April 10, 2014

[ROUND 1 - E] EMILS - ANTARA AIR DAN PETIR

[Round 1-E] Emils
"Antara Air dan Petir"
Written by Mocha H.

---

---===ROUND 01 : Antara Air dan Petir===----

“Dimana lagi ini?”

“Ah,iya..... Turnamen itu..... yang dibuat dewa jadi jadian....”

“Tsch.... bagaimana dia bisa melakukan itu? Aku bahkan belum sempat mengatakan apapun, tapi dia bisa menghentikanku..... apa dia dewa beneran? Ah.... tunggu... tidak mungkin.... dari semua “Dewa” yang sudah aku temui, semuanya palsu. Hanya  sekumpulan mahluk biasa dengan kekuatan di luar nalar”

“Dari pada itu, pikirkan dirimu sendiri, Slime!” Emils merasakan sebuah cengkraman kuat pada tubuhnya yang kemudian melemparkannya. Suara itu.... ya, tidak salah lagi, itu adalah Hvyt.

Emils terbangun dari tidurnya. Dia merasakan angin keras bertiup dari belakangnya, membuat tubuh cairnya berceceran di udara. Tapi dia menyadari satu hal, bukan angin yang bertiup ke arahnya, Emils sendirilah yang sedang bergerak berlawanan dengan angin.

Emils membuka pandangannya. Langit biru tersebar dipandangannya, namun bukan biru yang biasa dia lihat......  langit ini berwarna biru gelap....  bukan  warna langit yang biasa pernah dia lihat. Lama kelamaan, langit yang dia lihat semakin luas, semakin menyebar, berarti dia sedang menjauhi langit itu.

Punggungnya terasa seperti menghantam sesuatu , ketika dia menghantamnya, dia tidak berhenti tapi menerobos benda itu. warnanya abu abu, dan ketika dia menerobosnya cairan berwarna abu abu keluar dari benda yang dihantam itu.

“Apa ini..... Awan?” Emils teringat akan perkataan seorang teman seperjuanganya –Alvys si Tengkorak yang sangat bijak-  “Awan adalah kumpulan air di udara yang menggumpal sehingga terlihat mata”
“Kalau aku menatap langit dan bergerak menjauhi langit, berarti aku sedang jatuh, tidak ada benda lain yang bisa berada diantara tanah dan langit selain awan, jadi ini pasti awan” Kata Emils dalam pikirannya.

“Tapi.... kenapa warnanya seperti ini? Kenapa awan berwarna abu abu? J-Jangan jangan air di awan ini....... tercemar?  Tidak... tidak.... pencemaran paling parah yang pernah kulihat hanyalah pembuangan oli sisa pertarungan di sungai Warxi dan asap dari pembakaran hutan Plantea.... A-Atau.... T-Tidak mungkin! sudah sejauh apa manusia merusak dunia ini? Apakah dunia ini sudah dalam ujung kehancurannya?!”

“Eh.... tunggu dulu....”  Emils terhenti sejenak dari membuat analisa tentang dunia ini. Dia baru teringat akan satu hal yang seharusnya tidak dia abaikan.

“aku sedang terjatuh,kan?”

“WWWWWAAAAAAAAA!!!!!!!!!” Rasa panik tiba tiba menyelimuti Emils, tubuhnya bergetar tak karuan, dia mengguling  diudara gara gara tertiup angin terus menerus, dan tidak seperti di Jagatha Vadith, dia dalam bentuk Slime sekarang!!!!

Dia melihat kebawah, mencari tempat pendaratan yang bagus, mungkin seperti  sungai, danau atau wilayah perairan lainnya yang tidak akan membuatnya bertumbukan dengan tanah, tapi sialnya Emils, yang dia lihat disana bukanlah seperti yang  dia harapkan.

Sebuah kota terbuat dari beton dan besi. Itulah pikiran yang terlintas ketika dia melihat kota ini. Bangunan bangunan raksasa menembus awan,bukan hanya satu, namun puluhan. Bahkan di kota paling maju di dunianya;ClockworkTown tak ada bangunan setinggi itu. 

Semua bangunan disini mempunyai kerangka yang terbuat dari besi dibagian luar, atap berbentuk persegi dengan bermacam macam mesin yang tidak kuketahui di atasnya,kemudian sisanya ditutupi oleh beton beton. Jalanan kota ini terbuat dari beton dan..... batuan hitam, dengan tiang tiang besi di setiap sudut jalanan. Manusia terlihat berjalan dengan santai.

Emils takjub sekaligus takut melihat perkembangan manusia yang belum pernah dilihatnya “manusia memang mengerikan” Emils melihat beragam hal yang belum pernah dia lihat sebelumnya, burung besi yang terbang di langit, mesin bercangkang manusia, papan dengan roda yang dipakai di kaki dan banyak hal lainnya yang ia lihat dari langit. Namun karena terlena dengan pemandangan baru, Emils lupa akan kondisinya sekarang hingga sekarang dia hanya berjarak 10 meter dari tanah.

“Ah! Sial! Aku harus pegangan pada sesuatu sebelum aku penye......”

Splash!

“Terlambat..... aku sudah.... terlanjur........... aku.... semakin............. pusing..........”


-----=====Sonber City : Kamar di rumah Tua====-----

“...............”
Seorang gadis berambut hitam panjang sebahu sedang duduk termenung di sebuah kamar usang. Gadis itu menengok ke sekitarnya. Tidak ada tanda dari mahluk hidup. Kamar itu sudah sangat tua, perabotan kayu dari kursi sampai lemari tergeletak tak beraturan disana sini, perabotan perabotan itu entah sudah rusak atau sudah teruari berai menjadi gundukan pasir.

Gadis itu kemudian berdiri dan menuju sebuah jendela, cahaya matahari menyinari tubuhnya, Gadis itu mengenakan gaun hitam sepaha berlengan pendek dengan aksen bulu bulu berwarna putih bagaikan kuntum bunga dandelion yang tertutup bijinya yang berwarna putih salju. Kerahnya berbentuk lebar sebahu dan terdapat seutas tali kecil yang menahan gaunnya. Namun, gadis itu tak memakai sepatu.

Gadis itu mengamati pemandangan diluar bangunan itu. Daerah sekitar rumah ini terlihat seperti kompleks rumah rumah mewah, memang kalau dilihat sekilas mungkin puluhan tahun silam rumah ini adalah rumah mewah karena kebun depannya begitu luas meski sekarang ditumbuhi banyak tumbuhan liar dan tampak tak terawat.

Gadis itu memutuskan untuk keluar dari Rumah Tua itu. Dia menuju  pintu di pojok kanan kamar ini, kemudian menyusuri koridor gelap yang menghubungkan dengan beberapa kamar lain yang pastinya sudah kosong. Kemudian Gadis itu ada sebuah lubang di ujung koridor yang membiarkan cahaya masuk dari sana di cahaya itu pula Gadis itu melihat tangga ke bawah, Gadis itu menuju tangga itu, namun sial, Tangga itu sudah runtuh.

“H-Hei! Kenapa ada gadis kecil disini?” Beberapa pria dengan baju compang camping keluar dari ruangan di sebelah Gadis itu. Tatapan mereka bagaikan tatapan serigala yang sedang kelaparan,  mereka mengeluarkan pisau dari saku mereka dan bersiap menyerang.

“H-Hei, gadis! Kalau k-kau mau keluar, berikan k-kami uang!” Teriak seorang pria.

Gadis itu tak melakukan apa apa, dia hanya memandang ke atasnya dimana ada lubang yang membiarkan cahaya masuk. Gadis itu menatapnya dengan sedih. Langit yang biasanya berwarna biru langit, sekarang berwarna biru ke abu abuan.

“B-Bang! Lihat kakinya!” salah seorang dari pria pria itu menunjuk ke arah kaki si gadis. Telapak kaki gadis itu tidak menyentuh lantai. Gadis itu melayang.

“H-HANTU!!!” Pria pria yang tampak miskin itu menjerit, saking kagetnya mereka menjatuhkan pisau mereka dan jatuh tergeletak di lantai. 
Beberapa dari merekapun ada yang pingsan dengan busa keluar dari mulutnya.

Rambut dari gadis itu memanjang,dari yang panjangnya hanya sebahu, sekarang memanjang sampai mencapai lantai, rambut itu kemudian bergerak bagaikan tentakel cumi cumi dan membuat tulisan [Namaku Sil, SilentSilia dan aku bukan Hantu]. Gadis itu kembali menatap langit, kemudian dia melayang lebih tinggi meninggalkan rumah tua itu melalui lubang yang berada di atap.


-----=====Sonber City : Pabrik tua====-----


“La la la la~~~~ Namaku Elle! Nom! Richella Elleanom! Nom! Eh.... Richella Elleanor! Nom!” terdengar nyanyian anak kecil. Seorang anak kecil tampak sedang berlari riang mengelilingi mesin mesin tua di dalam pabrik.

Gadis itu adalah Richella Ellanor atau sering dipanggil "Elle", Elle memiliki wajah bulat chubby dengan bintik bintik di sekitar hidungnya yang pesek besar. Matanya bulat besar berwarna Amber, bibir atasnya tipis tapi bibir bawahnya tebal, telinganya runcing, rambutnya keriting berwarna Amber yang panjangnya sepundak. Di atas dahinya sebuah topi bundar yang tersambung dengan sebuah google.

Elle memakai baju coklat lengan panjang dan memakai breastplate dan shoulerpad berwarna silver kebiruan. Ditangannya dia memakai sarung tangan besar dengan Comwathch di tangan kiri. Celananya berwarna coklat, lalu ikat pinggang besar yang dilengkapi beberapa kantong untuk perlengkapan. Elle juga memakai sepatu boots.

“WWAAAAHHH!!!! Tempat ini begitu luas, nom!” seru Elle.

“Elle akan memenangkan turnamen ini!!! Nom!”

“Turnamen? Kau juga mengikuti turnamen ini?” Kata Sebuah suara pria, namun dari nadanya terdengar seperti orang yang tidak tertarik

“WWAAAHHH!!!!” Gadis itu menjerit karena kaget ketika mendengar suara pria itu. Elle menengok ke kiri kanan, memastikan tidak ada siapapun, namun sialnya, di pintu masuk ke pabrik tua itu sudah ada seseorang Pria dengan senjata di tangan kananya, sebuah kapak yang bagian ujungnya dirantai.

Pria itu berambut setengah Gondrong acak-acakan. Dia memakai Headset di kedua telinganya, dia menyetel lagu Heavy Metal begitu keras sampai Elle dapat mendengarnya. Matanya sayu tapi besar bersinar. Wajahnya merengut bagai orang marah.

Badannya tinggi tegap, memakai Pakaian Kemeja Army berwarna coklat dengan celana pendek ¾. Bersepatu Boots. Di pinggang nya banyak menggantung Tas Pinggang berukuran sedang yang alat alatnya seperti Tang,Gear,Kunci Inggris dan Rantai menonjol keluar dari tas tersebut.

“Hei.... gadis kecil.....” Lagu dari headsetnya berganti, kali ini berganti menjadi menjadi lagu  jazz, bersamaan pula, raut wajahnya berubah menjadi lebih normal, tapi entah mengapa terlihat agak sedih.

“YYAAAAYYY!!!”  Elle melompat kegirangan dan berlari menuju pria itu kemudian mengelilinginya berkali kali sambil mengatakan “Yay! Aku punya teman main! Nom!”

“Teman main? Jadi kau pikir ini hanya permainan?” kata pria itu. Pria itu melepas sedikit tawa, namun sama seperti sebelumnya suaranya tidak menunjukan ketertarikan. Tapi setelah berpikir sebentar, dia mengeluarkan senyum kecil diwajahnya.

“Hei, gadis kecil. Bagaimana kalau kita bekerja sama?”

“Aku bukan gadis kecil! Namaku Richella Elleanor! Nom!”


-----=====Sonber City : Universitas Rionell====-----


“Ini......” Seorang pria berambut pirang yang memakai kemeja kotak-kotak coklat muda sepanjang lengan, celana jeans hitam pekat, dan safety shoes hitam keluar dari balik bayangan gedung raksasa tersebut.
“Universitas Rionell?” dia melepaskan kancing kemejanya, menunjukan kaos coklat gelap dibalik kemejanya.
 “Aku penasaran bagaimana kabar Kate?” Pria itu menggapai ujung lengan kiri kemejanya kemudian menyingsingnya sampai ke pundak, memperlihatkan sebuah gelang berwarna hitam. Kemudian dia menyinsingkan lengan kemeja satunya.

Setelah “berdandan” pria itu berjalan mengitari bangunan itu, menuju pintu masuk kedalamnya. Namun, belum sempat dia menyentuh gagang pintunya, sebuah tombak melesat ke arahnya, hampir mengenai kakinya, kemudian menghilang begitu saja.

“Aku sarankan kau tidak berinteraksi dengan siapa siapa disini” kata suara yang monotone.

Pria itu berbalik dan melihat seorang pria berkulit merah, tidak dia bukan manusia. Seorang iblis berkulit merah dengan garis garis aneh di sekujur tubuhnya, rambutnya mohawk abu abu keperakan,  dan ada garis hitam yang mengitari matanya kemudian menyambung ke garis garis lainnya. Matanya hitam dengan bola mata berwarna putih. The "Angel", Hvyt. Meski sosok dan sifatnya benar benar bertolak belakang dengan “Angel” dari cerita cerita dalam berbagai buku, namun loyalitasnya kepada tuannya tak bisa dikeduakan.

“Kenapa?” pria itu berbalik dan menatap tajam Hvyt.

“Bukankah sudah jelas? Kau belum memenangkan turnamen ini, kau masih mati, jadi dia tak dapat melihatmu,Collin Burke” kata Hvyt dengan dingin.

“Aku tidak perlu terlihat, Aku hanya perlu.......” kata Collin Burke,pria berambut pirang itu.

“Kalau kau menemuinya sekarang, tuanku, Dewa Thurkq akan marah padaku karena membiarkanmu membuang buang waktu disini. Tuanku menginginkan sebuah pertarungan berdarah, bukan kisah cinta antar kekasih”

“Tolong, Beri aku 15 menit”

“Tidak, tuanku tidak menerima toleransi. Kalau kau sampai membawa gadis “Kate” itu kedalam pertarungan ini, apa menurutmu tuanku akan diam saja?”

“Tsch.....”

“Kalahkan semua musuhmu, selesaikan turnamen, maka kau dapat bertemu dengan gadis itu lagi”

“Collin? Apa itu kau?” Terdengar suara seorang gadis, diikuti dengan suara gerakan gagang pintu.

“Gawat!”  belum sempat Collin mencari tempat untuk sembunyi, sebuah pintu di lantai kedua langsung terbuka

“Collin!” Pintu itu terbuka, gadis yang membukanya menengok ke kanan dan kiri, namun dia tidak melihat siapapun disana. “Apa tadi hanya imajinasiku?” kata gadis itu, kemudian kembali ke dalam bangunan sambil menarik gagang pintu. Belum sempat pintu tertutup, si gadis berhenti sejenak untuk mengusap air mata pada pipinya. “Collin......” tak lama kemudian, pintu tertutup.

“Kate.....” meski tak melihat wajahnya langsung, Collin yakin kalau itu adalah Kate. Tak ingin membuat kekasihnya menunggu lebih lama, Collin bertekad bulat untuk memenangkan turnamen ini. Dengan wajah yang serius, Collin berbalik dari pintu dan berjalan menjauhinya.

“Aku akan kembali, Kate. Tunggu aku.”


-----=====Sonber City : Jalanan Kota====-----

“Dimana aku?”
“Ah.... iya.... si Hvyt sialan itu menjatuhkanku dari ketinggian”

Emils membuka pandangannya, ia dengarkan semua suara disekitarnya dan merasakan suasana tempat ini. Dia melihat batu hitam di bawah tubuhnya yang semi transparan itu, batu itu terus memanjang sampai jarak yang jukup jauh. “ini pasti jalanan yang kulihat dari langit tadi”.

Kemudian Emils melihat ke atas, dan disana, tak jauh dari pandangannya adalah atap besi, dia melihat sekelilingnya, ada empat roda dari karet yang mengelilinginya dari barat daya, tenggara, timur laut, barat laut. Jika diperhatikan lebih teliti, ‘atap’ ini seperti sedang bergetar. Ditambah lagi dengan suara mesin itu. “Ini.... mungkin mesin bercangkakng para manusia?”

Di sekitar lokasinya sekarang, Dia mendengar suara manusia, beberapa diantara mereka bernada marah, beberapa diantaranya memakai bahasa yang tak pernah dia dengar dan lainnya seperti sedang berseru. Tapi ada suatu suara yang membuatnya jengkel, sebuah suara berbunyi “TIIIN!! TTTIIINN!!!” yang berulang ulang yang membuat suasana tempat ini sedang tegang.

Tapi yang tak dia suka adalah bau ini.... bau dari mesin bercangkang ini.... seperti Mandagora yang sudah 5 tahun terpendam dalam goa tergelap. Tercium seperti racun yang begitu berbahaya. “Sial.... aku harus segera pergi dari sini”

Emils memeriksa jumlah cairannya, sepertinya gara gara dilempar Hvyt dari ketinggian setinggi itu, cairan Emils berceceran dimana mana hingga hanya tersisa ½ dari volume asalnya. Ini tidak akan cukup untuk menggunakan bentuk manusia sampai dia menemukan air.

“Sialan si Hvyt itu! di awal turnamen aku sudah disabotase! Akan kupastikan si dewa jadi jadian itu mendapat hadiah ratusan tusukan dariku! Oke... mungkin hanya salah satu Hvytnya..... mungkin hanya puluhan tusukan..... tidak... mungkin hanya satu tusukan.... tidak.... mungkin hanya satu pukulan..... k-kalau bisa..... Ah... sudahlah.....”

“Jika aku tetap dalam bentuk ini, akan buruk kalau musuhku menemukanku duluan. Biar kuingat.... musuhku ada 4, Collin, seorang manusia berambut pirang; Sil, si gadis tanpa mulut; Elle, Anak kecil yang selalu terlihat riang di jagatha Vadith; dan Scarlet.......”

Diantara semua lawannya yang paling dia ketahui adalah pria bernama Scarlet itu. Matanya yang sayu namun bersinar, hanya elf yang punya mata seperti itu, lebih tepatnya seorang "Night Elf". Emils bisa mencoba membuatnya sebagai “Teman” dalam pertandingan ini karena Emils yakin Scarlet bukan Manusia dan jika beruntung, mungkin dia juga punya dendam dengan manusia.

“hmm..... kota ini cukup besar. Dalam sebuah perang, ada dua cara untuk bertahan hidup, yakni berburu atau diburu. Jika aku memburu musuhku, aku akan terlalu mencolok karena tidak bisa membaur dengan kerumunan. Tapi jika aku diburu, aku bisa saja mati bahkan sebelum melawan.... Kecuali kalau aku punya sebuah umpan.......”

Emils berpikir sejenak. Berburu atau Diburu?. Tapi sebelumnya..... dia perlu menemukan tempat yang punya banyak air. Emils mengumpulkan semua cairan tubuhnya kemudian membentuk sebuah bola seukuran bola sepak.

“Baiklah..... Ayo pergi!!!” cairan dalam tubuh Emils mulai memutar perlahan, lama kelamaan putaran cairan dalam tubuhnya semakin cepat hingga membentuk pusaran yang berputar di sisi kiri dan kanan bola cair itu. Dengan menggunakan putaran ini, tubuh Emils terdorong maju menggelinding dengan perlahan dibawah kumpulan mesin mesin manusia ini.

Tapi, serius kenapa mesin mesin ini tak berjalan padahal memiliki roda?

“WOI! MAJU! JALANAN MACET,NIH!”
“KALAU GUE BISA MAJU YA GUE MAJU, AN****”
“MON*** KALIAN SEMUA!”

“Terkadang aku bingung dengan manusia. Mesin ini harusnya bergerak tapi tidak bergerak. Salah sendiri tapi nyalahi anjing dan monyet, apa sih salah mereka?” gumam Emils dengan pelan.

“Oke, aku harus menemukan tempat yang akan menarik perhatian banyak orang..... AHA! SEPERTI TEMPAT ITU!!!”



-----=====Sonber City : Sonber City Park====-----

Sonber City Park, sebuah taman yang berada tepat bersebelahan di barat Universitas Rionell dan sekaligus pusat kota Sonber. Taman seluas 150 hektarare ini adalah hasil dari kerjasama pemerintah dengan universitas Rionell demi mewujudkan tata kota yang rapi, indah dan fungsional.

Penduduk kota Sonber, terutama mahasiswa dari Rionell sering datang kemari untuk melepas kegerahan dari kehidupan keseharian mereka di kota yang bising, beberapa orang hanya mampir lewat, yang lainnya bersantai,pacaran atau sedang menemani anak mereka bermain di sebuah playground di sudut taman.

Di tengah taman ini terdapat sebuah pancuran air besar bernama “Unity Fountain” yang ditengahnya terdapat 4 patung duyung merah, biru, kuning dan hijau yang masing masing menjulurkan tangan kanan mereka ke satu titik yang sama, mengibaratkan “meski semua orang berbeda, namun kita tetap bisa bersatu”

Sementara itu, di sebuah sudut di taman ini, Collin Burke sedang duduk termenung disebuah bangku putih di sebuah taman. Dia ingin sekali memberitahu Kate kalau dia baik baik saja, namun jika dia melakukan itu, ada kemungkinan dia akan membawa Kate ke dalam pertarungan ini. Collin tak dapat menghiraukan ini karena Hvyt sampai mengatakan itu secara langsung.

“Aku tak punya jalan lain, aku harus segera mengakhiri turnamen ini” kata Collin.

“KKKKYYYYAAAAAAAA!!!!” Istirahat santai Collin tergangu karena teriakan dari beberapa orang.


-----=====Sonber City : Sonber City Park; Unity Fountain Square====-----


Collin berlari secepat dia bisa menuju pusat dari teriakan tadi, yakni pusat taman ini. Orang orang di taman ini berduyun duyun menuju pusat taman, beberapa diantara mereka tampaknya pengurus taman dan beberapa polisi. Tapi selain mereka, ada juga orang orang yang tak berhubungan dengan kejadian ini menuju pusat taman, mahasiswa, pekerja kantoran bahkan anak anak kecil menuju pusat taman.

Ada sesuatu yang ganjil disini. Itulah kesimpulan sesaat yang ada di pikiran Collin.

Ketika Collin tiba disana, “Unity Fountain” telah berubah. Keempat patung duyung yang menjulurkan tangan mereka untuk satu kepentingan bersama, telah tergeletak di bawah pancuran dalam kondisi basah kuyup. Dan di tengah pancuran itu adalah sebuah patung es, patung es yang mirip ke empat duyung itu berdiri menghadap langit namun membelakangi sesamanya.

“Perusakan fasilitas umum? Tidak.... tidak mungkin manusia biasa membuat patung itu begitu cepat pasti ini perbuatan salah satu peserta turnamen ini” Pikir Collin dalam pikirannya.

“AKU MENEMUKANMU........” terdengar sebuah suara yang sangat berat. "Sesuatu" berputar di dalam pancuran itu, air dalam pancuran itupun berubah menjadi pusaran air yang ganas, fondasi salah satu patung duyung es tiba tiba runtuh, membuat patung itu condong ke kerumunan orang orang yang jauh dari Collin.

“.........COLLIN BURKE!!!!” lanjut suara berat itu, diikuti dengan runtuhnya fondasi salah satu patung lainnya dan dengan bersamaan jatuh dengan patung sebelumnya.

Collin tidak diam begitu saja, segera diangkat kedua tangannya, listrik mengalir di seluruh tubuhnya kemudian dia pusatkan ke telapak tangannya, mengeluarkan percikan percikan listrik dari telapaknya, kemudian dia pukulkan kedua tangannya ke kedua patung tersebut. 

“DEMM!”

Dua buah Demm -projekil yang terbuat dari gelombang listrik- tertembakan ke arah patung itu, membuat sebuah ledakan listrik pada kedua patung itu, membuat patung itu menjadi serpihan serpihan kecil.

“Eh? Aku salah orang,ya?” terdengar suara itu lagi, bagai suara iblis yang tak merasa bersalah meski telah menyakiti orang lain.
“Oh~~~ jadi kau yang bernama Collin Burke?” lanjut suara itu.
“Kalian manusia biasa lebih baik meninggalkan tempat ini!!!”

Secara bersamaan, fondasi kedua patung es yang tersisa runtuh lagi dan jatuh ke arah Collin. Collin mengalirkan listrik ke kedua telapak tangannya, kemudian Collin melompat ke arah salah satu patung es, memukulnya dan membuat patung itu terpental ke patung lainnya, ketika keduanya bertabrakan, keduanya langsung hancur menjadi serpihan serpihan kecil.

“K-KENAPA PATUNGNYA JATUH SENDIRI?!”
“DARI MANA LEDAKAN INI BERASAL?!”
“L-LARI!!! SELAMATKAN NYAWAMU!” teriak seorang pria, diikuti dengan jeritan panik para wanita, tangisan anak kecil terdengar dimana mana. 

Para “penonton” berlarian keluar dari taman dengan tergesa-gesa, Tak lama kemudian, tempat ini menjadi kosong. Tak ada siapapun disini kecuali Collin.

“Awalnya aku khawatir tak akan bisa menemukan peserta turnamen ini karena tubuhku tak bisa dilihat siapapun, bahkan aku bertanya tanya apakah suaraku akan terdengar oleh orang lain, tapi ternyata aku bisa memancing peserta kesini juga. HAHAHAHAHA!!!!”

“Diam, monster! Tunjukan dirimu sekarang juga!” teriak Collin. Collin tersumbu amarah karena penduduk kota tempat tinggalnya diserang oleh si monster. Aliran listrik semakin mengejolak di tangan Collin, menandakan ketidak stabilan emosinya.

“Baiklah jika itu maumu!” Kata si Monster.

Tak lama setelah suara si monster berhenti, dua buah tanduk es raksasa keluar dari dalam air, tangannya yang terbuat dari es keluar seperti sedang berusaha meraih sesuatu di langit sana,  kemudian diikuti dengan kepala es dengan wajah menyeramkan yang berukuran 10 kali kepala manusia biasa, kemudian tubuh bagian atasnya yang semuanya terbuat dari es.

“Namaku adalah Gorgon.... si Dewa....” belum selesai si monster selesai bicara, sebuah Demm sudah mengenai leher si raksasa es, memutuskan kepalanya dari tubuhnya.

“WWWAAAAA!!!! KEPALAKU!!!” teriak si monster dengan suara panik

“Berhenti bermain-main, tidak ada yang namanya Gorgon di grup ini!” bentak Collin dengan Amarah.

“Ah.... menyebalkan..... padahal aku mau menakut nakutimu dulu......” sebuah suara, tidak seperti sebelumnya, suaranya seperti suara pemuda laki laki terdengar dari pancuran air.

Dengan perlahan, munculah sebuah benda cair dan kental berbentuk Oval, warnanya biru semi transparan dengan mata mirip manusia, namun tertutup, tidak ada mulut ataupun telinga, kemudian diikuti dengan tangan, tubuh dan kakinya nya yang berwarna biru gelap. Kemudian dia memukulkan tangan kanannya kebawah, membuat sebuah perpanjangan tangan yang kemudian membentuk sebuah pedang “Saber”.

“Namaku Emils, seekor Slime dan seorang Revolusionis”  kata si monster, Emils.

“Kenapa kau melukai orang orang di kota ini? Mereka tak dapat melihat kita! Mereka tak ada hubungannya dengan kita semua!”

“Aku hanya memancing peserta sepertimu kesini, Collin. Sangat sulit untuk mencari 4 orang di kota yang sangat besar seperti ini, lagipula si Dewa jadi-jadian hanya mengatakan kita tak terlihat, bukan tak boleh melibatkan orang lain di luar turnamen” Kata si Monster. Setelah mengakhiri kalimatnya, Emils berjalan menuju tepi pancuran dan mengangkat pedangnya miring ke sebelah kiri, memantulkan bayangan Collin di pedangnya.

Entah karena kebetulan, suasananya memang pas atau karena ada manipulasi alam semesta, langit yang berwarna biru ke abu abuan berubah tertutupi oleh Awan-Awan gelap yang memenuhi langit, air hujan mulai menguyur turun dengan lebat sementara petir memengelegar di antara awan awan dan sesekali menyambar tanah. Menandakan awal dari pertarungan antara sang air dan sang petir.

“Cukup dengan basa basinya!” Itulah kalimat terakhir Emils. Emils langsung memadatkan kakinya dan melompat ke tanah, kemudian berlari dengan cepat ke arah Collin.

“DEMM!” Collin kembali memusatkan listrik ke kedua telapak tangannya, memukulkan tangan kanannya sambil memajukan kaki kirinya dan melepaskan sebuah Demm  ke arah Emils. Serangan Collin belum berhenti, Collin memukulkan tangan kirinya ke arah Emis sambil memajukan kaki kanannya, menlepaskan Demm kedua, kemudian Collin menyatukan kedua telapak tangannya, dan melepaskan Demm ketiga yang lebih besar dari dua gelombang sebelumnya.

Emils terus berlari ke arah Collin, ketika Demm pertama datang, dia membentuk sebuah perisai kecil di tangan kirinya, kemudian membekukan tangan kirinya dari ujung jari sampai siku. Dengan perisainya, Emils berhasil menghadang gelombang yang pertama, namun ledakan dari Demm itu cukup kuat hingga membuat Emils kehilangan kecepatannya dan mundur beberapa langkah. Perisai Emils retak hebat karena ledakan itu.

“K-Kuat juga.... tapi.... kalau nggak kena nggak papa,kan?” Kata Emils. Emils melepas tangan esnya, mengambil air dari tubuhnya yang lain untuk membuat tangan yang baru, kemudian lari ke arah Collin lagi.

Ketika Demm kedua datang, Emils membekukan pedangnya dan mengenakan ujungnya pada Demm, kemudian menepis Demm itu dengan tangan kirinya sehingga mengubah arahnya. Kemudian ketika Demm ketiga datang, Emils mencairkan seluruh tubuhnya dan menghindar dengan melekat pada tanah.

Setelah Demm ketiga dilewati, Emils kembali ke bentuk manusianya. Jarak antara Emils dan Collin saat ini hanya tinggal 10 meter saja. Collin mengepalkan kedua tangannya, mengarahkan ke kanan Collin, mengumpulkan listrik di kedua telapaknya, kemudian menembakkannya seperti cambuk ke arah kiri.

Emils melompati Demm Collin, namun ketika Emils masih di udara, Collin menembakan Demm ke Emils. Karena tak melihat cara untuk menghindar, Emils berusaha mengurangi kerusakan yang akan diterimanya dengan menyilangkan kedua lengannya dan melindungi inti Slimenya. Namun diluar dugaan, Demm tersebut memang mengenai Emils tapi Demm Collin langsung menembus Emils tanpa menyakiti Emils seakan-akan tubuh Emils tidak pernah ada disana sejak awal.

“Petir tidak mempan terhadapku!” Seru Emils.  Emils membungkukan tubuhnya, meletakan pedangnya di belakang punggung. Cairan dari punggungnya diserap oleh pedang tersebut, sebagai gantinya cairan  yang mengisi tangan kirinya terserap ke dalam tubuhnya, menggantikan cairan pada punggungnya yang telah terserap. Kemudian  pedang Emils yang telah menyerap banyak cairan dia keraskan, bilah pedangnya dijadikan lebih tajam, sekarang pedang cair itu lebih tajam bahkan dari pedang asli. Kemudian dengan pedang itu, Emils menebas Collin secara vertikal.

Collin menatap tajam pedang cair Emils, dia mengamati pergerakan pedang itu dan memprediksikan dimana pedang itu akan mendarat. Setelah yakin, Collin meluruskan tangan kirinya ke kiri dan tangan kanannya ke kanan, dengan penuh kesabaran Collin menunggu pedang itu. Dan ketika pedang itu berada di jarak tangannya.....
“SHIRAHADORI!” terdengar suara Collin memanggil nama asing, nama yang terdengar asing di wilayah barat seperti kota Sonber. Dengan kecepatan yang tak terbayangkan, Collin menangkap pedang cair Emils dengan kedua tangannya, menghentikannya di tempat itu juga.

“A-Apa?” Emils tampak terkejut dengan jurus yang dikeluarkan Collin.

“Meski aku lahir di tanah barat, aku juga bisa mempelajari ilmu bela diri dari Timur”

“Bohong. Kau hanya kebetulan liat dari film film fiksi action” Darah segar mengucur keluar dari tangan Collin. Benar saja, Teknik itu tidak sempurna karena Collin hanya pernah melihatnya dari Film Film Action.

“Hahaha.... tau saja..... CLOFER!” Aliran listrik bertegangan listrik menyelimuti Collin. Petir Peitr tampak memancar dari seluruh bagian tubuh Collin menyambar udara kosong di sekitarnya. Listrik dari Jurus “Clofer” Collin mengalir ke Emils, menyetrumnya dengan listrik ber tegangan tinggi.

“L-Listrik tak akan mempan untukku!” Tawa Emils, namun ada rasa ketakukan dalam tawanya, bukan karena listrik Collin, tapi karena Emils tak bisa menggerakan tubuhnya sampai semua bagiannya kembali ke tempatnya semula.

Namun suatu keanehan terjadi, Pedang Emils perlahan lahan mencair kembali menjadi cairan, begitu juga dengan tubuh semi-manusia Emils, semuanya perlahan lahan mencair kembali menjadi air biasa.

“Oh, jadi begitu! Listrik memang tidak mempan padamu, tapi tetap saja, listrik dapat menggangu sistem mahluk bersel satu,kan?

“Diam kau! Aku bukan mahluk bersel satu! Aku multiseluler! Lebih baik kau kembali ke sekolahmu dan belajar lagi, manusia sialan!” Kata Emils. Emils meronta ronta untuk melepas pedangnya, tapi dia tak bisa bergerak sampai bagian tubuhnya kembali ke asalnya.

“Oke, aku akan segera kembali ke sekolahku, eh... universitasku....... Setelah menghabismu!” Collin membantingkan Pedang Emils beserta Emils ke tanah, kemudian Collin menendang tubuh Emils yang sudah kehilangan banyak cairan sampai Emils menghantam pancuran air.

“Baiklah.... Itu sudah beres”

“Masih belum......” Terdengar suara monotone itu lagi. Tanpa memalingkan pandangannya, Collin sudah tahu, ini pasti si Hvyt.
“........Kau harus membunuhnya atau membuat dia menyerah” Lanjut Hvyt

“Dia masih hidup?” Collin membatu ketika sebuah tombak es terlempar dan hampir mengenai kepalanya. Collin melihat lagi ke arah pancuran air, dan di sana, Emils sudah kembali ke bentuk manusianya.

“HAHAHA! KENA!” Seru Emils.

“Kena?” tanya Collin dengan agak penasaran. Tapi sepertinya Collin tahu apa yang dia maksud, Collin melihat kebelakangnya, di sana si Hvyt yang barusan memberitahunya terkapar dengan sebuah tombak es di kepalanya. Sebuah blackhole muncul dan menghisap si Hvyt, meninggalkan tombak es Emils tergeletak di tanah.

“Entah mengapa, sepertinya kau lebih memilih membunuh Hvyt dari pada menghajarku” ejek Collin kepada Emils

“EEHHH??!!! D-DIA HVYT?!” Emils tampak panik, tapi semenit kemudian dia kembali tenang. “Aku ingat ada ribuan Hvyt, satu Hvyt mati tidak akan membuat dewa jadi jadian itu marah.” Emils kemudian membentuk sebuah tombak di tangan kanannya yang sebelumnya memegang pedang.

“KEMBALI KE PERTARUNGAN!” Teriak Emils. Emils membekukan tombak itu, kemudian melemparkannya ke arah Collin. “DEMM!” Collin menembak Demm ke arah tombak es Emils, menghancurkannya menjadi serpihan kecil.

“Tsch.... ini di luar rencana” Gerutu Emils. “Kalau aku menyerang dari dekat, dia akan menggunakan Clofer, sistem  tubuhku akan tergangu dan kembali menjadi air.Kalau aku lempar tombak es, dia akan menghancurkannya dengan Demm-nya. Aku tak akan menang kalau begini, jadi....” Pikir Emils dalam pikirannya.

“Kita akan bertemu lagi, Collin Burke!” Kata Emils. Kemudian Emils mencairkan bentuk manusianya dan kembali ke bentuk Slimenya, membentuk Bola besar seukuran setengah badan manusia, kemudian kabur dengan kecepatan penuh.

“Tsch.... dia kabur”

“Ayo kejar dia,nom!” seru seorang gadis kecil berambut Amber, memakai sebuah topi bundar yang tersambung dengan sebuah google di sampingnya, Richella Ellenor a.k.a. Elle.

“S-Sejak kapan kau di sini? Siapa kau?!”

“Namaku Richella Ellanor,nom! Kebetulan aku melihat pertarungan hebat ini, jadi aku putuskan untuk menolongmu, nom! Karena sudah sampai sejauh ini, jangan dibiarkan lolos, nom!” Elle kemudian meletakkan tasnya di tanah, meraba ke dalam isi tasnya, kemudian mengeluarkan sebuah papan seluncur tanpa roda.

“JENG! JENG! SKATE BOARD TANPA RODA! NOM!” Kata Elle dengan meniru nada bicara “A certain robotic cat from the future”

“Dengan Skateboard ini, kamu bisa mengejar si Slime itu dengan kecepatan 50 Km/jam, Nom!! Tak perlu listrik karena memakai tenaga sinar matahari,nom!Skateboard ini juga sangat konvensional karena dapat dilipat menjadi ¼ panjangnya, Nom!! Asli karya penemu muda yang jenius, Richella Ellanor! Nom! ” Kata Elle. Sambil memberi penjelasan tentang Skateboard itu.

“tenaga sinar matahari?” Tanya Collin. Kemudian menunjuk ke langit yang sedang mendung.
“Ehm.... untuk kali ini aku modifikasi, nom!! Skateboard ini dapat menyerap listrik, nom!!” Elle kemudian membongkar Skateboard itu, menarik sebuah ordenil dari skate board itu kemudian menutupnya lagi kurang dari 5 detik. “NOM! SUDAH JADI! NOM!”

Sebenarnya Collin masih ragu ragu memakai alat dari anak kecil yang baru saja dia temui dari 10 detik lalu, tapi apa boleh buat, Emils adalah monster yang berbahaya.... tidak, semua peserta turnamen ini berbahaya, tapi yang paling berbahaya di mata Collin saat ini adalah Emils, jadi lebih baik memberikan sedikit kepercayaan kepada gadis polos ini dari pada membiarkan Emils berada di kota tersayang.

Collin mengambil “Skateboard Tanpa Roda” aka “Ska.TR” Elle, meletakkanya di kaki kanan di depan dan kaki kiri di belakang skateboard, kemudian mengalirkan listrik ke kakinya. Dengan perlahan “Ska.TR” melayang di atas tanah, kemudian dengan menginjakan kaki kanannya lebih dalam, Ska.TR condong ke depan, angin keluar dari bagian belakang Ska.TR dan mendorong Collin beserta Ska.TR.

“Semoga berhasil!” Elle melambai lambaikan tanganya kepada Collin yang telah pergi.
“Sil, kau lihat sendiri,kan? Temuanku hebat,kan?! Iya,kan?!” Elle berbalik pada Seorang Gadis berambut hitam sebahu yang menggunakan gaun hitam, Sil, si SilentSilia.

Gadis itu tidak mengatakan apa apa. Sil hanya terdiam sambil melihat ke arah Emils dan Collin pergi. Gadis ini tak memiliki mulut untuk berbicara, namun bukan itu alasannya untuk diam. Setelah beberapa detik kesunyian,  Rambut Sil yang hanya sebahu memanjang sampai mengenai tanah, rambutnya kemudian bergerak layaknya tentakel dan membentuk tulisan

[Apa kau yakin Collin Burke dapat mengalahkan Emils?]
“Yap! Tentu saja! Lihat saja tadi, si Slime itu terlihat ketakutan melawan Collin”
[Tidak, sepertinya dia takut bukan karena Collin tapi karena dia pemikir]
“Pemikir? nom?”

[Ketika mereka bertarung, aku membaca banyak pikiran dari Emils pikiran seperti “Bagaimana kalau aku melakukan.....” atau “Bagaimana jika.......” dan semuanya berakhir dengan “GAH!!!!” atau “GAWAT!!!”. Bisa jadi dia adalah seorang pemikir strategi. Siapa tahu Slime itu sudah menyiapkan jebakan untuk Collin. Beda dengan Collin, dia hanya memikirkan apa yang ada di hadapannya saat itu juga. Ada kemungkinan Collin akan terkena jebakan]

“T-Tolong jangan ubah tulisanmu dengan cepat,nom...”

[Maaf] Pandangan Sil kemudian terarah pada sebuah Ordenil yang sedang dipegang oleh Elle.

[Apa yang ada di tanganmu itu?]

“Oh? Ini,nom? Ini adalah core dari Ska.TR, aku harus melepasnya karena Collin tidak akan menggunakan tenaga matahari,nom”

[Bukannya semua peralatan buatanmu akan mudah rusak kalau Core mereka diambil?]

“.......................”
Hanya keheningan yang mengisi sunyinya siang di balik hujan petir itu.


-----=====Kembali ke Emils=====-----


“Ah... sial....” Gerutu Emils. Meski intinya tidak mengalami kerusakan, Emils menguras cukup banyak energi dalam jebakannya tadi, mulai dari membentuk patung patung duyung es berukuran besar, kemudian membuat patung raksasa untuk menakut nakuti Collin (Dan gagal) kemudian bertarung melawan Collin sudah menguras banyak tenaganya.

“seharusnya aku tidak perlu menakut nakuti si Collin, gara gara patung raksasa tadi, aku menghabiskan terlalu banyak tenaga, padahal masih ada 3 lagi yang harus aku hadapi” Tiba tiba sebuah Demm menembus tubuh bola Emils. Memang benar Demm tidak melukai Emils, tapi karena dalam bentuk bola yang perlu manipulasi secara keseluruhan Emils tersandung dan berubah kembali menjadi cairan.
Emils membalikan intinya ke arah tembakan dan melihat sosok yang tidak asing, Collin Burke si Electric Lavell di atas sebuah papan yang melayang di atas tanah.

“H-HEI! ITU CURANG!” Dengan cepat Emils membentuk bola sekalai lagi dan segera melanjutkan pelariannya

“Tidak ada peraturan yang menyebutkan tidak boleh pakai Alat,kan?  CUKUP BASA BASINYA!” Kata Collin. Collin mengarahkan telapak tangan kanannya ke arah Emils, mengarahkan tepat di inti Slimenya  yang berwarna biru tua, berbeda dari warna tubuh lainnya yang berwarna biru semi transparan.

“DEMM! KEKUATAN MAXIMUM! 850 VOLT!!!!” Semua energi Listrik Collin ia kumpulkan di telapak tangan kananya. Petir petir mulai terlihat di sekujur tubuhnya dan menyambar udara di sekitar Collin, Kekuatan hebat yang sedang dikumpulkan Collin di telapak tanganya sudah kelihatan setelah dia mengumpulkan energi selama 15 detik.

“CHARGE COMPLETE, DEMM! FULL POW.....” belum sempat Collin menggunakan Demm-nya. Petir dari proses charging-nya menyambar Ska.TR yang dikendarai Collin, membuat gangguan arus pendek hingga meledakan Ska.TR seketika.

“Eh? Aku selamat?” Emils melihat ke belakangnya, Collin sudah terjatuh di tanah hanya bertahan dengan berjongkok sambil menahan dengan kaki kanannya. Sementara itu, Emils sudah sampai di jembatan yang memisahkan Sonber city dengan sonber city park. Dibawah jembatan tersebut mengalir arus sungai yang sangat tenang meski sekarang sedang hujan petir.

“HAHAHAHA! AKU BERHASIL KABUR! LIHAT SAJA NANTI, COLLIN! AKU AKAN KEMBALI!”

 “Tidak akan kubiarkan kau kabur selama aku masih disini!”

“eh?” Tawa Emils terhenti karena mendengar suara Collin dari belakangnya.

Emils menoleh kebelakang lagi, dan kali ini mimpi buruknya menjadi kenyataan. Collin yang telapak tanganya masih memancarkan listrik, sedang membidi ke arah inti Emils dan siap melepaskan tembakan kapanpun dia mau. “DEMM! FULL POWER! SHOT!” Collin menebakan Demm yang berukuran 20 Kali Demm biasa ke arah Emils, saking kuatnya Collin sampai terdorong oleh tembakannya sendiri.

“MATI AKU! MATI AKU!!!” Adalah satu satunya kalimat yang mendegung di pikirannya. Karena begitu kepepet, Emilspun pasrah karena keadaan, karena pasrah itulah hati Emils kembali tenang, konsentrasi Emilspun pulih kembali, semua memori Emils dari awal perjalanannya mengalir ke dalam pikirannya.

Emils telah menemukan sebuah solusi untuk menghadapi serangan Collin, Emils kembali ke bentuk manusianya, Namun bagian di bawah perut dia bentuk menjadi sebuah pegas, dengan memusatkan semua cairan pada tumpuan pegasnya, Emils melompat tinggi, begitu tinggi sampai melewati tingginya Demm tersebut.

“HAHAHAHA!!!! Sudah kubilang,kan? Demm-mu tak akan jadi masalah kalau kuhindari!” Tawa Emils dengan begitu sombongnya. Namun dia harus menghentikan tawanya untuk sejenak karena dia hendak mendarat pada sebuah lubang yang sangat besar.“eh?” Dengan sial, Emils terjatuh ke dalam lubang itu dan tercebur ke dalam sungai. “DARI MANA DATANGNYA LUBANG INI?!”

“Sial.... Demm ku terlalu kuat. Aku tidak menyangka itu akan cukup untuk menghancurkan jembatan itu” kata Collin. Tak lama setelah itu, Collin pingsan.

[Aku tarik ucapanku. Si Slime bukan pemikir, tapi pengecut]
“Ya, kau benar, sil. Nom!”
[Jadi, apa kau akan “Mengundang” dia?]
“Ya... tidak ada jalan lain,kan? Nom?” Kedua gadis itu mendekati Collin yang sedang terkapar di tanah, kemudian menuliskan sebuah catatan di secarik kertas dan meletakannya di depan wajah Collin.

“Apa ini?” tanya Collin yang ternyata tidak pingsan.
“Kau bangun,nom? Datanglah ke Pembuangan Limbah Universitas Rionell sore ini,nom”
“Apa? Universitas Rionell? Kenapa?”
“Karena tempat itu asik untuk bermain, Nom!” Setelah ‘Mengundang’ Collin, Elle meninggalkan tempat itu bersama Sil. Dengan sisa kekuatan yang dia miliki, Collin berdiri dan berjalan mengikuti Elle dan Sil

Result : No Victory, Emils escaped

-----=====Kembali ke Emils yang hanyut di sungai=====-----

Setelah dihajar habis habisan oleh Collin, Emils hanyut terbawa arus sungai. Namun sungai ini tidak seperti yang ada dalam pikiranmu, air sungai ini berwarna hijau, tidak ada mahluk hidup di dalam sungai ini kecuali bangkai mereka, sampah sampah dari plastik, bungkus kacang, kertas, manequin sampai alat elektronik usang tergeletak di semua bagian sungai ini.

Di tengah sungai, ini ada sebuah bongkahan es yang berbentuk seorang manusia, namun bagian bawahnya berbentuk pegas. Mengapung di perairan yang penuh Limbah ini. Ketika bongkahan Es itu menabrak daratan, sekumpulan cairan keluar dari bongkahan itu sambil menghindari limbah-limbah pada sungai.

Setelah aman dari limbah, cairan itu membentuk bentuk manusia kemudian bersandar pada sebuah pohon mati, memandangi sungai yang tercemar di depannya.
“Serius, kalau saja aku tidak membekukan tubuhku, aku pasti sudah mati keracunan disini” gumam Emils. Sebagian cairan tubuhnya hilang lagi karena terkontaminasi limbah saat menyentuh air limbah sungai tersebut, untungnya Emils sempat membekukan dirinya.

Emils kemudian melihat ke langit. Langit ini sekarang berwarna kemerah merahan, Menandakan kalau sekarang sudah sore. Namun anehnya, dia dapat melihat daerah sekelilingnya dikelilingi bangunan pecakar langit, berarti ini masih berada di kota Sonber. Emils beranjak dari tempatnya bersandar, kemudian menjelajahi pinggiran sungai yang penuh dengan pohon pohon mati.

Tak lama setelah dia menjelajah, dia menemukan sebuah bangunan tua. Sebuah bagunan yang terbuat dari besi, berukuran besar. Bangunan itu dikelilingi oleh dinding beton yang tinggi, namun sudah berlubang dimana mana, seperti bangunan ini mengalami beberapa ledakan dari dalam.

Dengan hati hati Emils mendekati bangunan tersebut. Emils kemudian berembuyi di balik pintu kayu yang di sebelahnya ada jendelanya. Belum sempat melihat apapun, sesuatu merusak pintu itu dari dalam, memotong pintu kayu dan tubuh Emils menjadi dua bagian.

“Eh? Nggak ada apa apa? Padahal aku yakin ada suara dari sana” terdengar suara seorang pria dari dalam bangunan, Nada suara pria itu menandakan kebosanan. Dan entah mengapa kehadiran orang ini diikuti dengan musik Jadul yang entah kenapa disetel dengan suara keras.

Emils melihat orang itu. Dia adalah pria berambut setengah gondrong acak-acakan dan memakai headset, bajunya adalah kemeja Army berwarna coklat, memakai celana pendek ¾ dan berspatu boots. Namun yang tidak dapat ia biarkan begitu saja adalah matanya yang sayu namun besar dan bersinar, tanda untuk seorang Elf. Tidak salah lagi, dia adalah Scarlet Nite’Elf, sang pengembara kegelapan.

“Hei, Scarlet”
“Siapa di sana?” Scarlet mengeluarkan senjatanya, kapak lemparnya yang terantai.
“Tidak apa.... aku hanya ingin bertanya.....”

Emils membentuk tubuhnya kembali ke bentuk Slime, kemudian mendekati Scarlet, Scarlet mengambil beberapa langkah mundur dan masuk ke dalam bangunan tua. Emils memanfaatkan peluang ini untuk mengambil kembali cairannya yang terpisah karena serangan Scarlet tadi. Karena Volumenya sudah cukup, Emils membentuk bentuk manusia lagi.

“Siapa kau?” Tanya Scarlet yang menyiagakan senjatanya
“Namaku adalah Emils, Slime dan seorang Revolutionist, aku di sini karena....”
“Tidak”
“Aku belum mengatakan apa-apa”
“Pokoknya tidak. Jadi supir bus itu membosankan” Kata scarlet sambil menggaruk garuk rambutnya. Scarlet menekan sebuah tombol di headsetnya, kemudian lagunya berganti menjadi lagu rock bertempo tinggi dan wajahnya tiba tiba berubah seakan akan hendak mengatakan “Ayo lawan aku”
“Supir apa?” tanya Emils, di dunia Emils tidak ada namanya ‘Bus’
“Yah... ini tambah nggak nyambung. Apa hubungannya Supir sama Sipir penjara?”
“aku tidak akan menjadikanmu supir atau sipir! tapi sesama Revolutionist yang sederajat!”
“Tidak tertarik, sekertaris begitu membosankan”
“AKU TAK PERNAH BILANG SEKERTARIS!!!!” emosi karena sifat Scarlet, Emils menendang scarlet  masuk ke dalam bangunan tua.

Di dalam bangunan tua itu, terdapat banyak mesin yang tidak dikenali Emils. Emils melihat beberapa kail dan rantai rantai berukuran besar menggantung di langit langit, sebuah kumpulan roda-roda mesin dengan besi yang sangat panjang mengitarinya dan beberapa kotak dengan berbagai macam bentuk yang ia tak tahu apa fungsinya. Semua mesin itu sudah tua hingga mereka berkarat. Lantai seluruh ruangan ini memiliki ubin yang terbuat dari batu batu yang sudah termakan usia dan menjadi lapuk, berbagai perabotan tua tergeletak tak teratur di lantai. Scarlet tergeletak di dinding dengan headset-nya terlepas.

“Apa kau tak ingat semua yang telah dilakukan manusia pada ras Elf? Elf adalah ras yang membutuhkan udara segar lebih dari air dan makanan, mereka hidup karena hutan dan tinggal bersama hutan. Dan para manusia menebangi dan membakar hutan hutan kalian! Apa kau tak tahu itu?”

“Heh...  memang benar manusia pernah menebang hutan kami” si Night Elf bangun dari tempatnya terduduk.
“Dan tidak salah pula kalau mereka pernah membakar hutan kami” Scarlet menyapu debu yang telah menutupi baju Armynya.
“hah! Bahkan aku dibunuh oleh manusia” Scarlet melepaskan sebuah senyuman, bukan senyuman karena senang, tapi karena bersemangat. Kemudian diangkatnya senjatanya, Chain Axe.
“Tapi aku tak akan melupakan para manusia yang juga hidup bersama hutan, hidup bersama kami dan ikut melindungi hutan kami!” Scarlet mengang erat Chain Axenya.

“Kenapa? Para manusia tidak lebih dari para munafik! Mereka mengatakan “Kami tak mau disakiti” tapi mereka menyakiti, mereka mengatakan “Kami tak mau dirampok” tapi mereka merampok, mereka mengatakan “Kami tak mau mati” tapi mereka membunuh! SEMUA MANUSIA SAMA SAJA!”

“Hey.... Slime” kata Scarlet. Dia memegang erat rantai yang berada di pegagan kapanya.

“TIDAK SEMUA MANUSIA SEMUNAFIK ITU!”

Scarlet menarik rantainya. Emils tidak menyadarinya tapi sebagian rantai Scarlet masih berada di pintu tersebut, tepat dibelakang Emils. Ditariknya rantai itu, rantai itu mengenai kaki Emils dari belakang, membuatnya terjatuh ke lantai. Kemudian Scarlet menarik sebuah tuas di kanannya, melepaskan sebuah kotak kayu yang berada tepat di atas Emils. Emils tertimbun oleh kotak itu.

“Aku sudah lama berkelana, tak hanya bertemu monster, tapi juga manusia. Manusia adalah mahluk yang lemah, mereka penakut dan cengeng. Tapi mereka bisa berubah menjadi mahluk yang lebih baik dari sebelumnya”  Dengan cepat, Scarlet menarik kembali semua rantainya, kemudian ia lemparkan kapaknya ke langit langit

“Selama masih ada waktu. Manusia dapat berubah, Slime”Scarlet menarik rantainya, membuat kapak Scarlet meluncur jatuh dari langit langit, menghantam kotak itu, meninggalkan sebuah retakan besar pada lantai di bawahnya. Karena merasa musuhnya sudah hancur, Scarlet menarik kembali rantai dan kapaknya.

“Berubah? Kau pikir manusia dapat berubah segampang itu?”

tiba tiba dari belakang kotak tersebut, sebuah gumpalan cairan berwarna biru semi transparan merayap bagaikan gerakan ular ke arah Scarlet, kemudian gumpalan itu melompat ke arah scarlet, membentuk sebuah tangan 2 kali ukuran manusia biasa. Tangan itu mencengkram leher Scarlet, mengangkatnya dari tanah, kemudian perlahan, bagian lain gumpalan itu membentuk tubuh manusia lagi.

“kau bilang manusia bisa berubah ‘selama masih ada waktu’, tapi kau pikir berapa lama itu? Sedetik? Semenit? Sejam? Sehari? Sebulan? Setahun? Sedekade? Seabad?” Tanya Emils dengan nada yang begitu kasar.

“Tidak, hanya mahluk yang bodoh yang akan percaya itu. Kehidupan manusia di sini sudah melampaui manusia di duniaku, tapi lihatlah dunia ini!  Apa kau lihat tempat ini? Apa yang kau lihat? Semua pohon disini mati, air di sungai itu penuh dengan limbah, tidak ada mahluk hidup selain bangkainya! Manusia hanyalah mahluk yang membawa kehancuran kemanapun mereka pergi”

“I... Itu tak ada bedanya dengan kelompok radikal seperti kalian”

“R-Radikal?” kata ‘Radikal’ menggetarkan hati Emils

Kalau saja teman Emils, Gargo si Gargoyle disini, pasti Emils sudah dihantamnya. Tindakan Emils sudah keterlaluan, tindakanya yang tidak hormat kepada sesama “monster” sudah tidak bisa disebut “Revolutionist” tapi sebagai seorang radikal penghancur sesama monster.

Dengan perlahan Emils melepas gengamanya pada Scarlet. Meletakkan Scarlet di lantai. Dengan memalingkan wajahnya, Emils berkata “Maaf” dengan pelan, menyembunyikan penyesalannya dan rasa malunya sebagai Revolutionist.

“SCARLET~~~~ Aku kembali, Nom!!!” terdengar suara pintu berat bergeser. Sebuah pintu besar di bangunan itu terbukan, membuat cahaya dari lampu lampu bangunan di luarnya masuk ke dalam banguan itu.
“Scaret! Aku tidak menemukan si agar agar biru, apa yang harus kita..... NOM! Lihat! Dia sudah disini!”
“Manusi....  uh? bukan...... Dwarf?”

Emils hendak menarik pedangnya dan menyerang Elle, namun dia mengurungkan niatnya karena menyadari kalau Elle berbeda dari manusia biasa. Fisik Elle yang kecil dan cenderung memberi “nom” pada akhir kalimatnya mengingatkan pada Dwarf yang bertubuh kecil dan kebiasaan Dwarf mengahiri kalimat mereka dengan erangan “hmm....” atau “Har....”

“Apa ini tempatnya? HEI! apa semuanya sudah berkumpul disini?” terdengar suara seorang pria yang tidak asing bagi Emils.

Emils menarik pedangnya dan bersiap untuk menyerang. Seorang pria beramut pirang berkemeja coklat kota kotak masuk ke dalam bangunan, tidak salah lagi, pria itu adalah Collin. Collin yang melihat Emils langsung waspada dan bersiap mengeluarkan jurusnya, namun entah bagaimana caranya, dinding di belakang Elle bergerak dan menghantam dinding diantara mereka berdua, membentuk dinding baru diantara keduanya.

“Mahluk agar agar! Collin! Jangan serang sesama!”
“Tapi... dia manusia! Lagi pula kita semua peserta dalam turnamen ini!”
“Ya, kenapa aku tak boleh menyerang si jely ini?”
“Karena dia partnermu untuk permainan ini!”
“Permainan?”
“Party time!” Elle menghentakan kakinya. Tiba tiba seluruh dinding dalam bangunan ini bergetar, dinding dinding dalam ruangan ini terdorong oleh beberapa mesin dan membentuk sebuah ruangan luas yang menutup pintu masuk/keluar dan semua jendela. Lantai di bawah Elle tiba tiba terangkat, Scarlet yang berada di dekat Elle waktu itupun ikut terangkat.

“A-apa ini? Kemampuan mengubah terrain para Golem?!”
“Aku bukan Golem, nom! Aku adalah ras Gnome! Semua ini aku buat dengan puluhan springfeild dari sisa sisa pabrik ini!”
“G-Gnome? Kau bilang Gnome? Ras Machinist dari Gnomeria?!”
“Hei, Jely. Sepertinya kau tahu banyak soal mereka, bisa kau jelaskan?”
“Revolutionist tidak akan memberikan informasi Top-Secret kelompoknya kepada musuhnya” Ledek Emils sambil menjulurkan lidah yang keluar dari tempat yang seharusnya ada mulutnya.
“ngajak tarung?”
“Oke, boleh saja!”

Tiba tiba dua buah mesin “Spring feild” muncul dari bawah Emils dan Collin, menerbangkan mereka ke langit langit, untuk 5 detik mereka menancap di langit langit, kemudian jatuh kembali ke lantai.

“Aku bilang Jangan serang sesama! Dia itu partnermu dalam permainan ini!”
“Tsch.... kenapa aku harus keseret ke masalah ini?”
“Baiklah, kita akan memulai permainan ini, Turnamen Bor Grup E di buka!”


==Second Battle, Scarlet and Elle VS Collin and(?) Emils==

Setelah mengucapkan itu, Seluruh bagian bangunan ini bergetar hebat, dinding dan lantai dalam bangunan tua ini bergerak membentuk ruangan ruangan secara acak, ruangan luas tempat mereka berempat tiba tiba menjadi sempit karena terbentuknya ruangan ruangan baru disamping mereka. Sekarang yang tersisa dari ruangan itu hanyalah sebuah lorong dengan puluhan pintu di seluruh bagiannya, kecuali di lantai. Yang tidak berubah hanyalah atap bangunan ini yang terdiri dari rantai rantai yang menggantung dan jendela jendela raksasa di atap yang kacanya sudah pecah semua.

“Scarlet, pedangnya sudah siap?,nom?”
“Nggak dari tadi nggak ada pedagang yang lewat.....”
“UUUUUHHH!!!!!”
“Eh... I-Iya iya! Pesawat,kan? Petani? Pelanduk?”
“PEDANG!!!!”
“Oh! Pedang! Kenapa nggak ngomong dari tadi?”

Scarlet mengeluarkan sebuah keranjang yang penuh dengan pedang yang ia ciptakan. Kemudian Elle menjatuhkan pedang itu ke bawah, kemudian dia menekan tombol di dinding belakangnya, sebelum pedang itu mendarat di lantai, dinding di bawah Elle dan Scarlet terdorong, menghantam pedang itu, kemudian melesat ke ujung ruangan dengan kecepatan dasyat. Emils dengan tubuh cairnya tidak mengalami masalah menghindar, namun saking banyaknya, intinya hampir tertusuk puluhan kali, sementara Collin berusaha menembaki pedang pedang yang terlempar dengan Demm-nya, namun sesekali pedang pedang itu menyayat kulit Collin.

“Nom! Percobaan berhasil,nom!! Scarlet, siapkan lebih banyak pedang,Nom!”
“Aku ada ide bagus, bagaimana kalau kita buat lebih banyak pedang?”
“Itu yang aku katakan, Scarlet..... dan tolong lepas Headsetmu ketika aku berbicara,nom!”
“Keraskan Headsetku ketika kau berbicara?”
“NGGAK, NOM!”

“M-MATI AKU!!! LEBIH BAIK AKU KABUR SAJA!!!” Dengan Spontan Emils berlari ke sebuah pintu di kirinya, namun sialnya sebuah dinding yang dibelakangnya terdapat mesin pegas keluar dari pintu itu dan menghantam Emils, menerbangkannya ke sisi lain lorong ini.

“Oke, itu bisa dipakai!” Collin menghampiri dinding yang keluar dari pintu itu, kemudian mengaktifkan Clofer, dengan panas yang diciptakan dari Clofer, dia potong pegas di belakang dinding itu, membuatnya jatuh ke lantai, kemudian Collin membuatnya horizontal untuk dia pakai sebagai penghalang.

“Hei, Collin biarkan aku bersembunyi disana!”
“Cari saja tempatmu sendiri, Monster!”
“Aku yang membuka pintu itu, seharusnya dinding itu milikku, Manusia!”
“Tapi aku yang memotongnya, jadi ini milikku!”

Collin dan Emils melanjutkan pertengkaran mereka seperti layaknya anak anak kecil yang sedang merebutkan sebuah mainan.

“Scarlet, Lempar!!!”
“OKE!” Scarlet melemparkan semua pedang dalam keranjangnya. 
"AKTIFKAN SPRINGFIELD!!!" teriak Elle, Kemudian dengan mesin Springfeild Elle, Pedang pedang itu melesat bagaikan puluhan butiran hujan yang hendak menghantam tanah.

“WWWAAA!!!!!” Dengan Refleks Emils bersembunyi di balik dinding yang telah dipotong Collin, menghindari serangan dari puluhan pedang yang terbang ke arahnya.

“Kenapa kau di sini? Keluar!”

“Ini bukan saatnya buat bertengkar, Collin. Aku juga tak menyukainya, tapi kita harus bekerja sama untuk mengalahkan mereka berdua” Kata Emils.

“Tidak akan pernah! apa kau lupa siapa yang menyerang orang orang tak bersalah yang berada di taman tadi? Lagi pula kau telah menghancurkan patung ‘Duyung Unity Fountain’ yang sangat berharga bagi kota ini”

“Apa kau tahu aku sengaja menguras banyak tenaga, mencegah patung patung itu supaya tidak rusak ketika aku menjatuhkan mereka?”

“Jadi... Patung patung itu....”

“Aku juga membuat patung patung es itu, kemudian menghancurkannya untuk mengusir orang orang biasa supaya mereka tidak terluka dengan pertarungan kita! Patung patung es itu hanya lapisan luar, dalamnya hanyalah udara hampa, jadi meski patung patung itu menghantam orang orang, tak akan ada yang terbunuh”

“B-Benarkah?”

“YA! BENAR!”

“Heh... kurasa aku salah tanggap terhadapmu, Slime. Hanya untuk kali ini, aku akan bekerja sama denganmu”

“Baiklah, mari kita kalahkan mereka!”

“Jadi, Emils. Apa kau punya strategi?”

“Tidak. Ngomong ngomong.... dari pembicaraan kita tadi, sepertinya kau mengenal cukup banyak soal kota ini. Bisa kau jelaskan tempat apa ini?”

“Kita berada dalam Universitas Rionell. Lebih tepatnya tempat pembuangan terakhir zat zat berbahaya”

“Oh? Jadi tempat ini semacam tempat sampah?”

“Ya, begitulah. Sebenarnya aku ada strategi.............”  

****

“Elle, mereka berlindung di balik dinding itu, apa yang harus kita lakukan?” Tanya Scarlet yang sedang menempa beberapa pedang dari besi besi bekas, dia memang memiliki beberapa alat tempa yang ia simpan di tas pinggangya yang ia letakan tak jauh darinya, tapi entah mengapa dia bisa menempa tanpa tungku api.

“Noommmm......” Elle tampak tak sabaran menunggu Emils dan Collin keluar dari persembunyian mereka. Elle menunggu..... menunggu...... menunggu...... meski cuma 5 menit, namun dia sudah merasa kebosanan.
“Scarlet,  pergilah kesana. Pancing mereka keluar, kemudian ketika mereka terpancing, aku akan melemparkan semua pedangmu, kemudian meluncurkan semuanya dengan springfieldku,nom!”
“APA?! TIDAK BISA! Anak kecil tidak bisa melakukan sesuatu sebahaya itu! Akupun tak mungkin meluncurkan pedang pedang ini ke seorang gadis kecil!”
“Nom..... aku menyerah.... bicara sama orang sepertimu memang susah,nom...”
“Tak usah bersedih sampai mengatakan dirimu pendek meski kau memang pendek, Elle”
“NNNOOOOOOOOMMMMMM!!!!!!!” Elle marah karena dipanggil “Pendek” oleh Scarlet dan memukuli Scarlet dengan tangan kecilnya.

“Sekarang!” Emils keluar dari balik dinding perlindungan ke arah Elle dan Scarlet sambil pedang cairnya di tangan kanan.
“E-Elle! Si Slime sudah muncul!”
“NOM! Sudah waktunya bermain, mahluk agar agar!”
Scarlet melemparkan semua pedang dalam keranjangnya. Namun belum sempat Elle menekan tombolnya.....

“Kena kau!” kata Collin dari balik dinding pelindung. Collin telah memusatkan kekuatannya pada  telapak kanannya, terlihat petir menyambar nyambar dari telapak tangan Collin. “DEMM!” Collin menembakan Demm dari telapak tangannya. Dengan kecepatan yang lebih cepat dari suara, Demm Collin menabrak pedang pedang Scarlet, kemudian mengenai dinding di belakangnya dan menghilang.

“Hal seperti itu tak akan mempengaruhi springfieldku!” Kemudian Elle menekan tombol di belakangnya, menyebabkan mesin spring feild aktif. Mesin itu kemudian meluncur ke arah pedang pedang  Scarlet, dan beberapa meter di belakangnya adalah Emils.

“Slime itu tak akan sempat menghindar” komentar Scarlet.

“Oh, benarkah?” bayangan berwarna kebiruan menerangi scarlet, cahaya dari bangunan bangunan diluar telah tertutupi oleh sesuatu, sebuah mahluk transparan yang baru saja melompat dari lantai pertama dan langsung naik ke lantai kedua. Mahluk itu tak salah lagi, Emils si Slime Swordman.

“A-Apa? B-Bagaimana?”
“S-Scarlet! Pedang pedangmu melekat pada springfieldku! Springfieldku rusak!” Kata Elle dengan panik.
“A-Apa yang telah kau lakukan?”

*****

“Baiklah, situasi kita saat ini.....” Collin menggambar denah lorong ini yang berbentuk persegi panjang, kemudian di sebuah ujung persegi panjang, Collin membuat persegi kecil dan dua lingkaran di belakangnya. Kemudian di ujung lainnya, Collin menggambar garis dengan dua lingkaran di atasnya.

“Lokasi kita saat ini berada di sini” Collin menunjuk pada kotak kecil yang dia gambar. “Dan musuh berada di sini” Collin menunjuk pada dua lingkaran yang berada di balik garis.

“Kita tidak bisa ke lantai kedua, dan akan beresiko kalau kita berusaha membuka pintu pintu di lorong ini” Collin membuat tanda ‘X’ di kedua sisi persegi panjang dan mempertebal garis yang membatasi  Elle dan Scarlet.

“Tapi, kau lihat alat itu, Spring field? Ketika kau mengaktifkan salah satu springfield di pintu tadi, ada sebuah pegas di belakang dinding. Gadis kecil itu juga mengatakan hal yang sama, mesin yang meluncurkan pedang ke arah kita adalah “Springfield” tadi, kalau aku perkirakan, mesin itu berada di dinding di bawah mereka” kemudian Collin menggambar sebuah alat berbentuk balok di belakang garis untuk lantai kedua.

“Kalau aku umpamakan tinggi semua springfield sama, kita dapat memanfaatkan itu untuk naik ke lantai kedua dengan menjadikannya batu loncatan”

“Bagaimana kita akan membuat gadis itu mengaktifkan “Springfield” ini? Dia tak akan menggunakannya tanpa alasan yang jelas” tanya Emils.

“Kita akan memancingnya untuk meluncurkan pedang pedang itu lagi. Dia pasti akan menggunakan Springfield ini sebelum pedang pedang itu diluncurkan” Collin menggambar sebuah tanda panah dari Springfield di bawah lantai 2 ke arah mereka.

“Tapi untuk menggunakan itu, kita perlu umpan” Collin menatap kepada Emils. Emils mengerti apa yang dimaksud oleh Collin dan menganguk. Collin kemudian menggambar salah satu dari lingkaran itu kemudian mengarah ke arah springfield.

“Bagaimana dengan pedang pedang itu? Bukannya itu akan menghalangiku? Belum lagi kalau spring field itu lebih cepat dari pada perkiraanmu dan meluncurkan pedang pedang itu lebih awal.” Tanya Emils dengan ragu ragu.

“Tenang saja. Aku akan menembakan Demm-ku pada Springfield mereka. Springfield juga mesin yang terbuat dari besi, besi jika terkena listrik tegangan tinggi akan menjadi magnet, sehingga pedang pedang itu akan menancap kembali pada springfield itu. Dan jika kita beruntung, mesin Springfield ini akan rusak, jadi kau bisa melompatinya kapan saja!”

“Tapi.... bagaimana kalau kau meleset?” Tanya Emils lagi.

Collin menepuk pundak Emils . “Percayakanlah pada temanmu ini!” Kata Collin dengan tegas.

*****

Dengan bantuan Springfield Elle yang rusak karena Demm dari Collin, Emils berhasil melompat ke lantai kedua. Target Emils sudah jelas, Scarlet si Night Elf. Emils tak boleh ragu ragu meski Scarlet termasuk kategori “Monster” dalam kamus Emils karena teman teman Emils di dunia asalnya masih menunggu kepulangannya.

“HHHAAAAAAAAAA!!!!!!!” Emils menusukan pedangnya ke arah Scarlet.

Scarlet yang terkejut karena serangan balik Emils dan Collin terdiam kaku bagaikan batu, tak bisa bergerak sama sekali. Pedang cair Emils menembus jantung Scarlet, darah segar memancar dari tubuhnya, detak jantungnya berhenti, Scarlet jatuh tak bernyawa.
“S-sial.... ini masih.... sore hari....” rintih Scarlet. Setelah kata terakhirnya itu, Scarlet diam kaku tak bergerak. Scarlet Nite’elf telah gugur.

“S-Scarlet!” pekik Elle yang terkejut dengan kematian Scarlet. Elle hendak menghampiri “Partner”-nya yang menyebalkan, namun Emils telah bersiap untuk mengalahkan Elle saat itu juga. Elle ketakutan layaknya Scarlet tadi. Emils mengangkat pedangnya, melompat ke atas Elle, kemudian menebasnya secara vertikal.

KLANK!

Terdengar suara seperti besi berdetum dengan batu yang sangat keras. Sesosok gadis muncul dihadapannya, rambutnya sangat panjang, begitu panjang sampai bisa dipakai untuk menyelimuti dirinya dan Elle.

“I-Iya!” terdengar suara Elle berbisik dengan gadis itu, namun Emils tak mendengar apapun selain gerakan gerakan dari rambut gadis ini. Rambut gadis ini bergerak lagi, seperti tentakel, memukul Emils dan mengenai  perut Emils, kekuatanya tak begitu kuat, tapi cukup untuk membuat Emils terjatuh. Kemudian rambutnya kembali seperti semula, menyusut kembali sampai sepanjang bahu, Elle yang terlihat dibelakangnya segera turun ke lantai satu, mengambil pintu terdekat, kemudian lari lewat pintu itu.

“EMILS! Biar aku urusi si Elle!”

“Baiklah!”
Collin segera berlari menuju pintu yang dimasuki Elle. Sementara Emils tetap di belakang untuk melawan Sil.

 “Hehehe....” tawa Emils. Pada saat yang bersamaan pula, Collin melepaskan sedikit tawa juga.
“(Ternyata..... ada juga.....)” Kata Emils dan Collin bersamaan pula dalam pikiran mereka
“(....Manusia yang......)”     “(....Monster yang......)”

“(............ mudah ditipu)”

“(Memang siapa yang mau menolong manusia sepertimu,hah?!  HAHAHAHAHA!!!! Kau akan kelelahan setelah melawan Elle, kemudian saat kau lengah, akan kubunuh kau!)”

“(Memang siapa yang mau jadi ‘teman’ monster sepertimu,hah?!  HAHAHAHAHA!!!! Aku akan meminta bantuan Elle dan saat kau kelelahan setelah melawan gadis Sil itu, akan kubunuh kau!)”

“(HAHAHAHAHA!!!!!!!!)” Tawa mereka dalam pikiran mereka.

“(Tak kusangka ada juga manusia dan monster bisa memiliki pola pikir yang begitu mirip......)” Kata Sil dalam pikirannya, merasa agak jengkel pada dua individu itu.

Result : Emils and Collin Victory, Scarlet Defeated, Elle escaped


==Third Battle, Emils VS Sil==

Sekarang hanya Emils dan gadis itu. Namanya adalah Sil, si gadis tanpa suara. Meski tak pernah melihat siapa sil sebelumnya, Emils sangat yakin kalau dia termasuk katagori “Human-Monster Hybird” suatu golongan transisi antara manusia dan monster. Dia adalah manusia, tapi dia adalah monster juga, jadi Emils menganggapnya sebagai sesama monster. Rambut rambut di belakang Sil memanjang lagi, membentu sebuah tulisan.

[Aku bukan monster,aku adalah Persona Silium]

“kata ‘Persona’ memiliki arti manusia, tapi Silium adalah sebangsa mahluk bersel satu. Jadi kau ini apa?” Tanya Emils sambil mengambil beberapa langkah menjauhi Sil.

[5]
“hah?” Emils penasaran, si gadis hanya membuat angka 5.
[4] 
“Apa yang kau hitung?”
[3]
“HEI! JAWAB!”

Khawatir dengan apa yang akan terjadi dengannya, Emils hendak menyerang duluan, namun dia baru menyadari keanehan pada tubuhnya, pedangnya mulai mencair, begitu juga tubuhnya dalam hitungan detik tubuhnya sudah berubah drastis kembali menjadi Slime lagi.

[2]
[1]

“S-Sial! Waktu perubahannya sudah habis? (B-Bagaimana dia bisa tahu?)”  Belum sempat Emils kabur, Sil menggerakan rambutnya lagi, mencengkram Emils dengan membentuk tangan sebesar dau kali ukuran manusia.

[Merasa Dejavu?]

“A-Apa maksud....” Emils tiba tiba teringat kalau sesuatu yang mirip pernah terjadi. Lebih tepatnya ketika dia pertama kali bertemu Scarlet, tepat saat Emils mencengkram Scarlet dengan tangan yang berukuran sama dengan ukuran tangan yang dibentuk gadis ini.

[Kesalahan normal]

“(Apa lagi yang ditulisnya? Kesalahan normal?)” tanya Emils dalam pikirannya. Kemudian Sil melemparkan  Emils ke lantai, tepat di sebelah mayat Scarlet. Emils teringat kembali tentang kejadian beberapa detik lalu ketika dia membunuh Scarlet.

[Kesalahan... Berat]

“(Apa lagi yang dia maksud?)”

Sil mengikat Emils lagi, kemudian mendekatkan Emils dengan matanya, Emilspun hanya bisa pasrah karena tak peduli sekuat apapun dia menebas atau menusuk rambut si gadis, rambut itu tetap utuh, tidak patah atau terputus.

10.... 9.... 8......7...... 
“(entah bagaimana, tapi rasanya Gadis itu terus menghitung mundur)” pikir Emils
..... 3.... 2... 1....
”( apa yang dia hitung?)” ketika hitungan itu habis, Emils langsung tertidur.

“Lemah! Lemah! Lemah!” intinya mengatakan itu. Karena Emils tak memiliki organ lain, Emils jadi tertidur dan intinya hanya berkata “Lemah! Lemah!” tanpa ada seorangpun yang mau mendengarnya selain Sil seorang diri.

Dalam pikiran sil, sil merasa agak sebal dengan mahluk ini.
“(Kenapa aku harus ketemu mahluk bersel satu seperti dia? Ini akan susah, jadi mungkin akan kutambahkan Lotusku kepadanya. Hm? Kesalahan..... tak termaafkan?)”

****

 “Dasar lemah!” terdengar sebuah suara yang sangat menggema.
“Lemah! Lemah! Lemah!” terdengar suara itu lagi......
“Bangun, Lemah! Bangunlah dengan Lemah, pecundang!”

"Cukup sudah! Siapa yang memanggilku pecundang?!" Emils membuka pandangannya, namun yang dia lihat hanyalah kegelapan
“hah? D-Dimana ini?”

“KAU LEMAH!” terdengar suara itu lagi.

“Siapa kau?! Tunjukan dirimu!”

“Aku? Siapa aku? Aku adalah dirimu” Emils membalikan pandangannya, dia melihat sebuah cahaya yang entah dari mana datangnya sedang menyinari sesosok bayangan. Namun bayangan itu semi transparan. Dia berbentuk sama seperti Emils dalam bentuk manusia.

“oh, iya...... meski aku bilang aku adalah dirimu,tapi aku juga ‘Manusia’ yang begitu kau benci itu” Emils tak mengerti apa yang dikatakan si bayangan, 

“Tunggu dulu, tubuhku sekarang adalah bentuk Slimeku, jadi sosok yang berada disana adalah.....”

“Benar sekali, aku adalah Manusia dalam dirimu. Bentuk yang selalu kau panggil untuk melawan musuh musuh yang tak bisa kau lawan, akulah yang selama ini bertarung. Seorang Revolutionist yang menggunakan musuhnya sendiri..... Ironis,kan?”

“Tidak. Selama kau adalah aku, berarti kau slime juga”

“HAHAHAHA! AKU? Slime? Jangan bercanda, aku ini kuat, cepat dan gesit. Sedangkan kau lemah, lambat dan lelet”

“Beraninya kau berkata seperti itu kepada majikanmu sendiri!” Emils berusaha membentuk bentuk manusianya, namun segala usaha yang dia lakukan sia sia, tidak ada satupun bagian tubuhnya yang berubah, bahkan dia tak bisa berubah menjadi senjata.

“A-Apa yang.... apa yang terjadi?!”

“Mencari ini?” Bayangan itu kemudian memukulkan tangannya, sebuah pedang cair keluar dari tangannya, persis seperti yang biasa Emils lakukan.

“B-Bagaimana.....”

“Kemampuanmu untuk berubah adalah salah satu kemampuan unik yang sangat kuat.... sangat berbahaya.... itulah kenapa aku yang memegang kekuatan itu, bukan jiwa yang lemah sepertimu!” Dengan secepat kilat, bayangan itu sudah berada tepat di depan Emils dengan pedangnya yang sudah menembus tubuh cair Emils dan hanya berjarak beberapa centimeter dari Inti Emils.

“Apa kau lupa kejadian ini, Emils?”

Seluruh kegelapan di ruangan ini memudar, membentuk sebuah pemandangan yang tak asing baginya. Sebuah gubuk tua yang rusak karena baru saja di serang segerombolan “Petualang”. Tidak salah lagi, ini adalah gubuk tua si Penyihir tua.

Tampak seorang kakek tua berjanggut duduk di atas sebuah kursi goyang di dalam rumah itu. Rambutnya tertutupi oleh sebuah topi lebar berwarna putih, dia memiliki sebuah jangut putih yang panjang dan sebuah tongkat yang ia pakai untuk menyanggah duduknya

“Janggut putih panjang itu.... jubah putih itu.... bahkan tongkat itu.....”

“Ya, Emils. Itulah ‘si penyihir tua’ kita”

Emils sangat ingin menemui kakek tua itu, namun tak lama kemudian beberapa “Petulang” memasuki gubuk dan mulai menghajar si kakek tua itu. Emils yang melihat tindakan itu segera menuju ke dalam gubuk itu.

“HENTIKAN!!!” teriak Emils pada para petualang.
“Larilah Emils! Kau terlalu lemah!” kata si kakek tua.
“A-apa?”
“Ya, Emils kau begitu lemah!” kata seorang ‘petualang’ yang kemudian menendang Emils ke sebuah dinding.

Tak lama, ‘petualang’ lainnya mengerubungi Emils dan mulai menginjak nginjak tubuhnya, terutama intinya yang diinjak berkali kali. Rasa sakit memenuhi pikiran Emils, seakan akan dia akan mati tapi tak mati mati. Inti Slime tak akan hancur selain jika tergores, tertusuk atau tersayat, jadi sebuah injakan tak akan membunuhnya.

Para ‘petualang’ itu masih mengnjak nginjak Emils. Menginjak nginjak harga dirinya, itu sampai sebuah bayangan hitam muncul di pintu gubuk itu. Tak lain itu adalah bentuk manusia Emils. Sosok itu datang begitu saja, menantang para petualang dan membunuh mereka semua dalam satu serangan.

“Kau lihat? Inilah perbedaan kekuatan kita, Emils” Bayangan itu kemudian berjalan menuju tubuh si penyihir tua, dia baringkan si penyihir tua di atas lantai, kemudian dia angkat pedangnya tinggi tinggi dengan ujung lancipnya tepat di atas dada si penyihir tua.

“APA YANG KAU LAKUKAN?!” Tak menunggu lagi, si bayangan itu menusuk si penyihir tua, penyihir tua itu memekik kesakitan, sampai akhirnya menghilang menjadi butiran cahaya.

“Apa kau tak mengerti? Aku membunuhnya” kata si bayangan dengan santainya.

“K-Kenapa?”

“Karena aku adalah manusia, mahluk yang paling kau benci. Mahluk kuat yang suka bertindak semena mena terhadap siapapun. Itulah aku”

Kemudian pemandangan berganti lagi. Kali ini adalah sebuah benteng. Benteng yang terbuat dari kayu. Monster berkeliaran di benteng ini, menyiapkan senjata untuk keperluan perang. Tidak salah lagi, ini adalah benteng Revolutionist yang dibentuk oleh Emils.
“Waktunya berpesta”

“Apa yang kau....” belum sempat Emils menyelesaikan kalimatnya. Si bayangan sudah membunuh seekor monster, dia tak berhenti hanya di situ, dia terus membunuh, membunuh, membunuh sampai tidak ada satu monsterpun yang hidup. Satu satunya yang tersisa hanyalah gundukan tubuh monster yang dibunuh dengan semena mena.

“Lihat? Kau tidak memiliki keuatan apa apa! Akulah kekuatanmu, aku adalah manusia! Aku adalah kekuatanmu yang kau benci itu! HAHAHAHA!!! PADA AKHIRNYA KAU HANYALAH SEEKOR SLIME YANG LEMAH!!! HAHAHA!!!”

Emils tak sanggup melawan. Dia begitu lemah, sementara bayangannya begitu kuat. Dia bahkan lebih membenci kenyataan kalau dia memang memakai “Kekuatan Manusia” untuk melawan manusia. Dia membenci manusia tapi memakai kekuatan manusia, sebuah pernyataan yang sangat munafik.

 “Itu tak sepenuhnya benar, Emils” Sebuah cahaya putih bersinar terang di depan Emils. Cahaya itu tersasa begitu hangat, sangat familiar bagi Emils. Cahaya itu kemudian membentuk sebuah bentuk yang sangat familiar, bentuk seorang manusia berjubah putih dan memakai sebuah topi putih lebar, topi seorang penyihir.

“Siapa kau?” tanya si bayangan sambil mengangkat  pedangnya.

“Emils. Memang benar katanya. Kau memang lemah. Slime hanya akan menjadi mahluk terlemah di dunia, itu sudah sebuah takdir, Emils” Kata si cahaya putih.

“Tapi bukannya karena kau lemah itu kau bisa menjadi kuat?” Lanjut si cahaya putih

Tiba tiba sebuah cahaya yang sangat terang mengilapkan seluruh pemandangan yang seba hitam dan merubahnya menjadi sebuah perkotaan yang penuh dengan manusia. Sebuah kota yang tak asing bagi Emils, sebuah replika dari [Town of Adventureners]. Sebuah kota yang penuh dengan ‘petualang’ dan memiliki kastil abad pertengahan abad 15 di tengahnya.
 “Lihat lah, kastil di tengah itu”

Emils melihat ke arah kastil itu, para petualang berbondong bondong menuju kastil tersebut.  Ledakan meledak ledak di dalam kastil itu, dari lubang yang dibuat dari ledakan ledakan itu, monster monster keluar dari dalam kastil. para penjaga tampak panik di luar kastil memperingatkan penduduk untuk bersembunyi. Tak lama kemudian, sebuah ledakan paling besar meledak di kastil tersebut, melempar seorang pria dengan mahkota di kepalanya, sedangkan diatasnya adalah seorang yang berbentuk cair, warnanya biru tua dari kaki sampai kepalanya, menyodorkan pedang pada pria itu.
“Takan kubiarkan kalian para manusia bertindak sewenang wenang!!!!” teriak sang mahluk biru.

“I-Inikan.....” Emils teringat akan kejadian ini. 
Ini adalah saat dia menyerang kastil di [Town of Adventureners] karena para petualang menculik puluhan monster.

Setelah itu, seluruh pemandangan tertelan cahaya putih lagi, memainkan ingatan ingatan masa lalu Emils, semua kemenangannya, semua teman temannya. Emils menyadari satu hal, dialah yang melakukan semua itu. Dialah pemilik kekuatan sesungguhnya. Perlahan, tubuh Emils membentuk kepala, tangan dan kaki. Emils telah membentuk tubuhnya kembali menjadi bentuk manusia.

Sekarang, ruangan yang begitu gelap itu berlatarkan warna putih. Dan di dalamnya, tampak jelas hanya ada Emils dan bayangan tersebut. 

“Bangkitlah, Emils! Kau bukanlah Emils si Slime! Sekarang, kau adalah Emils si Slime Swordman! Slime yang telah menggetarkan seluruh dunia!” teriak suara cahaya itu.

“A-Aku tak percaya ini....” si bayangan menguap, begitu juga semua ketakutan Emils karena dia menyadari kembali semua kekuatannya.

“Penyihir tua.... ini semua... perbuatanmu,kan?”

“Hehehehe...... benar sekali Emils” Cahaya itu kemudian memadat sekali lagi, seorang penyihir tua yang selalu menjaga Emils. Ya, si “Penyihir tua”.

“Tapi.... kenapa? Kenapa kau bisa disini? Bukannya kau sudah mati?”

“itu bukan sesuatu yang pantas dikatakan Slime yang sudah mati” Kata si penyihir tua sambil memukulkan tongkatnya ke kepala Emils.

“Hehehe.... dasar bocah Slime. Mungkin kita tak akan pernah bertemu lagi secara fisik, tapi ketahuilah, kematian tak akan dapat menghapus keberadaanku. Aku akan selalu mengawasi semua keluargaku, anak anakku, keturunanku, murid muridku... dan kau.....” Tubuh si penyihir tua semakin memudar, Emils hendak menghentikannya, tapi dia berhenti karena tahu kalau si penyihir tua tak akan pernah meninggalkannya.

“........Emils”
****

“RRRAAAAGGGHHHH!!!!!” Emils telah terlepas dari Illusi Sil. Emils langsung membentuk sebagian atas tubuh manusianya Dan meronta ronta sekuat tenaga untuk lepas dari jeratan Sil.

“(Tsk.... memang menyusahkan, apa boleh buat, akan kugunakan mataku sekali lagi!)” Sil memandangi Emils yang sedang meronta ronta itu, Sil menatap ke kepala Emils, begitu juga kepala Emils, namun sebenarnya Emils tak melihat Sil sama sekali, dia sibuk berusaha melepaskan ikatannya.

10.... 9.... 8.... 7..... Sil terus menghitung mundur, berharap dia bisa memadamkan semangat Emils yang berkobar lagi karena telah “Bertemu” dengan si penyihir tua itu dalam ingatannya. “Mungkin kita tak akan pernah bertemu lagi secara fisik, tapi ketauilah, kematian tak akan dapat menghapus keberadaanku” kalimat itu menggema di kepala Emils, memberinya semangat yang semakin membara!

3.... 2.... 1..... 0..... Hitungan Sil telah habis, namun Emils masih tetap memberontak, ini karena Emils tidak menatap mata Sil, dan yang ditatapnya tidak lain hanya air yang memantulkan bayangan wajah tanpa mulutnya.

“(Aku harus memakai Lotusku.....)” Sil memetik lotusnya lagi, ketika Sil hendak menggunakan Lotus hitamnya, tiba tiba tangannya berkata “Kau gampang sekali percaya” Sil terkejut dengan perkataan tangannya sendiri, kenangan buruk di masa lalu Sil terungkit kembali, membuat Sil terkejut dan melemparkan Lotus ke wajahnya secara tidak sengaja.

Karena Sil terperangkap ilusinya sendiri, Emils terbebas dari rambut Sil karena rambutnya menyusut kembali sepanjang bahu. Emils tidak menyiakan kesempatan ini, meski lawannya adalah wanita, dia tak segan segan karena dialah yang telah menyiksanya dalam dunia ilusi tersebut.

Dengan Amarah mengelegar, Emils menyayat tubuh Sil berkali kali, tanpa mengetahui apa yang ditebasnya Emils menebas tato bunga Lotus di perut Sil, cahaya pelangi memancar dari seluruh tubuh Sil, Emils yang melihat perubahan ini mundur beberapa langkah untuk mengantisipasi serangan balik, namun setelah cahaya itu menghilang, Sil jatuh tergeletak tak bernyawa di atas lantai.

Result : Emils Victory, Sil Defeated.

==Fourth Battle, Elle VS Collin==


“Mau lari kemana,nom?” Elle berlari lari menelusuri koridor dan ruangan ruangan yang dia ganti secara acak oleh puluhan mesin springfieldnya.

“Collin~~~~” terdengar suara riang Elle di seluruh koridor. Elle memasuki sebuah ruangan yang tampak seperti dapur, terpancing dengan semangat petualangnya, Elle mencari ke semua sudut ruangan, namun tidak ada satu orangpun disana.

“Sepertinya Collin tidak ada disini,nom.....” Elle meninggalkan dapur tersebut sambil menyanyi dengan lagu anak anak versi Gnome.

Sementara itu, di dapur yang barusan ia lewati, Collin berembunyi di dalam sebuah lemari, kepalanya mengalirkan darah ke wajahnya, tangannya berlumuran darah segar. Collin baru saja dihajar habis habisan dengan puluhan mesin springfield Elle.

“Heh.... sial.... aku meremehkan gadis ini” Collin merobek sebagian bajunya kemudian dia gunakan sebagai penutup luka di kepala dan bahu kanannya. Tiba tiba terdengar suara yang sangat pelan, karena suara itu begitu pelan, Collin mulai merasa tidak aman. Dia membuka sebagian pintu lemarinya, dapur itu tidak berubah, tidak ada jejak dari si gadis Gnome.

“Tapi aku tak bisa di sini terus menerus” collin memutuskan untuk keluar dari persembunyiannya. Dia membuka pintu lemarinya, melewati sampah sampah yang tergeletak di lantai dan berjalan tanpa suara menuju pintu masuknya.

Collin memutar gagang pintu, kemudian dia dorong pintu itu dengan perlahan........

Collin menyodorkan kepalanya keluar, tidak ada tanda kehadiran Elle. Itu sampai dia memalingkan kepalanya ke kiri dan melihat sebuah pistol mengacung ke kepalanya. Yang memegang pistol itu tak salah lagi adalah Elle yang memakai sebuah tangga supaya setinggi kepala Collin.

“Dor!” Elle menarik pelatuknya, suara mesin terdengar dari dalam pistol Elle, keringat dingin merembes keluar dari dahi Collin, ketakutan menyelimuti seluruh tubuhnya, namun itu semua berakhir ketika sebuah kertas bertuliskan “Dor!” keluar dari moncong pistol itu.

“H-Hahaha......”

“SHOCK-O-MATIC!” tak disangka, pistol itu mulai mengeluarkan cahaya putih yang terang. Elle segera memakai Google-nya, kemudian melempar pistol itu tepat ke wajah Collin. Pistol itu kemudian meledak sambil mengeluarkan cahaya yang sangat terang, membutakan pandangan Collin. Sebuah Springfield yang terletak tepat di depan pintu dapur itu diaktifkan oleh Elle, mendorong dinding di depannya dan melemparkan Collin ke dapur.

“Jangan Lari,nom!” Elle menarik kembali springfieldnya, kemudian berlari ke dalam dapur. Ketika Elle berada di dalam dapur, dia menyadari kalau pukulan dari dinding ini begitu kuat sampai dinding dapur itu terjebol.  Elle berjalan menuju lubang di dinding itu, kemudian mengintip lewat lubang itu untuk memastikan kondisi lawannya.

Alangkah terkejutnya Elle, sebuah mesin besar berada di ruangan itu, mesin itu masih aktif, mengeluarkan suara desis dari uap uap mesinnya. Tertulis di depan mesin itu “Project 578-Team C-Steam powered generator” sebuah generator listrik bertenaga uap.

“Tapi siapa yang mengaktifkannya,nom? Elle tidak menemukan ruangan ini sebelumnya dan tidak ada siapapun yang tahu tempat ini kecuali penghuni dunia ini,kan? NOM!!!” Elle terhenti pada kalimatnya sendiri.
“Penghuni dunia ini.....”

Terdengar suara erangan seseorang, diikuti gesekan antara besi dengan listrik yang sangat keras dari dalam ruangan ini bukan hanya sekali, namun berkali kali. Karena rasa penasaran Elle, dia menelusuri asal suara tersebut.

“KKKYYYYAAAAAAA!!!!!!!” Hanya jeritan dari Elle yang dapat terdengar.

*****

“Terikan itu.... Elle,kah?” Emils yang telah mengalahkan Sil sekarang beranjak turun dari lantai kedua. Emils segera menuju pintu dimana Elle dan Collin pergi, ketika Emils menggegam gangang pintunya....

Langit langit malam ini sangat muram. Emils menatap langit, namun tak ada bintang di sana, tidak ada bintang maupun bulan, begitu juga kondisi ruangan itu saat ini. Tak ada apapun disana, hanya sebuah kawah besar hasil dari sebuah ledakan. Richella Ellenor tak terlihat dimanapun, yang tampak hanyalah seorang pria yang berpakaian compang camping sambil mengeluarkan listrik dari sekujur tubuhnya, pria itu menatap ke arah langit, meski tak ada yang dapat dilihat di sana.

Richella Ellenor, telah hilang karena suatu serangan dasyat. Itulah satu satunya yang dapat dipikirkan Emils saat ini, namun ada ancaman yang lebih besar di depan matanya.

Pria itu mengerang kesakitan. Dia mengenakan kemeja coklat dan kaos coklat muda, baju yang sama dengan yang dipakai oleh Collin Burke. Meski penampilan luarnya sudah berubah, Emils tahu, dia adalah satu satunya lawan yang tersisa, Collin Burke.

“Kate..... aku akan kembali, kate......” Terdengar erangan Collin. Collin menyadari keberadaan Emils dan segera berputar menghadap Emils, bersiap untuk melawannya.

Result : Collin Victory, Elle defeated.  WARNING! COLLIN HAS GONE BESERK!

==Last Battle, Emils VS Collin(Beserk)==

Matahari telah tenggelam,Purnama tertutup awan gelap,Angin mengamuk pada malam ini. Awan awan gelap mulai menurunkan hujan yang sangat deras, membasahi tanah yang tandus ini. Petir mengelegar di langit yang gelap. Bebrapa menit sekali, listrik menyambar, namun bukan ke arah tanah, bangunan atau pepohonan, melainkan Collin yang kehilangan kendali dirinya.

Emils mengangkat pedangnya, menyilangkan ke arah kiri, bersiap melawan musuhnya yang telah muncul. Sementara Collin hanya beridam disana dengan kedua tangan menjulur ke bawah dan mengerang kesakitan.

“Apa yang terjadi dengannya?” tanya Emils pada dirinya sendiri. Dia yakin, kekuatan Collin telah meningkat drastis, namun kehilangan kesadarannya.

Collin yang sekarang bukanlah Collin yang sebelumnya. Dia mengamuk karena mendapat suply energi yang berlebihan. Sama seperti ketika Beserker meminta pada dewa dewanya kemudian menjadi lebih kuat dengan mengorbankan kesadarannya, Collin saat ini tidak memiliki kesadaran. Hanya satu yang ada dipikirannya “Kalahkan semua lawan dan kembali kepada Kate”

“Aku mungkin perlu bantuan dalam menangani yang satu ini” Emils menepuk kedua tangannya, kepalanya membelah menjadi 2, tubuh dan intinya terpisah, kemudian masing masing menyerap air dari hujan dan memulihkan masing masing bagian mereka yang hilang. Sekarang Emils telah menggunakan salah satu teknik rahasia Slime, Multipication. Teknik yang membuatnya membelah diri, namun karena medan sihir yang berbeda dari dunianya, Emils tidak mau mengambil resiko dan hanya akan menggunakannya sekali dalam satu ronde Turnamen ini.

“Aku hanya bisa menggunakan ini sekali, jadi aku tak boleh menyia-nyiakannya”
Kedua Emils berlari menuju Collin keduanya kemudian memisah dan menyerang dari kiri dan kanan Collin. 

“AKAN KUSELESAIKAN SEMUA INI!” Emils menyerang dari dua arah, mengapit Collin dari dua arah.

“GGGRRRRRRAAAAAAHHHHHH!!!!” Collin menggunakan Clofer dan mengeluarkan listrik dari sekujur tubuhnya, ditambah dengan jumlah listrik yang dia punya, Clofer ini menjadi lebih luas, bukan hanya pada tubuhnya, tapi pada radius 0,5 meter dari tubuhnya.

Emils tak menghiraukan Clofer itu,Emils sudah memiliki sebuah rencana. Ketika dia sudah dekat dengan Collin, Emils akan melompat kemudian membekukan pedangnya. Sementara duplikatnya menyerang dari bawah, Emils akan menyerang dari atas ketika Collin lengah.Yang tersisa adalah mengeksekusi serangan itu.

Duplikat Emils menyerang duluan, dia membentuk pedang di tangan kanannya, kemudian menebas ke arah Collin, namun belum sempat serangannya menyentuh Collin, pedangnya mencair kembali menjadi air. Clofer Collin yang sudah ditingkatkan ini memiliki daya ganggu yang besar pada perubahan Duplikat Emils. Bahkan tubuh Duplikat itu tak mampu bertahan lama, meski hanya beberapa detik, tapi tubuh bagian atasnya sudah kembali menjadi bentuk Slimenya, memperlihatkan inti biru tuanya di bagian perut.

“GGGGAAAAHHH!!!!!” Collin mengerang. Dia kepalkan tangannya, mengumpulkan listrik di tangannya, Listrik di tangannya seakan akan memutar di tangan Collin, setelah mengumpulkan energi yang cukup, dia membuka kepalan tangannya dan memukul duplikat Emils dengan pukulan yang sangat keras, tepat di intinya. Duplikat Emils terpental jauh, menabrak dinding dari pabrik tua dan menjebolnya, tak terlihat apa apa selain debu.

“(S-Serangan macam apa itu?)” Emils mengangkat pedangnya di atas kepala, kemudian menebas Collin yang sedang membelakangi Emils. Serangan Emils mengenai lengan kanan Collin, namun terhenti begitu saja. Tubuh cair Emils mulai mencair hanya dengan berada disana, kemudian Emils melompat ke belakang, berjaga jaga supaya dia tak terkena serangan balik Collin.

“Seranganku hanya akan mengenainya ketika aku membekukannya, tapi kalau aku membekukannya, aku tak akan dapat menggerakannya dengan bebas” Gumam Emils.

“Apa yang harus kulakukan? Meyerang dari jauh? Lemparanku tak selalu kena, apalagi dia bisa menghancurkan tombak esku hanya dengan Demm biasanya” Emils berusaha memikirkan sebuah strategi baru, namun Collin tidak mau berdiam diri sampai Emils membuat rencana baru.

Collin mengepalkan tanganya, dia melompat ke arah Emils kemudian melepaskan sebuah tembakan Demm ke belakangnya sebagai pendorong.

“Ah, persetan dengan listrik!” Emils meletakan tangannya pada sebuah genangan air di tanah, air tersebut dibuatnya sebuah dinding tipis yang terbuat dari es. Dengan mudahnya, Collin memukul dinding es tersebut, menghancurkan dinding tipis yang menghalanginya. Namun betapa terkejutnya dia ketika Emils tak ada di belakang dinding tersebut.

Emils yang bersembunyi di bawah dinding itu, membentuk sebuah tombak dari es, kemudian menusukannya pada perut Collin, membuat sebuah air mancur darah dari darah Collin. Collin menggerang kesakitan. Melihat usahanya berhasil, Emils membuat  tombak kedua dan menusukan pada perut Collin sekali lagi, Collin menggerang lebih keras karena tusukan kedua. Emils hendak membuat tombak ketika, namun Collin sudah menyadari keberadaan Emils dan menembakan Demm tepat pada inti Emils.

Inti Emils terbang karena tembakan Demm Collin, terpisah dari tubuh cairnya. Emils tak bisa melakukan apa-apa, dia berusaha mengambil cairan air yang berada di sekitarnya, namun terlambat. Collin sudah berada di depannya.  Collin kemudian mengambil inti Emils yang tak dapat melakukan apapapun lagi, kemudian dia melemparnya jauh, ke sungai beracun. Inti Emils tenggelam di dalam sungai beracun itu, intinya pecah, menghentikan kinerja inti Emils.

Collin hanya terdiam disana, memandang inti Emils yang perlahan lahan teruraikan oleh zat zat kimia di dalam sungai tersebut. Collin nampak lebih tenang dari pada tadi. Dia berpikir dalam pikirannya “Apakah... aku telah menang?”

Sementara Collin mengamati sungai itu, pria berjas coklat itu tak menyadari akan serangan yang tak diduga. Sesuatu menancap pada bahu kiri Collin. darah segar menyembur dari bahu kiri Collin, dia memutar kepalanya dan melihat sebuah kapak menancap pada persendian tangan kirinya.
“GGGGGGAAAAAAHHHHHH!!!!!!!!”  Collin menggerang kesakitan. Dipengangnya kapak itu, kemudian dia lepaskan kapak itu dari bahunya, sendi bahu kirinya sudah rusak, siapa yang menyerangnya?

Scarlet? Tapi Emils sudah membunuhnya lebih awal.
Elle? Tapi dia sendiri yang telah membunuhnya?
Sil? Tidak ada peserta lain, tapi melihat bagaimana Emils selamat, berarti dia sudah mati.
Emils,kah? Tunggu.... Emils? EMILS?!

“Tidak mungkin! Dia sudah mati! Aku membunuhnya sendiri!” Collin menoleh kebelakang, dia melihat jalur yang dibuat rantai itu. Rantai itu memanjang menuju ke sebuah sosok di hujan ini.

“Dan seperti yang kukatakan, kau perlu kembali ke sekolahmu, Collin” Sebuah sosok menapakan kakinya pada sebuah genangan air, genangan itu kemudian terserap ke dalam tubuhnya yang penuh dengan cairan.
“Apa kau tahu jika mahluk bersel satu membelah, mahluk itu akan memiliki sebagian sifat pembelahnya?” kata sosok itu sambil menyeret sebuah rantai panjang yang terhubung dengan kapak itu.
“Tapi, sayangnya aku adalah Slime, aku multi seluler. Aku mewarisi kesadaran dan pengalaman pembelahku meski aku terpisah” Kata sosok itu.
“Jadi, sebenarnya tak ada bedanya kalau kau membunuh aku atau dia. Kami sama sama ‘Emils’, memiliki pengalaman yang sama dan kesadaran yang sama” Meski kalian sudah bisa menebak siapa ini, tapi mahluk itu adalah sosok manusia cair yang berwarna biru gelap, Emils atau lebih tepatnya Duplikatnya.

“T-Tidak mungkin! Kenapa bisa.....”

“Kau tahu mana yang asli, aku atau dia?” Ditangan kirinya, Emils membawa sebuah pedang besi yang dia ikat dengan rantai senjata milik Scarlet Nite’elf,  Chain Axe.

“Kita berdua adalah yang asli” Emils berlari menuju Collin sambil membawa pedang besi yang ia bawa, rantai di kaki Emils bergerak mengikuti gerakan Emils.

“RRRRAAAAAARRRRRRR!!!!!” Sebuah petir yang dasyat menyambar Collin. Collin mengamuk lagi,  dengan berkali kali, dia memukulkan tinju ke arah Emils dan membuat belasan tembakan Demm hanya dengan tangan kanannya.

Demm Demm itu terus menerus berdatangan, namun Demm tidak berfungsi pada Emils, mereka hanya menembus Emils seakan akan Emils tak pernah ada disana. Sekarang, Jarak Emils dan Collin tak terlalu jauh.

Collin mengaktifkan Clofernya, aliran listrik bertegangan tinggi mengalir di seluruh tubuhnya. Collin berlari ke arah Emils. Ketika sudah mencapai jarak pukulnya, dipukulkannya telapak tangan kanan Collin kepada Emils, Emils menghindari pukulan itu dan membalas dengan mengayunkan pedang cairnya ke perut Collin, namun karena pedang air itu hasil manipulasi Emils, pedang itu mulai mencair kembali dan tak berhasil melukai Collin. Begitu juga dengan tubuh Emils, tubuhnya mulai mencair, dan bola biru intinya mulai terlihat.

“MATI KAU EMILS!!!”

“MATI DULU SANA!” dengan menggunakan pedang besi yang ia bawa dari pabrik tua, Emils menusukan pedang itu tepat di perut Collin. Namun itu tak cukup untuk membunuhnya.

“MATILAH!!!!!” Collin memusatkan semua tenaganya pada tangan kananya, sebuah pusaran listrik dapat terlihat di tangan kannya. Belum sempat Collin memukul, sebuah pedang cair menembus jantungnya.

“B-Bagaimana.... bisa....” Collin bertanya tanya. Bukannya Clofernya masih aktif? Kenapa dia bisa membuat pedang itu lagi?

Collin merasakan adanya keanehan pada seluruh tubunya, Semua listriknya telah menghilang! Kemudian dia melihat ke perutnya, Collin meyadari penyebab hilangnya kekuatan listriknya. Hal ini karena muatan listrik akan pergi menuju tempat yang bertegangan yang lebih tinggi. Seperti ketika sebuah penangkal petir menghadang listrik, pedang itu menghadang listrik Collin dan menyalurkannya pada kapak besi itu yang bertindak sebagai “Ground Rod”-nya kemudian melepas muatan listrik ke bumi, sumber tegangan terbesar di planet ini.

“Aku..... kalah......” Collin terkapar di tanah, kecapekan dan kehilangan banyak darah.
“B-Bagaimana kau..... bisa sepandai itu?” dengan suara pelan, Collin bertanya pada Emils. Namun baru dia sadari kalau Emils sendiri kaget dengan kejadian itu.

“H-H-HAMPIR SAJA! HUFT.... HUFT..... A-Aku tidak tahu kenapa, t-tapi untungnya listriknya m-menghilang di saat terakhir...... P-Padahal tadi aku sudah yakin k-kalau aku akan mati.....” Gumam Emils yang berbicara pada dirinya sendiri, meski dia tak memiliki wajah, Namun Collin tahu kalau Emils juga terkejut atas kejadian itu.

Sepertinya Emils tak tahu apa yang secara tidak sengaja ia perbuat, mungkin dia hanya berpikir untuk menggunakan benda yang tidak akan mencair kembali atau rusak dengan mudah.....

“S-Sial.... kenapa aku bisa kalah dengan mahluk sebodoh ini?.....” itulah kata terakhir Collin sebelum dia menghembuskan nafas terakhirnya.

Result : Emils Victory,Collin Defeated, Battle end.

Beberapa Blackhole kecil terbuka di langit langit Mahluk berkulit merah dengan tato garis hitam yang entah apa maksudnya bersayap hitam besar seperti sayap gagak, para “Angel” Hvyt berdatangan dari berbagai penjuru.

Mereka semua memberikan tatapan marah kepada Emils, Seorang di antara mereka kemudian mengumumkan 
“Pemenang Pertarungan Grup ini adalah mahluk lembek berwarna biru yang entah namanya apa”


“APAAN ITU?! KENAPA NAMAKU TIDAK DISEBUTKAN?!” Kata Emils dengan marah.

“Tidak ada peraturan kalau kami harus meneybutkan nama mereka dengan Jelas. Apalagi kau adalah mahluk yang telah mengejek dewa kami, kau pantas dipanggil seperti itu!” Kata seorang Hvyt.

“Kalian harusnya memberi lebih banyak hormat pada para peserta!”

“kau masih hidup sampai saat ini hanya karena dewa Thurqk mengabaikanmu, jangan harap yang lebih!”

“Baiklah, lanjut ke tugas kita berikutnya”

“Hah..... terserah.... Daripad...... eh?” Emils tak menyadarinya sebelumnya, namun para Hvyt itu sedang membidik Emils dengan tombak mereka yang terbuat dari tulang.
“K-Kenapa kalian mengeluarkan tombak?”

“Apa kau tidak ingat? Kau pernah menyerang salah satu dari kami tepat di kepala dengan tombak es”

“Oh! Eh.... ya.... itu.... n-nggak sengaja! Beneran! L-Lagian nggak ada peraturan ‘Tidak boleh menyerang Hvyt’,kan?” Sebuah tombak melewati kepala Emils.
“WWWAAAAA!!!! K-Kenapa aku diserang?!”

“Ada peraturan ‘Hvyt tidak boleh menyerang peserta saat pertarungan berlangsung’, tapi tidak pernah ada peraturan ‘Hvyt tidak boleh menyerang peserta setelah pertarungan berlangsung’,kan? Kawan kawan?” semua Hvyt mengangguk, kemudian mengangkat tombak mereka lagi

“A-Apa terlambat untuk minta ampun?”

Jadi begitulah, setelah pertarungan yang melelahkan, Emils the Slime Swordman berhasil memenangkan pertarungan di babak ini. 
Setelah beberapa kejadian kurang penting yang lebih baik tidak ditulis di dalam cerita ini Emils dibawa kembali ke Devastche Vadhi, menunggu babak berikutnya.


*Tobe continue
---===ROUND 01 : Antara Air dan Petir – END ===----

18 comments:

  1. Huaalllooowwww kakak Mocha >.< Nilai dari umi 6/10, umi masih punya bagian favorit di cerita Emils... nih bagian favoritnya :
    - wkwkwkwk Hvyt jadi korban
    - umi juga suka adegan kemenangannya Emils berasa dia menang karena kebodohannya sendiri >.<

    oh iya ini saran dari umi yang bikin nilai dari umi cuma segitu :
    - kata bantu di untuk menunjukkan tempat dan waktu dipisah jadi -> di sana, di sini, di luar.
    - typo -> teruari, huruf kapital di awal kalimat dan paragraph,
    - penggunaan tanda "-" di kata berulangnya ga ada. kayak di "orang orang", "membentuk bentuk "
    - btw, kakak manusia dari sonberg city tidak bisa melihat "kita" loh... kok Sil bisa dilihat sama pria-pria itu?
    - dan kan si Scarlet sama Elle kerja sama kenapa yang ketemu sama Burke cuma Elle? trus kenapa Sil tiba-tiba ada disitu
    - kakak cobalah untuk menggunakan tanda "***" sebagai pemisah untuk beberapa scene, biar dapet adegan misteriusnya. kayak waktu tiba-tiba Elle ngomong sama Sil. dan waktu Elle tiba-tiba muncul di samping Collin.
    - Kapan Emils ngeliatin mata Sil?
    - Ordenil itu apa?
    - ga berapa lama setelah emils nyebur, collin pingsan, tapi kenapa si Collin bisa bangun pas Sil sama Elle datang?
    - darimana Sil tahu ini -> [Bukannya semua peralatan buatanmu akan mudah rusak kalau Core mereka diambil?]


    terima kasih kakak sudah memberikan cerita yang menarik >.<

    ReplyDelete
  2. Dinamika grup ini rmang lucu, ya
    Saya suka cerita battlenya, tapi ada banyak yang ngurangin kenyamanan saya ngebaca. Saran, kalo antar dialog sebaiknya dipisah paragraf. Terus, daripada emils kebanyakan monolog sendiri, mendingan diakalin jadi sesuatu yang tetep ngegambarin keadaan lewat narasi, alih-alih emils mesti ngomong terus

    7/10

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kami adalah Group Pelangi yang Warna Warni ^_^

      Rainbow...Rainbow... Aku suka rainbow... :D

      Delete
    2. Baiklah, Lain kali akan saya pisah paragarafnya dan mengakali monolog Emils.
      Terimakasih

      Delete
  3. Uhh... Sisa 1 lagi nih dari Blok E yg belum Publish... ^_^

    Okay... setelah baca, ada beberapa hal yang musti di klarifikasi terlebih dahulu.

    - RULE mengatakan bahwa Orang/makhluk-makhluk yang ada di Realm ga bisa ngerasain keberadaan OC kita. nah, kenapa disini ada pria2 yang bisa ngeliat Sil, terus Kate yg bisa ngerasain kberadaan Collin, dll...

    - Typo, ada beberapa di awal, dan juga di pertengahan cerita yang muncul, Typo setelah tanda baca "," atau "." yang ga pake spasi, terus "-" di kata ulangan "Manusia manusia"

    - Entah Tag Location itu ide bagus atau engga, tapi menurutku malah nge pause untuk beberapa saat. (Mirip tag PoV milikku sepertinya >.< )

    +Battlenya mantap, keren... dan deskripsi kota waktu dia jatuh and turun dari langit juga lumayan mendetail. tapi dikarenakan Rule yang mustinya di ikutin malah break, jadinya gak nyaman dan kesannya aneh.

    +Alurnya bagus... suka bgt.

    +(Personal) Saya Suka banget Elle yang ada disini :v kepolosannya dapet, walaupun lagi, alasan buat bertarung dan kemampuan seismicnya kurang ter explore (yang waktu ketemu Scarlet, mustinya ia dari jauh uda tau kalo Erza dateng) tapi no problem kok... Good job

    pointnya. 6.5/10 ya Kk
    masalah utamanya di Breaking Rule si yang bikin sangat tidak nyaman dalam membaca >.<

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimaksih kommennya :D
      Iya,maaf. saya lupa mengedit bagian Sil di awal cerita. Kelewatan waktu ngirim.
      Dalam peraturan cuma dikatakan "Semua OC pada SETTING pertarungan tidak bisa dilihat oleh makhluk-makhluk lain non-peserta BOR. Seperti hantu. Walau begitu, tetap bisa menghancurkan sesuatu bila bertarungnya brutal."

      Hanya "Tidak dapat dilihat". Tapi sepertinya saya terlalu menggeser batas tersebut.....

      Delete
  4. Battle pas, story bisa bikin kebawa......
    tapi sayang, masih ada beberapa hal "nggak nyambung" yang sudah dikemukakan sama komentar lain diatas.
    kalau bukan karena kesalahan yang seperti itu, mungkin saya sudah lempar perfect score ~_~

    7/10

    ReplyDelete
  5. Adventureners? Tobe continue?? oTL

    Saya sempat menemui ada adegan aneh. Pertama kali kemunculan Sil, dia terlihat oleh beberapa pria sebelum akhirnya disangka sebagai hantu karena kaki Sil tidak menapak tanah. Kemudian Collin pun tidak diperbolehkan Hvyt untuk menemui Kate (dengan anggapan, si Collin bisa terlihat oleh Kate). Tapi setelah itu, semua peserta lainnya kembali tak terlihat oleh manusia-manusia lain penghuni Sonber City.

    Cerita ini ... agak panjang, mungkin dua kali lipat dibandingkan rata-rata entri para peserta lain. Saya lumayan suka penggambaran karakter Scarlet yang “budek” karena headset. Lalu cara bertempur Elle yang mengutamakan permainan, itu juga pas dengan karakteristiknya. Meskipun saya masih kurang menangkap narasi-narasi yang menggambarkan pertempuran game itu. Dan saya juga bingung bagaimana cara si Elle itu mati. Ada mesin yang meledak?

    Secara keseluruhan, saya cukup menikmati skenario yang menjadikan Collin dan Emils sebagai seteru sejati di sini. Sekalipun di tengah cerita, agak bingung juga kenapa yang lain jadi seperti pasif sebelum game Elle dimulai.

    Masih banyak kesalahan EYD dan typo, serta penggunaan kalimat yang tidak efektif. Bahkan ada juga kesalahan POV di awal cerita, yang tiba-tiba berganti menjadi POV1, yaitu dalam paragraf ini:

    —Semua bangunan disini mempunyai kerangka yang terbuat dari besi dibagian luar, atap berbentuk persegi dengan bermacam macam mesin yang tidak kuketahui di atasnya,kemudian sisanya ditutupi oleh beton beton. Jalanan kota ini terbuat dari beton dan..... batuan hitam, dengan tiang tiang besi di setiap sudut jalanan. Manusia terlihat berjalan dengan santai.

    Dan, dialog dengan “gue” ataupun “anj***” dari penduduk Somber pun agak mengganggu buat saya. Seolah tidak pada tempatnya.

    Oke, penilaian akhir saya adalah 6.0

    ReplyDelete
    Replies
    1. saya minta maaf untuk bagian Sil saya kelewatan ketika mengedit sebelum mengirim. Namun bagian lainnya saya rasa tidak karena peserta BOR hanya "Tidak terlihat"

      Seperti yang Heru katakan, lain kali saya akan kurangi penggunaan kalimat yang tidak perlu, dan out of place, Terimakasih sudah berkomentar :D

      Delete
  6. Wellp....

    Padahal ini lumayan...
    Secara battle ini bagus. Saya suka

    Tapi...
    Dialog yang jadi satu sama narasi sampe jadi satu paragraf itu agak buat saya kurang nyaman, termasuk sound effect yang di bold besar..
    Dan terlebih lagi.... (sudah disampaikan diatas)


    +6

    ReplyDelete
    Replies
    1. Baiklah, akan saya pisah dialog dan narasi di lain waktu supaya dapat dibaca lebih nyaman.
      Terimakasih sudah berkomentar :D

      Delete
  7. Ceritanya bagus, tapi sayangnya banyak typo dan pengaturan paragrafnya kurang bagus sehingga mengurangi kenyamanan pembaca.

    Aku beri +7,5

    ReplyDelete
  8. Awal-awalnya udah bagus kemudian rusak oleh banyak typo dan kesalahan teknik menulis. Mood baca moi pun berkurang. Battle-nya sebenernya seru tapi kok moi ngerasa hambar ya? Mungkin karena penulisannya belum well-written. Penggarapan Emils-nya udah lumayan. 6 dari moi.

    ReplyDelete

Silakan meninggalkan komentar. Bagi yang tidak memiliki akun Gmail atau Open ID masih bisa meninggalkan komentar dengan cara menggunakan menu Name/URL. Masukkan nama kamu dan juga URL (misal URL Facebook kamu). Dilarang berkomentar dengan menggunakan Anonymous dan/atau dengan isi berupa promosi produk atau jasa, karena akan langsung dihapus oleh Admin.

- The Creator -