuk di ujung lengannya. Helel membidik lurus lalu menembakkan satu sinar cahaya terang, ia merekam apa yang dapat ia temukan ia lihat dari cahaya tersebut sebelum sinar itu menghilang setelah tertabrak tembok.
Dua buah tikungan ke kanan, hanya itu. tidak ambil pusing Helel mengikuti jalan lurus dan mendapati ia berada di sebuah belokan yang berujung kepada jalan buntu.
Helel sadar apa yang tengah terjadi, ia berada di dalam sebuah labirin, sebuah permainan kanak-kanak.
Mengikuti apa yang diinginkan oleh Thurqk, Helel menelusuri labirin tersebut lebih dalam, setiap belokan yang ia ambil ia jatuhkan obor yang tersampir di dinding menandakan jalan yang ia lewati.
Beberapa puluh belokan, ia menyadari susunan unik labirin. Ia akan berada di jalan yang tepat jika lorong yang ia susuri semakin mengecil.
Saati Helel berbelok mengikuti jalur labirin, ia menghentikan langkahnya ketika melihat terdapat sesosok makhluk berdiri di ujung lorong lainnya.
"Hai Helel, Lama tidak berjumpa!"
Helel mengenalnya, Pria dengan zirah perak putih mengkilat menutupi seluruh tubuhnya, dan helm nya membentuk motif kepala belalang dengan rambut perak.
"Abaddon…"
"Aku mendengar kisahmu dari Thurqk, Satan kecil yang rindu Bapa, mengorbankan keabadiannya hanya agar bisa tersucikan."
Helel terus melangkah mendekati Abaddon, sedangkan Abaddon bergeming di tempatnya, seakan ia siap menghadapi apapun yang akan Helel lakukan.
"Aku tidak akan melawanmu Abaddon, kita tidak bisa saling menyakiti apalagi saling membunuh. Seperti itulah hukum sesama makhluk abadi."
Helel bergerak menyamping lalu kembali berjalan maju meninggalkan pria berzirah yang lebih tinggi dari tubuhnya itu.
"Disitu letak kesalahanmu Helel!"
Suara angin mendesir kencang saat Abaddon berbalik dan mengayunkan tinjunya ke arah punggung Helel.
Mengetahui apa yang terjadi Helel mengembangkan sayap cahayanya, bagian dari tubuhnya yang merupakan kekuatan surgawi melindungi ia dari hantaman tersebut.
Tetapi perkembangan sayap cahaya tersebut tidak melindungi ia dari tekanan efek hantaman, tubuh Helel meluncur kencang terpental menghantam tembok.
"Tubuhmu saat ini berbeda Helel, Kau bukanlah sepenuhnya makhluk abadi, Kami bisa membunuhmu tapi kau tidak bisa membunuh kami."
Helel tahu kenyataan itu, Ia hanya berharap Abaddon cukup alpa untuk membiarkannya, tetapi kini satu hal terlintas di kepalanya, mengapa Thurqk tidak menyerangnya walau mengetahui hal tersebut?
Helel bangkit dari jatuhnya, ia tidak merasakan satu rasa sakit sama sekali seperti yang ia katakan pertarungan antar makhluk abadi itu hanya melelahkan kedua pihak.
Abaddon berlari menerjang Helel yang mencoba bangkit. Setiap suara tapaknya memberikan pernyataan bahwa berat tubuh dan zirahnya bukanlah main-main.
Helel menembakkan anak panah surgawi ke arah Abaddon, anak panah itu seakan menjadi bola karet dan terpantul begitu saja.
Saatnya menghindar, Helel berguling ke kanan menghindari terjangan Abaddon membuat ia menghantam tembok besar tersebut, bahkan menembusnya seakan tembok itu hanya terbuat dari kertas.
"Heh, bahkan cara bertarungnya masih seperti orang barbar!"
Helel mengarahkan badannya ke lubang yang diciptakan oleh tubuh Abaddon, sekitar delapan hingga sembilan lapis dinding hancur begitu saja, di ujung lubang tersebut tidak terlihat apa-apa hingga pada satu detik setelahnya tubuh Helel tertarik dengan tenaga super ke arah lubang-lubang tersebut.
Sosok Abaddon makin terlihat di ujung dan kepalan tangan kananya menyambut tepat wajah Helel, Ia melupakan bahwa Abaddon memiliki kendali gravitasi suatu benda terhadap tubuhnya sendiri.
Tinju itu mementalkan Helel jauh melebihi tempat ia sebelumnya tertarik, tetapi di udara Helel melebarkan sayap cahayanya membuat ia mengendalikan kecepatannya saat terpental hingga akhirnya berdiri tegak.
Masih tidak ada rasa sakit, tetapi ada sesuatu yang menggumpal di dalam mulutnya, Ia meludahkan benda itu dan mendapati darah kental.
Tubuhnya saat ini adalah tubuh makhluk fana, dan ia tidak bisa menyerang Abaddon sama sekali tetapi Abaddon dapat menghancur leburkannya. Helel tidak mau ambil resiko, entah apa yang akan terjadi pada dirinya jika tubuh dari Primo Trovare ini hancur remuk.
Helel sudah memperkirakan ini, ia sudah merencanakan ini tapi ia tidak pernah berharap akan menjalankannya. Ia harus memanggil Primo Trovare kembali.
"Primo!"
Primo Tersadar dengan rasa sakit yang teramat sangat, bahu kirinya retak dan rahangnya seakan habis dihantam oleh palu Godam.
"Bersembunyi di kiri, jangan sampai ia melihat tubuhmu!"
Sebuah suara terngiang di kepalanya memerintahkan Primo untuk bergerak. Ia mengenal suara itu dari memorinya dan sepenuhnya percaya sehingga tanpa pikir panjang melakukannya.
"Aku benci melakukan ini, tetapi begitu aku membangunkanmu aku akan kembali tertidur dalam beberapa detik lagi. Jadi teruslah berlari dari Abaddon yang mengejar dan dengarkan apa yang terjadi!"
Primo segera berlari, ia menyadari langkah-langkah berat yang mengikutinya, ditambah dengan saran Helel bahwa Abaddon tidak boleh melihat tubuhnya, Primo memprioritaskan tubuhnya untuk selalu berbelok.
"Berkatilah hambamu ini Bapa, tuntunlah langkah-langkahnya agar ia tidak pernah tersesat di dalam genggaman para Iblis yang sedang mencobainya ini!" Primo yang menyadari posisinya , ia berada dalam labirin berharap banyak kepada bantuan surgawi.
"Mengapa kau tidak kembali ke paradiso? Kembali bersama bapa?"
"Thurqk memilki hak atas Jiwamu, dan selama jiwaku dan jiwamu bertautan selama itu pula ia bisa menahanku dalam permainan gila ini!"
"Thurqk memilki hak atas Jiwamu, dan selama jiwaku dan jiwamu bertautan selama itu pula ia bisa menahanku dalam permainan gila ini!"
Langkah-langkah yang mengejar Primo terus terdengar, tetapi karena setiap derapan itu begitu lantang, Primo.
"Kau harus membunuh Abaddon dan juga pergi ruangan terterang dari labirin ini, apapun yang ada di situ pasti akan membantumu melalui permainan laknat ini. kita akan bertemu terakhir kalinya, setelah kau menyucikan satu jiwa lagi, dan saat itu…" Suara Helel menghilang dari benak Primo, ternyata membangkitkan eksistensi surgawi tidak menyelamatkan ia dari genggaman Thurqk sama sekali.
Primo terus berlari, Ia membuka memori kehidupan lampaunya, mengenali siapa itu Abaddon yang tengah ia lawan.
Satu hal yang pasti, kalau Primo tidak ingin diremukkan oleh serangan penghancurnya seluruh tubuhnya tidak boleh terlihat secara jelas.
Ia harus mematikan sumber cahaya, ia harus membuat dirinya tidak terlihat!
Semburan sayap cahaya meledak dari punggung Primo ia mengetahui kekuatan terbarunya saat tubuhnya sudah setengah makhluk surgawi, mengepakkan tiga pasang sayap cahaya tersebut hembusan angin kencang naik dan mematikan obor-obor yang bersandar pada dinding-dinding lorong.
Secepat mungkin ia kembali menghilangkan sayap cahaya dan juga pistol busur surgawi.
Lorong itu sepenuhnya menjadi gelap total, suara langkah berdebum itu berhenti.
"Kau pintar Helel, Jika tidak melihatmu aku tidak bisa menarik tubuhmu, tetapi apapun yang terjadi tidak ada yang bisa mengubah bahwa aku bisa menyakitimu. Tetapi kau tidak bisa menyakitiku!" Suara Abaddon penuh percaya diri terdengar dari jauh.
Langkah berat dan berdebam itu kembali terdengar, Abaddon mulai melanjutkan pencariannya.
"Iblis yang dibuang ke neraka terdalam, ucapanmu benar jika Helel tidak bisa membunuhmu ataupun melukaimu, tetapi saat ini kau tidak berhadapan lagi dengan Helel, Kau berhadapan dengan Primo Trovare, anak manusia yang dilindungi oleh Bapa!"
"Manusia telah diberikan kuasa oleh Bapa untuk berdiri di atas semua ciptaannya, bahkan ciptaannya yang diberikan keabadian, melangkahlah sekali lagi dan kubuktikan kata-kata itu langsung kepadamu!"
Primo sosok penuh kasih, sosok yang melihat semua makhluk dari sisi baiknya kali ini berhadapan langsung dengan Iblis sejati, ia tidak akan menahan diri, ia tidak akan berpikir dua kali mengenai nyawa musuhnya. Ia memiliki pikiran penuh kecerdikan dari Lucifer dan juga ambisi dari Helel. Ia berjanji ia akan menghabisi Iblis ini.
Tidak ada suara lagi dari Abaddon, entah apa yang ada dipikirannya? Apakah ia benar-benar terpengaruh oleh ancaman dari mulut Primo atau ia sedang memikirkan sebuah rencana?
"Di situ rupanya kau, manusia angkuh?"
Rasa kaget meliputi Primo, tidak ada cahaya di sekitarnya, tidak ada satu benda pun yang seharusnya menunjukkan keberadaan dia dan Abaddon berteriak seperti itu?
Langkah berdebam kembali terdengar, kini diiringi dengan ledakan-ledakan kecil yang semakin membesar.
Primo berbalik menghadap asal suara itu, yang ada dihadapannya adalah sebuah dinding, tempat ia baru saja berbelok.
Detik selanjutnya dinding tersebut meledak melontarkan puing-puing dan sosok manusia terlihat sekilas dari balik ledakan.
Primo meloncat menghindari puing-puing terbang, tetapi usahanya sia-sia karena ia tidak bisa melihat apa yang harus dihindarinya paha, dada serta panggul sebelah kanan terhantam proyektil batu.
Primo meringis sakit, dan mencoba bangkit secepatnya ia berlari menjauhi dinding yang meledak dimana ia yakin seharusnya di sana tempat Abaddon berada.
Satu hal yang Primo pertanyakan, mengapa Abaddon tidak mengejarnya kembali saat ia sudah terdesak seperti itu? hanya ada satu kemungkinan, Abaddon kehilangan lokasi dirinya.
Tetapi kalau itu benar, Kenapa tadi Abaddon bisa mengetahui lokasi dia sebelumnya? Abaddon tidak melihat, ia merasakan dimana keberadaan Primo, karena kalau Abaddon melihat tubuh Primo ia pasti sudah ditarik dan ditinju.
Tanpa perlindungan surgawi menerima satu tinju dari iblis yang diberi julukan sang penghancur sudah cukup membuat seluruh isi tubuh Primo berserakan.
Primo berhenti berlari saat paha dan panggulnya menyerah, setiap langkah kaki yang ia ambil membuat ia seakan ditusuk oleh rapier yang melintang sepanjang pergelangan kaki.
Primo beristirahat, menyandarkan tubuhnya ke dinding lorong. Mengatur kembali nafasnya yang terengah-engah.
Rasa geli menjalar di lengan kirinya, awalnya ia mengira itu adalah efek tubuh yang merinding akibat kengerian Abaddon. Sampai saat ia mengusapnya dan merasakan sebuah serangga hinggap di lengannya.
Tidak mungkin di lingkaran neraka kesembilan ini, di dalam labirin bawah tanah ini terdapat serangga liar?
Menggenggam kepalan kirinya pistol busur surgawi terbentuk, ia memerlukan cahaya untuk melihat serangga apa yang menghinggapinya.
Saat cahaya terbentuk Primo dapat melihat kengerian makhluk tersebut. Sebuah serangga dengan delapan kaki, memiliki kontur tubuh seperti belalang dengan muka manusia dengan mahkota. Sesuai dengan kitab Itu adalah serangga yang dapat dipanggil Abaddon kapanpun dia mau, dan juga mengendalikannya. Ini adalah salah satu cara Abaddon melacak tubuh Primo.
Tidak hanya satu di lengannya seluruh koridor ternyata dipenuhi oleh puluhan serangga Abaddon, menyadari bahwa Abaddon sudah mengetahui lokasi dirinya dan Primo yang sudah tidak bisa berjalan jauh, dengan sengaja ia membiarkan serangga yang di lengannya itu dan berjalan mencari lorong yang cukup panjang.
Satu, hanya ada satu kemampuan Primo yang bisa membunuh Abaddon, tetapi ia perlu berhadapan langsung dengan Iblis itu, iblis yang dipanggil penghancur, Makhluk Abadi dengan kemampuan fisik terkuat.
Dalam dua Belokan Primo mendapati lorong yang ia inginkan lorong yang cukup panjang, mengetahui ia sudah berada di dalam lokasi yang tepat, Primo melemparkan serangga tersebut ke tanah dan menginjaknya.
Primo melangkahkan kakinya terseret-seret menuju ke ujung lorong dan menembaki semua serangga yang terlihat menggunakan anak panah surgawi, proyektil tersebut efektif dalam menyerang Iblis jika dipegang oleh makhluk fana.
Ujung Lorong, Primo berbalik dan menempelkan punggungnya ke dinding tersebut, sembari menembaki arah setiap serangga yang datang dari berbagai belokan di hadapannya.
Ia yakin banyaknya serangga yang mati di lorong ini dapat membuat ia memancing Abaddon datang tanpa harus merusakkan dinding.
Benar saja, di ujung lorong yang satunya sosok manusia yang sedari tadi mengejarnya datang. Berdiri di ujung.
"Kasihan manusia yang meninggikan dirinya hanya karena dukungan firman Bapa, benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa di hadapan seorang Iblis. Kemanakah keberanianmu yang tadi berteriak-teriak secara angkuh!"
Primo tidak menjawab, ia hanya bisa menembakkan anak panah surgawi ke arah Abaddon. Empat anak panah yang dilepaskan mendarat di tempat yang sama, tepat di tengah-tengah dada Abaddon.
Anak panah surgawi dari tangan makhluk fana tersebut ternyata mampu melelehkan Zirah Abaddon dan menciptakan luka gores, tetapi luka gores yang tidak berpengaruh pada iblis seperti Abaddon.
Abaddon membuka kuda-kuda sembari menarik tangan kanannya ke belakang, "Kau tidak seharusnya mengeluarkan pistol busur surgawi!"
Bagaikan kekuatan tidak terlihat, tubuh Primo meluncur cepat ke arah Abaddon, 40 meter, 30 meter, 20 meter, 10 meter!
Primo menghilangkan pistol busur surgawi seketika ruangan menjadi gelap tenaga yang menarik Primo menghilang, membuatnya bergulingan di tanah.
Ia tertahan oleh kaki Abaddon, dan desiran angin dahsyat melintas di atas tubuh Primo, Abaddon telah melancarkan pukulannya dan meleset, kini giliran Primo.
Tangan kanannya ia kepalkan, mematerialisasikan senjata surgawi yang ia dapatkan setelah menyucikan jiwa Collete, Pedang Kerubim.
Dari posisi terlentangnya, Primo mengembangkan sayap cahaya yang membuat ia terangkat keudara. Saat ia berada di ketinggian Dada Abaddon satu tusukkan tepat ditancapkan ke lubang zirah yang dibuat oleh panah surgawi sebelumnya.
Pedang itu menusuk dengan ringannya menembus tubuh Abaddon, jilatan-jilatan api mengembang dari luka tusukan.
Mengepakkan sayap cahaya Primo melayang mundur memberi jarak agar tubuhnya tidak terhantam oleh ayunan liar Abaddon.
Pedang Kerubim masih tertanam di dada Abaddon, dan ia masih saja meronta-ronta. Tubuh Abaddon yang tadinya manusia mulai berubah menjadi persis serangga yang dikuasainya sendiri dengan tinggi badan mencapai tiga meter.
Primo mematerialisasikan kembali Pistol busur surgawi di tangan kirinya dan membidik tempat dimana pedang kerubim tertancap di tubuh Abaddon.
"Wahai Iblis yang bertahtakan di atas rasa sakit manusia, memberikan penindasan kepada orang-orang percaya diusir dari surga atas kesadisanmu sendiri, dan ditaruh ke neraka terdalam dibawah kendali Satan keangkuhan, Abaddon atas nama Bapa, Putra dan Roh Kudus. Aku. Menghancurkan. Dirimu!"
Dua belas anak panah cahaya meluncur deras dari pistol busur tersebut semuanya meliuk indah dan mendarat pada tempat yang memang diinginkan.
Sebuah teriakan terakhir dan ledakan tubuh Abaddon mengakhiri penderitaannya. Pedang kerubim pun kembali menghilang dan siap dimaterialisasikan kapan saja oleh Primo kembali.
Dua belas cahaya terang yang berasal dari anak panah tadi, secara misterius masih utuh, dan kembali ke arah Primo, dengan metode yang bahkan Primo tidak mengerti begitu dua belas anak panah tersebut masuk ke dalam tubuhnya, luka-luka Primo menghilang, baik bahu, rahang, dada, panggul maupun pahanya.
Primo menjejakkan kakinya perlahan di tanah, ia sepenuhnya disegarkan kembali, sudah saatnya ia melanjutkan permainan dari Thurqk ini. mengenai bagaimana ia bisa keluar dari sini dan kembali ke Bapa, Primo yakin Helel telah memiliki rencananya sendiri.
***
Mengikuti lorong-lorong labirin yang terus mengecil dan menyempit kini di depan Primo terdapat sebuah ruangan yang terlalu terang, ia bahkan tidak bisa melihat ada apa dibalik ruangan itu. yang ia perlu lakukan hanyalah percaya kepada sinar itu dan masuk kedalamnya.
Menembus tirai sinar tersebut, Primo mendapati dirinya berada di ruangan khusus, tempat beberapa petarung lain yang ia temui di taman merah berada dan satu lagi manusia yang ia tidak pernah lihat sebelumnya.
Tubuh Pria itu dan bahkan sudah lapuk beberapa dagingnya bahkan terbang dan menghilang saat ia bergerak.
"Akhirnya semua yang tersisa sudah berkumpul, jadi akan kumulai. Sebelumnya perkenalkan namaku Nolan."
==End of Round 4==
Hoo, sama" pertarungan mahluk abadi vs mahluk abadi kayak saya. Dan sama" balik pula, Primo dari Helel dan CC dari Dullahan. Kenapa ide plot kita berdua bisa samaan gini dua ronde belakangan? Yah, terlepas dari ity, bener katamu, emang ini agak rushed dan Primo seperti biasa 'menang gampang'. Kurang ada sesuatu yang greget yang bisa say mention di sini, padahal rasanya potensinya ada kalo ngeliat bg masing" petarung.
ReplyDeleteNilai 7
Fine battle lah, pertarungannya berimbang. Ada Primo, Helel, dan Thurqk. Tapi setuju ma Sam, masih kurang ada yang bisa bener-bener ditonjolkan sebagai sesuatu yang wah. Nilai 7,5.
ReplyDeleteDeadliner entry, feel a bit rushed. But I can feel you...
ReplyDeleteSaya yakin battle ini bisa jadi lebih menarik kalau ada waktu lebih, untuk mengerjakannya. Walau rasanya sang lawan lebih imba dari Primo, lagi-lagi dia menang dengan mudah.Tapi saya cukup suka dengan konsep makhluk abadi yang tak dapat saling membunuh (but mortals can)~
Score 7,8
despite terasa rushing. entri ini lebih bisa gw nikmatin dibanding R3 :D
ReplyDeletekualitas bahasa archaic-nya agak diperhalus jadi lebih mudah dipahami :D
.
Perkara battle-nya. IMO berasa tensi dan struggling-nya. just curious question, kira2 si Helel bsia berpikir kreatif seperti si Primo ga untuk menghadapi Abaddon ini (in case, of course, Helel bisa kill makhluk abadi juga (dan Iblis)).
.
Question lagi... gw masih ga ngerti ngapa si Helel ga bisa kill Abaddon or Thurqk kalo ternyata dia masih menyimpan jiwa Primo. seharusnya jiwa tersebut bisa jadi medium untuk melukai kan? atao ada mechanic yang gw ga tahu (or belum terungkap?)
.
nilai: 8
:)
ReplyDeleteuwaahhh Q___Q
ReplyDeletesayang akhir pertarungan dgn Abaddon gitu doang T3T ndak ada kata2 mutiara utk sang iblis ? ~~~\o\