November 30, 2014

[ROUND 6] NURIN - DEMON WAR

[Round 6] Nurin
"Demon War"

Written by Fachrul R.U.N

--- 

1
Makhluk berkulit perak itu duduk di dalam ruangan selnya yang sempit dan seadanya. Selain kasur keras untuk satu orang, tempat itu hanya diisi oleh satu toilet, yang tidak akan ia gunakan. Mereka yang menempatkannya di sini tak menganggap ia akan berada di situ terlalu lama.
           
Di luar, di balik jeruji, ada dua Hvyt yang terus mengamati. Mata mereka terkunci ke makhluk itu, tak bergerak ke arah lain. Mereka begitu serius hingga sosok yang mereka jaga dapat mencium ketakutan di balik kewaspadaan berlebihan itu.
           
Terdengar suara pertarungan di luar ruangan. Dari yang ia dengar sebelumnya, para peserta turnamen yang tersisa kembali diadu dalam pertarungan satu lawan satu. Pertarungan-pertarungan itu sepertinya lebih dahsyat dari sebelumnya, sampai-sampai terdengar banyak suara ledakan. Tapi makhluk perak itu tak peduli. Ia duduk manis, mengamati tangan kanannya yang bergerak-gerak mengikuti kehendaknya.

November 21, 2014

[ROUND 6] URSARIO - BATTLEY OF THE GODSY

[Round 6] Ursario
"Battley of the Godsy"
Written by Heru S. Zainurma

---



-intermezo bagian I-
Kegagalan Nolan?


Dalam suatu ruangan di Devasche Vadhi ... tampaklah Nolan, si kacamata, tengah menggerakkan sepuluh jemarinya begitu cepat. Dia menekan-nekan papan ketik laptopnya, mencoba segala yang dia bisa.

Laptop itu tersambung pada jaringan di Devasche Vadhi. Yang hendak diretas Nolan adalah sistem pertahanan ruang rahasia Thurqk, alias Ruang Penjara Jiwa. Mulutnya tak henti-hentinya menggumamkan ...
                        
"Akulah sang tokoh utama. A-akulah sang pahlawan. Aku yang akan menyelamatkan s-semuanya! Rencanaku pasti akan berhasil, dan mereka semua akan bersujud memohon maaf karena sudah meragukanku. Lihat saja!"

Namun sepenggal suara mengagetkan dirinya—

"Ihihihi. Lucu sekali kau, Nolan, mengaku-ngaku sebagai pahlawan begitu."

—dan Nolan menyaksikan gadis hantu berpita biru telah berada tepat di belakangnya. Dia dikenal sebagai Abigail Grey, alias Abby, yang akhirnya dapat kesempatan muncul juga di kisah ini. Dan gadis hantu itu tampaknya turut membawa serta sesosok Hvyt bersayap kelabu.

"A-Abby??" Nolan menoleh panik, "Dan ... Über-Hvyt?!"

Pemuda kacamata itu lantas menelan ludah dan mulai berkeringat deras. Dia kepergok! Padahal proses peretasan baru berlangsung setengah jalan.

Sekarang apa?

November 11, 2014

[ROUND 6] SALVATORE - HOPELESS

[Round 6] Salvatore Jackson
"Hopeless"

Written by Dendi Lanjung

---


Thurqk hanya tersenyum, wajahnya menunjukkan seakan dia telah menemukan sebuah harta yang berharga. Sementara di sampingnya, Nolan yang sedang terikat tampak terkesima melihat kilatan cahaya kuning dan biru yang bergerak cepat di bawahnya. Kedua cahaya berbeda warna itu saling bertubrukan, saling menghancurkan, sesekali terdengar suara benturan keras ketika kedua cahaya itu saling bertemu.

"Mereka tidak bercanda sewaktu berkata pertarungan mereka akan berlangsung cepat!" ucap sang dewa merah dengan mata yang berbinar-binar. "Ini benar-benar di luar perkiraanku, padahal aku sempat mengira mereka akan memberikan pertarungan yang membosankan, sudah berkali-kali mereka berdua membuatku bosan!"

Senyum lebar mulai menghiasi wajah Thurqk. "Tapi mungkin ada untungnya mempertahankan mereka berdua, dengan begini seluruh rencanaku akan tercapai! TUHAHAHAHAHA!!"

Bunyi tawa Thurqk terdengar membahana sampai seluruh Nanthara, tak ada yang tak merasa gentar mendengarnya. Suara penuh keangkuhan dari seorang yang mengaku tuhan, bagaimanakah nasib para petarung yang tersisa selanjutnya?


•••

[ROUND 6] SJENA REINHILDE - NO HAPPY EVER AFTER, WELCOME TO REALITY

[Round 6] Sjena Reinhilde
"No Happy Ever After, Welcome to Reality"

Written by Bayee Azaeeb

---

[Sjena's POV]

Kalian mungkin pernah mendengar cerita seorang wanita yang begitu mencintai pasangannya, sampai-sampai ketika pasangannya mati, sang wanita membawa kepala pasangannya kemana-mana.

Sebuah konsep yang tak kumengerti, dan takkan pernah kumengerti.

Mencintai sampai mati, mencintai yang mati, mencintai kematian? Cinta itu sendiri adalah sebuah konsep yang tak pernah kutemukan di dalam dongengku. Sebuah kata yang tak bisa kutemukan di dalam kamusku. Oh, ceritaku hanyalah sebatas dendam dan kebencian.

Aku menghela nafas, beringsut di pojok ruang ini.

Tidak, terlalu luas untuk dikatakan sebuah ruang. Taman, bagaimana seharusnya ruangan ini disebut. Aku tak tahu ilusi macam apa lagi yang disajikan Thurqk, yang pasti aku sudah muak.

Haruskah aku maju?

Atau kembali? Tapi aku tak punya tempat untuk kembali.

Dia – Kilat, yang kuharap bisa menjadi tempat bersandar, hanyalah sekedar lalu di mata Thurqk. Tak lebih dari sekedar side dish, yang bahkan tak diperlukannya sama sekali.

Kuraba pipiku, mengingat bagaimana Kilat memukul wajahku. Tapi kenapa rasa sakit tak kurasakan di pipiku? Apa rasa sakit punya kemampuan untuk berteleportasi ke dada?

November 5, 2014

[ROUND 6] STALLZA - VENTINIS

[Round 6] Stallza
"Ventinis"

Written by Yafeth T. B.

---

Demi hidup
Harus ada yang mati…

I

Pertarungan melawan bayangan Collete telah lama usai. Kini Stallza kembali memasuki lorong gelap yang tampak tak berujung. Dia bisa saja memakai Neona untuk menerangi lorong itu—kalau saja energinya tidak terkuras habis dalam pertarungan sebelumnya. Stallza kini mengandalkan indera perabanya untuk mengetahui jalan yang dia lalui. Tangan kiri yang menempel ke tembok yang kasar memberikan informasi bahwa lorong ini tidak bercabang sama sekali. Atau setidaknya itulah yang bisa dipahami Stallza di tengah kegelapan lorong itu. Langkah kakinya bergema, memberikan Stallza informasi bahwa lorong itu cukup luas. Namun Stallza tidak tahu apakah di dalam luasnya lorong itu ada jebakan atau musuh yang menunggunya. Stallza hanya berharap si makhluk merah bernama Thurqk itu tidak menyerangnya tiba-tiba di sini.

"Meski aku tidak yakin itu terjadi," bisik Stallza pada dirinya sendiri. Suara bisikannya bergema. Stallza menduga akan ada suara lain menanggapi bisikannya—entah suara gemerisik kecil atau mungkin geraman atau bahkan suara seseorang yang berbicara balik padanya. Tapi itu semua tidak terjadi. Dia sendirian di dalam lorong gelap itu, ditemani dinding kasar dan suara kaki yang bergema.

November 1, 2014

[ROUND 6] LAZUARDI - PERTEMUAN, PERPISAHAN

[Round 6] Lazuardi
"Pertemuan, Perpisahan"

Written by Po

--- 

1
Pertemuan Kembali

Kegelapan itu menutup pandang dan kesadarannya. Namun bentuk dan warna muncul perlahan, saat Lazuardi merasakan dua lengan ramping sedang memapah tubuhnya. Dan hangat ini, disertai harum kasturi putih merebak dari figur yang menyentuhnya.

"Rem... " suara itu kering  saat pertama terdengar oleh telinga Safirem. Namun itu cukup untuk membuat sang bidadari menitikkan bening dari matanya yang indah. Si Matoi telah sadar.

"Jangan bicara...jangan bicara, Biru...biarkan aku memapahmu..."

Lazu menatap Safirem dalam, menelusuri helai demi helai bulu matanya yang setajam daun pinus dihinggapi bulir air mata, menyinggahi seutas senyum pada manis mulutnya, mengingat kembali semuanya.

Safirem, gadis dari alam asal Lazu, Aspemina. Wanita yang menderita sakit tak tersembuhkan, namun menerima donor energi mitos Khatea dari tubuh Lazu hingga menyelamatkan nyawanya. Gadis yang kemudian menjadi sirkuit superdimensi pengetahuan multiversal, yang mimpinya saja telah mencipta sejumlah semesta.

Hingga dia tak tega terbangun dari mimpi itu, karena akan hancurlah seluruh jagat yang telah tercipta olehnya. Meski dia ingin. Meski dia selalu ingin.