April 7, 2014

[ROUND 1 - H] PRIMO TROVARE - YOUR SOUL DESPISE ME

[Round 1-H] Primo Trovare
"Your Soul. Despise. Me!"
Written by Blackz

---

Primo menjejakkan kakinya ke sebuah jalanan, sebuah pemandangan yang unik terpampang di hadapannya. Pria dan wanita lalu-lalang di jalanan dalam kota. Pakaian mereka tidak terlalu berbeda dengan pakaian para rakyat di masanya, tetapi struktur bangunan menyatakan mereka jauh lebih tua daripada masa Primo.

"Tiga ratus atau dua ratus tahun sebelum masaku?"

Perpindahan tempat seperti ini tentu saja tidak lagi membingungkan Primo, mengingat puluhan sosok manusia maupun yang mirip manusia dikumpulkan dan dipertarungkan sesuka hati oleh Thurkey, hal seperti ini pun bukan masalah baginya.

Melihat ke sekeliling, Primo menyadari satu hal, para manusia di jalanan ini tidak bisa melihatnya, tetapi bisa menabraknya, beberapa kali salah seorang dari mereka saling menabrakkan bahu dengan Primo, hal itu terjadi terlalu sering, tetapi korban benturannya seakan mengalami diubah ingatannya dan tidak menanggapi hal aneh yang baru saja terjadi.

Mengingat bahwa ia adalah  salah seorang petarung yang ditaruh di sini, ia tidak boleh mencuri perhatian dengan mengubah hiruk pikuk kota ini, Primo segera menempatkan diri berada di antara dua pejalan kaki dan memastikan dirinya tidak tertabrak dengan orang lain.

Langkah demi langkah yang ia lakukan di dalam kota ini memberikan informasi-informasi berharga yang ia ketahui, Ia bukan lagi di bumi, karena beberapa hal-hal yang dijual serta kebudayaan yang ditunjukkan di jalanan kota benteng ini bukanlah sesuatu yang familiar baginya. Bahkan daging-daging hewan mati yang dijual tidak menyerupai hewan sama sekali.

Sembari melihat sekeliling mata Primo berhenti kepada satu wanita yang baru saja berpapasan melewatinya,  orang tersebut tidak mengetahui keberadaan Primo yang memang tersamarkan dengan pakaiannya, tetapi wanita tersebut memakai topeng putih dan syal tajam yang menggantung di leher di depan bajunya.

Setelah jarak mereka berbeda selusin langkah, Primo berputar balik dan melihat wanita tersebut dari jauh.

Apa yang akan dilakukan orang tersebut? mengapa para petarung lainnya tidak menyerang dia yang jelas-jelas terlihat mencolok di tempat seperti ini?

Pertanyaan seperti itu melayang di dalam benak Primo, dan ia belum tahu apa yang bisa ia lakukan mengenai hal tersebut. Langkah-langkah kakinya yang lebih lambat dari pria tersebut membuatnya kehilangan jejak, sang pria telah berbelok ke balik bangunan, Primo terpaksa harus mempercepat langkahnya untuk mengejar.

"Sudah kuduga, kau adalah bagian dari permainan ini?"

Bahkan sebelum bergerak lebih cepat lagi, Sebuah besi dingin menempel di lehernya. Primo tidak bisa melihat siapa yang tengah mengancam akan menebas batang tenggorokannya. Kupingnya hanya bisa menentukan bahwa itu adalah suara wanita, dan di sudut matanya hanyalah kain merah muda yang bergelombang bebas.

"Kau masih amatir dalam mengintai lawanmu, apakah kau yakin? Kau pantas mengikuti permainan ini?"

"Nona, maafkan aku, kau sendiri melihatku tidak bersenjata ataupun berkemampuan, Aku hanyalah pria yang terjebak di dalam permainan ini!"

Cengkraman tangan di bahunya, serta tekanan belati di gelambir Primo berkurang, tetapi ancaman masih tetap nyata, Primo tahu satu gerakan salah, dan darah akan mengucur deras dari tenggorokannya.

"Nona, Kau seharusnya tahu tidak baik mengambil nyawa seseorang yang memang tidak berdosa bu… GUAHHH"

Primo tidak menyelesaikan kalimatnya, dari arah punggung kirinya sebuah hantaman membuatnya terpental ke dinding kanannya.

"Hentikan khotbahmu, munafik!"

Hantaman dua kali di punggungnya, satu dari tendangan si gadis dan satu lagi dari tembok yang menahan laju pentalan tubuh Primo.

Semburat cairan warna merah meluncur dari mulut Primo saat ia membatukkan rasa sakit yang ia terima. kekuatan tendangan sang gadis bukanlah main-main.

Sekali lagi sang Gadis menodongkan belati ke wajah Primo.

"Ada kata-kata terakhir?"

Tidak ada, ia tidak merasakan bahwa dirinya pantas untuk mengucapkan kata-kata seperti itu kepada gadis yang baru saja mengatakannya munafik, padahal ia tulus untuk menasihatinya. Kini, yang Primo lakukan hanyalah menutup mata dan mengucap doa.

"Tuhan, berkatilah hambamu ini sebaga                i mana seharusnya, aku telah mendapat perlakuan tidak adil dan harus mempertaruhkan nyawaku di permainan tidak jelas ini. Tuhan, aku… tidak… ingin… mati!"

"Sungguh doa penutup yang pantas!"

Primo membuka matanya mendapati bahwa gadis itu menarik tangan ke belakang untuk mengakhiri nyawa Primo.

Dalam sekejap bukanlah kepala Primo yang tertusuk oleh belati melainkan tubuh sang gadis terpental jauh ke samping setelah ditabrak oleh sebuah tubuh yang melesat cepat.

Tiga buah kios jalanan terobrak-abrik dan puluhan manusia lain terpental.

Primo berdiri sembari tetap menyandarkan tubuhnya ke tembok sebuah bangunan, di sebelah kanannya tidak terlihat apapun selain kepulan asap, sang gadis dan seseorang yang terpental bersamanya pasti berada di situ.

Di sisi kirinya, seorang pria muda dengan satu simpul rambut di atas kepalanya, memegang pedang yang sangat besar, dan juga dua pedang tersampir di pinggangnya, pria itu tentu saja merupakan salah satu petarung.

Menyadari bahwa Primo melihatnya, Pria itu menghilang dibalik sebuah tikungan, Primo saat ini tidak memiliki kemampuan untuk mengejarnya dan mengucapkan terima kasih. Yang bisa ia lakukan hanyalah berdiri, bersandarkan kepada tembok dan juga melihat apa yang terjadi setelah kepulan debu mereda.

Di tengah-tengah kepulan debu itu terbaring sosok pria rupawan dengan sebuah tanduk mencuat di kepalanya, sedangkan gadis yang tadi mengancam Primo berada tepat di atasnya terbaring terlungkup dan mereka berdua saling tertempel di bibir masing-masing.

Primo tertegun, bagaimana mungkin sesosok manusia terpental dengan punggungnya menghantam sang gadis berakhir dengan posisi seperti itu? berbagai kemungkinan di dalam otaknya tetap tidak bisa memikirkan skenario yang berakhir dengan posisi seperti itu.

Primo tidak bergerak dari tempatnya ia hanya bisa menonton kedua orang itu.

Menyadari bahwa ia berada di posisi yang memalukan, sang gadis bangkit dari posisinya dengan segera menghujamkan belati miliknya ke wajah pria bertanduk satu itu.

Seakan mengenai sesuatu yang keras, ujung belati sang gadis tertahan tepat di depan wajah pria bertanduk tersebut. Setelahnya, sang gadis terdorong berdiri oleh kedua lengan pria bertanduk dan akhirnya mereka mengambil jarak!

"K—kau kauuuuuuu!"

"Namaku Zach, Nona…?"

"Aku tidak akan memberikan namaku kepada pria mesum sepertimu!" Teriak sang gadis sembari menerjang Pria Bertanduk yang kini Primo ketahui sebagai Zach.

Seumur Hidup Primo, ia adalah pemain anggar yang mumpuni, tetapi baru kali ini ia melihat sebuah pertarungan yang bahkan bisa dikatakan jauh melebihi duel-duel yang pernah ia lewati.

Sebuah pengguna belati dan pengguna tombak bertarung di tengah-tengah jalan, beberapa manusia yang terkena bilah masing-masing mereka berjatuhan, seakan tidak perduli orang-orang lain disekitar mayat-mayat tersebut tetap bergerak.

Di satu pihak, Primo masih terpana dengan tarian sang Gadis, dan juga pertahanan dari tombak petir Zach. Di sisi lain ia memiliki kebencian khusus kepada Thurkey yang membuat mereka tidak terlihat oleh sosok lain, tetapi bisa merusak benda fisik apapun, termasuk tubuh manusia-manusia itu.

"Tuhan, Berkatilah kota ini dan penduduknya, janganlah biarkan pertarungan dari kami semua ini menjadikan nyawa-nyawa dari manusia tak berdosa melayang. Selamatkanlah mereka dari tangan-tangan para penjahat yang tidak memperdulikan nyawa ini."

Doa itu meluncur dari mulut Primo tanpa sadar, ia mengkhawatirkan nasib dari penduduk tak berdosa.
Sebuah jawaban meluncur dari langit, dimulai dengan satu tetesan air dan disertai oleh petir yang memang dipanggil oleh zach untuk mengalir di tombaknya. Turunlah hujan membasahi satu kota benteng tersebut.

Manusia-manusia yang tadinya lalu lalang menepi, semakin lebat hujan yang turun semakin sepi jalanan. Primo mengeluarkan nafas lega, tetapi pertempuran di ujung jalan tersebut tidak mereda.

Gadis itu lincah dan bergerak seperti seorang pedansa, Zach sendiri memberikan perlawanan yang tidak terlalu berarti. Senyum di wajahnya menandakan bahwa Zach sangat yakin akan kemenangan dirinya.

Primo adalah seorang petarung dan baginya yang pemain anggar, memberikan pertarungan setengah hati saat kedua lawan saling bertarung adalah hal yang paling dibencinya. Senyuman itu adalah hal yang menjijikkan.

Tetapi apa yang bisa ia lakukan melawan mereka yang terbiasa dengan pertarungan?

Sekali lagi gadis itu menerjang cepat  memutari lawannya, tanpa melihat Zach hanya tersenyum saat tebasan sang gadis dari arah punggungnya menghasilkan bunyi hantaman, Gadis itu menghantam udara padat sekali lagi.

Tetapi kali ini sang gadis sudah mengerti apa yang terjadi alih-alih memundurkan diri menggunakan belati tersebut untuk memanjat udara padat itu, berjumpalitan, dan menendang kepala Zach dari belakang tubuhnya.

Pria itu jatuh terjerembap dan akhirnya berhenti setelah tanduknya tertancap di tanah menghentikan Lajunya.

Zach berdiri, senyumnya telah pudar, Primo yang melihat kedua pertarungan tersebut merasakan kekesalan yang menguar dari antara mereka berdua.

Zach mengangkat tangannya ke udara, sebuah guntur menggelegar bersamaan dengan gerakan tersebut dua puluh meter  berdiri di atas mereka empat buah bilah petir ungu melayang dan mengeluarkan gemercik listrik yang sangat kencang, tapi keempat bilah itu tidak bergerak.

Zach menerjang, untuk pertama kalinya Primo baru menyadari, kali ini Zach yang memulai serangan. Tombak ungunya membelah udara saat ia hendak menusuk sang gadis, satu gerakan menyamping cukup untuk sang gadis menghindari tombak tersebut.

Seakan memancingnya dengan sengaja, begitu sang gadis maju sebuah bilah listrik yang melayang bergerak memotong jarak di antara mereka.

Bilah tersebut masuk ke dalam menyerap masuk ke tubuh sang gadis. Seperti sebuah sengatan tanpa henti, tubuh gadis itu mengejang-ngejang.

Zach melompat mundur, satu bilah petir kembali menghantam sang gadis.

Zach menyampirkan tombaknya ke punggung, Petir ketiga menyerang sang gadis.

Zach menarik lengan kirinya ke kanan.Sesuatu, yang tidak terlihat berbentuk di atas tangannya, Primo mengetahuinya dari air hujan yang tertampias dan memercik ke segalah arah. Benda yang tak terlihat itu berbentuk bulat dan berputar dengan kecepatan tinggi. Di saat yang sama Lulu tersambar bilah petih yang terakhir.

Suara desiran angin mulai terdengar nyaring, Primo menyadari suara itu berasal dari piringan tak terlihat itu.

Mengayunkan lengannya, Suara desiran itu semakin nyaring. Zach melempar piringan itu ke arah sang gadis. Entah keberuntungan apa yang dimiliki sang gadis, kejang-kejangnya berhenti dan ia terjatuh menyamping, tapi piringan tersebut tidak sepenuhnya meleset. Lengan kiri sang gadis yang mengayun naik terpotong secara halus.

Kuping Primo menyiapkan dirinya untuk mendengar sebuah teriakan memilukan tetapi suara tersebut tidak terdengar. Hanya suara teriakan tertahan dari gadis yang kejang-kejang lebih seperti orang yang terdengar kumur, seluruh ototnya tidak mampu untuk menyelesaikan tugas yang diinginkan otaknya, berteriak atas rasa sakit hilangnya sebuah lengan.

Zach berjalan santai menuju tubuh sang gadis yang kejang-kejangnya mulai menghilang, Primo masih mendengarkan sedu-sedan sang gadis.

"Terimalah tombak ini, aku tidak ingin melihatmu lebih tersiksa dari ini."

Zach mengangkat tangannya, hendak mengambil tombak ungu yang tersampir di punggungnya, saat ia sudah memegang tongkat itu sepenuhnya barulah ia sadar sesuatu yang aneh terjadi. Titik-titik air hujan di sekitarnya tidak terjatuh ke tanah, seakan  waktu berhenti, semua air hujan itu mengambang setelah berada di dekatnya.

Terpananya Zach membuat ia tidak memperhatikan bahwa gadis di bawah itu tengah menjulurkan tangannya ke arah Zach. Seketika itu, semua air hujan berkumpul di tubuhgnya melingkupi tubuhnya dan membuatnya melayang.

Ia tidak bisa bernafas, mulutnya termegap-megap sampai ia akhirnya tersadar bahwa yang menenggelamkannya adalah sang gadis.

Bagaikan mengharpun ikan, Zach sekuat tenaga melemparkan tombak itu kepada sang gadis, tetapi kekuatannya lemparannya melambat di dalam air sehingga saat tombak itu meluncur keluar, Tombak itu hanya menancap kepada paha sang gadis.



Primo salut kepada sang gadis yang tidak menghiraukan rasa sakitnya dan terus menenggelamkan Zach. Saat wajah Zach akhirnya membiru dan melayang tanpa pergerakan di dalam air, tubuh dan tombaknya menghilang. Menyisakan Gadis itu menangis tersedu-sedu semua rasa sakit yang sebelumnya ditahan meningkat ketika adrenalin mereda.

Tertatih-tatih Primo berjalan mendekati sang gadis. Ia tahu jika sang gadis juga menenggelamkannya ia tidak mungkin melawan. Langkah kakinya membawanya lebih dekat ke gadis kecil tersebut yang masih menangis kesakitan.

Mengingat bahwa salah satu kemampuannya yang dijelaskan oleh Metatron bahwa ia mampu memberkati dan mengutuk segala hal, hatinya yang tidak tegaan menyuruhnya untuk menolong gadis itu.

"Terberkatilah kau nak, atas perjuangan untuk bertahan hidup yang baru saja kau lakukan, tidak seharusnya kau dikalahkan oleh rasa sakit setelah menang dari buas yang baru saja menyiksamu"

Berkat Primo melayang, tangisan gadis tersebut mereda tapi tidak sepenuhnya berhenti.Primo menggapai gadis itu tetapi ia disambut oleh belati yang melintang di depannya.

Gadis itu, masih mengancam Primo wajahnya masih menunjukkan perlawanan tetapi isak tangisnya tetap tidak berhenti.

"Nona, untuk saat ini kau bahkan tidak bisa melawan apalagi melukaiku, dan demi Tuhan. Aku hanya ingin membawa dirimu ke tempat dimana petarung lain tidak menemukan kita berdua, setidaknya sampai lukamu dan diriku bisa sembuh."

Belati itu masih melintang, tetapi hanya bergerak sesuai dengan gerakan tangan gemetar milik sang gadis.

Perlahan Primo menjulurkan kedua tangannya dan meraih kepalan sang gadis. Ia tidak melawan, ia hanya memperhatikan gerakan Primo dengan mata yang seakan hendak membunuh siapapun yang menyentuhnya.

Primo menggenggam kepalan sang gadis, tangan kirinya menarik pinggang sang gadis untuk menarik dia berdiri.

Kedua sosok itu berjalan pincang dan perlahan mencari gubuk terdekat agar mereka tidak kebasahan oleh hujan deras ini.

*             *             *

Primo menjatuhkan sang gadis di sebuah tumpukan jerami, mereka berdua mendapatkan tempat beristirahat sebuah istal terbuka, setidaknya istal tersebut memiliki atap.

Setelah menempatkan sang gadis dengan nyaman Primo mencari tempat sendiri dimana ia bisa bersandar, punggung dan rusuknya sudah tidak merasakan sakit asalkan ia tidak menarik nafas terlalu dalam.

"Lulu…"

Suara gadis itu terdengar sangat pelan tetapi mendengar suara itu Primo senang gadis itu menghentikan sesunggukannya.

"Maaf?"

"Kau bisa memanggilku Lulu, setidaknya itu nama orang yang telah kau selamatkan. Kenapa kau tidak mengakhiri penderitaanku saja?"

"Sebagai katolik taat aku tidak mungkin membunuh manusia yang tidak mungkin melawan!"

"Agamamu?" Suara Lulu masih terdengar lemah tetapi setidaknya cukup

Primo sadar, mereka berdua berasal dari dunia berbeda, mungkin kata katolik sendiri adalah baru pertama kali didengar oleh Lulu.

"Iya, kau bisa bilang seperti itu?"

"Apakah gunanya agama? Kalau si Pria merah bertanduk tadi jelas-jelas mengatakan kalau dia adalah pencipta kita semua?"

"Entah darimana Thurkey mengatakan bahwa dia menciptakanku, tetapi aku sendiri adalah sosok yang dan masih mengingat detik pertama saat aku diciptakan nona, dan pastinya bukan oleh Dewa pagan berwarna merah itu"

"Kau mengetahui siapa yang menciptakanmu?"

"Aku tahu, dan itu alasan utama aku akan berusaha untuk selamat dari permainan ini. untuk kembali bersama Dia, kembali dalam lingkupan kasih-Nya dan menyembah-Nya tiap hari."

Mendengar kata itu, kata 'kasih' adalah kata yang paling tidak nyata bagi Lulu, dia seumur hidup mencari 'kasih', kasih sayang dari ibunya, untuk setidaknya menyadari bahwa dia ada untuk setidaknya satu belaian di balik rambutnya untuk setidaknya satu kecupan sebelum tidur.

Primo terkejut melihat gadis itu memaksakan dirinya untuk berdiri. Gadis itu berjalan tertatih-tatih ke arahnya.

"Nona Lulu, kau belum ku…"

"DIAM!"

Dibentak oleh sang gadis Primo segera menghentikan omongannya, Lulu masih tetap melangkahkan kakinya mendekati Primo.

"Kau pikir karena kau menerima yang namanya 'kasih' kau lebih baik dari diriku?"

Lulu kembali menodongkan pisaunya kepada Primo. Primo baru sadar ia mengatakan sesuatu yang salah, sesuatu yang menyinggung Lulu.

"Aku akan membuktikan kepadamu kalau kau tidak lebih baik daripadaku!"

Ayunan lengan dari Lulu memaksa Primo untuk menutup mata, Reaksi dari tidak bisa melakukan sesuatu yang untuk mengubah situasinya.

Tetapi alih-alih tusukan pisau ke wajahnya ia merasakan sesuatu menyentuh dadanya. Lalu basah, seluruh tubuhnya basah oleh sesuatu yang lengket.
Primo membuka matanya, yang jatuh di dadanya adalah tubuh Lulu, dan yang membasahi di seluruh tubuhnya adalah darah.

"A—apa yang kau lakukan nona Lulu?"

Lulu telah menusuk dadanya sendiri, dan kini ia menatap ke pada Primo, di atas paha Primo dengan mata seperti orang yang telah meraih kemenangan.

"Aku… tidak bisa membunuh orang yang tak melawan? Heh, prinsip anehmu sepertinya menarik untuk dijalankan? Akankah aku mendapat 'kasih' dari penciptamu juga?"

Mendengar kalimat tersebut, Primo merasa sedih, ia tahu satu hal, bahwa dua tindakan yang baru saja dilakukan oleh Lulu tidak mungkin membuatnya masuk ke surga.

Dan ia tidak ingin Lulu untuk menderita dibawah kendali Leviathan, Iblis atas rasa iri.

Primo memegang wajah Lulu,sebelum nyawa dari Lulu melayang dan ia menghilang. ia harus melakukan ini.

"Nona muda Lulu, kau adalah gadis muda yang kurang beruntung, hidupmu yang tidak pernah dikasihi orang lain membuat dirimu merasakan iri atas terpenuhnya rohani orang lain. Menuntunmu kepada kekerasan ke diri sendiri, bunuh diri. Atas dosa-dosamu ini. Aku… Menulah... Jiwamu!"



Sebuah teriakan pelan dan samar, hampir tidak terdengar oleh siapapun kecuali Primo. Jiwa yang tertarik keluar bersamaan dengan nafas terakhir.

Tubuh Lulu menghilang persis seperti Zach, tetapi yang di tangan Primo adalah bola Jiwa Lulu, sejak ingatannya dibuka oleh Metatron ia mengetahui bahwa dirinya mampu melakukan ini. dan ia tahu, begitu ia menyerap jiwa tertulah itu. segala kepedihan, segala takdir, segala perasaaan yang membuat sang tertulah melakukan dosa. ia akan mengerti tentangnya.

Primo menggenggam erat bola jiwa itu hingga pecah. Bilur-bilur hitam meruah dari genggaman Primo tapi dengan segera menyerap ke dalam kulitnya sendiri.

Tidak ada yang mencintaiku, aku bukanlah putri Chronoss, Bahkan sepertinya aku adalah anak Haram Ibuku. Ia melahirkanku dan mengandangiku di tempat yang namanya Istana itu!

Hati terenyuh, bukan hanya karena Primo simpati akan teriakan Jiwa Lulu, tapi dia sendiri merasakan penderitaan Lulu seumur hidupnya secara Instan. Kesedihan, kemarahan dan rasa iri yang baru saja ia rasakan mengenai 'kasih'

"Hosh hosh hosh"

Nafasnya memburu ini pertama kalinya ia menyerap jiwa seseorang. Dan pertama kalinya ia tahu bagaimana rasanya kehidupan tanpa kasih. Ia dibesarkan oleh orang tua penyayang dalam lingkungan bangsawan. Perasaan yang didapat dari Lulu barusan mengajarkan hal yang baru baginya.

Gemuruh guntur terdengar dari langit, tapi saat guntur itu men ghilang, Primo tersadar suara dentingan-dentingan besi menjadi lebih nyaring.

Dua petarung lainnya pasti sedang mempertaruhkan nyawanya. Saatnya sudah tiba, setidaknya dia harus berada di tempat itu melihat siapa yang akan menjadi lawan terakhirnya.

*             *             *

Saat Primo sampai ke lokasi ia tidak melihat pertarungan ia hanya melihat seorang pria, dengan baju kain dan juga simpul rambut, orang yang sama yang mementalkan Zach ke arah Lulu dan menyelamatkan hidup Primo.

Tetapi orang itu tidak bergerak atau sengaja tidak mengacuhkan Primo, matanya bergerak liar kesana kemari tubuhnya berputar-putar selalu seakan siaga untuk serangan dari manapun.

Hal yang diharapkan terjadi dari sebuah atap bangunan batu, seorang wanita meloncat menerjang ke arah Rambut Simpul. Saat rambut simpul bersiap menghadapinya Kelebatan yang sama datang dari sisi lain.

Si rambut simpul mengambil kuda-kuda dan bersiap menebas Wanita yang menerjang dari udara, tetapi wanita yang menyerang dari belakang menarik lengannya, Secara ajaib kedua pedang asia yang dipegangnya melebar dan terlempar ke samping. Rambut simpul kini tidak memiliki pertahanan.

Bilah pedang yang terbuat dari cahaya tercipta di tangan wanita yang di udara. tetapi dengan sekali tubuh wanita itu menghilang. Rambut simpul baru saja membuat pedang penebas kuda dan menebaskan pedangnya ke arah wanita yang di udara.

Tebasan itu begitu lebar, sehingga rambut simpul berputar dan menghantamkan sisi datar pedang itu kepada wanita satu lagi.

Pedang cahaya putih terbentuk, menahan gerakan tersebut. Kekuatan rambut simpul dan beratnya pedang itu membuat si Wanita bertopeng tergerak mundur hingga punggungnya menyentuh tembok bangunan di belakang.

Pedang cahayanya menghilang, dan kini wanita itu menahan pedang itu dengan kedua lengan bawahnya.

Detik berikutnya, di samping sang wanita muncul satu tubuh yang sama yang ikut menahan pedang itu, tetapi tangan dari sang tubuh baru bergerak di sekitar pedang. Primo tidak bisa melihat jelas apa yang sebenarnya dilakukan tubuh wanita yang baru tersebut.

Sebuah tinju melayang dari sang wanita kepada wajah rambut simpul, tubuh pria itu mundur beberapa langkah. Belum begitu jauh, kedua wanita identik segera menarik tangan mereka, seperti sihir, pedang pemotong kuda itu runtuh berantakan.

"Orb-ku!" Teriak rambut simpul sembari meloncat mundur, hanya memegang dasar dari pedang pemotong kuda itu dan sedikit bilah yang tersisa. "Kau dan benang terkutukmu!"

Benang? Primo akhirnya menyadari bahwa gerakan sang wanita yang melontarkan kedua pedang asia dan juga meruntuhkan mata pedang pemotong kuda itu adalah tarikan dari sebuah ikatan benang. Benang yang begitu kuat.

Wanita pertama berputar mengelingi si rambut simpul, sebilah pedang cahaya tercipta, begitu juga wanita tiruan, dari tangannya bilah yang sama juga tercipta.

Dengan kecepatan yang sangat mengagumkan bagi Primo sekali lagi keduanya menyerang bersamaan ke arah rambut simpul.

Sebuah Teriakan terdengar jelas.

Entah dengan kecepatan ataupun keberuntungan seperti nabi, Yang terjadi di depan mata Primo adalah pemandangan yang menyakitkan.

Sebuah rapier menembus dada wanita yang satu, tubuh punggung rambut simpul tertebas oleh pedang cahaya dari wanita di belakangnya, ia memilih satu tubuh untuk diserang. dan rambut simpul benar. Sekejap kemudian wanita yang menebas punggungnya menghilang dan wanita yang melayang di udara karena tusukan rapier itu mengangkat tangannya yang memegang pedang cahaya.



Gerakan rambut simpul lebih cepat, pedang hancur pemotong kuda yang  dipegang di tangan kanannya menebas tubuh atas sang wanita, membuat tubuhnya terbelah dua dan teronggok di jalanan.

Sadis, hari ini Primo telah dua kali melihat potongan tubuh manusia terpotong begitu saja. Dan kali ini yang dia lihat melebihi sebelumnya, yang sebelumnya dianggap oleh Primo adalah wanita, ternyata seorang pria. Potongan tubuhnya yang dari bahu kanan hingga ketiak kiri terjatuh menghadap Primo. Sekarang ia bisa melihat bahwa adanya jakun dan wajah dibalik topeng itu masih memiliki fitur pria.

Hanya beberapa detik sebelum semua tubuh sang wanita akhirnya menghilang bagaikan asap. Dan si rambut Simpul, ia masih tidak terluka dibalik robekan kain atasannya terlihat kilatan zirah besi, sekarang Primo mengerti kenapa ia berani untuk tidak menghiraukan penebas yang berada di belakangnya.

Primo berjalan perlahan ke arah rambut simpul.

"Sepertinya, Tuan… hanya kita berdua yang tersisa di tempat ini!"

Kalimat Primo itu disambut oleh keheningan, butuh beberapa waktu lamanya bagi rambut simpul yang telah siaga dengan panggilan sapaan Primo untuk menjawab kalimat tersebut. Sebelumnya yang menyambut Primo hanyalah suara tetesan hujan dan pandangan penuh kecurigaan.

"Kau tidak menyerangku?"

"Aku adalah Primo, Anak dari bangsawan Trovare. Akan sangat menodai keluargaku jika aku harus menyerang orang yang tidak melawan!"

"Maksudmu, aku tidak sanggup melawanmu? Kau meremehkanku Primo!"

"Bukan, bukan itu maksudku tuan, hanya saja aku hanya ingin bertarung secara jujur, bukan mengendap-endap ataupun serangan tiba-tiba"

Sebuah senyum terpampang di wajah rambut simpul, senyuman itu bukanlah senyuman yang menunjukkan kelegaan tetapi senyuman orang yang menemukan sebuah tantangan berharga.

"Baiklah Primo, Namaku Petra Arcadia Komandan Timur dari kerajaan Dragonia. Akan melawanmu secara terhormat… Begitukah maumu?"

"Terima kasih Tuan Petra, tantangan duel seperti itu akan mengangkat rasa bersalahku untuk mengambil nyawa seseorang!"

Kedua manusia itu saling memberikan tatapan tidak akan kalah, semangat yang keluar dari mereka seakan ditakdirkan untuk ketemu.

Setidaknya itu untuk Primo, di depannya adalah seorang petarung pedang mumpuni yang kebetulan saat ini satu-satunya senjata yang tersisa adalah rapier yang dipegangnya.

"Kau memiliki senjata Primo?"

"Sekarang tidak, Tapi…" Primo menengadahkan kepalanya ke langit …

Tinggalkan aku bapak, karena untuk sementara aku akan melakukan dosa!

"Kau adalah manusia Sadis, tidak berprikemanusiaan dan juga respek terhadap nyawa manusia!"

"HEI? APA-APAAN ITU?"

"Maafkan bahasaku, tapi itu satu-satunya cara yang melintas di pikiranku untuk memanggil senjataku."

Di dalam tubuh Primo, Primo melakukan pemanggilan kepada jiwa tertulah Lulu yang tersembunyi di tubuhnya.

Jiwa itu bergerak dari tengah-tengah dada menuju ke tangan kirinya.  Primo mengangkat genggamannya ke depan dadanya, ia menegakkan jari telunjuknya, bagaikan pedang sinar, Jari telunjuk itu mengeluarkan aura hitam. Pada akhirnya membentuk sebuah jari raksasa sepanjang 1 meter.

"Kita akan berduel rapier bukan?"

Mengikuti pose yang diperlihatkan oleh Primo, Petra juga menegakkan rapiernya di depan tubuhnya.



Tanpa aba-aba dari siapapun, hanyalah kesiapan mental berdua, masing-masing dari mereka berteriak "En Garde!" kepada musuhnya.

Langkah kaki pertama mendekatkan kedua tubuh mereka untuk saling mendekat, Petra yang tentu saja lebih cepat, telah menargetkan dada atas Primo. Jika Untungnya tebasan Primo membuang tusukan tersebut.

Meneruskan tebasannya Primo mengincar bahu kiri Petra, tetapi baru pertama kali ini Petra melihat musuh yang menghindari tusukan rapier (Sentuhan Terkutuk) dengan cara memiringkan tubuh untuk menghindar alih-alih menyapu pedang lawan.

Primo mungkin adalaah peduel yang tangguh di masanya, tetapi yang dia lawan selama ini hanyalah sesama bangsaawan, tetapi Petra berbeda ia telah ditempa oleh seringnya pertarungan hidup dan mati. Pengalaman mereka berdua yang berbeda ini telah menentukan jalurnya pertarungan ini.

Kedua Pria tersebut meloncat mundur, Primo meloncat mundur untuk menghilang rasa nyeri beberapa sabetan yang menggores pakaian dan tubuhnya. Sedangkan Petra terlompat mundur untuk menghilangkan rasa kaget, tubuhnya baru saja tergores pertama kali dengan jari itu. menghindari efek sihir apapun yang terjadi ia meloncat mundur.

"Kau puas dengan caramu ini hah?" sebuah bayangan melintas di kepala mereka berdua, seorang Ibu yang berteriak menangis memegangi mayat anaknya.

Petra sadar itu adalah pertama kalinya ia melakukan pembunuhan atas perintah kerajaan Dragonia seorang bawahannya yang terbukti menjual rahasia kerajaannya kepada lawan. Seorang mata-mata.

"Kau baru saja memisahkan seorang anak dengan ibunya!" bayangan itu menghilang.

Primo yang akhirnya mengerti cara kerja Sentuhan Terkutuk ini tersenyum. Hal ini bisa digunakan olehnya.

"Kemangan duel rapier ditentukan bukan olehkemahiran peduelnya. tetapi suasana hati sang  peduel, lakukan umpatan, serang hatinya dengan bibirmu sebelum kau menusuk hatinya dengan rapier-mu" itu adalah pesan guru anggarnya kepada Primo.

"Jadi kau adalah seorang pembunuh, Tuan Petra?" 

Petra tersadar, ia menggelengkan kepalanya sembari bersiap menyerang.

"Anak itu adalah mata-mata kerajaan Azure, dan hukuman matinya adalah bukti ketidak setiaannya kepada negara!"

Itu jawaban yang dilontarkan oleh mulut Petra,  tetapi Primo melihat jelas di wajah sang musuh bahwa Petra meragu akan jawabannya.

Keraguan dan kegundahan yang sama yang menyebabkan Sentuhan Terkutuk menusuk ke perutnya. Seharusnya  Zirah besinya menghalangi tusukan tersebut, tapi Sentuhan Terkutuk tidak pernah berniat untuk meninggalkan luka fisik hanya membangkitkan dosa yang paling dibenci oleh korbannya.

"Tuan, ampunilah kami, Kami menyerah!"

Pasukan Azurian telah terpukul mundur, dan benteng Dragonia telah direbut kembali, serangan dua arah ini membuat pasukan Azurian tidak bisa mundur ke garis pertahanan mereka.

"Maaf, Yang Mulia Raja Dragonia tidak menerima tawanan perang dari pasukan biasa!" Petra meninggalkan kumpulan prajurit itu sementara semua prajurit bawahannya menusukkan tombak mereka kepada semua prajurit Azurian itu.

"Terkutuklah engkau wahai pembunuh, atas perintahmu, atas abdimu kepada hal menyedihkan bernama perang, ratusan  anak-anak telah dipisahkan dari orang tuanya, ratusan nyawa telah melayang." Kutukan Primo terucap tidak ada yang terjadi tetapi kalimat barusan membawa kesedihan mendalam di hati Petra.

"Negaraku sedang berperang! Mereka adalah korban perang tidak lebih!"

"Itukah yang dikatakan hatimu?" Primo mempertanyakan kembali sebelum menerjang maju ke arah Petra.

Hatinya yang memberat membuat reaksinya melambat, tidak sampai lima pertukaran tusukan dan sapuan Sentuhan Terkutuk kini masuk ke lehernya. Primo sudah menguasai pertarungan ini.

"earrggh!"

Petra menebaskan pedang Asianya kepada petani yang menyerangnya dengan garpu sawah, ia lakukan itu terpaksa karena rekannya hampir terbunuh.

"Mereka pantas mendapatkanya dasar penjarah kerajaan!" rekan tugas awalnya meludahi mayat yang terpotong itu.

Itu adalah tugas pertama Petra bagi Dragonia memeriksa inventoris para petani pinggir kota, tempat kargo kerajaan terakhir kali dijarah. Setelah inspeksi menyeluruh barulah Petra menyadari, bahwa petani tersebut marah bukan karena ia menyembunyikan sesuatu, tapi karena dibelakangnya rekannya merampok kalung keluarga yang dipakai putri petani.

"Jadi itu pembunuhan paling pertamamu, manusia hina?"

Petra jatuh bertelut kalimat terakhir Primo mengenainya, Puluhan atau Ratusan kilasan terlintas di ingatannya. Ia tidak ingin mengambil nyawa-nyawa itu, baik yang bersalah maupun tidak. Tetapi rasa cintanya kepada kerajaan dan tanah airnya membuat ia buta. Ia meyakini jika Dragonia lebih makmur, lebih terjamin kekerasan akan mereda dan penduduk akan senang. tapi semua kilasan itu menyatkan sebaliknya.

Ia adalah komandan Timur yang kejam, walaupun ia sendiri makin membebal seiring waktu kini ia sadari ia menjadi sekejam bawahannya dan juga atasannya. Padahal awal mula ia berencana masuk ke militer bukanlah ini, ia hanya ingin bertemu dan melawan orang-orang kuat.

Rapiernya terlepas di tangan dan kembali menjadi sebuah bola kecil yang terbang melingkarinya.

"Haus akan rasa pertarunganmu, semangatmu kau menjadi prajurit dalam kesatuan Dragonia…" Primo melangkah maju mendekati Petra, ia tahu hancurnya hati Petra tidak akan membuatnya bergerak melawan. Ia mengumpulkan segala pengetahuan tentang dosa musuh yang ia dapatkan dari Sentuhan Terkutuk.

"Kau, yang melayani keinginan daging mencari kematian, justru membawakan kematian kepada banyak nyawa." Satu langkah mendekat.

"Memisahkan orang tua dengan anak, Suami dengan istri, seseorang dengan kawannya, kau menghilangkan nyawa mereka atas nama 'Pengabdian'!" Primo sudah berdiri di depan Petra, kata-kata itu semakin membuat Petra tidak bisa bergerak ia benar-benar merasa tidak pantas hidup.

"Kuterima pengakuan dosamu, nak! Kehidupanmu yang terlalu mengejar ketegangan membawamu melakukan kekerasan hingga menjadikan seorang pembunuh ratusan hidup. Atas dosa-dosamu ini, Aku… Menulah… Jiwamu!" Primo menempatkan tanganya ke atas Petra.

Bilur-bilur hitam tertarik dari kaki naik ke seluruh tubuh hingga menjadi aura hitam dan keluar dari mata dan kuping Petra.

Tubuhnya menghilang, tetapi di tangan Primo sebuah Jiwa tertulah terbentuk lagi. Tetapi berbeda dengan Jiwa Lulu yang memang ingin diselamatkan Primo dari siksaan neraka dan juga kendali Leviathan Iblis dari benci.

"Atas kejahatan kekerasan dan amarahmu, biarlah kau tersiksa dibawah kendali Amon, sang Satan Kemarahan!"

Primo melemparkan Jiwa tertulah itu jauh dari dirinya. Bola itu pecah dan aura hitamnya masuk ke dalam tanah.

"Your soul… Despise… Me!"

Tubuh Primo Menghilang dari tanah Ridema membawanya kembali ke Devasche Vadhi.

-END of Round 1-

28 comments:

  1. Sekarang beneran baru ngerti aplikasi kemampuan Primo
    Cmiiw, Primo ini jadi nonton dua kali pertarungan orang ya? Terus, sekarang dia jadi ngewarisin jiwa Lulu ato gimana?

    7/10

    ReplyDelete
  2. Jiwa lulu hanya menjadi kayak kekuatan di dalam tubuh yang kalau dipanggil berubah jadi Sentuhan Terkutuk. Lv 2 Fallen Touch.

    makasih sudah mampir :3

    ReplyDelete
  3. Anonymous7/4/14 13:54

    Cerita dan karakternya asyik, tetapi terlalu banyak masalah teknis yang membuat cerita ini kurang nyaman dibaca.

    Mungkin lain kali lebih baik rapikan ceritanya dulu sebelum dikirim.

    7/10 (originally 8, sayang kurang rapi.)

    -Ivon

    ReplyDelete
    Replies
    1. You know me, i never Proofread my Writing

      #alasanapaini?

      Makasih telah mampir!

      Delete
  4. Moi suka karakter Primo yang well-developed, strong, and when moi read it, moi said "Oh oui, this is so Primo." Cuma, moi setuju ama Madamoiselle Ivon kalo kurang rapi tapi sebenarnya moi tidak terlalu mempermasalahkannya. But still, moi expect more from monsieur Ivan. Moi kasih 7.

    Kalo moi dianulir lagi kali ini, moi mau ngambek and baca canon yang lainnya X(
    #DigamparAdmin

    ReplyDelete
  5. Entah kenapa, kesamaan Sil sama Primo dalam mencari dosa bikin umi penasaran sama ceritanya Primo..

    --------------------Le kritik starts Here ------------------------

    1. ini emang sengaja ya kak " untuk setidaknya menyadari bahwa dia ada untuk setidaknya satu belaian di balik rambutnya untuk setidaknya satu kecupan sebelum tidur." tanpa koma antara tiap kata untuk?

    2. typo kak -> menyatkan, lulu yang muncul di pace 1,

    ----------------------------------------------le critics ends---------------------------------

    --------------------------------------le confusing word starts here -----

    - jadi umi bingung dan umi cuma mau mastiin aja, Primo itu bunuh Petra karena murni nurutin perintah Thurqk? atau ada alasan lain?

    - ga ada penjelasan ya kak Realms yang dipake realms-nya siapa? (apa umi kelewat ya? perasaan pas baca ga ada nge-skip sih :/)
    ---------------------------------le confusing words end--------------------------------------

    uaaaaaaa... umi suka gaya bahasa yang dirimu pake disini. rasanya, bikin umi ngerasa umi pindah ke abad pertengahan. dan itu sangat menyenangkan sekali..

    Sankyuuu kak Ivan :D

    nilainya 8/10

    ReplyDelete
  6. Err ... kenapa tidak diedit dulu biar lebih enak dibacanya? Ada banyak struktur cerita yang—karena belum diedit—jadi mengganggu kenyamanan dalam membaca. Dan oh, ada juga blunder semisal nama Lulu diketahui lebih dulu dan disebutkan dalam narasi, sewaktu gadis itu belum memperkenalkan diri. Yaitu dalam pertarungan melawan Zach: —Di saat yang sama Lulu tersambar bilah petih yang terakhir—
    Lalu ada juga bagian saat si Sigra yang tadinya dinarasikan sebagai wanita ternyata ketahuan sebagai seorang pria, tetapi pada paragraf selanjutnya malah kembali dinarasikan sebagai wanita.

    Oh, dan cerita ini ada fanservice-nya juga? Oh my oh my (w’A’)w

    Eniwei, baru setelah membaca ini saya bisa terbayang tentang bagaimana kekuatan Primo diaplikasikan kepada seseorang. Tapi saya belum melihat bagaimana pemberkatan/pengutukan kepada benda mati berefek. Apakah sama seperti saat dia berdoa memohon hujan? Dan kalau di cerita ini, berarti si Primo akan menempuh rute divine pertama sehingga tidak bisa memberikan kutukan?

    Dan saya tidak menemukan beberapa hal tentang Primo di char sheet seperti apa yang ada di cerita ini. Semisal, kemampuannya menyimpan jiwa seseorang di dalam tubuhnya, yang berimbas pada terasanya ingatan/penderitaan si jiwa oleh Primo. Lalu ada juga kemampuan memunculkan pedang aura jari dari jiwa. Serta teknik “Sentuhan Kutukan” yang mampu membangkitkan memori dosa terkelam dari korbannya. Sepertinya skill kutukan/pemberkatan yang ada di char sheet kurang mendetail.

    Masuk ke karakterisasi OC lain, hmm ... saya suka pas bagian terbangkitnya memori kelam si Lulu dan Petra (sekalipun saya protes kalau teknik itu belum tercantum di char sheet). Sayangnya, dua korban lain (Sigra dan Zach) tidak kebagian pemberkatan/pengutukan dari Primo. Dan saya baru tahu kalau mayat peserta ternyata menghilang setelah mati. Si Thurqk dan Hvyt tidak menjelaskan itu.

    Karena masih banyak kekurangan dari kisah ini, yang cukup mengganggu kenyamanan, ditambah adanya sejumlah misteri dalam aplikasi teknik si Primo, maka biarpun sebenarnya saya cukup tertarik dengan ceritanya namun saya hanya bisa memberikan 6.0

    Singkatnya, ini bagus tapi belum cukup menghibur saya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Btw, ayo Primo panggil YHWH untuk berperang melawan "Tuhan Palsu" Thurqkey! \(o_o)/

      Delete
  7. Banyak unsur mistis yang rumit di sini kayaknya ya, tapi keren. Narasinya terkesan noble, sesuai sama karakter Primo yang sopan dan pake bahasa baku. Jadi dapet pencerahan lebih tentang kemampuannya yang ditulis di charsheet. Kasih nilai 8~

    ReplyDelete
  8. *le gasp* O_O

    Astaga Zach! Kamu ngapain main nyosor anak gadis di bawah umur gitu! KAMU BISA MASUK PENJARA!! :)) *le guncang2 badan Zach* *ngakak kejer*

    Akhirnya saya mengerti kamu Primo!

    Ternyata Primo itu benar-benar orang baik toh. Saya kira karena dia penjelmaan dari Lucifer, Primo bakalan lebih agresif dari ini juga bisa lebih galak. Saya kira dia bakalan marah besar kalau dibilang sok suci, mungkin efeknya beda kalau yang bilang itu perempuan? (Lulu) Hm hm... wah, Primo di sini bener-bener gentelman deh pokoknya, beda di cerita saya yang sifatnya villain abis, cocky bastard deh tipenya :)) Dan saya miss banget konsep bless dan curse-nya si Primo, tapi sudahlah ohoho...

    *merasa gagal diri ini*

    Battle-nya enak diikuti, deskripsi singkat dan jelas (yang mana saya nggak pernah bisa hahaha orz...)Hm... melihat komentar lain yang bilang kurang rapi, saya nggak sadar ada di mana. Pokoknya bagus ‘v’d saya sukaaaaa <3

    Oh iya ada sedikit eror di awal-awal. Ada deskripsi Primo ketemu Quin kan? Awalnya dideskripsikan sebagai seorang wanita, tapi paragraf selanjutnya ditulis pria.

    Nilai: 8/10 ~

    Naer~

    ReplyDelete
  9. Primo..........
    battle-nya kurang berkesan....
    atau karena memang karakter Primo yang laid back makanya battlenya jadi nggak greget?
    walaupun, konsepnya masih keren :3

    8/10

    ReplyDelete
  10. akhirnya saya ngerti juga kemampuan primo, ternyata lebih ke psikologi attack ya.

    cerita ini butuh tag tragedy, lol.

    yang saya gak seneng, di cerita ini kebanyakan pakai nama ganti ketiga di awal cerita kayak pria itu, wanita itu, jadi bikin bingung siapa yang nyerang ataupun diserang.

    poin lainnya, cerita ini cukup straightforward dan bisa dibilang plotnya lurus banget jadi enak bacanya tapi juga agak bosen karena gak ada urusan lain selain bertarung sampai mati.

    yang terakhir, ini pertama kalinya saya bisa nikmatin tulisan ivan, lol. soalnya dulu bahasa tulisannya agak berat buat saya yang suka light novel jadi sering bosen di pertengahan, tapi yang ini enak bacanya apalagi pertarungannya juga jelas penuturannya.

    8/10

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tuh kan, sering" baca campione ternyata emang ada efeknya #plak

      Delete
    2. wakaka, klo keseringan baca campione bukannya malah jadi harem nanti?

      Delete
  11. Hufff...

    Sesuatu sekali baca Primo ini.
    Saya suka story-nya. Saya suka battle-nya.
    Saya suka kebaikan Primo.
    Saya suka matinya Lulu yang tragis. Wwww

    Saya ngga ngerasa antara lulu dan Zach ada Fanservis. Biasa aja.


    Tapi :
    - Langkah-langkah kakinya yang lebih lambat dari pria tersebut membuatnya kehilangan jejak >> Pria atau wanita? Soalnya sebelumnya disebut wanita
    - "Sudah kuduga, kau adalah bagian dari permainan ini?" >> Pernyataan atau pertanyaan?
    - Turunlah hujan membasahi satu kota benteng tersebut >> Somehow saya ngga nyaman sama kalimat ini
    - Tetapi kali ini sang gadis sudah mengerti apa yang terjadi alih-alih memundurkan diri menggunakan belati tersebut untuk memanjat udara padat itu >> “tersebut” dan “itu”, bukannya maknanya sama?
    - Ayunan lengan dari Lulu memaksa Primo untuk menutup mata, Reaksi dari tidak bisa melakukan sesuatu yang untuk mengubah situasinya. >> ada 'yang' ada 'untuk'


    +8,5

    ReplyDelete
  12. #haiyhooo master~
    (づ。◕‿‿◕。)づ

    suasana bijaknya primo masup ke narasi, ,@_@
    aku bacanya sampai ikut emotionless~

    typo dan s.p.o.k nya lumayan bikin tersendat buat membaca iky setoorih~
    skillny primo itu berdoa lalu terjadi sesuatu yaa~ ,,begitu yg ku dpat setelah membaca~
    dam main memory~ wuooh, , O__O

    itu roh siapa yg dilempar ke Amon? kasian udah diterima tobatya, tp tetep aja mau disiksa lagi (≧◡≦)

    cukup dulu deh, , iyaahaha
    #Ampooooni saia master~ T..T

    aku titip 7/10 di mari
    (≧◡≦)

    ReplyDelete
  13. Soal penggunaan kata ganti ketiga aku ga masalah kok. Soalnya aku sendiri make itu di ceritaku. Karena menurutku nggak logis aja tiba2 narator udah tau namanya tanpa si karakter tersebut menyebut namanya sendiri.
    Kecuali narator menjelaskannya, kayak..
    [Namanya Petra, dia adalah komandan blablabla, dan dia sejak tadi blablabla] which is nggak cocok untuk bacaan remaja-dewasa. Itu lebih cocok ke cerita anak-anak, bukan?

    Tapi ada satu paragraf yang ngganjal.
    "Zach menarik lengan kirinya ke kanan.Sesuatu, yang tidak terlihat berbentuk di atas tangannya, Primo mengetahuinya dari air hujan yang tertampias dan memercik ke segalah arah. Benda yang tak terlihat itu berbentuk bulat dan berputar dengan kecepatan tinggi. Di saat yang sama Lulu tersambar bilah petih yang terakhir."

    Wait, kok narator udah manggil dia Lulu? Sementara di paragraf berikutnya tetep dinarasikan dengan "gadis itu"
    Proof read penting lho ya xD
    Oke review dimulai :

    Plot : Menurutku plot berjalan biasa saja, dengan lancar tanpa hambatan. Buat beberapa orang mungkin nilai plus, tapi nggak buatku yg suka plot ribet #plak
    Ini pendapat pribadi aja, ga usah terlalu dipikirkan.


    Karakter : Aku akui emang susah kok meng-karakterkan 5 OC sekaligus, istilahnya bang rendi : masuk ke sepatu mereka. Karakterisasi Primo, aku akui perlu diacungkan jempol. Aku suka sifatnya dia yang menghargai wanita, tapi aku rasa itu bakal jadi bumerang nantinya (apalagi ketemu Sjena). Lalu apa dia kehilangan ingatan atau semacamnya? Aku orangnya males baca charsheet, hehe.

    Untuk Lulu, aku suka karakternya yg berusaha kuat dan nggak ingin dikasihani walaupun sebenernya butuh kasih sayang #terharu
    Meski akhirnya dia bunuh diri karena 'nggak terima' Primo terlalu baik sama dia. Tapi itu bisa diterima buatku kok, dan aku cukup ngerasa sedih pas tau masa lalunya.

    Utk Petra, well aku kurang tau latar belakangnya, tapi aku rasa kejadian2 itu cukup berkaitan dengan masa lalunya. Dan aku rasa itu cukup logis dengan melihat jabatan Petra meski tanpa mengetahui cerita masa lalunya.

    Sayangnya 2 karakter lain kurang begitu tergali, tapi itu ga jadi masalah kok buatku.

    Battle : Sayang, Primo hanya bertarung di saat terakhir aja. Di awal2 dia nggak lebih sebagai penonton dan nggak ngelakuin apapun.
    Pas baca charsheet Primo pertama kali, aku sama sekali ga ada bayangan gimana narasiin skill2nya. Tapi setelah baca ini aku dapet pencerahan (sedikit, sebagian besar aku masih nggak ngerti cara kerja blessing/curse)
    Lalu untuk penggambaran adegan, aku rasa nggak ada masalah, semuanya mengalir dengan baik, cukup lurus dan jelas. Tapi pembaca kayak aku mengharapkan sesuatu yang lebih dari sekedar "pertarungan", mungkin sesuatu yg bisa meningkatkan tensi pembaca? Seperti timer di blok K, mungkin?

    Overall, cerita ini bagus, tapi aku harap bisa lebih bagus lagi. Kurangnya tantangan dalam membaca, joke, dan tensi pertarungan bikin aku kurang semangat. Mungkin Author bisa memperdalam diksi yang digunakan di cerita, mulai menggunakan majas utk mendramatisasi adegan (in a good way), dan juga menggiring pembaca ke punch line, entah itu punch line utk joke, puncak plot atau bahkan plot twist.

    Dariku 7.5/10

    ReplyDelete
  14. Alur : 2/3
    Errr.... Rasanya Primo bisa diakalin lagi gmana biar dia nggk pasif dlm crta, kcuali dia emg tipe pngamat para manusia >_<

    Penokohan : 2/3
    Dr crta ini sy plg ska dialognya >_<
    Syg dialog dgn Petra kyaknya hnya skdr kewajiban n harus ada...
    Sy suka kematian Lulu wkwkw dan ternyta Primo itu bgtu, serem.... Tp bukankah Dia yg berhak jeblosin org ke neraka atau surga? O.o #oot

    Gaya bahasa : 1,5/2
    Mulai trbiasa dgn narasi tellingnya kak Ivan.. Sbnernya di awal skornya 2 krn sy bcnya lancar, tp d tengah2 penempatan tnda bacanya kacau... Dan ada satu kata yg diulang dlm stu klimat....
    Kta ganti yg monoton (pria itu, sang gadis, etc.) mlh bkin susah dibayangkan >_<
    Terus ada kata2 yg boros niy, kyak pemandangan yang unik.... Kenapa nggk pemandangan unik aja gt., hehe

    Typo n error : 1/1
    Slain tnd baca yg bkin ndk nyaman, kyknya ndk ad lg

    Hal-hal lain : 1/1
    Sy pgn lihat Om Primo marah, hehe

    Total skor : 7,5
    Maaf klo sy sotoy hihi #dibuang

    ReplyDelete
  15. waah, gayanya primo beneran sopan, beneran gentlemen deh
    ngebacanya jg krasa santai kyk baca cerita bangsawan gitu kak, dia jd penonton trus sih x3
    iya beberapa kata gantinya agak bikin bingung sih, gadis itu lulu kan? wanita itu quin?
    battlenya jg lumayan ok kak :)
    nilai 7,7/10

    ReplyDelete

Silakan meninggalkan komentar. Bagi yang tidak memiliki akun Gmail atau Open ID masih bisa meninggalkan komentar dengan cara menggunakan menu Name/URL. Masukkan nama kamu dan juga URL (misal URL Facebook kamu). Dilarang berkomentar dengan menggunakan Anonymous dan/atau dengan isi berupa promosi produk atau jasa, karena akan langsung dihapus oleh Admin.

- The Creator -