Phase 1 - First Meeting
Nolan berdiri dengan
canggung, ketika akhirnya para peserta yang telah ditunggu-tunggu, mulai bermunculan
satu persatu di hadapannya. Wajah-wajah familiar yang sudah sering dia lihat
lewat monitor raksasa di dalam ruang kendali, kini berdiri tak jauh dari
posisinya di segala penjuru. Nolan menatap wajah mereka bergantian, sementara
para peserta membalasnya dengan tatapan tajam penuh kewaspadaan. Beberapa di
antara mereka bahkan dalam kondisi siap menyerang kapan pun bila diperlukan.
“Te-tenanglah!” kata Nolan.
“Siapa kau?”
“Na-namaku Nolan, aku ke
sini untuk menyampaikan sesuatu kepada kalian semua,” jawab Nolan dengan sopan.
Dia melepaskan ranselnya perlahan-lahan, meletakkannya di atas meja batu besar
di tengah-tengah ruangan dan mengangkat kedua tangannya. “Ka-kalau boleh ….”
Para peserta saling
bertatapan dengan heran. Nolan menelan ludah, kemudian menatap yang paling aneh
di antara mereka, Ursario si boneka beruang dan Lazuardi si makhluk biru dengan
tubuh aneh yang mampu menyala seperti neon.
“Ada yang salah denganku?”
“Ah, tidak, maaf,” Nolan
bergidik. “Ja-jadi hanya tersisa tiga belas orang?”
Para peserta menghela napas
mereka dan mulai melonggarkan pertahanan mereka. “Baiklah, orang aneh. Katakan
siapa kau dan apa yang sebenarnya terjadi di sini?”
“Ya, baik. Aku akan
menjelaskan segalanya kepada kalian. Tapi, ada satu hal yang harus kutegaskan
lebih dulu,” kata Nolan sambil menatap ngeri Nurin dan Deismo, “tak boleh ada
penyerangan di sini. Kuharap kalian semua mendengarkanku.”
Nolan menurunkan kedua
tangan yang sedari tadi terangkat pasrah, bergerak dengan hati-hati dan
mengeluarkan laptop dari balik ranselnya.
“Ku-kurasa kalian semua tahu
benda apa ini, kan? Ini bukan senjata penyerang, tapi alat penyimpan dan
pengolah data. Aku akan memperlihatkan sesuatu kepada kalian.” Nolan membuka
laptop dan menggerakkan jemarinya yang gemetaran di atas keyboard. Sebuah file
terbuka menampilkan sebuah video yang sepertinya direkam menggunakan kamera
yang mampu bergerak bebas dari ketinggian dua meter. “Kalau tak keberatan,
kalian bisa mendekat ke sini. Ta-tapi pastikan kalian tak saling serang,
apalagi menyerangku secara diam-diam di sini.”
Para peserta kembali saling
melempar pandangan sebelum akhirnya memutuskan untuk menghampiri Nolan.
“Ehem. Baiklah, aku sendiri
bingung mau memulainya dari mana, aku hanya punya waktu sedikit.”
[“Kalau begitu tak usah
banyak berpikir, sampaikanlah apa yang ada di pikiranmu.”]
Nolan menatap Sil, gadis
yang sebenarnya manis jika saja dia memiliki mulut. Suaranya seolah menggema
lembut di dalam pikirannya. “Yah, baiklah. Pertama-tama, aku harus mengatakan
bahwa—tu-tunggu, bisakah kamu tidak menatapku dengan pandangan menyeramkan
seperti itu?”
Primo Trovare mengangkat
sebelah alisnya, namun tetap diam tanpa berbicara.
“Thurqk bukanlah dewa
seperti yang selama ini kalian pikirkan,” lanjut Nolan. “Dia hanyalah begundal
busuk yang sedang berusaha menipu dan menjebak kita semua di dalam permainan
berdarahnya.”
“Be-benarkah itu? Bagaimana
kamu bisa mengetahuinya?”
“Awalnya hanya intuisi,
iman, yang akhirnya aku menemukan sebuah bukti kepalsuannya,” jelas Nolan.
“Tunggu! Memangnya kamu
siapa, Nolan? Bagaimana bisa berada di tempat ini? Dan kenapa kamu tidak ada
bersama kami ketika segala keabsurdan ini terjadi?”
“Alasannya agak berbeda,
karena aku berada di sini atas permintaan Thurqk.”
“Dia anak buah Thurqk!” Para
peserta serempak melompat mundur selangkah dan kembali waspada. Nolan segera
mengangkat kembali kedua tangannya ke atas.
“Izinkan aku menjelaskannya
lebih lanjut,” kata Nolan. “Aku berada di pihak kalian, walaupun keadaannya
sangat berbahaya bagiku berbuat demikian. Thurqk mempercayaiku sebagai tangan
kanannya. Bila kalian bertanya, kenapa kalian bisa berada dalam sebuah
permainan pertarungan, siapa yang menjadi lawan kalian, dan apa tantangan yang
kalian hadapi … Jagatha Vadhi, Chachani Vadhi, pulau-pulau aneh itu, ruang
penyiksaan hingga akhirnya kalian sampai di tempat ini, semuanya … semua itu
aku yang mengaturnya.”
“Apa kaubilang? Kau mengakui
kalau itu semua hasil perbuatanmu dan tetap menyatakan diri berada di pihak
kami?”
“Ku-kumohon biarkan aku
menyelesaikan ceritaku …,” Nolan menghela napas, “posisiku sama seperti kalian,
tertekan dan tak tahu harus bagaimana. Kita semua telah menyaksikan kekuatan
Thurqk, tak peduli dia dewa palsu atau sungguhan, kekuatannya itu nyata, tak
ada yang bisa kita perbuat untuk mengalahkannya.”
Pandangan para peserta masih
menunjukkan keraguan atas Nolan di dalam pikiran mereka.
“Aku terpaksa, oke. Aku
diancam olehnya.” Mbak Irwin menampakkan ekspresi heran. “Thurqk mengancam akan
membunuh setiap anggota keluargaku yang tersisa di dunia bila aku tak melakukan
hal-hal yang dia kehendaki.”
“Lalu apa yang kaulakukan di
sini? Bukankah bila Thurqk tahu keberadaanmu di sini, dia akan menangkap dan
membunuh keluargamu?”
“Tidak, tidak. Kini aku
sudah tak takut lagi,” Nolan membetulkan kacamatanya yang melorot. “Aku tak
peduli lagi dengan apa yang akan terjadi selanjutnya, yang jelas aku telah
menemukan kelemahan dan rahasia Thurqk. Kita bisa mengalahkannya.”
“Apa? Kau mau bilang masih
ada harapan bagi kita semua keluar dari keadaan ini? Tapi … tapi ini dunia
setelah kematian bukan? Kita semua sudah mati, bahkan beberapa dari kita sudah
benar-benar mati, maksudku, musnah. Musnah seperti tak pernah ada di dunia
ini.”
“Itu adalah salah satu
kebohongan terbesar Thurqk,” ujar Nolan. “Jelas sekali dia makhluk pemalas yang
sangat bodoh, kebodohannya tertutupi oleh kemampuannya yang luar biasa.”
Mata Nolan terpancing oleh
pemandangan Claude dan Claudia yang tengah bermain-main dengan kepala mereka.
“Bisakah kalian tidak melakukan hal seperti itu di depanku? Aku merinding.”
Keduanya mengangkat alis
sebal.
“Dan bagaimana kau bisa tahu
kalau Thurqk bodoh?”
“Setelah dia memberiku ini,”
kata Nolan seraya menunjuk kepalanya. “Dia memberiku otak super jenius. Ibarat
tuan rumah yang terburu-buru meninggalkan rumah, dia meminta bantuan orang tak
dikenal untuk menjaga rumahnya, memberikan kunci untuk mengakses seluruh
ruangan di dalamnya dan yakin orang asing itu tidak akan berkhianat hanya
dengan sebuah kalimat ancaman.”
Beberapa peserta mulai
tergelak, namun segera menghentikannya ketika menemukan Nolan yang sama sekali
tak tertawa.
“Jason, Victor Crowley,
Freddie, mereka semua bodoh, tapi tetap saja kekuatan besar mereka menakutkan,”
kata Nolan.
“Siapa mereka?”
“Ah, er, yaaa, mereka
tokoh-tokoh badass villain di dalam film-film Hollywood, kurasa, ya, kurasa …
ah, sudah lupakan! Intinya, sekalipun Thurqk bodoh, bukan berarti kita bisa
meremehkannya. Kemampuannya mengerikan, dan kalian tak akan pernah bisa
membayangkan tindakan mengerikan macam apa yang akan dilakukan oleh makhluk
bodoh.”
“Mereka bertindak sesukanya
demi kesenangan.”
“Yak, tepat sekali!” Nolan
menekan tombol replay pada laptopnya dan mengajak yang lain untuk
menyaksikannya dengan seksama. “Ini adalah bukti kebohongan Thurqk.”
Kamera dalam video rekaman
itu bergerak perlahan menelusuri ruangan demi ruangan di dalam Devasche Vadhi,
hingga akhirnya berhenti di dalam ruangan besar dengan tabung raksasa di
tengahnya, berisikan lima puluh lima kristal berkilauan dengan berbagai warna.
“Apa itu? Ra-rasanya aku
pernah melihatnya di suatu tempat.”
“Aku tak benar-benar
mempercayai ini sebenarnya, tapi tak salah lagi itu adalah ekstrak dari
jiwa-jiwa kalian,” jelas Nolan.
“Jiwa kami?”
“Dengan kata lain, ekstrak
dari segala hal yang menyokong kehidupan kalian di dunia fana.”
“Ka-kalau begitu ….”
“Bila kita berhasil
mengambil kristal-kristal itu, bukan tak mungkin semua yang ada di sini bisa
hidup kembali.”
***
Phase 2: The Glimmer of Hope
“Aku tak tahu apa seharusnya
kita mempercayai setiap perkataanmu, Nolan!”
“Memang sebaiknya kalian
mempercayai kata hati kalian sendiri. Aku ke sini hanya untuk membawakan
bukti.”
“La-lantas, misalnya kami
memutuskan untuk mempercayaimu, bagaimana cara kita mengambil kristal-kristal
itu?”
Nolan menghentakkan
jemarinya dengan cekatan di atas keyboard dan membuka aplikasi lain yang
menampilkan gambaran terstruktur dari segala hal yang ada di dalam Devasche
Vadhi.
“Aku tak tahu apa kalian
mengerti penjelasanku soal yang satu ini, tapi ini soal Hvyt dan bagaimana
makhluk raksasa aneh itu mampu terkoneksi satu sama lain dengan sangat
tersruktur, tanpa cacat, dan sebagainya. Aku mengandaikan mereka adalah program
yang berjalan atas kehendak server-nya, yaitu Thurqk,” Nolan menangkap
pandangan heran dari beberapa peserta yang mendengarkannya, tapi tidak bagi
Yvika Gunnhildr yang tampak mampu mengikuti arah penjelasannya.
“Aku sempat menduga sistem
yang terbentuk di antara Hvyt menyerupai jaringan komputer, dan coba tebak?
Ternyata mereka benar-benar memiliki sifat yang sama dengan jaringan komputer.
Mereka organik, mereka hidup, mereka tumbuh, tapi di dalam diri mereka ada
sifat-sifat dasar yang serupa dengan mesin.”
“Maksudnya?”
Nolan menghela napas sesaat,
mencoba memilah kata yang akan dipergunakannya.
“Begini, saat diriku berada
di dalam ruangan kendali, aku meretas backbone jaringan dan menangkap beberapa
sinyal yang ternyata terpancar dari tubuh masing-masing Hvyt yang berkeliaran
di dalam Devasche Vadhi. Aku tak tahu bagaimana melakukannya, karena tiba-tiba
saja aku mengerti segalanya, pastilah ini karena otak superku. Aku memberikan
setiap sinyal Hvyt dengan kombinasi angka serupa IP Address, mengaitkannya satu
sama lain, dan membuat mereka benar-benar terhubung dengan jaringan komputer
yang kugunakan di sana. Bagaikan sebuah perangkat keras tambahan, mereka bisa
diakses. Oke, ini gila, tapi ini nyata. Aku meretas salah satunya dan yang
kudapatkan adalah gambaran video yang baru saja kutunjukkan kepada kalian.”
Yvika menatap Nolan dengan
serius, “gambaran tadi diambil dari mata salah sati Hvyt, begitu maksudmu?”
“Tepat!”
Para peserta tercengang
dengan cara mereka masing-masing.
“Izinkan aku melakukan ini,
untuk mempertajam pemahaman kalian mengenai Hvyt,” kata Nolan seraya menekan
tombol Enter di keyboardnya. Sekejap kemudian sesosok Hvyt muncul di
tengah-tengah mereka.
“Hvyt! Ba-bagaimana bisa?”
“Yang satu ini berada tak
jauh dari tempat kita sekarang. Aku meretasnya dan mengendalikannya dari sini,”
jelas Nolan sambil mengetukkan jemari di atas laptop kesayangannya. “Hvyt yang
ini tak memiliki emosi, tak mampu berkomunikasi, dan tak memiliki kesadaran,
karena aku melapisinya dengan logika yang mirip dengan masking proxy server.”
“Tolong bicara dengan bahasa
yang bisa kumengerti!”
“Intinya … aku telah
berhasil mengendalikan Hvyt yang ini. Bukan hanya itu, aku bisa mengendalikan
Hvyt yang manapun atau mengembalikannya seperti sedia kala sesuai kebutuhan
selama aku telah memberikan kombinasi angka pada masing-masing subjek Hvyt.”
“Aku sebenarnya tak
benar-benar mengerti ini, tapi aku mencium sebuah harapan di sini.”
“Tentu saja, hal ini bisa
kumanfaatkan meraih tujuan akhir kita. Tapi, ini belum cukup. Aku masih
membutuhkan bantuan kalian.”
[“Katakanlah, Nolan. Apa
yang sedang kaurencanakan?]
Nolan kembali menatap tiga
belas peserta yang ada di hadapannya. Dia tak tahu berapa banyak di antara
mereka yang mau mempercayainya, atau berapa banyak dari mereka yang
menyembunyikan kebusukan di dalam hatinya.
“Nolan?”
“Langkah yang akan kita
lalui tidak mudah. Untuk itu, aku ingin kalian bertindak sesuai dengan apa yang
benar-benar kalian percayai. Kalian tahu, saat aku memutuskan membawa kalian
semua ke sini, untuk bertemu denganku, jauh di dalam lubuk hati terdalam, aku
sudah pasrah dengan segala kemungkinan yang akan terjadi selanjutnya.
“Thurqk adalah makhluk arogan,
terlepas dari kemampuan hebatnya, perhatiannya akan sangat mudah dialihkan oleh
sesuatu yang menarik hatinya. Dia membuat pertarungan berdarah ini, artinya dia
senang melihat pertarungan kalian. Tetaplah berada pada jalur tersebut.”
“Maksudmu, kamu mau kita
semua di sini saling bertarung dan mengorbankan diri demi mengalihkan perhatian
Thurqk?”
“Hingga aku berhasil
mengakses ruangan itu, mengambil kelima puluh lima kristal dan membuat kalian
yang gugur hidup lagi,” lanjut Nolan.
“Dan bagaimana dengan
jaminannya? Kau punya apa untuk dijadikan jaminan tak akan menghianati kami?”
“Tak ada. Aku sudah
menunjukkan beberapa hasil penemuanku yang bisa membuat kita selangkah lebih
dekat dengan Thurqk, seperti yang kukatakan sebelumnya, kita hanya bisa mengandalkan
sikap saling percaya.”
Ketegangan mulai tercipta di
antara para peserta. Nolan menelan ludah, ada beberapa peserta yang menurutnya
tak bisa dipercaya, namun dia hanya berusaha untuk selalu berpikir positif
terhadap segala sesuatu. Kecuali, tindakan Thurqk yang dilihat dari sudut
manapun merupakan hal yang sangat keji.
“Aku akan tetap membuat
aturan main kepada kalian yang tersisa di sini. Sekalipun aku benar-benar
merasa bersalah terhadap kalian, tak ada pilihan lain. Satu hal sebelum
semuanya berlanjut, apakah kalian merasakan sesuatu pada diri kalian setelah
menghadapi makhluk-makhluk di dalam lorong?”
Semua peserta mengangguk
perlahan.
“Kemampuan kalian telah
meningkat. Aku sengaja membuat aturan pertarungan yang tak akan segera disadari
Thurqk sebagai caraku mempersenjatai diri kalian. Siapa pun yang bertahan
sampai akhir, keputusan dan kemampuan kalian akan sangat menentukan
keberhasilan kita,” Nolan membetulkan kacamatanya yang merosot.
“Kemampuan macam apa yang
kami miliki sekarang?”
“Tentunya berbeda-beda,
sesuai dengan pengalaman kalian. Seperti apa, hanya diri kalian sendiri yang
akan menemukannya,” jawab Nolan. “Sejujurnya, aku tak menyangka tiga di antara
kalian tak berhasil melewati rintangan sebelumnya. Maafkan aku.”
“Lantas apa yang akan kita
lakukan sekarang? Kembali ke padang luas merah itu?”
“Tidak, aku harus membawa
kalian semakin dekat ke Devasche Vadhi. Saat ini Thurqk pasti sedang menunggu
‘hiburan’ selanjutnya. Aku juga harus segera kembali ke ruang kendali sebelum
dia menyadari diriku tak ada,” kata Nolan sambil mengecek GPS di laptopnya dan
kemudian mematikannya. “Ada pintu di sana, di mana kalian akan menerima bentuk
pertarungan selanjutnya. Lorong yang terhubung langsung dengan lantai dasar
Devasche Vadhi. Pastikan kalian bisa lolos dari sistem yang sudah kusiapkan.”
“Kalau begitu, apa yang akan
kami hadapi di dalam sana?”
“Tiruan teman-teman kalian
sesame peserta yang telah tiada.”
Salah satu peserta geram dan
mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat seraya mendorong tubuh Nolan. “Beraninya
kau melakukan hal ini pada kami … apa tidak sebaiknya kau kubunuh saja di
sini?”
“Kaubisa melakukannya bila
kau benar-benar menginginkannya, tapi apa kau siap dengan nasibmu yang berada
di genggaman Thurqk?” Nolan menghela napas menahan ketegangan yang
dirasakannya. “Percayalah, kalau bukan karena terpaksa, aku juga tak akan
melakukan hal seperti ini. Setiap pencapaian membutuhkan pengorbanan. Selama
kalian tetap berada pada jalur tersebut, aku tak akan mengecewakan kalian. Itu
… adalah janji sekaligus penebusan dosaku.”
Nolan melepaskan diri dari
tekanan peserta dan memasukkan laptop ke dalam ranselnya. “Aku akan bertemu
lagi dengan kalian di Devasche Vadhi.”
“Nolan … seandainya …
seandainya rencanamu gagal?”
Nolan terdiam sesaat sebelum
menjawab, “Kurasa kita semua harus siap dengan resikonya bukan? Cukup ingat
saja orang-orang yang ada di kehidupan kalian sebelumnya. Kurasa itu cukup
untuk membangkitkan semangat bertahan hidup kalian di sini kan?”
Nolan berjalan menghampiri
Hvyt, menggenggam lengannya, sesaat kemudian mereka melesat dengan cepat,
menghilang dari pandangan.
***
ROUND 5 - MOCK BATTLE
Berjalanlah memasuki lorong yang telah disebutkan oleh Nolan, ketika masuk ke dalamnya, kalian akan merasakan berada di dunia yang benar-benar asing, rekan seperjuangan kalian yang sebelum tengah bersama kalian menghilang. Tampaknya mereka juga mengalami hal sama. Bagaikan terpecah dimensi, kalian mendapati diri di sebuah tempat yang tak kalian ketahui. Sementara 5 (LIMA) karakter random yang telah tiada di babak-babak awal BOR-4L muncul, bersiap menyerang kalian dengan segenap upaya. Hei, mereka tidak nyata!!!
Syarat & Ketentuan:
- Ambil sesuka hati kalian, 5 OC yang sudah gugur di babak awal. Jadikan salah satu realms asal mereka sebagai setting pertarungan kalian. Kalahkan kelima OC tersebut, maka kalian akan kembali ke lorong yang sama dengan sebuah pintu menuju Devasche Vadhi yang menyambut.
- Submit paling lambat 3 minggu (hingga 6 September 2014). Sedangkan penilaian hingga (13 September 2014).
- Cara submit masih seperti biasa dengan subjek: [ROUND 5] NAMA OC - JUDUL, sertakan keterangan siapa saja OC yang kalian libatkan di dalam pertarungan di bagian akhir post.
- Nilai akan diakumulasi dan dirata-rata dengan penilaian di R4.
- Delapan OC akan lolos ke R6.
- Enjoy your battle~!
Share this article:
Tweet |
[ “Jason, Victor Crowley, Freddie, mereka semua bodoh, tapi tetap saja kekuatan besar mereka menakutkan,” kata Nolan.
ReplyDelete“Siapa mereka?”]
HAHAHAHA, gue ngakak di sana lah. XD Jadi 8 yang bakal lolos ya. Ini semakin menarik.