April 20, 2014

[ROUND 1 - G] CHERILYA JANETTE - TAP! TAP! DUARR!!

[Round 1-G] Cherilya Janette
"Tap! Tap! Duarr!!"
Written by Iis Erlian

---

BUG!
"Aduh!" Cherilya terpekik kala Makhluk berwarna merah yang membawanya terbang dari Devasche Vadhi, tiba-tiba menjatuhkannya ke tanah. Membuat dia terjerembab dengan wajah mencium tanah. Belum sempat dia mengomeli Hvyt, makhluk itu sudah ngeloyor pergi dan meninggalkannya di tempat yang penuh pepohonan.

"hey! Kembali kau makhluk tidak sopan!" teriak Cheril sambil mengarahkan anak panahnya kea rah Hvyt lenyap.

"Dasar makhluk menyebalkan tak punya sopan santun" omelnya sambil membersihkan kemejanya yang agak kotor.
"Oii loh ini dimana ya? Tempatnya mirip Valetta tapi kok tidak ada uara air terjun terdengar ya?" Cheril menempelkan tangannya di telinga, memastikan bahwa dia benar-benar tak mendengar suara gemuruh airterjun.

Cherilya akhirnya menyusuri hutan untuk mencari tahu dimanakah dia berada. Ketika tengah asyik menyusuri hutan sambil memotret, tentu saja dengan NORMAL MODE.

"Benar-benar mirip Valette. Tapi ini bkan Valletta. Ih makhluk berkepala ayam itu benar-benar menyebalkan menjatuhkannya di dunia antah berantah. Belum lagi makhluk yang mengaku dewa itu, memaksa kami untuk bertarung sebagai penghilang rasa bosannya. Apakah dia benar dewa? Sepertinya dia hanyalah vokalis Band Death Metal yang terobsesi jadi tuhan karena semasa hidupnya dia kalah pamor dengan musisi lain yang suaranya lebih bagus dari dia. Atau mungkn dia itu kelinci percobaan sebuah eksperimen? Ah tak taulah!" Cheril terus mengumpat sambil berjalan tak tentu arah

"Oii… ulala sepi sekali disini! Dimana aku bias menemukan makanan ya?" dia menatap sekeliling dan melihat sebuah pohon apel berdaun rindang dan berbuah banyk berdiri kokoh di tak jauh di depannya. Tak butuh waktu lama, Cheril pun menghampiri pohon tersebut, memanjatnya dan bertengger di salah satu dahannya.

"Oiii!!! Pemandangan dari atas sini lebih indah ternyata!" dari pohon apel tempat ia bertengger itulah dia melihat sebuah danau yang lumayan luas. Setelah puas memotret Cheril dengan iseng melihat hasil jepretannya. Tak sengaja dia melihat siluet makhluk bertubuh pendek yang memakai google dan terdapat bintik di sekitar hidungnya.

"Elle" airmatanya merebak dan ingatannya kembali ke Jagatha Vadhi. Tempat pertama kali dia dan Elle bertemu

"Rainbow… rainbow aku suka rainbow"

Hanya kata itu lah yang bisa di tangkap indera dengar Cheril kala mendekati makhluk yang tengah bersenandung sambil memakan loli berwarna pelangi tersebut.

"Hey. Aku Cherilya Janette. Siapa namamu?" ucap Cheril sambil mengulurkan tangannya kea rah gadis berambut amber tersebut.

"eh. Mmmm aku Richella Eleanor. Pangil aku Elle nom" jawabnya membalas uluran tangan Cheril sambil tersenyum semanis madu.

Airmatanya masih belum berhenti membanjiri wajahnya.

"Elle, aku merindukanmu. Oiii, bukankah aku satu kelompok dengan Zany? Dimana ya dia sekarang?" tanyanya sambil celingukan, ketika tiba-tiba dia mendengar suara rumpun semak yang bergemerisik di bawahnya.

KROSAK, KROSAK!
"Oiii suara apa itu"

Tiba-tiba muncullah pembuat gaduh di bawahnya, yang ternyata seekor anak beruang. Setidaknya itulah yang terlintas di fikiran Cheril mengingat jaraknya di atas dahan pohon cukup tinggi hingga tidak bisa membedakan antara anak beruang dengan boneka beruang. Cheril terus menundukan kepalanya untuk melihat lebih dekat kea rah anak beruang tersebut yang tengah mengendus sambil memegang sebuah riffle. Karena tidak memperhitungkan bobot tubuh dan cara ia menundukan badan, maka

GUBRAK,KROSAK!

Cherilya kembali terjatuh ke tanah menimpa boneka beruang yang tengah ia amati tadi.

"BURAAAAA" itulah yang dikatakan beruang tersebut kala tubuh Cheril jatuh menimpa tubuh mungilnya.

"Whoaaaa pendaratan yang lumayan empuk. Eh! Ya ampuuuuuun aku menimpa seekor anak beruang?" Cheril yang panic segera mengangkat tubuh beruang kecil yang tadi tertimpa tubuhnya dan menyadari bahwa dia bukanlah seekor anak beruang melainkan sebuah boneka berukuran sekitar 30cm.

"Oiiii… lucunya boneka ini."

Cheril memeluk bonekaberuang tersebut yang pingsan dan memotretnya. Cheril melihat bahwa boneka tersebut mengenakan kacamata hitam, jaket, dan sebuah topi dengan telinga mencuat keeluar dari topi tersebut, sedangkan riffle yang tadi ia pegang terlempar entah kemana.

"Ternyata boneka beruang di negeri ini canggih ya? Kulihat tadi dia berjalan berarti dia bisa bergerak ya? Apakah mungkin dia menggunakan batu baterai ya?" tanyanya sambil mencoba mencari celah tempat menaruh batu batere (jika mungkin ada).

"Ahahaha…. Aduuuuh…. Geli…." Ucap boneka tersebut kala Cheril mencoba mencari celah tempat menaruh batu batere.

"Hey kau benar-benar bias bersuara? Kereeeen! Dimana ya letak batere nya?"

"Hey! Dasar Stupidy Blondy Girly tidak sopan! Beraninya memegang tubuh Lord Ursario. Tak sadarkah tanganmu itu bisa mengotori bulu-buluku." Ucap boneka yang mengaku Lord Ursario tersebut sambil berusaha melepaskan diri dari genggaman tangan Cheril

"Uh dasar boneka beruang cerewet! Aku kan hanya ingin mencari tempat batu batere di tubuhmu untuk mengeluarkannya agar menghemat daya dank au akan ku berikan pada temanku Elle, dia pasti menyukaimu"
"Kau pasti suruhan si Jelek Mag-Lumina!kau pasti mencoba mencari resleting yang akan membuat jiwaku terlempar keluar, iya kan?".

Cheril menatap tajam ke arah Ursa.

" Resleting? Jiwa? Apa maksudmu hey boneka aneh?"

Mendengar pertanyaan Cheril ,Ursa segera menyadari bahwa dia telah membocorkan  sebuah rahasia penting yang juga menjadi kelemahannya.

"Dasat Stupidy Blondy Girly" murka Ursario mencakar tangan kanan Cheril setelah menyadari bahwa rifle yang ada di tangannya telah menghilang

"Kyaaaa…" teriak Cheril sambil melemparkan boneka Ursario tersebut ketanah dan tiba-tiba berubah menjadi boneka beruang hitam. Melihat perubahan tubuh Ursario, tanpa fikir panjang Cheril segera melarikan diri dari tempat tersebut.

Sementara tanpa disadari mereka berdua ada sepasang mata yang memperhatikan mereka.

"Bah! Macam mana pula gadis sebesar itu kalah dan lari hanya karena sebuah boneka kecil yang imut-imut macam itu" sosok tersebut yang merupakan boneka kayu menatap heran kearah gadis berambut pirang yang berlari kencang menghindari kejaran boneka beruang di belakangnya yang bersiap mengayunkan cakarnya ke kaki Cheril.

"Kyaaaaaa…… tolooooooong! Ada boneka mengamuuuuuk" teriak Cheril sambil sesekali menoleh kebelakang. Untunglah Ursario tidak terlalu dekat jaraknya dekat Cheril sehingga dia bisa menyandarkan tubuhnya di sebatang pohon sambil matanya nanar menatap sekeliling mencari benda yang mungkin bisa dia gunakan untuk melawan Ursa.

Dia melihat sebuah boneka kayu yang menatapnya dari jauh, di saat itu pulalah Ursa mulai mendekat dan mulai mengendus bau tubuhnya. Cheril tersenyum dan melihat boneka kayu berwarna coklat kehitaman itu melayang cepat dan menabrak Ursa dari depan.

"BURAAAAAA" teriak Ursa kala tubuh kayu Manggale menubruk tubuhnya dan membuat mereka bergumul bergulingan hingga tubuh mereka berdua menabrak pohon.

"Ternyata boneka yang lucu pun berhati jahat. Mulai sekarang aku harus lebih berhati-hati."


Dilihatnya, Ursa tengah berusaha mencakar boneka kayu yang tadi menabraknya namun tiba-tiba boneka kayu tersebut bergerak di luar pengendalian Cheril dan  pergi entah kemana sambil mengoceh dengan bahasa yang tidak dimengerti oleh Cheril maupun Ursa.  Mengetahui bahwa boneka kayu tersebut bukanlah boneka biasa, Cheril tampak lebih waspada dan mulai menyusun rencana. Dia melihat sebuah batang kayu dan melemparkannya ke  arah Ursario. Namun boneka tersebut lebih cepat mengetahui rencana Cheril dan menghancurkan batang kayu yang melesat cepat ke arahnya dari belakang itu dengan cakar tajamnya.

"DAMN!" umpat Cheril sambil terus berlari, menuju  kedalaman hutan.  Cheril terus berlari, berlari dilihatnya ursa yang sudah semakin dekat, tiba-tiba

BUG

AWWWW

Kaki Cheril tersangkut di akar pohon sehingga dia terjatuh. Ketika dia hendak berdiri, Ursa telah berada di hadapannya dengan posisi siap mengayunkan cakarnya ke wajah Cheril.

"Ucapkan selamat tinggal pada duniamu  Stupidy Blondy Girly" ketika tangannya telah hamper mencapai wajah cantik Cheril yang ketakutan tiba-tiba sebuah pedang pendek melesat kearah  tangan Ursario .

TRENG


 Ketika cakar Ursa hanya berjarak beberapa centi lagi dari wajah Cheril tiba-tiba sebuah pedang pendek melayang dan menabrak tangan boneka tersebut. Namun bukannya menancap dengan indah, pedang pendek milik gadis berambut perak itu malah terpental jatuh dan menyerempet kaki Cheril. Kulit Ursa tak nampak seperti boneka pada umumnya. Namun serangan pedang milik Zany berhasil membuat Ursa lengah dan tidak menyadari tendangan telak kaki Cheril yang tepat mengenai kepalanya, membuat tubuhnya kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Kesempatan tersebut tidak di sia-siakan Chril untuk menyergap tubuh Ursa yang tiba2 beeubah wujud menjadi boneka yang sama seperti pertama kali dia melihatnya. Walaupun perih di kakinya sedikit mengganggu namun tak menyurutkan semangatnya untuk melumpuhkan Ursa bawel.Kali ini tampaknya Ursa tidak seaktif sebelumnya malah terlihat lemah seperti kehilangan tenaga.

Cheril menelungkupkan tubuh Ursa ke tanah dan menaruh kakinya sendiri di atas kaki Ursa untuk mengunci pergerakan kaki boneka beruang tersebut.

"Hey! Apa yang kau lakukan Stupidy Girly? Lepaskan aku sebelum aku merobek jantungmu" Ursa meronta mencoba melepaskan diri dari Cheril namun tenaga Ursa yang melemah tak sebandingldgn tenaga Cheril yang membekuknya. Sedangkan Zany hanya melongo melihat boneka lucu itu di perlakukan kejam oleh gadis berambut pirang di hadapannya.

 "Cheril apa yang kau lakukan?"

 "Ssssttt diamlah. Apakah kau punya tali?"

 "Tapi untuk apa?"

 "Nanti aku jelaskan! Cepat apakah kau punya tali?"

 "Eh mmm baiklah. Akan kusiapkan" Zany mengangkat tangan kanannya dan menatap telapak tangannya tersebut dengan penuh konsentrasi. 60 detik kemudian terciptalah sebuah tali kecil namun cukup kuat sepanjang kurang lebih satu meter.

Ursa menatap gadis berambut pirang itu dengan sorot tajam. Rupanya dia seorang gadis imaginer, fikirnya.

 "Apa yang akan kau lakukan dengan tali ini?" tanya Zany seraya menyodorkan tali tersebut ke depan wajah Cheril.

 "Bisa tolong kau ikat tangan boneka ini?" Tanpa banyak bicara Zany segera mematuhi perkataan Cheril. Namun untuk mengikat tangan Ursa ternyata bukanlah usaha yang mudah, karna tangan Ursa berusaha mencakar tangan Zany.

 "Stupidy Imagey Girly sekutu Stupidy Blondy Girly bawahan Mag-Lumina, jangan kau coba menyentuh buluku atau ku cabik rambut perakmu itu."

 "Berhenti memanggilku Stupidy Blondy Girly boneka bawel" ujar Cheril kesal sambil mencubit pantat Ursa

"BURAAAA" tangan Ursa yang tadi terulur ke depanpun kini mencoba menggapai pantatnnya yang menjadi korban kejahilan tangan Cheril. Tentu saja hal tersebut memudahkan Zany untuk mengikat tangan Ursa.

Di ikatnya tangan Ursa menghadap belakang. Dan Cheril mulai beraksi menelisik setiap inchi tubuh Ursa

"Hey hey hey! Hahaha. Aduh berhenti mengotori buluku, gadis bodoh!" ujar Ursa kegelian ketika tangan Cheril menyentuh pinggangnya, sedangkan Zany hanya menatap Ursa dengan tatapan iba, lalu menatap Cheril dengan tatapan aneh.

"Ketemu!" teriak Cheril kegirangan setelah  tak lama mencari akhirnya ia menemukan letak resleting rahasia milik Ursa, namun wajah girangnya berubah kemerahan ketika menyadari dimana letak sebenarnya resleting tersebut. Ursa yang mengetahui kelemahannya telah terbongkar mencoba berontak lebih kuat, namun apalah daya tenaganya makin melemah dan hampir sulit untuk melawan makhluk yang tingginya hampir enam kali tinggi tubuh mungilnya itu.

 "Tapi kenapa posisinya di situ ya?" tanya Cheril seolah pada dirinya sendiri.

"Lepaskan tangan kotormu dari tubuhku Fotografer bodoh" teriak Ursa sambil menggerakan badannya

"Berisik! Ucapkan selamat tinggal pada dunia ini,Beary bawel" Ucap Cheril sambil tersenyum sinis.

 "TIDAK!" teriak Ursa lebih kencang kala Cheril mulai membuka sleting pribadi miliknya, perlahan, semakin lebar dan akhirnya terbukalah semua celah tersebut dengan lebarnya.

 "Dasar Fotografer bodoh!" kali ini teriakan Ursa di barengi jutaan sinar yang melayang ke angkasa meninggalkan raga boneka tedy bear tersebut.

 Cheril dan Zany hanya bisa memejamkan mata karna cahaya yang keluar dari tubuh Ursa sangat menyilaukan. Setelah sekitar 30 detik, barulah semuanya menghilang dan Ursa kini hanya tinggal boneka berisi kapas yang tak bergerak.

"Apa itu tadi?" tanya Zany menatap Cheril yang memasukan boneka Ursa ke dalam ranselnya

"Mungkin korban Ursa yang telah berhasil di kalahkannya. Selama ini dia menyegelnya di dalam tubuhnya sendiri" Cheril berpendapat sambil kembali menggendong tasnya.

"Tapi untuk apa?"

 "Entahlah!"cheril mengangkat bahu

"Mungkin sebagai sumber kekuatannya. Lagipula tubuhnya kecil mustahil dia mengandalkan kekuatannya sendiri untuk melawan para musuhnya. Salah satunya siapa tadi? Mag-Num atau aapalah itu. Siapa tau kan? Lagipula aku tidak mengerti pola fikir boneka bawel itu. Ayo" cheril melanjutkan langkahnya bersama Zany

 "Walaupun cerewet tapi dia itu cukup lucu dan menarik. Elle pasti senang menerimanya"

 "Lucu? Ursa memang lucu, Tapi boneka lucu itu hampir membunuhku. Lihat?" cheril menunjukan bekas cakaran di tangan kanannya yang disertai darah yang mulai mengering.

"Zany, jangan pernah menilai sesuatu dari luar. Karna mawar yang indahpun memiliki duri tajam yang menyakitkan" Zany menatap lekat wajah Cheril yang mendongakan kepala ke atas

"Kita masih punya dua musuh lagi kan Zan?" tanya Cheril tanpa menoleh ke arah Zany yng hanya di balas anggukan kepala.

Dengan sudut matanya, Cheril masih bisa melihat bahwa ada seseorang yqng tengah memperhatikan mereka. Seorang pria berkulit hitam dan berikat kepala. Cheril mnghela nafas dan menatap Zany seraya menghentikan langkah mereka. Pria yang memperhatikan mereka tak lain adalah Manggale, dia bisa melihat Cheril dan Zany tengah bicara serius namun tak bisa mendengar percakapan mereka karena jarak yng tk mendukung.

 "Sepertinya gadis yang berambut pirang itu yang tadi di kejar oleh boneka beruang kecil, tapi siapakah gadis yang bersamanya itu? Bah! Jangan-jangan sekutunya pula!" ucap manggale dengan logat khas Bataknya. Sekuat hati manggale mencoba mencuri dengar percakapan mereka berdua. Dilihatnya Cheril menunjuk-nunjuk kea rah kakinya sendiri.

 "Apa? Jadi kau mnyalahkan aku karena kakimu yang terluka itu?"teriak Zany berang sambil menggenggam pedang pendek di tangannya dengan erat.

"Tentu saja gadis imagin bodoh! Kalau bukan karna kebodohanmu itu, kakiku tak akan tertimpa pedang sialan itu"


"Dasar kau tidak tahu terimakasih! Jika aku tidak menolongmu tadi, mungkin kau sudah mati di tangan boneka itu!"

 "Dengar ya gadis imagin. Aku tidak membutuhkanmu lagi. Kau tau? Kau teman yang tidak berguna" Cheril berlalu meninggalkan Zany yang termangu dan tanpa sadar menjatuhkan pedang pendeknya ke tanah. Kedua tangannya ia telungkupkan menutup wajah dan mulai menangis.

"Bah! Kasian kali gadis itu, rupanya mereka tak lagi berteman. Lebih baik aku menghibur gadis cantik itu sajalah. Tapi, macam mana ya cara agar aku bisa menghiburnya. Malulah rasanya jika aku datang menghampirinya"

Manggale nampaknya galau antara hendak menghibur dan malu untuk bertatap wajah dengan gadis cantik macam Zany.

 Ketika tengah dilema itulah manggale ingat bahwa dia tengah menggendong boneka kayu Sigale.

"Oh iya. Bodoh kali aku ini. Bukankah aku punya benda samacam ini. Mengapa tak kugunakan saja untuk menari dan menghibur gadis manis itu"

Manggale pun merasuk kedalam Boneka Sigale dan menghampiri Zany. Zany yang merasakan ada benda yang mendekat segera membuka tangannya dan melihat sesosok boneka kayu hitam tengah berdiri tersenyum di hadapannya.

"Hantuuuuuuuuu" teriak Zany sambil mencoba meninggalkan tempat tersebut dan mengambil senjatanya yang terjatuh

"Hey! Nona Cantik. Aku ini bukanlah hantu macam yang kau kira. Aku hanyalah boneka kayu yang ingin menghibur kau yang tengah bersedih." Mendengar penjelasan Manggale, akhirnya Zany menyurutkan niatnya untuk pergi dari situ dan menyaksikan Manggale yang menari Tor-tor.

Zany tampak terpesona dengan tarian adat yang dibawakan boneka Sigale. Tarian yang tak pernah ia lihat sebelumnya. Setelah puas menghibur Zany, Manggale mengakhiri tariannya dengan membungkukkan badan di hadapan gadis manis berambut perak tersebut dengan penuh rasa bangga membuat Zany bertepuk tangan untuknya. Sedetik setelah Manggale bangkit dari posisinya, tiba-tiba

TAP! DUARRRRRR!

Sebuah panah menancap dan meledak di sebuah pohon tepat di sebelah Manggale.

"BAH! Apa-apaan itu? Siapa pula yang bermain petasan di sekitar sini" Ucap Manggale sambil menjauh dari pohon yang terbakar itu karna khawatir apinya akan membakar tubuh boneka kayunya.

Sedangkan Zany menatap heran ke arah datangnya panah itu berasal. Nampak olehnya Cheril yang tengah mengibaskan tangan guna mengusir nyamuk yang berniat menghisap darahnya.

"Ooooiiiii! Dasar nyamuk tak tahu aturan. Darah makhluk mati saja masih di incar juga. Keterlaluan! Jadi gagal kan rencana ku untuk membakar boneka kayu itu. Ah, sial" umpat Cheril sambil mengibaskan tangannya.

"Hampir saja tubuhmu itu terbakar ya? Untunglah kau tidak apa-apa."

 Api dengan cepat membakar pohon tersebut, membuat Manggale bergidik ngeri dan meminta kepada Zany agar dapat meninggalkan tempat tersebut.

 "Lebih baik kita meninggalkan tempat ini." Ajaknya pada Zany.

"Baiklah ayo"

 "Oh iya hampir lupa, nampaknya aku belum tau nama kau? Nona. . ."

 "Zany. Zany skylark."

"Jadi kau ini peserta juga ya?"

 "Ya. Tapi aku tidak ingin membunuh siapapun. Aku hanya. . . Ingin berteman. Dan kau pun juga pasti peserta kan, Manggale? Nah sudah berapa orang yang kau bunuh?" Tanya zany dengan tatapan menyelidik kepada boneka kayu dihadapannya.

 "Aku? Aku tak membunuh siapapun. Aku hanya baru bertemu kau, gadis berambut pirang yang tadi meninggalkanmu dan seekor boneka beruang yang tadi kulihat mengejar gadis berambut pirang itu yang entah siapa namanya."

 "Cheril. Gadis berambut pirang itu bernama Cheril. Dan boneka beruang yang kau maksud itu bernama Ursario."

 "Tunggu. Cheril, Ursa, kau dan aku. Berarti baru empat. Itu artinya kau dan aku belum bertemu dengan yang namanya siapa itu ya? Nem-nem apa ya? Nemaphilia kalau tak salah."

 "Ya kau benar. Aku belum tau seperti apa rupanya orang yang bernama Nemaphilia itu."

 Langkah mereka terhenti kala di hadapan mereka berdiri sesosok perempuan berfaun hijau serta sulur yang tumbuh di kepala wanita tersebut berwarna hijau juga. Tapi wanita di hadapan Zany dan manggale nampaknya bukanlah orang yang ramah. Hal itu dapat dilihat dari wajahnya yang terlihat tidak senang dengan sorot mata penuh dendam seolah ingin menelan kedua makhluk di hadapannya bulat-bulat.

Cheril yang memantau Zany serta Manggale dari jauh terperangah melihat makhluk tersebut yang muncul tiba-tiba di antara mereka.

"Tak salah lagi. Makhluk ini pasti peserta kelima. Kalau tak salah namanya Nemaphilia atau apa ya? Penampilannya sangatlah aneh. Dan rambut yang semestinya tumbuh di kepalanya di gantikan oleh semacam sulur berwarna hijau. Nampaknya itu bukanlah hal yang bisa di remehkan. Berarti aku harus berhati-hati dengan wanita berambut sulur hijau itu."

Cheril mencoba mendekat ke arah mereka bertiga. Tapi berusaha agar mereka tak menyadari kehadirannya.Langkahnya terhenti di lahan yang di tumbuhi bunga dandelion. Nampaknya dandelion tersebut tumbuh di atas sesuatu yang tak lazim, bukan tumbuh di tanah melainkan di tubuh sesosok makhluk yqng hampir sama dengan Nema. Makhluk yang bertubuh seperti manusia itu sudah hampir mati lemas. Dengen kemampuan telekinetis nya, Cheril mencoba mencabut bunga-bunga dandelion tersebut dari makhluk di hadapannya. Dengan gerakan tangannya yang seolah mencbut sesuatu akhirnya terlepaslah semua bunga yang menempel diinangnya tersebut dan Cheril melemparkannya jauh ke arah kanannya. Dilihatnya lagi makhluk di hadapannya yang sudah hampir kehabisan energy

 "Andai aku bisa membantu lebih dari itu." dengan berat hati Cheril berlalu meninggalkan tempat itu menuju arah Zany, Manggale dan Nema. Kini dia berdiri hanya berjarak sepuluh meter dari mereka.

Cheril berdiri di balik sebuah pohon besar yahg dapat melindungi tubuhnya. Mencoba mencuri dengar apa yang di katakan makhluk bernama Nema tersebut. Nema masih menatap murka ke arah Zany serta Manggale yang telah berposisi melindungi Zany. Tangan Nema terulur dan menunjuk pohon di belakang mereka berdua yang tengah di bakar api. Lalu tangan kirinya kembali terulur kali ini menunjuk ke arah Zany sedang tangan kanannya yang tadi mennjuk ke arah pohon kini berubah menunjuk ke arah pohon dimana Cheril berada.

 "Kalian berdua manusia perusak alam!" teriaknya. Sontak saja Zany tersentak dan melirik kearah pohon yang di tunjuk Nema, begitu pun Manggale yang melakukan hal sama seperti Zany.

 "Aku tidak merusak hutanmu. Dan aku juga tidak melakukan apapun" ujar Zany.

 "Keluar kau gadis pemanah! Jangan pernah coba bersembunyi dalam hutanku!"
Cheril tersentak kaget hingga kepalanya terbentur batang pohon.

"DAMN!" umpatnya sambil meringis menahan sakit
"Darimana dia tahu kalau aku ada disini. Sial!"

 Cheril berdiri dan mengambil panah dari punggungnya lalu keluar dari persembunyiannya dengan posisi siap membidik ke arah Nema dengan dua buah anak panah yang menyala di setiap ujung mata panahnya. Lima detik kemudian dia melepaskan panah-panah tersebut yang melesat dengan cepat ke arah Nema. Menyadari bahaya mengintainya Nema mengambil langkah mundur dengan tepat waktu. Karna sedetik saja dia terlambat kepalanya pasti sudah meledak.

 TAP! TAP! DUARRR!

 Panah yng seharusnya bersarang di kepala Nema malah mengenai sebuah pohon yang kini meledak dan terbakar. Melihat pohonnya terbakar, bertambah geramlah Nema pada sosok Cheril.

"KURANG AJAR! Beraninya kau menyakiti pohon di depan mataku. Matilah kau!"

"Oooiii! Tolong Cheril" ucapnya pelan dengan wajah menatap ngeri ke arah nema dan sulur hijaunya yng berdiri seperti rambut medusa yang tengah marah, bedanya sulur di kepala Nema bukanlah ular. Sulur di kepala Nema menembakkan biji benih sebesar kerikil ke arah Cheril yang langsung di sambut dengan gerakan tangan seolah menangkap benih tersebut dan melemparkannya ke arah sebuah pohon, sehingga benih tersebut tumbuh di pohon tersebut. Batang pohon yang di tumbuhi benih baby blue tersebut perlahan menggembur, meluruh menjadi lumpur dan berubah menjadi tanah. Melihat Cheril di tembaki oleh sulur milik Nema, Zany tidak tinggal diam. Dia membayangkan sebuah senjata api kaliber 9mm berwarna silver yang telah terisi peluru. Melihat senjata yang berada di tangan Zany membuat manggale bertanya-tanya.

"Apa yang kau lakukn dengan benda macam itu, hah?"

"Menolong Cheril!"jawabhya singkat sambil menarik pelatuk senjatanya

 DORRR!

 Tembakannya tepat mengenai kaki wanita berambut hijau tersebut.

Namun bukannya kesakitan Nema malah menatap tajam ke arah Zany dan menembakinya dengan benih yang sama seperti ketika ia menembaki Cheril.

"Merunduk!" teriak Zany sambil mendorong Manggale hingga jatuh tertlungkup.

 "Hei, keapa kau menolong Cheril? Bukankah gadis itu tadi mengataimu tak berguna dan meninggalkanmu begitu saja?" tanya Manggale dengan penuh keheranan.

"Itu… Itu hanya tipuan?"

 "Ti-tipuan? Tapi untuk apa?" Zany terdiam sejenak dan mengingat kejadian tadi


 Cheril menatap ke arah Zany dengan tatapan tajam.

"Ada seseorang yang mengintai kita. Dan aku tak yakin kalau dia itu orang baik." ucap Cheril setengah berbisik.

"Lalu apa yang ingin kau lakukan?"

 "Bagaimana kalau kita pura-pura bertengkar, lalu aku akan meninggalkanmu. Setelah itu kau curi perhatiannya agar dia bersimpati padamu. Kemudian aku akan mencoba membidiknya dari jarak jauh. Jika aku gagal kau yang harus melanjutkan rencananya dengan caramu sendiri. Kau lihat kakiku, itu yang akan menjadi pokok pertengkaran kita."

 "Aku mengerti"

 "Aku harap ini berhasil"

"Jadi kau menyalahkan aku karena luka di kakimu itu" teriak Zany dengan wajah berang

"Tentu saja gadis imagin bodoh! Kalau bukan karna kebodohanmu itu, kakiku tak akan tertimpa pedang sialan itu"

"Dasar kau tidak tahu terimakasih! Jika aku tidak menolongmu tadi, mungkin kau sudah mati di tangan boneka itu!"

 "Dengar ya gadis imagin. Aku tidak membutuhkanmu lagi. Kau tau? Kau teman yang tidak berguna" Cheril meninggalkan Zany. Sebelum ia pergi masih sempat Zany mendengar bisikan Cheril
"Semoga berhasil"

Zany terdiam, menjatuhkan pedang pendeknya mulai menutupi wajahnya dengan kedua tangannya dan pura-pura menangis. Setelah melihat Manggale mendekat, Zany tersenyum dan berfikir bahwa rencana mereka akan berhasil


  "Kami melakukan itu untuk mengelabui musuh"

 "Bah! Jadi selama ini kalian sudah membodohi aku?" ucap Manggale kesal dan mencoba bangkit dari posisi telungkupnya, namun karena dia berbentuk boneka kayu, Manggale pun agak kesulitan untuk bngkit hingga harus di bantu oleh Zany. Mereka kini dalam posisi jongkok namun tak saling berhadapan melainkan hanya bersisian

"Maafkan aku, aku benar-benar. . . ." belum sempat Zany menyelesaikan ucapannya, sebuah panah melesat di depan wajahnya mengenai tiga buah benih hijau yang mengarah padanya dan panah tersebut langsung menancap di pohon yang tak jauh dari mereka dan lagi-lagi meledakannya.

Zany bangkit dari posisi jongkoknya dan mulai menembak ke segala arah melawan serbuan benih yang di tembakan oleh sulur Nema. Peluru yang beterbangan di udara hutan varidius berpadu dengan lesatan anak panak. Desingan peluru Zany menjadi simfoni pengisi hutan menyertai lantunan ledakan anak panah Cheril yang menancap di setiap pohon mencoba menyelamatkan dirinya dan sekutunya dari semburan benih Nema.

Tiba-tipa pistol yang ada di genggaman Zany lenyap dan menghilang. Membuatnya tak bisa lagi menghalau benih yang berhamburan dan salah satunya mengenai lengan Zany, hingga tumbuhlah sebuah tanaman berwarna biru yang menempel dengan erat di lengannya. Zany mulai bisa merasakan tangannya yang mengeras lalu berubah menjadi tanah. Zany berkonsentrasi untuk menyembuhkan kembali tangannya. Selagi Zany berusaha menyembuhkan tangannya, Cheril tak lagi melawan lesatan benih tersebut menggunakan panah karena tangannya mulai merasa pegal. Dia menerbangkan benih-benih tersebut dengan kekuatan telekinetiknya. Manggale pun tak tinggal diam dia juga menyiapkan benang-benang yang muncul dari sela jarinya. Cheril tersadar bahwa sulur di kepala Nema yang awalnya berwarna hijau mulai berubah menjadi ungu. Nampaknya pula Nema mulai kelelahan dan berhenti menembaki mereka dengan benihnya. Dia berjalan mundur dan lari ke arah danau tepat ketika Manggale sedang berusaha menggunakan benang yang keluar di tangannya untuk memburu Nema.

Nema berlari kea rah tepian danau, Manggale masih dalam tubuh bonekanya berlari mengejar Nema. Melihat Manggale mengejar Nema, Cherilpun ikut berlari menghampiri Zany yang tengah menyembuhkan tangannya.

"Zany, kamu tidak apa-apa kan?" Tanya Cheril sambil menatap cemas kearah sahabatnya.

Zany menatap kearah lengan kanannya dan yang kini telah berbentuk kembaki lalu menatap Cheril.
"Aku baik-baik saja" jawabnya sambil tersenyum dan menganggukan kepala.

"Semoga salah satu dari mereka ada yang terbunuh."

"Maksudmu?" Tanya Zany dengan wajah yang keheranan.

"Ya maksudku, kau pasti taulah apa maksudku. Apa kau memperhatikan sulur di kepala Nema?"

"Tidak. Lalu apa hubungannya?"

"Sulur di kepala Nema, ketika pertama kali dia muncul itu berwarna hijau. Tapi sekarang, sulur-sulur tersebut berubah menjadi berwarna ungu. Namun masih ada sulur yang berwarna hijau. Aku yakin benih yang tadi dia gunakan itulah yang membuat rambutnya berwarna hijau. Jika Manggale dan Nema bertarung, Nema akan menggunakan benih-benih terakhirnya untuk merubah Manggale menjadi butiran tanah, selanjutnya giliran kita yang melawannya setelah benihnya habis. Kau mengerti 'kan?"

"Tapi bagaimana kalu Manggale yang membunuh Nema?"

"Eh… mmmm. Manggale itu 'kan boneka kayu kan?" Tanya Cheril dengan nada agak ragu

"Iya. Dia boneka kayu, lalu apa rencanamu?"

"Kayu itu bias di kalahkan oleh api bukan? Nah bagaimana kalau kamu membayangkan pistol air yang diisi bensin atau bahan bakar lainnya, lalu kamu tembakan kea rah Manggale selanjutnya aku akan memanahnya, kemudian…. DUARR!! Dia meledak dan terbakar. Bagaimana?"

"Pasti tidak akan semudah itu Cheril!"

"Iya sih. Paling tidak kita sudah mendapat gambaran mengenai cara untuk mengalahkan mereka bukan? Atau mungkin kau punya rencana yang lain, Nona Skylark?"
Cheril tak pernah memanggil seseorang dengan nama belakangnya kecuali orang tersebut telah membuatnya kesal.

"Eh, tidak. Maaf. Mari lanjutkan rencanamu."

*Sementara itu
Manggale yang mengejar Nema hingga hampir mencapai tepian danau, kebingungan karena kehilangan jejak Nema yang tak terlihat arah perginya.

"Bah! Kemana pula perginya wanita itu? Cepat sekali larinya macam hantu saja" ujarnya sambil matanya tak henti mencari sosok Nema. Sedangkan di belakangnya, Nema tengah bersandar kelelahan di sebatang pohon sambil tersenyum karna mangsanya berhasil masuk perangkap. Nema menembakan benih-benih terakhiornya kea rah Manggale, tentunya tanpa sepengetahuan boneka kaytu tersebut.

Tap! Tap! Tap! Tap! Tap! Tap!

Manggale yang masih mencari Nema, merasakan seperti ada beberapa kerikil yang dilemparkan kearah bagian belakang tubuhnya

"Eh apa ini?" ucapnya sambil meraba punggungnya sambil menengokan kepala kebelakang. Alangkah terkejutnya dia saat melihat tubuhnya kini di tumbuhi bunga kecil berwarna biru yang seolah menempel erat pada kulit kayunya. Manggale berusaha melepaskan bunga-bunga tersebut, namun sulit. Kini yang ia rasakan adalah tubuhnya yang mulai keropos, menggembur dan sendi-sendinyapun semakin tak bias ia rasakan atau gerakan lagi. Manggale jatuh tertelungkup dan tubuhnya mulai berubah menjadi butiran tanah. Yang tersisa hanyalah arwahnya yang semakin menghilang terbang ke awan.

Nema tersenyum puas.

"Sekarang tinggal dua manusia menjijikjan itu yang akan masuk perangkapku." Nema menembakan sebuah benih yang kemudian tumbuh menjadi bunga matahari setinggi dua meter dan mengeluarkan asap beracun barwarna hijau yang siap melumpuhkan makhluk di sekitarnya jika menghirup asap tersebut. Nemapun jatuh tertidur di bawah naungan bunga matahari untuk memulihkan tenaganya.

Di tempat lain, Cheril dan Zany masih berdebat.

"Baiklah siapapun yang bertahan hidup, kita harus tetap melawannya. Bagaimana?" Tanya Cheril

"Baiklah. Ayo pergi."

Mereka berdua berjalan menyusuri hutan Varidian dengan perlahan, berusaha agar langkah kaki mereka tak menimbulkan suara sedikitpun. Ketika mereka hampir mencapai tepian danau, mereka berdua telah di sambut oleh kepulan asap hijau.

Zany yang seolah mengetahui bahwa itu adalah asap beracun segera membayangkan masker untuk dirinya sendiri, memakainya lalu melesat pergi meninggalkan tempat itu dan Cheril sendirian. Cheril yang terlanjur menghisap sedikit asap hijau itu terbatuk-batuk dan menatap Zany yang meninggalkannya.

"Uhuk…. Uhuk… Zany! Kamu mau kemana?" teriaknya sambil terbatuk dan berusaha menutup hidungnya dengan tangan. Dia menjauhi tempat tersebut dan berusaha mencari sumber asap beracun tersebut.
Memang tak semudah yang aku fikirkan,

Tatapan matanya yang mulai berkunang-kunang tertumbuk pada sebuah bunga matahari yang mengeluarkan asap hijau. Masih dengan tatapan buram dan nafas yang mulai sesak, Cheril berusaha untuk menarik tiga buah anak panah dan melesatkannya kea rah bunga tersebut.

TAP! TAP! TAP! DUARRR!

Ketiga anak panah Cheril berhasil meluluhlantahkan bunga matahari tersebut. Kabut asap yang semula melingkupi hutan itu kini mulai lenyap secara perlahan. Namun efek racun pada tubuh Cheril masih tetap bekerja. Nafasnya semakin sesak, pandangan matanya mulai kabur, sekujur tubuhnya lemas, kepalanya pun terasa semakin berat. Dia ambruk terlentang di lantai hutan Varidian.

Mungkinkah ini akhir hidup keduaku?

 Cheril sekarat, nafasnya semakin memburu. Disaat itulah, Cheril kembali teringat akan senyuman tulus dan ceria Elle. Candaannya dan tawanya semakin membayang di pelupuk matanya. Memori bersama Elle dan Zuzu melintas di otaknya

"Aku….harus …. Bertahan…" ucapnya terputus-putus dan sangat perlahan

"Elle, Zuzu… aku …. Akan… berusaha…."

Cheril mencoba bangkit dan berpegangan tangan pada batang pohon di dekatnya. Ledakan pada bunga matahari tadi membuat sebatang pohon kembali terbakar. Dengan tatapan mata yang buram, masih dapat ia lihat Nema yang berjalan terhuyung menjauhi tempat semula ia tertidur. Dengan tangan gemetar dan badan yang bersandar pada batang pohon, Cheril mengambil lima buah panah sekaligus dan menembakannya ke arah Nema.

DUARRR!!!!

Ledakan kembali terdengar. Kini tubuh Nema yang jadi sasaran, kepalanya hancur dan tubuhnya pun meledak hingga tak berbentuk. Melihat hal tersebut, Cheril tersenyum sinis, namun senyumannya tak lama terkembang karena ia menyadari bahwa hutan di sekitarnya mulai dilalap api.

"DAMN! Gawat!" Cheril terus berusaha menggerakan kakinya untuk menjauhi hutan menuju tepat kea rah danau. Dengan langkah yang semakin lemah dan tangan yang menggapai kesana kemari mencari pegangan, tiba-tiba Cheril merasakan sebuah tusukan di pundak kanannya. Membuat ia kembali tersungkur ke tanah. Dengan sekuat tenaga sambil menahan sakit di pundaknya, Cheril mencoba membalikkan badannya untuk melihat siapakah pelaku yang tega menusuk dia dari belakang.

Ketika dia membalikan badannya, dia menatap sepasang iris pelangi milik seorang gadis berambut perak tengah menyeringai ke arahnya.

"Zany? Kamu…" Cheril tak sanggup meneruskan kata-katanya dan mulai menitikkan airmata menatap kea rah gadis yang sangat ia kenal.

"Tapi kenapa?" gumam Cheril lirih bahkan hamper tak terdengar.

"Kau ingat bukan apa kata Dewa Thurqk di Devasche Vadhi? Hanya ada satu pemenang yang akan mendapat pengampunan. Dan orang itu haruslah aku!"

"Tapi kita kan teman?" airmatanya makin tak terbendung, Cheril merogoh sakunya dan memutar tombol mode kameranya menjadi BATTLE MODE.

"Kawan atau lawan bukanlah hal yang penting. Yang penting aku menang, mendapat pengampunan serta dihidupkan kembali. Agar aku tau alasan mengapa kakakku membunuhku" ujar Zany ambisius.

"Tidak… Aku tidak akan membiarkanmu menang dan menyakitio Elle. Kau tidak pantas untuk hidup, bahkan kau tidak pantas untuk mendapat pengampunan. Kau berhati busuk! Pantaslah kakakmu membunuhmu! Karena itulah yang pantas untukmu!"

Zany tertegun, wajahnya merah padam. Tak lama kemudian dia mengangkat pedang pendeknya  dan mengarahkannya ke jantung Cheril. Sebelum hal tersebut terjadi, dengan cepat Cheril membidikan kameranya ke arah wajah Zany.

KLIK! DUARR!!

Lampu blitz dari kamera Cheril menghempaskan tubuh ramping Zany di barengi bunyi ledakan yang membakar tubuh Zany.

Kini Cheril berada di tengah lautan api hutan Varidian. Asap di tambah lagi efek racun tadi makin membuat Cheril tak berdaya. Ditambah lagi lukanya yang terus menerus mengeluarkan darah. Cheril merasa bahwa umurnya tak akan lama lagi, namun ia masih berharap besar agar bias selamat dan di pertemukan kembali dengan dua sahabat barunya, Elle dan Zuzu. Serta mendapat pengampunan agar bisa kembali bertemu kedua orang tuanya dan adiknya Thomas.

Pandangannya mulai menggelap ketika seorang Hvyt menghampirinya

"Pemenang dari grup 1-G adalah Cherilya Janette!"

Cheril tersenyum mendengarnya. Dia mendekap erat busur serta kameranya yang menampilkan wajah Elle dan Zuzu. Karna tubuhnya yang makin melemah, Cheril tak mampu berontak kala Hvyt mengangkat tubuhnya dan meninggalkan hutan Varidian


                                                            THE END

13 comments:

  1. Ugh, saya beneran kurang suka pemakaian sfx di sini
    Btw, si Cheril ini ternyata punya catchphrase juga ya (DAMN!)

    Terus, entah kenapa saya malah ngerasa lucu sama endingnya. Selain berkesan Zany matinya gitu doang, kata" Cheril sebelumnya kok buat saya berasa munafik ya, ngeliat dia sepanjang battle ini ga bisa dibilang baik" amat

    6/10

    ReplyDelete
  2. yay, akhirnya balas dendam dsini ursa mati duluan #plok xD
    satu yg dsuka dari cerita ini adl logat bataknya gale keliatan banget, sempat ketipu jg sama pertengkaran cheril-zany :3
    cara mati smuanya lumayan ketebak sih, tp suka sama perjuangan cheril sampai akhir :)
    nilai 8/10

    ReplyDelete
  3. Kebanyakan Sfx, kesalahan sama yang saya lakukan.
    Dan endingnya kurang ngena buat saya.

    7/10

    ReplyDelete
  4. Sound effect-nya kebanyakan. Bahkan dijadikan judul pula. Aduh. That's unappetizing. Alhasil moi jadi malas bacanya. Pas dipaksain baca juga moi nggak semangat. Narasi dan tekniknya juga nggak membantu. Endingnya membuat moi ngerasa, oh well, it's over. Pardon, moi cuma kasih 5 deh. Good luck.

    ReplyDelete
  5. "The Ending shouldn't be that easy honey." - Umi -

    Pertama, terima kasih karena dirimu sudah berhasil menunjukkan bahwa orang batak itu polos. Tapi sayangnya, orang batak itu tak mudah tertipu. -3- Oh iya terima kasih juga karena sudah menunjukkan logatnya dengan hampir benar. Umi seneng banget walaupun enggak sepenuhnya bener :D

    Kedua, Kak Iis typo-mu superrr sekali. kalau lolos ke R2 cobalah baca ulang ceritamu barang sekali dua kali :D

    Ketiga, jujur, ini yang paaling banget crusial. Ursa-nya mati gitu aja, oke it's oke. Nema mati gitu aja, sekali lagi it's Oke. Manggale mati gitu aja. errr... oke deh... tapi sebagai Last Enemy plus sahabat Cherril, Umi ngarep yang beda di Zany. Tapi sekali lagi Umi dapetnya, gitu aja.

    sigh, maaf, Umi kasih 5/10 untuk cerita ini.

    ReplyDelete
  6. Uhuk....

    So, saya sempet baca ini ngulang buat nyari apa yang keskip.
    Well, saya ngga nemuin apa yang greget. bener-bener kayak lawan ini-bakbikbuk-mati-MC menang. Oke.

    Sound efek. Saya paling nentang sama sound efek yang dituliskan begini. apalagi kalau terlalu banyak.

    Pemilihan katanya udah lumayan buat saya, tapi typo sama jarak antar paragraf atau baris yang ga konsisten itu bikin minus

    +6

    ReplyDelete
  7. keren, ternyata CHeril punya catch phrase "oiiii"
    plus endingnyaaaa
    :3

    tapi...
    pemaiakain sfx nya ngeganggu, dan karakter cheril jadi agak...
    ngebingungin (?)

    7/10!

    ReplyDelete
  8. Waduh, maaf baru sempet baca skrg nih =| Judulnya jujur bikin saya penasaran, disamping itu sfx. Kirain bakal ada semacam ledakan ranjau gitu, hehe.

    Sepanjang cerita, saya liat usaha buat nampilin karakter lain sesuai sama sifat2 mereka di charsheet udah bagus, dgn adanya cara bicara khas ursa, manggela, dan pertemanan sama zany, elle (& zuzu) karena prnah ketemu di jagatha.

    Mood ceria udah kebangun dr awal cerita, adanya catchphrase jg bikin chara Cherilya lebih unik. Dugaan2 Cheril ttg Thurqk jg lumayan seger menurut saya XD Endingnya bisa kebayang dgn baik. Kalo ttg teknis battle, mungkin bisa diperjelas lg pas bagian gimana Cheril ngambil 5 panah skaligus itu.

    Selain yg dsebutin sama komentator lain, paling saya mau nyaranin matiin autocorrect biar ga typo (kayak kata2 panic, bias, hamper dll yg muncul) Terus, cek lagi tanda bacanya, soalnya tanda titik sama komanya bnyk absen d bbrp tempat.

    Sayangnya waktu penilaian udah abis ya ._. Jadi ini itung2 buat feedback aja ya, scara keseluruhan saya kasih nilai 7.5 =D

    ReplyDelete

Silakan meninggalkan komentar. Bagi yang tidak memiliki akun Gmail atau Open ID masih bisa meninggalkan komentar dengan cara menggunakan menu Name/URL. Masukkan nama kamu dan juga URL (misal URL Facebook kamu). Dilarang berkomentar dengan menggunakan Anonymous dan/atau dengan isi berupa promosi produk atau jasa, karena akan langsung dihapus oleh Admin.

- The Creator -