November 21, 2014

[ROUND 6] URSARIO - BATTLEY OF THE GODSY

[Round 6] Ursario
"Battley of the Godsy"
Written by Heru S. Zainurma

---



-intermezo bagian I-
Kegagalan Nolan?


Dalam suatu ruangan di Devasche Vadhi ... tampaklah Nolan, si kacamata, tengah menggerakkan sepuluh jemarinya begitu cepat. Dia menekan-nekan papan ketik laptopnya, mencoba segala yang dia bisa.

Laptop itu tersambung pada jaringan di Devasche Vadhi. Yang hendak diretas Nolan adalah sistem pertahanan ruang rahasia Thurqk, alias Ruang Penjara Jiwa. Mulutnya tak henti-hentinya menggumamkan ...
                        
"Akulah sang tokoh utama. A-akulah sang pahlawan. Aku yang akan menyelamatkan s-semuanya! Rencanaku pasti akan berhasil, dan mereka semua akan bersujud memohon maaf karena sudah meragukanku. Lihat saja!"

Namun sepenggal suara mengagetkan dirinya—

"Ihihihi. Lucu sekali kau, Nolan, mengaku-ngaku sebagai pahlawan begitu."

—dan Nolan menyaksikan gadis hantu berpita biru telah berada tepat di belakangnya. Dia dikenal sebagai Abigail Grey, alias Abby, yang akhirnya dapat kesempatan muncul juga di kisah ini. Dan gadis hantu itu tampaknya turut membawa serta sesosok Hvyt bersayap kelabu.

"A-Abby??" Nolan menoleh panik, "Dan ... Über-Hvyt?!"

Pemuda kacamata itu lantas menelan ludah dan mulai berkeringat deras. Dia kepergok! Padahal proses peretasan baru berlangsung setengah jalan.

Sekarang apa?


Otak cerdas Nolan buntu seketika. Tak ada yang bisa dipikirkannya. Nolan hanya bisa membiarkan insting liarnya mengambil kendali.

Diraihnya kursi yang tadi didudukinya, kemudian sepenuh tenaga dia coba hantamkan itu ke arah Abby. Namun apa yang terjadi? Tahu-tahu, kursi yang diayunkan Nolan malah terbelah dua!

Abby telah memotong kursi tersebut dengan sebilah gunting raksasa, entah muncul dari mana. Sia-sialah usaha Nolan.

"Duh, Nolan. Pintar sekali kamu. Tentu saja hantaman kursi bisa SANGAT melukai hantu sepertiku, ihihihihi."

Gadis hantu itu kembali terkikih, seraya matanya memberi kode kedipan pada Über-Hvyt di sebelahnya. Hvyt itu, seperti namanya, bukanlah sembarang Hvyt. Dia menyadang nama über, yang berarti, Hvyt tersebut jauh lebih berkelas, jauh lebih kuat, dan jauh lebih trendi daripada sekadar Hvyt biasa.

Über-Hvyt segera beraksi. Dia sudah mencengkeram belakang kepala Nolan. Tanpa basa-basi, Über-Hvyt langsung menjedotkan jidat Nolan dalam satu gerakan menukik yang begitu cepat. Hasilnya, laptop Nolan, beserta mejanya sekaligus, remuk seketika. Lepaslah sejumlah kabel yang tadinya tersambung dari laptop itu ke jaringan Devasche Vadhi.

Nolan terbaring tak berdaya. Darah menetes dari dahi pemuda itu, bersamaan dengan hilangnya kesadarannya.

"Hihihi, sayang sekali ya, 'Pahlawan'?" ledek Abby.

Kemudian dengan instruksi dari si gadis hantu, Über-Hvyt langsung membopong Nolan.



-intermezo bagian II-
Thurqk, sang Entrepreneur


Thurqk tersenyum lebar menyaksikan pagelaran akbar yang dia selenggarakan sudah hampir mencapai puncaknya. Ya, turnamen akhirat ini menyisakan hanya delapan petarung saja, dari yang tadinya lima puluh lima.

Senyum Thurqk kian merekah tatkala bisnis yang dia jalankan semakin sukses. Omset penjualan dari ronde ke ronde terus meningkat. Dengan segala tipu dayanya, sang Dewa Merah masih saja lihai meraup untung, memeras segunung HL (mata uang Netherworlds) dari para Demonlord maupun Overlord segala semesta.

Dan bukan Thurqk namanya kalau dia tidak segera mengembangkan bisnisnya ke level selanjutnya.

Sekarang, Thurqk tengah menyiapkan fitur yang namanya "Premium Pay Per Premium View". Dengan sistem ini, pertarungan Ronde 6 dapat disaksikan secara langsung dari jagat manapun, online. Hanya saja, harga yang ditawarkan Thurqk tentu bukan sembarang harga. Tapi toh, semua pelanggannya tetap setia mengikuti.

"Wkwokwowko, udah ada 9.876.543.210 subscribers, coy! Dan terus nambah tiap menitnya! Mantap ini!" seru Thurqk riang, berbicara sendiri, sembari duduk santai di singgasana tulang dan menatap layar laptop di pangkuannya.

Laman "Afterlife Tournament" miliknya terus membuat Dewa Merah itu sumringah. Bahkan pesanan untuk video pertempuran ronde-ronde yang telah berlalu—dari R1 hingga R5—masih saja berdatangan.

Terkadang, Thurqk juga mengecek situs jejaring sosial pribadinya, sekadar menggombali beberapa Bidadari dari Heavenworld. Tak lupa sang Dewa Merah melintas di situs tertentu, mengunduh sejumlah film animasi mesum secara gratis.

Pada suatu kesempatan, Thurqk mengalihkan pandangan dari layar laptop untuk melihat pekerjaan para bawahannya.

Arena kali ini agak berbeda.

Berlokasi di dalam istana mahaluas Devasche Vadhi, ada semacam lapangan lebar yang dikelilingi tembok aneh di keempat sisinya. Tembok itu bertingkat tiga, yang mana setiap lantainya menampakkan sejumlah pintu. Dua lantai teratas juga terhubung dengan semacam balkon berterali yang menjadi koridor tempat berpijak. Semua itu menjadi fasilitas bertempur yang bisa dieksploitasi para peserta nantinya.

Secara umum, susunan arena kali ini tampak seperti apartemen, atau mungkin penjara, kalau saja ukurannya yang tidak terlampau luas dan besar.

Thurqk duduk santai di sebuah singgasana pada suatu beranda yang melayang. Matanya terus mengawasi.

Tak kurang dari 100 Hvyt berkeliaran kesana-kemari, terbang maupun berlari. Sebagian tampak sibuk memasang ratusan kamera di segala sudut. Sebagian yang lain mendapat tugas menyetting 60 ruangan yang ada di arena. Entah ruangan-ruangan itu akan jadi seperti apa, atau akan diisi barang apa saja, atau memunculkan kejutan apa, semuanya baru akan terungkap saat para peserta membuka pintu-pintu itu kelak.

Hvyt-Hvyt itu terus bergegas menyelesaikan tugas mereka secepat mungkin. Begitu repotnya mereka sampai-sampai harus makan siang sambil tetap bergerak. Yang bisa mereka santap hanyalah sejumput pisang rachta, apel rachta, jeruk rachta, dan sejenisnya. Semua buah-buahan Nanthara itu terasa sama di lidah, tetapi toh para Hvyt itu tak bisa protes.

Mereka terus bekerja tanpa mengenal lelah. Hingga akhirnya semua persiapan pun beres.

"Hei, kalian! Kalau udah selesai, buruan kembali ke atas!" teriak Thurqk. "Aku mau masang selubung merah, nih!"

Segenap Hvyt segera menyingkir, berhamburan terbang, tak mau terkurung dalam arena. Mereka semua kembali ke pos masing-masing.

Setelah arena kosong melompong, barulah Thurqk menekan sebuah tombol pink di depan singgasananya. Seketika muncullah semacam selimut transparan berbentuk setengah bola yang melingkupi seluruh arena itu.

Thurqk menyebutnya [Selaput Darah]. Kalau para peserta mencoba menerobos selubung itu, jiwa mereka akan hancur tanpa ampun. Atau setidaknya, begitulah efek yang dimau sang Dewa.

...

Laptop ditutup setelah semua transaksi selesai. Thurqk lalu berdiri. Kini matanya melirik ke samping. Masih pada beranda melayang yang sama, tampaklah sosok Nolan yang terkungkung dalam suatu pilar belulang. Pemuda berkacamata itu menggeram kesal.

"Hhh ... hhh ... se-semua ini belum selesai, Thurqk," sambil terengah-engah, Nolan tetap memancarkan ambisinya. "Aku akan menghancurkan semua kesenanganmu, dasar Dewa Palsu!"

Thurqk menyengir. Dia melangkah pelan, mendekat ke arah Nolan seraya berkata, "Mau apa lagi kau, Nolan? Rencanamu ngebajak Ruang Penjara Jiwa udah gagal total, tahu!"

"Heh! Rencana brilianku bukan cuma itu," bantah Nolan. "Kau akan menangis darah saat menyadari segalanya sudah terlambat."

Cengiran Thurqk semakin melebar. Matanya terlalu terfokus pada Nolan, sehingga sang Dewa Merah tak awas dengan langkah kakinya. "Wkwokwoko! Memangnya apa yang bisa kau—"

Perkataan Thurqk terpotong sampai di sana.

Kakinya baru saja menginjak kulit pisang—entah sisa makanan dari Hvyt bodoh yang mana—mengakibatkan sang Dewa Merah terpleset dengan sangat epik.

Terjatuhlah dia.

Selanjutnya,Thurqk malah tersambar [Selaput Darah] yang dipasangnya sendiri.

"WOAAADAAAAAAAOOOOOOOWWWWWW!!!!!"

Tubuh sang Dewa kejang-kejang menahan derita tatkala jiwa-raganya tersiksa oleh efek maut selubung merah. Asap hitam mulai membumbung seraya badannya menggosong.

"Wahahahahaha!" Nolan tergelak menyaksikan kebodohan Thurqk. "Mampuslah kau, dasar Dewa Blo'on! Hwahhahahahha!"

Namun sayang sungguh disayang, nyawa Thurqk masih bisa diselamatkan. Abby muncul di detik-detik terakhir, menekan tombol pink, dan mematikan tabir berbahaya itu.

Thurqk terjatuh telak menghunjam lantai arena. Terkapar dia menahan segala nyeri, menggelepar. Abby hanya bisa menepuk dahi. Gadis hantu itu kemudian memanggil beberapa Hvyt-perawat untuk segeramengobati luka sang Dewa Merah.

Untung saja Thurqk merupakan Demon sekelas Overlord. Andai saja dia bukan, pasti tubuh dan jiwanya sudah lebur sedetik setelah dia tersambar selubung merah tadi.

Well, terlepas insiden yang terjadi, persiapan untuk memulai R6 telah rampung. Seperti apakah kehebohan duel para peserta nanti?

Mari kita saksikan.



-I-
Delapan Besar yang Totalnya
Ternyata Bukan Delapan


Pada episode yang lalu, Ursario dan tujuh Beary (Nema, Zany, Cheril, Manggale, Sal, Yvika, Reeh) harus menghadapi musuh tak terduga. Ursula, Demonlordess penguasa Ursa-Regalheim sebelum Ursario, ternyata datang dan mengacaukan segalanya. Kelima petarung yang semestinya dilawan Ursario, yakni Rex, Baikai, Lucia, Leon, dan Elle, semuanya malah ditaklukkan oleh Ursula.

Walhasil, kedua Demonlord/ess itu pun berhadapan.

Beruntunglah Ursario masih bisa unggul dalam duel tersebut. Dengan dibantu kekuatan dari 12 Beary, Ursario berhasil mengerahkan sekelumit kekuatan sejatinya sebagai Lord kaum Ursa-Demon.

Tubuh pinjaman Ursula hancur lebur, namun jiwa Ursula mencoba menyelamatkan diri. Sayangnya, Ursario ternyata berhasil mengutuk jiwa Ursula sehingga Demonlordess itu kini ikut menjelma sebagai Beary.

Semakin ramailah regu Ursario dengan bergabungnya Ursula dan tambahan lima Beary. Akhirnya disepakati kalau tujuh Beary lama tetap bersemayam di tubuh Ursario sedangkan lima Beary terbaru menetap di tubuh Ursula.

"Sekarang, silakan kamu yang membuat gerbang antar-dimensi, kalau kamu memang bisa," tantang Ursula.

"Ti-tidak masalah," jawab Ursario.

Ursario merapal mantra, dan seketika petir hitam menyambar. Namun bukan sebuah gerbang majestik yang muncul, melainkan sebuah pipa hijau besar yang sederhana. Dari lubang pipa itu, tampaklah semacam portal dimensi ukuran kecil.

Ursula menggeleng-gelengkan kepala, kemudian menghela nafas.

"Sihirmu ... buruk sekali. Pipa hijau begini, memangnya ini kisah Beario Bros?"

"Buraah, bawel! Yang penting kan bisa berfung—"

Namun Ursula sudah menendang Ursario masuk ke dalam lubang pipa. Selanjutnya, Lady Beary itu juga melompat dan menyusul.

...

...

Pipa hijau besar mencuat di dalam suatu ruangan. Dua sosok boneka beruang melompat keluar dari lubangnya. Bagaimanapun, Ursario dan Ursula ternyata muncul di tempat yang tidak mereka harapkan.

Sebuah ruangan berkerangkeng.

Langsung saja Ursula menabok belakang kepala Ursario. "Dasar Beary bodoh!" maki Ursula. "Yang penting bisa berfungsi, hah? Kamu malah membawa kita ke dalam bui, humph!"

"Burawh! L-lancang sekali kau memukul kepala Lord-mu, Granny!" protes Ursario. "Kalau memang ini penjara, burah, ya tinggal kita terobos saja—"

Saat itulah Ursario menyadari kalau ruang tahanan ini ternyata ada penjaganya. Sesosok Hvyt berbadan macho dan bersayap kelabu telah berdiri gagah merintangi pintu keluar. Jelas terpancar aura kekuatan yang sangat berbeda dari Hvyt yang satu ini jika dibandingkan Hvyt normal.

Ya, inilah Hvyt versi über-normal, alias Über-Hvyt.

"Hmm, dua boneka?" gumam Über-Hvyt itu. "Mengapa bisa begini?"

"Buraah! Jangan banyak tanya!" bentak Ursario. "Cepatlah menyingkir, Mohawky! Ruangan ini sumpek. Kami mau menghirup udara segar di luar."

"Tidak bisa," bantah Über-Hvyt lantang. "Hamba ditugaskan Paduka Thurqk untuk menjaga peserta Ursario agar tetap di ruangannya sebelum waktunya duel dimulai. Anda akan menghadapi peserta Nurin, nantinya."

"Bura? Jadi ternyata Ronde 6 sudah dimulai?" tanya Ursario.

"Dan hamba hanya ditugaskan menjaga peserta Ursario saja," Über-Hvyt kemudian melirik tajam pada sosok Beary kedua di ruangan itu, yakni Ursula. "Maka dari itu ... pendatang tak diundang harus hamba bereskan!"

Tanpa diduga, Über-Hvyt bergerak secepat kilat menyergap Ursula. Bahkan Lady Beary itu tak sempat bereaksi. Tahu-tahu badan mungilnya sudah terangkat tinggi, kemudian terdorong sampai menempel di dinding ruangan, tertahan tangan kekar Über-Hvyt.

"Anda akan hamba musnahkan."

Cengkeraman tangan Über-Hvyt menguat, mencoba meremukkan Ursula.

"Huhuhumh, lancang sekali kamu," tawa Ursula santai. "Mungkin ini saat yang tepat bagimu, wahai Hvyt, untuk mendengarkan kisah Bearry Potter?"

"Bearry Potter?" Über-Hvyt terpancing.

Ursula menyeringai lebar, "Ya. Bearry Potter adalah beruang penyihir yang menimba ilmu di akademi sihir Hogbeart. Bersama kawan-kawannya, Bearry Potter bertarung melawan kelompok beruang penyihir jahat yang dipimpin oleh Volbearmort. Dan tahukah kamu akhir kisah ini?"

Über-Hvyt menggeleng, "Ha-hamba tidak tahu."

"Baik itu Bearry Potter, Ron Bearsley, Bearmione, bahkan Volbearmort dan seluruh anteknya ...," lanjut Ursula, "... SEMUANYA TERJANGKIT VIRUS EBOLA DAN AKHIRNYA MATI!!"

Saat kisah Ursula selesai, barulah Über-Hvyt itu merasakan dampak misteriusnya. Sekujur badannya menjadi lumpuh, tak bisa digerakkan sama sekali. Ursula dengan mudah melepaskan diri dari cengkeraman tangan sang Über-Hvyt.

Di sisi lain, Ursario hanya bisa menutup telinga. Dia tak mau ikut terkena efek cerita Ursula.

"Humh, Hvyt yang lancang seperti kamu," geram Ursula, seraya mantel beruang yang dikenakannya berubah warna menjadi hitam legam, "lebih baik pergi jauh-jauh sana!"

Tanpa ampun, Über-Hvyt langsung ditendang oleh Lady Beary sehingga tercemplung ke dalam lubang pipa hijau yang kebetulan masih ada di ruangan itu. Hvyt tangguh itu pun terdampar ke dimensi antah-berantah, sedangkan pipa hijau itu akhirnya ikut menghilang.

Kini ruangan itu terasa jauh lebih lega.

Ursario bertepuk tangan lalu sinis memuji, "Tendangan yang hebat, bura."

Mantel Ursula kembali ke warna normal. "Terima kasih," balasnya. "Tentu kamulah yang paling mengerti enaknya ditendang olehku, Ursario."

"Burh!"

Kemudian kedua Beary itu mengambil tempat duduk berjauhan, sambil saling menatap tajam dari balik kacamata gelap yang selalu mereka kenakan. Ursario sudah tidak minat lagi untuk berkeliaran di luar. Pun demikian dengan Ursula yang hanya duduk bersantai, sekadar istirahat melepas penat.

Nah, sambil menunggu dimulainya Ronde 6, bagaimana kalau kita tengok kondisi ruangan lainnya dan melihat kabar para peserta lain di sana?

***

Di ruangan Claudia, malah sudah terjadi baku hantam antara Claudia dengan Über-Hvyt yang bertugas menjaganya. Nasib malang menimpa Über-Hvyt itu ketika Claudia memanggil Eligor dari dimensi lain. Dikeroyok dua kekuatan luar biasa seperti itu, bahkan Über-Hvyt yang hebat pun musnah seketika.

"Duh, ini ...," Eligor mengintip keluar,dari celah terali jendela. "Bukannya ini di dalam istananya si Turuk? Oh my God! S-super gaswat bin darurat nih, Mbak Boss!"

Claudia melirik sang pengawal, "Ha? Sudah kuduga. Kamu takut sama si Dewa Merah maupun si Hantu Pita Biru, ya?"

"Waduh, kayaknya duel kali ini ditonton langsung ama mereka," keluh Eligor. "B-boleh diriku absen satu ronde aja, Mbak Boss? Lagian, dirimu udah kuat banget, kok. Pasti nggak terlalu ngebutuhin bantuanku dalam persoalan berantem."

Claudia menepuk dahi, "Lalu apa gunamu, dong?"

"B-bukannya aku mau kabur juga sih. Tapi selagi dirimu dan peserta lain gebuk-gebukan, dan mumpung si Turuk dan Abby juga lagi di sini, aku jadi bisa ngecek ruangan itu."

"Ruangan?"

"Tempat kristal jiwa para peserta disetok. Kurasa nih ya, itu bakalan jadi kunci penting buat ngebikin pacar Mbak Boss hidup lagi. P-pokoknya, sekarang aku pergi dinas dulu, nyelidik ke sana. Ciaooo~"

Eligor pun menghilang, meninggalkan Claudia di sana.

Sang gadis hanya bisa cemberut, sebentar saja, sebelum dia kembali memandangi wajah polos dari sepenggal kepala, yang merupakan kekasihnya. Dipeluknya kepala itu erat-erat, sambil berharap kalau perjuangannya akan membuahkan hasil.

"Mas Claude, kumohon ...," lirih gadis itu, "jangan tinggalkan aku. Temani aku lagi seperti sediakala. Seperti seabad yang telah kita lalui ...."

***

Pertikaian yang tak jauh berbeda juga terjadi di ruangan Stallza. Baru adu mulut saja, memang. Namun sudah semakin sengit.

"Sudah kubilang," Stallza berseru, "di mana kalian mengurung Putri Lan?! Jujurlah padaku!"

"Maaf," Über-Hvyt menjawab, "hamba tak bisa mengatakannya. Tugas hamba hanyalah menjaga Anda, peserta Stallza, agar tetap di tempat ini sampai waktunya duel tiba."

"Begitu, ya?" Stallza kehabisan kesabaran. "Rupanya ... berbicara denganmu hanya membuang-buang waktuku saja."

Pemuda bertudung itu mulai mengambil sejumlah kristal Spirita dari sakunya. Gelagat ini segera disadari sang Über-Hvyt, yang lantas mulai bersiaga untuk menenangkan Stallza. Keduanya sudah bersiap untuk pertempuran. Akan tetapi—

"...?!"

—tiba-tiba saja Über-Hvyt di hadapan Stallza membeku, bersamaan dengan menyebarnya hawa dingin nan menusuk ke seluruh ruangan. Setelah itu, bilah pedang perak segera membabat tubuh Über-Hvyt dari belakang, langsung menghancur-leburkan raga beku sang Demon tanpa belas kasihan.

Terang saja Stallza terperanjat melihat ini. Namun mata terbelalak pemuda ini segera berganti menjadi pandangan terpana tatkala dia menyaksikan sosok itu hadir di hadapannya.

"Putri ... Lan??"

Sosok yang dipanggil sebagai Putri Lan itu tersenyum. Seperti Stallza, tampaknya sang putri juga hobi memakai jubah bertudung. Ketika dia menyibakkan tudung itu, tampaklah seluruh wajahnya.

Warna rambutnya kini memerah sedangkan pupil matanya menjadi kebiruan, tetapi itu tetaplah Putri Lan yang Stallza kenal.

"Kenapa, Tuan Stallza? Jangan bilang kalau kamu pangling," sapa Putri Lan. "Yah ... memang sih, rambut dan mataku kini berbeda. Tapi kukatakan saja, ini bukan karena aku mengikuti tren mode, lho."

"Lan? Jadi benar itu kamu??" Stallza semakin terperangah. "Dan kamu sekarang ... sudah bisa mengingatku?"

Kemudian dua sosok Spiritia pun muncul dari belakang Putri Lan. Yakni Argia, sang ksatria wanita berzirah perak; dan Nitria, sang wanita seksi pembeku raga.

"Salam hormat dariku, Tuan Stallza," Argia menjura khidmat. "Aku, dan rekan-rekan Spiritia yang lain, mengantarkan sang putri kembali kepada Anda."

"Ah, Argia, lebih baik kita 'menyingkir' dari sini. Kau tak mau mengganggu momen istimewa Tuan Stallza dan Putri Lan, tentu? Hehehem," Nitria tersenyum jahil.

Setelah itu, kedua Spiritia tersebut pamit. Mereka kembali mewujud menjadi gumpalan kristal yang kemudian masuk ke saku jubah Putri Lan. Dan yang terjadi selanjutnya, Stallza dan Putri Lan bersitatap, malu-malu, seperti pengantin baru.

Dalam kecanggungannya, lisan Stallza spontan melantunkan syair cinta dari tanah Ventinis. "Apakah yang tersisa saat api kehilangan panasnya? Apakah yang kupunya saat dirimu tak ada?"

Keduanya lantas berpelukan. Mereka langsung memadu kasih, menjadikan ruang tahanan ini ibarat Hotel Asmara.

***

Kejadian aneh terjadi pada ruangan Yvika.

Über-Hvyt menantikan kemunculan seorang wanita militer tangguh sewaktu retakan dimensi terwujud di hadapannya. Namun, yang tiba ternyata jauh berbeda dari apa yang diharapkannya.

Alih-alih Yvika, yang datang malah sesosok monster hitam setinggi tiga meter dan bertopeng aneh.

"Mustahil!" kecam Über-Hvyt. "Seharusnya bukan Anda yang hadir di sini, wahai peserta Deismo, sang Hantu Palsu!"

Dan bukan hanya Deismo yang hadir.Dua klon mungilnya yang cerewet juga turut serta. Yang satu adalah Heismo, si bocah hijau, sedangkan yang satunya lagi dipanggil sebagai Seismo, si merah pemarah.

Langsung saja Seismo mengoceh, "Hei, Hvyt kunyuk. Kau nggak salah, kok. Ini memang Yvika!" Tangan Seismo menunjuk sosok Deismo. "Kalau nggak percaya, coba aja buka topengnya, deh. Hehehe."

"Hah? Tu-tunggu, jangan bercanda!" kilah Deismo.

"Uwaaaah! Gawat!" Heismo histeris.

Bagaimanapun, Über-Hvyt sudah kepalang mendekat dan mencabut topeng Deismo untuk memastikan identitas. Itulah awal kemalangan sang Über-Hvyt. Ketika dia melihat wajah asli Deismo, monster itu langsung hilang akal. Hantu Palsu segera menjelma menjadi Setan Gila. Mengamuklah dia sejadi-jadinya.

Kini, ruangan itu malah jadi tempat penjagalan.

***

Kejadian serupa, namun lebih tragis, ternyata terjadi juga di ruangan lain.

Yang ditunggu kedatangannya oleh Über-Hvyt adalah sosok Nurin, wanita kacamata yang tampak lemah, bersenjatakan hanya bebauan, gas beracun, maupun sepasukan lalat. Namun informasi itu ternyata sudah kadaluarsa.

Yang hadir adalah sesuatu yang jauh jauh lebih menjijikkan. Bahkan imajinasi terkelam Über-Hvyt pun tak mampu menalar apa yang tengah ditatapnya dan menatapnya balik.

Tahu-tahu sekujur badan Über-Hvyt itu telah digerogoti oleh lalat raksasa sekepalan batu. Lenyaplah nyawanya, sementara tubuhnya kini menjadi inang bagi tumbuhnya lalat-lalat baru.

Kemudian sang Ratu Lalat memekik riang. Dia lantas menatap cermin di dinding seraya berkata, "Wahai cermin di sana, siapakah wanita paling cantik di Nanthara?"

Namun cermin itu tiada menjawab.

Dan Nurin kembali tertawa, nyaris tak waras.

***

Nasib tiga Über-Hvyt yang menjaga tiga ruangan lain lebih beruntung. Setidaknya peserta yang mereka awasi lebih pasif.

Lazuardi, si jelly biru nan ajaib, hanya termenung di pojok ruangan. Entah apa yang sedang dia pikirkan. Mungkin dia tengah menganalisa bagaimana cara mengaplikasikan kekuatan barunya dalam pertarungan nanti. Atau mungkin saja dia hanya berkhayal tentang betapa bahagianya kalau setelah turnamen ini dirinya bisa menghabiskan waktu dengan berkencan bersama Safirem, ke seluruh penjuru kosmos.

...

Sjena tak ambil pusing. Dia malah asyik tertidur pulas di ruang penjara, sekalipun hanya berbantalkan batu. Sepertinya perputaran Limbo di babak sebelumnya terlalu memusingkan otaknya. Dia butuh rehat.

Über-Hvyt hanya berdiam di sudut ruangan, mengawasi.

...

Sedangkan Skull-Sal ... yah, dia memang terdiam, duduk bersila di lantai. Namun entah dari mana asalnya, bergemalah bising suara dari sejumlah alat musik. Über-Hvyt terheran-heran, mencoba mencari dari mana asalnya hingar-bingar ini. Suara petikan gitar dan kecapi, dentingan piano, bising terompet, serta keriuhan dari beraneka alat musik lainnya, semua tumpang-tindih membentuk suatu simfoni yang kacau-balau.

Skull-Sal lalu menggerak-gerakkan kedua tangannya, seperti dirigen yang memandu suatu orkestra. Semakin lama gerakan tangan Skull-Sal semakin heboh. Dan bersamaan dengan itu, simfoni yang dipimpinnya juga ikut meriuh.

Über-Hvyt tak bisa menahan semua hiruk-pikuk melodi ajaib itu. Sekalipun dia telah menutup kedua telinga sambil berguling-guling di lantai, nada kekacauan itu masih bisa menembus telinganya.

"Sori, masbro," kata Skull-Sal, "Sal yang keren ini bahkan masih butuh latihan buat menguasai Kakofoni. Yaah ... siapa suruh situ masuk-masuk ke ruanganku?"

Dan Über-Hvyt pun semakin tersiksa.



-II-
Dua Laga Sebelum Ursario


Ruangan Ursario telah berganti rupa. Dua belas Beary, semuanya telah keluar dari tempat mereka bersemayam. Ramailah jadinya. Seperti pasar.

Di satu sudut ruangan, tampaklah Leon, sang Perverty Beary, tengah membuka lapak pijat gratis. Khusus menerima pelanggan wanita, tentunya. Seringai mesum Leon terpampang nyata tatkala sejumlah Beary betina sudah mengantri lantaran tertarik dengan lapak pijat itu.

"Ayo, Boneka-Boneka Cantik! Pijatan plus-plus dariku pasti bakal bikin persendian kalian yang tadinya kaku jadi lentur kembali. Bahkan, dengan ongkos tambahan, aku bisa bikin boing dan paha kalian jadi makin montok, sekalipun dalam wujud boneka beruang," begitulah Leon berpromosi.

Segera setelah Leon berkata demikian, pengunjungnya pun membubarkan diri.

"Sudah kuduga, kau cuman pengen raba-raba kami, 'kan?" ledek Zany.

"Iih, Mbah Leon ternyata mesum sangat," tambah Cheril, dengan sorot mata jijik.

"Lho? Bukankah umumnya wanita itu suka dengan pria yang mesum?" cibir Nema.

"Ah, sudahlah kalian," potong Yvika. "Lebih baik kita kunjungi lapak yang lain saja."

Kemudian keempat Beary betina itu beralih ke bilik ramal milik Baikai, sang Beary motivator yang dulunya adalah pemanggil Demon. Ternyata sudah ada pelanggan lain yang sedang diramal nasibnya oleh Baikai, yakni Rex sang Beary berzirah.

Lembar-lembar kartu tarot telah tersebar di lantai seraya Baikai membaca makna yang tersirat.

"Hmm ... kartu [Para Pecinta] dan [Lima Bilah Pedang], keduanya dalam posisi terbalik. Sayang sekali, Tuan Rex," ujar Baikai. "Tampaknya untuk persoalan cinta dan karir, Anda masih akan dinaungi kesialan."

"M-mustahil!" tangis Rex. "Apakah ini berarti aku belum bisa jadi cucu yang baik?"

"Mungkin jawabannya ada pada ini," Baikai kemudian menunjuk kartu [Penghakiman Terakhir]. "Pembalasan dari langit sudah di depan mata. Hmm ... entah apa dosa yang telah Anda lakukan, Tuan Rex?"

Segera setelah itu, Rexpun jatuh terpuruk dengan sangat dramatis, seolah ada lampu sorot yang menyinarinya dari atas. Dengan suara ringkih, dia terus terisak, "M-maafkan aku, wahai nenekku, Dewi Mirabelle yang seksih. *hiks* Rupanya aku memang belum bisa menjadi Pahlawan Pembela Pembenaran yang sejati!"

Tapi Rex tak bisa lama-lama meratapi kemalangannya, sebab Yvika telah menendang ksatria Beary itu ke samping.

"Minggirlah, Tuan Ksatria!" omel Yvika sambil mengembuskan asap rokok berbentuk pedang. "Bukan cuman kau yang pengen diramal."

Kemudian keempat Beary betina itu diramal satu per satu oleh Baikai Beary. Dan sungguh aneh, kesemuanya ternyata mendapatkan ramalan masa depan yang buruk. Kesal, mereka pun memukuli Baikai sang peramal gadungan. Walhasil, baik itu lapak Baikai maupun Leon, keduanya sama-sama sepi sekarang.

Akhirnya, lapak ketigalah yang ramai.

"Ayo, pasang taruhan kalian, Masbro! Mbaksis!" seru Lucia. "Pertarungan pertama, Claudia versus Sjena, bursa taruhan 3 : 4,5! Kemudian Stallza versus Deismo, 2 : 3! Lalu Ursario vs Nurin, 1 : 1,2! Dan terakhir, Lazu versus Skull-Sal, 4 : 1,5!"

Lucia memasang papan bergambar delapan peserta tersisa, berikut besarnya rasio pertaruhan untuk masing-masing pertandingan.

"Duh, dompetku lagi kering nih, Neng," keluh Sal Beary. "Tapi aku pengen dukung saudara-ku, si Skull-Sal." Kemudian Sal Beary memasang 1.000 HL saja untuk kemenangan Skull-Salvatore di pertarungan terakhir.

"Yvika versi Manusia tersingkir? Sayang sekali," ujar Yvika Beary. "Kalau begitu, uangku untuk si pengganti, Deismo. Dan juga untuk si Jelly Biru. Tampaknya dia punya kekuatan tak terduga. Biar kucoba kemujuranku." Yvika Beary langsung merogoh kocek, lalu meniupi uangnya dengan asap rokok pembawa hoki, sebelum bertaruh,"Demi jenggot Odin! Kupasang 1.500, masing-masing untuk mereka!"

"Langsung saja," kata Nema, menaruh buku tabungannya pada gambar Nurin, "semua uangku untuk kemenangan si Ratu Lalat."

Ursula juga datang, "Huhuhm. Aku juga, entah mengapa, malas mendukung si bodoh Ursario. Aku bertaruh untuk kekalahannya."

"Burawhat? D-dasar kalian pengkhianat!" protes Ursario, tapi tak diindahkan oleh Nema dan Ursula. Selanjutnya Ursario langsung melemparkan segepok emas, memasang taruhan untuk kemenangannya sendiri.

Setelah itu datanglah Elle mungil, si Nomy Beary. "Nom nom nom! Gimana ini du nom? Elle sedang tidak punya goldy nomy nom. Bolehkah Elle pertaruhkan palu dan alat-alat lain juga, Tante Lucia nom? Elle mau mendukung Baby Bear~"

"Maaf," balas Lucia," bandar hanya menerima uang tunai, cek, maupun deposito."

"Nuoooooom, Tante Lucia pelit, nooom!" Elle pundung dan meringkuk di pojokan.

"Alamak, jang! Cem'mana ini kau-kau pada bejudi, bah? Dosa besar kali ini, lay!" celetuk Manggale. Kemudian si Bataky Beary merogoh saku baju adatnya, mengeluarkan beberapa keping emas. "Tapi bolehlah kupasang macam lima ratus perak buat si Alis Setan. Suka kali aku sama stail si abang itu. Patenlah pokoknya, lek."

Kemudian para Beary lain pun berdatangan, mencoba menebak-nebak siapa saja yang kemungkinan bakal lolos ke babak selanjutnya.

Hanya Reeh saja yang duduk berdiam di depan pintu, membiarkan telinganya mendengar kabar-kabar yang dibawakan sang Angin. Hingga pada suatu ketika, Reeh tiba-tiba berdiri. Dia memandang jauh ke suatu arah kemudian berkata, "Sudah dimulai kiranya. Pertempuran perdana."

***

Genderang perang telah ditabuh bertalu-talu.

Sorak-sorai para penonton di seluruh tribun, yang sebagian besarnya adalah Hvyt-PNS (Pegawai Neraka Sipil), terus saja meriuh. Dalam kesempatan istimewa ini, mereka diizinkan oleh Thurqk untuk meninggalkan aktivitas sehari-hari mereka sebagai PNS. Atau tepatnya, mereka di-wajib-kan datang untuk menyaksikan Ronde 6 Turnamen Akhirat ini. Demi seamplop uang transport, atau demi terhindar dari murka sang Dewa, mereka pun datang dengan sukarela.

Bukan apa-apa. Sangat tidak elok bukan, kalau arena ini tampak kosong sewaktu disorot kamera? Ya, sesuai kehendak Thurqk, seluruh detail pertarungan nantinya bisa disaksikan secara langsung oleh pemirsa dari sorotan sekitar 222 kamera di seluruh penjuru arena.

Sejumlah Hvyt-aparat, dari golongan Über-Hvyt maupun Hvyt Lord, bersiaga penuh menjaga keamanan stadion. Merekalah para Hvyt yang paling dipercaya oleh Thurqk, terutama berkat keunggulan kekuatan mereka ketimbang Hvyt normal. Jika Thurqk mengumandangkan perang, maka bisa dipastikan para Hvyt dari golongan inilah yang akan menjadi pasukan intinya.

Di tribun VIP, duduk di kursi-kursi terempuk dan dimanjakan oleh makanan mewah dari segala semesta, tampaklah beberapa Hvyt-elit sedang menikmati keelitan mereka itu. Mungkin mereka bukanlah jenis Hvyt kuat seperti Über-Hvyt dan Hvyt Lord. Bagaimanapun, para Hvyt-elit ini teramat pandai mencari muka, menjilat-jilat di hadapan Thurqk. Mereka pula yang paling vokal dalam membantu mempromosikan bisnis Thurqk ke seantero multisemesta, memanfaatkan jaringan media sosial mereka yang luas. Dengan demikian, para Hvyt-elit ini sukses mengamankan posisi mereka di rezim pemerintahan Thurqk.

Suasana stadion kian meriuh tatkala terompet-terompet juga ikut dibunyikan. Bendera-bendera pendukung dan penyemangat para peserta juga dibentangkan oleh para penonton, membuat semuanya semakin meriah.

Sinyal "OK" diberikan dari ruang kendali. Inilah saatnya sang Dewa Merah beraksi. Dia bangkit dari singgasananya, melangkah maju, kemudian meraih mikrofon. Berbalut perban memang dia, tetapi pesona ketampanannya seolah tiada memudar. Ketika Thurqk mengacungkan salam tiga jari metal, maka seluruh keriuhan berhenti seketika. Hening.

Thurqk menatap jantan ke arah salah satu kamera yang menyorotnya. Dewa Merah itu lantas memberikan sambutan sepatah-dua patah kata, diperuntukkan terutama bagi para pemirsa yang menonton melalui jaringan internet.

"Selamat datang di istanaku, di arenaku! Inilah hiburan terhebat dari jagat Nanthara! Kupastikan deh, kalian bakalan menyaksikan pertempuran teristimewa dari para petarung terluar biasa!!"

Thurqk memberikan kode kedipan mata. Kemudian segenap Hvyt bersorak-sorai, bertepuk-tangan, mengelu-elukan Thurqk, selama lima belas detik saja, sebelum sang Dewa Merah kembali melanjutkan perkataannya.

"Langsung saja bawakan padaku, kedua peserta pertama!"

Segera setelah Thurqk bertitah, hadirlah peserta Sjena, diantar oleh Über-Hvyt yang mengawalnya. Kemudian sosok lawan Sjena, yakni Claudia, juga memunculkan diri. Bedanya, dia tidak ditemani sesosok Hvyt atau apapun.

Sempat Thurqk terheran dengan itu, tetapi dia tak mau ambil pusing. Langsung saja Dewa Merah itu menyambut kedua gladiatornya.

"Hoi, para peserta! Kukasih tantangan menarik buat situ berdua. Siapapun yang menang di antara situ bakalan makin deket sama kesempatan buat hidup lag—"

"Diamlah, Pak Tua!" potong Sjena, lantang. "Baru juga aku bangun bobo', udah langsung dikasih cincong oleh kau, huh!"

"Ya! Tutup saja mulut baumu, Dewa Jelek!" tambah Claudia. "Kalau kamu emang mau pertarungan, kami akan menyuguhkannya!"

Mendengar respon tak santun dari kedua peserta itu, tentu saja harga diri Thurqk tercoreng. Namun sebagai penyelenggara turnamen yang baik, terutama ketika disaksikan oleh pandangan mata dari segala semesta, maka Thurqk masih bisa membawa diri menahan emosi.

"Oke, oke," ujar Thurqk penuh wibawa. "Sepertinya udah nggak sabar buat saling gebuk, ya? Ehem, baiklah! Langsung aja, dengan ini Ronde 6 resmi kubuka!!"

Genderang perang kembali ditabuh, diikuti dengan keriuhan yang kembali hadir. Sekali lagi, pertempuran hidup dan mati akan berlangsung. Sorak-sorai terus bergemuruh, namun kedua sosok yang berdiri di tengah arena seolah tiada terpengaruh. Mereka beradu tatap, cukup lama, sebelum Sjena akhirnya membuka percakapan.

"Si 'Cewek-Kepala-Terbang-yang-Sekarang-Sedang-Jomblo'," sapa Sjena, "kita bisa ketemuan juga akhirnya."

"Wah, kamu ternyata si 'Nona-Bayangan-Aneh-Pengidap-Penyakit-Mental', ya?" balas Claudia. "Aku nggak nyangka kalau kamu ternyata cakep juga. Itu kalau dilihat dari jarak satu mil, tapinya."

"Hahaha, makasih," Sjena malah tersenyum lebar mendengar ledekan itu. "Betewe, kau—dan pacarmu itu—adalah peserta kesukaan authorku, lho. Dia ngefans berat sama authormu."

"Kebetulan," timpal Claudia, "pengarangku juga lumayan suka sama cara pengarangmu merangkai cerita. Terutama kisahmu pada ronde pertama ataupun ronde kelima, kemarin. Pokoknya, semoga beliau bisa segera sembuh dari sakitnya."

Kemudian mereka berdua saling menyeringai, merasa sudah cukup bertukar salam. Pelan-pelan keduanya meregangkan persendian, membuat penonton menahan nafas, menunggu aksi mereka. Hingga akhirnya—

"Ya udah. Kau mati aja, gimana?"

"Maaf, deh. Aku masih ada janji kencan seumur hidup sama Mas Claude yayangku."

—tanpa aba-aba, keduanya langsung maju!

Semua diawali dengan ledakan bayangan sebesar gedung, yang hebatnya, langsung diredam oleh ruang hampa yang tiada tertembus.

Kemudian setelah itu, semua adu serang berlangsung begitu cepatnya. Ini adalah duel ahli teknis. Penuh trik dan tipuan. Dibumbui juga dengan serentetan makian, tamparan, saling meludah, ataupun tendangan panas ke arah pantat. Yang jelas, dua pemudi ini sudah tak terhentikan, sampai ada salah satu yang mati.

Perseteruan berlangsung hampir selama empat jam. Berakhir pula dengan pembantaian sangat tragis, sementara sang pemenang juga terluka cukup parah. Siapakah yang menang, itu tidaklah penting untuk dibeberkan saat ini.

***

Berlanjut ke duel nomor dua.

Ketika dua peserta selanjutnya tiba, Thurqk semakin kesal karena keduanya tidak ditemani oleh Über-Hvyt yang seharusnya menjaga mereka. Sang Dewa Merah mengutuk dalam hati. Lain kali, mungkin lebih baik kalau sepuluh Hvyt Lord saja yang menjaga masing-masing peserta.

Dua peserta yang sudah tiba di tengah medan laga adalah Deismo sang Hantu Palsu, dan Stalza sang Alis Setan.

"Jadi kaulah yang disebut sebagai Deismo itu?" sapa Stallza. "Kau memiliki ... struktur unsur molekular yang sungguh tidak lazim. Sebenarnya terbuat dari materi apakah tubuhmu itu?"

"Maaf, Tuan Stallza," balas Deismo. "Tapi demi keselamatan Realm-ku, Anda harus kalah di sini."

"Heh, coba saja kalau berani!"

Dan tanpa basa-basi lagi, pertarungan langsung dimulai.

Dua klon utama Deismo, yakni si merah Seismo dan si hijau Heismo, memimpin legiun klon Deismo lainnya—yang terbentuk dari sobekan-sobekan jubah Deismo. Gerombolan klon mungil itu segera mengepung Stallza, bersiap menggempur dari segala arah. Namun Stallza tak pernah gentar. Dia juga punya pasukannya sendiri. Tahu-tahu, sepuluh Spiritia seksi sudah hadir dan membuat barikade melindungi dirinya.

Dengan demikian, peperangan dimulailah sudah.

Percikan elemen saling beradu, meledak-ledak, meleburkan sebagian arena. Temperatur tinggi-rendah bergejolak, membeku-cairkan lantai dan dinding. Inilah peraduan yang menentukan siapa pengguna elemen tertangguh, apakah Deismo dengan thermokinesis-nya, ataukah Stallza dengan kombinasi Spiritialis-Sintesis?

***

Thurqk tertawa begitu puasnya. Terlepas pembangkangan yang kerap ditunjukkan para peserta, toh hasilnya sang Dewa tetap saja mendapatkan pertunjukan yang memukau.

Dan saat ini, seperti yang ditunggu-tunggu oleh pembaca, pertarungan Ursario akan segera dimulai.



-III-
Beary Smelly Enemy


Di dalam ruangan Ursario ... sejumlah Beary mengutuk kesialan mereka karena telah mempertaruhkan uang mereka pada peserta yang salah dan kalah. Sang bandar, Lucia Beary, tertawa puas menyaksikan dirinya mendulang untung dari dua laga yang baru saja berlangsung. Perangai Beary yang satu ini sudah mirip Thurqk, hanya saja dalam versi mini.

Dan kini tibalah laga selanjutnya.

"Saatnya beraksi, burah. Ayo, kalian para Beary, kembalilah ke dalam tubuhku!" titah Ursario, memanggil ketujuh pasukannya.

Pada sisi lain, Ursula juga menitahkan hal yang sama. "Kalian juga, lima Beary manisku. Uhuhum."

Dua belas boneka beruang tak bisa protes. Kini mereka mewujud kembali sebagai gumpalan jiwa yang langsung merasuk ke tubuh Ursario maupun Ursula.

Oke, boss—ujar jiwa Sal—ayo kita ciao!

Firasat hamba mengatakan bahwasanya pertarungan kali ini kiranya akan semakin mendekatkan kita dalam pengungkapan misteri semesta—tambah jiwa Reeh.

"Bura? Rahasia semesta?" balas Ursario, bingung.

Yang menanggapi malah Ursula, "Tampaknya Reeh Beary, rekanmu itu, memiliki naluri tajam. Memang, aku pun merasakannya. Tak jauh dari sini, dari ruangan lawanmu kurasa, terpancar semacam aura kosmik yang aneh. Huhuhum."

"Dari lawanku, burah?" tanya Ursario.

"Huumh," Ursula mengangguk, "ada semacam kekuatan misterius yang menaungi. Mungkin dari entitas yang setara dengan Overlord, dari jagat nun jauh di sana. Kamu hati-hatilah, Ursario."

Lawan yang kuat—timpal jiwa Baikai, nimbrung—kalau ceroboh, bisa-bisa nasib Anda bakalan celaka sesuai ramalan kartu yang tadi saya lakukan.

"Kau tak perlu cerewet, Granny! Aku pasti menang!" bantah Ursario. "Dan kau, Baikai Beary, a-aku nggak percaya ramalanmu!"

Ursula kemudian merapihkan mantelnya seraya menyiagakan senjatanya. "Huhum, baiklah. Sesuai rencana, aku akan membawa pasukan Beary-ku dan menyelidiki kastil ini. Karena kamu terlalu bodoh untuk melakukan hal-hal intelek seperti ini, terpaksa aku yang melakukannya. Dasar, mestinya kamu lebih mengenal sosok Overlord Thurqk sebelum berencana untuk melawannya. Humph!"

"Berisik, buraah! Kalau kau mau pergi, cepat pergi sana!"

"Oke, aku berangkat. Tapi ingat," ancam Ursula, "jangan sampai kalah karena kebodohanmu. Jangan tiru Bearcarus yang MATI karena dengan sembrononya terbang menyongsong matahari."

Ursario yang kesal karena terus diceramahi, akhirnya pergi duluan. Ketika dia membuka pintu ruangan kerangkeng, tampak ada koridor sempit yang mengarah ke arena kali ini. Sebaliknya Ursula mengambil jalan lain, mengendap-endap menyusuri lika-liku kastil Devasche Vadhi.

***

Lawan Ursario pada kesempatan kali ini adalah Nurin.

Si Beary, bagaimanapun, tidak tahu banyak tentang gadis tersebut. Pernah mereka bertemu di Jagatha Vadhi, beberapa babak silam. Namun saat itu, Ursario tak terlalu mengambil perhatian. Justru dia hanya bisa menjauhi Nurin lantaran aroma busuk yang selalu dipancarkan si gadis—derita bagi penciuman tajam si boneka beruang.

Sekarang Ursario telah sampai di arena yang dimaksud.

Di kanan maupun kiri, tampak tak ubahnya seperti reruntuhan medan perang. Lebur dan hancur. Entah seperti apa dua pertarungan yang tadi terjadi di sini, Ursario tak bisa membayangkan.

Pandangan sang Beary akhirnya sampai pada sosok yang ada cukup jauh di depannya, di sisi arena berlawanan. Belum sempat Ursario menalar rupa aneh dari sosok tersebut, tahu-tahu Ursario sudah mendapat kiriman sekumpulan lalat raksasa sekepalan batu!

Dengan ukuran badan yang kira-kira sama besar dengan setengah kepala Beary, detail tubuh lalat-lalat itu pun terlihat jelas: mata majemuk dan mendelik, mulut bersulur panjang memamerkan untaian taring tajam seraya meneteskan liur-lendir beracun, serta sekian pasang sayap tipis yang terus mengepak dan berdengung kencang.

"Oh tidak, buraah!" seru Ursario panik.

Kemudian di atas arena, dari balkon melayang, Thurqk langsung berkata lantang dengan mikrofon di tangannya, "Yak! Ronde keenam laga ketiga, Ursario melawan Nurin, DIMULAI!!"

Penonton bersorak, arena kembali meriuh, namun Ursario tak peduli. Dia sudah harus menghadapi serbuan lalat tadi.

Ursario sigap mengarahkan senapan barunya—hasil duplikasi Ursus Blaster milik Ursula. Disalurkannya aura Demonic dari dalam tubuhnya ke dalam senapan itu. Kemudian bersamaan dengan ditekannya pelatuk, maka terlontarlah segumpal bola energi.

Namun sayang, Ursario masih belum lihai memainkan senjata sihir itu sehingga bidikannya tidak terlalu jitu. Dengan sedikit manuver saja, kumpulan lalat itu sudah bisa berkelit. Tembakan itu hanya meledak di udara, tak mengenai apa-apa.

Dan kini lalat-lalat itu semakin dekat, mengincar boneka beruang itu.

"Gawat, gawat, GAWAT!"

Ursario langsung berlari ke samping, panik, mencoba mengambil jarak. Sayangnya tidak terlalu efektif, mengingat kecepatan terbang lalat itu melebihi kecepatan langkah kaki si boneka.

Dengungan menguat. Tiga lalat menukik tajam, langsung menyambar Ursario. Boneka beruang itu berusaha mengelak dengan cara berguling. Namun tidak mulus. Bahu si Beary sukses disambar dan dikoyak salah satu lalat.

Kesal Ursario. Diayunkannya senapan untuk melibas ketiga lalat itu sekaligus. Namun lalat-lalat itu ternyata masih saja bisa menghindari sabetan senjata tersebut. Bahkan, lalat-lalat yang lain juga mulai datang mendekat. Tanpa ampun semua lalat itu mencoba mencabik dan menggerogoti tubuh boneka Ursario.

Habislah kesabaran sang Beary.

"Burrraaah! Turbany, bantu aku dengan anginmu!" perintah Ursario pada salah satu jiwa petarung di dalam tubuhnya.

Anda tak perlu meminta dua kali, akan hamba kumandangkan ledakan irama Rasyt!

Tiba-tiba angin meraung kencang, meredamkan dengung para lalat. Tekanan angin terus meninggi, berpusat pada Ursario. Sampai pada satu ketika, energi udara melimpah hingga tak tertahankan. Kemudian ...

Satu letusan badai meluap dahsyat, menghantam telak seluruh lalat yang mengelilingi Ursario. Kesemua lalat itu terlontar ke segala arah, lantas berjatuhan di lantai kemudian menggelepar tak berdaya dan mati.

"Burahahaha!! Stupidy Fliesy seperti kalian bukan tandinganku!" tawa Ursario bangga.

Padahal angin Reeh yang menewaskan lalat-lalat itu, 'kan?—singgung Cheril—Kenapa malah Ursa-chan yang menyombong??

Mestinya situ usaha sendiri dong, bro—sindir Sal.

Jangan bikin malu mamak-bapak kau lah—tambah Manggale.

"Burrgh, bawel kalian!" protes Ursario. "Ini gara-gara senapan sihir buatan si Nomy Beary ... aku belum biasa makai senjata ini."

Petarung yang baik tak pernah tergantung pada senjata—kali ini Yvika ikut berkomentar.

Dan juga Nema—Daripada ngobrol terus di sini, lihat tuh lawan kita. Namanya Nurin, bukan? Sekarang dia tampak lebih cantik, lho.

Dengan satu perkataan dari Nema, pandangan Ursario kembali ke depan. Tampaklah sosok itu dengan jelas.

Dia telah menjelma menjadi semacam wanita lalat jadi-jadian dengan tubuh yang seluruhnya berwarna keperakan. Lengannya panjang, tidak proporsional. Matanya adalah bulatan mata lalat yang besar, begitu pula dengan untaian sayap kecil di punggungnya. Selain itu, Nurin yang sekarang, seperti sindiran Nema, tampak lebih modis dengan balutan gaun yang tersusun dari tulang-belulang. Ah, tampak juga mahkota mungil tersemat di keningnya.

Cocoklah jika kiranya Nurin kini menyandang gelar Ratu Lalat.

Astaga! Tulang-tulang semua gitu ... selera fesyen si Nurin nggak lebih baik daripada Thurqk—celetuk Zany.

Hamba sungguh merasakan peliknya misteri yang menaungi makhluk yang kini menjadi lawan Anda, Tuan Ursario—ungkap Reeh. Kemudian dia menambahkan—Berhati-hatilah!

Melihat sejumlah lalat bawahannya mati, Nurin pun memekik kesal. Rintihan kemurkaannya melengking tinggi dan bergema nyaring di arena. Dan bukan hanya itu. Dari sekujur tubuh sang Ratu Lalat, menyeruaklah kabut pekat bernuansa kehijauan. Asap beracun!

Hanya dalam sekejab, kabut hijau mematikan dari Nurin sudah menutupi seperempat permukaan arena. Semerbak aromanya tercium juga oleh Ursario.

"Burastaga!"

Ursario segera menutup hidung beruangnya namun bau itu tetap menerobos masuk. Mau tak mau, si Beary pun mengambil jarak terus menjauh. Kali ini dia mundur dan melompat tinggi ke balkon lantai 2 pada dinding barat, kemudian melompat sekali lagi sampai pada balkon lantai 3. Boneka itu berpikir semakin tinggi posisinya mungkin semakin aman dia dari kabut beracun.

Sambil bertengger di terali balkon lantai 3, Ursario melongok ke bawah dan menyadari kalau kabut Nurin kian meluas. Dan baunya tentu makin menyengat. Sosok wanita lalat itu juga tak lagi terlihat lantaran tertutup pekatnya asap beracun itu. Dia tersembunyi dari penciuman maupun penglihatan Ursario.

Astaga, masbro!—pekik Sal—Bahkan mambu busuknya tuh sampai kecium ke sini!—lalu jiwa monyet kuning itu terus saja mengoceh—Itu pegimana ceritanya sih, si Nurin bisa jadi kayak gitu? Perasaan dulu waktu ketemuan samaku, dia masih rada normal, deh.

"Buraagh! Mana kutahu soal itu!" balas Ursario. "Yang jelas, sekarang duel sudah dimulai. Kalian jangan bengong aja, woy, jiwa-jiwa Beary! Bersiaplah, buraaaaa!"

Semua jiwa dalam tubuh Ursario pun balas berseru lantang, tanda bahwa mereka siap bertempur. Kemudian Ursario juga menyiapkan diri. Dia membuka jaketnya lantas melilitkan itu di depan mukanya, menutupi hidung. Memang, itu bukan pertahanan sempurna, tapi hanya itulah yang bisa dia pikirkan untuk sekarang.

Ursario membidikkan Ursus Blaster miliknya lagi, mencoba mengingat-ingat seperti apa Ursula (pada ronde yang lalu) melakukannya. Aura Demonic segera membuncah di pucuk senapan sihir itu.

Dan pelatuk pun ditekan!



-IV-
Racun di Tangan Kirimu,
Madu di Tangan Kananku


Satu lesatan energi kegelapan menerobos kepungan kabut hijau beracun. Ketika energi itu mengenai permukaan lantai, terciptalah suatu ledakan kejut yang membuyarkan kabut tadi dalam radius sekian meter.

Tembakan Ursus Blaster dari Ursario memang tak sejitu dan seefektif Ursula. Namun setidaknya, dari segi kekuatan, tembakan Ursario masih lebih unggul. Dan boneka itu terus menembakkan senapannya, mencoba membersihkan arena dari kepungan asap. Atau tepatnya, dia tengah berusaha menemukan di mana posisi sang lawan.

Gemuruh ledakan bersahut-sahutan. Petak demi petak arena tersapu oleh angin ledakan, meningkatkan jarak pandang Ursario. Sayangnya, boneka itu melakukan kesalahan.

Alih-alih Ursario yang menemukan Nurin, ternyata malah wanita lalat itu yang terlebih dulu menemukan si boneka. Sosok Nurin terpampang jelas ketika suatu ledakan membuyarkan asap di satu sisi arena. Posisi wanita lalat itu ternyata tepat di bawah balkon Ursario. Dan saat itu, Nurin sudah mendongak sambil meludahkan—atau menyemburkan—cairan kuning ke muka Ursario.

"Gawat, buragh!!"

Ketajaman refleks di detik-detik terakhir masih mampu menyelamatkan Ursario. Untung saja. Dia melompat tepat sebelum cairan kuning menumpahi terali besi tempatnya bertengger. Terali itu langsung meleleh seperti mentega lembek.

Dalam posisi melayang di udara, dan dari jarak hanya terpaut sekian meter saja, Ursario membidikkan senapannya mengincar muka Nurin. Satu tembakan dilepas.

Nurin merintangkan lengan kanannya di depan wajahnya tatkala letupan energi itu menghantamnya. Satu ledakan kuat mendorong badan sang wanita lalat beberapa langkah ke belakang, sekaligus membuat sedikit retakan pada gaun belulang yang bertindak sebagai zirahnya.

"Nggrrrr ...!!"

Bagaimanapun, Nurin masih berdiri kokoh. Malahan, dia balas menyabetkan  lengan kirinya. Dalam wujud barunya, jangkauan tangan Nurin jauh meningkat. Lengan panjangnya mampu menggapai Ursario yang masih melayang di udara.

Tertangkaplah kaki boneka itu.

Dengan enteng, Nurin membanting-banting tubuh mungil Ursario ke lantai ataupun tembok. Seringai wanita lalat itu melebar, sementara sepasang mata majemuk miliknya terus mengikuti arah tangannya mengayun-ayunkan dan membentur-benturkan badan si boneka.

Setelah puas dengan itu, barulah Nurin menghentikan gempurannya. Dia mengangkat Ursario dalam posisi terbalik, seperti seseorang yang tengah menangkap kecoak. Dipandanginya lekat-lekat sosok sang Beary.

Tampak boneka itu sudah kepayahan. Kacamata gelapnya telah remuk, jaketnya—sekalipun masih melilit wajah sebagai masker—juga robek di sana-sini. Sementara senapannya terlempar ke samping, terlepas dari genggamannya.

Akhirnya Nurin berkata juga, dengan suara parau-bergema yang tak lagi terdengar seperti suara manusia.

"Jadi ini yang namanya Demonlord Ursario? Lemah! Padahal aku baru aja dapetin wujud sempurnaku, tetapi ternyata kau bahkan belom bisa jadi lawan uji coba yang sepadan. Ngrrhaahahaha!"

"... burrrghh ...."

Sementara itu, datanglah kerumunan lalat dalam jumlah besar. Semuanya mendekat ke induk mereka, Nurin, dan siap memenuhi perintah.

"Aku udah bosan," kata wanita lalat itu seraya melemparkan Ursario ke lantai seolah membuang sampah. "Boneka itu nggak bisa kujadiin 'boneka mayat'. Kalian makan aja dia, deh."

Kerumunan lalat itu langsung mengerubungi Ursario yang kini terbaring. Mereka hendak menggerogoti tubuh si boneka—kain, kapas, kancing, atau apapun—hingga tak ada lagi bagian yang tersisa nantinya.

Namun saat itulah Ursario tersenyum kecil.

"Imagey Beary ... benda itu, sekarang!"

Siap, Mr. Teddy Bear!

Memancarlah pijaran warna pelangi di samping Ursario. Lalu, tiba-tiba sudah hadir saja sebuah botol semprot serangga ukuran besar, hampir dua kali lebih besar daripada si boneka sendiri.

Ketika Nurin dan lalat-lalatnya masih terperangah oleh teknik materialisasi itu, Ursario sigap bangun dan menyemprotkan semua isi botol insektisida itu ke segala arah. Lalat monster memang, namun ternyata tetap lemah juga terhadap obat anti-serangga. Berjatuhanlah lalat-lalat itu, tak ada yang selamat.

Kemudian tak lupa Ursario juga menyemprot sang induk lalat, alias Nurin, tepat di depan mukanya. Mungkin jauh dari cukup untuk membunuh wanita lalat itu, tetapi setidaknya Nurin kini terpusing-pusing karena menghisap aerosol anti-serangga itu.

Botol itu kosong dalam sekejab, langsung dibuang Ursario ke samping. Kini dia bersiap untuk menyerang balik.

"Aku bukan lawan yang sepadan buatmu hah, Fly Demony? Burah, lancang sekali!" omel Ursario. Pelan-pelan tubuhnya pun bercahaya gelap, sedangkan badannya mulai berganti rupa. "Kalau kau adalah racun, maka aku adalah madu. Burahaha!"

Sosok Ursario kini berganti wujud menjadi boneka beruang madu, meminjam kekuatan suku Mielmagista, kaum Ursa-Demon pemantra.

Selagi Nurin masih sempoyongan, Ursario segera menerjang.

Sihir pertamanya adalah sekumpulan stalagmit tajam yang mencuat dari tanah, menusuk tubuh Nurin menembus gaun belulangnya. Langsung ditambah dengan tumbuhnya tanaman karnivor, yang mungkin tidak cukup besar untuk melahap Nurin, tapi setidaknya gigitan mereka mampu untuk mengunci gerakan sang wanita lalat.

Nurin mencoba berontak, tetapi gigitan tanaman karnivor itu belum tergoyahkan. Nurin terus mencoba berontak.

Saat itu, dengan santainya Ursario melangkah memungut senapan yang tadi terjatuh. Dibidikkannya senjata itu, kali ini dengan mengerahkan tenaga penuh. Ursus Blaster berdengung begitu kencang tatkala asupan energi kegelapan meluap-luap di dalam barrelnya.

Senapan pun meletus!

Gelegar teramat dahsyat terdengar. Satu ledakan besar, membentuk kubah energi seperti bola, menghancur-leburkan tubuh Nurin hingga berkeping-keping. Tulang-belulang berserakan, serpihan daging berhamburan, sementara cairan hitam kental menggenang dan membanjir.

"Sudahkah selesai, bura?"

Menghemat energi, Ursario segera kembali ke wujud normalnya. Dia terdiam, mengamati sosok sang lawan yang kini telah jadi onggokan. Bagaimanapun, insting si boneka mengatakan kalau ini semua masih jauh dari kata selesai.

Dan benar saja.

Tampak pergerakan aneh dari onggokan mayat Nurin. Cairan hitam kental mulai berkumpul, membawa serpihan daging dan potongan tulang. Daging-daging itu menyatu kembali, menempel pada tulang-belulang yang juga telah tersambung menjadi rangkaian kerangka kokoh.

Selanjutnya, raga wanita lalat itu kembali terbentuk. Utuh dan sempurna. Hidup dan bernyawa seperti sedia kala.

"Burrh ... dia betul-betul monster!" decih Ursario.

"NgrrRRRRAAAAA!!!"

Nurin yang terlahir kembali langsung mengamuk sejadi-jadinya. Dia mengayunkan kedua lengan panjangnya, membabi buta. Permukaan lantai menjadi korban hantaman itu sewaktu Ursario mengelak dan terus mengelak dari amukan Nurin.

Semakin murka, Nurin membusungkan dada seraya menarik nafas dalam-dalam. Detik selanjutnya, dia kembali memuncratkan ludah asam.

Untungnya, Ursario masih siaga. Dia melompat tinggi, membiarkan cairan beracun itu hanya melelehkan lantai batu. Ursario pun balas menyerang dengan menembak tepat ke muka Nurin. Wajah wanita lalat itu tersambar telak, badannya langsung terpelanting ke belakang.

"NGRRAAAAHHHH!!!"

Namun Nurin kembali bangkit dalam seketika, dan kembali mengamuk.

"Burastaga! Dia beneran mau ngajak kelahi, burah? Kalau gitu, biar aku ladeni sekalian!"

Ursario yang capek menghindar akhirnya habis kesabaran juga. Dia berubah wujud untuk kedua kalinya, yang dalam kesempatan kali ini adalah menjadi boneka beruang hitam.

Badan Ursario menjadi lebih kekar, sedangkan kedua tangannya kini ditumbuhi cakar yang kokoh dan tajam. Sekarang dia pun menyambut serbuan Nurin, langsung dari depan!

Satu ayunan lengan Nurin ditepis dengan sabetan tendangan. Lengan Nurin yang lain pun berayun, dan kali ini Ursario melompat mengantisipasi itu. Bukan sekadar menghindar tentunya, boneka itu langsung menerjang balik dengan cakarnya.

Wanita lalat itu menjerit lirih menahan nyeri ketika Ursario mencolok kedua mata majemuknya. Darah hitam memuncrat. Dengan penglihatan yang tiada, Nurin mencoba lagi peruntungannya dengan menyemburkan ludah asam.

Bagaimanapun, kali ini mudah bagi Ursario untuk mengantisipasi itu. Dia tinggal menampar pipi Nurin dengan satu sabetan tendangan, maka saliva mematikan itu langsung tersembur ke arah lain.

Sekarang, giliran Ursario melancarkan serangan andalannya.

Dia mengumpulkan energi kegelapan di kedua tangannya. Langsung saja Ursario menghujani Nurin dengan rangkaian pukulan, cakaran, hantaman, yang semuanya ditutup dengan satu serangan telapak tangan ganda bertenaga penuh.

Sungguh ajaib.

Sosok mungil Ursario ternyata mampu melemparkan Nurin yang berukuran jauh lebih besar. Dari satu sisi arena, tubuh wanita lalat itu pun dilontarkan ke sisi arena yang lain, hingga menyambar suatu pintu dan menghancurkannya. Nurin pun terperosok ke dalam salah satu ruangan di tembok timur.

...

Tak lama, Nurin sudah bangkit sambil melemparkan reruntuhan ruangan yang menindihnya. Tubuhnya segera beregenerasi, memulihkan bagian-bagian tubuh yang rusak, termasuk kedua bola matanya yang tadi hancur dicolok Ursario. Baru saja Nurin hendak menyerbu balik, namun terdengarlah suara misterius yang menghentikannya.

Tenanglah, dasar bodoh!

"Nggrrrr...??!"

Menyerang tak jelas juntrungannya begitu, engkau hendak mempermalukan kekuatan yang sudah kupinjamkan?

"Nggrrr..! Diam aja kau, Nyar!! Aku nggak butuh bantuanmu—"

Tenanglah dan gunakan kekuatan itu dengan lebih bijak, Nurin! Kalau engkau kalah di sini padahal sudah kubantu selama ini, bisa rusak reputasiku sebagai Nyarlathotep sang Tetua Semesta, tahu! Makanya, tenanglah dan mulai gunakan lagi otakmu!

"....."

Dia, Demonlord Ursario itu, bukan lawan yang tidak bisa engkau kalahkan. Bahkan kalau engkau berkehendak, dengan bantuan pengetahuanku dan kemampuan yang engkau dapatkan dari Demon Rakshasa, kita bisa menghadirkan mimpi terburuk dari Lord Ursa-Demon itu. Nyahahaha!

Tapi pertama-tama, engkau simpan saja dulu wujud sempurnamu itu ...

...

...

Sementara itu, di tengah arena, Ursario memanfaatkan jeda sejenak itu untuk mengistirahatkan tubuh dan jiwanya. Dia pun duduk santai, bersila, sambil menyantap bearburger dan menyeruput madu herbal. Sebuah komik silat "Bearagon Ball" dibacanya sambil dia tertawa-tawa sendiri.

Woi! Ursa! Macam mana pula kau ini, malah leha-leha begini, bah?!—protes Manggale—itu lawan kau belum mokat tau, lay!

"Tenang aja, bura," jawab Ursario, "biar si Fly Demony Girly itu aja yang kemari. Daripada aku yang repot-repot ke sana. Lagian, ini aku juga sekalian ngisi ulang energi yang kepakai pas berubah wujud tadi, Bataky."

Kemudian pandangan Ursario melesat jauh, mengamati detail aneh di kejauhan. Masih dalam pikirannya, apa sebenarnya pintu-pintu itu?

Jadi kau kepikiran juga soal itu ya, Boss?—timpal Yvika—Lihatlah. Bukan hanya di depan, tapi di belakang kita juga ada deretan pintu serupa. Dan mungkin, reruntuhan di kanan-kiri kita juga dulunya seperti itu.

Kepulan debu di kejauhan mulai sirna. Sosok sang lawan kini terlihat. Buru-buru Ursario menghabiskan bekal makanannya. Kemudian dibidikkannya Ursus Blaster, siap untuk kembali bertempur.

"Muncul juga kau, Fly Demony ...," mata Ursario menyipit, "...? B-bura??"

Terheranlah Ursario.

Yang tampak ternyata bukan sosok monster lalat melainkan sosok normal Nurin sebagai Manusia, yakni gadis berkacamata dengan jaket lusuh.



-V-
Cahaya Ini Membunuhku~


Nurin melangkah maju, perlahan-lahan.

"Boneka beruang," sapanya, "kau itu lawan paling aneh yang kutemuin sampai sekarang. Kekuatanmu sulit kutebak, kau juga nggak bisa dijadiin 'boneka mayat'. Bener-bener nyebelin."

"Bura? Bicara apa kau, Girly??" balas Ursario, masih dalam posisi membidik, walaupun tampak agak ragu.

"Tadi aku kelewat semangat karena baru aja jadi wujud sempurna," lanjut Nurin. "Tapi sekarang aku bakalan sedikit serius."

Nurin berhenti melangkah. Dia tersenyum sejenak saja, sebelum akhirnya wujud gadis itu mulai berubah. Tadinya Ursario membayangkan kalau Nurin akan kembali menjadi monster lalat seperti tadi. Namun apa yang disaksikan Ursario adalah wujud yang benar-benar tak disangkanya.

Ursario menggeram kesal.

Sangat geram.

Sosok itu tentu saja tak akan pernah dia lupakan.

Sekilas sosok itu tampak seperti Manusia wanita yang teramat rupawan kalau saja dari punggungnya tidak membentang empat pasang sayap yang cantik. Jubah tempur yang dia kenakan pun tak berubah, tetap megah dan memukau. Begitu pula dengan tiara berlapis yang menghiasi keningnya. Semua kemilau itu tampak bagaikan kaum Angel dari Heavenworld lapis ketujuh.

Namun Ursario tahu kalau itu adalah sebaliknya. Sosok tersebut sama sekali bukan dari kalangan Angel, melainkan kaum Demon juga seperti dirinya. Dan yang ini bukanlah Demon sembarangan. Dia adalah pemimpin besar kaumnya.

"Kau ... Lumina?!" seru Ursario dengan nada suara bergetar. "B-bagaimana bisa, bura??"

Sosok itu menggeleng, "Kamu lupa mencantumkan gelar 'Magnanimous' pada namaku. Panggil aku Mag-Lumina! Khehehe! Atau mungkin, lebih tepat kalau kamu menyebutku Overlordess Lumina saja? Toh, Netherworld Neda sudah hampir kami kuasai."

"Bukan, bukan, BUKAN!!" bantah Ursario. "Kau ... kau bukanlah Lumina! Dasar penyamar amatir, buraah!"

Lumina kembali terkikih. Dia melihat gelagat berbeda dari sang lawan, campur-campur antara ngeri, geram, murka, dan bimbang.

"Khehehe, benar banget kalau aku ini emang penyamar. Aku masih Nurin, kok," jawab Lumina, membuka kedoknya sendiri. "Ibaratnya, aku ini Mag-Lumina, sosok Demonlord yang paling kamu takuti, tapi dalam versi KW. Kehehehe."

"BuRAARH! S-siapa yang takut dengan Lumina?! Lagipula kau hanya tiruan, buraa!!"

Ursario langsung kalap dan menembakkan senapan sihirnya. Lesatan energi pun melaju mengincar sosok Nurin-Lumina. Namun sang tiruan tak beranjak sedikit pun dari tempatnya berdiri. Cukup dia mengayunkan sebelah tangannya maka terbentuklah tembok cahaya yang menepis tembakan Ursario dengan begitu mudahnya.

Sekali lagi si boneka terbelalak, "M-mustahil, buraa ... jurus itu ...."

Nurin-Lumina menyeringai lebar. "Sayang sekali," ledeknya. "Biarpun cuman imitasi, tapi aku ini KW Super, lho!"

Kemudian dia pun melayang seraya mengepak-ngepakkan keempat pasang sayapnya. Dan dimulailah parade sihir elemen cahaya dari Nurin-Lumina.

Yang pertama kali dipamerkan adalah [Hujan Tombak Langit]. Berpuluh-puluh lembing terbentuk dari jalinan cahaya, kemudian lembing-lembing itu diluncurkan bertubi-tubi, begitu deras, layaknya hujan badai.  

Ursario kelimpungan menghadapi semua itu. Dia meminta bantuan angin Reeh untuk mempercepat gerak berkelitnya, telekinetik Cheril untuk sedikit memperlambat laju tombak cahaya, ataupun materialisasi perisai cermin dari Zany kalau-kalau tombak itu memang tak memungkinkan lagi untuk dielakkan.

Akhirnya gelombang serangan itu berhenti. Ursario masih bisa selamat untuk saat ini. Terengah-engahlah boneka itu. Dia mendongak dan memandang geram ke sosok Nurin-Lumina yang melayang-layang di udara sambil terkekeh-kekeh. Ursario tahu kalau sang lawan kini masih main-main.

"Brengsek, buraaah!"

Dan datanglah jurus berikutnya.

Nurin-Lumina menyelimuti tubuhnya sendiri dengan lapisan sinar dengan maksud melipatgandakan kekuatan dan kecepatan. Kini yang tampak hanyalah berkas cahaya yang menyilaukan, menutupi sosok yang diliputinya.

Melihat itu, Ursario mulai merinding. Dia terkenang kembali pertempuran antara dirinya dan Mag-Lumina, masing-masing memimpin kaum Ursa-Demon maupun Luxa-Demon. Saat itu, sekalipun dalam wujud asli Demonlord, Ursario kalah telak dari sang lawan.

Dan kini, sebagai boneka beruang, mampukah Ursario bertahan dari sosok tiruan Mag-Lumina?

Selagi benak Ursario mengawang-awang, tahu-tahu Nurin-Lumina telah melesat maju.

"Ini balasan buat yang tadi!"

Rangkaian pukulan dan tendangan bertubi-tubi menerpa Ursario. Boneka itu benar-benar tak berdaya mengelak ataupun menangkis serbuan musuhnya. Gerakan Nurin-Lumina sungguh teramat cepat, seolah-olah itu adalah kecepatan cahaya sejati. Bahkan Ursario sama sekali tak mampu menerka dari mana arah datangnya serangan. Yang tampak hanyalah kelebatan cahaya yang bergerak kesana-kemari.

Ketika akhirnya gempuran Nurin-Lumina berhenti, Ursario sudah terkulai tak berdaya dalam cengkeraman satu tangan wanita itu. Selanjutnya, tubuh mungil Ursario pun dilempar jauh hingga merangsek masuk ke reruntuhan tembok arena bagian utara.

Nurin-Lumina belum berhenti.

Dia mengumpulkan berkas cahaya di kedua telapak tangannya, memadatkannya menjadi bola sinar. Dilemparkannya bola itu tegak lurus ke atas, sedikit saja. Kemudian Nurin-Lumina mengambil ancang-ancang seperti pemain voli yang hendak melakukan jump serve.

Bola pun dipukul, dan segera melaju sekencang-kencangnya.

Sewaktu bola tersebut menyentuh reruntuhan, berkas cahaya itu kembali memancar sebagai ledakan yang silaunya membutakan mata. Dan itu bukan ledakan biasa yang bertipe menghancurkan; itu adalah gelombang cahaya yang meniadakan semuanya!

Setelah semua mereda, tak tampak lagi reruntuhan apapun di sana. Hanya terlihat cekungan raksasa bekas ledakan, rapih sekali, tanpa kepulan asap sama sekali.

Kalau saja Ursario menerima serangan itu, pasti dia akan musnah tanpa sisa sehelai benang pun.

Sementara itu, sosok Nurin-Lumina sudah mulai meluruh. Dia kembali menjadi sosok normal Nurin. Gadis itu jatuh setengah bersimpuh dengan keringat mengalir deras dari sekujur tubuhnya. Nafasnya memburu.

Mengambil bentuk dari suatu Demon tingkat supertinggi seperti Lumina, itu sungguh menguras stamina maupun mental Nurin.

"Mestinya *hhh* aku tetep dalam mode Ratu Lalat aja," keluh Nurin. "Main-main perubahan raga begini malah bikin capek."

Heh, sikapmu itu ... seolah lawanmu sudah kalah. Coba lihat kembali ke sana.

Mendengar ocehan dari Nyar, mau tak mau Nurin mengalihkan pandangan juga ke arah yang dimaksud. Dan Nurin langsung kesal begitu mengetahui apa yang terjadi.

"Masih idup juga rupanya? Cih!"

Dilihatnya sekumpulan boneka beruang, tujuh jumlahnya. Mereka berdiri merintang di depan satu boneka beruang lain, yakni Ursario, yang tampak terpuruk kepayahan. Rupanya jiwa para Beary masih sempat mewujud dan dalam waktu singkat membawa Ursario menjauh dari tempat ledakan.

"Ng ...? Siapa mereka? Muncul dari mana? Aku nggak ingat kalo mesti ngelawan DELAPAN boneka beruang sekaligus," keluh Nurin.

Nyahahar, mengapa engkau bertanya sesuatu yang sudah jelas, Nurin? Apa matamu itu tidak mengenali sosok ketujuh boneka itu?

"Ha?"

Mereka, beberapa ronde yang lalu, adalah peserta sepertimu. Dan salah satu dari mereka sepertinya pernah jadi lawanmu. Engkau pasti ingat. Dia Salvatore, makhluk monyet ras Meteo dari Galaksi Nun Jauh di Sana.

Mata Nurin segera menangkap sosok yang dimaksud. Sebagai boneka beruang, bahkan bentuk Sal masih menyerupai monyet.

"Jadi itu si monyet sialan yang hobinya sama cewek cakep doang?! Ngrrrhh!! Mestinya dia udah mati!"

Tenang. Sebagai boneka beruang, kekuatan mereka jauh dari kekuatan sejati mereka dalam wujud normal. Sekalipun jumlahnya banyak, mereka bukan lawanmu.

"Ah, sudahlah. Diam dan pergi aja kau sana jauh-jauh, Nyar!" bentak Nurin. "Ini duelku, jangan ganggu-ganggu terus!"

Oke, oke, aku akan menyingkir dulu untuk sementara. Selamat menikmati "duel"mu, nyahahaha ....



-VI-
Ursula, sang Penyusup


Thurqk termenung.

Keasyikannya menonton laga seru ini terusik oleh munculnya sosok tujuh Beary di arena. Bahkan dengan IQ jongkoknya pun Thurqk bisa menebak kalau ada sesuatu yang salah di sini.

"Wok?" Thurqk melongo. "Itu kenapa malah ada banyak boneka beruang yang muncul di arena? J-jangan bilang kalau itu ... [Bearbunshin no Jutsu] yang legendaris itu?"

"Ya. Betul sekali, wahai Dewa yang Mahatahu," komentar Nolan. "Dan tentu boneka beruang itu pasti juga bisa memantra bola angin [Bearasengan] demi melawan musuh bebuyutannya, yakni Kumasuke."

Mendengar ledekan Nolan, Abby terkikih ringan seraya sebelah tangannya menutupi mulut. Thurqk yang tak terima dirinya disindir, akhirnya menghukum Nolan dengan siksa yang teramat pedih. Mulut si pria kacamata segera disumpal dengan celdam milik sang Dewa Merah—yang tentunya tak pernah dicuci selama sekitar 1 milenium.

Semakin menderitalah Nolan. Barangkali semerbak wangi celdam itu setara dengan aroma tubuh Nurin, siapa tahu?

Setelah puas membully si kacamata, pandangan Thurqk kembali menatap ke arena. Penampilan boneka-boneka beruang itu, pikir Thurqk, rasanya tidak terlalu asing. Sangat akrab, malahan. Entah di mana Thurqk pernah bertemu dengan mereka?

Kemudian perasaan aneh itu pun menyeruak di hati sang Dewa Merah. Perasaan tak enak ... seolah ada sesuatu yang tengah bermain-main di atas sistem yang dia rancang dan jalankan.

Akhirnya Thurqk bangkit dari singgasananya.

"Lho, Om Dewa mau ke mana?" tanya Abby terheran.

"Bentar, aku mau ke WC dulu," jawab Thurqk. "Situ awasin aja pertarungan ini, dan sekalian awasin juga si Nolan biar dia kagak macem-macem."

Abby mengangguk patuh. Setelah itu, Thurqk pun melenggang pergi dari beranda istimewa miliknya, meninggalkan riuh-rendah dan gemuruhnya arena. Satu yang Abby yakin, tujuan Thurqk bukan sekadar membuang limbah perut ke toilet. Pasti sang Dewa hendak mengecek suatu hal yang lain.

***

Saat itu, di dalam istana Thurqk, jauh dari keramaian turnamen, tampaklah sesosok Beary tengah mengendap-endap. Yah ... tepatnya, setiap ada Hvyt, Über-Hvyt, bahkan Hvyt Lord yang tengah berpatroli, maka kesemua itu akan segera dia bereskan (baca: hajar sampai bonyok kuadrat) sehingga dirinya bisa melangkah maju dengan santai. Itulah definisi 'mengendap-endap' versi Ursula.

Sekarang Lady Beary itu sudah berada tepat di depan suatu pintu tebal dengan sistem keamanan berlapis-lapis, baik itu dengan gembok analog, kuncian digital, ataupun segel sihir.

Ursula membaca label yang tertera di sisi atas pintu, yang tampaknya ditulis dalam aksara universal.

"Gudang Film : Selain Thurqk dan Hvyt Staf Koleksi dilarang masuk!" Ursula tersenyum jahat. "Bukan ini yang kucari sih, tapi sekalian saja deh, mumpung ketemu."

Kemudian Ursula memanggil keluar tiga Beary bawahannya, yang memang berpengalaman dalam soal menjebol keamanan.

Elle si Nomy Beary ditugaskan untuk menetralkan sihir segel. "Gampang, nom. Elle udah biasa berburu harta dan membuka pintu-pintu tebal yang disihir Orc yang jahat du nom~"

Dengan gumaman mantra singkat dari Nomy Beary, lapisan keamanan pertama telah tertembus. Selanjutnya adalah tugas Leony Beary, mantan ketua KPK, untuk meretas pertahanan digital pintu itu.

"Plis, jangan ditambahin -y di belakang nama ane, dong!" protes Leon(y). "Ente kira ane personel Trio Kweky?"

"Sudahlah, jangan banyak bicara!" sahut Ursula sembari menjitak kepala Leon dengan gagang senapan. "Kamu bisa membobol ini, bukan?"

Leon merengut kesal, "Jelas bisalah, Tante Boss! Ane udah pengalaman ngebobol rekening para koruptor ataupun brankas-brankas mereka. Soal ginian sih, tinggal sekali kedip aja juga udah beres."

Leon segera mengeluarkan peralatan peretasnya dari balik jaket dan menyambungkan sejumlah kabel dengan port yang melekat di pintu. Jemari Beary itu mengetik-ngetikkan kode dengan begitu lincah. Entah gerakan jari itu bukti  kepiawaiannya sebagai seorang peretas atau kehandalannya sebagai tukang pijat. Yang penting, tahap kedua beres juga.

Pertahanan sihir sudah hilang, sedangkan sistem keamanan yang tersambung pada jaringan utama Devasche Vadhi juga sudah terputus. Kini yang perlu dilakukan adalah mendobrak pintu itu secara barbar.

"Selanjutnya kamu, Knighty Beary," panggil Ursula, "apakah pedangmu bisa merobohkan kokohnya pintu itu?"

Beary ketiga, yakni Rex, muncul sambil berseru lantang. "Neneeeeeek!!" Kemudian dia segera mengambil ancang-ancang untuk melancarkan satu rangkaian jurus pedang aliran Plamya.

"Uwoooaaah! [Shishi Senretsuha]!!"

Beary berzirah putih itu menusuk-nusukkan pedang Giruvedan tak kasat mata miliknya, begitu cepat, bertubi-tubi menghantam pintu kokoh itu. Rex pun mengakhiri rangkaian serangan itu dengan sebuah ledakan aura singa.

Ketika gema auman dan gemuruh bersatu, pintu itu hancur juga. Rex langsung memasang pose gagah seraya mengangkat pedang Giruvedan-nya tinggi-tinggi. Tapi toh, Ursula dan Beary lainnya cuek. Mereka lewat begitu saja, langsung masuk ke ruangan yang kini terbuka lebar.

"Nom! Ini ... ruangan apa nom?" Elle tak bisa menyembunyikan rasa tertegunnya.

Yang ada di ruangan itu adalah berdus-dus film, bertumpuk-tumpuk seperti gunung. Semuanya dalam bentuk kepingan VCD, DVD, ataupun kaset VHS.

"Banyak banget koleksi si Thurqk!" seru Leon. "Dia bandar atau apaan, sih?"

Leon dan Elle pun mengambil beberapa sampel film itu, kemudian takjublah mereka ketika mendapati judul-judul yang tertera di sana ternyata sangat akrab: "R1 Richella—We Are Going Du Nom", "R2 Leonidas—Iri Hati Itu Hal Biasa", dan judul-judul lain. Semua dikemas rapih, tampak sangat profesional dengan sampul seperti film Wollyhood, bahkan di sisi kanan-atas kemasan terlihat label harga.

"Nuooom?? Ini rekaman pertarungan kita, nom?"

"Bukan cuman kita, Neng," ujar Leon, "kayaknya rekaman semua duel dari tiap peserta, dari tiap babak, semua ada di sini. Dan udah siap dibisniskan."

Ursula yang dari tadi hanya mengamati, langsung tersenyum jahat. "Huhuhum, aku mengerti. Jadi semua ini demi uang semata? Turnamen dan tetek-bengeknya itu, ternyata untuk meraup untung saja. Pintar juga Overlord yang satu itu."

"Lalu gimana sekarang, Tante?" tanya Rex.

"Gampang, kita musnahkan saja semua barang dagangan ini," titah Ursula. "Hai kalian, Lucia dan Baikai. Bagaimana kalau kamu sekalian ikut membantu?"

Sesuai kehendak Ursula, dua Beary lain pun mewujud.

Yang terjadi selanjutnya bisa ditebak. Lucia segera menyirami ruangan itu dengan bergentong-gentong bir. Rex, Leon, dan Elle juga ikut membantu menyebarkan minyak hingga ke seluruh penjuru ruangan. Setelah itu, Baikai hanya perlu menyulut api.

Hanya dalam waktu singkat, seluruh ruangan sudah membara, berkobar lebat dalam amukan api. Keping-keping DVD yang jumlahnya jutaan itu luluh-lantak, meleleh seperti lilin. Entah berapa kerugian materil yang nantinya didera Thurqk.

Ursula dan pasukan Beary B langsung angkat kaki, tak bertanggung jawab.

Sidequest beres. Saatnya mereka kembali ke misi utama untuk mencari informasi tentang teknik pengendalian jiwa yang digunakan Thurqk.

***

Alarm kebakaran berbunyi.

Thurqk yang sedang berjalan di koridor dan hendak menuju Ruang Penjara Jiwa terpaksa berbalik arah.

"Si-siakek! Itu dari gudang!" maki Thurqk bercampur gelisah. "Jangan bilang kalo terjadi apa-apa di sana!"

Segera Thurqk melaju secepat-cepatnya menyusuri koridor di arah berlawanan. Bukan main terkejutnya sang Dewa sewaktu menemui pemandangan tak mengenakkan pada lorong yang tengah dia lewati. Sejumlah Hvyt yang ditugaskan berpatroli di sini—baik itu Hvyt normal, segelintir Über-Hvyt, bahkan satu-dua Hvyt Lord—semua sudah bergelimpangan, berserak tiada daya. Beberapa Hvyt malahan tampak menyedihkan sewaktu badan mereka tertanam di lantai, dinding, maupun langit-langit koridor Devasche Vadhi.

Ada penyusup, pikir Thurqk. Dan bukan penyusup biasa.

"Brengsek! Dasar Hvyt kagak guna!" kembali Thurqk memaki. "Buat apa aku sekolahin kalian tinggi-tinggi kalo buat ngelawan penyusup aja kagak bisa apa-apa?!"

Dengan tergesa-gesa maksimal, akhirnya Thurqk sampai juga di gudang penyimpanan miliknya. Bukan main terkejutnya dia ketika mengetahui petaka apa yang hadir di sana. Api masih berkobar hebat, sekalipun sistem pemadam kebakaran di langit-langit telah menyemprotkan segala air yang alat-alat itu bisa semburkan.

"Kutu kupret! Berani juga nantangin Dewa Api pakai api!!"

Thurqk lantas mengibaskan sebelah lengannya, kuat-kuat. Teknik penundukkan api miliknya pun berbicara. Hanya dalam hitungan detik, semua api itu sirna tanpa asap sekalipun.

Namun semua sudah terlambat. Tak ada yang bersisa di ruangan itu, kecuali arang dan debu hitam.

"Belum. Belum terlambat," gumam Thurqk, menyadari suatu hal. "Masih ada Ruang Penjara Jiwa!"

Segeralah Thurqk melesat, mengetahui kalau sasaran selanjutnya pastilah kamar rahasia tempat dia menyimpan jiwa-jiwa petarung.

***

Sungguh, bukan hanya Ursula dan pasukan Beary-nya saja yang tengah berkeliaran di istana Thurqk dalam rangka mencari sesuatu yang dicari. Pun ada sesosok Demon yang kini berganti tuan, dari yang tadinya menghamba pada Thurqk, sekarang bersumpah setia kepada Haundall dan dua anaknya—Claude dan Claudia.

Nama Demon itu adalah Eligor, dengan gelar kesarjanaan Duke. Ditemani oleh tunggangannya, Abigor (kuda ramping tak berdaging), serta senjatanya, Eligos (tombak berhiaskan ular; atau ular berhiaskan tombak?), sang Duke juga punya vendetta sendiri kepada Thurqk. Dan sekarang dia sudah berdiri di depan Ruang Penjara Jiwa yang diincarnya.

Berbeda dengan Ursula, Duke Eligor lebih pandai bermain cantik, sehingga penyusupannya berjalan lebih lancar tanpa kepergok satu Hvyt pun. Tapi toh yang namanya takdir selalu seru.

Kedua penyusup itu malah saling bertemu.

"Hum? Siapa kamu? Penjaga di sini, ya?" Ursula menodongkan senapan, sementara kelima Beary bersiaga di belakangnya.

"Omaigad! Boneka-boneka lucu apa ini??" alih-alih terkejut, Eligor malah tersepona oleh keimutan kumpulan Beary itu.

Namun Ursula adalah Ursa-Demon seperti Ursario. Dan mereka berdua paling jago soal memberi 'salam'. Tahu-tahu Ursula sudah meletupkan Ursus Blaster, tepat ke muka Eligor. Refleks, sang Duke berupaya mengelak. Akhirnya tembakan Lady Beary itu hanya menyerempet wajah Eligor, melontarkan helmet besi yang dikenakan Duke tersebut.

Dan tampaklah wajah Eligor, yang di luar prediksi banyak orang, ternyata teramat rupawan. Kulit bersih terawat dengan rona merah di pipi, dagu belah yang memesona, kilau kemerlap mata, serta rambut coklat yang tersisir klimis ke belakang ... daripada memimpin legiun Undead, mungkin Eligor lebih cocok mengikuti audisi film.

"Plis, deh. Seorang Duke mustahil kagak cakep, dong," bangga Eligor. "Dan bukannya aku nggak pernah ikut audisi, tapi apa daya kalo di Netherworld sini kagak ada produser (sekaligus sutradara) filem yang lain kecuali si Turuk. Sebelum mulai bisnis 'Pertarungan Akhirat' kayak gini sih, dulu Opera Sabun yang dibikin Turuk kagak laku di pasaran—"

"Serbu dia dan bantai!"

Eligor sepertinya hendak membeberkan masa lalu kelam sang Dewa Merah, tetapi Ursula sudah memotongnya. Lady Beary tersebut sudah memerintahkan pasukannya untuk maju menggempur.

Maka Baikai, Elle, Rex, Lucia, dan Leon, semua menerjang dengan segala senjata yang mereka miliki. Namun Eligor bergeming. Dia menerima semua serangan itu apa adanya.

Dan saat itulah pasukan Beary menyadari kalau tak ada satu pun serbuan mereka, entah itu sabetan pedang, getokan palu, hantaman baton, ataupun timpukan batu, yang berhasil melukai tubuh Eligor.

"Oh, gawat," ujar Baikai, "Demon ini punya status kebal serangan fisik."

Eligor kemudian mengayunkan tombak-ularnya sepenuh cinta, menyapu semua Beary mundur. Mereka terkena telak, terlempar, lantas tergelepar kesakitan. Kelimanya langsung kembali mewujud sebagai gumpalan jiwa yang langsung terserap masuk kembali ke tubuh Ursula.

Eligor hendak tertawa puas karena superioritas tekniknya. Dia lupa kalau pemimpin para Beary itu, Ursula, paling ahli soal sihir.

Tiba-tiba sekujur tubuh Eligor diterpa oleh angin hitam, yang seketika langsung menghempaskan badan sang Duke, terlepas dari tunggangannya, kemudian terlontar ke dinding. Retaklah dinding itu seraya Eligor turut ambruk.

"Aw, aw, aw," Eligor mengaduh dan langsung bangkit, "bisa sihir juga kau, boneka imut? Aku kagak ada urusan sama dirimu dan pasukan-pasukanmu yang unyu. Tapi kalau dikau emang jual perkelahian, maka aku beli!"

"Huhuhm, kamu berani?" tantang Ursula, yang mantel beruangnya mulai berubah warna menjadi seputih salju. "Kalau memang begitu ... apakah kamu pernah mendengar tentang—"

"Legenda Dewa Merah yang Jaya Sepanjang Masa!"

Tahu-tahu ada suara asing yang memotong bincang-bincang antara Ursula dengan Eligor. Dan seketika terasa hawa di sana memanas, lantas menjadi semakin panas.

Spontan, pandangan mata mereka teralihkan. Meliriklah Ursula dan Eligor ke samping, ke sumber panas, ataupun tempat datangnya suara. Eligor langsung terkejut setengah hidup. Begitu pun dengan Ursula yang segera memaki kesal.

"Hmm ... apa yang cecunguk macam kau, Eligor, lakukan di sini?" suara itu menginterogasi. "Dan siapa juga kau, boneka? Kemudian yang paling penting, apa pelaku bakar-bakaran gudangku itu salah satu di antara kalian, atau kalian berdua sekaligus?"

Yang berdiri di hadapan mereka, tak lain dan tak bukan, adalah sang Dewa sendiri. Dialah yang mahamerah, Thurqk. Dan merahnya Thurqk kali ini bukan sembarang merah. Tatapan matanya jelas menampakkan kemurkaan tingkat dewa. Sekalipun pembawaannya masih tenang, tetapi aura panas neraka terus terpancar deras dari tubuhnya.

"Su ... suer, Mas Boss! Bukan saya yang ngebakar gudangnya sampeyan!" Eligor buru-buru menaiki Abigor, bersiap kabur.

"Humh, sialan! Andai saja tidak ketemu beleguk jelek ini," sinis Ursula melirik Eligor. "Sekarang apa?"

"Cabuuut ...!" teriak Eligor.

Dan kedua penyusup itu segera ciao. Eligor yang pergi paling dulu, sepersekian detik sebelum Ursula akhirnya menyusul. Sempat Lady Beary itu menembakkan sihir es dari senapannya ke arah Thurqk, sekadar pengalih. Namun dalam wujudnya sebagai boneka beruang, bahkan laser pembeku dari suku Papalbaer tak mampu menyentuh sang Dewa Merah sama sekali. Tembakan itu langsung mencair semeter sebelum mengenai Thurqk.

"Heh, mau lari-larian? Di sini, di istanaku?!"

Thurqk meradang, kemudian membuntuti kedua tamu tak diundang itu dengan kecepatan dewa. Berliku-liku mereka bertiga kejar-kejaran, naik turun lantai, dengan Istana Devashe Vadhi sebagai sirkuitnya. Namun Thurqk masih saja setia mengekor. Dan semakin dekatlah sang Dewa.

Eligor sudah berupaya memantra sihir pemecah ruang-waktu agar dia bisa melarikan diri ke dimensi lain. Begitu pula dengan Ursula yang sepemikiran. Akan tetapi, sihir mereka sama sekali tak bisa bekerja selama berada di hadapan [Absolute Range] milik Thurqk. Akhirnya baik itu Ursula ataupun Eligor hanya bisa melarikan diri dengan teknik yang paling primitif.

Hingga sampailah mereka pada persimpangan kesekian.

"Woi, boneka, kita berpencar di situ!" seru Eligor, menunjuk persimpangan yang dimaksud.

"Oke," balas Ursula singkat.

Mereka pun berpisah arah. Eligor berbelok ke kiri, sementara Ursula menikung ke arah sebaliknya. Di sinilah akal bulus Eligor sebagai sarjana bekerja.

"Mas Boss!! Yang ngebakar gudang situ adalah si boneka beruang itu! Berani sumpeh demi kuburan Kazuma Kaneko deh saya!" begitulah Eligor berseru, walaupun sekiranya dia hanya menebak-nebak kalau pelaku pembakaran itu adalah memang Ursula.

Ursula tercengang mendengar siasat Eligor.

Thurqk pun terdiam sejenak saja. Setelah itu, sang Dewa memutuskan untuk fokus mengejar Ursula. Lady Beary itu hanya bisa mengutuk.

"Humh, brengsek si kuda itu!"



-VII-
Mahha Morphy Go Mighty Go!


Pada waktu yang sama, di arena, pertempuran sudah semakin memanas.

Nurin, masih dalam wujud Manusia, memanfaatkan sederetan pintu di belakangnya, yang memang menjadi fitur yang bisa dimanfaatkan para peserta dalam babak keenam ini. Setiap sisi—utara, timur, selatan, barat—memiliki 15 pintu yang terbagi menjadi tiga lantai. Sisi utara dan selatan, bagaimanapun, tampaknya sudah menjadi puing lantaran pertarungan sebelumnya. Menyisakan dua sisi saja yang masih bisa digunakan.

Pintu-pintu yang ada di sisi timur, di dekat Nurin, kebetulan berisi sekumpulan monster yang buas (Ya pasti buaslah! Namanya juga monster :v). Monster-monster itu disiapkan panitia agar menyerang siapapun peserta yang sial membuka pintu ruangan tempat para monster itu bernaung. Namun Nurin, dengan pasukan lalatnya, malah sukses menjangkiti semua monster itu sehingga kini mereka menjadi 'boneka'nya, boneka zombie.

Dan apa yang tengah terjadi di arena saat ini?

Betul sekali.

Ursario dan pasukan Beary-nya tengah kelimpungan meladeni gempuran para monster. Setiap Beary harus menghadapi dua-tiga monster sekaligus. Selain ganas dan agresif, para monster yang terjangkit penyakit dari Nurin juga bertambah sakti. Sama seperti Nurin, kini setiap monster itu juga memiliki liur dan nafas beracun.

Semakin repotlah para Beary menghadapi semua itu.

Di sisi lain, kini gantian Nurin yang duduk santai di kursi goyang, menyeruput es teh botol hangat seraya membaca tabloid Fantasi.

...

Yvika menembaki dua monster kuda lumping dengan senapan mesin, sementara di dekatnya, Zany juga telah mematerialisasi senapan laser guna menghalau serbuan sepasang burung perkutut raksasa. Bagaimanapun, monster zombie yang tiada lagi peduli dengan rasa sakit itu terus saja melaju, pantang mundur. Sekalipun organ tubuh mereka terpotong-potong, tak ada bedanya.

Manggale dan Sal juga sibuk dengan monster mereka sendiri, yakni zombie kanguru dan marsupial. Teknik sugesti Irama Semesta milik Sal tak berpengaruh pada para zombie itu. Terpaksalah duo Beary itu meladeni lawan mereka dengan tinju dan tendangan barbar. Sayangnya, tidak terlalu efektif. Berkali-kali Manggale maupun Sal dihajar sampai terlontar ke udara ataupun menghunjam tanah.

Beralih pada Nema. Sebagai Beary Penabur, jurus serbuk Bunga Biru miliknya ternyata cukup efektif untuk memusnahkan tubuh monster zombie yang menyerangnya menjadi butir-butir debu. Satu monster berhasil Nema Beary lenyapkan dengan teknik itu. Namun sial, Nema segera kehabisan benih. Kini dia hanya bisa lari tunggang-langgang, dikejar monster kura-kura bertenaga turbo.

Reeh mungkin yang paling ulet. Sebagai sahabat sang Angin, dia tetap ulung sekalipun tubuhnya hanyalah seekor boneka beruang. Sampai detik ini Reeh masih mampu bertarung setara-setanding dengan tiga zombie bebek garang yang mengepungnya. Berkat perlindungan angin, tentunya.

Sementara itu, Ursario dan Cheril bersiasat. Sementara Ursario mengecek pintu-pintu di belakangnya, Cheril-lah yang bertugas mengalihkan perhatian para monster yang menghampiri mereka. Kalau Nurin bisa memanggil monster dari pintu-pintu pada tembok timur, mungkin di pintu-pintu barat ada 'sesuatu' yang mampu mengatasi itu. Begitulah pikir Ursario.

Yang kerepotan tentu saja Cheril, harus melawan empat monster sekaligus. Dia hanya bisa melarikan diri sambil melintasi arena tempur kawan-kawannya.

Waktu terus berjalan, pasukan Beary sudah semakin weary—lelah.

Yvika dan Zany sudah limbung dan terkapar, siap dimangsa kuda lumping pemakan segala. Manggale dan Sal sudah kalah fisik melawan duo makhluk berkantung, kanguru dan marsupial. Nema juga sudah capek berlari. Begitu pula dengan Cheril.

Tinggal Reeh yang kini harus melindungi keenam rekan Beary yang lain, dengan mengirimkan angin-angin pengganggu. Namun fokus Reeh terlalu terpecah. Dia tak mampu terus-terusan menghalau empat belas monster sekaligus.

Jauh di sisi lain, Nurin tersenyum puas, merasa kemenangan sudah hampir dia raih tanpa perlu dia repot-repot turun tangan sendiri. Asiklah gadis berkacamata itu meneropong, seolah-olah menyaksikan partai final fantasy antara Persib melawan Persipura. Tapi satu yang menjadi pertanyaan Nurin. Dari semua boneka beruang yang dilihatnya, mengapa tak tampak sosok Ursario?

Kemudian jawaban pun muncul.

Yang pertama kali terdengar adalah deru mesin, meraung-raung penuh tenaga, prima. Lalu dari salah satu pintu di sisi barat, melesatlah satu unit mobil balap futuristik, putih warnanya, dengan mesin bertenaga 5.555 HP. Itu adalah Mach 5!

"Go, go, GO!!" begitulah Ursario berseru.

Mach 5 terus melaju kencang, seperti badai. Satu hantaman pertama menyelamatkan Yvika dan Zany dari cengkeraman kuda lumping. Lesatan kedua menerbangkan dua monster yang mengepung Manggale dan Sal. Kemudian Ursario terus memacu mobilnya. Jangan tanya bagaimana boneka beruang berukuran mini bisa mengendarai mobil balap, pokoknya dia BISA!

Cheril, Nema, dan Reeh, akhirnya bisa bernafas lega ketika Ursario menyambar monster-monster yang tersisa dengan bodi Mach 5. Kini semua monster zombie itu limbung, berserak di arena.

Saat itulah Ursario menekan salah satu dari sekian tombol (A-G) pada pada kemudi Mach 5. Yang dipencet si Beary adalah tombol B untuk [Beary Bursty Blasty Buster]. Dan sungguh ajaib! Tiba-tiba mencuatlah semacam kontrapsi meriam dari badan Mach 5, yang langsung menembakkan rudal bergambar senyuman.

Rudal itu lantas meledak dahsyat, menimbulkan asap letusan berbentuk kepala beruang, menelan semua zombie itu di dalamnya.

Ketika semua berakhir, setiap zombie sudah terkapar menggelepar. Masih bisa bergerak, tapi tak berdaya untuk bangkit, apalagi melawan balik.

Ursario berseru riang, penuh kemenangan. Para Beary pun bertepuk tangan, menyaksikan kehebatan mobil sakti yang sepertinya terkenal itu.

Tinggallah Nurin yang meradang.

Dia bangkit kesal, tapi bukan hilang akal.

"Tidak secepat ini! Kumpul dan jadilah gede, segede-gedenya, wahai bonekaku!" seru Nurin.

Sedetik kemudian, lalat-lalat di dalam tubuh para zombie itu segera beraksi. Mereka bekerja keras menyeret paksa para monster hingga semuanya berkumpul pada satu tempat. Monster-monster itu menumpuk dan terus menumpuk, membukit, hingga akhirnya sekelebatan cahaya ungu meliputi semuanya.

Ketika pendar itu memudar, yang tampak adalah sesosok Monster dengan M kapital. Bentuknya seperti lalat tanpa sayap. Dan lantas saja Monster itu meraung sejadi-jadinya, gemuruhnya membuat segenap arena bergetar. Bahkan para penonton di tribun, para Hvyt-PNS beserta para aparat pengaman, ikut gemetar ketakutan. Sekalipun mereka terlindungi berkat selubung merah yang dipasang Thurqk, tetap saja naluri takut itu muncul.

Pasukan Beary pun tercengang secengang-cengangnya.

Ursario segera mengambil langkah antisipasi. Dia berseru memerintahkan pasukannya.

"Aku akan mengulur waktu, buraah! Cepat kalian cari sesuatu di pintu-pintu yang lain!"

Belum sempat para Beary mengangguk setuju, kaki sang Monster sudah menjejak bumi. Mujurlah, Ursario masih sempat mendorong para Beary itu dengan menubrukkan Mach 5 ke mereka. Agak kasar, memang. Yang penting semua Beary selamat, dan injakan kaki Monster hanya melumat dan meremukkan lantai arena sahaja.

"Cepat, buraah!!" Ursario mengulangi instruksinya, dan kali ini langsung dituruti oleh para Beary.

Ketujuh Beary itu bergegas, berlari secepat-cepatnya menuju barat. Namun bukan kitab suci yang mereka cari. Bertebaran mereka menelusuri pintu demi pintu.

Sementara itu, di arena, Ursario dan Mach 5 tengah mati-matian melaju menghindari amukan sang Monster. Terkadang Monster itu menginjak ataupun memukul bumi, di kali lain Monster tersebut menyemburkan lautan lendir pelebur nyawa.

Mach 5 masih terus berjuang melawan segala peluang. Ursario sudah menekan hampir semua tombol dan menjalankan setiap perangkat rahasia. Beary Racery itu sudah kehabisan arsenal.

Pada saat itulah Nurin sedikit mengganggu. Tanpa disadari Ursario, Nurin muncul dari samping dan melempari Mach 5 dengan kursi. Gangguan itu, meski tak seberapa, mampu membuyarkan fokus Ursario.

Boneka itu berbelok ke arah yang salah. Lumatlah mobil balap futuristik itu, terinjak kaki Monster. Meledaklah Mach 5 dalam kenangan indah para penonton. Yang tersisa hanya bongkahan besi, mengepulkan asap tebal.

Ursario terlempar keluar dan terguling-guling. Seluruh badan bonekanya terasa nyeri sampai ke jiwa.

Tinggal selangkah lagi dirinya akan ikut dilumat.

Namun kita semua tahu. Sesuai plot, Ursario akan tertolong. Saat yang ditunggu pun akhirnya tiba! Atau ... setidaknya begitulah seharusnya.

Ternyata Ursario sudah keburu terinjak. Boneka beruang itu gepeng seketika. Tapi setidaknya, sebagai Beary, Ursario belum akan mati walau badannya telah lumat.

Ketika Monster itu mengangkat kakinya, badan gepeng Ursario menempel di telapak kaki itu. Sebentar saja, sebelum akhirnya terlepas dan mengayun-ayun dramatis di udara.

"Si-sialan ... buraaaa ...."

Barulah setelah itu pasukan Beary terdengar kabarnya. Mereka muncul secara dramatis dengan meruntuhkan seluruh tembok barat. Dari kepulan debu, melesatlah tujuh unit kendaraan robotik yang disebut sebagai Zordy. Ukuran mereka sekitar sepertiga dari besarnya sang Monster.

Masing-masing Beary menunggangi robot yang berbeda, yang semuanya mengambil desain bentuk berbagai spesies beruang. Seluruh Zordy langsung menyerbu untuk menggerecoki Monster Lalat.

Serangan mendadak—yakni tubrukan badan—dari ketujuh Zordy itu mampu menghilangkan keseimbangan sang Monster. Terjatuhlah dia, menimbulkan gempa kecil.

Ketujuh Zordy meraung garang. Namun mereka tahu kalau ini belum cukup untuk melumpuhkan Monster itu. Tak ada waktu lagi. Mereka harus melakukan "itu".

"Oke, Beary Rangery! Saatnya penggabungan!!" suara Yvika terdengar dari pengeras suara salah satu Zordy.

Yang dinanti-nanti pun terjadi.

Ketujuh Beary Zordy berubah bentuk secara mekanis. Ada yang menjadi lengan kanan, lengan kiri, kaki kanan, kaki kiri, torso, kepala, dan juga ekor. Terbentuklah satu Beary Megazordy, beruang besi yang berdiri tegak di dua kaki. Ukurannya setanding dengan Monster Lalat.

Nurin berteriak dari sudut arena, "Jangan lemah! Bangkit dan balik berantem, wahai Monster-ku!!"

Sesuai titah dan Ratu Lalat, sang Monster melompat bangkit sambil meraung kencang. Sedetik kemudian, segera Monster itu menerjang lawannya. Beary Megazordy pun bersiap.

Pertempuran kini berubah menjadi skala gigantik!



-VIII-
Battley of the Godsy (Bagian I)
"Duel Para Raksasa"



Kedua Raksasa beradu badan, saling membenturkan diri. Nyaringlah terdengar gementangnya, bersamaan dengan meluapnya angin hebat akibat peraduan tersebut.

Tak ada yang terdorong mundur. Kekuatan fisik keduanya ternyata nyaris tak berbeda. Pertempuran kembali dilanjutkan.

Beary Megazordy menangkap leher Monster Lalat, lalu dengan gerak lincah membanting Monster itu dengan gaya pejudo. Arena kembali bergetar dahsyat. Bagaimanapun, dari posisi yang terbaring, sang Monster masih bisa memuntahkan asam pelebur besi dari mulut-sulutnya.

"Tameng!"

Dengan sigap para Beary di kokpit menyelaraskan gerakan. Beary Megazordy mengambil perisai berbentuk kepala beruang yang tersimpan di punggung. Perisai itulah yang diguyur oleh ludah beracun Monster Lalat. Leburlah perisai itu, namun Beary Megazordy terselamatkan.

Megazordy kini balas menyerang.

Bertubi-tubi tinju Beruang Besi itu menggempur badan Monster Lalat. Pada serangan penutup, sebuah uppercut manis menyapa dagu sang Monster. Kembali dia terjatuh.

Namun kali ini, sebelum Monster Lalat itu punya waktu untuk meludah lagi, Megazordy sudah menyiapkan serangan lanjutan. Beruang Besi itu menjatuhkan diri seraya melancarkan elbow drop. Tepat menghujam leher sang Monster.

Tak bisa terbayangkan sekuat apa tenaga serangan itu. Bahkan lantai arena, yang ukurannya beberapa kali lapangan bola, ikut meretak seluruhnya. Hasilnya pun waw. Leher Monster Lalat itu patah seketika.

Beary Megazordy bangkit dan berpose menang.

Para Beary di dalam kokpit rupanya lupa kalau lawan mereka kali ini adalah sejenis zombie. Leher patah saja tak akan menghentikan perlawanan sang Monster.

Maka beranjak berdirilah sang Monster, sekalipun dengan kepala yang berjuntai secara aneh. Megazordy lengah. Tahu-tahu, kaki Beruang Besi itu telah disapu sang lawan.

Kali ini giliran Megazordy yang merasakan kerasnya bumi.

Dan seolah membalas perlakuan tadi, Monster Lalat juga ikut menjatuhkan diri sambil melancarkan knee drop. Dengan kekuatan yang tak jauh berbeda.

Kembali arena bergempa. Para penonton bahkan sedikit terlontar dari duduk mereka, merasakan dampak kencangnya getaran itu.

Torso dari Megazordy remuk, memercikkan listrik. Tapi Beruang Besi masih jauh dari kata menyerah. Dia segera bangkit menyusul sang lawan.

Kedua Raksasa kembali berdiri, saling berhadapan.

Sementara itu, di bawah sana, Nurin terus mengomando Monster-nya. Tak mau kalah, Ursario (yang badannya sudah tidak gepeng lagi setelah waktu berlalu) juga turut memberi instruksi—yang sepertinya tidak didengar oleh para Beary.

Satu hantaman dari arah bawah melemparkan Megazordy ke atas, membentur selubung merah. Langsung saja punggungnya tersambar sengatan listrik sihir yang mengalir di seluruh selubung. Megazordy itu jatuh terlungkup dengan punggung hangus, berasap, serta memercikkan listrik.

Tak mau menyia-nyiakan kesempatan ini, sang Monster segera melancarkan serangan bertubi-tubi. Dia menginjak-injakkan kakinya ke punggung Megazordy, berharap Beruang Besi itu segera remuk.

Di dalam kokpit, para Beary mencoba bertahan dari dera guncangan. Mereka terus mengupayakan untuk mengontrol Megazordy agar segera bangkit. Sayangnya, sang lawan tak mengizinkan itu. Setiap ada gerakan dari Megazordy, kaki Monster Lalat segera bertindak dan mencegah itu.

Hingga dua menit berlalu, Megazordy masih belum mampu bangkit. Sementara itu, kerusakan terus bertambah.

Apa yang bisa mereka lakukan sekarang?

Ternyata jawabannya ada pada sang pemimpin yang sedang terlupakan, yaitu Ursario. Boneka mungil itu membidikkan senapan sihirnya dari bawah, mengerahkan aura demonic sampai batas maksimal.

Satu letupan besar tercipta dari moncong Ursus Blaster.

Dengan sasaran yang besar, tembakan dari Ursario menjadi lebih akurat. Sasarannya adalah mata majemuk sang Monster, sebelah kiri. Dan beruntung, Monster Lalat itu terlalu asyik menginjak-injak Megazordy sampai tak menyadari datangnya serangan.

Serpihan mata pun berhamburan ketika ledakan tercipta.

Monster Lalat meraung-raung. Oleng. Kini Megazordy mampu bangkit.

"Sekarang kesempatan kalian, dasar para Beary bodoh!" teriak Ursario.

Beary Megazordy mengangguk. Mereka menyiapkan serangan pamungkas. Apalagi kalau bukan Beary Legendary Swordy? Lengan kanan Megazordy membuka secara mekanis, menumbuhkan bilah pedang. Bukan sekadar bilah, tentu saja. Tak luput bilah itu dialiri energi elektrik tegangan tinggi, sehingga kini tampak bersinar terang.

Setelah ancang-ancang singkat, pedang pun berayun vertikal. Sambaran pedang itu melontarkan gelombang listrik yang melaju lurus.

Monster Lalat pun tertebas. Bekas tebasan itu langsung memancarkan cahaya terang, dan semakin terang. Momen berikutnya, Monster Lalat meledak sejadi-jadinya, hingga serpihan terkecil. Hempasan ledakan itu ikut meruntuhkan bagian tembok yang belum runtuh.

Nurin yang berada di dekat sana tak berdaya ketika ada balok beton yang menimpanya.

Dengan wujudnya yang masih Manusia, Nurin langsung ambruk, takluk, dan tak sadarkan diri.

Seharusnya ini adalah momen kemenangan Ursario dan pasukan Beary. Namun—

Nyah! Dasar gadis bodoh! Ternyata engkau memang masih berjiwa bocah, malah meladeni permainan robot dari para boneka. Nyahahahar ... mungkin ini saatnya aku mengambil alih?

—suara itu kembali muncul.

Dia adalah Nyarlathotep.

Dan dia sudah bosan menyaksikan ketololan pertempuran ini. Dia pun kembali dari peristirahatan kosmisnya.

...

Ursario dan para Beary batal merayakan kemenangan mereka tatkala suatu aura misterius mencuat dari puing-puing di mana Nurin tertindih di bawahnya. Aura itu kian pekat, dan terus memekat. Begitu kuatnya aura itu sehingga terwujud seperti tentakel-tentakel energi kegelapan.

Tentakel itu terus melahap reruntuhan tembok, harfiah. Sebab, setiap ujung tentakel membuka secara aneh, bagaikan mulut, kemudian memakan puing-puing tersebut. Hingga tak ada lagi puing yang menindih tubuh Nurin.

Tepatnya, itu tidak lagi terlihat seperti tubuh Nurin.

Hanya gumpalan hitam saja; hitam paling hitam yang ada di semesta manapun.

Reeh Beary, yang masih berada di kokpit Megazordy, begitu terkesima menyaksikan entitas yang kini mulai terwujud di bawah sana.

"Bagaimana mungkin? Benarkah kiranya itu adalah 'itu'?! Sosok yang terlampir dalam Lembaran Kuno ... sebagai Pemilik Pengetahuan Semesta?"

Dan alangkah terkejutnya Beary bersorban itu tatkala dia mendengarkan jawaban.

Nyahaha, Lembaran Kuno dari duniamu itu kurang informatif. Aku hanyalah satu dari yang banyak. Kami menyimpan pengetahuan yang tak akan pernah bisa engkau bayangkan ...

Segera Reeh menutup koneksi dirinya dengan suara dari Nyarlathotep dengan cara berzikir. Mungkin Reeh memang, sejak masih hidup sebagai Manusia, terus mencari rahasia semesta. Namun dia tahu, kalau entitas yang satu ini bukanlah sumber yang tepat untuk menguak itu.

Gumpalan hitam itu kini mulai mewujud menjadi bentuk yang bisa dikira dan masih tercerna akal. Tidak jauh-jauh, ternyata Nyar meminjam wujud sempurna Nurin sebagai Ratu Lalat. Dengan sedikit perbedaan: ukuran yang kini sebesar gajah, warna yang seluruhnya hitam seperti siluet, serta jilatan-jilatan tentakel yang bergerak liar dari sekujur tubuhnya.

Sosok sejati Nyar masih tersimpan jauh di dunia kosmis yang tak tersentuh. Yang hadir di sini hanyalah secercah kecil dari kekuatannya. Toh, dia tak bisa terlalu jauh bermain di Netherworld milik Overlord lain.

Meskipun dengan keterbatasan itu, sosok Nyar yang hadir di arena tetaplah eksistensi yang luar biasa. Ketika suatu gelombang pikiran membuncah dari sosok itu ke seluruh penjuru, sebagian besar Hvyt yang menjadi penonton tak mampu lagi mempertahankan logika mereka. Ada yang langsung menggila, menjambak-jambaki rambut dan menusuk diri dengan senjata mereka sendiri. Tak banyak pula yang pingsan seketika.

Tribun arena menjadi kacau-balau.

Hanya segelintir Hvyt—dari jenis Über-Hvyt maupun Hvyt Lord—yang mampu bertahan dari 'sapaan' Nyar. Mereka langsung bersiaga untuk pertempuran. Hanya bersiaga saja, sayangnya. Sebab, mereka memang tak boleh mencampuri apapun yang tengah terjadi di arena sana. Titah dari Thurqk.

Abby yang ada di balkon Thurqk melebarkan seringainya, merasa kalau pertarungan ini ternyata jadi semenarik ini. Nolan, di sisi lain, mulai berkeringat dingin ... mencoba sepenuh jiwa menahan eksistensi Nyar.

Di dalam kokpit, para Beary sama menderitanya seperti Nolan. Mereka sempoyongan, berupaya mempertahankan kesadaran diri. Beary Megazordy yang mereka tunggangi juga ikut oleng.

Ursario, di sisi lain, masih berdiri tegak tatkala berada di hadapan Nyar. Sebagai (mantan) Demonlord, tentu Ursario tak mudah ditundukkan hanya dengan luapan eksistensi, sekalipun itu dari entitas kosmis se-adiluhung Nyarlathotep.

Tapi Beary itu tetap bersiaga. Setidaknya dia tahu kalau sosok yang kini berdiri di hadapannya pastilah minimal setingkat Overlord.

"J-jadi kau adalah Overlord, burah?" tanya Ursario, ragu-ragu.

Nyahahar! Dalam definisi yang sangat berbeda ... tapi mungkin memang demikian. Kalau dalam ruang Netherworld, sepertinya aku adalah Overlord, ya?

Ursario semakin terheran. Suara balasan itu jelas tidak keluar dari mulut sosok Lalat Legam di sana. Suara itu seperti terdengar langsung di benak Ursario, menembus relung jiwa sang Beary.

"Aku nggak tau dari mana munculnya kau," lanjut Ursario. "Ta-tapi kalau kau memang lawanku ... maju sini, burarh!!"

Sebentar, biar kubereskan dulu mainan yang mengganggu ini ...

Tanpa peringatan, tiba-tiba Lalat Legam itu terbang cepat. Tubuhnya yang hanya sebesar gajah menghantam Megazordy yang seukuran bukit. Anehnya, justru Beruang Besi itu yang limbung. Nyaris saja terjatuh kalau sebelah lengan Megazordy itu tidak segera menopang bumi.

Setelah para Beary sudah bisa mengendalikan nalar, mereka segera mengendalikan Megazordy untuk balas menyerang. Bukan sembarang serangan. Megazordy langsung menebaskan pedang pamungkasnya.

Namun ...

Sesaat sebelum pedang itu mengayun, Lalat Legam telah menemplok pada bilahnya. Dan yang terjadi selanjutnya, Nyar si Lalat langsung melahap pedang Megazordy dengan cara yang sama sewaktu Lalat itu melahap pepuingan.

Tentakel-tentakel yang menjulur dari tubuh Lalat Legam bertambah banyak, dan bertambah besar. Cukup untuk melingkupi seluruh bilang pedang Megazordy, lantas melahapnya. Pedang itu pun tinggal sejarah.

Tidak puas hanya itu, sasaran Nyar beralih pada tubuh Megazordy!

Tentakel tubuh sang Lalat memanjang dan membesar, meliliti setiap jengkal badan Megazordy. Mulut-mulut tentakel segera meraup, mencaplok bagian-bagian tubuh sang Beruang Besi, seolah itu adalah roti.

Megazordy mencoba berontak. Namun sayang sungguh disayang, upaya itu sia-sia saja. Nyar menempel terlalu lengket.

Percikan listrik terus menyambar liar dari bagian tubuh Megazordy yang terkuak. Korsleting terjadu di mana-mana, sebelum akhirnya sengatan elektrik itu juga turut dilahap Nyar. Kendaraan tempur legendaris itu tidak lagi bisa dipertahankan. Dengan berat hati, ketujuh Beary pun meninggalkan Megazordy. Mereka terjun bebas dari kokpit yang menganga.

Beberapa detik berselang, Megazordy meledak dahsyat!

Ketujuh Beary jatuh bergelimpangan, berbarengan dengan hujan rongsok dari Beruang Besi. Mereka terkapar lemas, seolah tak percaya kalau semudah itu Nyar membinasakan Beary Megazordy.

"Cih, kalian kembalilah, buraah!" titah Ursario.

Ketujuh Beary langsung memendar, menjadi gumpalan jiwa yang terisap masuk ke dalam tubuh sang Beary Lord Ursario.

Sejenak kemudian, Nyar si Lalat Legam pun terbang turun. Dia lantas memutari Ursario seraya meledek.

Bagaimana sekarang, wahai Demonlord Ursario? Bahkan engkau dalam wujud aslimu sebagai Ursa-Demon pun belum tentu sanggup menghadapi sedikit dari kekuatan sejatiku ini.

Apakah keberanianmu masih tersisa kini?

Balasan dari Ursario adalah satu tembakan ke muka Lalat Legam itu. Hancur leburlah kepala Nyar.

"Heh, sudah kubilang ... maju saja sini, buraaaAAAHH!!!"



-IX-
Battley of the Godsy (Bagian II)
"Duel Para Dewa"


Dari penggalan leher Nyar, tumbuhlah kembali kepala lalat yang baru. Lengkap dengan sulut yang bergerak-gerak seperti lidah yang mengejek.

Tanpa basa-basi lagi, Nyar si Lalat Legam balas menyerang. Sekumpulan tentakel mencambuk tanah, menggila. Setiap mengenai batu lantai, setiap itu juga bongkahan itu dilahap tentakel itu.

"Holly Beary!!"

Ursario hanya bisa memaki ketika kakinya seolah tak bisa berbuat apa-apa selain terus digerakkan untuk menghindar, dan terus menghindar. Sesekali Beary itu balas menembakkan senapan sihirnya, namun bahkan ledakan aura demonic miliknya juga turut dimangsa oleh tentakel sang Lalat Legam.

"Holly Tentacley!!!

Nyar bukan cuma mampu memainkan tentakel. Dia tentu punya jurus lain. Seperti saat ini, ketika dia memunculkan ledakan kosmis skala kecil dari ketiadaan.

Refleks Ursario masih bisa diandalkan untuk menghindar. Namun hempasan angin kosmis itu tak ayal melemparkan tubuh mungil si boneka. Terguling-gulinglah Beary itu di lantai ... sebelum akhirnya dia melompat bangkit.

Raut muka Ursario jelas menampakkan kesebalan.

Nyahahaha. Ayolah, wahai Demonlord. Setidaknya hiburlah aku dengan perubahan wujudmu. Entah itu Papalbaer, Mielmagista, Orsoneridia, ataupun Pandorientis ... tak ada salahnya jika engkau meminjam wujud mereka.

Ursario menggeram semakin kesal. Dia pun ragu kalau salah satu dari empat perubahan wujudnya itu akan efektif melawan Nyar.

"Andai saja aku punya cukup energi jiwa buat berubah seperti babak yang lalu ... perubahan kelima."

Nyahahar! Boleh juga. Bagaimana kalau aku menunggu sampai engkau memiliki cukup asupan energi untuk melakukan itu?

"Bura?"

Yang kuperkirakan ... akan datang dalam beberapa detik lagi.

"Buraa??"

Sungguh Ursario terheran mendengar tuturan dari Nyar. Barulah sang Beary mengetahui apa maksud dari itu setelah timbul kehebohan di atas mereka, di luar naungan selubung merah.

***

Kita kembali sejenak, menyimak apa yang terjadi pada salah satu penyusup yang kini tengah dikejar oleh sang Dewa Merah.

Saat itu, Ursula masih saja belum bisa melepaskan diri dari kejaran Thurqk. Pernah beberapa kali sang Dewa menantang Ursula untuk menghadapi dirinya secara langsung.

Tawaran menarik, tentu saja. Namun Ursula masih bisa berpikir jernih. Dalam wujud Beary seperti ini, sekalipun dengan sokongan energi dari lima jiwa petarung, kecil kemungkinannya Ursula bisa berkutik di hadapan Thurqk, Overlord penguasa Netherworld Nanthara.

Peluang terbesar Ursula hanyalah meloloskan diri. Dan peluang itu membesar ketika Ursula tiba di lorong yang tak jauh dari arena R6. Sang Lady Beary merasakan ada banyak jiwa berkumpul. Kemungkinan besar itu adalah para Hvyt. Dalam niat liciknya, Ursula hendak berlindung di balik kumpulan Hvyt, mengasumsikan kalah Thurqk peduli dengan para bawahannya.

Bukan dugaan yang akurat, tapi itu lebih baik daripada tak ada rencana sama sekali.

Ursula pun tiba di ujung koridor yang tersambung langsung pada balkon istimewa, tempat Thurqk tadi. Melompatlah Lady Beary itu secara dramatis.

Namun lompatannya meleset sedikit.

Bukannya mendarat di balkon Thurqk ataupun di tribun penonton, Ursula malah terjun ke tengah-tengah arena. Tentunya harus melewati selubung merah yang mana Ursula, sebagai Ursa-Demon pemantra, jelas tahu apa bahayanya selubung tersebut.

"Humh! Sialan! Itu tabir pengoyak jiwa!" Sebagai pemantra tingkat wahid, Ursula segera merapal sihir pembatal. "[Dispel]!!"

Retak dan runtuhlah selubung yang dipasang Thurqk demi membatasi arena dengan tribun penonton. Ursula akhirnya mendarat, tak begitu jauh dari lokasi Ursario.

"Granny Beary?" spontan Ursario menyapa. "M-mau apa kau di sini??"

Lihat—ujar Nyarlathotep—sumber energimu datang juga kan, wahai Demonlord Ursario?

Sementara itu, Thurqk yang akhirnya kembali balkonnya hanya bisa terheran melihat keanehan yang terjadi di arena saat ini. Pertama, dia melihat [Selaput Darah] yang dipasangnya ternyata mampu dibobol juga. Kemudian salah satu sosok yang tampak di arena ... jelas-jelas bukan peserta!

"Nyarlathotep!" seru Thurqk.

Pandangan mata sang Dewa lantas menyisir tribun-tribun yang seharusnya dipadati oleh para Hvyt yang menonton dengan ceria. Namun yang didapati oleh Thurqk justru mayat-mayat Hvyt yang bergelimpangan secara aneh, pun yang pingsan, dengan menyisakan segelintir Hvyt saja yang masih bertahan.

Kekacauan yang terjadi di koridor Devasche Vadhi oleh penyusup, hancur-leburnya gudang film miliknya, serta kejanggalan yang muncul di arena saat ini ... jelas Thurqk punya segala alasan untuk murka.

Namun kamera masih terus berjalan. Dan Thurqk tak akan bisa menjual duel ini kalau dia sendiri yang turun menghentikan pertempuran yang sedang berlangsung secara langsung—live. Semua yang terjadi harus benar-benar tampak terjadi secara natural.

"Om Dewa ketinggalan adegan seru, tuh," ujar Abby yang tetap standby di balkon. "Tadi bahkan sempat ada duel Jaeger melawan Kaiju!"

"Sepertinya gitu," jawab Thurqk sekenanya.

Kemudian suara Abby berganti serius, "Om Dewa tidak mau membereskan ini? Sosok aneh yang menguasai tubuh Nurin ... itu kenalan lama Om Dewa, 'kan? Omeli saja dia kalau bandel!"

Thurqk menghela nafas sangat panjang.

Kemudian setelah menenangkan diri, dia kembali duduk di singgasananya, membiarkan pertarungan ini tetap berjalan. Akan ada waktunya nanti, untuk membereskan semuanya.

...

"Granny, pinjamkan aku kelima jiwa Beary di dalam tubuhmu!" ujar Ursario.

"Huwa? Ada apa ini ...," Ursula menoleh sekeliling, dan sadarlah dia kalau saat ini dirinya tengah berada di arena tempat duelnya Ursario melawan ..., "Tunggu! Aku kenal kamu, sosok hitam."

Ursula langsung tajam menatap Lalat Legam, alias Nyar, yang masih terbang mengitar-ngitar.

Nyahahaha. Demonlordess Ursula, ya? Aku yakin engkau mengenalku, tapi aku yang MANA yang engkau kenali?

"Sudahlah, Granny! Cepat serahkan jiwa kelima Beary itu, sekarang juga, buraaah!!"

Tanpa sopan-santun, dan tanpa banyak peduli, Ursario memotong percakapan Ursula dengan Nyarlathotep. Yang ada dalam pikiran Ursario hanyalah membungkam kesombongan Nyar. Dan detik selanjutnya, Ursario langsung memanggil paksa kelima jiwa Beary yang bersemayam di dalam tubuh Ursula.

Lima gumpal jiwa segera mencuat keluar dari tubuh sang Lady Beary, hanya untuk kembali terserap ke tubuh Beary lain.

"Bagus, bura!"

Kini Ursario menikmati lagi sensasi yang dia rasakan pada babak sebelumnya. Energi kegelapan di dalam tubuhnya bergolak begitu kuat, seolah mengamuk dengan liar.

Warna kulit bonekanya yang kecoklatan mulai berpendar-pendar gelap, sementara aura Beary itu memercik-mercikkan petir hitam, menghanguskan apapun yang disambarnya. Perlahan-lahan, bentuk dari kekuatan sejati Ursario sebagai Ursa-Demonlord dari suku Zulmabarq pun muncul.

"Humph! Dasar kamu Beary bodoh yang tak tahu adat kesopanan!" umpat Ursula, kemudian dia langsung melangkah pergi setelah mengatakan, "Tapi mungkin itulah sikap sejati dari suatu Demon. Kalau begitu aku akan menyingkir dulu. Kebetulan si Overlord Nanthara tampaknya tidak lagi mengejarku."

Ursula lantas mencari tempat yang bagus untuk menonton pertarungan kali ini.

Nyahahaha, jadi itulah kekuatan sejatimu?

"BuraawrRR!! Ini ... hanya sedikit dari kekuatan sejatiku," balas Ursario. "Tapi cuman ini yang bisa kutunjukkan padamu dengan kondisiku sekarang."

Akan aku coba ...

Tanpa aba-aba, Nyar si Lalat Legam, langsung mencambukkan salah satu tentakelnya. Dan kali ini, Ursario tidak menghindar sama sekali. Beary mungil itu membiarkan tentakel Nyar mengenai kepalanya, langsung. Kemudian tentakel itu langsung bekerja sebagaimana seharusnya, yakni mulai membuka mulut dan mencaplok kepala Ursario.

Namun apa yang terjadi?

Tahu-tahu tentakel hitam itu lebur dan hancur, tersambar petir gelap yang memancar dari tubuh sang Beary Lord. Barulah setelah itu Ursario melesat maju dan melompat ke depan muka Nyar.

Satu pukulan mendarat di wajah, dua tendangan mendarat di dada, semuanya dibarengi dengan sambaran petir yang menghanguskan (entah apa bisa dihanguskan dari tubuh yang sudah hitam legam). Kemudian Ursario menutupnya dengan hantaman siku yang dirangkai dengan pukulan upper yang melejitkan badan Nyar semakin tinggi ke udara.

Nyahaha! Bagus, bagus sekali! Ayo tunjukkan seluruh kekuatanmu!

Sesuai permintaan sang lawan, Ursario terus menerjang maju. Di udara, dia menyambarkan kombo cakaran yang menggelegar. Cakar, dan terus cakar, sampai kini posisi Ursario dan Nyar sudah berada di atas bekas tabir merah—yang sudah dihancurkan oleh Ursula.

Satu sabetan tangan dari Beary Lord itu kembali melontarkan badan Lalat Legam. Kali ini mendarat keras di salah satu tribun.

Sontak saja, sejumlah Über-Hvyt ataupun Hvyt Lord yang berada di sana pun terkejut. Mereka mencoba untuk menghindari baku hantam antara dua kekuatan dahsyat itu.

Namun terlambat.

Belum sempat sayap mereka membentang dan mengepak-ngepak terbang, Nyar sudah bangkit dan meregangkan persendian. Maksudnya meregangkan di sini adalah ... memutar-mutar tubuh, yang dengan itu otomatis turut mencambuk-cambukkan tentakel yang menjuntai-juntai di tubuhnya. Dan sejumlah Hvyt malang tak bisa mencegah itu.

Lenyaplah mereka disantap Nyar.

...

Sementara itu, di balkon, Thurqk langsung memanggil beberapa Hvyt Lord terdekat.

"Hei, pertarungannya jadi di luar arena. Kamera kita kurang! Kalian ... yaitu kau, kau, dan kau ... segera bawa kamera cadangan dan terus sorot duel kali ini! Jangan sampe ada yang kelewat!!"

"Sami`na wa atho`na, Baginda Thurqk!" balas Hvyt Lords kompak. Mereka segera bergegas menjalankan titah sang Dewa.

...

Kembali ke pertarungan antara Ursario melawan Nyar.

Setelah bosan menyantap para Hvyt yang terjerat tentakelnya, Nyar lantas melempar-lemparkan Hvyt itu seolah mereka adalah batu yang bisa ditimpukkan. Ursario tentu menepis para Hvyt malang itu, yang tentu serta-merta menghadiahi mereka dengan sambaran petir kegelapan.

Ursario juga membalas.

Dia menendang-nendangi mayat para Hvyt yang bergelimpangan di tribun, seperti menyepak bola. Dan Nyar-lah yang berperan sebagai kiper, yang sukses menangkapi semua bola itu tanpa kebobolan barang satu gol pun.

Sewaktu batu dan bola habis di bagian tribun itu, kedua petarung ini berpindah ke tribun lain. Mereka membuat kegemparan serupa, yang turut menelan korban puluhan, bahkan ratusan Hvyt lain.

Barulah ketika tak ada Hvyt lagi yang bisa dimainkan—karena lenyap ataupun kabur—maka Ursario dan Nyar berhenti bermain. Kembali mereka bertarung dengan serius.

Nyar, sebagai Lalat Legam, kini terbang sangat cepat memutari Ursario. Lalat Legam itu terus meludahi sang Beary Lord, sebagian tepat mengenai. Dari yang sebagian itu, rupanya ada juga yang efektif melukai tubuh Ursario, berhasil menembus pertahanan petir kegelapan miliknya.

Beranglah Ursario.

Dia langsung mengumpulkan energi kegelapan di kepalan tangan kanannya, memfokuskan tenaga. Setelah dirasanya cukup, Ursario segera meninju.

Dari kepalan tangannya menyemburlah petir hitam yang merambat secepat kilat dengan gemuruh badai yang mengiringi lajunya. Ini adalah jurus yang ronde lalu menyudahi perlawanan Ursula.

Nyar tak bisa mengelak sempurna.

Setengah tubuhnya, bagian kiri, tersambar dan terpanggang secepat kilat hingga tak bersisa.

Bukan hanya itu, sambaran petir ternyata terus melaju lurus, menembus langit-langit arena itu, dan terus menerobos lantai demi lantai istana Devasche Vadhi milik Thurqk—entah akan melaju sampai mana.

Nyahahahar! Sakit ... terasa sakit juga ternyata! Engkau ternyata bisa membuat diriku yang agung ini merasakan SAKIT! Dan aneh sekali petirmu itu, aku tak bisa meregenerasi bagian tubuh yang kau lenyapkan ...

Dan Nyar kini balas mengerahkan jurus pamungkas.

Dia menciptakan sekumpulan bola cahaya—tahu dengan persis kalau itu adalah elemen kelemahan Ursa-Demon. Tercipta cukup banyak sampai-sampai mengepung Ursario, tak memberinya ruang untuk melarikan diri.

Selanjutnya, tanpa ampun Nyar meledakkan semua bola cahaya tersebut.

Lenyaplah satu tribun dimakan oleh terangnya pendaran cahaya. Silau, teramat menyilaukan. Arena Thurqk kembali menjadi korban.

Namun Nyar berdecih.

Tadi, tepat sebelum bola-bola cahaya itu meledak, rupanya Ursario sempat mengubah tubuhnya menjadi bayangan dan melesat pergi di antara celah-celah yang terbuka.

Dan kini, Ursario melayang tak jauh di samping sang Lalat Legam—yang tinggal separuh badan. Kemudian Ursario melesat, mencoba mengajak Nyar untuk duel udara, jarak dekat.

Gayung pun bersambut.

Mereka saling baku hantam.

Tubuh mereka sama-sama memercikkan aura kegelapan, yang satu berbentuk tentakel dan yang lainnya berwujud petir. Awalnya serangan mereka saling meniadakan, namun lama-lama pertahanan mereka jebol juga. Gempuran demi gempuran terus mendarat di tubuh keduanya.

Gemuruh badai itu terus mengguncangkan arena, seolah tercipta gempa yang bersusul-susulan di sana.

Namun pada suatu ketika ...

Pendaran aura kegelapan di tubuh Ursario mulai meredup.

Nyahahar! Sepertinya batas waktu penggunaan kekuatan penuh milikmu sudah hampir lewat, ya?

"Burrgh!!"

Dan engkau kini terus melemah!

Sesuai dugaan Nyar, gempuran dari Ursario terus berkurang kedahsyatannya. Sampai pada satu momen, Nyar tak lagi merasakan serangan Ursario berarti lagi.

Itulah awal dari terdesaknya Ursario.

Seluruh tentakel Nyar langsung mencambuk bertubi-tubi. Sebagian memang masih terpentalkan oleh petir yang memancar dari tubuh sang Beary Lord, tapi sisanya mendarat telak. Bahkan sebagian tentakel sudah mulai berhasil meraup ataupun melahap bagian tubuh sang boneka, meskipun hanya sekoyak kecil.

Ursario tahu kalau dia sudah tak punya waktu lagi.

Langsung dikerahkannya satu serangan terakhir, sebelum tubuhnya kembali seperti sediakala. Ursario mengayunkan satu tangannya kuat-kuat setelah mengumpulkan cukup energi. Dari sabetan itu, mencuatlah secambukan petir yang balas melahap, atau memotong, seluruh tentakel Nyar.

Dan petir Ursario, seperti tadi, mampu melenyapkan kemampuan regenerasi dari Nyar si Lalat Legam.

Tapi jurus itu benar-benar upaya terakhir yang bisa dilancarkan Ursario dalam wujud Zulmabarq. Setelah itu, pendaran kegelapannya sirna dan keduabelas jiwa Beary terlontar keluar tubuhnya, yang tanpa pengendalian Ursario langsung mewujud menjadi dua belas Beary tak berdaya.

Mereka semua terjun bebas, menghunjam lantai arena.

Nyahaha! Sudah habis rupanya perlawananmu?

Nyar juga ikut turun.

Tubuhnya mungkin sudah setengah, tapi kondisinya sekarang pun masih lebih unggul daripada Ursario yang telah kembali menjadi Beary normal.

Dia berjalan santai melewati Beary-Beary yang terbaring tiada daya, menuju satu Beary paling belakang, yakni Ursario.

Namun yang Nyar dapati, alih-alih rasa takut, malah seringai aneh yang mencuat di raut wajah Ursario.

"Buraha .. ha .. haha," sang Beary tertawa, walau tersendat-sendat. "Kau tahu kalau hitammu kini nggak hitam lagi?"

Saat itulah Nyar terkejut.

Baru dia sadari kalau gumpalan hitam yang membentuk tubuhnya kini juga sudah memudar. Bahkan sosok Nurin di dalamnya kini mulai terlihat.

Ini ... mustahil. Apakah pengendalian eksistensiku di Netherworld ini juga sudah di ambang batas??

Langkah Nyar pun terhenti, bahkan keraguan justru membawa kaki-kakinya perlahan mundur.

Saat itulah Ursario berdiri. Dia langsung mengambil ancang-ancang seperti sprinter.

"Baiklah, bura," lagak Ursario. "Sepertinya kekuatan kita sejenis, dan aku juga tahu cara menghentikanmu."

A-apaa?

Dengan satu hentakan, Ursario pun berlari maju. Dia mengerahkan sisa-sisa tenaganya untuk menerjang sosok Nyar.

Tentu sang lawan berusaha menghentikan itu. Dengan sejumlah sengatan sihir, Nyar terus menghalau Ursario. Namun Beary Lord itu menahan semua gempuran Nyar.

Hanya seketika.

Sebab akhirnya Ursario berhasil menangkap tubuh Nyar.

Atau tepatnya, tubuh Nurin yang dihinggapi eksistensi Nyarlathotep. Dengan momentum dari larinya, Ursario sukses mendorong Nurin keluar. Dan akhirnya Nyar tahu apa yang hendak dilakukan boneka beruang itu.

Hentikan!

HENTIKAN!!

JANGAN MERUSAK KESENANGANKU, DASAR DEMON KELAS RENDAH—

Namun suara Nyar tiada lagi terdengar.

Sesaat setelah Ursario menangkap Nurin, Beary itu langsung menikamkan segenggam batu berujung tajam. Batu itu memutuskan urat leher Nurin yang tak sadarkan diri.

Dalam wujudnya yang masih Manusia, dan ketika terlepas dari pengaruh Nyar walau hanya sesaat, Nurin ternyata serapuh gadis biasa.

Bersamaan dengan putusnya arteri karotid di lehernya, maka hilanglah sudah nyawa Nurin. Dengan itu pula, Nyarlathotep tak punya lagi avatar yang bisa mewujudkan eksistensinya di Netherworld ini.

Kesenangan Nyarlathotep berakhir.

Nurin mati.

Yang tersisa adalah kemenangan Ursario.

Atau benarkah demikian?



-Epilog-
Perhitungan Sang Dewa Merah


"Ronde keenam duel ketiga telah berakhir dengan kemenangan peserta Ursario!" Thurqk menyeru, menutup pertarungan ini. Kemudian dia memberikan instruksi tambahan untuk para Hvyt-kameramen, "Matikan semua kamera!"

Tayangan langsung pun dijeda.

Barulah Thurqk turun dari balkonnya, lantas mendarat di hadapan Ursario dan kedua belas Beary yang masih terbaring tak berdaya—energi jiwa para Beary itu telah habis dikuras Ursario dalam bentuk perubahannya tadi. Dan kali ini, Thurqk tak membiarkan kedua belas Beary itu beristirahat.

Nolan dan Abby hanya menyaksikan saja dari atas, sementara para Hvyt mulai membereskan arena demi persiapan duel terakhir di ronde ini, antara Lazuardi melawan Skull-Sal.

Ursula, dari salah satu sudut arena, hanya bisa memaki.

"Humh! Brengsek! Gara-gara keasikan menonton duel itu, aku jadi lupa kalau Dewa Merah itu tadi sedang mengejarku ...."

Bagaimanapun, perhatian Thurqk kali ini bukan lagi pada Ursula. Dan bahkan, Thurqk juga tidak memedulikan Ursario. Sang Dewa hanya menatap 12 Beary yang tergolek di lantai, terus menatap mereka lekat-lekat.

"Udah kuduga, ternyata boneka-boneka beruang ini adalah para peserta juga?" ujar Thurqk, kemudian berpaling memandang Ursario. "Sepertinya semua dari peserta yang kau kalahkan, heh?"

"... burghhh ...," Ursario tak menjawab, tubuhnya juga masih lelah.

"Sekarang, aku akan mengambil apa yang emang jadi propertiku," kata Thurqk. Dia menunjuk para Beary. "Yaitu jiwa mereka."

Ursario dan Ursula akhirnya bertindak.

"Buraaah, sialan! Mereka itu jiwa-jiwa milikku!"
"Humh! Tak akan kubiarkan kamu merebut lima bawahanku, hai Dewa Merah!!"

Mereka maju menerjang Thurqk.

Namun sang Dewa hanya perlu mengaktifkan kembali [Absolute Range] miliknya. Tahu-tahu kedua Beary itu terlempar begitu jauh, sampai terperosok ke pinggir arena.

Thurqk kemudian memanggil kembali jiwa-jiwa para petarung itu, untuk dia jadikan kristal jiwa seperti sediakala. Namun ....

"Ng? Aneh banget," gumam sang Dewa. "Kok mereka kagak bisa balik jadi kristal, sih?"

Thurqk mendongak ke atas, menatap Nolan dan Abby untuk mendapatkan jawaban. Nolan tentu tak bisa berkata apa-apa lantaran mulutnya masih tersumpal celdam. Abby-lah yang akhirnya menjawab.

"Mungkin jiwa-jiwa mereka terkena kutukan dari boneka itu, Om Dewa. Jadinya jiwa mereka sudah tak bisa Om kuasai lagi."

Thurqk berdecak kesal.

"Cih, ya udah! Biar kubawa mereka sebagai boneka saja! Yang penting, mereka tetap properti milikku!"

Kemudian dengan perintah dari Thurqk, sekumpulan Hvyt Lord pun turun dan memungut 12 boneka beruang itu.

Sebelum pergi, Thurqk tak lupa menoleh ke belakang, ke arah Ursario.

"Aku menantikan duelmu selanjutnya, wahai peserta Ursario. Wkwokwowko! Sedangkan kau, entah siapanya si Ursario," Thurqk kini menoleh ke arah Ursula. "Biar kubebaskan kau dulu sekarang. Kau juga sudah lemah. Lagian, aku masih ada satu duel lagi yang mesti kuurus. Nanti kau juga bakalan menerima siksa pedih dariku, aku cuman belom kepikiran aja siksaan macam apa."

Dan berlalulah sang Dewa.

Sementara itu, Ursario hanya bisa terpuruk.

Mampukah dia melewati ronde selanjutnya tanpa pasukan Beary di sisinya ataupun tanpa asupan energi dari mereka?

Semua itu hanya bisa kita saksikan nanti ....



URSARIO, BATTLEY OF GODSY – Selesai

8 comments:

  1. Wkwokwowko, ini Thurqk di sini ga ada serem"nya ya? Dan emang bukan bang Heru kayanya kalo semua ga bisa dijadiin komedik.
    Saya geli sendiri ngeliat karakter Claudia sama Eligor di sini. Ga nyangka mereka dibikin kayak gitu. Dan meski ga kepake bener di keseluruhan cerita, menarik juga persiapan semua peserta pra-pertandingan dibahas satu"
    Habis baca ini, saya jadi yakin kekuatan bang Heru itu di dialognya. Semua karakter selalu ngobrol dalam situasi apapun, dan kadang meski isi dialognya bikin ooc, tapi karena keseluruhan cerita emang jenaka jadi kerasa natural juga

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bukannya saya hendak membuat dialog OOC sih, tapi ya emang kalo di cerita saya, karakter mereka agak saya "miring"kan dikit. Seperti kata Sam, yang penting terasa natural dengan keseluruhan cerita :)

      Saya masukkan prabattle dari peserta lain biar kerasa kalau ini sudah babak 8 besar yang diikuti sejumlah peserta. Jadinya tidak melulu hanya menyajikan dua peserta yang bertikai sahaja. Yah, biarpun cuman muncul sekilas, yang penting mereka muncul~ (walau Lazu dan Skull-Sal nggak kebagian jatah cuplikan duel, karena mereka jadwalnya paling belakang, kalo saya nggak salah ingat)

      Yang terpenting, saya haturkan terima kasih karena telah dan tetap menjadi pembaca serta komentator setia sampai ronde ini (y)

      Delete
  2. Anonymous2/12/14 08:01

    ddafuq thurknya di isni ngakak ZS

    Nilai 9

    Solpo

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih sudah membaca dan menyempatkan untuk berkomentar serta menyumbangkan nilai :)

      Delete
  3. Anonymous2/12/14 10:38

    Po:

    - kepenulisan masih lucu dan menyenangkan. Thurqknya ilang bgt kharismanya, meski kemampuan masih mumpuni. agak ngurangin ketegangan sih jadinya, tp mungkin klo udah ciri khas Mas Heru utk gaya nulis begini.

    - Di sini kyknya banyak teknik nulis yg baru Mas Heru dapet. terutama pas bagian CC-Sjena dan Stallza-Deismo tu keliatan bedanya.

    - Nyarlathotep dan Nurin keren juga, jadinya tetep ada kesan serius dan menegangkan meski ada Jaeger vs Kaiju dsb

    - Pertarungannya lama dan cukup berubah2 ya, dan asiknya di sini Ursa nemuin cara ngalahin Nurin tanpa mesti ngalahin Nyarlathotep.

    Nilai 8

    ReplyDelete
    Replies
    1. - *uhuk uhuk* Thurqk-nya masih saya kasih kharisma, kok, biarpun sedikit.

      - err ... teknik nulis baru yang bagaimana, yak? Saya sih menulis-menulis saja tanpa terlalu banyak memikirkan gaya dan semacamnya :/

      - Jaeger dan Kaiju itu hanya ungkapan dari Abby saja. Aselinya itu duel "Megazord" melawan "monster dari Rita Repulsa" #eh

      - si Ursa terpaksa begitu, karena mungkin dia juga udah kehabisan cara lain. Dan mestinya sih, dia masih belum puas karena belum benar-benar mengalahkan Nyar

      Betewe, akhirnya saya dapat ponten delapan juga dari Pak Po. Horeee \ :D / Terima kasih banyak~

      Delete

Silakan meninggalkan komentar. Bagi yang tidak memiliki akun Gmail atau Open ID masih bisa meninggalkan komentar dengan cara menggunakan menu Name/URL. Masukkan nama kamu dan juga URL (misal URL Facebook kamu). Dilarang berkomentar dengan menggunakan Anonymous dan/atau dengan isi berupa promosi produk atau jasa, karena akan langsung dihapus oleh Admin.

- The Creator -