May 17, 2014

[ROUND 2 - ARSK] BAIKAI KUZUNOHA - SPARKS: DESIRES AND POSSESSION

[Round 2-Arsk] Baikai Kuzunoha
"Sparks: Desires and Possession"
Written by Nibelhero

---

"Once someone 's fortune is made,
they'll trample over whoever they have to in order to protect it."
-Narumi


Prologue
"Tuan Kuzunoha, silahkan menunggu disini sampai ada perintah selanjutnya dari Dewa Thurqk.", Hvyt tersebut langsung kembali dan bersiaga di langit Jagatha vadi setelah menurunkan Kuzunoha.
Kuzunoha hanya mengangguk. Efek dari pertarungan pertama benar-benar membuatnya banyak berpikir dan menganalisa seluruh hal yang ada. Dia kembali belajar banyak hal. Matanya mencoba mendeteksi kehadiran peserta lain di hamparan dunia merah tersebut. Namun belum ada satu sosok pun yang tampak.
Kembali ke tanah merah ini. Berapa orang yang lolos? Siapa yang bakal tetap hidup? apakah dari blokku juga bakal ada yang dihidupkan?
Dia mulai duduk bersila dan menghela napas.
Elle..Cheril..Zany..mereka...berhasil tidak ya?
Kuzunoha duduk terdiam dan mulai melamun. Ingatannya kembali pada saat akhir pertarungan pertama.

***

Dirinya yang sedang duduk menatap desa terbuang yang dilindungi Deismo teringat akan sosok yang mendatanginya di awal meditasinya. Kojiro.
"Pemanggilanmu kesini oleh makhluk merah itu adalah takdir khusus untukmu. Masing-masing Kuzunoha mendapatkan latihan yang tidak dimiliki oleh Kuzunoha lainnya, dan...untukmu, tempat latihanmu ada disini. Masing-masing Kuzunoha memiliki tugasnya tersendiri. Tugasmu kali ini berat, sangat berat. Bahkan bisa jadi Kuzunoha lain tidak mendapatkan tugas separah ini. Aku akan memberitahukan padamu apa tugasmu itu jika kau bertahan hidup di pertarungan ini. Jadi, jika kau kalah disini, maka semua berakhir. Dan aku tidak perlu capek menjelaskan apapun padamu.,"
Itu perkataan sosok tersebut. Penasaran dengan tugas yang dimaksudkan olehnya, Kuzunoha memutuskan untuk masuk ke dalam ruang pikirannya lagi untuk menemui Kojiro.

***

"Aku sudah menunggumu Baikai Kuzunoha XVI. Sesuai harapan, kau mampu mengatasi kondisi ini. Mungkin memang sudah saatnya kau menerima tugas ini."
Suara tadi mengejutkan Kuzunoha, ternyata memang sosok itu mampu masuk ke dalam ruang pikiran Kuzunoha. Bahkan sudah menunggunya terlebih dahulu.
"Dan, bukan hanya itu. Pilihanmu ternyata lebih dari yang aku pikirkan. Kau membuat Deismo mendapatkan hal terbaik dalam hidupnya. Sungguh mengejutkan. Entah Spark seperti apalagi yang akan kau hasilkan ke depannya jika kau mampu untuk menyelesaikan ini sampai akhir."
Kuzunoha hanya terdiam, walaupun merasa pilihannya tepat, dia masih merasakan gejolak tidak enak dari emosi sedih yang dia dapatkan. Begitu juga dengan membunuh peserta lain. Dia tidak tahu harus marah pada makhluk merah yang menyelenggarakan hal ini atau pada dirinya yang tidak bisa melakukan hal yang lebih baik lagi saat ini.
"Tidak perlu merasa begitu. Aku tahu, kau memilih untuk membunuh mereka bukan hanya sekedar membunuh. Tapi kau juga bereskperimen untuk melihat apa yang akan terjadi kedepannya...Kau membunuh mereka semua untuk memastikan mereka mendapatkan penilaian rendah, juga memastikan bahwa apakah mereka akan dihidupkan lagi nantinya oleh Dewa Merah kan?", ujar Kojiro.
"Kau menyisakan Deismo untuk melihat apa hasilnya pada orang yang tidak kau bunuh. Apa yang akan mereka dapatkan kan? Tapi ternyata berikutnya jauh melebihi dugaanmu. Sepertinya di setiap realm, Dewa Merah menyiapkan sesuatu. Cukup aneh tiba-tiba musuh bebuyutan sekaligus pencipta Deismo muncul begitu saja saat kalian selesai bertarung. Yang akhirnya membuat Deismo murka dan mau tak mau kalian harus bertarung. Kau memastikan kekuasaan sang Dewa Merah.", Kojiro membongkar semua konsep berpikir Kuzunoha.
Kuzunoha hanya diam.
"Hebat anak muda. Dengan begitu, kau sudah siap menerima kenyataan bukan? Yang harus kau hadapi. Adalah Dewa. Paling tidak sekelas itu....untuk apa? untuk tugasmu di Bumi."
"Itu yang mau saya dengar dari Tuan Kojiro. Jelaskan padaku."
Kojiro tersenyum, bangga dan merasa yakin dengan kesiapan pemuda di depannya.
"Bumi akan mengalami kehancuran. Ada Sekelompok Manusia dan Demon yang berusaha mengambil alih kekuatan para elemen, menggunakan para dewa lainnya untuk memanggil sang Dewi dan menjadikannya titik kehancuran bumi dan mengulangnya dari awal. Mereka menyebutnya 'GREAT DESTRUCTION'. Dahulu, pernah ada yang melakukan hal yang sama, tapi level mereka kali ini tidak bisa dibandingkan dengan yang dulu. Bisa jadi kekuatan yang mereka himpun  mendekati atau sama dengan Dewa merah yang kau hadapi kali ini."
Kuzunoha terkesiap. Satu saja sudah serumit ini, dan  sekarang, dia diserahi tugas segila ini?
"Kalau kau merasa tertekan dan tidak bisa menerima tanggung jawab ini, kau cukup kalah disini. Lalu, lihat apa yang akan terjadi padamu."
Pandangan Kuzunoha tertunduk, seberat itukah jalan hidupnya?
"Bukan kau saja Kuzunoha, masing-masing peserta disini memanggul beban yang sama bahkan mungkin lebih berat darimu. Tugasmu hanya untuk dirimu, dan demi kelangsungan realm-mu. Sanggupkah kau wahai pemuda yang menyandang Gelar Baikai Kuzunoha XVI? Walau kau sudah tidak berada di organisasi. Kau masih tetap anak dari Desa Kuzunoha. Bangkitlah! Gunakan kekuatanmu! Keluarkan seluruh potensi dari para Iblis dan Dewa yang kau miliki!"
Kuzunoha menaikkan pandangannya, melihat Kojiro dengan tatapan tajam, lalu mengangguk.
"Siap."
"Bagus, sesuai yang diharapkan dari penerus klan Kuzunoha."
"Selesaikan seluruh latihanmu disini. Serta, ingat. Semua pilihanmu, akan berpengaruh ke jalan yang menanti di depanmu. Getaran itu akan terus muncul saat pilihan takdir terbuka."
Sosok itu berbalik dan melangkah ke dalamarea gelap ruang pikiran. Lalu, " Ah, mungkin jika kau berhasil melangkah ke beberapa pertarungan ke depannya. Kau akan bertemu dengan Ayahmu.", senyum Kojiro. Kemudian sosoknya perlahan menghilang ke dalam kegelapan.
Kuzunoha  yang terkejut dengan hal itu, langsung terjaga dari meditasinya.
"Ayahku??"

***

Phase 1 Overwhelming Feeling, Outrageous Emotion
Kuzunoha yang menunggu peserta lainnya mulai merasa bosan. Diraihnya satu bungkus cemilan dari kantong perlengkapannya dan mulai menikmati kesendiriannya dalam menunggu berita.
Kuzunoha mengunyah satu persatu isi bungkusan tadi, mencoba untuk tidak berpikir lebih banyak. Tidak banyak yang bisa dinikmati, tapi warna merah yang monoton itu bukan salah satu yang diminatinya untuk diperhatikan terus menerus.

***

Kuzunoha mulai sedikit terusik dengan kedatangan orang ketiga di Jagatha Vadi. Baunya membuat Kuzunoha pusing, sangat menyengat. Ia enggan menoleh. Saat orang keempat datang, Kuzunoha kembali bersikap santai, semakin banyak orang yang datang, semakin bau tersebut tercampur dan menjadi biasa.
Lalu, saat orang kelima sampai, Kuzunoha bergerak. Dia tahu siapa yang datang sekarang.
"Elle nom...", bisiknya.
Dia berdiri dan melangkah ke arah Elle, kemudian menyadari kalau Elle tertidur, pulas. sama seperti orang yang kedua datang tadi.
Hm....
Kuzunoha duduk disebelah Elle yang sedang menikmati mimpinya. menunggunya sampai gadis gnome dengan penampilan nyentrik itu terbangun.

***

Elle masih tetap terlelap. kuzunoha masih tetap di samping Elle. Berusaha untuk tetap tenang dan mulai menelaah hal yang bisa dianalisa. Apa yang akan terjadi setelah ini?apa berikutnya perintah Thurqk? apakah bakal bertemu dengan orang-orang yang tidak diketahui niat dan orientasi ini nantinya?
Selagi berpikir seperti itu, ingatan tentang Deismo berkelebat di kepala Kuzunoha. Perasaan sedih itu terulang. baru kali ini dia merasakan adanya kelekatan begitu besar yang muncul di hatinya.
Aneh, di Bumi, aku tidak terlalu bermasalah dengan perasaan seperti ini. kenapa di Jagatha vadi semua perasaan ini seakan menguat dan semakin cepat?
Jika memang aku yang selama ini diajarkan untuk mengendalikan keseluruhan emosi yang kudapat, bisa merasakan semuanya dengan siklus yang secepat ini, maka ada peningkatan emosi yang begitu besar bisa terjadi di realm ini. Tidak menutup kemungkinan peserta lain juga akan merasakan hal yang sama, bahkan lebih parah. Baik itu amarah, rasa bahagia, jijik atau malah isolasi diri. semuanya akan meningkat...apakah akan terus seperti ini di seluruh area ini?
Lagipula, seberapa luas realm ini?
Selagi berpikir dan menganalisa perasaannya sendiri terhdap kenangan yang ada. kesedihan atas kematian deismo kembali merogoh raga kuzunoha. Dia berharap Thurqk menghidupkan Deismo, juga orang-orang yang bertarung dengannya kembali. Begitu juga teman-teman barunya selain Elle.
Cheril, Zany, mereka belum muncul juga. Elle berhasil menang, maka dia kembali kesini. orang-orang disini pun semuanya seakan kelelahan. menyimpan tenaga.
"Zuuzuuu~"
Elle tiba-tiba terbangun, memeluk Kuzunoha. lalu kembali terlelap. Kuzunoha yang awalnya terkejut hanya tersenyum melihat tingkah Elle. Elle sesekali tersenyum dan tertawa riang dalam tidurnya.
"mimpi apa kamu Elle nom?", tanyanya sambil berbisik. Kuzunoha memperhatikan wajah Elle yang tertidur tenang.
Beberapa saat kemudian, Elle membuka matanya, tersentak. seakan waspada akan sesuatu. Elle yang berusaha bangkit malah kepalanya terantuk dengan dagu Kuzunoha. "ugh, sakit noooom".
Kuzunoha segera menyadari dan mengambil kuda-kuda melindungi Elle. Seorang gadis, memakai topi dan membawa baton besi menghampiri mereka dengan langkah cepat. wajahnya bukan wajah yang sedang ingin bercengkrama dengan santai.
"Apa yang kau lakukan dengan anak itu?" gadis bertopi itu mengayun-ayunkan batonnya, menatap Kuzunoha dengan tajam.
"Apa yang saya lakukan?", ulang Kuzunoha dengan kebingungan dengan pertanyaan gadis baton tadi.
"Dia Elle nom, teman saya sejak awal di Jagatha vadi. Saya menghampirinya dan menjaganya karena tadi dia tertidur lelap. Anda juga tadi tertidur kan nona? tentunya tidak mau diganggu kan...?", ujar Kuzunoha masih dengan bersikap siaga, takut adanya serangan tiba-tiba dari gelagatnya gadis tersebut.
Elle yang sedari tadi meringis kesakitan karena terantuk dagu Kuzunoha, berjalan pelan, sesekali menguap dan terhuyung tak terarah. Namun pijakannya mantap ke arah gadis bersenjata tongkat mengkilap.
"Kau mengganggu tidur siangku nom", tunjuk Elle menguap.
"Dasar tante-tante rusuh nom" , Entah karena kesal tidurnya terganggu atau memang menganggap gadis bertampang lusuh di depannya adalah tante-tante.
Gadis di depan mereka itu terdiam dan melepaskan kewasapadaannya, lega akan sesuatu.
"Ya sudah. Maafkan aku yang terlalu waspada. Pertarungan tadi nyaris membuatku tak yakin akan diriku sendiri." Ia menarik kembali batonnya dan menyodorkan tangan kanannya, "Jangan terlalu di ambil hati. Aku kurang bisa percaya orang lain, apalagi dalam kondisi kacau seperti ini." Senyumnya ramah.
"...." Kuzunoha melepas kewaspadaannya.
Apa ini juga pengaruh Jagatha Vadi?
Tangan yang tadinya menggenggam erat sarung pedang, kini meraih tangan gadis tadi.
"Baikai Kuzunoha dan dia ini, Elle" satu bahaya sudah lepas dari pandangan. Namun bagaimanapun, Kuzunoha masih terpikir soal Cheril dan Zany.
Suasana canggung masih menyelimuti Kuzunoha.
"Chelios. Lucia Chelios."
"Zuzu... Dimana yang lainnya? mengapa tempat ini begitu sepi nom?" Elle menarik-narik lengan Kuzunoha, tatapannya polos penuh tanya. Kuzunoha hanya tersenyum melihatnya dan pandangannya kembali ke gadis bernama Lucia tersebut.
Elle yang merasa tidak dipedulikan memeluk pinggang Kuzunoha. "ZUZUUUUUU!!!".
Elle kembali melihat ke arah Lucia, "Umm, tante, sini nom. duduk bersama kami." sambil berusaha untuk duduk di tanah merah yang mereka pijak.
"Sepertinya aku tidak melihat kalian di blok yang ditentukan oleh Tuhan. Apa yang kau hadapi di pertarungan sebelumnya?" menuruti isyarat si gadis kecil, Lucia ikut duduk bersila.

***

Mereka saling bertukar cerita tentang apa yang mereka hadapi di area pertarungan masing-masing. Giliran Kuzunoha sekarang.
"5 orang, pertarungan yang seharusnya tidak diperlukan. orang dengan kepala yang bisa berganti-ganti, lalu penunggang harimau, Pahlawan setengah dewa dan Hantu raksasa...teman..", kuzunoha menjawab dengan sangat sendu.
"Belum ada dari mereka yang muncul lagi disini,ntah mereka akan dibangkitkan atau dibawa kesini lagi, atau ke temapt lainnya, mungkin pun masih ada yang bertarung entah dimana.", lanjutnya.
"Seandainya dari awal semua bersatu dan memliih untuk tidak bertarung, mungkin lebih mudah." kuzunoha tertunduk lalu melihat ke arah Elle.
"Selama saya menemani dia tidur saya berpikir beberapa hal. tolong dengarkan ini. Saya senang Nona Lucia menghampiri kami-walau dengan cara yang aneh-Saya yakin setelah ini masih ada pertarungan lain. Dari awal kita dikumpulkan, tidak ada orang yang langsung berkenalan dengan cara baik, jikapun ada, paling hanya 1 atau dua orang. Dengan banyak kenalan disini, akan memudahkan informasi yang didapat, dan ini akan memudahkan kita kedepannya untuk menyusun strategi." Kuzunoha menjelaskan dengan penuh gerakan tangan yang lugas.
"Namun, ketika kita dilempar ke blok atau suatu tempat, mau tidak mau kita harus bercengkrama dengan peserta lain. mungkin Nona lucia juga sudah sedikit bersosialisasi dengan orang lain di tempat nona bertarung tadi. Tapi, pastinya, bukan informasi soal pertarungan secara keseluruhan, tapi hanya untuk membuat koalisi agar memudahkan pertarungan. Jikapun tidak, paling hanya sekedar basa basi sebelum bertarung kan?" Kuzunoha mengatakan langsung hal tersebut di depan Lucia. Dia juga melihat perubahan ekspresi pada wajah Lucia.
"Untuk itu, saya berpikir, ada 1 hal yang harus kita miliki agar kita bisa bertukar informasi kedepannya. Semakin banyak teman, kemungkinan untuk dilepar ke blok berbeda akan menjadi sebuah keuntungan. Informasi yang didapat oleh masing-masing dari kita bisa tukarkan langsung dari blok kita, JIKA dan hanya jika, kita memiliki alat komunikasi."
Kuzunoha terus melanjutkan kalimatnya, "Di antara kita, yang memiliki kemampuan untuk menciptakan alat, hanya Elle. sedangkan saya dan Nona Lucia, sepertinya hanya pemakai senjata. tidak memiliki gadget lain apalagi komunikasi, ya kan? saya tidak tau, apakah Elle bisa menciptakan sebuah alat komunikasi atau tidak...tapi kita harus bertaruh."
Kuzunoha menghela napas dan mencoba mencari persetujuan, "Apakah nona lucia setuju dengan rencana ini?....dan Elle nom, apakah kamu bisa menciptakan alat komunikasi jarak jauh?"
Belum lagi mendapat jawaban, tiba-tiba sebuah layar hologram muncul.
Kali ini layar tersebut bukan menampilkan pengumuman blok, waktu ataupun nama peserta, tapi sesuatu yang mungkin akan membuat siapapun langsung memuntahkan isi perutnya.
Lucia kembali menatap Kuzunoha setelah melihat apa yang terpampang di Layar tadi, "Kuharap kau tahu apa yang akan kau lakukan, Kuzunoha." raut wajahnya seakan menahan rasa marah-jijik setelah melihat tayangan itu.
"CHERIL!" dari salah satu orang tersebut, Kuzunoha menyadari ada temannya.
"Cheril gagal...", Kuzunoha geram, dia marah. Tangannya mengepal kuat. Akhirnya dia paham kalah di turnamen dan juga kalah secara keseluruhan tidak akan menghasilkan apa-apa. Dia juga tidak bisa melakukan apapun untuk menolong cheril.
Kuzunoha memperhatikan sekali lagi dengan cermat. Salah seorang dari bloknya juga ada di dalam layar itu. Pemuda dengan seorang harimau. Mereka menyerang Thurqk. Tapi sia-sia belaka.
"Inikah hasilnya kalau kalah dan mendapat penilaian paling membosankan dari Thurqk? Tapi Cheril...kenapa?!", geram Kuzunoha.
Namun Kuzunoha juga sadar, disitu tidak ada Deismo, Ravelt ataupun sang Double Dullahan. Apakah mereka masih hidup atau bagaimana, Kuzunoha tidak paham. Yang pasti, mereka tidak ada di situ. Tidak dibantai dan ada kemungkinan besar kedepannya akan bertemu mereka lagi.
"Deismo...", bisik kuzunoha.
Layar tersebut memberikan tayangan yang sadis, sebelas tubuh peserta yang kalah dari Ronde pertama, terpotong, terkoyak, meledak. semua serpihannya berserakan. Tak ada yang hidup satupun. Itu adalah Ulah Thurqk. Beberapa yang di awal terlihat mencoba melawan, namun akhirnya semuanya tak bersisa. Tayangan itu terus berlanjut sampai Thurqk puas dengan apa yang dilakukannya. Thurqk terlihat senang dan tertawa namun di akhir dia kembali bosan saat meledakkan semua peserta sekaligus.
Dia memperhatikan Elle yang melihat ke arah layar. Elle juga pasti menyadari kalau di layar itu ada salah satu temannya yang mati dan dibunuh Thurqk.
"Zany, tinggal Zany, dia berarti masih hidup. Kita tunggu dia", kemarahannya yang muncul langsung teredam saat mengingat ada salah satu kawannya yang lain mampu bertahan, masih ada kemungkinan lainnya untuk bertahan.
"Ya, nona lucia, saya yakin dengan hal ini, dengan membuat alat komunikasi, kita bisa dapat informasi lebih banyak untuk bertahan hidup..." Kuzunoha menebarkan pandangannya ke peserta lain yang jauh dari mereka. Mereka juga melihat ke arah layar itu, bergeming.
"Elle..." sahut Kuzunoha ke Elle yang masih melihat ke arah layar tersebut. Lirih. Pedih.
"Cheril..." Elle berjalan perlahan, kearah layar dengan mata yang berbinar-binar. Sekejap kemudian... Elle berteriak kencang memanggil nama Cheril. Kuzunoha dengan sigap menahan Elle yang berusaha untuk lari mendekat ke arah hologram. Tangisan keras tak bisa terelakkan. tangisan yang bahkan lebih kencang dari raungan singa sekalipun.
Kuzunoha memperhatikan Elle yang menangisi kematian teman barunya. Entah apa yang dia pikirkan saat ini, yang jelas tubuh mungilnya itu sekarang bergetar karena raungan tangisannya yang begitu kuat.
"Elle...", lirih Kuzunoha.
Lalu tiba-tiba seorang gadis dari belakang ingin menghampiri Elle, Kuzunoha yang menyadari bahwa gadis itu adalah Zany, langsung menarik tangan Zany. Menghentikan langkahnya. Kuzunoha tau dia ingin menghampiri Elle.
Namun begitu, Zany tetap maju ke arah Elle dan memeluknya dari belakang.

***

Phase 2 –Beyond Imagination, Above Creativity
Selang beberapa waktu, Elle mulai menghentikan tangisannnya. Kuzunoha tanpa basa-basi lebih jauh langsung mengulangi semua hal tentang informasi dan alat komunikasi ke Lucia-Elle dan Zany.
"Elle, maaf, sekarang, kita harus bangkit. Cheril kalah dan kita tidak bisa melakukan apapun untuknya. Hanya satu hal yang bisa kita lakukan sekarang, bertahan hidup. Elle, bisakah kau membuatkan alat komunikasi untuk kita berempat?"
Elle mengusap air matanya dan berdiri. Tegar. "Beri aku waktu nom" Seru Elle menundukkan kepalanya.
Elle mengambil beberapa peralatan dari tas selendangnya, lalu mengambil palu tempa yang tergantung di ikat pinggangnya.
Selang tiga detik, Elle membantingkan palunya, Kesal melampiaskan amarahnya. Lalu menatap ketiga orang yang mengelilinginya dengan tatapan heran kearah Elle.
"Aku sanggup. Beri aku contoh dan aku bisa buat versiku sendiri nom!"
"Ternyata sulit ya?harus dengan contohkah?" Kuzunoha menatap ke arah lucia. Lucia menggeleng.
Harapan satu-satunya adalah Zany. Lucia dan Kuzunoha berbarengan melihat ke arahnya.
"Kenapa melihatku?" Zany keheranan. Namun, setelah paham maksud tatapan mereka, Gadis itu merapikan jaketnya dan tersenyum bangga.
"Jadi kalian butuh bantuanku? Baiklah, khusus untuk saat ini aku tidak akan menarik bayaran, lagipula tak ada yang mampu membayarnya bukan?" perkataan Zany sempat membuat tiga orang di depannya mengerutkan alis, tapi Zany hanya tersenyum penuh rahasia.
Zany membuka telapak tangannya dan dengan sedikit konsentrasi, muncul sebuah earphone berwarna hitam metalik. Cara pakainya tinggal dikaitkan pada daun telinga, komunikasinya pun menggunakan sinyal bluetooth sehingga sangat efisien untuk digunakan di situasi seperti ini. Tanpa basa-basi lagi, Zany memberikan benda itu kepada Elle. "Kau butuh buku panduan?"
Elle menerimanya, sekilas memperhatikan alat tersebut. lalu tanpa pikir panjang ia mengambil perlengkapannya, membongkar alat tersebut tanpa mencobanya terlebih dahulu.
Elle tampak tertegun kala melihat bagian dalam alat tersebut, lalu hanya tersenyum simpul. Elle mengambil beberapa buah dari pohon merah di Jagatha vadi itu.
Dua buah merah ia letakkan. sementara satu digenggamannya terus menerus ia goyang.
Beberapa benda aneh seperti benda mekanik berjatuhan dari dalam buah. Elle tersenyum, meletakkan peralatannya lalu mengambil palu tempa miliknya.
Cahaya kemilau kekuningan berpendar, Elle mengenakan goggle lalu berseru pada teman-teman disekitarnya.
"Menjauh sedikit nom" diikuti gerakan dari ketiga sosok disekitarnya.
Alat pemberian dari Zany tiba-tiba lenyap begitu saja. Kuzunoha memperhatikan hal ini dengan seksama. Kemampuan Zany yang menciptkan sesuatu dari imajinasinya, dan Kemampuan Elle yang mampu mengkreasikan apapun yang dilihatnya.
Bersyukur bahwa mereka adalah teman, atau setidaknya bukan musuh. Untuk saat ini.
Kedua tangan Elle bergerak cepat, penuh dengan sinkronisasi antara gerakan tangan kiri dan hantaman palu tempanya.
Lima belas detik kemudian, Lima alat berbentuk mirip dengan alat yang diberikan Zany kepadanya berhasil ia tempa.
"Nom~Aural nom" Seru Elle menunjukkan salah satu dari ciptaannya.
Elle menjelaskan sistem yang berjalan dalam alat tersebut. Sebuah alat yang sengaja Elle buat bertenagakan Seismic. Alat tersebut bisa menerima sambungan dari alat serupa kapanpun dan sejauh manapun jaraknya. tenaga Seismic yang Elle maksud adalah pergerakan bumi, juga getaran diatas tanah.
Nom~Aural dapat mendeteksi getaran bumi dari atas ketinggian 25 meterd dan dapat menerima sambungan dari beberapa alat serupa sekaligus.
Sebuah tombol pada alat tersebut akan memindahkan jalur energi pada sambungan lainnya, dan indikator ketika menerima sambungan berupa suara dentuman kecil yang nyaring. berbunyi "Nom"
"Aku sengaja membuat lima Nom~Aural. akan kusimpan satu untuk ku kembangkan nanti nom" Seru Elle membagikan tiga alat yang tersisa
Kuzunoha menerima alat komunikasi yang ditempa Elle. Mirip dengan yang ditunjukkan Zany, tapi kelihatannya jauh lebih baik. Zany dan Lucia juga menerima alat komunikasi tersebut.
"Baik, Terima kasih Elle." senyum kuzunoha. sambil memasangkannya di telinga. Mereka berempat sudah memiliki sebuah alat informasi sekarang. "Aktifkan." dan telinga mereka berdenging karena ada sebuah suara dentuman kecil yang menandakan alatnya sudah aktif dan berfungsi.
"Awww!" teriak Zany, Lucia juga begitu, "Anjing! kupingku sakit nih!". Namun mereka tidak melepaskannya.
"Test, apakah suaraku sampai?" Kuzunoha mencoba alat itu. Suara kuzunoa terdengar dengan jelas dan dekat sekali di kepala mereka.
"Alat yang bagus gadis kecil", Puji Lucia.
"Sekarang, kita bersiap-siap untuk berangkat, Hvyt sepertinya siap untuk mengangkut kita, mereka sudah mengarah kesini." ujar kuzunoha sambil melihat ke arah Hvyt.
"Mohon perhatikan, yang harus kita lakukan sesampainya di tempat yang diantar hvyt , pertama adalah, tes fungsi alat ini. apakah berjalan baik? kedua, cek kondisi tempat tersebut dan keanehan apa yang terjadi. Sepertinya kali ini kita tidak diberi penjelasan misi apapun. apapun yang kalian dapat, beritahukan lewat alat ini." setelah menjelaskan hal tersebut, Kuzunoha bersiap-siap untuk berangkat dengan Hvyt yang sudah berada di dekat mereka.
"Kita berangkat berbarengan?" tanyanya pada yang lain.
"Semoga saja alat ini bisa aktif di pertarungan selanjutnya nanti." Lucia masih mengaduh akibat dengingan di telinganya.
"Silahkan saja Nom, ada sesuatu yang harus kulakukan sebelumnya", ujar Elle.
Sementara itu, Zany memeluk tubuh mungil Elle lalu ia menyanyikan sebuah lagu. Berikutnya, ia bangkit berdiri,  "Aku pergi dulu, Elle. See you." ia meraih tangan sang Hvyt.
"Baiklah, Zany sudah berangkat duluan. Nona Lucia, Elle nom, saya bergerak sekarang.", Kuzunoha mendekati Hvyt dan bersiap untuk lepas landas.

***

Sementara itu...
Di salah satu ruangan di Devasche Vadi, seorang pria, dengan kemeja putih dan kacamata, juga memiliki kulit yang sepertinya retak sedang fokus pada komputer didepannya.
"Akses seluruh tempat yang ada di Nanthara Island! Tampilkan petanya ke monitor!" kata pria tersbeut kepada komputer di hadapannya.
"Permintaan sedang diproses.
"Aku berharap dapat melakukan sesuatu untuk menyelamatkan mereka semua
…" ia mengepalkan kedua tangannya erat. "Bisa tampilkan denah Devasche Vadhi?"

"Maaf, anda tidak memiliki hak akses terhadap data tersebut."

"Ya, aku tahu … tentu saja," gumamnya kecewa, namun kemudian matanya membelalak karena menyadari sesuatu. "Baiklah kalau begitu, ambil nama-nama mereka yang ada di Jagatha Vadhi dan Cachani Vadhi. Atur secara acak, salurkan mereka yang ada di Jagatha ke empat pulau, sedangkan yang ada di Cachani ke tiga pulau."

"Permintaan sedang diproses."

Pria itu menatap layar monitor dengan jantung yang berdebar-debar. Hasil dari pemrosesan data pun muncul membuat Nolan terpana.

"Menunggu perintah eksekusi."

Ia melepaskan dasi yang membebat kerah kemeja dan juga kemeja lusuhnya. Kemudian mengambil laptop kecil di salah satu meja dan segera beranjak dari tempat itu.

"Eksekusi rancangan sistem!". Setelah itu, dia berlari dengan tergesa-gesa meninggalkan ruangan.

***

Phase 3 Kaze Oh, Hikari Oh
"Kenapa kami hanya diantarkan begini padahal tidak ada pengumuman lanjutan sebelumnya seperti sistem di awal?"
Hvyt yang ditanyai hanya  terbang dengan diam, tidak menoleh sama sekali ke arah Kuzunoha. Fokus pada tujuan.
"Kenapa hanya ada pertunjukan pembantaian di layar hologram? Kenapa tidak ada angka, nama atau penjelasan lain apapun yang menjadi petunjuk untuk pertarungan kali ini?"
Hvyt itu masih tetap diam. Tidak satupun ada perubahan gesture ataupun mimik yang terdeteksi. Dalam suasana diam ini Kuzunoha terus memikirkan apapun yang bisa dia gali dari informasi yang dia dapat.
Beberapa saat kemudian, tampak sebuah pulau di bawah mereka. Sepertinya Hvyt tadi sengaja membawa Kuzunoha setinggi mungkin dan melakukan perjalanan di balik awan agar tidak bisa melihat kondisi lain selain kondisi pulau. Di sekeliling pulau juga tampak kabut yang membatasi pandangan.
Setelah mendekat, terlihatlah Pulau itu berwarna emas berkilau, semakin dekat, semakin terlihat, tumpukan koin emas tak terhingga, kotak peti harta yang jumlahnya ratusan, batu-batu mulia, mutiara, lalu...kristal amber raksasa di tengahnya. Sebuah Pulau harta, yang sepertinya siapapun tidak akan berpikir dua kali untuk membawa seluruh harta itu di tangannya.
Hvyt menurunkan Kuzunoha di salah satu sisi pulau. "Tuan Kuzunoha. Bunuhlah satu orang. Kembali ke sini segera untuk saya hantarkan kembali. Batas waktu 10 jam. Lebih dari itu, saya akan meninggalkan anda. Berikutnya, anda paham apa yang akan terjadi."
Membunuh.....hanya itu yang ingin dilihat Dewa-dewaan sepertinya.
"Selamat bersenang-senang Tuan Kuzunoha."

***

"Elle? Elle, kau disitu?" kuzunoha mencoba menghubungi temannya sesuai perjanjian yang ada. Namun, Zany ataupun Lucia tidak menjawab. Ntah apa yang terjadi pada mereka. Elle juga tidak menjawab.
Berulang kali dia mencoba, sampai akhirnya Zany yang pertama kali menjawab. Zany menjelaskan kondisi tempat yang dia datangi. Pulau dan... isinya seperti hutan tropis. Dia juga menjelaskan kalau rsanya dia ingin sekali makan apapun yang ada disitu. Padahal tidak ada rasa lapar sama sekali. Semakin lama, perasaan ingin makan itu semakin menjadi-jadi.
Berikutnya Lucia, Lucia juga menyebut pulau. Tapi yang anehnya. Lucia mengatakan, hal apapun disini rasanya membuat amarahnya memuncak dengan cepat. Walau aslinya memang dia cepat naik darah, tapi kali ini rasanya berbeda. Kondisi pulau seperti sebuah kota yang terbuang, seperti labirin. Ada jalan buntu, gerobak, lemari, televisi, apapun dalam kondisi yang hancur dan tidak tersentuh makhluk hidup.
Semakin dia mencari jalan, semakin rasanya kepala penuh dan jantungnya berdegup kencang, ingin menghancurkan apapun yang ada disitu. Kuzunoha mencoba menenangkan lucia untuk kemudian menghentikan komunikasi dengannya.

***

Apapun informasi yang dia dapatkan berusaha dia cermati dengan baik. Kuzunoha sudah tidak terkejut lagi dengan keanehan apapun yang dia dapatkan.
Dari tadi dia berusaha untuk menghubungi Elle, namun tak ada hasil.
"Jika Lucia dan Zany yang ada di pulau lain saja bisa. Kenapa Elle sulit sekali dihubungi? Dia ada di pulau mana?" Kuzunoha bergumam.
Ia lalu mengeluarkan cemilan lainnya. Ada yang bertanya darimana cemilannya bisa selalu keluar? itu misteri...bahkan di semesta yang bernama Nanthara Islands ini.
Selagi menikmati cemilannya, tiba-tiba terdengar seseorang menyahut.
"Boleh saya ikut menikmati cemilan yang anda punya?"
Kuzunoha kebingungan mencari asal suara tersebut.
"Disini Tuan. Di atas."
Hah?
Kuzunoha mendongakkan kepalanya. Sebuah permadani terbang!  Kuzunoha mendapati ada seorang pria yang menaiki permadani itu. Rambut warna coklat bergelombang, mata hijau zamrud, hidung agak mancung. Kepalanya yang dililit sorban putih bermotif kembang merah muda itu sepertinya menjadi ciri khasnya.
Pria itu menurunkan permadaninya dan berdiri, melangkah ke arah Kuzunoha. Tubuhnya tertutup rapat pakaian. Baju dan celana dari bahan kain warna coklat padang gurun. Jubahnya juga dari kain coklat kehitaman yang menjulur hingga ke mata kaki. Pinggangnya dililit kain hitam. Sepatu bot hitam menjadi penghias kakinya.
"Aladdin!"
"Heh, bukan. Nama Saya Re'eh. Re'eh Al Sahra. Salam kenal Tuan..."
"Baikai, Baikai Kuzunoha" sambutnya.
Baikai mengalihkan pandangan ke arah Permadani tadi. Penasaran. Jelas sekali kalau dia penasaran. Bagaimana dia bisa terbang menggunakan selembar permadani itu? Apa ada mekanisme tertentu?
"Anu...Anda penasarankah Tuan Kuzunoha?"
"Iya...Bagaimana bisa? Ada mesinnya kah?"
"Hahahaha... bukan Tuan. Sederhananya saya ini sedikit banyak adalah pengendali. Pengendali a-"
"Pengendali permadani." Potong Kuzunoha.
"Bukaaaaaaaan. Saya bisa berkomunikasi dengan angin. Begitu." Re'eh menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"ooooh".
"Saya sendiri tidak menyangka angin di dunia ini memiliki tenaga yang besar seperti ini. Berbeda dengan di dunia saya. Tadi saya menemukan permadani yang bagus tersimpan di salah satu sudut pulau ini. Jadi saya manfaatkan untuk mengawasi kondisi pulau."
"Jadi, apakah anda melihat ada orang lain selain kita?"
"Ti-"
"Tidak ada, tidak ada seorangpun selain kalian berdua... dan aku saat ini." Sebuah suara memotong pembicaraan mereka berdua. Sesosok wanita yang sedari tadi bersembunyi keluar dan menghampiri mereka.
Kulit putih Memakai kaos dalam hitam dibalut jaket putih yang tebal, celana jeans berwarna hitam, sepatu putih dengan sedikit aksen hitam, fingerless glove hitam di sepasang telapak tangannya. Rambut hitamnya yang panjang tertiup angin dan memberikan kesan tersendiri yang menambah kecantikannya.
"Namaku Kilatih, Altair Kilatih. Aku mengawasi keadaan disini sampai kalian berdua datang. Sepertinya kalian tidak berbahaya."
Suaranya terdengar renyah. Bukan hanya rambut panjangnya yang tersisir rapi tapi juga parasnya memang sangat cantik.
"Bunga yang indah!", ujar keduanya lepas dari kondisi tertegun. Lalu saling bertatapan tidak menyangka memiliki selera dan cara memuji yang sama. Tawa mereka lepas.
"Saudaraaaaaa," Ucap Re'eh menepuk pundak Kuzunoha.
"Ternyata kita sama saudaraaaaaaa." Balas Kuzunoha menepuk pundak Re'eh. Mereka kemudian saling berangkulan dan memuji wanita cantik yang muncul di hadapan mereka.
Mata jernih wanita itu memandang aneh kedua pria di depannya. Setelah beberapa saat, mereka saling berkenalan. Re'eh sang pengembara dan mampu mengendalikan angin juga bercengkrama dengan angin. Lalu, Kilatih sang kilat putih, pemburu cyborg, seluruh tubuhnya merupakan modifikasi antara nanotechnology dengan manusia.
Obrolan pun berjalan cukup lama, membahas asal realm masing-masing pola kematian, motivasi dan harapan mereka, umur, alamat, hobi, makanan kesukaan, minuman favorit, tempat karaoke favorit. Dilanjut dengan kejadian-kejadian yang mereka alami dan rasakan.
Yang paling menarik dari pembicaraan mereka bertiga adalah pembicaraan mengenai filosofi benar – salah, pemahaman Re'eh tentang manusia-manusia arogan berbanding dengan dunia campur aduk milih Kuzunoha dan Kilatih dimana-masing-masing dari mereka interaksi nya sudah lebih jauh dari sekedar manusia dengan manusia. Namun dengan Demon yang berbeda dimensi sampai dengan teknologi tercanggih manusia, cyborg dan Teknologi Nano.
Pemahaman masing-masing atas kekuasaan dan misteri ilahiah juga mewarnai diskusi mereka. Belum lagi kegeraman mereka juga sama terhadap Dewa Merah yang mengaku Tuhan yang mengumpulkan mereka kali ini. Lalu, bahasan beralih ke filosofi berpedang...
Waktu terus mengalir...
Mereka bercengkrama karena tidak merasakan adanya ancaman yang besar dari masing-masing pribadi. Entahpun karena insting mereka perlahan tumpul karena pulau aneh yang mereka pijak.

***

Phase 4: Swords master, Dolls master
Kilatih mulai merasakan desir aneh dalam dirinya. Kecintaannya pada pedang mulai membuncah. Melihat pedang yang disandang oleh masing-masing pria di depannya memicu nafsu terdalamnya.
Harta, logam mulia ataupun berlian tidak menarik minatnya. Tapi kedua pedang di depannya meningkatkan hasrat aneh dalam dirinya. Kilatih yang merasakan keanehan dalam dirinya mencoba menahan.
"Pedang..." ternyata pertahanannya goyah. Kedua pedang di depannya begitu menarik perhatiannya.
"Pedang?", Tanya re'eh pada kilatih.
Kilatih yang terkejut karena mendapati dirinya mengucapkan itu tanpa sadar mencoba melanjutkan pembicaraan.
"Ah, ya.. itu.. dari duniaku yang dulu, aku sangat suka dengan pedang..berbagai macam pedang.".
"oooh! Ternyata nona kilatih seorang penggemar PEDANG! Saya juga mengagumi berbagai jenis pedang. Keindahan lekukannya, ketajaman sisi yang diasah, belum lagi berbagai macam delima ataupun hiasan yang menepel di gagang kadang bisa menunjukkan pribadi pemiliknya. Dan itu terbukti dari berbagai pedang yang dimiliki para Raja pada masa-masa terdahulu", Re'eh kemudian menjadi sangat antusias. Pengetahuannya serasa diuji disini.
Kuzunoha mengangguk mengiyakan pernyataan Re'eh.
"Kita bertiga punya PEDANG ya?", ucap wanita cantik itu. Kuzunoha dan Re'eh bertatapan.
"Iya, kita berdua memang punya PEDANG ya Tuan Kuzunoha?", ucap Re'eh pada Kuzunoha.
"Boleh lihat pedang kalian?" tanya kilatih, sepertinya semakin tidak bisa menahan hasratnya.
"Eeeeeeh?" serentak Kuzunoha dan Re'eh bereaksi pada ucapan kilatih, spontan melindungi pedang berharga milik mereka berdua. Siapapun ahli pedang pasti tidak mau pedangnya sembarangan ditunjukkan jika bukan saat yang darurat.
"urgh.. maksudku.." Kilatih salah tingkah.
Kuzunoha dan Re'eh kembali bertatapan. "Baiklah, bagaimana kalau kita saling memamerkan PEDANG kita?" ujar kuzunoha ke dua orang di hadapannya.
"Kalau Tuan Kuzunoha berkata begitu, apa boleh buat. Ayo Nona Kilatih.", tukas Re'eh.
Mereka bertiga mengeluarkan pedangnya masing-masing dari pelindungnya. Re'eh dengan Pedang berbilah melengkung, bentuk yang umum di daerah padang pasir. Sangat terawat. Tajam dan memiliki nuansa yang berbeda dengan pedang biasa.
Kilatih dengan Katana Putih, ditempa dari besi salju, mineral yang hanya ada di lembah Altair, pedang tersebut terlihat sangat kokoh dengan karakteristik yang bening dan hampir transparan. Gagang Katana Putih berwarna putih salju, nyaman dan terasa kuat dalam genggaman. Sangat sesuai dengan Tuannya.
Lalu, Pedang Kuzunoha, berwarna hitam legam, katana yang agak panjang dengan gagang yang khas. Ditempa dari biji meteor dan sisik apollyon, terlihat berat dan juga sangat kokoh. Kuzunoha menyebutnya Masakado.
 "Boleh saya memegang pedang kalian berdua?" Kilatih memasukkan pedangnya kembali sembari meminta izin pada kedua pria unik di depannya.
Ragu, tapi mereka merasa tidak ada salahnya meminjamkan sebentar pedangnya ke wanita secantik kilatih.
"Silahkan", Kuzunoha menyerahkan pedangnya pada kilatih, begitu juga dengan Re'eh. Tanpa mengetahui perubahan di dalam diri kilatih.
"Pedang yang sangat bagus." Ujarnya saat memegang kedua pedang itu bersamaan. Perlahan warna mata kilatih berubah. Seakan tatapannya kosong namun penuh keberhasilan. Warna matanya menjadi emas seluruhnya. Lalu Kilatih pun tertawa terbahak-bahak.
"Pedang...pedang yang sangat bagus..haha..hahahaha..HAHAHAHAHAHAHA!!!!" tawanya membahana.
Kedua pria itu kebingungan melihat kejadian yang ada di depannya.
"PEDANG INI MILIKKU!!! MILIKKU! DENGAN INI AKU MENJADI SEMAKIN KUAT. INI PEDANG-PEDANG YANG HEBAT!!!! PEDAAANGG!!!"  Kilatih menjadi seorang wanita yang maniak akan pedang. Tidak ada yang tau apa yang menyebabkannya menjadi seperti ini.
"Nona kilatih! Sadarlah!". Re'eh berteriak pada wanita yang sudah kehilangan kewarasan di depannya.
"Tuan Re'eh, jaga jarak, ini berhaya. Kita tidak tau apa yang terjadi pada nona kilatih. Salah langkah malah kita akan terbunuh."
Re'eh menggeram, terpaku. Dia sadar ini sebuah kecerobohan. Kecerobohan besar baginya dan Kuzunoha. Lalu dia tiba-tiba tersadar.
"Tuan Baikai, ingatkah pada pernyataan tuan saat kita mengobrol tadi? Tuan Bilang Jagatha Vadi membuat emosi-emosi dasar pada diri manusia semakin membuncah dan kacau. Sesampainya disini, dengan seluruh harta ini. Bukan hanya tuan, tapi saya juga merasakan keanehan. Adanya keinginan besar untuk memiliki harta yang ada disini."
"Iya...Apa mungkin ini pengaruh pulau ini? Tapi kenapa kita tidak terpengaruh seperti halnya Nona kilatih?", jawab Kuzunoha.
"Mungkin karena kita berdua bukanlah orang yang memiliki hasrat dunia wahai Tuan Baikai. Kita sejenis. Di saat kita menyadari keanehan pada diri kita, kita berusaha menahan dan berpikir secara mendalam." Re'eh berusaha menjelaskan dengan tetap waspada pada kondisi nona kilatih yang masih girang dengan apa yang dipegangnya.
"Ah, benar juga. Berarti. Selain Nona kilatih, seluruh penghuni pulau ini akan mengalami hal yang sama?! Ini gawat. Tapi, seharusnya Nona kilatih tidak menjadi seperti ini..dia kan tidak tertarik dengan harta?" Kuzunoha semakin bingung dengan kenyataan yang mereka dapatkan.
Re'eh hanya menggelengkan kepala. Tidak memahami lebih lanjut apa yang terjadi sekarang ini. Berikutnya yang mereka tahu, Kilatih mulai menyerang mereka berdua.
"Agar kedua pedang ini sempurna jadi milikku, aku harus membunuh kalian terlebih dahulu!" serbu kilatih menebaskan pedang ke arah mereka berdua.
Baikai kesulitan menghindari Kilatih, masih mencari cara untuk mencari penyebab yang ada dan berusaha agar tidak melukai siapapun. Sedangkan Re'eh lebih lincah. Dengan menunggang angin dia bisa bergerak cepat. Namun, dia sama sekali tidak menyerang kilatih. Sama seperti Kuzunoha, tidak ingin menyerang wanita di depannya.

***

"Nona Kilatih, sadarlah." Entah sudah berapa kali dan berapa lama mereka meneriakkan itu.
Kemampuan angin milik Re'eh juga sulit menahan gerakan Kilatih. Kuzunoha tidak mau mengeluarkan Demonnya. Dia masih berjaga-jaga untuk kemungkinan terparah. Tapi memang, Kemampuan kilatih diatas mereka berdua saat ini. Ahli pedang yang dilengkapi perlengkapan nanotechnology.
Sedangkan dua pria di depannya tidak bisa melakukan serangan satupun. Bukan hanya karena pedang mereka diambil alih kilatih. Tapi juga karena sifat mereka.
Kuzunoha dan Re'eh terdesak. Re'eh berbisik pada Kuzunoha.
"Aku akan mencoba menghentikan gerakan Nona kilatih sekali lagi. Saat itu, kita dekati dia dan kunci tangannya. Kita harus menahannya dan menyadarkannya."
Kuzunoha mengangguk. Re'eh mulai berbicara dengan para angin. Sedetik berikutnya angin berkumpul di sekitar kilatih dan menahannnya.
"Ayo!" ujar Re'eh.
Mereka berdua lari dan menangkap tangan kilatih, Kali ini tenaga dua pria mampu mengatasi gerak lincah kilatih.
"Nona Kilatih, sadarlah!"
"Tiddd---daaaak!!!!" Kilatih terus meronta. Hal ini memusingkan mereka berdua. Mereka kehabisan cara.
"Mau dibantu kakak-kakak sekalian?" suara ntah darimana terdengar di dekat mereka.
"Tapi tidak deh, aku dapet mainan banyak nih akhirnya hihihihi".
Tiba-tiba kuzunoha roboh. Punggungnya terluka cukup dalam. Beberapa boneka menusuk Kuzunoha dan menghantam kepalanya.
"Tuan Kuzunoha!" Re'eh yang hilang konsentrasi melonggarkan pegangannya pada lengan kilatih.
Kilatih mendorongnya dan membuat tubuh Re'eh terlempar. Kilatih langsung kembali menyerang Re'eh. Namun Re'eh kewalahan.
Seorang anak laki-laki, umur sekitar 8 tahun, keluar dari salah satu peti harta di dekat mereka.
"Halo kakak-kakak calon koleksiku, namaku Nim Immanuel. Dan....aku. suka. Bonekaaaaaaaaaaaaaaaaaa". Kondisi bocah itu sama anehnya dengan kilatih.
Dia mengarah ke kilatih dan mencoba melakukan sesuatu padanya.
"Kakak kelihatannya paling kuat ya, kakak kukendalikan dulu deh."
"Apa, siapa kau! Kau mau merebut pedangku ya?!" teriak kilatih murka.
Kilatih mengayunkan dua pedangnya ke arah nim, namun boneka-boneka yang dikendalikan nim menghalanginya.
"Minggir! Kubunuh kau!"
Namun sesaat setelahnya, Kilatih jadi terlihat aneh, gerakannya tidak seluwes tadi.
"Urgh, kenapa ini. Kenapa tubuhku tidak mau menuruti perintah?"
Kilatih memberontak, kemudian, walaupun mulutnya mengoceh tidak karuan, tubuhnya bergerak tidak sesuai.
"Sekarang, tubuh kakak sudah aku kendalikan loh. Hahahahah aku suka boneka cantiiik..."
Tawa bahagia anak-anak yang dikeluarkannya tidak membuat orang merasa lega, malah menjadi teror yang kuat untuk kedua pria yang sekarang hampir tak berkutik.
Kuzunoha mencoba merangkak menjauh dari tempat tersebut.
Selain Belial tinggal Alice dan Pixie. Orochi belum pulih. Aku belum boleh menggunakan item khusus disini. Serangan Kohryu efeknya terlalu besar untuk yang lain. Dua demon masih belum terlalu patuh, aku tidak mau mengambil resiko. Satu lagi, aku tidak tahu demon yang ini. Hanya Belial yang bisa bertarung. Tapi...tidak...jangan sekarang.
Dalam sekelebat, Tubuh Kuzunoha terangkat. Rupanya Re'eh meminta pada angin untuk mengankut tubuh kuzunoha dan dirinya untuk segera kabur dari tempat itu. Paling tidak, untuk saat ini.

***

Phase 5: Gold is Mine, Mine is Mine.
"Tuan Kuzunoha, peti ini cukup besar dan ada lubang udaranya, anda beristirahat disini dulu. Aku akan melihat keadaan. Kondisi ku tidak terlalu bermasalah, khawatirkan diri anda."
Re'eh menutup peti itu dan terbang bersama angin. Sedangkan Kuzunoha sendiri tergeletak tak berdaya di dalam peti.
"Belial..." kuzunoha mencoba memanggil demon untuk menyembuhkannya.
Tapi...
Sepertinya dia salah mengeluarkan demon. Walaupun peti itu besar. Kehadiran Belial membuat peti itu sesak.
"...." Belial hanya melihat kuzunoha.
"...." Kuzunoha...menyesal.
Kuzunoha kemudian dengan tenaga yang masih ada, mengembalikan belial ke dalam tube lagi dan berusaha memanggil pixie. Pixie menyembuhkannya perlahan lalu menjaga kuzunoha di dalam peti itu.
"Aku harus berpikir...berpikir..."
Sekejap kemudian Kuzunoha masuk ke dalam ruang pikiran. Dia berusaha menggabungkan semua data yang dia miliki secepat mungkin.
Pulau. Bukan dimensi milik peserta. Kondisi yang berbeda dengan pertarungan pertama di masing-masing blok. Kali ini tidak ada blok. Hanya dilempar acak ke pulau.
Pulau ini, berisikan harta dan batu mulia. Peserta yang kutemui. Re'eh dan Kilatih, lalu anak lelaki yang memiliki banyak boneka. lalu aku mencium ada seorang lagi disini. Walau begitu, penciuman dan emosiku sedikit kacau disini. Re'eh juga begitu.ketertarikan terhadap emas, kemampuan kam membuat kami i mampu menahan diri dari kondisi itu.
 Sedangkan kilatih, menjadi tidak waras. Dia tertarik dengan pedang dan membuatnya kacau.  Sekarang dia dikendalikan anak pemilik boneka itu.
Anak pemilik boneka mengatakan  kalau kami adalah harta yang pantas menjadi koleksinya jiwa kami. kami akan menjadi bonekanya.
Harta. Pedang. Boneka. Keinginan untuk memiliki. Hasrat diri.
Hm...
Apa bedanya dengan pulau lain?
Zany, pulau penuh dengan makanan. Semua orang disekitarnya jadi gila akan makanan. Zany juga merasakan ada hasrat aneh dalam dirinya untuk terus menguasai dan makan makanan kesukaan yang muncul terus di hadapan dirinya.
Lucia, emosinya menjadi parah. Tak tertahankan, keinginan merusak, menghancurkan, bukan dirinya saja tapi satu pulau. Peserta lain juga katanya menjadi murka dan terus marah.
Gila makanan, murka dan amarah membuncah. Hasrat diri.
Hmmm..
Hasrat diri, hasrat untuk memiliki, hasrat terdalam. Hasrat...
Ah!
Jangan-jangan. Ya,ini pasti seperti yang tertera di naskah kuno, yang disebut sebagai kitab Tujuh Dosa manusia. Hasrat memiliki benda/hal apapun secara duniawi disebut Greed. Hasrat Amarah, Wrath. Dan...hasrat untuk makan, Gluttony.
Kami dikirimkan ke tempat seperti ini?
Ini ujian?kami harus menghadapi diri sendiri?begitu maksudnya?
Tapi oleh siapa?Thurqk? dia hanya ingin melihat pertarungan. Bukan jenis yang berpikir hebat seperti itu.
Jika ditelaah, aku merasa ada orang lain di balik ini. Adanya perbedaan antara pertandingan pertama dengan yang sekarang. Adanya pertemuan dengan Thurqk dan layar hologram. Sedangkan kali ini hanya penampilan Thurqk dalam membinasakan kontestan yang tidak disukainya.
Ada orang yang membantu atau diperintah Thurqk untuk hal ini.
Hm...
TERNYATA THURQK BUKAN DEWA YANG MAHA KUASA!
Tepat setelah berpikir itu, ada dentuman keras yang terdengar di dekat Kuzunoha. Dia langsung sadar dari ruang pikirannya.
"Apa? apa bocah itu melakukan sesuatu? Urghh..", Kuzunoha mencoba mengintip keluar. Tidak ada penampakan bocah boneka itu.
Kuzunoha melangkah keluar perlahan dari peti harta itu dan menjelajah. Tidak ada satu sosok pun terlihat.
"Tuan Re'eh..." dia mencoba melangkah mencari pria bersorban yang menjadi penyelamatnya.
"Ugh..penciumanku masih kacau."
Kuzunoha mencoba menghubungi lagi zany dan Lucia. Tidak ada jawaban. Kali ini dia berusaha menghubungi Elle.
"Elle nom, kau disitu? Elle nom?"
Suara gemerisik berganti dengan suara seorang wanita, namun sepertinya suasananya sedang tidak baik. "Lepaskan Nom! Kau menyakiti kepalaku nom! Lepaskan dasar pencuri harta!".
"Elle! Kau tidak apa-apa?Elle?! kau dimana?!"
"Lepaskan noooom!" suara Elle bercampur dengan angin yang menderu di sekitarnya.
Kedengarannya Elle tidak menyadari nom aural yang dimilikinya aktif. Berikutnya yang terdengar adalah dentuman besar lagi dari alat komunikasi itu. Kuzunoha bukan hanya mendengar itu di nom aural, tapi di dekatnya. Beberapa puluh meter, di dekat Ambernite raksasa.
Kuzunoha mengganti Pixie dengan Metatron. "Kamikaze..." dengan satu perintah metatron melempar kuzunoha langsung ke arah suara dentuman itu. Yang dilihat kuzunoha berikutnya membuatnya terkesiap. Re'eh terbaring tak berdaya dan Elle ada di sebelahnya, kelelahan.
"Elle!", ternyata 1 orang kontestan yang dia rasakan adalah Elle. Elle berada di satu pulau dengannya.
Kuzunoha berlari menghampiri Elle yang terduduk, Elle berulang kali bergumam, "..dasar pencuri harta..".
Kuzunoha mengguncang tubuh Elle, mencoba menyadarkannya. Tapi Elle sendiri sepertinya sudah terpengaruh dengan kondisi pulau Greed ini.  Matanya sudah berubah menjadi berwarna emas.
Kuzunoha meninggalkan Elle dan beralih ke Re'eh.
"Tuan re'eh! Tuan! Anda tidak apa-apa?"
"Ugh...aku..tidak mau...dan tidak bisa..bertarung dengannya..." untuk berikutnya dia pingsan. Kuzunoha mengganti Metatron dengan Pixie. Menyuruhnya menyembuhkan kondisi Re'eh. Luka Re'eh sembuh, Tapi re'eh tetap dalam kondisi pingsan.
"Dia..masih hidup! Pencuri harta masih hidup! Akan kuhabisi nom!" Elle yang sedari tadi terduduk lelah mulai bangkit dan menyerbu ke arah Re'eh. Kuzunoha menahannya.
"ELLE! Elle! Sadarlah! Ini aku Zuzu! Sadarlah! Jangan terkena pengaruh pulau ini Elle!", Kuzunoha mengguncang-guncak pundak Elle.
Elle tetap menyerbu dan menyerang kuzunoha yang menghalangi. Kuzunoha menghindar dan tetap berusaha menahan Elle agar tidak terlalu agresif.
"Elle! Ingat Elle! Aku temanmu! Zuzu! Elle!"
Elle terdiam beberapa saat. Melihat orang yang ada di depannya, entah kenapa perlahan kesadarannya kembali. Warna matanya kembali normal.
"Zuzu..."
Elle kemudian sadar dan memeluk temannya dengan haru. "Zuzu!! Zuzuuu!! Zu..zuzuuuu!!!" Elle kemudian terisak, menangis dan terbata-bata.
"Zu..zuzu, Aku takut nom...aku takut! Huaaaa..."  tangisan Elle pecah.
"Tenang Elle. Tidak ada yang perlu kau takuti." Ujar kuzunoha berusaha menenangkan.
"aku takut pada diriku sendiri nom..." tubuh gempal itu jatuh terduduk, sendu.
"Aku tidak mau hal lama terulang lagi nom. Aku bangsa gnome nom. Seperti bangsaku yang lainnya, aku pasti akan langsung tertarik dengan emas nom." Tatapnya nanar ke arah Kuzunoha.
"Lihat semua ini nom, emas...nom..." Elle perlahan terdiam.
"...dan...itu nom..." Elle menunjuk ke arah Ambernite raksasa.
"Amber...nite..nom.." Elle menunjukkan gejala aneh lagi. Dia berdiri dan melangkah ke arah kristal raksasa itu.
"Amber...nite...nom..." Kuzunoha berusaha menahan Elle.
Elle kembali masuk ke dalam kondisi terpengaruh. Warna matanya dalam sekejap menjadi emas lagi. Efek pulau ini terlalu berbahaya buat Elle. Gnome adalah bangsa penambang. Semua yang ada di pulau Greed menjadi pemicu terbesar untuk Elle menjadi tidak waras.
"Lepassskan nom...amber nite nom..." Kuzunoha terus berusaha untuk menarik Elle. Namun gagal. Entah darimana tenaga sebesar itu muncul dari tubuh kecil dan gempalnya.
"LEPAS NOM!" Elle melemparkan beberapa bom cahaya sekaligus ke arah kuzunoha.
Kuzunoha kesulitan melihat, matanya yang sebelah terasa seperti terbakar. Dia memfokuskan pada mata yang satunya. Berusaha mengejar elle yang lari ke arah ambernite.
"tinggalkan aku nom! Ini semua adalah milikku!"
Elle mencoba menyerang kuzunoha dengan peralatan-peralatan khusus yang dia miliki. Kuzunoha yang berusah auntuk tidak menyakit temannya kewalahan menghadapi serangan Elle.
"ZUZU! Kau pasti juga menginginkan harta ini kan nom? Kau pencuri harta juga nom!" Elle semakin beringas menyerang dengan apa yang dia miliki.
Kuzunoha mengeluarkan revolvernya. Menembakkan keseluruh enam pelurunya dengan jeda per 3 detik. Namun Elle bisa berlindung menggunakan perisai energi dari Comwatchnya.
"Huh! Itu tidak akan...berg...una..nom..zz..kau..penc....zzzzz"
Tiba-tiba Elle tertidur. Tidak sadar dengan Pixie yang teleport dan mendekatinya dari belakang. Mengucapkan mantra [Dormina] dan membuat Elle tidak sadarkan diri, tertidur lelap.
"Ternyata mantra yang aku pelajari diam-diam dari Ratu Titania sangat ampuh! Hehe.." Pixie kegirangan karena berhasil menyelamatkan tuannya.
"Terima kasih Pixie...tunggu disini sebentar."
Kuzunoha mendekati Elle dan melihat kondisinya. Sepertinya Elle tidak akan terbangun untuk sementara. Kuzunoha merasa lega.
"Kalau begini rasanya satu pulau menjadi musuhku dan Re'eh. Sangat tidak beruntung..." lirih Kuzunoha.
"Tenang Tuan! Pixie disini bersama tuan!" jawabnya ceria. Kuzunoha tersenyum memperhatikan Peri kecil di depannya.
Tapi, ketenangan itu bukan hak Kuzunoha saat ini. Si bocah boneka sudah berada di dekat mereka.

***

Phase 6: I have Dolls!, I Have Demons!
"Kak Baikai, menyerahlah, jadi bonekaku saja, mau ya?" teror Bocah boneka pada  Kuzunoha.
Kuzunoha hanya terdiam, dia mengisi revolvernya sampai penuh. Ketiadaan pedang di genggamannya membuatnya tidak bisa bertahan dari serangan langsung. Dia bertaruh penuh dengan kelincahannya, demon yang dipilihnya, juga....sedikit keberuntungan.
Selama dia berusaha menenangkan Elle ternyata Nim mendekat ke mereka. Sekarang bukan hanya kilatih yang dikendalikan Nim, tapi juga tubuh Re'eh. Kilat memegang dua pedang, pedangnya dan Masakado. Re'eh memegang pedangnya sendiri. Selain kilatih darn Re'eh ada dua boneka kecil yang dikendalikannya, melayang di sekitar dirinya. Yang anehnya, sekarang ada boneka yang dipanggul di bahu Nim. Padahal sebelumnya tidak ada. Boneka itu tidak melayang, seakan berpegangan penuh pada Nim.
"Kedua kakak-kakak ini cukup kukendalikan begini saja. Aku ingin kakak yang berubah jadi bonekaku. Mau ya? biar lebih mudah, sama seperti Hvyt ini. Juga, pertarungan disini bisa langsung selesai." Dia memamerkan boneka hvyt yang dia miliki.
Itu...dia mampu menjadikan Hvyt itu seperti boneka mainan?
Sekarang Kuzunoha benar-benar tersadar dengan kondisi bahaya yang ada di depannya. Mau tidak mau, bertarung adalah jalan yang harus dilakukan.
"Pixie, kesini..." dia memanggil Pixie ke sisinya, juga mengeluarkan Belial dari salah satu tube nya.
Kuzunoha melihat ke arah pixie. Pixie paham apa yang harus dilakukan. Belial melihat bocah yang ada di depannya.
"Ini lawan kita kali ini tuan?" merendahkan lawan yang akan dihadapinya kali ini.
Alih-alih menjawab, Kuzunoha berujar pada Nim, "Lepaskan Kilatih dan Re'eh, mereka tidak ada salah apapun padamu. Juga, aku tidak mau menjadi bonekamu. Kau sudah memiliki cukup banyak boneka."
"Ooooo tidak biisssaaaa. Aku suka boneka loh kak. Dan apapun yang bisa kujadikan boneka dan kukendalikan HARUS JADI MILIKKU !!" ujarnya geli. Dia benar-benar sudah terpangaruh dengan kondisi pulau. Parahnya yang disukainya adalah makhluk apapun yang bisa dikendalikannya. Bagaimanapun, kerakusan menjadi titik awal kehancuran. Kuzunoha akan mengajarjan hal itu padanya.
"Dormina at hexfort Dormina at hypnos", Pixie melakukan hal yang sama pada nim dengan yang dilakukannya pada Elle.
"Hah?" Nim menoleh ke belakang, "Apa yang kau lakukan peri kecil?" Pixie panik, ternyata mantra Dormina tidak berpengaruh pada Nim. Nim menyerang Pixie yang panik menggunakan dua boneka kecil yang dikendalikannya.
Dormina tidak mempan. Artinya...dia bukan makhluk hidup biologis. Jika tubuh itu bukan makhluk biologis. Berarti dia apa? dan..gimana caranya dia mengendalikan semua boneka juga manusia?
Kuzunoha mencoba mencari titik lemah Nim. Dua tembakan dilepaskan ke arah boneka-boneka yang menyerang Pixie, satu tembakan mengarah ke kepala Nim.
Dua boneka itu hancur sedangkan peluru yang mengarah ke kepala Nim ditangkis oleh pedang kilatih.
"Kakak curang! Untung aku bisa melihatnya kan!" Teriak Nim, namun kepalanya tetap menoleh ke Pixie. Lalu mengeluarkan dua boneka lainnya sebagai pengganti boneka tadi.
Apa-apaan anak ini. Bagaimana bisa?
"Belial, api." dua peluru lainnya ditembakkan kuzunoha dengan penuh fokus, magnetite menyelimuti masing-masing peluru, kemudian dilapisi lagi dengan api dari Belial.
Peluru pertama membakar boneka yang baru dikeluarkan Nim. Peluru kedua mengarah ke Nim namun kembali ditangkis Kilatih, tapi kali ini peluru itu mental ke arah lain. Satu boneka lain yang dikendalikan Nim, terjatuh. Tidak bergerak. Sepertinya peluru tadi memutuskan sesuatu.
Kuzunoha Sadar akan sesuatu setelah melihat itu.
"ck..." Nim berdecak kesal. "Kakak tidak mau menurutiku ya...".
Nim mendekati kuzunoha. Tapi peluru keenam tiba-tiba menembus lengan kanan Re'eh. Re'eh yang sedari tadi pingsan menjerit kesakitan. Terkena peluru api itu bukan suatu hal yang menyenangkan.
"Apa ini?!" sadar kalau dirinya tidak bisa dikendalikan membuat Re'eh panik.
"Re'eh, tangan kananmu sudah bisa digerakkan kan?! tidak usah panik, tolong buat kilatih menjatuhkan pedangku! Cepat!".
Re'eh yang mencoba memahami situasi langsung berusaha menepuk tangan kiri kilatih menggunakan pedangnya. Membuatnya menjatuhkan Masakado.
"Belial! Serang anak itu tanpa melukai Kilatih dan Re'eh." Perintah kuzunoha sembari menyerbu ke depan sekali lagi.
Kuzunoha berusaha mengambil Masakado, namun dicegah Nim. Dia menggunakan keahlian kilatih dalam gerak cepatnya dalam bermain pedang. Dalam sekali langkah pipi kuzunoha terluka dengan sabetan pedangnya. Lalu mengambil Masakado dari tanah. Kini kilatih kembali memegang dua pedang.
Tidak ada perubahan dari kondisi awal. Belial yang berusaha menyerang juga kewalahan dengan kepandaian bermain pedang Re'eh. Re'eh sudah kembali dikendalikan oleh Nim.
"Hebat kak, bisa tau dalam sekejap kalau aku memakai benang energi untuk mengendalikan mereka gara-gara ada boneka yang jatuh. Makanya kakak menembak lengan Kak Re'eh dengan peluru energi kan?"
Kuzunoha terdiam. Dia mengisi lagi Revolvernya dengan peluru lain.
Dalam kegirangannya Nim bermain-main, tertawa dan menyerang Kuzunoha dan Belial. Waktu terus berlalu. Luka disekujur tubuh Kuzunoha semakin banyak. Belial juga kehabisan energi.
"Ayo kak! Serang aku!!!! Hahahaha"
Serangan pukulan Kuzunoha sama sekali tidak berpengaruh pada kilatih. Tubuh dengan gabungan Nanotech nya menjadi kekuatan terbesar kilatih. Sedikit mencengangkan, hanya karena pengaruh pulau kerakusan ini membuatnya mudah sekali jatuh ke tangan bocah yang suka main boneka seperti Nim.
Kilatih bergerak cepat dan melakukan double jump, menyerang Kuzunoha dari atas. Kuzunoha mengelak, pedang kilatih menghantam tumpukan harta karun dan membuatnya tersebar kemana-mana.
Kuzunoha memanfaatkan kesempatan ini, dengan membatasi pandangan Nim dia bergerak mendekati Nim, mengeluarkan revolernya dan berusaha menembak Nim tepat di kepala.
Letupan revolver terdengar keras, tapi kepala Nim selamat karena Kilatih menhan lengan kuzunoha. Kilatih sudah ditarik kembali ke sisi Nim, kemudian maju, melakukan sliding dan menendang paha Kuzunoha disambut dengan kuncian kaki. Kuzunoha masih mampu melepaskan diri dan berkelit kembali ke arah Nim.
Kilatih menyerang Kuzunoha dengan kedua pedangnya. Kuzunoha yang berusaha menghindar tergelincir dan pijakannya menjadi goyah. Dalam sekejap Pedang kilatih menembus kaki Kuzunoha membuatnya tidak bisa bergerak. Kuzunoha meraung, meringis kesakitan, Sedangkan Masakado disiapkannya untuk menebas Kuzunoha.
"Hahahah! Sudah saatnya kak! Sudah saatnya!!!!" Nim mendekati Kuzunoha.
Re'eh yang sedari tadi masih memiliki kesadaran merasa tidak berdaya. Wajahnya menyiratkan kesedihan dan kemarahan.
"Tuan Kuzunoha! Aku tidak bisa mengendalikan diriku seperti ini. Aku merasa malu! Tapi aku masih bisa mengendalikan angin! Angin tidak akan menyerang siapapun! Aku akan membuat mu lepas dari cengkraman kilatih dan menahannya. Tapi tidak bertahan lama!" ujar Re'eh dengan perasaan tertekan yang dalam. Dia tidak ingin menyerang sahabat barunya disini.
"Wahai angin! Temanku! Ubah kesedihan dan kemarahan ku ini menjadi perlindungan, datanglah dan bantulah saudaraku yang kesulitan.!"
Angin di pulau itu menderu dengan sangat keras. Seperti raungan dan tangisan yang mewakili perasaan Re'eh, Angin itu berkumpul di sekitar nim, membuat nim kesulitan bergerak. Kilatih, boneka dan Re'eh terhenti pergerakannya.
"Sekarang Tuan Kuzunoha!"
Kuzunoha menarik pedang kilatih dari kakinya, berusaha bangkit, melepaskan genggaman kilatih dari Masakado.
Kuzunoha segera melepaskan serangan, dia memfokuskan seluruh energinya ke arah pedang, menyelimuti pedang itu dengan magnetite.
"BELIAL PYRO KILLER!!!!", entah kenapa Kuzunoha berteriak keras disini. Dia berusaha menuntaskan semuanya dalam satu serangan ini.
Pedang yan diselimuti magnetite tadi kini dilapisi lagi dengan api. Kuzunoha melakukan serangan bertubi-tubi, "Fire Slash!"
Bukan hanya melukai tubuh nim, seluruh benang energi yang mengendalikan re'eh dan kilatih terputus. Keduanya terjatuh dan pingsan.
Anehnya, Nim memegangi pipi kirinya padahal tidak terluka. Yang terluka malah adalah tangan, kaki, tubuhnya. Nim ketakutan dan mengesot mundur.
"urgh...kakak membuat aku kehilangan mainanku..." Nim berusaha melantunkan lagu utnuk melancarkan dan menghentikan serangan Kuzunoha. Nim mencoba menghipnosis kuzunoha.
Namun, belum lagi lagu itu selsai. Kuzunoha membentaknya "DIAM!". Nim bergidik. Dia terdiam. Kuzunoha memperhatikan dengan seksama. "Jadi, Boneka yang ada di pundakmu itu yang merupakan inti nyawamu?" Kuzunoha mengarahkan pedangnya ke arah leher boneka panda itu.
"a...aaa, ja-jangan sakiti aku kak." Nim ketakutan.
"Aku tidak ingin membunuh siapapun disini. Bisa kita berhenti bermain-main sekarang?"
Nim yang seakan-akan sadar dari kondisinya yang terpengaruh dengan kerakusan pulau mengangguk, mengiyakan pernyataan kuzunoha. Setelahnya tertunduk, lesu.
Kuzunoha berjalan terseok ke arah Re'eh dan Kilatih, mengecek keadaan mereka. Mereka berdua masih hidup, namun tenaganya terkuras habis. Nim menggunakan mereka melebihi batas wajar yang mampu mereka lakukan.
Kuzunoha menyuruh Belial menyembuhkan mereka berdua sebelum akhirnya kembali ke dalam tube kediamannya. Kuzunoha menggeser tubuh mereka ke tempat yang nyaman di dekat Elle.
"Sekarang.. bagaimana caranya keluar dari pulau ini? Waktu tinggal sedikit lagi..."
"Aku tau jawabannya kak, dengan mati!" tiba-tiba nim muncul lagi.
Nim menyerang Kuzunoha lagi. Tanpa mempedulikan ada tubuh lain disitu, Nim hanya terfokus pada Kuzunoha.
"Kakak cukup mati dan jadi bonekaku. Aku bisa keluar dari sini karena sudah menyelesaikan tugas dan mendapatkan mainan baru. kakak juga tidak perlu pusing karena bisa keluar dari sini tanpa membunuh orang!" raut wajah Nim semakin sengit, tertawa geli dan warna matanya kembali sama seperti saat terpengaruh kondisi pulau.
"Lihat mataku kak, dan semuanya akan selesai.. dalam 10 detik!" Kuzunoha tertegun, dia memperhatikan mata Nim.
3 detik...
Tidak! ARGH! Kenapa aku tidak bisa bergerak!
4 detik...
Apa ini, aku tidak bisa mengalihkan pandanganku!
5 detik...
Re'eh!
6 detik
Kilatiih!
7 detik...
ELLEEE!!!
8 detik...
Tidaaak!
"Bersiiaplah kaaak" Nim tertawa girang sambil tetap menatap kuzunoha.
"TUAAAAAANNN!!!!! HIYYAAAT!" Pixie datang dan menyerbu ke arah Nim, menjambak rambut nim dan dengan bergantung pada rambut yang dipegangnya, dia berayun dan menendang kedua mata Nim.
"ARRRGGHH!!!!!!" Nim bergelut kesakitan.
"MATAKUUUU!!!"
"Rasakan! Tuan! Cepat tutup mata tuan dan pakai mata yang ini!" Pixie melepaskan penutup dahi Kuzunoha.
Nim membuka matanya yang masuh terasa pedih. Tak dinyana, pandangannya bertemu dengan mata ketiga Kuzunoha. Begitu juga dengan mata imanuel, sang  boneka berisikan setengah dari jiwanya dan menjadi pengendali utama Nim.
Nim Imanuel sejatinya adalah  bocah 8 tahun yang sangat menyukai boneka. Namun karena suatu hal, jiwanya dikurung oleh kakaknya. Tabita dalam sebuah boneka panda kecil. Sekarang, Nim adalah Boneka manusia yang hidup hanya dan dikendalikan sepenuhnya oleh Imanuel,  boneka pada tempat jiwa dan pikirannya bersemayam. Tanpa Nim, Imanuel tidak akan bisa apa-apa. Dan jika Imanuel terluka atau mati, maka musnahlah mereka berdua.
Kuzunoha menciptakan ilusi dimana dia hidup bersama kakaknya. Saling memiliki dan tidak memerlukan boneka-boneka lainnya. Perasaan yang sebelumnya sangat diinginkan Nim Imanuel, sang bocah boneka menjadi terwujud dalam ilusi. Lalu diakhir ilusi Kuzunoha membuat Nim melihat sosok dirinya sendiri yang sedang menggunakan Matanya.
Nim terdiam, terjatuh tergeletak, kemudian berubah menjadi boneka. Setengah jiwanya menghilang. Nim sekarang hanyalah seonggok boneka tanpa jiwa. Sedangkan Immanuel...

***

Phase 7 –The  Poem for everyone's Soul–
"Setiap Makhluk terbentuk oleh jiwa namun dihidupkan oleh hasrat. Keinginan hidup menjadi dasar semua hasrat, lalu berkembang searah dengan pengetahuan yang dimiliki."
Kuzunoha yang duduk bersila menumpukkan beberapa koin emas di depannya.
"Pertamanya hanya ingin untuk bergerak, merangkak. Lalu kemudian berdiri. Berikutnya...berjalan...Beberapa menyatakan itu sebagai suatu bentuk perkembangan alamiah. Tapi, sebenarnya, siapapun berusaha merangkak, berdiri dan berjalan, adalah karena hasrat mereka untuk mengambil lebih banyak, mendapatkan lebih banyak. Maka mereka mulai berlari..."
Tumpukan koin emas itu semakin tinggi dan tinggi...
"Setelah mempelajari rasanya kenikmatan, rasa bernama cukup itu tidak pernah ada. Dari 'aku mau', menjadi 'lagi' berikutnya dan berikutnya, berevolusi menjadi 'harus menjadi milikku seluruhnya'. Tanpa batas tanpa akhir."
Setelah tumpukan itu lumayan tinggi, Kuzunoha mengumpulkan beberapa batuan permata berwarna-warni di dekatnya. Mengumpulkannya satu demi satu...
"Elle, bangsanya hanya ingin kedamaian. Namun hasrat mereka adalah apa yang dihasilkan tempat hidup mereka. Darah alami mereka bergejolak rakus saat melihat emas."
Kuzunoha memain-mainkan salah satu permata itu, melihatnya dengan seksama.
"Kilatih, wanita yang penuh dengan jiwa keberanian. Namun hasratnya akan senjata terbaik yang sesuai dengan dirinya untuk memerangi kejahatan membuat dirinya rakus saat melihat pedang."
Kuzunoha kembali mengumpulkan benda-benda berkilau disekitarnya, menyusunnya perlahan-lahan di sekitar menara koin yang dia bangun tadi.
"Nim...nim..imanuel. Diantara semua, dia adalah anak-anak. Anak-anak yang kurah akan rasa kasih, anak-anak yang hanya ingin bermain. Rasa ingin tahunya dijejali dengan berbagai macam boneka. Padahal bukan itu yang dia butuhkan. Akhirnya...boneka itu menjadi hasrat terdalamnya.. kerakusan akan boneka menjadi bentuk pengganti dari keinginan diperhatikan oleh kakaknya...satu-satunya orang yang dekat dengannya..."
Kuzunoha memperhatikan seluruh hal yang dia kumpulkan tadi.
"Saya, dan Re'eh. Kami mampu mengendalikan hasrat itu, sama seperti halnya kami mengendalikan tangan dan kaki kami. Tapi, ketiadaan hasrat membuat kami tidak waspada. Ketiadaan hasrat membuat kami ragu dan kesulitan menghadapi situasi di depan kami. menghdapi orang-orang di dekat kami yang dikuasai oleh hasratnya, kerakusannya."
Kuzunoha menepuk menara emas itu dan jatuh menimpa seluruh benda-benda yang disusunnya tadi, menyebar dan runtuh perlahan.
"Manakah yang baik? Manakah yang buruk? Saya dan Re'eh? Atau siapapun yang termakan hasratnya?"
Kuzunoha menyingkirkan koin, emas dan permata tadi dan mengambil boneka Nim dan Imanuel yang tertimpa. Getaran takdir dalam tubuhnya kembali muncul. Dia tahu, sekarang dia harus menjalankan satu pilihan yang akan menentukan arah jalannya ke depan.
"Nim, kau bukanlah makhluk hidup lagi dan kau tidak bisa mengendalikan apapun lagi. Lagipula, pikiranmu, jiwamu ada di Imanuel. Imanuel, kau...masih anak-anak, menghadapi takdir yang tidak menyenangkan, juga kedepannya kau akan menghadapi banyak rintangan yang lebih berbahaya lagi untuk jiwamu."
Kuzunoha mengeluarkan pedangnya dan menyeleimutinya dengan magnetite.
"Untuk itu, Wahai Imanuel, aku bebaskan jiwamu sekarang dan aku berharap kau segera 'dibebaskan' Thurqk. Cukuplah...tidak usah lagi kau merasakan sedih, marah dan senang yang fana. Selamat tinggal."
Kuzunoha menancapkan pedangnya pada Imanuel. Sebuah aura hitam keluar dari dalam boneka itu. Kuzunoha menunduk dan melantunkan do'a. Juga mengubah sebagian besar energi jiwa yang keluar dari imanuel menjadi magnetite untuk diserap ke dalam tube.
"Alice..."
Kuzunoha memanggil alice keluar dari tubenya, menyerahkan Nim yang menjadi boneka untuk menjadi mainan barunya. Alice melompat kegirangan dan bermain-main dengan boneka itu.
Tugasnya kali ini selesai. Dia meninggalkan Kilatih dan Re'eh di tempat mereka terbaring. Kuzunoha mengangkut Elle ke titik keberangkatannya.

***

Epilogue
"Eh? tidak bisa ya."
"Ya, Lebih baik tuan Kuzunoha biarkan dia menyelesaikan tugasnya disini dan anda kembali ke titik keberangkatan anda. Lagipula masih tersisa banyak waktu untuk nona Elle."
Kuzunoha hanya terdiam, dia khawatir dengan kondisi Elle, jika dia terbangun, dia harus membunuh siapa diantara kilatih ataupun Re'eh. Itu sangat memilukan.
Jikapun berhasil membunuh, apakah Elle sadar untuk kembali ke titik keberangkatan? Atau malah dia tidak bertahan hidup?
"Elle nom...Semoga kita masih bisa bertemu lagi." Kuzunoha meninggalkan elle bersama Hvyt yang mengantarkannya.

***

Dalam perjalanan ke titik keberangkatan, Kuzunoha menemukan peti aneh. Entah kenapa dia yang dari awal tidak terlalu tertarik dengan seluruh benda di tempat ini, sangat ingin mendekati peti itu.
Apa yang dia rasakan jauh dari keinginan untuk memiliki. Dia penasaran. Yang dia lihat adalah 5 kotak dengan pendar cahaya merah, kuning, biru, putih dan hijau. Hanya kotak bercahaya biru yang masih tertutup, sedangkan lainnya terbuka.
Dia mendekati peti itu, memperhatikannya dengan seksama. Ada ukiran yang indah. Masing-masing peti memiliki ukiran tersendiri. Kotak yang dia pegang memiliki ukiran seperti layaknya aliran air.
Kuzunoha membuka peti itu. Tidak ada kunci tidak ada apapun. Di dlama kotak hanya ada secarik kertas kuno. Dengan sepenggal tulisan. Dia bolak-balik kertas itu,  tidak ada tulisan lain. Dia cek juga kembali isi peti itu, kosong. Tidak ada yang lain.
Kuzunoha berdiri dan mengantongi kertas itu kemudian berjalan ke arah Hvyt yang menunggunya.
"Tuan. Anda tidak bisa pergi."
"Loh? Kenapa?"
Hvyt itu menunjuk ke arah kantong Kuzunoha.
"Kertas ini? Tidak boleh?"
"Apapun yang ada di pulau ini, Tuan tidak berhak membawanya."
"...."
Kuzunoha menatap kertas itu dengan baik, masih tidak paham dengan isi kalimatnya.
"Baiklah..."
Dia menjatuhkan kertas itu begitu saja dan meraih lengan Hvyt untuk kemudian dibawa pergi dari pulau. Ke tujuan yang tidak diketahui. Jagatha vadi kah? Atau...

***

Let the Water Perish you
Sepenggal Tulisan diatas Kertas itu, ntah bermakna apa. untuk kemudian, tersapu ombak, terbawa aliran air...menjauh dari pulau...

7 comments:

  1. Solid dan menyenangkan untuk dibaca,

    Keberanian untuk memulai time line cerita tepat setelah akhir babak 1 mungkin berakibat kurang banyaknya space untuk menceritakan babak ke 2 tapi di sisi lain dapt memberikan pembaca kesempayan untuk mengenal sosok Kuzunoha lebih dekat.

    Proporsi yang cukup antara bagian pertarungan dan bagian filosofi dalam cerita tidak membuat cerita membosankan, sewaktu dibaca, Dan yang paling saya suka adalah scene Kuzunoha menumpukkan koin di bagiana khir, dimana akhirnya Kuzunoha memberikan perhatian (respek) yang cukup terhadap peseta lain, sisi Kuzunoha yang tidak terlalu ditonjolkan pada babak 1

    Final Verdict : 8.5/10

    ReplyDelete
  2. Menurut ane bagian awal yang panjang itu bisa jadi pisau bermata dua : bisa membuat pembaca mendalami cerita, atau bisa membuat pembaca bosan lebih dulu. Tapi saya menemukan sesuatu, di cerita awal Baikai dan Elle mereka membuat alat komunikasi, berarti di cerita Lucia dan Zany juga bakal seperti itu?

    Dialog-dialognya kadang lucu gan. Ada bagian ngobrol-ngobrol panjangnya segala, sampe-sampe Baikai sama Reeh jadi saudara. Duh, duh, hahaha. Dalam ni pemikiran Baikai.

    Porsi berantem sama battlenya juga pas, cuman yang ane sayangin nih antar paragraf ga ada spasinya, mata ane jadi siwer n perih pas baca...

    Nilai 7,5 gan, tadinya mau 8 tapi dikurang karena paragrafnya rapet-rapet...

    ReplyDelete
  3. ceritanya menarik, dan karakter Kuzunoha disini keren, tidak terpengaruh sama hasrat duniawi..
    Prolognya juga bagus, cuma terlalu panjang, buat saya yang pernah main Devil Summoner, mungkin masih bisa terima, tapi entah dengan yang lainnya, jadi bosan atau enggak.

    Bagian PEDANG-PEDANGan itu juga lucu. mau dong liat PEDANGnya bang Baikai, ahahahaha

    Bagian battlenya pas deh, enggak berlebihan tapi enggak kurang juga..

    dan memang yang kurang dari cerita ini,
    Banyak typo sana-sini, dan jarak spasinya terlalu deket.

    Ketahuan ngejar Deadline nih, hahahaha

    Nilainya 7,5/10 kali ini, semoga lolos

    ReplyDelete
  4. ugh, orang - orang diatas udah komen semua.....jadi bingung mau bilang apa
    anyway, canon baikai enak dibaca walaupun spasi kurang yang bikin sakit mata

    8/10

    ReplyDelete
  5. Anonymous27/5/14 15:18

    Plusnya, Baikai cukup tenang dalam menghadapi lawan2nya, shg banyak kemampuan dia yg berguna utk bbrp fungsi, meskipun aku agak heran pas Belial ko bisa nyembuhin luka Kilat sama Elle.

    Utk adegan, ini setengah2. Ada adegan2 yg diperhitungkan dgn baik seperti Kilat yg mampu nyerang Baikai dgn keren dgn cara kuncian kaki. Peluru yg dilapis api Belial jg bagus konsepnya. Tapi ada jg minusnya: beberapa pemecahan masalah Baikai pas battle terlalu singkat. Contoh pas Kilat melakukan kuncian kaki, di kalimat berikutnya ko aneh krn Baikai cuma dibilang langsung melepaskan diri. Dgn cara apa, kurang jelas jg. Dan in kbnykn terjadi di porsi Baikai. Jd sementara karakter lain melakukan macam2 utk nyerang Baikai, dia justru menghindar atau menangkal serangan2 tsb begitu aja kyk diskip adegannya. Pas Baikai ngehipnotis Nim jg ko gak jelas kenapa Baikai bisa tau masa lalu Nim, bisa hipnotis kan bukan berarti tau masa lalu org? Dgn faktor2 kejanggalan adegan tadi plus secara teknis penulisan yg masih ngulang2, aku br bisa ngasih nilai 6,5

    - Po

    ReplyDelete
  6. Penjudulan di tiap phase-nya menarik, eyecatching. Konflik internal Baikai di awal tentang Deismo juga kegambarin dengan baik. Cara muncul Lucia sama Elle di awal dikemas secara menarik, terutama karena pake kata "bercengkrama" itu yang bikin kemunculan Lucia unik.

    Karakterisasi semuanya oke banget, bahkan Hvyt-nya juga ngejelasin sistem R2 dengan singkat padat dan jelas, sesuai sama karakternya yang datar. Baikai sebagai chara utama juga digambarin dgn baik. Di sini dia keliatan seimbang antara tenang dan kocaknya. Karena saya awalnya baca tentang Baikai di R1 di canon Bang Sam, saya kira bakalan lebih kocak kayak di sana, tapi ternyata di sini seimbang. =]b

    Strategi battle bagus, ide pengendalian Kilatih sama pembangunan konflik juga bisa nyesuaiin sama karakter2 yg ada. 'Shifting pikiran pembaca' pas pembicaraan tentang pedang lumayan bikin ngakak XD

    Minus dikit paling di penggunaan huruf kapital pada nama & subjudul.

    8/10

    ReplyDelete

Silakan meninggalkan komentar. Bagi yang tidak memiliki akun Gmail atau Open ID masih bisa meninggalkan komentar dengan cara menggunakan menu Name/URL. Masukkan nama kamu dan juga URL (misal URL Facebook kamu). Dilarang berkomentar dengan menggunakan Anonymous dan/atau dengan isi berupa promosi produk atau jasa, karena akan langsung dihapus oleh Admin.

- The Creator -