July 29, 2014

[ROUNG 4 - AMDUSIAS] SALVATORE JACKSON - MUSIC IS NEVER DEAD

[Round 4] Salvatore Jackson vs Amdusias
"Music Is Never Dead"

Written by Dendi Lanjung

---

[Peringatan Penulis: di beberapa bagian ada tautan musik, yang disarankan untuk dimainkan selama membaca karya ini. Alasannya karena selain sebagian tidak ada liriknya, juga karena lebih cocok didengarkan daripada hanya dideskripsikan secara tulisan]

•••

Sejatinya, setajam-tajamnya ilalang takkan bisa menyakiti telapak kaki yang terbiasa berjalan tanpa alas. Tapi ilalang berwarna hitam kemerah-merahan ini berbeda, tingginya kira-kira tiga puluh sentimeter, daun-daunnya kasar, ujungnya runcing, seakan terbuat dari potongan plastik mika yang sengaja digunting menyerupai karpet alam. RACHTAFARI nama ilalang tersebut, masih sekeluarga dengan pohon Rachta dan tentu saja hanya tumbuh di Kepulauan Nanthara. Ilalang menyebalkan itulah yang membuat Salvatore Jackson, si musisi patah hati yang kemana-mana selalu nyeker, berjingkat kesakitan. Seumur hidup, mungkin baru kali ini Sal berharap dia memiliki sepasang terompah.


Namun kita abaikan saja penderitan si monyet kuning ini saat telapak kakinya tertusuk-tusuk ujung Rachtafari yang tajam, karena walau tanaman itu membuatnya kesakitan tapi tak satupun ujung runcingnya merobek kulit tebal Sal. Jadi asalkan tidak sampai berdarah, tidak masalah bagi si monyet jangkung untuk terus melanjutkan perjalanan. Yang jadi perhatian Sal justru keseluruhan tempat ini sendiri, VISHALA RASHTA, nama tempat yang sedang dijelajahi Sal, sangatlah luas dan jalannya yang penuh jebakan, cukup membingungkan Sal yang tak menyukai hal rumit.

"Sialan si Sohv! Bilangnya tinggal lurus aja, lurus USUS-mu!!" Umpat Sal sembari tak lupa menunjukkan wajah meringis, kakinya terus berjalan menerobos lautan ilalang yang seakan tak habisnya melapisi seluruh permukaan.

Vishala Rashta sendiri adalah sebuah maze berukuran raksasa yang berada di bawah Kepulauan Nanthara, namun kedalaman tempat tersebut tidak bisa diperkirakan Sal karena ketinggian langit-langitnya yang seakan tanpa batas. Jarak antar dindingnya lebih kurang seratus meter, ketika Sal mendekati dindingnya, dia mengenalinya sebagai dinding menjijikkan yang sama yang ada di Khramanaka, berlubang tak beraturan.

Tepat di tengah-tengah maze berjajar pohon-pohon Rachta setinggi lima puluh meter dengan puncak yang terbakar, jarak antar satu pohon dengan pohon lainnya sekitar dua puluh meter. Api yang menyala di puncak Rachta cukup untuk memberikan penerangan di bawahnya, namun tidak cukup terang untuk menerangi langit-langit di atasnya yang diselimuti kegelapan.

"Tempat apa sebenarnya ini? Pohonnya tinggi, tapi sama sekali gak bisa ditiduri," Sal menengadah memperhatikan puncak pohon yang menyala hebat, kumisnya yang bergetar tiap dia mendekati dasar pohon menunjukkan kalau api yang membakar puncak pohon-pohon itu bukanlah api biasa.

"Kenapa gak dibikin kayak di Kamaraka aja sih!"

Sudah hampir enam jam dia menjelajahi tempat itu, tapi belum juga dia menemukan apa yang dia inginkan. Menurut petunjuk So-Hyvt, semua peserta diwajibkan untuk pergi menuju pusat Vishala Rashta, di tengah perjalanan tiap peserta akan dihadang Monster Neraka yang mengincar jiwa mereka. Tidak ada cara untuk lolos selain menghabisi makhluk tersebut.

Sebenarnya Sal sudah bertemu dengan makhluk-makhluk yang dimaksud, hanya saja sekali lagi ditekankan, Sal belum menemukan apa yang dia cari, dengan kata lain dia belum menemukan musuh yang menurutnya kelihatan lemah. Dengan memamfaatkan tolakan kaki ke dinding dan batang pohon Rachta, Sal meloncat-loncat dari satu pohon ke pohon lainnya. Tanpa arah Sal terus meloncat-loncat seperti itu dan akhirnya bukan cuma satu, tapi empat monster yang sudah ditemui Sal.

Monster pertama, [Cherufe] adalah reptil setinggi sepuluh meter dengan kulit sekeras batu yang seluruh tubuhnya mengeluarkan cairan magma. Hanya sekali lihat saja Sal langsung mengeluarkan jurus andalannya, Langkah Seribu.

Monster kedua, [Forneus], berbentuk ikan pari raksasa dengan lebar sayap dua puluh meter, tubuh besarnya melayang-layang di udara, ekor durinya meliuk-liuk seperti pecut. Sal sempat mempertimbangkan untuk menantang Forneus, namun kemudian ikan terbang itu dengan gigi-gigi super tajamnya menumbangkan pohon Rachta dalam sekali gigit. Pohon itu runtuh, puncak pohonnya mengenai padang Rachtafari dan seketika api pun membakar padang rerumputan tersebut. Sal hanya bisa melongo melihat kejadian itu, dilihatnya si monster pari dengan santainya berenang di udara, sementara di bawahnya telah menjadi lautan api.

Monster ketiga, [Pazuzu], apa yang dirasakan Sal saat melihat bentuk tubuhnya sulit digambarkan dengan kata-kata. Berkepala anjing, berambut singa, bertubuh pria kekar layaknya seorang binaragawan, lutut ke bawah menyerupai kaki rajawali lengkap dengan cakarnya yg tajam, dua pasang sayap tumbuh dari punggungnya, dan sebuah ekor kalajengking menyembul dari bokongnya. Tapi bukan itu yang membuat kumis Sal layu mendadak. Di bagian depan, bawah perut, tepat di tengah selangkangan, sebuah organ tubuh lain menyembul dengan liarnya...

Monster keempat, [Duke Eligos], memiliki bentuk yang tidak seaneh mahkluk sebelumnya, tapi sosoknya tetap menimbulkan kengerian pada siapapun yang melihatnya, baju zirah berwarna hitam menutupi tubuhnya yang mendekati hampa, tangan kirinya memegang sebuah tombak besar, dia menunggangi seekor kuda hitam bersayap naga berkepala tengkorak. Sebenarnya, bukan si Monster Neraka yang membuat Sal berbalik arah, justru lawannya yang sedikit membuat Sal gentar.

Ralat, bukan sedikit, tapi banyak gentarnya. Lawan yang dihadapi si Monster Neraka sama mengerikannya di mata Sal, dia mengenali sosok wanita tersebut sewaktu di Pulau Mhyr-juana. Hanya saja saat itu kepala si wanita masih menempel di tubuhnya. Sekarang yang dilihatnya adalah dua kepala yang melayang-layang di udara, mengelilingi tubuh tanpa kepala.

Yang dirasakan Sal bukan gentar yang disebabkan rasa kecut, tapi lebih kepada rasa kurang percaya diri. Dengan sekali lihat saja Sal merasakan ikatan yang sangat kuat diantara kedua kepala yang melayang, ikatan yang dulu pernah dirasakannya terhadap seseorang. Seseorang yang saat ini menjadi tujuannya memasuki Dunia Kematian.

'Hyvt berkacamata itu benar, sudah saatnya aku serius mengincar kemenangan,' batin Sal. Si Monyet kribo itu pun kembali bergerak, meloncat dari satu pohon ke pohon lainnya. Kali ini dia serius mencari, siapapun Monster Neraka yang menjadi lawannya, dia tidak akan mundur apalagi menyerah.

Tapi rencana tinggal rencana, setelah satu jam pertama berhasil menemukan lokasi empat Monster Neraka sekaligus. Lima jam selanjutnya, Sal tersesat dan tak berhasil menemukan satu makhluk pun. Sampai akhirnya dia kelelahan dan mulai berjalan kaki.

"Sialan! Kenapa gak dibikin kayak di Kamaraka aja sih!" Sal menunduk, dia tak seharusnya berkata seperti itu. Seharusnya dia tidak mengatakan hal-hal yang bisa membuatnya kembali teringat apa yang terjadi pada babak sebelumnya.

•••

Beberapa jam setelah melewati babak ketiga. Luka parah yang dialami Sal di perutnya telah disembuhkan secara ajaib dengan menggunakan kristal sihir yang dibawa So-Hyvt. Dengan menggunakan kristal sihir, dalam waktu yang sangat singkat tubuh para peserta kembali utuh, kulit yang tercabik-cabik, daging yang hangus, kepala buntung, dada berlubang, semuanya bisa kembali untuk menggunakan kristal seukuran bola voli tersebut.

Bukan hanya bola kristal, ada juga Klenic Door yang digunakan para Hyvt sebagai alat teleportasi dari Jagatha Vadhi menuju tempat pertarungan. Klenic Door hanya bisa diaktifkan oleh para Hyvt, dengan melafalkan satu mantra, sebuah lubang muncul merobek udara dan menciptakan dimensi lain. Ruang yang terdapat diantara kedua pintu dilapisi sihir 'penyembuh' yang berfungsi sama seperti bola kristal, ketika Hyvt membawa para peserta melewati Klenic Door menuju tempat pertarungan selanjutnya, sensasi yang dirasakan peserta ketika memasuki Klenic sama rasanya ketika memasuki air hangat, hanya saja tidak sampai membuat tubuh basah.

Tapi kedua hal di atas hanya menyembuhkan trauma fisik, dan tidak menyembuhkan trauma psikis yang dialami Sal. Seumur hidup Sal belum pernah membunuh. Tentu saja belum pernah, karena dia adalah seorang musisi keliling, bukan tentara atau polisi, musisi keliling yang kebetulan menguasai Muse, tapi Muse bukanlah alat pembunuh, Muse adalah cinta, itulah yang diajarkan Master Frank padanya. Jadi apa yang telah dia lakukan, telah mengkhianati Muse dan juga Master Frank, terlebih lagi dia melakukannya pada seorang wanita.

Jauh sebelum mempelajari Muse, prinsip untuk tidak melukai wanita sudah dipegangnya sejak kecil. Adalah kakaknya yang membuat dia berjanji untuk memegang teguh janji tersebut.

Tapi saat ini banyak sekali janji yang telah dia ingkari. Dia pun melarikan diri, mencoba mencari jalan keluar dari Jagatha Vadhi, menerobos hutan Rachta, berharap ada pintu kemana saja. Dia telah memikirkan segala macam alasan, segala macam pembenaran atas tindakannya. Tapi semua itu tidak akan merubah apapun, dia telah menjadi seorang pendosa, dia menjadi seorang pembunuh.

Dia meloncat dari satu pohon ke pohon lain, tanpa arah, mencari jalan keluar, mencoba melarikan diri dari kenyataan. Tapi sang hutan tak membiarkannya, dia terus berputar-putar di tempat yang sama, terkurung penjara yang bernama rasa bersalah. Di saat seperti itulah, So-Hyvt menyergapnya dari atas, menghajarnya tanpa ampun, dan menyeretnya dengan paksa kembali ke Jagatha Vadhi.

Kembali ke Jagatha Vadhi, Sal dihadapkan pada situasi yang tak terduga. Wanita yang menjadi lawannya di babak ketiga, wanita yang seharusnya sudah mati, terlihat hidup dalam keadaan tidak kurang suatu apapun. Mayor Yvika berdiri diantara peserta yang lain, hidup & bernafas, danwanita itu melihatnya, melihat Sal dengan tatapan yang tak bisa diperkirakan Sal. Wanita itu kemudian mendekatinya.

"Aku ingin bertanya, kenapa waktu itu kau tidak mau menyerangku?" Tanya Yvika tanpa basa basi.

Sal sedikit tertegun mendengar ucapan Yvika, ternyata di realitas si wanita, Sal tetap menjadi Sal yang tak mau menyerang wanita. Sal pun kemudin menjawab, "Itu sudah prinsipku. Prinsip seorang Salvatore Jackson."

Mendengarnya Yvika hanya mendengus. "Mungkin kau bermaksud menjadi seorang gentlemen di hadapan wanita, tapi sikap itu justru sikap yang salah, karena itu sama saja artinya kau tidak menghargai wanita, camkan itu!"

Sal terdiam mendengarnya, ia coba memahami maksud dari ucapan sang Mayor. Pada dasarnya wanita ini dan wanita yang ada di realitasnya kurang lebih sama, mempunyai prinsip yang sama, dan sepertinya tekad yang sama, kecuali nasibnya yang berbeda. Tapi yang jelas, dengan melihat wanita itu hidup, entah kenapa Sal merasa lega. Sedikit banyak, perasaan bersalahnya menjadi berkurang.

Tapi kemudian muncul perasaan lain, perasaan marah, perasaan lemah, merasa dipermainkan. Dia merasakan dirinya bagai bidak catur yang bisa seenaknya digerakkan untuk membunuh & dibunuh, semua hanya untuk memuaskan hasrat sang dewa. Setiap peserta memiliki kesadaran sendiri, tapi Sal tahu setiap peserta memiliki realitas pertarungan yang berbeda. Di babak ketiga, dalam realitasnya Sal telah membunuh Yvika, dan tentu saja dalam realitas Yvika, wanita itu pastinya telah membunuh Sal. Siapa yang mati? Siapa yang hidup? Mana yang nyata, mana yang tidak? Semuanya semakin sulit untuk dicerna Sal. Trik apa yang dimainkan Thurqk, sihir macam apa yang dimilikinya, bisa menghidupkan, mematikan sekehendaknya? Kekuatan apa yang dimiliki Thurqk? Siapa atau apakah Thurqk itu sebenarnya?

Semua pertanyaan itu akhirnya harus disimpan dulu, karena semua peserta sekarang telah memasuki babak selanjutnya, termasuk Sal. Dan saat ini Sal sama sekali tidak tahu dia berada dimana, dia masih terjebak di maze raksasa bernama Vishala Rashta.

Namun di kejauhan, samar-samar dia mendengar talunan musik berkumandang. Walau dia kelelahan, tapi pendengarannya tidak salah, itu adalah musik yang dimainkan oleh sebuah band, minimal tiga atau empat personil, ditambah seorang vokalis bersuara berat. Pendengarannya tidak salah, jauh di bawah permukaan tanah Nanthara, irama musik sedang dimainkan, dan musik itu memanggilnya untuk semakin mendekat.

•••

:: The Dark & Bleak - Call of Amdusias ::

•••

Sal bergegas mendekati arah musik itu berasal, semakin dekat ke sumber suara, entah kenapa perasaan mencekam mulai menyelimuti Sal. Alunan musik yang didengar Sal sebenarnya sangat tenang dan bertempo lambat, perpaduan antara aliran angin di musim dingin dan gemuruh hujan di musim panas, begitu kontradiktif tapi menyatu dengan indah. Namun begitu, nadanya begitu mengintimidasi, seakan memberi tantangan kepada siapapun yang mendengarnya.

Tidak salah lagi, ini adalah Muse, siapapun yang memainkan musik ini adalah seorang Musecian. Tapi siapa di dunia kematian ini yang memiliki kemampuan Muse seperti Sal. Semakin mendekati arah suara, semakin kencang musik itu terdengar. Mahkluk apapun memainkan musik tersebut, sepertinya mempunyai gendang telinga setebal ban vulkanisir, karena mereka memainkannya dalam volume suara yang melebihi suara letusan gunung berapi, sampai-sampai Sal pun menutup telinganya. Ditambah lagi dengan jarak antar dinding Vishala Rashta yang semakin lama semakin pendek, sekitar lima puluh meter, membuat suara yang terdengar semakin menggema bagai berada di sebuah aula raksasa.

"Padahal aku memakai Headset, tapi efek Muse-nya terasa kuat," Ucap Sal mulai menyadari kengerian yang didengarnya, sementara itu kumisnya tak henti-hentinya bergetar.

Dan akhirnya dia sampai pada sebuah tikungan, aura mencekam mulai terasa berat menyelimuti lingkungan di sekitar Sal. Perlahan Sal pun berjalan untuk melihatnya, dan apa yang dilihatnya di balik dinding, membuat si monyet kuning itu terbelalak.

Di balik tikungan tersebut, ribuan makhluk berwarna hitam berkumpul, mengelilingi sebuah panggung berwarna merah. Ribuan makluk itu mempunyai bentuk yang tidak sama antara satu dengan yang lainnya, satu makhluk menyerupai babi bersayap, sementara makhluk lainnya menyerupai jerapah berekor buaya. Satu makhluk terlihat sangat tinggi, sementara lainnya terlihat sangat pendek bahkan melata. Persamaan diantara mereka hanya pada kulitnya yang hitam hangus & mata yang menyala merah. Mereka adalah Legion of Groovies, atau dikenal juga sebagai Setan 4L4yZ.

Makhluk-makhluk tersebut bergerak tak beraturan, melakukan tarian yang senonoh. Beberapa diantara mereka berteriak-teriak tak jelas, sepertinya mengelu-elukan penampil di atas panggung.

"Amdusias! Amdusias! Amdusias-sama!!"

Di atas panggung berwarna merah, sesosok mahkluk setinggi tiga meter, berkulit pucat & bertelanjang dada, memakai celana kulit bermotif zebra, kakinya tak memakai alas kaki apapun. Kedua tangan & kakinya memiliki cakar tajam berwarna merah darah, rambutnya panjang bergelombang & berwarna pirang. Dan terakhir wajahnya, wajahnya, oh, wajahnya terlihat seperti kuda bertanduk tunggal.

"Bukan terlihat, tapi memang kuda bertanduk!" Seru Sal demi melihat penampilan makhluk tersebut, apalagi tanduk yang keluar dari dahi si makhluk tampak berlumuran darah, "dan dia vokalis band!"

Suaranya bergemuruh bagai halilintar, musik cadas nan bising terdengar dari balik bayangannya, sang penguasa dua puluh sembilan legiun setan, sang pemilik terompet neraka. Dialah [King Amdusias] atau Duke Amdukias, sang Musisi Neraka.

"MANTAPP SOGG! BRVTALL!!" Ucap Amdusias mengakhiri nyanyiannya, suaranya besar bergemuruh. Tiba-tiba dia melemparkan mikrofon yang dipegangnya ke arah penonton 4L4yZ, ujung mikrofon yang runcing itu tepat menembus kepala salah satu 4L4yZer sehingga langsung menewaskannya. Amdusias hanya tertawa angkuh setelahnya, mengejek penonton yang telah jadi mayat.

Dari balik tembok, Sal diam melihatnya, "Sadis banget monster itu!"

Di atas panggung, Amdusias menikmati sorak-sorai para penonton yang sepertinya tak peduli satu temannya mati. Namun untuk sesaat dia sempat terdiam. Matanya memandang kaku ke arah Sal bersembunyi.

"AH, SEPERTINYA KITA KEDATANGAN TAMV!" Ucap Amdusias tiba-tiba, masih dengan suaranya yang menggelegar, "SIAPAPVN KAV, KELVARLAH!!"

Karena keberadaannya yang telah diketahui si monster, Sal pun keluar dari tempat persembunyiannya. Ribuan 4L4yZer yang mengelilingi panggung Amdusias berbalik memandangi Sal, mereka berbisik mengomentari kedatangannya. Dan sepertinya mereka tak terkejut melihatnya, bahkan seperti telah menunggu si monyet kuning itu hadir di tempat ini. Menghadapi tatapan para makhluk hitam, Sal hanya diam tidak beranjak dari tempatnya, kira-kira lima puluh meter jarak antara dia dan panggung tersebut. Sal menunggu reaksi si tuan rumah, si Musisi Neraka untuk berbicara.

Seperti tahu apa yang ada di pikiran Sal, Amdusias pun berucap, "SELAMAT DATANG DI PANGGVNGKV! SVNGGVH SVATV KEHORMATAN MENDAPATI SALAH SATV ENTRANT THVRQK TELAH MENEMVKAN LOKASIKV! VNTVK MERAYAKANNYA, AKAN KVMAINKAN SEBUAH LAGV!"

Amdusias mengeluarkan sebuah terompet emas dari dalam celana kulit bermotif zebranya, dan lalu meniupnya. Sebuah alunan musik bising keluar dari alat musik tiup tersebut, menyiratkan ucapan selamat datang dan undangan kematian.


(Fight, we will fight right,
Living low in a world of our own,
Destined to live right, fight,
We're taking hell as our home,
Burning lives burning,
Asking me for the mercy of god,
Ancient cries crying,
Acting fast upon the way of the dog,

Welcome to hell,
Welcome to hell,
Welcome to hell,
Welcome to hell)


Mendengarnya sebentar saja cukup bagi Sal untuk mengenali jenis Muse apa yang dimainkan si monster Unicorn. Itu adalah MUSE DEATH-METAL, jenis Muse yang bisa membuat siapapun yang mendengarnya menjadi agresif fatalistik.


(Kill we will kill death,
Masturbating on the deeds we have done,
Hell commands death kill,
Argue not of feel the death of sun,
Burning lives burning,
Asking me for the mercy of god,
Ancient cries crying,
Acting fast upon the way of the dog,

Welcome to hell,
Welcome to hell,
Welcome to hell,
Welcome to hell)


Kumis Sal bergetar hebat, dia belum pernah merasakan Irama sehitam ini dari seorang Musecian. Malah sejauh yang dia ingat, dia belum pernah sekalipun bertemu dengan seorang yang bisa mengaktifkan Muse Death-Metal. Semua Musecian di Galaksi Suling Sakti tahu tentang Muse tersebut, tapi tak pernah ada yang memainkannya sebagai bagian dari daftar putar mereka. Di sisi lain, Amdusias semakin mempercepat tempo musiknya, semakin menekan dan mendesak.


(Leave your souls at his feet,
Kiss the flames,
Scorn defeat.

Die we won't die live,
Our choice of difference is what you'll never know,
Mortal voids live die,
Buried deep beneath the fall of the snow,
Burning lives burning,
Asking me for the mercy of god,
Ancient cries crying,
Acting fast upon the way of the dog,

Welcome to hell,
Welcome to hell,
Welcome to hell,
Welcome to hell)


Sal pun kemudian menyadari sesuatu, berkat penutup telinga yang dipakainya, dia tidak merasakan efek langsung dari Muse yang dimainkan Amdusias, tapi tidak dengan para penonton 4L4yZer. Mereka mulai tak bergeming, perlahan mereka mulai mengelilingi Sal, ekspresi mereka mengeras, geraman demi geraman mulai terdengar nyaring. Nafsu membunuh telah menyelimuti mereka, dan entah bagaimana caranya, semuanya mengincar Sal.

"Bunuh dia! Bunuh monyet itu!" Teriak para 4L4yZer bersahutan.

"Gawat nih!" Ucap Sal sambil waspada terhadap serangan mendadak, tapi tak butuh waktu lama bagi Sal untuk menunggu. Para 4L4yZer dalam waktu bersamaan mulai menyerang Sal. Dari mulai yang terkecil sampai makhluk terbesar, semuanya menyergap Sal. Ada yang memakai senjata, ada yang memakai cakarnya, ekornya, tanduknya, bahkan lidahnya.

Tapi bukan Salvatore Jackson namanya kalau tidak bisa menghindar. Sal berkelit dengan cepat, ke kiri, ke kanan, melompat dan berguling. Sementara para 4L4yZer tak henti-hentinya menyerang Sal dari berbagai arah. Hingga dalam suatu kesempatan, salah satu 4L4yZer berhasil memegang ekor Sal.

"Eta kacabak, kacabak, kacabak siah, borokokok!" Umpat Sal dengan latahnya, merasa malu karenanya Sal pun berteriak.

"ENGKE-HEULA SIA KOPLOK!"

Mendengar teriakan Sal, dengan serta merta semua 4L4yZer yang tadinya menyerang Sal berhenti bergerak. Ekspresi kemarahan mereka masih ada, nafsu membunuh pun masih terasa, tapi semuanya seakan menunggu sesuatu. Mereka semua telah terkena Bacott Sal dan masuk dalam status diam.

"Sudah lama sejak ekorku ini dipegang seseorang, dan aku tak sudi dipegang oleh makhluk-makhluk gak jelas macam kalian!" Ucap Sal sambil menatap tajam ke arah 4L4yZer yang masih saja memegang ekornya. Tampak 4L4yZer tersebut menunjukkan wajah ketakutan, tapi karena efek Bacott Sal masih terasa, makhluk itu tak bisa melepas pegangannya.

"Hanya wanita saja yang boleh memegang ekorku!"

Sal pun kemudian mengeluarkan sulingnya, dan sama seperti Amdusias, memainkan alat musik tiup tersebut. Tapi berbeda dengan si monster Unicorn, musik yang dimainkan Sal sangat lembut dan bertempo lambat. Alunan nadanya begitu menghanyutkan, sebuah irama yang mendayu-dayu mengalir indah menyelimuti setiap relung sanubari yang mendengarnya.


(Dawai asmara bergetar syahdu
Mengalunkan senandung rindu
Belaian mesra membuai jiwa
Tak terlukiskan bahagia

Hanyut dalam gelora cinta
Hanyut di dalam suka cita
Tenggelam dalam madu cinta
Tenggelam di dalam bahagia

Dawai asmara bergetar syahdu
Mengalunkan senandung rindu
Belaian mesra membuai jiwa
Tak terlukiskan bahagia)


Seketika para 4L4yZer pun bergerak, mereka bergoyang ala pohon kelapa di tepi pantai yang tertiup angin laut musim kemarau. Ekspresi kemarahan dan nafsu membunuh yang sebelumnya menyelimuti wajah mereka pun menghilang.


(Syair para pujangga mengabadikan cinta
Hati para dewasa pasti tersentuh cinta

Ada yang lembut dan manja
Cinta membuat terlena
Ada kala bergelora
Bak debur ombak samudera)


Kemudian terjadi suatu keanehan, masing-masing dari 4L4yZer tersebut mulai menguap, mata mereka menjadi berat. Satu persatu dari mereka mulai merebahkan diri, mencari tempat yang nyaman untuk berbaring.


(Pesona cinta menggapai sukma
Menjanjikan sejuta indah
Terbit selera tergugah jiwa
Tuk menyemaikan benih cinta

Semoga putik 'kan berbunga
Semoga panggil 'kan berjawab
Ku ingin hidup dengan cinta
Ku ingin selalu bersamanya

Pesona cinta menggapai sukma
Menjanjikan sejuta indah
Terbit selera tergugah jiwa
'Tuk menyemaikan benih cinta)


Tak lama setelah itu, para 4L4yZer pun mulai terlelap, mereka  tertidur, setelah mendengarkan Muse bertempo lambat tersebut. Setelah memastikan tak ada seorang pun yang bangun, Sal pun menghentikan Muse-nya.

"Lagu ini pertama kudengar waktu pertama kali bertemu dengan Master Frank. Saat itu aku baru saja melarikan diri dari para pemburu yang dikerahkan Kerajaan Dollars, dan di saat aku terdesak, tiba-tiba Master datang dan memainkan lagu ini, sebuah Muse yang sejatinya adalah Dangdut, tapi karena temponya yang lambat, Muse ini disebut juga MUSE LULLABY."

Sal menghentikan kata-katanya, dan kemudian mengarahkan pandangannya kepada satu makhluk yang sepertinya tidak terpengaruh oleh Muse-nya. Dilihatnya sang Musisi Neraka bertepuk tangan di atas panggung merah.

"KVLT! SVNGGVH HEBAT! TAPI AKV TIDAK SVKA LAGV YANG BIKIN NGANTVK BEGINI!" Ucap Amdusias.

"Aku juga tidak suka dengan musisi yang memperlakukan penontonnya seperti sampah!" Balas Sal, "Walau aku sendiri ragu, kau ini bisa disebut musisi atau bukan?"

"OH YA? JADI KAV SEORANG MUSISI?" Tunjuk Amdusias ke arah Sal, "BAGIKV KAV TAMPAK SEPERTI PEMBVNVH!!"

•••

Kedua makhluk berbeda dunia itu saling berhadapan, keduanya terdiam, saling mengamati, saling mengukur kekuatan masing-masing. Sal mengerak-gerakkan ekornya, sementara Amdusias mengusap-usap culanya. Biasanya Salvatore akan selalu mencari cara untuk melarikan diri dari pertarungan, lebih suka bertahan dari pada menyerang, lebih mencari opsi aman dari pada cari masalah. Tapi kali ini berbeda, Sal menginginkan pertarungan, dia ingin lebih kuat lagi, bahkan walau lawan yang dihadapinya sekarang lebih tinggi darinya, lebih kuat dan lebih berisik.

"JADI, APA KITA HANYA AKAN SALING MENATAP SAJA?" Si Berisik memulai percakapan.

"Bagaimana kalau dimulai dengan mengecilkan volume suaramu dulu?" Balas Sal sambil mengacungkan sulingnya.

"HIIHAAHAAHAA!" Tawa Amdusias menggelegar, membuat Sal menutup telinganya rapat-rapat, padahal saat ini dia memakai penutup telinga peredam Muse.

"AKV ADALAH THE GREAT KING AMDVSCIAS, AKVLAH SANG GVNTVR, KAV TAK BISA MENYVRVH GUVNTVR BERBICARA PELAN!" Ucap Amdusias geram, "DARIPADA ITV, SIAPA SEBENARNYA KAV?"

"Daripada itu, gaya bicaramu bisa dirubah dulu gak? Ribet banget dengernya!"

"BAH! SI THVRQK MENJANJIKAN AKV SEORANG ANAK KECREKAN BERKEKVATAN MVSIK GILA, TAPI YANG MVNCVL MALAH MONYET KAMPVNG!" Ucap Amdusias tak menghiraukan perkataan Sal. Amdusias menuruni panggung tempat dia berdiri & menghampiri Sal

"Sudah kubilang, perbaiki dulu gaya-- eh, siapa yang kau maksud monyet kampung?!" Tanya Sal berang.

"KNEEL!!" Seru Amdusias sambil menunjuk Sal, "BVKAN GITV CARANYA BICARA DI HADAPAN RAJA!"

Sal yang mendengar seruan Amdusias tiba-tiba berlutut, seakan menyerah pada kekuasaan Amdusias.

"Lho kok?!" Ucap Sal heran, tapi dengan cepat dia sadar, yang diucapkan monster di depannya pasti Bacott juga. Sal pun membalas, "GUMEULIS!"

Mendengar seruan balasan Sal, Amdusias pun berkata, "KVLT! SEKARANG AKV MERASA CANTIK-- MEMANGNYA AKV INI APA, HAH?!"

Amdusias tiba-tiba sudah berada di hadapan Sal, makhluk itu kemudian mendaratkan satu kepalan penuh ke kepala Sal yang masih berlutut. "PANGGIL AKV RAJA AMDVSCIAS, AKVLAH SANG PENGVASA SVARA!!"

Pukulan itu mengenai sisi kiri wajah Sal, membuat si Monyet Kuning terlempar beberapa meter ke samping, membuat dia terjatuh berguling-guling, menabrak para penonton 4L4yZ yang masih tertidur. Penutup telinga ikut hancur, luka lebam segera saja menghiasi pipi Sal, pelipisnya berdarah & kelopak mata kirinya bengkak. "Cepat sekali!"

"BACOTT-MV ITV MAINAN ANAK KECIL! GVRVMV PASTI SANGAT PAYAH!!"

"Uh, jangan menghina Master Frank, sialan!" Ucap Sal, dia masih merasa pening akibat pukulan tadi.

"FRANK KATAMV? TERNYATA DIA," Amdusias berjalan dengan angkuh, menginjak tubuh-tubuh para 4L4yZer, "SI SINGA SIALAN, BAGAIMANA KABARNYA?"

"Tu-Tunggu, uh, kau kenal dengan Master Frank?"

"TENTU SAJA! AKVLAH YANG MENGAJARINYA!" Ucap Amdusias, dengan enteng kakinya menendang-nendang tubuh para 4L4yZer yang tertidur, seakan mereka tak lebih dari sampah yang berserakan di jalan.

Sal terkejut mendengar pernyataan Amdusias, tapi melihat kelakuan Amdusias yang memperlakukan para penontonnya, Sal pun marah dan berteriak, "Hentikan itu! HUDAAANG!"

Satu persatu para 4L4yZer yang tertidur pun bangun, beberapa yang dekat posisinya dengan Amdusias terperanjat melihat bintang idolanya begitu dekat dengannya, mereka pun dengan cepat cepat mengerumuni monster bertubuh manusia berkepala Unicorn itu, "Kyaaa~ Amdusias-sama!"

Tapi bukannya senang, Amdusias malah merasa jengkel, "MENYINGKIR, JANGAN GANGGV AKV!"

Dengan kibasan tangannya yang besar, dia mengenyahkan semua 4L4yZer di sekelilingnya. Bagai tersapu angin puting beliung, para 4L4yZer yang ada dalam radius sepuluh meter dari tubuh Amdusias, berterbangan menjauhi si Musisi Neraka.

Sal yang berada tak jauh dari tempat Amdusias berdiri ikut merasakan hempasan anginnya, namun dia masih bisa bertahan dan tidak ikut terlempar. Sal mencoba untuk bangkit, dengan susah payah dia berdiri, rasa perih & pusing yang menghinggapi kepalanya masih terasa. Sal melepaskan penutup telinganya yang remuk & melemparnya, dia pun meraih suling dan kemudian memainkan sebuah lagu sederhana, berjudul Beautiful Day.


(Hateshinai au no mukou e
Bokutachi no mirai wa hirogaru
Beautiful days kimi to boku koko ni iru
Hashi tabun dake michi wa no mi  iru kara
Day by day ima wo iki yoo)


Secara ajaib, luka di pelipisnya sembuh dengan cepat, hanya menyisakan sisa darah yang mengalir. Muse yang Sal mainkan adalah RESITAL, lagu penyembuh. Walaupun nadanya yang sederhana, tapi keceriaan yang ada di dalamnya meresap menyelimuti tubuh siapapun yang mendengarnya dan merangsang percepatan regenerasi sel-sel di bagian yang luka. Seperti Muse dan Bacott, Sal harus melepas penutup telinganya dulu supaya Irama itu aktif. Dan ternyata bukan hanya Sal yang sembuh, para 4L4yZer yang terluka akibat diperlakukan kasar oleh Amdusias pun menjadi ikutan sembuh.

"Aku sembuh, makasih Tuan Monyet, makasih," seru para 4L4yZer, mereka sekarang malah mengelu-elukan Sal, "Hidup Tuan Monyet!"

"Tuan Monyet- Tuan Monyet, namaku Salvatore Jackson, si Musisi Patah Hati, panggil aku Tuan Sal!" Bentak Sal setelah memasukkan kembali sulingnya ke dalam kemeja putih yang sekarang tambah kusut.

Melihat kejadian itu, Amdusias mendengus pelan. Sedikit banyak, dia jadi tertarik pada sosok si monyet kribo.

"AKV TIDAK SVKA KAV MEREBVT FANSKV, TAPI MELIHAT KEKVATANMV, RASANYA KAV CVKVP BERPOTENSI. BAGAIMANA KALAV KAV JADI SALAH SATV JENDERALKV?"

•••

Setengah jam telah berlalu sejak tawaran Amdusias kepada Sal, intinya jelas, Amdusias menginginkan dirinya menjadi abdi barunya. Tapi tentu saja Sal menolak keras, untuk apa dia menjadi bawahan seorang monster seperti Amdusias. Yang terjadi selanjutnya adalah perdebatan, Amdusias bersikeras merekrut Sal, sementara Sal bersikeras menolak.

Karena kesal niatnya tidak diterima, Amdusias pun coba kembali menyerang Sal. Untuk beberapa saat, Sal bisa mengimbangi kecepatan Amdusias, setiap pukulan atau cakarannya berhasil di hindari Sal. Tapi semakin lama, Amdusias pun meningkatkan kecepatannya, beberapa serangan akhirnya mengenai tubuh Sal. Kemejanya sobek, bekas cakaran tersebar di dada dan punggungnya, luka lebam sekarang malah semakin bertambah di wajahnya. Singkat kata, Sal dihajar habis-habisan oleh si Musisi Neraka.

Dan Sal bukannya tidak mencoba melawan, beberapa kali Sal meneriakkan Bacott terhadap Amdusias. Tapi makhluk itu seperti tidak bereaksi. Dia pun coba memainkan Muse Reggae, tapi hasilnya sama, Amdusias seperti kebal terhadap jenis serangan Muse yang dilancarkan Sal. Dan sebaliknya, setiap ucapan yang diteriakkan Amdusias, efeknya tetap mengenai Sal walaupun dia telah menutupi telinganya.

"SVDAH KVBILANG, BACOTT-MV ITV MAINAN ANAK KECIL DIBANDINGKAN BACOTT RADJAKV!" Ucap Amdusias, "BERAPA DESIBEL KEKVATAN SVARAMV, DELAPAN PVLVH, SERATVS? MILIKKV BISA MENCAPAI LIMA RATVS DESIBEL!"

"Li-Lima ratus?!"

"AKAN KVAJARKAN BACOTT RADJA KALAV KAV BERSEDIA JADI JENDERALKV!"

"Buat apa aku menjadi bawahanmu? Uh, aku menolak!" Ucap Sal mengulangi perkataannya, dia merasakan tubuhnya sama sekali tak bisa bergerak. Segala nyeri, pusing, menjalar kesekujur tubuh Sal.

"BVKAN BAWAHAN, TAPI JENDERAL, JENDERAL ITU ATASAN TAHV!" Balas Amdusias mencoba meyakinkan, "LAGIAN KAV KAN ANAK MVRID SINARTERANG, JADI OTOMATIS KAV CVCV MVRIDKV!"

"Kau bercanda, mana mungkin Master Frank menjadi muridmu, gaya kalian sama sekali berbeda!" Bantah Sal, "Muse yang diajarkan Master beralirkan cinta dan sangat indah, sedang kau begitu kasar dan mengutuk, jadi mana mungkin Master Frank berguru padamu!"

"CIH, ITV KARENA DIA MEMBELOT PADAKV, DIA LEBIH MEMILIH JALAN IRAMA HARMONI DARIPADA IRAMA KAKOFONI!"

"Irama Kakofoni?!" Sal terkejut mendengar istilah itu, Master Frank pernah menceritakan tentang Irama tersebut.

Irama Kakofoni adalah Irama kekacauan, yang mengutamakan alunan nada yang sumbang dan kasar, setiap rangkaian bunyinya dimainkan tidak harmonis, kebisingan adalah jiwanya dan merusak adalah pedoman hidup para Musecian Kakofoni. Tapi Master Frank juga bercerita bahwa saat ini di Galaksi Suling Sakti sudah tidak ada lagi Musecian Kakofoni yang masih aktif bermusik.

"DAN AKV INGIN KAV MENJADI AGEN KEKACAVAN BAGIKV, AKU INGIN KAV MENJADI MUSE KAKOFONI!"

"Sudah jelas aku menolak, aku pengikut Irama Harmo--"

"SALAH!!" potong Amdusias, "SEORANG MUSE HARMONI TAKKAN MENGOTORI JIWANYA DENGAN SIFAT PENDOSA, SEMENTARA KAV ADALAH PEMBVNVH!"

"Apa-- Aku bukan pembunuh-- maksudku, wanita itu, dia masih hidup, dia..." Sal mencoba berdiri dengan susah payah, kakinya patah, tangannya bergetar, tapi bukan itu yang dipikirkannya sekarang, "aku tidak membunuh siapapun!"

"KAV BERADA DI SINI KAN? KAV SAMPAI DI BABAK INI KARENA TELAH MEMBVNVH BERAPA ORANG, TIGA, LIMA ORANG?" 

"Sudah kubilang, tidak ada seorangpun yang kubunuh, si Truk itu bisa menghidupkan & mematikan siapapun semaunya, dia membuatku melakukannya, tak ada pilihan lain, aku harus melakukannya!" Bantah Sal.

"TAK ADA YANG KAV BVNVH KATAMV?"

"Dengar! Pada dasarnya kami semua di sini telah mati, yang memutuskan siapa yang bertahan dan siapa yang gugur adalah Truk, dialah pembunuh sebenarnya, camkan itu!"

"KALAV BEGITV, KENAPA AKV BISA MENDENGAR PERASAAN BERSALAH?"

"Hah, mendengar?"

"KAV YANG DENGAR, THVRQK HANYA MENYEDIAKAN PAPAN PERMAINAN, BERTAHAN ATAV MENYERAH, MEMBVNVH ATAV DIBVNVH, ITV TERGANTUNG PILIHAN KALIAN!"

Amdusias berhenti bicara sejenak untuk kembali menuju panggung merahnya.

"AKV TAHV THVRQK, DIA SENANG BERMAIN SEBAGAI TVHAN, MEMBERI KALIAN TVJVAN, TANTANGAN, ARENA BERTARVNG, TAPI KALIANLAH YANG MENGENDALIKAN NASIB KALIAN SENDIRI... JANGAN SALAHKAN PANITIA!"

"Jadi apa maksudmu?"

"MAKSVDKV, ALASAN KENAPA KAV BISA BERTAHAN SELAMA INI, KARENA KAV MEMILIH SATV-SATVNYA JALAN YANG DIINGINKAN THVRQK, YAITV JALAN PEMBVNVH!" Ucap Amdusias dengan suara yang menggelegar, "KAV MENGERTI SOGG?!"

"Iya, aku mengerti, tapi sudah kubilang, tidak ada yang benar-benar mati olehku, mereka masih hidup--"

"ITV HANYA HASIL AKHIR, YANG PENTING ITV PROSES, DAN KAV TELAH MELAKVKANNYA, KAV TELAH MEMBVNVH SESEORANG!"

"Diam!"

"AKV YAKIN DALAM HATI KECILMV KAV SVDAH SIAP VNTVK MEMBVNVH LAGI... SEKALI JIWAMV TERKOTORI, AKAN MVDAH VNTVK YANG KEDVA KALINYA, PERASAAN BERSALAH ITV SEMAKIN LAMA AKAN SEMAKIN MENIPIS & AKHIRNYA TIDAK AKAN TERDENGAR LAGI, KAV AKAN MVLAI MENIKMATINYA!"

"Diam... Diam!!" Bentak Sal.

"KEPVASAN DALAM MENGHILANGKAN NYAWA SESEORANG AKAN MEMBVATMV KECANDVAN, PERCAYALAH!"

"Kubilang DIAAAM!!!" Bersamaan dengan teriakan Sal, hempasan energi tercipta dari tubuh Sal.

Gelombangnya menerpa semua mahkluk yang ada di sekitarnya, membuat mereka terdiam tak bergerak. Bahkan membuat Amdusias berdiri kaku di panggungnya, tapi bukannya terkejut, si Musisi Neraka malah tertawa.

"HIIHAAHAAHAA!! TERIAKAN YANG BAHKAN SANGGVP MEMBVATKV TERDIAM, INILAH WVJVD ASLI DARI BACOTT RADJA YANG TIDAK TERIKAT BAHASA DAN KEKVATAN SVARA!" Walau dalam keadaan diam terpaku, suara Amdusias tetap menggelegar seperti biasa.

"KAV YANG SEKARANG LEBIH COCOK DISEBVT SEBAGAI AHLI MVSE KAKOFONI!"

"Berisik! Aku ya aku, jangan seenaknya saja mengkotakkan aku!" Sal berdiri terhuyung, bahkan hanya sedikit bergerak saja sakitnya luar biasa. Tapi tanpa disadari Sal, kumisnya semakin bergetar sejak bertarung Muse dengan Amdusias.

Dengan susah payah Amdusias menggerakkan tangannya, kemudian meraih terompetnya dan meniupnya dengan kencang. Suara terompet yang keras secara ajaib mampu menetralisir efek teriakan Sal. Amdusias pun terbebas dari pengaruh Bacott Radja yang secara tak sengaja diaktifkan Sal.

"APA SVSAHNYA MENGAKV SALAH? KERAS KEPALA SEKALI KAV! KERAS LAYAKNYA BESI TEMPA, MVNGKIN KAV MEMANG HARVS DIHAJAR DVLV!" Dengan santai Amdusias merentangkan tangan dan kakinya, seperti seorang atlet melakukan peregangan, "AKAN KVPERLIHATKAN KEKVATAN SEJATI DARI MVSE KAKOFONI!"

"KAKOFONI: CONCERTO."

•••

:: Karl Mayer - Reverse ::

•••

Amdusias bahkan tidak memegang terompetnya, tapi bermacam-macam suara bising terdengar di sekelilingnya. Bukan hanya terompet, tapi gitar, drum, bass, tuba, dan berbagai jenis alat musik lainnya. Tapi suara yang terdengar bukanlah jenis musik indah yang mengalun secara harmonis, justru sebaliknya terdengar menyakitkan di telinga, nada-nadanya yang tidak beraturan memberikan nuansa mencekam.

Mungkin baru kali ini Sal merasakan depresi luar biasa setelah mendengar Muse Kakofoni yang dimainkan Amdusias, perasaan bersalah yang sempat meredam setelah bertemu Yvika kembali muncul & malah semakin menguat. Sementara di pihak lain, Amdusias mengerak-gerakkan kepalanya, lebih tepatnya mengayun-ayunkan culanya seperti seorang konduktor memimpin sebuah orkestra.

"BAGAIMANA RASANYA DISERANG RASA BERSALAH SERIBV KALI LIPAT?" Tanya Amdusias.

"Hentikan! Hentikan! Hentikaaan!!!" Teriak Sal.

Sal hanya bisa berteriak-teriak tak karuan, seperti orang gila yang ketakutan. Sal mengacak-ngacak rambut kribonya, kemudian memukul-mukulkan tangannya ke rumput Rachtafari, membuat seluruh jemarinya terluka, dia tak memperdulikan luka-luka yang telah dia dapat sebelumnya dari Amdusias, tangan Sal terus memukul dan memukul rerumputan tajam tersebut. Nafasnya tak teratur, matanya memerah, sementara darah terus mengalir dari luka-luka yang masih terbuka.

"KAV MENYEDIHKAN! MVNGKIN AKV SALAH BERHARAP PADAMV, CONCERTO ITV KAKOFONI TERLEMAHKV!"

Amdusias mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi dan berteriak, "KAKOFONI: KATRINA!"

Segera setelahnya angin kencang bertiup di sekitar Amdusias, di atas gumpalan awan hitam disertai hujan tiba-tiba menyeruak entah darimana. Tak berapa lama petir bersahutan menyambar permukaan tanah, beberapa penonton 4L4yZer yang tidak beruntung ikut tersambar petir dan hangus, sementara sebagian besar lainnya berterbangan terkena angin badai yang dahsyat.

Amdusias kemudian mengacungkan jarinya ke arah Sal dan kejadian selanjutnya berlangsung dengan sangat cepat, berpuluh-puluh lontaran petir menyambar tepat ke arah Sal, semuanya berpusat ke tubuh si Monyet Kuning. Petir dahsyat itu terus menerus menyambarnya, bagai sebuah tombak dari langit, mengoyak kulit tubuhnya, membakar daging & organ-organ dalam tubuhnya, menguapkan darahnya, dan hanya menyisakan tulang belulang hangus.

Musik Badai pun mereda. Amdusias pun menghentikan gerakannya, dia tertawa terbahak-bahak. Area tersebut hanya menyisakan panggung merah dan dirinya, terlihat ratusan mayat makhluk hitam yang berserakan tak beraturan mengelilingi panggung, serta sesosok mayat besar yang hanya terdiri dari tulang dan tengkorak hitam, dalam keadaan berlutut, sementara tengkoraknya mengarah ke atas. Sebuah kalung besi hitam yang mengelilingi lehernya patah dan terjatuh ke rerumputan.

Rasanya tidak perlu dijelaskan lagi, tapi saat ini Salvatore Jackson telah mati.

•••

"Di-Di mana aku? Siapa kau?"

"Namaku Frank Sinarterang, kau sekarang berada di rumahku, dan jangan banyak bergerak, lukamu masih belum sembuh benar."

"Apa kau akan memakanku?"

"Bodoh, kalau aku mau memakanmu, aku takkan repot merawatmu dulu!"

"Bisa aja kau membuatku gemuk dulu, lalu baru memakanku."

"Memangnya aku penyihir rumah brownies Amanda!"

"Eh, Amanda?"

"Aku yg dulu mungkin akan melakukannya, tapi aku yg sekarang adalah singa vegetarian!"

•••

"Dengar Sal, sudah lima tahun kau berguru padaku, kau sudah kuajari semua yang kuketahui, kau juga sudah menguasai dasar-dasar Muse dan Bacott, tinggal bagaimana kau menerapkannya di angkasa luar."

"Master, apa ini perpisahan?"

"Selama kau masih melangkah di jalan Irama Harmoni, kita pasti akan berjumpa lagi, Sal."

"Terima kasih Master, atas segalanya."

"Ingat pesanku Sal, Ilmu Muse itu sangat luas, jadi bukalah pikiranmu, tetaplah di jalan cahaya, dan jauhilah jalan kegelapan, karena kegelapan akan menyesatkan Irama Jiwamu ke arah Kakofoni."

"Irama Kakofoni, apa sebegitu berbahayanya?"

"Kita tak bisa membayangkan sebesar apa kehancuran yang bisa ditimbulkan Irama kekacauan tersebut... Dan satu lagi Sal, Kakofoni mengharuskan pemakainya melupakan semua tentang dirinya, semua kenangan, emosi, dan menjadikannya makhluk yang berbeda."

"Makhluk yang berbeda?"

"Kekuatan yang didapat memang sangat besar, seorang Musecian Kakofoni tidak membutuhkan hal lainnya, dia hanya butuh dirinya sendiri untuk memainkan sebuah konser setingkat orkestra, dia tak butuh teman atau dukungan, dia hanya membutuhkan Irama Kakofoni itu sendiri."

•••

"Jadi Sal, apa kau yakin dengan pilihanmu?"

"Iya, aku tak bisa berhenti di sini, maafkan aku Master, tapi aku tetap harus bertemu dengannya, walau aku harus menjadi monster sekalipun!"

"Kalau begitu hancurkanlah biji Mete yang ada di kepalamu."

"Sudah kuhancurkan."

"Dan cukur juga kumismu, karena itu adalah tanda Muse Harmoni."

"Sudah kucukur."

"Ikuti kata-kataku... Aku Salvatore Jackson, menerima Kakofoni sebagai Irama Jiwaku!"

"Dan teriakkan kata-kata ini..."

•••

"UNLIMITED MUSE WORKS."

Amdusias baru saja akan meninggalkan panggungnya, ketika dia mendengar kata-kata itu. Dia pun berbalik untuk mencari tahu, namun yang dilihatnya tetap pemandangan yang sama seperti sebelumnya, sesosok mayat yang menyisakan tulang & tengkorak. Suara yang di dengarnya berasal dari mayat Salvatore Jackson.

Ada keraguan dalam diri Amdusias, tapi kemudian dia mulai yakin. Dia pun kembali mendekati mayat Sal. Sesaat setelah itu, tiba-tiba berbagai alat musik mulai terdengar di sekeliling panggung merah, dari mulai kecapi, rebab, sasado, biola, piano, semuanya terdengar bersahutan. Dan sama seperti Amdusias, tidak terdengar rangkaian nada apapun dari musik Sal, yang ada hanya

"APA MAKSVDNYA INI? KAV MENOLAK TAWARAN DARIKV, TAPI MEMILIH SENDIRI MENJADI KAKOFONI?"

"Aku tidak mau menjadi... bawahanmu!" Tengkorak Sal mulai bergerak, dan berdiri kaku. Tulang tanpa otot, tanpa daging itu berbicara. Salvatore Jackson telah berubah menjadi SKULL-SALVATOR.

"OH, TERVS... SEKARANG APA?" Tantang Amdusias.

Tubuh Amdusias tiba-tiba terlempar, terhempas jauh ke arah salah satu Rachta, menghancurkan batang pohonnya. Sementara Skull-Sal sendiri terlihat dalam posisi kaki terangkat. Ternyata dalam waktu yang sangat cepat, Skull-Sal telah melancarkan tendangan memutar ke arah Amdusias. Serangan secepat kilat yang bahkan tidak bisa dihindari oleh kecepatan mata Amdusias.

"SIALAN! BERANINYA KAV!"

"Rasanya aku mulai paham, kenapa sebelumnya Muse dan Bacottku tidak berpengaruh padamu," ucap Skull-Sal sembari mengarahkan pandangannya pada Amdusias, "Itu karena kau memilih untuk tidak mendengar suaraku, kau menciptakan semacam perisai suara, atau  yang menahan seranganku. Kau tidak membual soal menjadi penguasa suara."

"TERVS KENAPA?"

"Tadi kau bilang kau bisa mencapai lima ratus desibel?" Ucap Skull-Sal, dengan santai dia kemudian mendekati Amdusias, "Nah itu baru membual!"

"Sekarang akan kupastikan kau mendengar LIMA RATUS DESIBEL YANG SESUNGGUHNYA!!" Teriak Skull-Sal, suaranya sama menggelegar seperti Amdusias. Sekarang giliran Amdusias yang menutup telinganya.

Skull-Sal kemudian mengubah posisi kedua lengannya, sehingga terlihat seperti pose memegang gitar. Tangan kiri terlihat seperti memegang bagian leher, sementara tangan kanan terlihat mulai memetik senar yang ada di pinggul gitar.

"ORCHESTRA: AIR GUITAR!" Seru Sal, alunan musik yang tadinya terdengar tidak beraturan seketika menjadi penuh harmoni, nada-nada yang tadinya saling berserakan, satu per satu mulai tersusun rapi, terangkai sempurna seperti rel kereta roller coaster. Skull-Sal dengan gerakan tangannya merubah Muse Kakofoni menjadi penuh Harmoni.

•••

:: Death Devil - Hikari (Instrumental) ::

•••

"INI TIDAK MVNGKIN, MVSE KAKOFONI TAK MVNGKIN BISA DIRANGKAI MENJADI HARMONI!" Bantah Amdusias tak percaya.

Tapi yang terjadi memang sebaliknya, Skull-Sal terus memainkan Air-Guitar-nya dengan semangat, mengalirkan nadanya dengan tempo tinggi. Musik yang dimainkan Skull-Sal mulai menimbulkan pusaran angin di sekeliling mereka, menciptakan sebuah badai baru. Sama seperti Amdusias, hujan petir deras menyambar, ditambah pusaran angin yang bertiup kencang.

Dan bukan itu saja, aliran angin yang melewati ruas-ruas tulang tengkorak Sal menimbulkan gesekan udara, membakar Irama Jiwa yang terekspos, memunculkan kobaran api yang menyelimuti Skull-Sal. Kobaran api tersebut secara perlahan menciptakan tubuh baru bagi si Monyet Tengkorak, menggantikan daging dan kulit yang sebelumnya hancur oleh petir Amdusias. Tapi walau terbakar seperti itu, anehnya bentuk rambut kribo Sal masih terlihat.

"APA-APAAN INI, SATV MVSE BISA MENGHASILKAN EFEK SEPERTI INI?!" Melihat Sal yang bertransformasi menjadi FLAMING-SKULL-MONKEY, Amdusias seakan tak bisa berbuat apa-apa, bahkan hanya untuk bertahan dari badai yang diciptakan Sal saja sudah susah baginya.

Muse yang dimainkan Sal pun semakin lama semakin kencang dan saat alunan musik cadas itu mencapai klimaksnya, Sal mendekati Amdusias dan menghantamkan gitar imajinernya ke arah si Musisis Neraka. Bentuk gitar yang tadinya tak kasat mata mulai termaterialisasi dengan kobaran api yang sama yang menyelimuti Sal.

Amdusias yang tidak bergerak, menerima hantaman gitar api itu dengan telak. Dia berteriak kesakitan, tak menyangka kalau gitar yang tadinya hanya sebuah angin kosong berubah menjadi kobaran api yang membakar.

"KVRANG AJAR, TERIMA INI!" Tak terima diserang, Amdusias pun balik mendekati Sal dan menyarangkan sebuah pukulan hook ke dagu Sal.

Sal sama sekali tak menghindar, seakan sengaja menerima pukulan Amdusias, akibatnya dia pun terpelanting ke belakang dan seketika itu diterbangkan pusaran angin. Tubuh Sal yang berkobar berputar-putar di pusaran angin tersebut dan mulai menciptakan pusaran api yang hebat. Dia sepertinya sengaja membiarkan tubuhnya diterbangkan sang angin, saat dia ada di ketinggian seratus meter, Sal pun merentangkan tangannya laksana sayap. Bukan untuk terbang, tapi sebaliknya untuk jatuh bebas.

Kobaran api yang tadi menyelimuti pusaran angin telah menghanguskan udara di area pertarungan. Tubuh Sal pun jatuh tanpa terhalang apapun lagi, dia pun kemudian mengarahkan kedua kakinya ke satu titik, yaitu tempat Amdusias berada.

Amdusias yang melihatnya hanya tertawa, "KAV SERIVS INGIN MENGHABISIKV DENGAN SERANGAN SEPERTI ITU, HAH?! SEBELUM KAKIMV ITV SAMPAI MENGENAIKV, CVLAKV INILAH YANG AKAN PERTAMA MENEMBVS OTAKMV!"

"METEO RUSH!" Seru Sal.

"KAKOFONI: TRVE METAL--" namun sebelum Amdusias menyelesaikan kata-katanya, tiba-tiba muncul sesosok bayangan dari belakang Amdusias.

"KNEEL!" Suara yang dikeluarkan sosok tersebut terdengar lembut namun tegas, tapi cukup membuat Amdusias yang mendengarnya bertekuk lutut.

"A-APA?! Amdusias tak bisa berbuat apa-apa, dia hanya bisa terkejut melihat kehadiran sosok tersebut. Sementara di langit, Sal semakin lama semakin mendekat, bagai sebuah meteor, tendangannya terus mengarah ke Amdusias.

"JAMBE DE METEO!"

Itu adalah sebuah serangan Dropkick ala suku Meteo, namun dari ketinggian seratus meter dan tubuh Sal yang terbakar api, tendangan yang mengenai Amdusias beratus kali lipat kekuatannya dari tendangan biasa. Tendangan itu tepat mengenai kening Amdusias dan mematahkan culanya, sekaligus menghancurkan tengkorak kepalanya.

King Amdusias, si Musisi Neraka telah kalah.

•••

"Berantakan sekali," ucap sosok makhluk yang tiba-tiba muncul di hadapan Sal, mengomentari apa yang terjadi pada kepala Amdusias.

Sal mengenali suara itu, "Ma-Master Frank?!"

Tapi yang dilihatnya bukanlah Master Frank Sinarterang yang menajdi gurunya, makhluk tersebut berkepala kucing dengan senyum yang lebar. Sebelah matanya memakai kacamata tunggal yang talinya terpasang di telinganya yang runcing. Tubuhnya sendiri begitu langsing, tingginya tidak lebih dari dua meter, berpenampilan sangat rapi, memakai jas tuksedo dan bawahan berwarna hitam.

"Siapa kau? Kenapa suaramu mirip dengan Master?" Tanya Sal.

"Ah iya, maaf, tidak memperkenalkan diri, namaku BELETH, dan sebenarnya akulah yang selama ini 'bersuara' padamu," jawab sosok makhluk berkepala kucing tersebut, "aku meminjam suara gurumu supaya memudahkan diriku untuk membantumu."

"A-Apa?" Sal hanya bisa melongo mendengar ucapan makhluk yang mengaku bernama Beleth tersebut.

"Jangan terlalu dipikirkan, yang penting selamat dengan kekuatan dan... wujud barumu itu," ucap Beleth sambil tersenyum, "dan sekarang, biarkan aku yang mengurus Amdusias."

Sal terdiam, dia memperhatikan tubuhnya yang sudah berubah menjadi kobaran api berwarna jingga, biji Mete yang ada di kepalanya pun sudah menghilang, sementara ekornya lebih mirip lidah api yang menyala, "Aku jadi mirip Narto si Rubah Kerupuk."

Tapi kemudian Sal teringat sesuatu, "Jangan-jangan waktu di pulau kemalasan juga, itu kau ya?"

Beleth tidak menjawab kemudian mendekati mayat Amdusias yang kepalanya telah remuk, dan kemudian memeluknya, "Nah, kurasa sekarang kau tidak akan nakal lagi kan, kekasihku."

Mendengar itu, Sal semakin terdiam, dia merasa tak mau bertanya lebih jauh lagi.

"Kau sekarang bukan lagi Musecian Harmoni, Irama Jiwamu sekarang memiliki Irama Kakofoni, tapi hebatnya kau bisa merubah Irama Kakofoni tersebut menjadi Irama Harmoni... Jiwamu takkan bisa bertahan lama Sal," ucap Beleth tiba-tiba, "Apa 'dia' sebegitu layaknya diperjuangkan"

Sal sempat termenung mendengar pertanyaan tersebut, tapi tak lama Sal pun menjawab dengan singkat, "Ya."

"Kalau begitu pergilah, semoga beruntung, dan aku takkan mengganggumu lagi."

Sal pun kemudian pergi meninggalkan mereka berdua, pergi menuju ke pusat Vishala Rashta yang telah terbuka.


[ROUND 4 - END]

9 comments:

  1. Dari semua entri r4 yang saya baca, rasanya entri Sal ini yang buat saya punya enjoyment value paling tinggi. Selain battle musicnya yang keren, karakter demon yang jadi lawan beneran kerasa karakterisasinya di sini, ga sekedar jadi mob chara yang perlu dikalahin buat lewat labirin. Gaya bicara demonnya juga kocak banget, ngingetin sama Ivankov dari One Piece. Belum lagi exchange conversation antara dia sama Sal juga kocak.

    Nilai 9

    ReplyDelete
    Replies
    1. Anonymous3/8/14 13:23

      Dendi Lanjung:
      Wiii~ dapat nilai 9, makasih ya Bang Sam ^_^

      Delete
  2. Hmm.....
    Bahasanya mudah dicerna sehingga saya bisa mengerti dalam entri ini meski saya sendiri kurang mengerti bidang musik. Battlenya sangat menarik, sempat membuat saya terkejut ketika Sal mati dan hidup lagi menjadi tengkorak berapi.

    Ngomong-ngomong... Apa Sal akan tetap menjadi tengkorak atau kembali menjadi sal? Yah... mari kita tunggu di ronde berikutnya...

    Nilai 9 dari saya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Anonymous3/8/14 13:22

      Dendi Lanjung:
      Makasih udah baca dan kasih nilai ^_^

      Delete
  3. Jadi narto?
    apakah masih suka Ramen.

    maafkan bandwith saya yang membuat saya gak memutar lagu.
    storywise and Action wise this is Good.

    tapi... ada sesuatu yang bikin gwa ngebaca kisah Sal ini... somehow just random shounen...
    entah karena Klise better than master, klise bangkit kembali dan jadi sakti, atau lain-lainnya.

    Sehingga saya hanya dapat kasih nilai... a little Above Average.

    Final Verdict: 7.8

    ReplyDelete
    Replies
    1. Anonymous3/8/14 13:21

      Dendi Lanjung
      Bermain dengan plot memang masih jadi area yang perlu diasah lagi, huhu

      Tapi makasih nilainya ya ^_^

      Delete
  4. Jadi imba setelah down sekali bagiku udah terlalu mainstream, tapi yang paling bikin ilfeel ga lain dari deus ex machina di sini. Kenapa juga harus ada makhluk ga jelas yang tiba-tiba masuk arena pertarungan dan membantu Sal?

    Nevertheless, pertarungannya ditulis dengan cukup baik.

    Score 8

    ReplyDelete
    Replies
    1. Anonymous9/8/14 20:43

      Dendi Lanjung:
      Saya harus gugel dulu buat tau arti deus ex machina, hehe, , ternyata teknik narasi/plot yang banyak dikritik ya :'(
      Ya sekali lagi saya kurang dalam bermain dengan plot, mungkin karena kurang waktu buat ngejelasin siapa itu Beleth, makanya kesannya dia tiba-tiba muncul aja.
      eharusnya yang flashback lebih panjang lagi dan juga dialog penyerahan diri Sal ke irama kakofoni itu sebenarnya momen kemunculan Beleth, tapi karena mepet, jadi disingkat.
      Tapi terima kasih nilai dan terutama krisannya, lagi-lagi nambah ilmu saya ^_^

      Delete

Silakan meninggalkan komentar. Bagi yang tidak memiliki akun Gmail atau Open ID masih bisa meninggalkan komentar dengan cara menggunakan menu Name/URL. Masukkan nama kamu dan juga URL (misal URL Facebook kamu). Dilarang berkomentar dengan menggunakan Anonymous dan/atau dengan isi berupa promosi produk atau jasa, karena akan langsung dihapus oleh Admin.

- The Creator -