January 23, 2015

[FINAL ROUND] FINAL BATTLE BEGINS

Di balik jeruji tulang di bawah tanah Devasche Vadhi yang gelap, sambil merasakan sakit setengah mati di sekujur badan. Tanpa kedua kaki yang bisa digunakan untuk berjalan, tanpa tangan kanan yang membuatnya mampu melakukan sesuatu dengan cekatan, tanpa lidah yang mempermudah penyampaian sebuah pesan.

Dia tersenyum.

Sebuah laptop telah sampai di tangannya, dan tak ada seorang pun yang mampu menduga apa yang dapat dia lakukan dengan benda tersebut. Tangan kirinya yang gemetar berusaha keras mengoperasikannya, tatapan tajam di sela-sela rongga matanya yang berdarah terlihat jelas bahwa kini dirinya telah mengetahui suatu hal yang penting. Suatu hal yang akan mengungkapkan segala rahasia yang ada di Nanthara Island. Lokasinya, bagaimana pembentukannya, dan siapa Thurqk sebenarnya.

Telunjuknya menekan tombol enter dengan keras. Sebuah senyum sinis tersungging di bibirnya yang penuh luka. Menghela napas lega sesaat, lalu memejamkan mata, seperti hendak berkonsentrasi penuh terhadap apapun yang akan terjadi selanjutnya.

Hening.


“Apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang kaulakukan dengan benda itu? Katakan, Nolan!”

Kemudian, pria bernama Nolan itu membuka kembali matanya. Mata yang semula berwarna abu-abu pudar telah kembali menghitam. Tak berapa lama kemudian, Nolan mengeluarkan suara. Suatu hal yang mencengangkan, setelah sekian lama dirinya tak mampu berbicara.

“Aku akan merekonstruksi kembali Nanthara Island.”


***

            “Tunggu! Apa aku tidak salah dengar?” tanya seorang gadis kecil bertubuh semi-transparan sambil melayang-layang lembut di hadapan Nolan. “Setelah menceritakan semua rencanamu padaku, kauingin agar aku mengatakannya juga kepada Thurqk?”

            Nolan mengangguk. “Selengkap-lengkapnya dan semeyakinkan mungkin.”

            “Kau gila!”

            “Ini adalah langkah terbaik untuk mengelabui Thurqk.”

            “Bagaimana dengan para peserta? Bukankah dengan tertangkapnya dirimu, sama saja mengkhianati harapan mereka?”

            Nolan menggaruk kepalanya. “Kadang aku heran bagaimana seorang gadis kecil sepertimu bisa berbicara layaknya orang dewasa yang mengerti segalanya.”

            “Jangan mengalihkan pembicaraan!” bentak Abby.

            “Iya … iya … baiklah, Abby,” kata Nolan menghela napas, kemudian mendekatkan wajahnya ke arah Abby dan meletakkan ujung telunjuknya ke kepala. “Semua rencana sudah tertanam baik di sini.”

            “Bagaimana bila yang terjadi benar-benar di luar rencana? Bagaimana jika Thurqk langsung membunuhmu di tempat? Bukankah kaulihat sendiri kemampuan Thurqk melakukan segala sesuatu sesuai dengan kehendaknya?”

            “Ya, tinggal berimprovisasi,” kata Nolan sedikit nyengir. Namun menyadari ekspresi kebingungan Abby, dia kembali berbicara. “Dia tak akan membunuhku. Lebih tepatnya, dia tidak bisa membunuhku.”

            “Apa? Kenapa?”

            “Aku masih tidak tahu alasan di baliknya. Namun, sikapku selama ini sudah cukup membuat Thurqk muak. Bila dia memang bisa membunuhku, mungkin sudah ia lakukan sejak awal,” jelas Nolan. “Dan lagi, ada satu hal yang janggal.”

            Abby menatap Nolan dengan pandangan heran.

            “Aku yakin Thurqk tidak sebodoh itu sengaja membawaku ke Nanthara Island ini untuk melakukan pekerjaan yang sebetulnya jelas-jelas bisa dia lakukan sendiri. Lebih parah lagi, dia memberiku otak super ini.”

            “Jadi, maksudmu?”

            “Semacam sesuatu yang terjadi di luar dugaan. Mungkin saja Thurqk berniat membawaku ke sini untuk dijadikan peserta. Seperti mereka yang kini tengah bertarung memperjuangkan nasib mereka.”

            Abby mengangkat alisnya. “Aku mendadak teringat dengan daftar yang dibuat Thurqk sebelum menyuruh para Hvyt memanggil calon peserta dari berbagai penjuru dunia. Kalau tak salah, kau sudah berada di sini jauh lebih dahulu ketimbang mereka ‘kan?”

            “Percobaan,” gumam Nolan nyaris tanpa suara. “Mungkin saja aku adalah percobaan pertamanya. Dengan menyadari kesalahan yang ketika membawaku ke tempat ini, akhirnya dia membuat daftar mengenai siapa-siapa saja yang kira-kira tidak akan melanggar sistem yang telah dibuatnya.”

Mata Nolan mendadak membelalak. Senyuman merekah dari bibirnya yang mulai terbalut kulit kasar yang mengelupas makin parah. “Kurasa, aku sudah lebih mengerti sekarang.”

            Jelas Abby tak mengetahui apa yang ada di dalam pikiran Nolan. Apapun itu, Nolan telah berhasil menemukan beberapa kemungkinan lagi yang dapat memperkuat alasannya berada di Nanthara Island.

            “Kumohon, Abby. Pastikan kau melakukan apa yang sebelumnya kuminta. Katakan semua rencanaku pada Thurqk, dan biarkan dia menangkapku.”


***

            Terdengar suara gemuruh di langit-langit jeruji, suaranya cukup jauh sehingga diperkirakan berasal dari belasan tingkat di atasnya. Nolan mengentakkan jemarinya di sepanjang keyboard laptop dengan cepat.

Kini tangan kanannya telah beregenerasi dengan sempurna. Tampaknya kondisi Nolan sebelumnya—kehilangan tiga per empat organ gerak tubuhnya dan juga indera pengecap—membuatnya berada pada kondisi terkonsentrasi penuh, hingga otaknya dapat bekerja fokus dalam mengembangkan diri jauh di atas tingkat kejeniusan.

            Nolan mampu merasakan bagaimana sel-sel di dalam tubuhnya bergerak dan bekerja bahu-membahu menyusun jaringannya yang hilang. Sensasi mengejutkan yang tak pernah bisa dia gambarkan. Namun, perkembangan otaknya membuat dirinya tidak lagi merasa ngeri menatap lengan kanannya yang tiba-tiba tumbuh kembali. Dia tetap fokus mengetik ribuan baris kode pemrograman. Dengan segala alasan-alasan scientific yang tertanam di kepalanya secara instan, beregenerasi menjadi hal yang wajar bagi dirinya.

            “Sedikit lagi, aku akan membuka jalan bagi mereka yang tersisa.”


***

            Nolan memandang monitor raksasa di tengah-tengah ruang kendali, menonton sekilas setiap pertarungan yang dijalani oleh masing-masing peserta di babak kelima.

            “Kaubilang tak tahan melihat mereka?” tanya Abby yang tiba-tiba muncul di belakang Nolan. Tanpa merasa terkejut, Nolan menjawab dengan suara pelan, “Aku tidak benar-benar melihat mereka. Aku sedang berpikir dan menyimpulkan kepingan puzzle yang tersebar di dalam kepalaku.”

            “Begitu? Lalu, sudah mendapatkan kepastian mengenai segalanya?”

            “Tak ada yang pasti di dunia ini, semuanya berupa spekulasi yang akan selalu berubah seiring dengan ditemukannya fakta-fakta baru,” kata Nolan. Jelas dirinya sedang merasakan kekalutan mendalam di alam pikirannya.

            Abby melayang pelan menuju meja kerja Nolan dan duduk di sana dengan nyaman sambil mengayun-ayunkan kedua kakinya.

            “Aku yakin, selama ini Thurqk membual. Dia tidak memilihku berada di sini untuk menjalankan pekerjaan ini. Dia juga tidak pernah bermaksud memberi otak super ini. Semuanya tak terencana,” ujar Nolan. “Tanpa sengaja, dia telah membawa masuk virus bagi program yang bahkan belum dimulainya pada waktu itu.”

            Abby menghentikan ayunan kakinya. Dia memutuskan untuk lebih fokus mendengarkan pemikiran Nolan.

            “Dia mengancamku. Berkali-kali. Dia berusaha membuatku takut, agar aku tidak bertindak di luar kehendaknya,” lanjut Nolan. “Semua itu ancaman kosong. Kini jelaslah ada sesuatu. Ada sesuatu yang membuatnya tak bisa membunuhku. Tunggu! Dia berkali-kali mengancam akan menjerumuskanku ke dalam neraka, dan bagaimana dia memanggilku dengan sebutan “Orang Suci”, that’s it!”

            “Tunggu, hei, aku tak mengerti …,” kata Abby.

            “Abby, rasanya aku tahu penyebab percobaan gagal Thurqk. Sifat arogannya yang tinggi membuatnya percaya diri dalam melakukan apapun, termasuk keyakinannya dalam mengontrolku, orang yang dia anggap sebagai Orang Suci. Well, sejujurnya aku sendiri tak merasa sebagai orang yang suci. Tapi …,” Nolan menggaruk alisnya hingga beberapa helainya terlepas dari permukaan kulitnya yang semakin mengelupas. “Kalau begitu, para peserta yang dipilih Thurqk, entah apa, tapi masing-masing dari mereka pasti memiliki sisi gelapnya sendiri.”


***

Monitor laptop menampilkan sederetan kode program rumit yang bergerak dengan amat cepat. Nolan memposisikan dirinya untuk duduk nyaman dengan kedua kaki—yang kini telah beregenerasi—dalam posisi duduk bersila. Tak ada keinginan baginya untuk keluar dari balik jeruji tulang saat itu sekalipun sebenarnya dia sudah mampu.

Kesepuluh jemarinya dengan sangat cepat menciptakan tulisan yang terdiri dari ribuan baris rumit. Selang semenit kemudian, dengan penuh percaya diri, dia menekan tombol enter dengan perasaan lega.

“Penguasaan seratus Hvyt telah dilakukan. Kuhapus memori mereka dan menggantinya dengan perintah menyerang Thurqk bila mereka mendeteksi keberadaannya,” gumam Nolan.


***

“Kau bicara dengan siapa?” tanya Abby yang tiba-tiba muncul di balik jeruji. Matanya menatap Nolan dengan hati-hati. “Kau tak apa-apa?”

Nolan mengangkat bahunya. “Aku tak apa-apa, Abby.”

“Kacamatamu?”

“Ah, tidak. Aku tak membutuhkannya lagi. Pandangan mataku jauh lebih jelas sekarang. Bahkan tekstur dinding di sudut lorong gelap itu, aku bisa melihatnya dengan jelas,” kata Nolan. “Terima kasih, Abby.”

“Untuk apa?” tanya Abby bingung.

“Untuk membantuku memberi tahu Thurqk mengenai rencanaku. Memang butuh sedikit improvisasi. Jujur saja, aku tak mengira Thurqk akan menyiksaku sedemikian parah. Aku tertolong ini.” Nolan menyentuhkan telunjuk ke kepalanya.

Abby menghela napas lega. “Sekarang bagaimana?”

“Kita keluar dari sini dan mencari keberadaan Thurqk,” jawab Nolan seraya mengalihkan pandangannya dari layar laptop. “Entah bagaimana, dia menghilang dari radar yang kubuat.”


***

“Katakan yang jelas, Nolan. Beri satu alasan, kenapa kauingin aku membantumu mengalahkan Thurqk?” tanya Abby di ruang kendali. Nolan menatapnya dengan serius.

“Karena kau akan pulang ke tempat asalmu juga bila semua ini berakhir,” jawab Nolan. “Bukan hanya kau Abby, tapi juga semua makhluk yang ada di sini.”

Nolan menatap salah satu monitor komputernya dan melihat sebuah titik merah besar berkedip-kedip di satu bagian pada denah bangunan Devasche Vadhi digital buatannya. Titik merah yang menandakan keberadaan Thurqk, dan dia sedang berdiam diri di dalam ruang singgasananya, bersama dengan dua Hvyt yang menjaganya.

            Abby menatap Nolan dengan pandangan muram, seolah sedang berpikir. “Nolan, sebenarnya kita ini apa?”

             “Entahlah. Yang jelas kita semua hidup, dengan berbagai bentuk tingkatan kepadatan,” jawab Nolan. “Maaf, aku tak terlalu mendalami hal ini selama di dunia, tapi aku yakin keberadaan kita sangat erat kaitannya dengan sains dan campur tangan kekuatan setan.”
           
            “Eh?”

            “Sihir, Abby. Sihir adalah kekuatan setan,” jelas Nolan.

            “Aku tahu beberapa sihir …,” gumam Abby, membuat Nolan berjengit sesaat.

            “Kau bisa melakukannya?”

***

            Hilangnya titik merah besar yang menggambarkan posisi Thurqk merupakan hal yang cukup mengkhawatirkan bagi Nolan. Dia bisa berada di mana saja di Nanthara Island, namun kode program yang dibuat Nolan, telah menutup jalur akses keluar bangunan kastil Devasche Vadhi, menjadikan arena pertempuran mereka menyempit secara signifikan. Namun, hal yang lebih mengerikan adalah kemungkinan bahwa Thurqk telah mengetahui bahwa selama ini Nolan melakukan tracking terhadap dirinya dan para Hvyt.

            ***

            [FINAL BATTLE]
            Arena:
            Keseluruhan kastil Devasche Vadhi.
           
            Objectives:
1.      Temui beberapa Hvyt yang telah dikendalikan oleh Nolan, kalian akan tahu segala yang perlu kalian ketahui melalui mereka. Kalau kalian punya teori sendiri mengenai dunia Nanthara Island, inilah saat yang tepat mengungkapkannya.
2.      Ambil dan temukan cara untuk mengaktifkan kristal di ruang rahasia sehingga kalian bisa memunculkan kembali para peserta yang telah mati. Bahkan kalau diperlukan, kalian bisa juga memunculkan tokoh lainnya (dengan asumsi tokoh tersebut sudah menjadi korban Thurqk di masa lalu).
3.      Thurqk bisa berada di manapun. Cari dan kalahkan dia. Caranya? Kalian akan mengetahuinya ketika bertemu Hvyt yang dikendalikan oleh Nolan
4.      Kalian bisa membantu menyelamatkan Nolan, atau meninggalkannya begitu saja, atau membuat plot mengenai kematian Nolan. Yang mana saja dipersilahkan.

Threats:
1.      Kalian akan bertemu dengan banyak Hvyt jahat dan baik.
2.      Ingat kemampuan God’s Will Power milik Thurqk. Waspadalah.
3.      Sesama peserta yang tersisa. Kalian tak tahu apa yang ada di dalam pikiran OC lain. Apakah mereka juga memiliki tujuan yang sama dengan kalian, atau justru berkhianat di akhir? Be aware for this!

Buat ending yang menutup Battle of Realms 4: Afterlife ini. Bagi pemenang nanti, keseluruhan plot yang dibangunnya akan menjadi canon utama. Dan canon panitia otomatis gugur.

            Deadline:
                        14 Februari 2015 23:59 WIB

1 comment:

Silakan meninggalkan komentar. Bagi yang tidak memiliki akun Gmail atau Open ID masih bisa meninggalkan komentar dengan cara menggunakan menu Name/URL. Masukkan nama kamu dan juga URL (misal URL Facebook kamu). Dilarang berkomentar dengan menggunakan Anonymous dan/atau dengan isi berupa promosi produk atau jasa, karena akan langsung dihapus oleh Admin.

- The Creator -