[Round 2-Ryax] Stella Sword
"Man vs Woman"
Written by Muchy MM
---
I
Langit biru tanpa awan yang menggantung menjadi pemandangan yang indah di kota Refreg tempat tinggal Eisted. Pertempuran melawan Ai Lin, Bara, Flagger, dan juga Eisted membuat Stella lelah, walaupun Stella tidak menghabisi semuanya, ia tetap lelah, ia hanya berharap makhluk merah bernama Thurqk yang disebut-sebut sebagai Dewa mengirimkan malaikatnya dengan segera. Fair dragon miliknya sudah tak bisa menahan bobot Stella, walaupun bobot Stella termasuk bobot yang ideal. Kekuatan sihir Stella kini menurun, seperti terkuras habis. Tubuh dari fair dragon miliknya perlahan mulai menghilang menjadi partikel-partikel api yang menari-nari di udara, Stella yang berada di kepala fair dragon sudah pasrah jika ia akan jatuh. Seluruh bagian dari tubuh fair dragon sudah lenyap dan sekarang Stella menyelami angin yang akan membawanya jatuh dan bertemu dengan tanah yang kasar dengan taburan batu-batu runcing. Ketika jarak antara tubuh Stella dengan tanah sekitar tujuh meter, tiba-tiba makhluk merah bersayap—Hyvt—menangkapnya dan membawanya terbang ke Cachani Vadhi.
▬▬▬▬
II
"Selamat. Nona Stella, Nona berhasil mengalahkan empat orang yang ada di pulau tadi dan anda sudah membuat Dewa Thurqk tidak merasa bosan dengan pertunjukan anda tadi." Samar-samar terdengar suara Hyvt berkata pada Stella, namun Stella memilih untuk istirahat karena matanya menjadi sayu dan kepalanyapun terasa berat, Stella tidur di dekapan Hvyt.
Hvyt membawa Stella keportal. Setelah sampai di Cachani Vadhi, Hvyt membangunkan Stella dan menurunkannya dari dekapannya.
Sekarang Stella berada di sebuah padang rumput yang masih berwarna merah, namun untuk ukurannya lebih tinggi dari tubuh Stella, ketika Stella mendengar suara asing ia siaga, tiba-tiba dari arah belakang muncul kumbang tanduk berukuran raksasa menindih rumput tinggi itu ketika ia berjalan sampai membentuk sebuah jalan, dari jejak jalan yang dihasilkan kumbang tanduk itu tercium aroma segar dari rumput-rumput itu, Stella langsung mengambil getahnya dan meminumnya, dengan seketika dahaga yang selama ini ia tahan langsung hilang.
Layar hologram kembali muncul dihadapan para entrant yang ada di Cachani Vadhi, semua pandangan mata tertuju pada layar hologram yang terpampang lebar di langit Cachani Vadhi. Terlihat dilayar hologram, Thurqk bersama sebelas entrant.
"Mungkinkah itu yang dimaksud sebelas entrant yang membuat Thurqk bosan?" ucap Stella pelan dari dalam maskernya.
Stella membelalak ketika melihat serangan demi serangan dari sebelas entrant tak ada efeknya bagi tubuh Thurqk, belum lagi ketika Thurqk menyiksa entrant laki-laki yang terlihat agak congkak tak berdaya dengan siksaan pedihnya, seluruh tubuhnya remuk, terlihat air mata mengalir dari entrant laki-laki itu. Dan juga entrant perempuan yang menggunakan katana sebagai senjata menyerang Thurqk namun Thurqk tak bergeming, tiba-tiba saja kedua tangan entrant perempuan itu terlepas dari tempatnya berada, tak ada yang tahu ketika tangan wanita itu jatuh dari tempatnya, empat puluh empat entrant yang berkumpul di Jagatha Vadhi sangat tegang karena disajikan tontonan keji seperti dilayar hologram yang masih menyala. Belum sempat Stella bernafas, entrant terakhir yang bersama dengan Thurqk menyerang Thurqk secara bersamaan namun ketika mereka semua sudah dekat dengan Thurqk, Thurqk berkata dengan suara menggelegar "Musnahlah. Kalian tak ada gunanya." Mereka semua hancur berkeping-keping, memisahkan semua organ, daging, dan juga tulang yang dimiliki oleh delapan entrant dari tubuhnya masing-masing. Belum lama kepala entrant wanita tadi meledak, dan juga tubuh entrant laki-laki yang congkak tadi meledak. Darah muncrat di mana-mana, menyisakan genangan darah yang amat banyak.
Stella mengusap-usap bola kristalnya, ia ingin mengetahui apa dia akan merasakan seperti itu juga. Dari dalam bola Kristal terlihat Stella juga disiksa oleh Thurqk karena ia tak berhasil membuatnya senang, namun siksaan Stella berbeda dengan sebelas entrant tadi, tapi intinya juga sama, yaitu Stella akan mati dalam siksaan sang Dewa. Stella kemudian menjatuhkan tongkat sihirnya, bersamaan dengan layar hologram yang menghilang dari langit-langit. "Aku harus melawan takdir, aku tak boleh mati terlalu cepat disini," gumam Stella dalam hati "dan aku juga tidak boleh membangkang pada sang Dewa" Stella sudah yakin jika Thurqk itu Dewa karena Stella berpendapat, 'tidak ada yang bisa melawan kehendak Thurqk.
▬▬▬▬
III
Hyvt yang tadinya mengantarkan seluruh entrant ke Jagatha Vadhi, hampir seperti awan hitam yang melayang-layang di atas tanah Jagatha Vadhi, sekarang mereka semua mengangkut semua entrant ketempat yang sudah ditentukan oleh Thurqk.
Stella kembali melewati portal bersama Hvyt.
"Kita akan kemana?"
"Kau akan kuantarkan ke sebuah pulau yang termasuk dari seven deadly island,tujuh pulau itu adalah bagaian dari Nanthara Island, dan kau akan aku antarkan ke pulau Ryax"
"Pulau apa itu?"
"Kau akan mengetahuinya nanti, yang terpenting kau harus mengalahkan enam entrant lain yang tadi ada dibarisanmu dan kau harus kembali ketitik awal dimana aku menaruhmu"
Hyvt menurunkan Stella di samping menara yang diatapnya ada jam digital yang menunjukkan 10:00:00. Ketika Hvyt pergi melalui portal, jam itu berfungsi, ternyata jam itu stopwatch.
"Waktuku tinggal sepuluh jam lagi"
Stella berputar satu lingkaran penuh, ia memperhatikan keadaan pulau Ryax. Pulau dengan bangunan-bangunan berteknologi maju, mungkin pulau ini adalah pulau abad dua puluh empat. Setiap bangunan pasti ada papan yang mengitarinya yang menghasilkan gambar-gambar bergerak yang lucu nan menggemaskan, namun Stella menyadari hal yang ganjil, ia merasa pulau ini adalah pulau hantu—pulau yang tak dihuni oleh manusia—namun di pulau ini terdapat berbagai macam hewan, bukan! Itu bukan hewan, itu robot berbentuk hewan.
Robot yang berbentuk burung Phoenix mendarat di bahu Stella. Stella yang mendapati gerakan yang tak terduga itu langsung terkejut dan hampir mendekatkan bola kristalnya ke robot yang berada di bahunya dan mengubahnya menjadi batu. Robot Phoenix itupun langsung terbang dan mengubah posisi menjadi berada didepan Stella.
"Selamat datang Ratu Stella, kami sudah menunggumu"
"Menungguku? Memangnya ada apa denganku?"
"Anda adalah sang ratu, yang akan memiliki tahta di sini, di sini andalah yang berkuasa"
"Tunggu dulu, kenapa tidak kau saja yang menjadi Rajanya, sepertinya burung Phoenix lebih pantas daripada robot yang lain, dan jika memang aku adalah sang Ratu, kenapa aku tak pernah diangkat menjadi Ratu dan tiba-tiba kau memanggilku ratu? dan juga ini adalah pulau yang termasuk dalam Nanthara Island, kekuasaan Dewa Thurqk"
" Pertama. Karena saya tak mempunyai kekuatan yang besar dan kuat seperti Anda, bahkan entrant lain disini akan menjadi budak anda. Kedua. Karena Andalah yang memang diharuskan menjadi Ratu, takdir Andalah yang mengantar anda kepulau Ryax ini. Ketiga. Thurqk tak bisa berkuasa di sini, karena dia tak bisa menggunakan teknologi" pikiran Stella bangga ketika dia disebut yang paling kuat.
"Ya memang akulah yang terkuat, aku sepadan dengan kekuatan Thurqk. Tapi, jika Thurqk tak bisa menggunakan teknologi, kenapa ia bisa mengeluarkan layar hologram dihadapan entrant ciptaannya?"
"Itu karena, ada makhluk suci yang mengendalikan semua yang berhubungan dengan teknologi, Ia adalah Nolan, ia pintar melebihi kepintaran manusia biasa, tapi ia takkan bisa berbuat apa-apa terhadap Thurqk karena ia selalu diancam jika keluarga dan orang yang dicintainya akan mati dibunuh oleh suruhan Thurqk yang bernama Hyvt, tapi anda bisa melawan Thurqk karena anda adalah Ratu yang berkuasa di sini, Anda bisa menguasai semuanya dengan mengirim teknologi-teknologi ke tujuh pulau lainnya ketika Anda sudah mengalahkan semua entrant yang dikirim kesini, entrant-entrant lain yang dikirim kesini merasa dialah yang pantas menjadi Raja ataupun ratu yang menguasai pulai ini. Bagaimana rasanya jika hidup Anda menjadi budak untuk salah satu dari mereka? Pasti tidak mau, kan? "
Stella tidak merasa jika dirinya sedang dibujuk rayu oleh robot itu. Stella telah termakan hasutan dan rayuan robot Phoenix itu, robot itu telah berhasil menghilangkan title Dewa/Tuhan di belakang Thurqk. Robot itu mengganti title dewa/tuhan sebagai raja pada belakang nama Thurqk.
"Jika benar aku adalah Ratu, bawa aku ke entrant lainnya. Oh iya, siapa namamu?""
"Baiklah, namaku adalah Punix" dari punggung robot bernama Punix itu muncul denah pulau Ryax dengan tanda titik merah diberbagai penjuru pulau.
"Apa tanda titik merah ini adalah tanda dari keberadaan entrant lain?"
"Betul sekali" mari kita ketempat Ravelt dan juga Luna diturunkan.
▬▬▬▬
IV
Ravelt, entrant laki-laki berwajah bulat dengan rambut pirang, berkeliling untuk menikmati dan menyelidiki pulau Ryax yang dikatakan oleh Hvyt yang membawanya tadi, tanpa ia sadari robot ulat sebesar ibu jarinya merayap dikakinya. Ketika ia membungkuk untuk menyingkirkan ulat itu, sebuah peluru melesat diatas kepalanya, menyisakan angin yang ikut terbawa oleh peluru merusak tatanan rambutnya.
Ravelt tak menghiraukan robot ulat tadi, ia lebih memilih menengok kebelakang untuk memastikan siapa yang berani ingin membunuhnya lewat belakang.
Luna, entrant perempuan berambut silver bersembunyi dibalik gedung besar setelah ia gagal melesakkan pelurunya ke kepala Ravelt, dibahunya terdapat robot tupai bernama Squix. Squix juga menghasut Luna seperti yang dilakukan oleh Phunix kepada Stella.
"Hampir saja, mungkin memang Dewi Fortuna menyertai dia tadi, namun untuk yang kedua kali ini pasti tepat" Luna menggerutu kesal.
"Tenang saja, ia pasti dapat Anda taklukkan" Squix meyakinkan Luna.
"Tentu saja, karena akulah yang akan menjadi Ratu disini.
Rupanya robot ulat yang menempel di kaki Ravelt tadi sudah berada dibahunya, robot ulat itu bernama Catpix, ia menghasut Ravelt.
Luna, Ravelt, dan juga Stella telah dimakan oleh hasutan robot-robot itu.
"Kurang ajar kau! Beraninya mau membunuh Raja Surga Ravelt dari belakang, apa kau tak tahu jika aku akan menguasai pulau Ryax ini dan akulah yang akan menjadi Raja di pulau ini? Keluar KAU!!!" Ravelt dengan sombongnya membentak-bentak kesekeliling penjuru.
"Kau seperti kesetanan ya? Apa kau tak waras? Pulau ini tak membutuhkan Raja yang tak waras, hahahaha. Perlu kau tahu, akulah yang akan menjadi Ratu dan kau akan kubunuh." Pertarungan sengitpun terjadi.
Luna melakukan Prayer Of the Moonlight, Luna berdoa agar Ravelt dihancurkan. Cahaya-cahaya kecil itu berterbangan entah dari mana asalnya Stella yang melihat dari jarak 150 meter dari tempat Luna bertarung merasa lega, pasalnya cahaya-cahaya itu tidak sampai ditempatnya menginjakkan kaki, cahaya-cahaya itu membuat sebuah pusaran cahaya, namun dalam beberapa menit cahaya itu menghilang.
"Kau pergi kesana untuk mengecek keadaan disana"
Phunix tak langsung menjawab, ia lebih memilih untuk langsung terbang ketempat yang dimaksud oleh Stella.
Di kejahuan, tepatnya di lantai sembilan, ada gadis yang sedang dengan senangnya melihat pertarungan yang tercipta dari dalam layar monitor. Gadis itu berambut karamel, ia sedang menulis di sebuah buku sambil melihat kearah layar monitor dari robot kura-kura yang berukuran sebesar genggaman tangan orang dewasa yang bernama Turtlix. Ternyata gadis itu adalah pustakawan dan ia sangat senang membaca buku yang sangat tebal, mungkin orang lain akan menggunakan buku itu untuk mengganjal perabotan rumah yang sudah miring maupun agak rusak saking bosannya. Ia menulis 'Ravelt si Raja Surga dan juga Luna terperangkap simbol setan Hexagram karena kesombongannya, ia menjadi tumbal untuk Lux Ferre (Lucifer) Sang Setan pembawa cahaya.'
Di tempat Luna dan Ravelt, Punix melihat Cutpix dan Squix. Punix mengirimkan sebuah kode pada Cutpix dan Squix untuk melakukan penggabungan, karena Punix tahu jika Ravelt dan juga Luna sudah tidak dibutuhkan lagi, karena Luna sudah termakan doanya sendiri, ia juga dihancurkan oleh cahaya-cahaya itu, karena Luna sempat mempunyai niat jahat untuk membunuh Ravelt.
Punix, Cutpix dan juga Squix bergabung menjadi satu robot bernama SPC Ryax. Kaki punix menjadi kaki Cutpix, ekor Punix menjadi ekor Squix, bagian tubuh Punix yang lain tak berubah. SPC Ryax kembali ke Stella, Stella terkejut dengan kondisi tubuh Punix telah berubah.
"Tenanglah Ratu, saya tadi bertemu dengan teman-teman saya, supaya saya lebih mendalam dengan teknologi yang berhubungan dengan seluruh pulau Ryax ini, saya melakukan penggabungan. Tadi saya melihat Luna dan juga Ravelt sudah mati termakan cahaya-cahaya tadi"
"Bagus, sekarang tinggal siapa saja?"
"Mahluk tanaman Nemapila, Mahluk berlendir Emils, Mahluk pemanggil Stallza, dan juga mahluk pembaca buku Carol Lidell"
"Antarkan aku ketempat Luna dan Ravelt"
SPC Ryax berubah menjadi robot besar yang dapat ditunggangi oleh Stella.
▬▬▬▬
V
Carol Lidell segera menghapus tulisan Luna dan Ravelt dan menggantinnya menjadi Nemaphila dan Emils.
"Strategi yang luar biasa Ratu, saya tak terpikirkan ke strategi itu" lagi-lagi Turtlix memuji kehebatan Carol.
Sementara itu, dipinggiran pulau Ryax. Nemaphila dengan Dadelix—robot berbentuk bunga dandelion sedang membentuk hutan yang sangat lebat, sampai-sampai Emils dan Jellix terkejut ketika menemui dirinya sudah ada dihutan yang sangat lebat dan juga benih-benih dandelion yang berterbangan menghinggapi dirinya dan juga robot kesayangannya Jellix.
Namun dengan mudah Emils menyingkirkan benih-benih itu dengan cara mengubah tangannya menjadi pedang. Dengan angan pedang itulah, Emils menghancurkan benih-benih itu dari tubuhnya dan tubuh Jellix. Emils langsung menyerap benih-benih yang rusak itu ketubuhnya, dengan seketika benih-benih itu menjadi cairan di tubuhnya.
Nema merasakan adanya perlawanan, Nema langsung menghampiri anak-anaknya yang sedang kesakitan. Nema geram ketika mengetahui setumpuk jelly sedang memakan anak-anaknya. Nema sangat marah, akar-akar dan sulur-sulur yang menggantung dari pohon yang diciptakan Nema langsung menyerang Emils dan juga Jellix. Sulur-sulur pohon itu berhasil memecahkan inti dikepala Emils, akar-akar yang dari dalam tanah langsung menerkam Jellix hingga hancur.
"Rasakanlah kekuatan alam yang sedang mengamuk ini, mahluk biru menjijikkan!" tubuh Emils pecah berbentuk lendir yang muncrat kemana mana, bersamaan dengan itu, tiba-tiba Dadelix pergi meninggalkan Nema, Nema sangat kecewa ketika Dadelix meninggalkannya.
"Aku pergi dulu Nona" Dadelix pergi lalu terbang menggunakan daunnya.
Tiba-tiba sebuah simbol terbentuk di tanah Nema berpijak, juga Emils yang sudah tak dapat berkutik lagi. Di tengah-tengah simbol itu, muncul makhluk besar berbentuk manusia berkepala sapi, api berkobar bersamaan dengan munculnya makhluk itu, Nema kesakitan ketika ia merasakan lidah-lidah api yang menjilat-jilat tubuhnya. Nema ambruk meregangnyawa, tubuh Emils sudah menguap, makhluk itupun pergi membawa Nema masuk kedalam lubang apinya. Hutan yang dibuat Nema terbakar lalu mati.
▬▬▬▬
VI
"Lihatlah itu, itulah yang kumaksud dengan ..."
"Stones" Stella menyentuhkan bola kristalnya ketubuh gadis pustakawan. "K-kau ..." Carol ingin menulis nama Stella dibukunya itu namun tangannya sudah menjadi batu, SPC mengedipkan mata ke Turtlix. Sekarang tubuh Caroll telah menjadi batu sepenuhnya.
"Mungkin memang enak jika menjadi dalang dibalik layar" ucap Stella sambil menghancurkan batu dan membakar seluruh buku-buku milik Caroll. Roh Caroll keluar dari kepingan-kepingan batu dari patung dirinya, Stella dengan lihai menangkap Roh itu.
"Setelah Roh Ravelt, Luna, Emils, Nema dan Caroll, sekarang saatnya membunuh pria tampan Sang pemanggil." Stella melihat Turtlix yang masih dengan layar muncul dari tempurung robotnya, Stella melihat kembali adegan sebelumnya, ia melihat dirinya dibalik pepohonan yang dibuat Nema dan ia mengambil roh Emils dan juga Nema. Stella tersenyum licik. SPC turun dari bahu Stella menghampiri Turtlix. Dari arah tempatnya berada, Stella dapat melihat ke Stopwatch yang menunjukkan waktu tinggal 04:00:00.
"Waktuku tinggal empat jam lagi, aku tak mau kura-kura ini! Enyah kau!" Stella menghancurkan Turtlix dengan ujung lancip tongklat sihirnya.
"Teganya Anda membunuh teman saya! Untung saja saya sudah bergabung dengan Viperix" SPC menunjukkan keStella ekor dan juga giginya.
"Kalau begitu kau juga harus kumusnahkan! Stones!" Stella membuat robot SPC itu menjadi batu dengan posisi mulut SPC membuka.
"Ngeri juga kalau aku punya partner sepertimu, aku akan menghancurkanmu dengan senang hati" Stella menghancurkan patung batu SPC itu dengan tongkat sihirnya.
"Fair Dragon, aku membutuhkanmu"
▬▬▬▬
VII
Naga api berukuran 10 lantai muncul didekat bangunan yang sekarang dipijak oleh Stella, Stella menungganginya untuk pergi ke tempat Stallza berada. Ketika Stella sampai, ia dikejutkan oleh salam pembuka dari Stallza yaitu hempasan angin yang cukup kuat, sampai-sampai Stella tidak dapat bernafas untuk beberapa detik.
"Hohoho, salam perkenalan yang mengasyikkan, tapi apakah kau bisa mengalahkan aku?" Stella mengacungkan telunjuknya keatas, seperti ingin memberitahukan ada sesuatu diatas, kontan saja Stallza langsung melihat keatas.
Stallza menemui dirinya bersama Stella sedang dibawah tujuh bola api yang berukuran raksasa dengan duri-duri kristal es yang mengelilingi dirinya dan juga Stella, enam bola api membentuk lingkaran dan satu bola api menjadi inti dari lingkaran itu.
"Almena, keluarlah" tiba-tiba muncul gadis berambut cokelat yang dikepang menyatu dengan pakaian kemeja lengan panjang, rok selutut berwarna hijau, sepasang sepatu kulit sebetis dan sebuah kacamata dan sebuah mantel berwarna kelabu di pundaknya.
Almena menggunakan mantelnya sebagai pelindung dirinya dan juga tuannya. Namun tak lama, bola-bola itu menghantam tanah dan juga mantel pelindung dari Almena, tanah di sekitarnya berguncang hebat. Ketika bola-bola berduri itu menghantam tanah, terjadi ledakan yang sangat dahsyat sehingga Stella dan Stallza terkena hempasannya, namun kondisi Stella baik-baik saja, karena sebelum bola-bola itu menghantam tanah, ia sudah merubah dirinya menjadi api. Kondisi yang paling parah di alami oleh Stallza dan Almena, mantel Almena tak bisa menahan dari bobot bola api berduri itu hingga mantelnya jatuh menimpa dirinya dan sang tuan. "Iodesa, Phosporosso, Cupria, aku memanggil kalian" "Hamba dan yang lain bersedia untuk membantu Anda, Tuan" ucap laki-laki dengan membungkukan dirinya ketika menghadap pada Tuannya, topi yang ia kenakan diletakkan didada, seperti menunjukkan dedikasi yang baik sebagai seorang prajurit berwibawa.
"Suka manggil orang ya? Kalau begitu aku juga bisa" tongkat sihir Stella yang sedaritadi dipegang di tangan kirinya sekarang berada digenggaman kedua tangannya, tongkat itu melayang di udara ketika Stella mengucapkan mantra sihirnya.
"Roh Nemaphila, roh Bara Tumpara, roh Flagger Ivlin, dan roh Eisted Fodd kemarilah" roh Nema, roh Bara, roh Flagger, dan roh Eisted muncul dari dalam tanah, seketika tanah yang berada didekat kemunculan roh-roh itu bergetar.
Roh-roh itu bergabung dengan Stella dan melingkari Stallza, Almena, Cupria, dan Phosporosso. Dibelakang lingkaran itu terdapat lubang-lubang raksasa dengan duri-duri es yang menancap berhamburan tak beraturan. Lingkaran itu lumayan lebar dengan diameter empat belas meter.
"Iodesa, sembuhkan aku setelah itu, Almena" perintah Stallza pada gadis berambut jingga bernama Iodesa. Gadis itu langsung menghampiri tuannya, ia meletakkan kepala Stallza pada pangkuannya. Sementara itu Phosporosso dan Cupria melindungi sang Tuan, Iodesa dan juga Almena.
"Lihat ini, lima melawan dua, pasti akan menyenangkan, mari kita serang dan berpesta." Nema mulai mengeluarkan anak-anaknya yang berupa benih-benih dandelion, benih-benih itu berhamburan disekitar Stallza dan juga spiritianya. Benih-benih itu menempel di sekujur tubuh Stallza dan keempat spiritianya. Dalam keadaan lemah "Phosporosso, cepat menyatu denganku, Spiritialis!" Stallza mengucapkan kalimat itu seperti berbisik, pria bertopi itu menjadi cahaya dan menyatu ketubuh Stallza, ia menjadi dua meriam di kedua tangan Stallza. Ketika Spiritialisnya selesai, dengan membabi buta Stallza menembak benih-benih itu hingga mengenai roh Eisted dan roh Nema, kedua roh itu kembali ke bola Kristal Stella.
▬▬▬▬
VIII
Benih-benih Dandelion itu tak lagi berterbangan, tapi mendarat ditanah yang mereka pijak.
"Ah tak apa, aku masih menyimpan kartu as-ku"
"Kau fikir aku tak punya kartu as juga?" Stallza mendengus kesal
"Ya ya ya, tapi setidaknya, gadis yang bernama Almena itu mati terjatuh di kubangan kristal-kristal lancip" ketika mendengar itu, Stallza langsung menghampiri lubang yang tercipta dari bola api tadi, benar saja, Almena mati dengan Kristal-kristal yang mengoyak dan menembus tubuhnya.
"Roh Luna, kemarilah" berbeda dengan roh yang dipanggil sebelumnya, roh Luna datang dari langit. Stallza tak menyadari kedatangan roh Luna.
"Bara, Luna, serang gadis bernama Iodesa" Bara yang sedari tadi sudah bergabung dengan batu berwarna hijau, sekarang lenteranya berwarna hijau bergerigi seperti gergaji mesin, aura hijau yang menyelimuti tubuh Bara dan tubuhnya kini bersinar hijau terang. Bara langsung melompat dan bersalto, dua boomerang muncul dan langsung mengenai tubuh Iodesa yang membelakanginya.
"Aaaarrrgghhh" teriak Iodesa kesakitan, Lunapun membidikkan pelurunya dan peluru itu tepat di bagian kepala Iodesa, Iodesa ambruk dan berguling jatuh ke kubangan yang berisi krital-kristal tajam menyusul Almena. Stallza benar-benar marah, awalnya ia tidak ingin menyakiti orang lain apalagi wanita, namun wanita yang ada didepannya sekarang ini telah mengubah tekadnya, untuk membalaskan dendam Iodesa dan Almena. Dengan brutal Stallza menembakkan peluru bola api kearah Flagger, Bara, Luna dan Stella. Flagger, Bara, dan Luna terkena serangannya, namun Stella tak terkena sedikitpun dari serangan Stallza, karena ia sudah menjadi kabut.
"Carol Lidell, kemarilah" dalam kabut Stella memanggil Carol. Gadis berambut caramel itu tiba-tiba ada disamping kabut, seolah tahu yang diinginkan Stella, Carol langsung menulis di dalam bukunya, ia menulis 'Stallza menjadi tumbal ketiga untuk Lux Ferre (Lucifer), ia tak tahu bila, lubang-lubang itu akan membentuk pentagram ketika ia berada di pusat lingkaran, Lux Ferre senang dengan tumbal itu' setelah selesai menulis, Carol dibawa oleh Stella keluar dari lingkaran itu.
Stallza yang masih diliputi dendam ingin mengejar Stella dan gadis berambut karamel, namun ketika ia berada di kubangan yang agak kecil—pusat lingkaran— ia tak bisa bergerak, tubuhnya kaku, kubangan itu menyala, dari kubangan kecil itu terdapat garis-garis yang menghubungkan antara kubangan kecil dan kubangan yang lebih besar dan dalam, dari garis-garis itu muncul api yang menyala. Api itu berpusat di tujuh titik, enam lingkaran besar dan satu titik pusat. Dari gabungan itu membentuk symbol Hexagram, dari titik pusat, Stallza sudah mati dibakar api oleh api Lux Ferre, api-api itu berkobar hingga tingginya sampai dua meter, dari dalam api yang berkobar itu terdapat senyuman licik dari sang Lux Ferre. Apipun mulai padam, Carol langsung masuk kedalam bola Kristal setelah mengangguk pada Stella.
▬▬▬▬
IX
Fair dragon milik Stella menjemputnya dan mengantarkan Stella ke pinggir menara tinggi dengan jam digital diatasnya. Setelah sampai, Fair dragon miliknya menjadi partikel-partikel api, yang menandakan kekuatan dan tenaga yang dimiliki Stella sudah hampir habis.
Stella mendongakkan kepalanya keatas, Stopwatch itu menunjukkan 00:15:00. Hyvt sudah datang dan langsung menundukkan kepala.
"Kau berhasil Ratu Stella, sekarang kita akan pergi" dalam keadaan lunglai, Stella mengangguk dan jatuh kedekapan Hyvt, Hyvt mengepakkan sayapnya lalu pergi meninggalkan pulau Ryax.
Di pusat pulau, robot-robot hewan berkumpul, mereka akan menunggu boneka yang dikirim oleh Turqk lagi sebagai permainan dan tontonan yang seru.
TAMAT
==Riilme's POWER Scale on Stella Sword's 2nd round==
ReplyDeletePlot points : B-
Overall character usage : B
Writing techs : B
Engaging battle : B-
Reading enjoyment : B
==Score in number : 6,6==
Wih, saya baru tau Stella punya kemampuan manggil jiwa yang udah dia kalahin. Ternyata serem juga ya.
Robot" Ryax ini bikin saya keinget canon r2 Stallza, yang juga make pihak ketiga buat ngadu domba para peserta. Meski entri ini singkat, tapi bisa ya semua peserta muncul dan dapet jatah kalah. Sesuai dugaan, Stallza emang laku dijadiin last boss, bahkan lebih daripada Ravelt yang saya kira juga termasuk imba.
wuahahah >.< Umi suka taktik yang dimainin sama Stella. Bekal dari cerita Carol yang wujutin apapun yang ia tulisan dan ia baca >.<
ReplyDeletecuma bingung juga sih si robot-robot itu cuma ngaruh ke peserta aja. Tadinya Umi sempet ngarep robot-robot yang bersatu itu akhirnya ngelawan Stella >.<
wkwkw tapi ini keren deeh >.<
dari Umi 7/10 :D
Aslinya sih mau ngelawan juga, tuh yang Stella nyihir SPC Ryax menjadi batu karena SPC Ryax ngelawan karena si Turtlix dihancurin oleh Stella. :o Mungkin karena penjelasannya kurang ya Umi :D >.<
Deletetuh, Stallza lagi yang jadi Last Boss. XD
ReplyDeleteAgak ga rela Carol jatuh semudah itu dan dikendalikan sama Stella. Sempet miss juga kalau Stella bisa ngendalikan roh lawan.
Nilai : 8
Pertarungan paling seru pas antar summoner. Ide buat pake robot-robot itu lumayan ampuh buat bikin konfliknya, semuanya jadi punya alasan. Di endingnya juga mereka jadi terkesan minion2 yang emang sengaja diciptain buat mainan Thurqk. Dikaitin sama Thurqk yg ga ngerti teknologi juga jadi bahan perbandingan 'raja' yg bagus.
ReplyDeleteDiksi di dialog cukup konsisten dan kebanyakan keliatan berusaha nyesuain sama karakter2 yg ada.
Paling penulisannya yang banyak paragraf gendut yang bikin lumayan melelahkan bacanya, apalagi kalo banyak ide pokok yg nyampur untuk majuin alur cerita atau ngegerakin karakter. Di sisi lain, tulisannya udah sangat rapih. --)b
6/10
bagian awal yg ceritain ulang penyiksaan thurqk kyknya g tlalu perlu kak, jd agak skim bacanya x3
ReplyDeletebingung jg sama kemunculan robot2 hewan, maksudnya mereka bantu tiap peserta ya? cuman kyknya peran mereka jg g tlalu banyak
stella lumayan imba sih kak, tp suka bagian akhir waktu battle sama stallza :)
nilai 8
aih, paragrafnya menyiksa mata bener-bener gak nyaman saya bacanya -_-
ReplyDeletedisini ide buat personifikasi pulau lumayan
ternyata Stella punya kemampuan manggil jiwa yang dia kalahkan, jadi makin bahaya...
overall, plain..
Stella kurang nge-hook buat saya
7/10
Saya tidak terlalu terkejut ketika Stella bisa memanggil jiwa yang telah ia kalahkan karena kemunculannya kurang... deskripsi.
ReplyDeleteDaripada menuliskan "roh Nema, roh Bara, (dkk) keluar dari tanah" bisa diganti dengan "Kabut menyembur keluar dari tubuh Stella dan menutupi semua pandangan. Kabut tebal itu mulai memadat pada beberapa titik dan membentuk beberapa tubuh mahluk hidup. Eisted Fodd, pria ber-(deskripsi), Bara, bocah ber-(Deskripsi)"
Saya sempat tertarik pada para robot hewan, tapi saya gagal untuk melihat fungsi mereka di cerita ini.
Lalu beberapa Battle selain yang terakhir terlalu cepat berlalu, seakan para peserta ini bisa dikalahkan hanya dalam sekali serang.
Nilai : 6,5
entri ke-17...
ReplyDeletedan entri terakhir yg saya baca di pulau ryax >.<
oke lanjut kak...
...
...
dan saya ga tau harus mulai dari mana.
mungkin yg pertama, paragraf. itu kepanjangan kak. saya memang sering ketemu orang2 yg suka nulis paragraf panjang, tapi saya ga terlalu mempermasalahkannya. nah, khusus buat kakak, ada hal lain yg lebih mengganggu.
benar, narasinya. saya (jujur kak) ngerasa stella seperti "sayur kurang garam". saya ga memungkiri kalau plotnya sebenernya bagus, tapi tidak diimbangi dengan gaya penuturan yg baik. saya ga mau komentar banyak karena kak heru udah bikin catatan panjang soal ini.
well, sebenernya masih banyak yg ingin saya bahas, tapi setelah saya baca komentarnya kak heru, sepertinya sama. dan poin utama tentang narasi juga udah dibahas kak heru, jadi saya ga bakal nambahin.
sedikit saran kak, mungkin kakak bisa ngebaca novel2 luar negeri sebagai referensi. kemaren saya ngelakuin survei kecil, kenapa novel indo jarang laku di luar negeri. ada beberapa, salah satunya itu punyanya master pram (tetralogi buru) dan laskar pelangi (andrea hirata). setelah saya bandingin dg karya2 luar negeri lainnya, saya nemuin satu kesamaan: mereka berhasil membangun "show" dengan gaya narasi yg bagus. akhir2 ini saya mulai ngebaca light novel dari jepang, dan saya juga nemuin hal serupa. nah, kakak mungkin bisa mempelajari teknik penulisan yg bagus di sana...
selain itu ga ada masalah. overall, saya ngasih nilai 6.5, karena narasinya itu.
semangat kak >.<
~~~ ( >A< ) ~~~
ReplyDelete