April 17, 2014

[ROUND 1 - J] BAIKAI KUZUNOHA - SPARKS: UNNECESSARY BATTLE

[Round 1-J] Baikai Kuzunoha
"Sparks: Unnecessary Battle"
Written by Nibelhero

---

"Your path in life will affected by other people sparks... And in turn... your path in life also acts as a spark for other people...."
- Lou Chyper


Prologue

Thurqk, sosok merah yang mengaku Dewa pencipta, Dewa pemilik seluruh alam, sudah memberikan titahnya."Jangan membuatku bosan," nadanya mengancam."Aku tidak menciptakan makhluk hanya untuk menjadikan mereka seorang pengecut."

Setelah berkata seperti itu, dia beranjak pergi dari Balkon. Para makhluk terbang suruhannya bergerak, mengangkut seluruh 'mereka yang terpilih' ke suatu tempat yang belum mereka ketahui. Suara riuh rendah dari seluruh peserta yang diangkut menjadi penanda bahwa Battle of Realms telah dimulai.

***

Phase 1 -Mind Mapping-

"Tuan Kuzunoha, akan saya turunkan dari sini," ujar Hvyt yang mengangkut Kuzunoha. Posisi mereka berada sekarang berada sekitar 10 meter dari permukaan tanah.

"Ah ya, Terima kasih..," Hvyt langsung melepas pegangannya. Kuzunoha langsung terjun bebas ke arah permukaan tanah dengan cepat. Beberapa meter sebelum mencapai tanah, dia memutarkan tubuhnya di udara untuk memperlambat kecepatan jatuh dan memperkecil daya tubrukan ke tanah.

Suara berdebam keras terdengar saat salah satu kakinya menyentuh tanah diikuti tangannya yang mengepal menghantam tanah. Rasa nyeri menjalar dari tangan dan kaki Kuzunoha. Lalu dia mencoba berdiri tegak dan merapikan pakaiannya.

"Terima kasih Tuan Hvyt," ucapnya ke Hvyt yang memperhatikan Kuzunoha sedari tadi.


"Selamat beraksi Tuan Kuzunoha.... Dewa kami, Thurqk, memperhatikan seluruh suguhan dari para peserta. Silahkan. Bertahan hidup, atau mati.," dalam sekejap Hvyt itu terbang melesat kembali ke dalam lubang dimensi, mengarah ke Devasche Vadi.


Hawa dingin merasuk ke tubuh. Membuat perhatian Kuzunoha mulai terarah, dia melihat keadaan sekeliling. Langit gelap, banyak lubang di angkasa, angin dingin berhembus dari segala arah. Senyap.


Lelaki bernama Baikai Kuzunoha, sekitar 20 tahunan. Perawakan tinggi, atletis, dengan kulit sedikit pucat. Wajahnya bisa dikatakan tampan untuk ukuran usianya. Tanpa senyum, pandangan tajam, membuat heterochromia-nya memberikan efek yang sangat indah. Mata kirinya berwarna hitam, sama seperti kebanyakan manusia lainnya. Sedangkan mata kanannya, Biru, seperti sebuah penjelasan yang lugas bahwa dia bukanlah manusia biasa.

Setelannya bsa dikatakan tidak cocok untuk bertarung. Kemeja dan celana berwarna Dark-Velvet  blue dipadu dengan vest khusus untuk menyimpan tube, ikat pinggang yang juga menjadi gantungan untuk Revolver dan tas pinggang miliknya. Mantel hitamnya menutupi seluruh perlengkapan dan katana yang dia gantung di bagian kiri pinggangnya.


"Aroma yang kurang menyenangkan...," diceknya seluruh tube yang dia miliki, semuanya penuh magnetite. Energi hijau cerah. Dia menarik salah satu tube.


Pixie. dia menarik bagian atas tube tadi dan memanggil demon yang ada di dalamnya. Magnetite tersebut keluar dan membentuk sosok kecil, seukuran kepalan tangan Kuzunoha. Tampilannya seperti manusia-wanita, bertelinga lancip, memiliki 4 sayap indah seperti kupu-kupu namun berstuktur seperti sayap capung. Menggunakan pakaian berwarna indigo.


"Hai hai Tuan Kuzunohaaa~," sambil melemparkan kecupan jarak jauh, dia terbang mendekati Kuzunoha."Apa kabarmu tampan? Sudah lama kau tidak menggunakanku untuk jadi salah satu partnermu," lalu sambil duduk di bahu, dia mengecup pipi pemiliknya itu.


"Kamu memang peri nakal ya Pixie, tidak segan-segan seperti itu. Hahaha," tawa renyah Kuzunoha membuat Pixie tersenyum malu."Sayangnya kita tidak punya waktu mesra untuk sekarang, kita bukan di advance earth, dan...ada beberapa orang yang harus kita temui, aku bisa mencium mereka ada di tempat yang agak jauh dari sini. Tolong kamu cek area sekitar sini dan laporkan apapun yang kau temukan."

"Siaaap~," tanpa banyak bertanya Pixie pun langsung melakukan teleportasi bertahap. Dia hanya bisa berpindah tempat beberapa belas meter sekali laju.

Kuzunoha menghela nafas, "Sepertinya harus meditasi dulu, sudah cukup lama sejak terakhir aku masuk ke ruangan pikiranku sendiri..," kemudian dia duduk bersila dan kedua tangannya membentuk sebuah segel khusus.

"Mau tidak mau harus kulakukan," Dia menarik nafas yang panjang dan menghembuskan perlahan melalui mulut, ."... mulai..," dalam sekejap dia masuk ke dalam ruang gelap dimana hanya di posisi dia lah yang tersorot oleh cahaya dari tempat dia duduk. Inilah ruang pikiran Kuzunoha. Di momen ini, dia mampu menganalisa lebih cepat, 1 jam di dalam ruang pikiran sama dengan 5 menit di dunia nyata. Dia mulai menganalisa semua kejadian yang ada.

Aku sudah mati, karena melindungi seorang anak yang menangis ketakutan saat diserang makhluk aneh. Orang tuanya sudah mati melindunginya. Setelahnya Aku tidak tahu apa yang terjadi pada anak itu. Tapi berikutnya aku terbangun di tempat bernama Jagatha Vadi. Tempat yang seluruhnya berwarna merah. Tanah berwarna merah, batu berwarna merah, bahkan pohon juga merah. Merah gelap.

Di tempat itu terkumpul banyak orang-makhluk yang sepertinya dikumpulkan untuk suatu tujuan, dan katanya mereka sudah mati...dan dihidupkan lagi...Artinya, aku juga begitu.

Disitu aku tahu pertama kali kalau yang mengangkutku ke Jagatha Vadhi adalah Hvyt dari orang-orang yang kutemui;  Cheril, si gadis yang suka mengobrol dan mengambil foto apapun yang menarik. Elle, si gadis tambun dan pendek yang suka iseng dan lolipop, lalu terakhir. Zany, seorang remaja wanita yang sepertinya sangat labil.

Setelah itu Hvyt kembali muncul bersamaan dengan sebuah layar hologram yang menampilkan angka yang terus berubah, seperti sebuah jam digital. Di dunia itu ada semacam teknologi tinggi.

Lalu kami semua dipindahkan. Devasche Vadi..., Nanthara Island. Pulau yang hanya bisa dijejaki oleh mereka yang sudah mati. Kami berada di sebuah halaman kastil, dibariskan rapi. Kami dikelilingi oleh para Hvyt. Sedangkan...di depan kami, tempat yang sedikit lebih tinggi dari halaman kastil, sebuah balkon, seseorang dengan kulit berwarna merah, semerah Jagatha Vadi, menyatakan dirinya adalah dewa. Thurqk.

Dia mengatakan dia adalah Dewa alam semesta, dia pencipta. Dia juga yang bisa memusnahkan nyawa. Apapun yang kami lakukan semua karena adalah kehendaknya. Berarti dengan begitu... Aku masih bisa mengingat caraku mati pun karena kehendaknya..

Sebentar...,

Jangan-jangan...makhluk yang kulihat sebelum mati adalah Hvyt. Hvyt yang membunuh kedua orang tua anak itu dan membunuhku.

......ter...la...lu...

Berarti aku tidak perlu susah-susah mencari siapa pembunuhku, jawaban ini terlalu cepat kudapatkan...berarti yang perlu ditelaah memang pencipta dari Hvyt itu sendiri, Thurqk.

Aku mencoba untuk bertanya beberapa hal terkait pemanggilan ini, tapi seketika aku merasa dibungkam saat Thurqk mengayunkan tangannya.

Kekuatan Sang  pencipta ya..

Kami dikumpulkan untuk memuaskan hasratnya. Dia ingin kami melakukan apa? setelah dimatikan, dihidupkan lagi, jiwa kami dipadatkan, lalu bertarung...pemenang dari acara ini akan mendapatkan hadiah, yaitu bangkit, hidup secara utuh. Apa yang bisa kami dapatkan selain hidup dan dapat kesempatan kedua? Tidak ada, jikapun dijawab secara praktikal, yang ada hanyalah pengalaman baru, kekuatan yang meningkat. Tidak ada lagi selain itu.

Saat dihidupkan dan dapat pengalaman dan kekuatan yang meningkat, apa gunanya? Pasti ada hiburan lain yang diciptakan si dewa merah tadi di dunia atau realm siapapun yang mampu menjadi pemenang tadi. Berarti...ini jelas sekali sebuah spark. Karena sekarang yang dibicarakan adalah takdirku, jika aku menang di babak akhir, maka pasti akan sangat memengaruhi advance earth.

Kalau kalah? Mati. Tidak ikut atau kabur dari acara ini –jika ada caranya kabur, dia akan menghanguskan siapapun itu.

Hm....

Jika memang dia dewa alam semesta seperti yang dia katakan, motifnya tidak bisa dibantah. Dia kebosanan karena kerjaannya hanya itu-itu saja;  menciptakan-memusnahkan. Acara ini tidak ada perhitungan untung rugi sama sekali untuknya. Mungkinpun mengupil dengan jempol kaki Dinosaurus menjadi hiburan tersendiri untuk dia.

Jadi, tidak perlu memikirkan kenapa, tidak perlu memikirkan pikiran sang dewa, karena aku sudah di sini, tidak ada yang bisa kuperbuat selain mengikuti alur yang ada. Maka pikirkan, apa yang aku perlukan dan apa yang akan aku dapat. Aku sudah mati, entah karena kehendak si dewa merah atau bukan, aku ada disini sekarang. Kami di bagi ke beberapa blok, 1 blok terdiri dari 5 orang, kami HARUS bertarung dan keluar sebagai pemenang. Tapi tidak dikatakan harus membunuh atau tidak.

Mungkin ada celah yang bisa dicari, menyerahkan hak kemenangan...ataupun cara lainnya, jika memang berbahaya, mau tidak mau, membunuh akan menjadi satu solusi.

Sekarang, aku cukup bertahan dan membuat strategi terbaik untuk mendapatkan hasil terbaik...untuk itu, peraturan dan peser--

"Kau punya daya analisa yang cemerlang, Baikai."

Kuzunoha terkejut. Di dalam proses meditasi-analisanya ada seseorang yang bisa masuk ke dalam ruang pikirannya.

"K-Kau siapa?" baru kali ini dia kedatangan 'tamu' di dalam proses ini. Sosok itu menampakkan dirinya. Seorang samurai, dengan penampilan dari jepang abad-ke10 bumi. Rahang kokoh, mata tajam, tampak seperti orang yang selalu bertahan dari terpaan kesulitan dan rintangan seumur hidupnya.

"Kau akan tahu pada saatnya nanti. Sekarang kau cukup duduk disitu dan mari kita bercengKarama."

Sosok itu kemudian mendekati Kuzunoha yang terpaku dalam posisinya. Lalu, dia duduk bersila tepat satu meter di hadapan Kuzunoha. Menaruh pedangnya di sisi kirinya.

"Anggap saja.. aku sebagai pengasuh-pembimbingmu saat ini. Sama seperti Gouto-Doji bagi penerus Raidou Kuzunoha. Untuk sekarang, panggil aku.... hm.... Kojiro."

"Salam kenal Kojiro-sama," sambil membungkukkan badan tanpa mengubah posisi duduk. Tak ada pertanyaan lanjutan dari pemuda ini.

"Salam kenal," dia membalas penghormatan Kuzunoha."Aku akan membantumu menyusun strategi."

"Baik"

"Pertama musuhmu, siapa saja?"

"Saat di halaman kastil, layar hologram menunjukkan adanya 11 blok, dan masing- masing blok ada 5 orang, berarti di blok saya ada 4 orang lagi. Ravelt Tardigarde, Andhika Karang, Claude & Claudia, Deismo."

"4 orang? Bagaimana dengan yang namanya Claude dan Claudia itu?"

"Mungkin itu 1 orang yang memiliki dua kepribadian, atau... dua kepala? Saat di Jagatha Vadi maupun Devasche Vadi aku melihat ada orang yang membawa-bawa kepala."

"Hahahaha dua kepala, Candaan yang bagus Kuzunoha. Nah, bisa analisa mereka semua dari nama dan penampilan yang kau lihat?"

"Tidak semua, terlalu banyak peserta, Claude dan Claudia tadi, kurasa senjatanya ada di tas atau di belt pinggang, soalnya dia memakai jubah panjang. Ravelt, nama dia menggambarkan sosok yang kuat dan penuh kekuasaan. Tadi ada satu orang yang membawa tongkat dan memakai jubah seperti raja. Mungkin itu dia. Lalu..."  Kuzunoha terdiam sebentar, mencoba mengingat yang lainnya.

" Deismo, nama yang simpel, dan juga menunjukkan sosok yang besar. Ini sepertinya juga 1 orang. Lalu...berikutnya Andhika Karang, ini sepertinya satu orang, tapi aku melihat ada seseorang yang menaiki harimau, semoga itu bukan dia. Jika iya, ini grup yang merepotkan. 1 orang dengan dua kepala, 2 orang besar dan kuat, dan 1 orang penunggang harimau."

"Bagus, sekarang, kau tahu ini di mana?"

"Tidak, tapi sesuai perkataan Thurqk, tempat yang menjadi arena bertarung adalah sebuah tempat yang tidak asing bagi salah satu orang di blok dan asing bagi lainnya."

"Kau tahu ini tempat siapa?"

"Deismo"

"Kenapa?"

"Nama dia lebih tebal dari yang lain dari daftar yang ditunjukkan di blok ini."

"Bagus, sekarang...persiapanmu?perlengkapanmu?"

"'Masakado', delapan tube penuh, beberapa aitem penyembuhan dan sake, pelindung kepala untuk menyembunyikan 'mata', dan...cemilan."

"Bagi dong"

"Ha?"

"cemilannya"

"...."

"Bercanda, hahahahahaha, berikutnya, peraturan. Apa saja?"

"Bertarung dan jadi pemenang. Tidak ada keharusan membunuh."

"Selain itu, ada hal lain lagi?"

"Tidak ada, tapi aku memikirkan untuk mencari sekutu. Kemungkinan besar aku akan bernegosiasi dengan Deismo, dia yang paling paham tempat ini."

"Hm...baiklah..," sosok bernama Kojiro tadi melompat bangkit dari duduknya dan dengan sangat cepat mengeluarkan dan mengayunkan pedang ke arah leher Kuzunoha. Kuzunoha hanya diam dan tidak bergerak.

Tinggal beberapa milimeter lagi menebas kepala Kuzunoha, dan pedang itu berhenti.

"Kenapa kau tidak bergerak menghindar ataupun melawan?"

"Anda mengatakan bahwa anda adalah pembimbing saya. Apapun yang anda lakukan pasti karena ada maksud yang jelas. Lagipula.... anda tidak mengeluarkan niat membunuh."

Kojiro tersenyum. Dia menyarungkan kembali pedangnya.

"Sangat teruji sekali. Baikai Kuzunoha XVI. Aku bangga padamu."

"Terima Kasih," ujar Kuzunoha sambil membungkukkan badannya, tetap dalam posisi duduk bersilanya.

"Pemanggilanmu kesini oleh makhluk merah itu adalah takdir khusus untukmu. Masing-masing Kuzunoha mendapatkan latihan yang tidak dimiliki oleh Kuzunoha lainnya, dan...untukmu, tempat latihanmu ada disini. Masing-masing Kuzunoha memiliki tugasnya tersendiri. Tugasmu kali ini berat, sangat berat. Bahkan bisa jadi Kuzunoha lain tidak mendapatkan tugas separah ini. Aku akan memberitahukan padamu apa tugasmu itu jika kau bertahan hidup di pertarungan ini. Jadi, jika kau kalah disini, maka semua berakhir. Dan aku tidak perlu capek menjelaskan apapun padamu.," sosok itu berbalik dan berjalan menjauhi Kuzunoha.

Namun...

"Setiap kali pilihan takdir muncul, kau harus memilih jawaban terbaik, kau akan merasakan getaran yang tidak biasa saat pilihan ini muncul. Bisa jadi muncul saat kau harus menjawab pertanyaan siappaun disini, atau apapun pilihan aksimu kedepannya. Waspadalah, ini akan menentukan arah kekuatanmu di akhir nanti. Semoga berhasil." sosok tadi langsung memudar dan menghilang dari hadapannya.

Dia mengulang dan merekam semua perkataan dari Kojiro. Kemudian menenangkan diri dan memfokuskan seluruh pemikiran untuk memikirkan strategi terbaik di pertarungan yang akan dihadapinya.

***

"Uhm.... tempat ini menyeramkan..," Pixie terbang kesana kemari di dunia aneh tempat asal Deismo. Dia berkeliling ke segala arah untuk mencari data demi tuannya. Danau yang luas, dan sangat hitam, kelam. Dari dalamnya keluar banyak sekali binatang-atau tepatnya monster. Pedesaan kumuh yang sepertinya menjadi tempat huni dari para penduduk asli dunia ini. Agak jauh dari situ, ada sebuah kastil besar yang tidak terawat, sedikit porak poranda.

"Bukan hanya di pedesaan dan danau tadi, sepertinya semua makhluk disini tidak bisa melihatku ya..," kebingungan dengan hal-hal aneh di dunia ini membuatnya semakin bergidik.

"Tapi ga masalah sih, jadinya aku tidak perlu sembunyi – sembu—KYAAAAAA!!!," tiba-tiba seekor harimau berwarna merah loreng hitam berusaha menerkamnya, namun gagal. Pixie kabur karena ketakutan.

"Ka-kau bisa melihatku?" ujar peri cantik itu gemetar sambil terus terbang melarikan diri.

"Bisa dong, ," harimau itu terbang dan mengejar Pixie. Aumannya memenuhi ruangan kastil. Peri kecil itu kesulitan untuk kabur. Manuver yang dilakukannya seakan tak ada apa-apanya dibanding keahlian sang harimau. Si harimau seperti memainkan mangsanya sebelum disantap. Membuatnya lelah lalu menerkamnya setelah itu.

Pixie yang kebingungan, ditabrak oleh harimau tadi. Hilang keseimbangan dan dia langsung berpegangan pada apa yang bisa diraih. Peri itu menggenggam rambut tengkuk si harimau merah.

"GRRRH, LEPASKAN!," dia menggoyangkan tubuhnya agar peri itu terlepas dari pegangannya. Dengan beberapa ayunan kuat, peri itu terpelanting sampai beberapa rambut yang dipegangnya tercabut dari kulit harimau.

"ADUH!," Harimau itu meraung semakin keras, berputar arah dan bersiap menerkam Pixie.

"T-toloooooong," teriakannya kalah dengan suara auman sang harimau.

"Eza! Sedang apa kau?! Turun sini, tidak ada apa-apa di kastil ini. Membosankan." sahut seseorang yang muncul dari salah satu ruangan kastil. Menggunakan helm dan masker, jubah –hoodie berwarna merah. Membawa panah.

"Ck, ," kucing merah besar itu menghentikan aksinya dan langsung kembali ke sisi tuannya."Mengganggu saja." Tanpa memerdulikan peri yang dikejarnya tadi.

Pixie yang melihat hal ini langsung bersembunyi di balik tiang kastil. Panik dan semakin panik karena situasi yang ada.

"Gimana nih....," lirihnya gemetar, tanpa sadar dia masih menggenggam rambut harimau yang tercabut tadi.

"Tuan Kara, sepertinya di sekitar sini ada yang punya peliharaan juga. seekor peri, dia bisa melihatku, dan dia bertanya kenapa aku juga bisa melihatnya..."

"APA?! kenapa tidak kau bilang dari tadi?! Harimau bodoh! Itu mungkin salah satu peserta!," sambil menjitak kepala si harimau.

"EEEEE, UDAH SYUKUR DIKASIH TAHU, GUA MAKAN JUGA LU."

"DIEM LU!"

"LU YANG DIEM! DASAR MANUSIA!" balas Eza membentak tuannya.

"HARIMAU LU! Udah,stop! Mana peri tadi?" sambil menaiki punggung Eza, Kara mengeluarkan anak panahnya dan mulai mencari –cari Pixie yang bersembunyi.

"Halo peri.... kau dimana.... kenalan yuk.... aku andhika Karang...dan kucing lasak ini namanya Eza.... . siapa namamu.. tuanmu mana...?" ujar Kara dengan suara nyaring namun lambat. Jelas sekali dia ingin bermain-main panah dengan peri tadi.

"GRAAAAWWWWRRR!!!," Eza menyahut tuannya.

"DIEM LU AH, SOK BANGET NGAUM-NGAUM."

"HIH!," jawab Eza tak kalah sengit.

"Peri...ayo keluar.... . kau dimana....," sambil mengarahkan panahnya ke segala arah dengan hati-hati, tidak mau melewatkan kesempatan melepas anak panahnya ke tubuh si peri.

Pixie yang ketakutan tidak bisa bergerak. "Kalau pun aku teleport aku tidak bisa langsung keluar dari kastil ini...gimana niiiiih..." Pixie yang gemetar itu hampir menangis karena ancaman yang datang menghampirinya.

Tanpa disadari, titik merah dari senter laser Kara sudah mengarah ke dada Pixie."KENA KAU!," Kara melepaskan anak panahnya.

Meleset. Panah Kara menancap di dinding kastil, Pixie sedikit lebih cepat dari gerakan panah tadi, dia berputar dan sembunyi di tiang kastil lainnya. Namun Kara sudah memperhitungkan hal itu, anak panah kedua siap dilepaskan dan...

TUAN KUZUNOHAAA, TOLOOOONGGG!!!!!  Pixie terpaku karena ketakutan. Sekejap kemudian, dia menghilang. Panah kedua menancap di dinding kastil dan merusaknya karena kekuatan gravitasi yang cukup kuat dari ujung anak panah tadi.

"LAH?! HILANG?!"

"Tuan Kara bodoh ya, dia teleport loh."

"DIEM!," dijitaknya kepala tunggangannya.

"Sialan...yang jelas 1 peserta terdeteksi sudah. Dimana dia.."

Sementara itu, dari lantai atas ruangan dalam kastil, ada yang memperhatikan kejadian tadi dengan seksama. Siluet gagah dengan rambut pirang, menggunakan jubah merah dengan bulu bulu dan memegang tongkat layaknya raja.

"Harimau yang cocok untuk koleksiku.." senyumnya sinis.

***

Phase 2 –Humans or demons-


"KYAAAAAAAAAAAA!," Pixie berteriak sangat keras. Kegirangan.

"Terima kasih tuan Kuzunohaaa!," dia melempar kecupan jarak jauh karena girang. Kuzunoha tersenyum, dan itu semakin menambah kegirangan Pixie.

Beberapa saat sebelum panah Kara mengenai Pixie, Kuzunoha yang selesai meditasi memanggilnya. Demon yang menjadi partner Kuzunoha, sejauh apapun mereka, dapat dipanggil kembali ke sisinya jika dia fokus untuk memanggil mereka. Mereka akan langsung teleport dari tempat mereka berada, ke samping Tuan mereka.

"Hampir saja aku mati tadi. Dasar harimau jelek! Dia membulatkan pipinya, ngambek.

"Jadi kau sudah berinteraksi dengan peserta lain?"

"Interaksi apanya? Aku diseraaaaang. Tadi aku masuk sebuah kastil yang besar..terus.. teruuuussss... tiba-tiba ada harimau yang mau memakanku. Aku tidak tahu dia peserta atau tidak. Tapi...harimau tadi dan tuannya bisa melihatku, padahal penduduk sekitar sini, tidak ada yang bisa melihatku," dia memanyunkan bibirnya.

"Hm..," perkiraanku benar berarti.

"Nih oleh-oleh buat tuan," dia menyerahkan rambut harimau yang dari tadi dipegangnya.

"Oh, .... terima kasih."

Selanjutnya, Pixie menceritakan semua yang dia lihat, seluruh kondisi yang ada. Kondisi geografis, suasana, jenis makhluk yang ada. Apapun yang dia lihat selama investigasinya tadi. Kuzunoha mendengarkan dengan serius dan antusias.

"Baiklah, kalau begitu ke pedesaan dulu."

"Kenapa tuan?"

"Tadi kau bilang ada sosok besar yang memakai jubah putih bercorak api hitam, mata dan mulut memgeluarkan cahaya kuning seperti senter, dan kesannya mengerikan kan? dia duduk termenung di pinggir desa dan memerhatikan seluruh aktivitas desa kan? tanpa mau bergerak sedikitpun?"

"Ya.."

"Kurasa itu Deismo, semua orang kembali ke kampung halaman pasti ingin bertemu dengan teman-temannya, bahkan hantu seperti kami sekalipun.."

"Hantu?"

Kuzunoha hanya membalas Pixie dengan tersenyum. Memujinya sebagai bunga matahari yang indah dan mengembalikannya ke tube sebagai magnetite setelah berterima kasih padanya.

***
"Claudia, Claudiaa...kau baik –baik saja?" ujar sang lelaki cemas. Dia mengusap dahi wanita itu, membelai rambutnya. Wanita itu terbangun perlahan dari kondisi tidak sadarnya...

"I...ya, maaf.... . aku menjadi penghambat bagimu Claude..," wanita tadi membalas sambil menatap mata hijau Claude dalam-dalam.

"Tidak masalah, memang tugasku sebagai lelaki untuk melindungi orang yang dicintainya...aku tenang kalau kau ada di sisiku Claudia," dia melihat pantulan jernih dirinya di mata biru sang kekasih. Wanita itu tersenyum, tidak bosan dengan perhatian yang sudah diberikan Claude walau sudah berjalan seabad sekalipun.

"Tapi realm ini memang gawat...lubang dimensi dimana-mana, ruang waktu disini lumayan kacau. Siapa yang berbuat seperti ini..." Claude mengalihkan pandangan ke seluruh area tempat mereka beristirahat.

"Lihat, di depan sana ada kastil. Paling tidak kita bisa berlindung dari binatang-binatang aneh yang keluar dari danau dan area hutan disekitarnya. Stamina kita bisa habis duluan kalau melawan gerombolan makhluk yang tak ada habisnya itu..."

"Ya Claude.."

"Beristirahatlah sayang, biar aku yang berjalan kesana.." Claude menaruh kepala Claudia yang masih kelelahan setelah menghalau banyak makhluk tadi, di sebuah tas punggung, menjaganya tetap aman.

"Tenanglah sayang, aku akan terus melindungimu, kita pasti bisa bertahan di sini, seperti biasa. Satu orang dari mereka yang menghilang dari kenyataan juga tidak akan berpengaruh besar, untuk siapapun. Apalagi untuk kita. Aku akan habisi mereka satu persatu.."

Perasaan cinta yang membara, bukan hanya sebuah ketulusan, menjadi motif besar bagi keduanya untuk bertahan hidup. Mereka hidup hanya untuk masing-masing dari diri mereka, dengan tujuan selalu bersama, sampai kapanpun...Claude melangkah menuju ke arah kastil...

***

"Aku tidak makan makanan makhluk lain...sudah kubilang dari tadi," ujar Deismo ke Kuzunoha. Datar, lirih.

"Sayang sekali..," sedikit kecewa dengan penolakan berkali- kali dari Deismo, Kuzunoha jadi sedikit tidak berselera makan. Tapi tetap mengunyah perlahan.

Kuzunoha telah menemui Deismo, berkenalan dengannya. Sedikit terjadi kesalahpahaman di awal namun Kuzunoha berhasil meyakinkan Deismo untuk mendengarkan perkataannya. Deismo dari awal memang tidak niat bertarung, karena dari awal, saat mendengar realmnya lah yang menjadi area BOR, ia hanya ingin menemui teman-temannya. Niat itu berubah drastis setelah dia menyadari kalau tidak bisa melakukan apapun selain melihat teman-temannya dari tempat dia berada sekarang. Tidak bisa menyapa, tidak bisa menyentuh. Kesepian itu menggantikan rasa bahagia yang meluap.

Kedatangan Kuzunoha malah  membuatnya panik, karena dia sadar akan tiga hal. Pertama, Deismo bisa dilihat oleh orang lain –Kuzunoha, dan itu membuatya takut kalau kepribadian satunya akan mengamuk ketika wajahnya dilihat oleh orang lain. Kedua, Kuzunoha adalah peserta BOR, sama seperti dia. Ketiga, walaupun peserta BOR, yang bisa melihatnya hanya non –human, artinya, Kuzunoha adalah non –human, yang artinya lagi...orang yang merepotkan.

Deismo yang panik mencoba menyerang Kuzunoha, membuat api penerangan di sekitar desa padam seketika dengan thermokinesisnya dan membekukan salah satu rumah saat serangannya meleset dari targetnya. Kuzunoha langsung mengingatkan Deismo kalau pertarungan dilanjutkan hanya akan menimbulkan kerusakan besar dan merugikan. Deismo juga pastinya tidak ingin kalau penduduk desa yang menanggung kesengsaraan hanya karena sikap buruk Deismo.

Saat Deismo sadar apa yang akan dilakukannya, dia merasakan kekacauan yang begitu besar di dalam dirinya. Dia jatuh terduduk, jubah nya yang besar seakan melindungi dirinya dari tekanan rasa bersalah dari segala penjuru. Kuzunoha menghampiri dan menenangkannya. Kepanikan Deismo perlahan memudar dan keadaan sekitar juga kembali seperti biasa. Penduduk yang tadi ketakutan karena mereka seakan diserang oleh sesuatu yang tak terlihat, juga mulai bisa mengendalikan keadaan, api penerangan dinyalakan sekali lagi, dan aktivitas desa dilanjutkan.

Setelah beberapa saat, mereka duduk agak jauh dari pedesaan itu. Mereka berkenalan dengan cara yang lebih baik dari sebelumnya dan Kuzunoha mulai menggali seluruh informasi dari Deismo, tentunya dengan menceritakan hal-hal yang dia ketahui terlebih dahulu. Deismo bercerita mulai dari penciptaan dirinya oleh seseorang bernama Duster, pemilik Realm paradox world ini. Nama Deismo sendiri berarti Duster's Experiment: Impure Spiritual Mutated Organism. Setiap kali Deismo menceritakan tentang Duster, Kuzunoha selalu teringat dengan Dr. Victor. Sebuah keluarga dengan keturunan langsung yang memiliki minat, kecintaan dan keahlian pada para Demon. Menciptakan, menggabungkan, meneliti, eksperimen untuk mencari demon yang kuat, mempelajari kepribadian mereka, semuanya demi pengetahuan dan kecintaannya pada Demon.

Namun dibanding Dr. Victor, Duster sendiri kelihatannya hanya sosok ilmuwan gila yang egois yang tidak peduli serusak apapun efek yang ditimbulkannya. Realm ini menjadi buktinya, lubang-lubang dimensi, makhluk aneh yang berkeliaran, penduduk desa yang sepertinya berasal dari realm yang berbeda-beda tanpa tahu jalan kembali. Duster juga tidak segan-segan membunuh mereka jika ada yang ketahuan mencuri. Itu tugas Deismo di awal dia diciptakan. Mengejar para pencuri dan membunuhnya. Awalnya Deismo tidak bisa berkhianat karena umur yang diberi Duster hanya 1 tahun. Bahkan Deismo yang diberi kekuatan kloning pun harus mengorbankan waktu hidupnya untuk memberi kehidupan pada kloningnya. Duster mengendalikannya dengan membatasi emosinya, dan memperpanjang waktu hidup Deismo dengan cara yang hanya diketahui olehnya.

Begitupun, kodratnya makhluk, di dalam semesta ini menuntut adanya keseimbangan. Deismo yang lama-lama mampu berpikir jernih, mulai bertanya, kenapa penduduk desa mencuri. Rasa penasaran tumbuh...dan berevolusi menjadi rasa peduli. Perhatiannya tercurah kepada para penduduk desa terbuang. Kepedulian itu pun meningkat menjadi rasa kasih, menjalin pertemanan dan persahabatan yang baik. Bahkan Deismo rela berkorban untuk mereka. Deismo yang melawan Duster untuk menjaga kebahagiaan mereka, kalah. Dan terlempar ke danau tanpa dasar. Karena itulah dia tidak mau mendekati danau itu. Ketakutan menguasai dirinya.

Kebahagiaan di awal karena melihat teman-temannya masih hidup  saat kembali ke realm;  ternyata Duster tidak membunuh mereka, hanya menjadi kebahagiaan semu, karena dia hanya bisa memandangnya dari jauh.

"Deismo, seperti yang aku jelaskan di awal, aku ingin kita bekerja sama. Di antara kita, kau dengan umurmu, aku  dengan kemampuanku. Kemungkinan berkembang terbesar ada padaku. Aku butuh dukungan untuk menjadi pemenang di turnamen ini. Dengan begitu, aku akan berusaha untuk menjaga teman-temanmu dari kehancuran."

"Kau, jika bisa bertahan, dan hidup lagi, hanya akan mengulang tragedi yang sama, kau dibunuh Duster-dia penciptamu, dan kemungkinan besar Duster akan menghancurkan desa jika dia tahu motifmu adalah melindungi desa ini. Sedangkan jika kau tetap dalam kondisi ini, paling tidak kau bisa melindungi mereka dengan kasat mata, setidaknya sampai turnamen ini berakhir. Kau, adalah target paling mudah diserang di antara kita berlima. Sepertinya sih begitu..." Deismo melirik Kuzunoha dengan tetap menyembunyikan wajahnya.

"Aku juga bisa membantumu setelah menang nanti. Untuk sekarang, ayo kita bekerja sama, kita pergi dari desa ini, kalahkan yang lain, agar para peserta lain tidak sempat untuk mengecek kesini. Kita tidak tahu kehancuran seperti apa yang mereka bawa."

"Pertarungan akan membawa kehancuran, seharusnya kau paham Deismo. Putuskan segera, dan aku akan menepati janjiku. 3 orang lainnya aku perkirakan cukup berbahaya. Aku butuh bantuanmu yang paham dengan kondisi disini. Diantara kita berlima, hanya aku yang berusaha berbicara logis denganmu seperti ini tanpa ada niat membunuh siapapun."

Rentetan pernyataan dari Kuzunoha membuat Deismo berpikir.

"Disini aku tidak bisa membedakan mana manusia, mana demon. Disini semuanya hanya berdasarkan motif. Mau manusia atau demon, semua dinilai dari motif mereka bertahan. Aku, dan kau, memiliki motif yang hampir sama, demi orang yang kita sayang, demi orang yang kita lindungi. Aku berjanji, selama pertarungan, aku akan menimalisir semua kerusakan di Realm ini yang diakibatkan pertarungan kita nantinya."

Deismo bergidik, perasaannya seakan terseret saat mendengar perkataan Kuzunoha. Tidak salah dia dikatakan sebagai Young Mediator di Advance Earth. Negosiasi nya melibatkan seluruh aspek, berdasarkan logika, emosi dan empati tanpa celah.

Sambil menunggu persetujuan Deismo, Kuzunoha mengunyah camilannya lagi...dan kali ini, sekali lagi, dia menawarkannya pada Hantu artifisial itu."Cobalah walaupun satu..," bujuk Kuzunoha penuh senyum.

Deismo melihat bungkusan camilan itu, entah apa yang dipikirkannya. Yang pasti, dia paham, saat dia mengambil satu camilan itu, kerja sama akan terbentuk.

"Lumayan..," ujar Deismo setelah menelan satu camilan dari Kuzunoha."Ayo.," Deismo bangkit. Sosoknya yang besar itu tidak main-main. Keteguhannya kali ini tampak. Dia setuju dengan pernyataan Kuzunoha dan berusaha membantunya menang. Demi realm  ini. Demi sahabatnya di desa terbuang.

"Terima kasih, sekarang ayo kita kastil, tadi demonku mengatakan ada seorang penunggang harimau ada di kastil. Dia salah satu peserta.," sambil mengeluarkan Tube, Kuzunoha memanggil Kohryu. Magnetite, energi hijau itu beterbangan meliuk-liuk di angkasa dan memadat menjadi makhluk raksasa, seekor naga emas yang membawa 5 bola elemen di keempat cakar dan mulutnya.

"Tuan Kuzunoha..," sahut Kohryu dengan khidmat.

"Ayo Deismo," Kuzunoha melompat naik ke tubuh Kohryu, "ini akan mempercepat gerak kita kesana.," Deismo yang terpana dengan ukuran Makhluk di depannya hanya bisa menuruti perkataan Kuzunoha. Sekarang mau tidak mau dia harus yakin dengan kemampuan partner barunya itu. Dia sadar dia hanya akan menambah musuh yang merepotkan jika harus bermusuhan dengannya.

Kohryu membawa mereka ke arah kastil. Paradox World kehadiran sesosok naga raksasa di langit mereka. Belum pernah ada makhluk sebesar itu sebelumnya. Walaupun begitu, tidak ada penghuni Paradox World yang bisa melihat kehadiran mereka, mereka hanyalah bagian dari Battle of Realms.

***

Phase 3 –Love or justice–

Cinta itu abadi.
Walau hidup itu tidak.
Ketika hidup itu abadi, apakah cinta akan mengikuti?
Ketika saling memberikan dan menerima rasa cinta adalah bentuk keabadian cinta...
Apakah hidup abadi dengan itu membuatmu menjadi pecinta abadi?
Atau hanya sebuah keharusan?
Sebuah keadilan bernama hak dan tanggung jawab?

Cinta itu abadi.
Ketika kehidupan itu sirna.
Apakah cinta akan menjadi lebih abadi?
Di dunia setelahnya.
Setelahnya dan setelahnya.

Abadikah cinta?
Atau hanya sekedar perasaan yang muncul dan terus dijaga, karena takut akan kematian?
Cinta itu abadi.
Dalam kehidupan ataukah kematian?
Saat keadilan itu datang...
Abadikah cinta?

"Claude..".

"Ya sayang? Kau sudah terbangun?" Claude menghentikan langkah dan mengeluarkan kepala Claudia dari tas.

"Aku...bermimpi aneh. . tapi aku tidak ingat. . perasaanku tidak enak.."

"Kau bermimpi? Kita tidak bisa bermimpi, kita makhluk abadi sayang...sejak kita memutuskan untuk mengambil jalan ini pada si pencabut nyawa, kita tidak memiliki kemampuan masuk dunia mimpi."

"Hm...tapi aku tahu. . aku tadi bermimpi...pertama kalinya dalam seabad ini.."

Claude memeluk Claudia di dekapannya, berusaha menenangkan kekasihnya. Sedangkan dia sendiri, berusaha untuk menenangkan diri, mencoba menjadi penopang untuk kekasihnya. Dia tahu, kejadian aneh seperti ini akan mengarah ke jalan yang benar-benar tidak mereka harapkan. Tapi seperti cinta mereka, mereka sudah memutuskan apapun yang terjadi kedepannya, mereka hanya hidup untuk satu jiwa, maka jika matipun, harus dalam satu jiwa. Mereka sudah pernah mati, perasaan cemas yang sama muncul kembali di hati mereka berdua.

Claude kembali melangkah menuju gerbang kastil yang berjarak beberapa ratus meter lagi di depan mereka. Claudia terus berada di dekapan Claude. Langkah demi langkah. Kegelisahan memuncak. Langkah demi langkah, perasaan cinta itu membuncah. Semuanya membaur menjadi satu.

"Kita hampir sampai sayang.". Claudia hanya terdiam...gelisah.

Suara dentuman keras terdengar seiring hancurnya tembok kastil di atas mereka. Teriakan keras seseorang berbarengan dengan suara auman harimau yang menggema di langit.

"EZAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!," seseorang jatuh dari lantai dua kastil sambil berteriak. Suara auman harimau tadi terhenti dan terlihat tubuh harimau itu terpelanting jauh bersamaan dengan beberapa puing-puing dinding kastil yang beterbangan.

Orang tadi terjatuh beberapa puluh meter di samping kiri mereka. Melihat kondisi yang tidak aman ini Claude memasukkan kepala Claudia ke tas dan berlari ke gerbang kastil untuk bersembunyi. Claude memperhatikan keadaan yang terjadi.

"Eza...ughh. . Ezaa..," baru kali ini Kara merasa menyesal hidup di dunia mimpi. Dia ingin segera terbangun, terbangun dari tidurnya. Terbangun dari kematiannya yang seperti lelucon bagi Thurqk.

"Eza..," berapa kalipun dipanggil harimau itu tidak datang ataupun menyahut dengan auman, entah pingsan, entahpun sudah tak bernyawa. Rasa takut mengalir...isak tangis mulai terdengar bercampur kegeraman.

"Sudah, kau diam saja, aku tidak akan membunuhmu, tidak usah melawan lagi. Sebentar lagi juga kau kehabisan tenaga.," ujar lelaki yang berpakaian seperti bangsawan yang tiba-tiba muncul, melompat-mendarat di depan Kara.

"Eza..," sahabat satu-satunya yang dia miliki, partner bertarungnya, juga pendukung dirinya, tidak merespon apapun lagi. Sang Harimau itu sepertinya sudah mati. Seluruh panah Gravitasinya habis untuk melawan orang ini. Busurnya juga rusak. Rudal lubang hitam juga habis terpakai untuk melawan Robot raksasa yang dikeluarkan oleh Lelaki tadi.

Kara melemparkan satu granat terakhir yang ada di genggamannya ke arah lelaki besar itu, "Eza...Redina..," ucapan terakhir si pemuda pemimpi. Dia merasakan ketidak adilan, jikapun tidak mendapatkan cintanya pada Redina, kenapa dia harus sengsara di dunia mimpinya. Kesadarannya menghilang.

"[Divine access]," pria itu menangkis granat itu dan membuatnya terjatuh jauh dari posisinya berdiri. Membuat lubang hitam kecil dan menelan seluruh materi di sekelilingnya, lalu hilang."Sayang sekali."

Tubuh pria yang tadi berpendar keemasan perlahan-lahan mulai kembali biasa, cahayanya memudar. Dia melangkah menuju harimau yang pingsan itu dan mengangkatnya."[King's warehouse]," dia membuka sebuah gerbang dimensi, memasukkan harimau itu, mengeluarkan sebuah kursi mewah, duduk disitu dan meminum wine yang juga diambilnya dari gerbang dimensi sebelum tertutup.

***

"Kuzunoha, di bawah.," Deismo memberitahukan apa yang dilihatnya dengan [stationary observation]. Posisi Kohryu berada di atas istana sekarang. Membuat Deismo lebih mudah memantau apapun dari atas situ.

"Sepertinya si penunggang harimau tidak selamat ya...tinggal 4 orang termasuk kita."

"Haruskah kita turun?"

"Ya...lebih cepat diselesaikan lebih baik."

***

"Hei, kau yang bersembunyi disitu, keluarlah."

."...," Claude melangkah keluar. Percuma bersembunyi jika sudah ketahuan oleh orang seperti dia.

"Siapa namamu?"

"Bukankah tidak sopan menanyakan nama sebelum memperkenalkan diri?"

"sudah, perkenalkan saja dirimu dulu. ck. ."

"Claude...keluarkan aku, biarkan aku ikut berbicara.," Claude langsung mengeluarkan kepala Claudia dan memeluknya.

"Claude dan Claudia.... Aku Ravelt....," dia terpana dengan apa yang dilihatnya. Pria yang membawa kepala wanita cantik."kau harus jadi koleksiku.," sambil menunjuk kepala Claudia. Dia membuka [King's Warehouse] dan mengembalikan kursi juga gelas wine tadi.

"Kau bisa melihatku, dan aku bisa melihatmu, berarti kita harus menyelesaikan semua ini. Aku pasti menang, mendapatkanmu sebagai koleksiku dan hidup lagi untuk membangun kotaku. Keadilan dan cinta pasti menang."

"Kau...tahu apa kau soal cinta.," Claude marah dan mengeluarkan senjatanya. Sebuah pisau jagal yang kelihatannya sangat tajam.

"TUNGGU!," Kuzunoha melompat turun sekaligus memasukkan Kohryu kembali ke tube. Deismo sendiri karena tidak memiliki massa tubuh, dia turun seperti bulu burung yang jatuh mengambang di udara.

"Salam kenal, namaku Baikai Kuzunoha."

"Ah, kau pria berisik waktu di Jagatha Vadi," ujar Ravelt dan Claude juga Claudia berbarengan.

"Eh?"

"Sudahlah, bisa kita lanjutkan? pertarungan ini harus diselesaikan dengan satu pemenang bukan. Tidak perlu basa basi lagi." ungkap Ravelt.

"Diam kau. Akan kupenggal kepalamu, kugunakan kepalamu sebagai tubuhku biar Claudia bebas memakai tubuh ini."

"Wah?kalian bisa melakukan itu?" Ravelt seakan tidak percaya.

Claudia menggantikan Claude menjadi kepala utama tubuh mereka.

"KAU HARUS JADI KOLEKSIKU!," ujar Ravelt dan Kuzunoha berbarengan.

"..."

"..."

Mereka saling bertatapan.

"Aku duluan. ."

"Tidak, double dullahan itu jarang ditemui, aku duluan."

"Kyaaah~ aku diperebutkan dua lelaki.," clauda mengatakan itu sambil berlagak tersipu malu.

"Claudia.... .," ujar Claude sedih.

"Pokoknya aku duluan, dan. .," , "Tidak, aku..,",  "Claudia kau. .," "Claude. . kamu cemburu ya..," dan mereka terus adu argumen, selama beberapa menit.

"Anu....," Deismo kebingungan melihat kejadian di depannya.

***

Thurqk yang melihat kejadian itu dari ruangan monitor terbahak-bahak melihat pertengKaran anak kecil itu.  Para Hvyt Cuma terdiam melingkah Dewa semestanya punya selera humor yang aneh.

***

Deismo tidak tahu apa yang harus dilakukan, di depannya para peserta BOR malah berantam mulut seperti anak kecil memperebutkan mainan.

Claude, sepertinya yang paling marah dengan kondisi itu. Kecemburuannya menutupi logikanya.

"BERHENTI SEMUA!." Claude meledak. Claudia tertawa kecil. Kuzunoha meminta maaf dan Ravelt terdiam. Tidak menyangka ada orang aneh bisa menghentikan seorang pahlawan seperti dia.

"Claudia adalah milikku, cintaku yang abadi, tidak ada seorangpun yang boleh menyentuhnya!," kepala itu berbicara dengan beringas, melayang-layang sambil marah Claudia yang mendengarnya langsung mendekap kepala kekasihnya itu, lalu menciumnya. Sebuah ciuman yang hangat... dan dalam...

Deismo menutup matanya, malu melihat apa yang di depannya. Ravelt dan Kuzunoha mengangkat sebelah alis matanya, melipat tangan kiri di dada dan menopang dagu dengan tangan kanan sambil berbarengan berucap, "ooowhhhhh....".

Claude terdiam dan emosinya menjadi lebih sedikit tenang. Claudia memasukkan kembali pisau jagal yang dikeluarkan Claude tadi.

"Jadi, apa yang harus kita lakukan? Jika tidak bertarung, kita mati."

"Boleh saya menyatakan beberapa ide?" ungkap Kuzunoha.

"Hm...bagaimana Claude?" tanya Claudia."Uhuk. . humm...biarkan dia bicara.," ucapnya karena masih sedikit malu.

"Aku juga tidak masalah. Kurasa kita memiliki pemikiran dan minat yang sama tentang koleksi, aku akan mendengarkan idemu. Utarakanlah." Ravelt menunjukkan antusias terhadap orang yang memiliki kesukaan yang sama dengannya.

Kuzunoha melihat ke arah Deismo, "Aku akan sedikit mengubah perjanjianku denganmu, tapi tetap dengan esensi yang sama, mohon ikut mendengarkan disini Deismo." Deismo bergerak ke arah mereka.

 "Baik, mohon dengarkan rencana saya.," Kuzunoha langsung berbicara dengan sangat tertata. Skematis dan langsung ke tujuan.  Kuzunoha merencanakan pertarungan yang singkat dan adil untuk semuanya lalu semuanya saling berdiskusi.

Pertama, mereka semua harus memberitahukan semua yang mereka miliki, mulai dari motif mereka bertahan, kemampuan yang mereka miliki juga peralatan apapun yang digunakan. Akan diusahakan pertarungan yang seimbang namun harus maksimal.

Kedua. Hindari merusak realm ataupun meminimalisir kerusakan tempat ini, terutama desa terbuang  dan menyetujui perjanjian, yaitu...siapapun yang menang, harus bisa membawa motif peserta lainnya dan mempertahankannya di depan Thurqk, berhasil ataupun tidak.

Ketiga. Deismo, sebagai pemilik tempat ini menjaga agar pertarungan ini berjalan lancar tanpa ada gangguan dari luar apapun bentuknya. Karena Deismo sendiri ternyata tidak masalah untuk menyerahkan hak menangnya ke siapapapun asal syarat kedua terpenuhi.

"Aku tidak peduli siapapun yang mati, untuk apa harus meminimalisir kehancuran yang terjadi akibat pertarungan kita?" Claude yang paling logis mempertanyakan syarat kedua.

"Karena...satu, Deismo sendiri tidak mau menghancurkan tempat ini dan dia menyerahkan kemenangan ke siapapun dari diri kita. Dua. Kalau tidak ada untungnya, juga tidak ada ruginya buatmu. Hanya membawa dan mempertahankan hak dari peserta lain disini, dan kau, tidak perlu memastikan terwujud atau tidak, cukup ungkapkan ke Thurqk jika kau menang. Tiga. Dengan meminimalisir kondisi kehancuran, artinya seluruh tenaga kita terfokus, dan kita hanya saling menyerang dengan kemampuan kita kepada lawan kita, tidak ada halangan, tidak perlu sembunyi, pertarungan akan berlangsung cepat dan siapapun yang menang akan tetap berada di kondisi yang menguntungkan untuk lanjut pertarungan berikutnya, jika ada. Dan buat kalian berdua, jika kalian menang, kalian bisa memilih untuk memotong salah satu kepala dari kami berdua. Kalian mendapat tubuh yang bagus."

Claude-Claudia berpikir keras. Tidak ada yang perlu dicemaskan, tidak ada yang bisa dibantah dan cukup melakukan segalanya dengan all-out.

"...dan Claude-Claudia, jika kalian percaya dengan kekuatan cinta kalian, juga skill [Claustroclaucht] kalian. Kalian tidak akan menolak hal ini. kecuali kalian memang lemah." pancing Kuzunoha. Claude dan Claudia terkesiap. Mereka sudah tahu harus mengambil keputusan apa.

"Untukmu tuan Ravelt, sudah ada keputusan? Kurasa kau yang terkuat disini, dan dari seluruh skillmu, sepertinya dirimu bisa menyempurnakan syarat kedua dan dengan itu bertarung seimbang dengan kami semua, menang dan silahkan ambil apapun untuk jadi koleksimu." Ravelt kagum dengan pemikiran Kuzunoha. Dia mengangguk mengiyakan. Menyanggupi permintaan Kuzunoha selanjutnya.

"Baiklah, demi cinta dan keadilan, kita mulai sekarang?" Deismo melihat Kuzunoha mengucapkan kata-kata itu. Norak banget.

***

Phase 4 –Hatred or Grief–

"Deismo, tolong berjaga-jaga, . . ini tempat yang cocok, jangan masukkan kastil sebagai arena pertarungan. Silahkan tuan Ravelt.," Kuzunoha memberikan instruksi awal.

Deismo bergerak menyingkir sedikit jauh dari area mereka. Berikutnya, Ravelt menggunakan [Divine Access], tubuhnya menjadi dipenuhi aura keemasan. Lima detik kemudian, dengan kekuatan khususnya, Ravelt membentuk ruang khusus dengan area yang lumayan besar, sebesar lapangan bola. Semacam realm kecil yang dikelilingi pelindung kasat mata, menjaga apapun yang terjadi di dalam realm tidak keluar dan apapun yang ada diluar tidak masuk ke dalam. Walaupun memiliki kemampuan yang hampir sama, Claudia hanya bisa menciptakan sebuah ruang kecil dan absolut yang ukurannya sangat terbatas dan sangat kecil.
"Sudah, selanjutnya giliranmu Kuzunoha.," Ravelt menyuruh Kuzunoha untuk melakukan tahap berikutnya.

Kuzunoha mengeluarkan salah satu tube, mengeluarkan Belial."Diarahan," dia mengucapkan perintah untuk belial agar memberikan penyembuhan pada masing-masing orang, efeknya akan berlangsung selama 20 menit, setiap kali luka, akan sembuh per 2 menit.

Setelah efek itu selesai nantinya, semuanya bergantung pada skill mereka masing-masing untuk bertahan hidup. Dengan ini, semua persiapan selesai. Deismo juga sudah berjaga diluar. Pertarungan akan dimulai. Kuzunoha mengeluarkan pedangnya dan mengembalikan Belial. Ravelt mengeluarkan tongkat pendek nya. Claudia mengeluarkan Pisau Jagalnya dan membiarkan Kepala Claude melayang.

Suara nafas mereka saling terdengar satu sama lain.

Hening.

Deismo melihat mereka dengan seksama. Apapun yang dipikirkannya saat ini, dia sangat bersyukur pada kehadiran Kuzunoha.

"Semua bersiap..," Kuzunoha memulai aba-aba.

"..dan kita.... mulai.," semuanya terdiam.

Mereka seakan berdiri di sebuah sudut segitiga. Claude memperhatikan Ravelt dan Claudia melihat gerak-gerik Kuzunoha. Kuzunoha melihat pergerakan Claudia dan waspada dengan kemampuan Ravelt. Ravelt memfokuskan pikiran agar dia bisa mempertahankan ruangan ini, membuktikan bahwa dirinya adalah pahlawan terkuat sekaligus mampu menang melawan Kuzunoha ataupun si kepala dua.

Beberapa detik terlewati...dan semuanya saling berdiam diri. Sepertinya pertarungan sengit itu terjadi di dalam benak mereka. Semua melancarkan serangan dan memikirkan strategi di kepala mereka. Lalu tiba-tiba.

"ck, lama. .,"
Ravelt melemparkan tongkatnya ke arah Claude sekaligus menyerang Kuzunoha. Dia melompat, menarik tangan kanannya, bersiap menghantam Kuzunoha dengan kepalannya. Claudia menangkis lemparan tongkat Ravelt ke arah Kuzunoha dan melempar kepala kekasihnya ke arah lain yang jauh dari jarak serang mereka semua.

Kuzunoha menggenggam erat 'Masakado' dengan kedua tangannya. Merendahkan sedikit badannya ke arah depan dengan bertumpu pada kaki kanan yang menopang berat tubuhnya. Kemudian memuntirkan sedikit badannya ke kiri. Dalam sekejap dia melepaskan daya pegas yang terkumpul dan menebaskan pedangnya dari kiri bawah ke kanan atas. Tebasan itu mengenai dada Ravelt lalu mematahkan tongkat yang terbang ke arahnya.

Ravelt tetap tidak terhentikan. [Divine access] memberinya perlindungan kuat dari serangan apapun selama mantranya aktif. Hantaman tetap berlanjut mengarah ke Kuzunoha. Kuzunoha segera menarik kembali posisi tubuhnya untuk seimbang namun terlambat, dia hanya bisa menangkis dengan pangkal pedang, hantaman itu nyaris mengenai kedua tangannya. Dentuman yang begitu keras sampai-sampai tubuh Kuzunoha yang menahan beban pukulan Ravelt membuat tanah yang dipijaknya amblas beberapa meter, membentuk lengkungan berdiameter cukup luas.

Kepalan beradu dengan pedang. Namun dari kedua pihak, yang merasakan efek dari serangan itu hanya Kuzunoha. Walau pedangnya adalah pedang khusus, dari bijih meteor bercampur dengan sisik Apollyon. Kedua tangannya tetap bergetar menahan serangan Ravelt. Satu pukulan berefek begitu besar. Belum lagi tekanan pukulan itu selesai, pukulan kedua dari tangan kiri Ravelt dilepaskan. Dentuman kedua terjadi, tangan Ravelt utuh saat meninju pedang Kuzunoha. Bahkan di bagian tajamnya. Tekanan besar itu sekali lagi membuat tanah amblas beberapa meter ke bawah.

Saat hantaman ketiga akan datang dari tangan kanan Ravelt, Kuzunoha mencoba mengubah posisi untuk kabur. Tapi tubuhnya tidak bisa digerakkan. Apa ini, bergerak, ayo bergerak! Bagian kaki dan tangannya seperti terkunci sesuatu. Kuzunoha tersadar dan langsung melihat Claudia. Claudia tertawa sinis. Hantaman ketiga sekali lagi mendarat di pedang Kuzunoha. Walaupun pedang tidak patah, Kuzunoha kehilangan pegangannya terhadap pedang dan dia terbanting ke tanah. Claudia yang merasa triknya berhasil langsung menolehkan pandangannya ke Ravelt. Ravelt menghentikan aksinya dan kali ini langsung mendekati Claudia. Dia tidak langsung menyerang Claudia karena Claudia adalah wanita. Claudia mengayunkan pedangnya ke arah leher Ravelt. Namun dengan kesigapan ala Aeonian, Ravelt menangkis pedang tadi dengan tangan kiri dan mengarahkan kepalan tangan kanannya ke dagu Claudia. Claudia terhuyung.

"Cih, kau meremehkanku karena aku wanita hah?" geram Claudia dan langsung menyerang Ravelt dengan kasar. Ravelt terus mengelak dari semua serangan Claudia.

Kuzunoha yang sembuh dengan mantra Diarahan yang masih aktif langsung bangkit, memegang pedangnya, lalu mengeluarkan Orochi dan Belial."Mabufudyne!" Kuzunoha memerintahkan Orochi menyerang langsung kedua orang yang bertarung tadi dengan membekukan mereka. Baik Ravelt maupun Claudia membeku dalam kristal es raksasa.

Kuzunoha langsung memfokuskan diri dan menyelimuti pedangnya dengan magnetite dari dirinya. Pedangnya, 'Masakado' menjadi berwarna hijau terang. Setelah itu...
"PYRO KILLER!," perintah Kuzunoha kali ini pada Belial adalah memberikan lapis energi kedua pada pedangnya. Elemen api. Dengan begini kekuatan 'Masakado' menjadi lebih berbahaya. Kuzunoha mengambil kuda-kuda yang tegas dan mulai menusukkan langsung 'Masakado' ke tubuh Ravelt dan Claudia. Kristal es tadi pecah dan kedua musuh Kuzunoha terluka fatal. Kuzunoha langsung berdiri tegak dan menyerap magnetite yang keluar dari mereka. Luka mereka cukup dalam dan magnetite yang diserap Kuzunoha lumayan banyak.
Namun pertarungan belum selesai. Mantra Diarahan masih aktif. Pertarungan baru berjalan 10 menit dan semuanya kembali sembuh untuk kemudian bertarung lagi.

***

"Ini benar-benar lelucon..," ucap Claudia, lirih.

Ravelt hanya terdiam, dia memikirkan bagaimana dia bisa terluka berat padahal [Divine Access] masih aktif di tubuhnya. Sekali lagi mereka saling menyerang, melukai, dengan berniat menghabisi masing-masing lawannya. Lalu, sembuh lagi dengan Diarahan.

Sampai akhirnya mereka sadar, luka mereka tidak sembuh lagi, Diarahan sudah menghilang dari mereka. Stamina mereka mulai pudar. Tubuh mereka mulai merasakan sakit tanpa sembuh otomatis lagi. Hanya Claudia yang tubuhnya meregenerasi sendiri walau lambat. Kuzunoha memasukkan kedua demonnya kedalam tube lagi. Mereka terdiam lagi. Saling pandang.

Ravelt terdiam, dia memikirkan cara terbaik untuk menghabisi kedua lawannya sekaligus dalam sekali serang. Waktu berjalan sudah cukup lama, kalu diteruskan aku tidak bisa menahan ruang ini lagi.

Claudia mulai terlihat lelah, dia memikirkan gerakan siapa yang harus dihentikan sekarang atau harus fokus membuat pelindung. Semoga Claude berhasil menjalankan rencana tadi.

Kuzunoha berpikir lebih jauh kedepan. Aku harus menghemat magnetite ku...lawanku bukan mereka saja.

Di saat semua bersitegang, tiba-tiba ada seseorang yang menyergap dari belajang Ravelt.

"khhhk!," dia terkejut, Claude ada di belakangnya. Dia memakai tubuh Kara yang sudah dipotong kepalanya. Kapan?kenapa bisa?

"Saat kau menghajar Kuzunoha, aku yang memotong kepalanya," Claudia maju menyerang. Claudia mengaktifkan Claustrocaucht untuk menghentikan gerakan tangan dan kaki Ravelt. Kuzunoha juga tidak menyiakan kesempatan ini. Dengan Pedang yang masih terlapisi energi dia maju menerjang Ravelt.

Ravelt yang mulai kehabisan energi dalam mempertahankan ruang sudah kehabisan cara. Sekarang dia menggunakan kemampuan terakhirnya, [HERO ESSENCE], dengan kemampuan ini, dia mengaktifkan sesuatu kekuatan besar yang hanya dimiliki para pahlawan yang terdesak pada umumnya, kekuatannya meningkat seketika Membuat lawan yang bukan pahlawan di realm mereka menjadi tidak berkutik. Dalam hitungan sepersekian detik sebelum senjata Kuzunoha dan Claudia mengenai tubuh Ravelt, kekuatan Ravelt memuncak. Dia melepaskan belenggu yang diciptakan Claudia dan mementalkan Claude dan Claudia ke belakang. Claudia pingsan seketika dan Claude berusaha bertahan.

***

Pedang Kuzunoha berhasil menembus organ dalam Ravelt. [Hero Essence] tidak berlaku untuk Kuzunoha, karena Kuzunoha sendiri memegang takdir besar sebagai pahlawan di realmnya. Berbeda dengan pasangan kekasih yang hanya berfokus pada cinta itu.

Ravelt menghilangkan ruang yang dia ciptakan karena waktu setengah jam sudah terlewati dan itu membuat lukanya semakin parah. Kekebalan sudah tidak berguna lagi di pertarungan ini. Siapa cepat, dia unggul. Dia mengganti mode [Divine Access] ke mode [Dark Access], tubuhnya diliputi aura hitam. Kecepatannya meningkat, pengaktifan mantra menjadi lebih cepat, walau tubuh terluka, rasa sakit pun tak ada.

Ravelt mengeluarkan pedang Kuzunoha dari tubuhnya dan menariknya dengan tangan kiri, membuat Kuzunoha kehilangan keseimbangan. Tangan kanannya sudah mengeluarkan tombak berelemen petir. Menusukkan tepat ke bahu kiri Kuzunoha. Kuzunoha mengerang dengan keras. Tubuhnya tersengat petir dalam jumlah besar.

Kuzunoha kesulitan menggerakkan tubuhnya, sengatan listrik itu membuat hampir sebagian tubuhnya mati rasa.

"saatnya menyelesaikan ini semua," tubuh Kuzunoha dihujam pukulan bertubi-tubi. 3 pukulan per detik dan terus berlangsung hampir 10 detik. Lalu diakhiri dengan pukulan terkerasnya. Kuzunoha jatuh berdebam ke tanah. Pedang pun terlepas dari tangannya.
Kurasa aku habis disini. Maafkan aku para tetua...maafkan aku ibu.

Ravelt ingin memastikan bahwa lawan paling merepotkannya ini hilang kesadaran kalau perlu mati. Dia mendekati Kuzunoha dengan cepat dan melayangkan pukulan terakhirnya ke arah kepala Kuzunoha. Lalu tiba-tiba...

"Hell fire!." Api mengelilingi Kuzunoha membentuk lingKaran. Ravelt menghindar. Salah satu Demon yang dimiliki Kuzunoha keluar, tanpa perintah dari Kuzunoha.

"Belum saatnya kau mati disini. Tarukajaon," Kuzunoha tiba-tiba mampu untuk bangkit sekali lagi. Demon itu langsung kembali ke tube. Kuzunoha yang berdiri dengan terbungkuk, masih belum sadar sepenuhnya, menarik 1 tube dengan instingnya. Alice.

"Tuan Kuzunoha kau tidak apa-apa?" sosok anak kecil itu mengkhawatirkan tuannya.

"Kau, kau yang membuat Tuan seperti ini ya? Alice tidak suka!," demon berwujud gadis kecil itu menunjuk dan mendekati Ravelt yang terpaku.

"A...alice..," mendengar nama itu dia menjadi galau.

"Alice..," tanpa sadar dia menonaktifkan mode [Dark Access] nya.

"Die for Me!," muncul puluhan kartu yang terbuat dari besi dan menyerang Ravelt, mencabik-cabik tubuhnya.

"Alice....," Ravelt seakan tidak merasakan apa-apa. Entah karena efek [Dark Access] yang masih tersisa di tubuhnya, atau karena dia hampir kehilangan seluruh energinya.

"Mamudoon," Kuzunoha merapal mantra kegelapan, dalam beberapa detik, segel kegelapan muncul di bawah telapak kaki Ravelt dan semakin membesar. Detik selanjutnya...Nyawa Ravelt menghilang. Tubuhnya terjatuh menghantam tanah.

"Alice, kembalilah."

"Baik tuan, panggil belial untuk menyembuhkan tuan yaa, sampai ketemuuu...", ujar Alice girang karena telah menyelamtakan tuannya.

"Terima kasih Alice.," dia memasukkan tube alice ke vest dan mengeluarkan Belial.

"Diarahan." , lalu segera mengembalikan belial ke tube.

Tubuhnya sembuh dengan cepat. Namun staminanya mulai habis. Kuzunoha lalu menghampiri Claude dan Claudia. Claudia masih tak sadarkan diri. Sedangkan Claude juga tidak bisa bertahan, karena pengaruh Hero Essence dan tubuh yang dia pakai, Claude hampir kehilangan seluruh energinya.

Claude berusah mendekati Claudia sebelum Kuzunoha datang, tapi terlambat, tepat saat kepala Claude berada diatas Claudia untuk membangunkannya, pedang Kuzunoha yang dilemparkan Kuzunoha dari jarak jauh menancap di kepala mereka berdua. Membuat keabadian mereka hilang seketika.

"Keabadian cinta tetap bersama kalian..," lalu Kuzunoha mencabut pedangnya dan membersihkannya.

***

Kuzunoha menghembuskan  nafas yang panjang dan menghampiri Deismo yang dari awal melihat semua pertarungan itu.

"Kau. . sangat kuat..," tutur Deismo.

"Tidak...hanya saja, entah kenapa keberuntungan selalu menyertaiku..," Kuzunoha membalas ucapan Deismo dengan senyum.

"Sekarang, tinggal memberitahukan salah satu Hvyt kalau kau pemenangnya," Deismo merasa tenang karena semuanya berjalan sesuai rencana.

"Ya.."

"Hey, terima kasih. ."

"Tidak masalah Deismo, sudah kubilang, motif kita sama."

Mereka berdua terdiam...suasana tenang yang mereka rasakan sangat mencerahkan.

"Deismo, mungkin terdengar aneh bagimu, terima kasih sudah mau percaya padaku, setelah ini mungkin aku akan bertemu 4 kenalan baru yang kukenal di Jagatha Vadi.... kau, mau berkumpul dengan kami nanti kan?"

"Maksudmu?

"Menjadi rekan, menjadi teman.," ucap Kuzunoha dengan senyum lebar. Deismo terkejut dengan pernyataan itu.

Dia tidak menjawab. Tidak mengiyakan dan tidak menolak. Dia hanya menunduk. Dia yang selama ini diciptakan untuk sendiri, ada yang mau berteman dengannya selain penduduk desa terbuang. Kebahagiaan, itukah istilahnya?

Semuanya berjalan sebagaimana mestinya...

Paling tidak seperti itulah yang mereka pikirkan. Sampai akhirnya, Deismo melihat sesuatu yang mengerikan...

Duster berjalan mengarah ke kastil. Tapi bukan itu yang membuatnya menjadi sangat terkejut. Di belakang duster, tergeletak beberapa mayat para sahabatnya yang diangkut masuk ikut ke dalam kastil.

"Dus...ter....," suhu disekitar Deismo tiba-tiba turun.

"Eh? Apa?" Kuzunoha bersiaga, dia paham ini bukan spark yang baik.

"Deismo...Deismo. .," Kuzunoha berusaha memanggil Deismo yang terus berjalan ke arah kastil. Deismo tidak menggubrisnya, dia ingin memastikan apa yang dilihatnya tadi. Kuzunoha hanya bisa mengikutinya.

Saat, di dalam kastil, mereka tidak menemukan apa-apa di ruang tengah. Deismo tiba-tiba mengarah ke satu ruangan. Instingnya menyatakan bahwa dia harus segera ke ruangan itu.
Tepat saat masuk ke dalam ruangan itu, seluruh kastil menjadi beku.

"DEISMO!," Kuzunoha berteriak memanggil Deismo. Ada yang salah dengan Deismo sekarang. Tidak mungkin tiba-tiba kastil ini menjadi beku begitu saja.

"DUSSSTERRRRRR!!!!!," ternyata Deismo melihat bahwa mayat teman-temannya dijadikan bahan percobaan oleh duster yang kini membeku di hadapan Deismo. Kemarahan Deismo membuat seluruh kastil menjadi beku kecuali dia dan Kuzunoha.

Deismo sudah tidak mempedulikan apapun lagi. Dia melepas jubahnya dan masuk mode gila. Dia tidak peduli siapapun melihat sosoknya. Semua dihancurkannya. Dia juga membuat klon dirinya dalam mode gila, merusak ruangan itu, menghancurkan Duster menjadi kepingan, juga mayat teman-temannya.

Raungan Deismo menyayat hati. Kesedihan, kemarahan...semuanya berkecamuk menjadi satu. Deismo asli mulai menghancurkan bagian lain dari kastil sedangkan klonnya menyerang Kuzunoha. Kuzunoha kewalahan karena staminanya belum pulih dengan benar. Cakar dari tangan Deismo melukai tubuh Kuzunoha disana sini, permainan pedang Kuzunoha kacau.

Orochi."Mabufudyne!. Klon Deismo langsung membeku dalam kristal es raksasa. Namun, detik berikutnya Klon tersebut mengguncang kristal es. Meledakkan dirinya dan menghancurkan kristal es tersebut.

Deismo asli yang mendengarkan kegaduhan di belakangnya langsung memutar arah dan menubrukkan tubuhnya ke arah kuzunoha. Kuzunoha terpelanting jauh. Orochi berusaha menyerang Deismo, tapi sia-sia. Orochi langsung mati diserang dan kembali ke dalam tube dengan paksa. Kuzunoha mencoba kabur dari kejaran Deismo. Teman barunya yang menggila.

***


Phase 5 –Poem for everyone's soul–


Tubuhnya penuh luka, dengan tetap menggengam pedang di tangan kanan, ia menarik salah satu tube dan membuka segel penutupnya. Belial. Dia terus berusaha untuk kabur dengan energi yang terkuras, jalannya terseok.

"Dia..ra-han...," ucapnya terputus-putus. Belial, demon yang dipanggilnya tadi mengarahkan tangannya ke arah tuannya sambil mengikutinya, mentransfer sejumlah besar energi dan membuat seluruh luka menghilang. Dia sembuh total.

Tepat saat itu juga, Deismo sudah kembali mengejar dengan jarak sangat dekat. Dia menyerang dengan sangat brutal. Tidak ada serangan sihir sama sekali seperti di awal. Kuzunoha terdesak. Walau sudah sembuh, kekuatannya tidak bisa menandingi Deismo. Staminanya hampir habis.

"MATI KAUUUUUU!!!!!!," dia mengangkat tangan kanannya ke atas dan menghantamkannya seketika ke arah pria yang dari awal tidak ada niat bertarung dengannya.

"UARGH!," darah segar keluar dari mulut Kuzunoha. Pertahanannya sia-sia, bahu kirinya robek.

Namun dengan segera Belial menyerang Deismo dari samping. Serangan tombaknya mengenai lengan kanan Deismo. Deismo mengerang, suaranya melengking memenuhi area pertarungan mereka.

"Deismo....," nafas Kuzunoha tersengal.

"Deismo," sambil terbatuk, ."..dengar Deismo.... Kembali ke dirimu yang sebenarnya. Kau adalah makhluk yang baik, kau bisa mengontrolnya Deismo.... kau...bisa mengontrol dirimu..," ujarnya kepayahan.

"Teman-temanmu pun paham...mereka tidak mau kau jadi seperti ini Deismo.."

 "Kau mendengarkan yang dikatakan tuanku kan? wahai tuan hantu..," ujar Belial sambil memutar tombak yang menancap di lengan Deismo. Deismo memberontak dan menyerang membabi-buta.

Deismo terus mengerang, bertarung sengit dengan Belial...seakan mengabaikan nuraninya yang sedari tadi memberontak...menyembunyikan kesedihannya...

"Belial, Agidyne!," seketika, tubuh Deismo terbakar api. Namun kebrutalannya membuatnya tidak berpikir untuk menggunakan thermokinesis, malah sebaliknya, dia tetap menyerang Belial dengan serampangan."belial, kembali..".

Belial masuk ke dalam tube sambil memperhatikan tubuh Deismo yang terbakar dengan api darinya.

Deismo tetap mengerang, dia tidak tahu lagi apa yang harus dia serang. Kuzunoha hanya terdiam sambil terduduk, bersandar di dinding kastil.

"Deismo.... kau diciptakan dari kesendirian. Kau diciptakan untuk kesendirian. Kau diajarkan rasa sakit, dan kesendirian pun berubah menjadi kesepian yang sangat dalam...namun lama kelamaan kau sendiri kebingungan tentang sosokmu, monsterkah? Atau hanya makhluk yang tak memiliki eksistensi?" Kuzunoha kembali terdiam.

Suara erangan Deismo masih terus terdengar...entah itu raungan kesakitan... atau kesedihan...

"Kau mempelajari arti cinta, rasa kasih dari  para orang yang dulu kau perangi...mereka menjadi sahabatmu, akhirnya kau mengerti akan keadilan..," Tenggorokan Kuzunoha semakin tercekat.

"Namun di akhir, kau juga kebingungan, ketakutan akan kembali ke kesepian...kecemasan akan keselamatan para sahabatmu...membuatmu marah sekaligus sedih...kau tidak mengerti kau menyimpan yang mana...kau tidak paham... kau harus menjadi yang mana..," Deismo mulai melihat ke arah Kuzunoha yang sedari tadi berbicara.

"Bai.... kai..," Deismo menyeret tubuhnya perlahan, mengarah ke kuzunoha.

"Thermokinesismu menjadi bukti terkuat...kau selalu ingin meredakan amarahmu, layaknya api yang kehilangan energinya, menjadi es...kau meredam semuanya dengan kesendirianmu. . kesepianmu..,"

"Bai.... kai..," Deismo semakin mendekati Kuzunoha. Lengannya terus berusaha meraih Kuzunoha.

Kuzunoha menundukkan pandangannya.

"Bai kai...tolong aku...bunuh aku..,"

Kuzunoha hanya terdiam, bulir air mata jatuh perlahan dari matanya. Kuzunoha yang tidak mengenal dan tidak mau mengakui kesedihan, merasakan kepedihan dari hati teman barunya. Dia mulai menangis.

"Bu... nuh...aku..,"

Getaran aneh muncul dalam tubuh Kuzunoha, "Setiap kali pilihan takdir muncul, kau harus memilih jawaban terbaik, kau akan merasakan getaran yang tidak biasa saat pilihan ini muncul. Bisa jadi muncul saat kau harus menjawab pertanyaan siappaun disini, atau apapun pilihan aksimu kedepannya. Waspadalah, ini akan menentukan arah kekuatanmu di akhir nanti.".  Kuzunoha teringat perkataan orang yang muncul di dunia meditasinya tadi... dengan menanggung rasa sedih yang meruak, Kuzunoha mengambil inisiatif.

"Tidak Deismo, aku akan memberimu hal yang lebih baik dari itu..," Kuzunoha melepas penutup dahinya. Simbol seperti mata ketiga terlihat dari kepalanya.

"Deismo lihat aku...aku akan memberimu mimpi terbaik yang tidak pernah kau rasakan sebelumnya..," Kuzunoha mengangkat wajahnya yang sudah basah dengan air mata.

"Hypnosis, Heaven arc," Kuzunoha memberikan ilusi ke pikiran si hantu kesepian itu.

Deismo melihat dirinya berada di pedesaan, bertemu kembali dengan seluruh teman-temannya, dia berhasil membunuh duster dan membuat Paradox world menjadi tempat penuh kebahagiaan. Seluruh anak-anak di desa bermain dengannya, rasa sayang melimpah di sekitarnya.

Dalam beberapa menit, erangan Deismo menghilang, dari wajahnya yang tak berbentuk itu tampak seutas senyum yang tulus. Terima kasih Kuzunoha. Kemudian Deismo memudar...hilang menjadi abu... Kuzunoha menangis sekeras-kerasnya.

"BAIKAI KUZUNOHA. Pemenang Blok J.," suara pengumuman dari langit sudah keluar.
"Aku sudah berjanji padamu Deismo. semoga kau dihidupkan Thurqk lagi. Aku ingin mengobrol banyak denganmu. Terima kasih sudah membuatku memahami emosi yang baru.," dia mengusap air mata terakhirnya untuk Deismo.

***
Epilogue

Baru saja mau melangkah keluar kastil. Kuzunoha memberhentikan langkahnya, satu bagian dari Jubah Deismo jatuh di hadapannya. Dia memungutnya dan memasukkannya ke dalam tas pinggang kecilnya.

Kuzunoha melangkah ke arah tempatnya duduk bersama Deismo saat mereka berkenalan. Kuzunoha mengunyah cemilan yang dia bawa lagi. Kali ini, hanya dirinya sendiri, cemilan dan desa yang terbuang.

27 comments:

  1. Ngebaca ini, rasanya saya salah image
    - Kuzunoha-nya ga se-stoic yang saya kira
    - Ternyata tipe pemikir dan ga terkesan sepolos di charsheet
    - dia bisa ngomong sama demon-nya

    Saya enjoy dan beneran lancar baca ini, tapi kadang kerasa kurang konsisten juga - ada bagian di mana penuh dialog, lalu tiba" ada yang paragraf" panjang kayak berita tanpa dialog sama sekali (part Baikai ketemu Deismo). Meski gitu rasanya saya jebantu dengan bahasanya yang ringan.

    Dari segi ceritanya sendiri, saya kasian sama Kara dan Deismo. Kara muncul tapi keberadaannya berasa ga penting, sementara Deismo kayak ada cuma alakadarnya, disingkirin ketika semua yang lain juga udah kesingkir. Kalo dipikir lagi, 5 peserta di satu tempat udah potensial buat bikin battle royale dalam arti sebenernya padahal - tapi mungkin emang bukan itu yang diincar Baikai di cerita ini sih ya.

    Btw, Claude-Claudia berasa lebih mesra (dan nyebelin) daripada di versi saya sendiri wwwww
    Saya juga pengen ketawa di bagian ini:

    Pedang Kuzunoha berhasil menembus organ dalam Ravelt. [Hero Essence] tidak berlaku untuk Kuzunoha, karena Kuzunoha sendiri memegang takdir besar sebagai pahlawan di realmnya. Berbeda dengan pasangan kekasih yang hanya berfokus pada cinta itu

    7/10

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, untuk Deismo berusaha ngegali dia karena mikirin image nya deismo.
      tapi mungkin karena pas battle dilepas begitu aja ya perannya deismo jadi ada rada "ngehilang".

      mohon maaf buat CC nya..
      awkwk

      _/\_

      Terima kasih...

      Delete
  2. Menarik, selain unsur action juga memasukkan unru filsafat dalam cerita, tapi mungkin akan lebih terasa kalau ceritanya diceritakan dari sudut pandang orang pertama.

    Lalu sebagai karakter yang tipe pemikir dan bersifat kesatria agak aneh juga tidak ada scene dia menguburkan jasad para peserta yang kalah atau minimal mendoakannya / memberi penghormatan

    Cuma penasaran, kalau seandainya tidak ada kejadian di dalam Istana bagaimana cara Kuzonoha dan Deismo menentukan pemenang,


    final verdict 7/10

    ps : cemilannya bukan keripiki kan ? :3

    ReplyDelete
    Replies
    1. menguburkan...
      penulisnya yang kerepotan wkwkwkwk

      btw,ini mungkin bisa jadi alasan.
      1. soalnya semua udah pada mati, kalau dikuburkan lagi jadi buang2 plot.
      plus Hvyt pasti bakal bawa peserta lain balik ke Devasche vadi.
      2. cara penentuan pemenang, aye ada kepikiran 2 arah sih. 1 datangin duster, 1 lagi thurqk marah dan datangin duster ke situ *sama aja yak, wkwkwk

      camilannya? bisa jadiiiiii
      wkwkwk


      thank you penilaiannya
      _/\_

      Delete
  3. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  4. Setelah membaca dari awal... penilaian saya akan saya bagi dalam beberapa aspek

    > story: 8
    > chara: 6
    > environment details: 8
    > battle details : 8

    overall : 7.8

    alasan:
    Story mendapat nilai 8 karena development yang terjadi cukup menarik perhatian dan beberapa bagian membuat sulit berhenti tetapi di bagian lain cerita mengalami " rusak " karena reaksi character yang kurang sesuai

    Chara hanya mendapat 6 karena walau development nya menarik, di beberapa scene benar" menghancurkan image yang di bangun dari awal

    detail dan background lebih dari cukup untuk menggambarkan suasana scene per scene terutama bagian desa, kastil dan penyerangan pertama

    battle details pun sangat bagus mengingat banyak nya kemampuan yang di mention serta penjelasan sederhana tapi membuat mengerti effect dari kemampuan tersebut...

    saran: mungkin bisa membuat kuzunoha lebih stabil dalam reaksi nya terhadap sesuatu di sekeliling nya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Get it om kwee :v 7

      btw, mau sedikit kasi alasan untuk chara yang rusak.
      1. kebingungan, ntah kenapa mau masukin unsur joke juga.
      2. kebingungan utama karena aye udah naruh di char sheet itu begini:
      >afek datar-bisa dicek gangguan afeksi datar itu apa
      >selama menjadi Baikai Kuzunoha di advance earth, dia mebercengkrama dengan banyak demon, dan belajar tentang emosi. jadinya aye yang kelimpungan wkwkwk.


      Thank you, gak nyangka nilainya dikasi tinggi banget.
      _/\_

      Delete
    2. ini belum dicatet om glen yak uhuuu

      Delete
  5. Komen-komen saya ditulis seraya membaca, jadi ini semua berurutan menurut kronologi.

    1. Silahkan --> Silakan (EYD)

    2. suka iseng dan lolipop --> suka iseng dan makan lolipop, ATAU suka keisengan dan lolipop

    3. Percakapan dgn Kojiro flownya bagus. Bisa ditingkatkan lagi dgn sesekali dikasih beat (gerakan karakter utk menunjukkan siapa yg sedang/akan berbicara)

    4. anda --> Anda (EYD)

    5. monster dari danau mungkin bisa dijelaskan penampilannya.

    6. Percakapan Deismo dgn Kuzunoha pas belakang2 mulai bingung siapa yg sedang berbicara. Add some beat.

    7. ayo kita kastil --> ayo kita ke kastil (typo)

    8. pisau janggal --> janggal bagaimana? di dalam novel, semakin konkrit deskripsi fisik suatu benda semakin baik.

    9. "Pokoknya aku duluan, dan. .," , "Tidak, aku..,", "Claudia kau. .," "Claude. . kamu cemburu ya..," dan mereka terus adu argumen, selama beberapa menit. --->
    "Pokoknya aku duluan, dan..." "Tidak, aku," "Claudia kau..." "Claude... kamu cemburu ya..?" dan mereka terus adu argumen, selama beberapa menit. (grammar fix)

    10. Pemikirannya Kuzunoha bagus. Logis dan masuk akal.

    11. Battle scenenya lumayan. Beberapa bagian masih kurang smooth, though.


    Review yang lebih tertata:
    Story development-nya lumayan bagus berkat pemikiran, monolog, dan aksi-aksi Kuzunoha. Namun karena alasan yang sama, karakter lain justru jadi terlalu flat. (atau mungkin ini disengaja? hahaha)

    Koreografi battle-nya lumayan, tapi belum hadir secara maksimal karena pemilihan kalimatnya kurang efektif. Adegan yang cepat itu diusahakan memiliki kalimat yang "cepat" juga, alias pendek dan to the point, hanya beberapa panjang/metafor saja yang disisipkan untuk memberi variasi. Terutama jika ada serangan yang sedang melayang, jangan disela terlalu banyak narasi karena kesannya jadi seperti "Talking is a Free Action" yang nge-pause hal di sekitarnya.

    Maaf jika terlalu banyak kritik... :P

    Nice work.

    ReplyDelete
    Replies
    1. hokeh, dicatat :v7

      nilainya bro keeev

      Delete
    2. Nilainya ketinggalan...

      Story creation: 8/10
      Battle scene: 7.2/10
      Characterization: 7.8/10

      Overall: 7.5/10

      Delete
  6. Wew , pas di awal sih ckep ,
    tp pas di tengah ga sesuai yg q kira trnyata.. image nya brubah :3
    tp dh kereen :v

    Story : 8/10
    Battle : 6.2/10
    Char : 7/10

    Overall : 7.1

    ReplyDelete
  7. baru ngeh bagian komennya dibawah XD
    bagian awal benar2 out of the box, ga kepikiran kalo kuzunoha bisa jadi dandy dan berekspresi lepas gt, sama mikir teknik mindmap buat baca situasi :vc
    overal cerita bagus, cuma pas masuk ke pertengahan cerita jadi terlalu cepat fasenya?sama waktu battle feel w ga dapat waktu baca :3 selain itu w suka . btw cemilan yg dimakan kuzunoha apa ya :9

    ReplyDelete
    Replies
    1. > story: 8
      > chara: 6
      > battle details : 5

      Delete
    2. huhehehe
      haduh, bisa tercatat gak ni ya..

      aye bantu cari nilai rata2nya ya:

      (8+6+5)/ = (19)/3 = 6,3

      Delete
  8. Heee.......
    Ternyata Kuzunoha gak sedingin yang saya kira, bisa berekspresi dengan baik juga ternyata.
    Saya bener-bener kasian sama Kara, yang matinya ngenes......
    Jujur, tadinya saya mau bikin demonnya bicara tapi saya bingung sama personality-nya harus kayak gimana (walaupun sudah ditulis)
    Bagian pertama, ngomong sama Kojiro, saya bingung yang mana yang bicara.
    Battlenya bagus, dan saya terhibur dengan ceritanya.
    Overall: 8.5/10

    ReplyDelete
    Replies
    1. ohoho okee, kedepannya bakal bikin dialog tag nya deh..
      :)

      thank youuu

      Delete
  9. "As expected..."

    Sejujurnya Umi agak kaget di awal karena Deismo berasa jadi super baik, dan itu membuat Umi mikir, "ga make sense, jangan sampe Deismo kalah gitu aja."
    Twist di ennding terkait Deismo itu, bener-bener twit terbaik dari yang udah Umi baca >.< Berasa keren dan ga "gitu aja"

    Kak, Umi mau nanya, Baikai kalau ada di alam pikirannya, suaranya bisa di dengar sama orang luar pikiran, dan yang denger itu siapa? perasaan yang datang bukan peserta :/

    saran buat next round kalau lolos, gimana kalau dialog tag-nya dijelasin. Pas bagian Zuzu sama Deismo di tepi danau Umi agak lost :D

    end : nilai 7/10

    ReplyDelete
    Replies
    1. hm, oke di bagian dialog panjang bakal dikasi tag nya...

      nah, kalo yang ini:
      >Baikai kalau ada di alam pikirannya, suaranya bisa di dengar sama orang luar pikiran, dan yang denger itu siapa? perasaan yang datang bukan peserta :/

      "kojiro" itu bakal jadi karakter khusus di canon baikai ini...
      dia yang bakal jadi pembawa berita takdir untuk baikai.
      dan, itu bukan di luar pikiran, seperti yang tertulis di cerita di atas, kojiro masuk ke dalam ruang pikiran-meditasinya kuzunoha.

      thank you nilainyaaaa
      /0/

      Delete
  10. Strateginya Baikai bener-bener orisinil klo ane bilang. Dia bikin peraturan sendiri di luar aturannya Thuruk. Alur ceritanya seru. Cuman begitu memasuki battle narasinya agak sulit diikuti. 1 paragraf kadang banyak banget tulisannya. Trus, yang terakhirnya, menurut ane sih ga usah pake adegan Deismo ngamuk. Kayak nambah-nambahin. Sampe Deismo nyerah aja uda cukup.

    Nilai : 8

    ReplyDelete
  11. Boleh saya panggil zuzu? #plak

    Oke, zu. Bahasa yang dipake author disini enak
    Plotnya ngalir, tapi kalau bisa kurangi paragraf yang wall of text. (kalau perlu jangan ada, tapi mustahil itu)

    Battlenya cukup jelas meski masih ada beberapa typo.

    +7,5

    ReplyDelete
    Replies
    1. siap, semua review dicatat :v7

      thank youuuu

      Delete

Silakan meninggalkan komentar. Bagi yang tidak memiliki akun Gmail atau Open ID masih bisa meninggalkan komentar dengan cara menggunakan menu Name/URL. Masukkan nama kamu dan juga URL (misal URL Facebook kamu). Dilarang berkomentar dengan menggunakan Anonymous dan/atau dengan isi berupa promosi produk atau jasa, karena akan langsung dihapus oleh Admin.

- The Creator -