-intermezo -
Balada Jon Thurqk
Thurqk Iylich, sang Dewa Merah, bukannya tak pernah merasakan kerasnya Dunia Bawah. Sekilas saja, kita akan menyimak kisah hidupnya. Sewaktu dia mulai merintis karirnya sebagai Demon ....
Semua dimulai dengan rangkaian bunyi ketukan berirama sumbang dari suatu mesin tik tua. Jemari kikuk itu terus mengetikkan cerita demi cerita.
Dia dikenal dengan nama pena Jon Thurqk.
"Beres! Ini naskah terbaruku!" seru Thurqk riang. "Sekarang pasti nembus penerbit, deh. Yakin aku!"
Buru-buru dia menjilid lembaran kertas itu. Naskahnya kali ini berjudul "Barangnya Manusia Serigala". Entah itu judul yang menjual ataupun tidak, namun Jon Thurqk sudah terlampau yakin dengan kualitas ceritanya.
Maka naskah pun dikirim.
Tiga bulan kemudian, datanglah surat dari Grummedia, salah satu penerbit paling legendaris seantero Multi-Netherworlds. Surat itu berisi jawaban, yang bunyinya:
Maaf, Jon Thurqk. Naskah yang Anda kirimkan belum memenuhi kriteria yang kami inginkan. Terima kasih sudah mencoba peruntungan Anda. Cobalah lagi, LOL!
-Grummedia
Murkalah Thurqk. Untuk kesekian kalinya dia menerima penolakan.
"Brengsek! Minta dibakar tuh penerbit, yak?!"
Gelora api bergejolak dahsyat di sekujur tubuh Thurqk, diiringi dengan mata yang menyala merah terang. Namun, sebelum dirinya melampiaskan niat angkaranya itu, dua pelayan setianya sudah menahan Thurqk dari belakang.
"Te-tenang, Tuanku," kata Hvyto.
"Benar," tambah Hvyta, "tak ada untungnya Tuanku menyerbu penerbit itu. Sekalipun hamba yakin Tuanku memang bisa melakukannya."
Thurqk mencoba berontak. Satu-dua pukulan liar sang Tuan sempat menampar muka Hvyto dan Hvyta, sesekali ludah api Thurqk membakar bokong mereka, di lain kesempatan rambut mohawk trendi mereka pun dijambak-jambak begitu kuat, tetapi toh keduanya tetap bertahan. Hingga berjam-jam kemudian, akhirnya Thurqk pun tenang sendiri.
Berbaringlah dia di sofa butut. Matanya kosong menerawang langit-langit rumahnya yang kumuh, yang dipenuhi sarang laba-laba setan. Tak bisa dibayangkan kalau rumah bobrok ini dulunya adalah mansion dari keluarga Iylich, kelas Demon Bangsawan yang termuka karena kedigjayaan mereka dalam peperangan.
Sayangnya era peperangan Demon—setidaknya peperangan fisik—sudah lama berlalu. Saat ini, bahkan Demon manapun akan tunduk pada prinsip Kapitalis. Ini adalah masa di mana para Demon beradu harta.
"Kenapa ...? Kenapa semuanya kini mesti pakek DUIT, sih?!" sewot Thurqk. "Bisa aja kubinasain satu-dua Demonlord, kalo cuman persoalan adu jotos. Tetapi kenapa kagak ada yang mau diajak gelut? Pada minta 'biaya tantangan' segala, yang jumlahnya kagak ketulungan!"
"Sabar, Tuanku," Hvyta membawakan secangkir kopi neraka. "Insya Allah ada jalan."
"Tuanku mungkin belum menemukannya saja," timpal Hvyto yang membawakan camilan keripik iblis. "Kalau Tuan memaksa membunuh sembarang Demonlord selain melalui pertarungan resmi, Tuan tak akan bisa merebut gelar Demonlord mereka."
Thurqk menghela nafas kemudian menerima suguhan dari Hvyto dan Hvyta. Dia lalu termenung sejenak, memikirkan apa yang dikatakan sepasang pelayannya itu.
"Akan kucoba terus," ujar Thurqk, "untuk cari lebih banyak fulus ...."
Hari-hari berlalu.
Thurqk masih belum menyerah untuk menjadi penulis, mencari uang dari tulisan. Oleh karena dia selalu gagal memasukkan naskahnya ke penerbit mayor, maka satu-satunya jalan tersisa adalah melakukan penerbitan buku secara mandiri.
Maka terkumpullah sejumlah uang dari hasil kerja sambilan Thurqk, semisal menjadi pembuat amplop, penerjemah buku, pelayan bar, petugas kebersihan di Rumah Sakit, penjaga penitipan anak, tutor bimbel, serta sejumlah pekerjaan serabutan lainnya. Dibantu ketangkasan Hvyto-Hvyta, Thurqk mampu menyelesaikan semua pekerjaannya itu dengan gemilang. Uangnya lantas digunakan sebagai modal untuk menerbitkan karya.
Namun sayang.
Buku pertama yang diterbitkan Thurqk, yang berjudul "Felosius Robbana", ternyata tak laku di pasaran. Kalaupun ada yang membeli buku itu, mereka adalah para kritikus yang hobi memberikan review buruk. Entah itu desain sampul yang jeleklah, plot cerita yang terlalu klise, ataupun hal-hal lainnya, semua tak luput dari kritikan pedas.
Seketika, tenarlah Jon Thurqk sebagai penulis amatir yang tak punya cita rasa.
Tentu saja Thurqk semakin murka. Namun dia masih bisa memeras ide dari otak merahnya. Kali ini terpikirkan olehnya untuk mengadakan seminar "Cara Hebat Menulis" ... yang bisa ditebak, sama sekali tak menarik minat siapa pun.
Thurqk tambah merugi.
Apalagi yang bisa dipikirkannya?
Setelah sekian dekade merana, akhirnya peluang baru pun muncul. Momen itu adalah ketika suasana politik di sejumlah Netherworld tengah memanas. Akal bulus Thurqk tergelitik. Inilah saatnya, pikir Thurqk!
Dimulailah petualangan baru Thurqk dalam mencari uang.
Dia dan segenap anak buahnya—terdiri dari Hvyto-Hvyta serta anak-anak mereka—mulai bergerilya mencari informasi. Dengan kampanye busuk, Thurqk menjelek-jelekkan salah satu pihak yang bertikai sambil mendukung (dan menghasut) lawan politik pihak itu.
Dengan berdiri di salah satu ruang politik, serta berkat kegencaran Thurqk "membela" kelompok tertentu sambil menghujat kelompok lain, tak butuh waktu lama hingga dia mendapatkan banyak simpati dan antipati.
Tak peduli dengan mereka-mereka yang antipati, Thurqk puas mendapatkan banyak 'pengikut' simpatik. Bekal massa ini kemudian dimanfaatkan sang Jon Thurqk untuk menjual buku-bukunya ataupun menawarkan jasa seminar.
Mulai menumpuklah pundi-pundi kekayaan Thurqk. Akhirnya dia punya mahar yang cukup untuk menantang salah satu Demonlord. Singkat cerita, sukseslah Thurqk membinasakan Demonlord itu, sekaligus merebut gelar dan tanah kekuasaan sang Demonlord.
Era Demonlord Thurqk pun dimulai!
***
Sudah bergelar Demonlord dan memiliki tanah teramat luas, ambisi Thurqk terus meninggi. Dia ingin segera merebut gelar selanjutnya, yakni Overlord. Dia butuh modal lebih besar lagi.
Berbekal kekayaannya selama merintis karir, Thurqk mulai membangun usaha baru. Dia mengincar kesuksesan di bisnis hiburan. Saat itulah Iylich Corporation berdiri sebagai induk utama bisnis Thurqk.
Langkah pertama, Thurqk membuang nama "Jon" dan mulai menyebut dirinya sebagai Thurqk Iylich, sang Dewa Merah. Julukan yang catchy. Sedangkan karyawannya, semua diambil dari anak-cucu Hvyto dan Hvyta. Tak mau repot, Thurqk menyebut mereka semua sebagai Hvyt.
Bisnis pertama adalah opera sabun.
Jauh dari sukses.
Bisnis kedua adalah teater wayang api.
Juga tak banyak peminat.
Bisnis ketiga, keempat, sampai kesepuluh, yang semuanya menampilkan seni pertunjukan, ternyata tak ada satu pun yang berhasil.
Thurqk terheran. Apa yang salah, sebenarnya? Apakah karena yang memerankan semua tokoh di panggung miliknya adalah para Hvyt yang semuanya serupa? Apakah itu yang membuat pertunjukan miliknya menjadi tak menarik?
Merenunglah Thurqk.
Mungkin dia butuh aktor dan aktris yang lebih mumpuni. Maka dibayarlah beberapa selebriti termahsyur untuk membintangi film yang disutradarainya. Namun antisipasi dari penonton ternyata tak sehangat yang dikira.
Keuntungan dari penjualan film ternyata pas-pasan. Hanya balik modal saja.
Thurqk semakin heran. Padahal dia sudah mendatangkan bintang film paling ternama, tetapi kenapa film garapannya tidak sukses?
Setelah merenung lagi selama beberapa dekade, sampai pula Thurqk pada satu kesimpulan jenius:
Dirinya memang payah dalam menulis cerita!
Kalau memang Thurqk terlalu bodoh untuk membuat skenario ... ya sudah, dia hanya perlu membuat suatu pertunjukan yang tidak perlu banyak skenario. Thurqk tinggal merancang sesuatu yang lebih alami.
Thurqk sudah punya semua yang dibutuhkannya. Dia menguasai sejenis sihir jiwa, warisan dari keluarga Iylich. Koneksi gelap ke Heavenworld pun ada, membuat dirinya tak akan kehabisan stok jiwa-jiwa petarung.
Inilah cikal-bakal dimulainya Turnamen Akhirat.
Lalu tak lama kemudian, dia sudah menjadi Overlord Thurqk!
...
...
Cerita kembali ke masa kini.
Di ruang VVIP Istana Devashe Vadhi, Thurqk tengah menjamu tetamu terhormat yang datang dari segala Netherworld. Mereka adalah rekan bisnis Thurqk—atau tepatnya, konsumen—yang tetap setia mengikuti perkembangan Turnamen Akhirat.
Mereka bukan sembarang Demon. Mereka semua adalah sesama Overlord. Dan tentu, mereka sudah membayar harga spesial untuk bisa hadir sebagai penonton VVIP. Dipan-dipan beludru yang empuk, makanan terenak dari Netherworld, sound system yang menggelegar, bahkan kacamata 4D pun disiapkan Thurqk sebagai pelayanan istimewa, agar tamu-tamunya bisa merasakan pengalaman menonton yang luar biasa.
"Heh! Dari keempat peserta, cuman ada satu cewek. Dan itu pun udah punya cowok. Agak mengecewakan ya, Bocah?" ungkap Zeus, kakek tua (dan mesum) dari parthenon. Tangannya tak berhenti memainkan janggut putih lebatnya.
"Oh tidak~ Aku harus menyaksikan dua penjantan tampan saling mengadu nyawa. Hatiku tak sanggup melihatnya~," ujar Mismaria genit. Kemudian Overlordess itu segera berganti ekspresi bengis, "Lupakan si Claudia itu. Mungkin lebih baik dia segera mati saja ditusuk oleh Stallza!"
"Tidak ada loli lagi," keluh Batis van Tuta, si seniman gondrong. "Ah, tapi Claudia juga bolehlah kuanggap setengah-loli. Aku mendukung dia."
"Ah kalian cerewet sekali!" protes Choro, si Overlord Kecoak. "Kalian datang jauh-jauh ke rumahnya si Turuk ... eh, malah sibuk ngeributin fetish kalian!"
"Benar. Lebih baik kalian segera diam," timpal Tamon Ruu, Overlord Kepala Kuda. "Aku datang ke sini untuk meriset. Kalau Thuqk si bodoh aja bisa bikin turnamen seperti ini, mungkin tahun depan aku juga bisa melakukan yang jauh lebih keren."
Kemudian sejumlah Overlord lain—yang nama mereka tak terlalu penting untuk dijabarkan di sini—mulai ikut berkomentar.
Duduk di dipan paling belakang, Thurqk hanya tersenyum kecil penuh arti. Tanpa disangkanya, ternyata para Overlord benar-benar mau datang ke Nanthara, hanya untuk menyaksikan laga ini. Mereka semua berkumpul di sini, santai, hampir tanpa pertahanan.
Thurqk menahan tawa.
Tinggal tunggu waktu yang tepat, pikirnya.
-I-
Butterfly
Pada ronde yang lalu, Ursario dan Nurin bertarung begitu sengit. Duel Para Dewa, begitu mereka menyebutnya. Ursario yang didukung dengan energi jiwa dari tujuh + lima Beary, bertanding melawan Nurin yang bertindak sebagai Avatar Nyarlathotep. Pertempuran tingkat kosmis ini telah meluluh-lantakkan sebagian Istana Devasche milik Thurqk.
Ketika semua berakhir, beruntunglah Ursario yang mampu memenangkan duel itu.
Namun petaka baru dimulai. Laga ini disaksikan oleh Thurqk secara personal. Dewa Merah itu berang setelah mengetahui identitas dari para boneka beruang yang menjadi Pasukan Beary Ursario. Ternyata mereka semua adalah sejumlah petarung yang semestinya sudah tak lagi aktif di Turnamen Akhirat ini.
Ursario telah mencurangi sistem!
Maka Thurqk mengambil kembali apa yang menjadi miliknya. Total dua belas boneka beruang, langsung disita oleh Thurqk. Sementara Ursario, yang kehabisan energi setelah duel dengan Nurin-Nyarlathotep, hanya bisa pasrah membiarkan Thurqk merebut semua itu.
Tinggallah sang Beary, kembali lemah setelah kehilangan sumber utama energi jiwanya.
***
"BuraaAARGH!! Sialan si Thurqkey itu!"
Kesal setengah mati, Ursario sekuat tenaga memukul tembok penjara tempatnya dikurung. Namun, boneka beruang itu malah kesakitan sendiri. Adapun tembok yang dipukulnya tetap kokoh.
"Humh," ledek Ursula, "sekarang bahkan kamu kalah kuat dengan tembok, Ursario."
Mendengar itu, Ursario kembali sujud terpuruk. Tak ada kata-kata yang bisa dilontarkannya untuk membalas ejekan Ursula.
"Humm, tapi aku juga mengerti penderitaanmu. Toh setengah dari Pasukan Beary yang dirampas Thurqk itu adalah bawahanku," lanjut Ursula. Kemudian dia menghela nafas panjang. "Huhh ..., sekarang ini ... bahkan aku tidak bisa mengubah warna mantelku dan memantra sihir peminjaman kekuatan dari suku-suku Ursa-Demon. Energi jiwaku tidak cukup."
Selanjutnya, kedua boneka beruang itu pun kompak terpuruk.
Mereka berdua terlalu sibuk meratapi diri, sampai-sampai melupakan keberadaan tahanan lain di ruang penjara itu.
Ada pasangan Claude dan Claudia yang kini memiliki dua tubuh, lengkap dengan kepala masing-masing. Keduanya terlihat lebih ... err, 'manusiawi' sekarang?
Hadir juga Stallza, si Alis Setan. Raut mukanya semakin seram, tak tampak ada sorot keceriaan sekalipun sudah memenangkan duel sebelumnya secara kontroversial. Tampaknya, Stallza juga memiliki vendetta pribadi dengan penyelenggara turnamen ini. Dalam hati dia khawatir. Jangan-jangan Thurqk hendak menjadikan Putri Lan sebagai istrinya?
Terlihat pula sesosok makhluk biru yang dikenal sebagai Lazuardi. Dia sama sekali tak bergerak dan bersuara. Tatapan matanya kosong, pikirannya pergi entah ke mana. Aura kelam seolah menaungi dirinya. Tak tersembuhkan.
Dan kejutan.
Selain para peserta, ternyata ada tamu lain yang berada di tengah-tengah mereka. Mereka mengenalnya sebagai Nolan, si kacamata.
Nolan dikenal sebagai Panitia Penyelenggara yang mencetuskan segala ide, tema, arena, dan aturan, pada setiap babak yang diikuti para peserta turnamen. Katanya sih, Nolan ditekan oleh Thurqk. Klise, seluruh keluarga Nolan terancam dibantai oleh sang Dewa Merah kalau Nolan menolak untuk "membantu" penyelenggaraan Turnamen Akhirat ini. Dan kini, sepertinya jasa Nolan sudah tidak dibutuhkan lagi oleh sang Dewa.
Kondisi Nolan saat ini sungguh mengundang iba. Dia seperti habis dihantam thurqk truk. Badannya cacat tak karuan.
Ketika Nolan sedang berusaha menyampaikan sesuatu, segerombolan Hvyt Lords sudah masuk untuk menjemput para peserta.
Semi final akan segera dimulai ....
***
"Peserta Ursario, silakan terima ini!"
Diiringi tatapan setengah menghina, Hvyt Lord melemparkan sekantung uang kepada Ursario. Itu adalah komisi yang dihadiahkan Thurqk kepada setiap peserta yang menyelesaikan ronde sebelumnya.
"Burh!"
Tanpa malu-malu, Ursario pun menerima pemberian tersebut.
Selanjutnya, Hvyt Lord itu mengantarkan Ursario dan Ursula sampai di depan Hvyt-Mart cabang Devashe Vadhi.
"Kalau Anda bertarung dengan kondisi sekarang, bisa-bisa dalam sedetik saja Anda sudah kalah, wahai peserta Ursario," begitulah Hvyt Lord menyampaikan. "Setidaknya, lengkapi persenjataan Anda di koperasi kami. Jangan sampai menyuguhkan duel semi final yang membosankan."
"Cerewet kau, Mohawky!" balas Ursario, sambil menodongkan Ursus-Blaster miliknya. Senapan sihir itu menyala lemah. "K-kau mau kubantai sekarang, buraah?!"
Sekilas, dan hanya sekilas ... bersamaan dengan luapan amarah dari Ursario, memancarlah aura kegelapan yang berdetak redup dari tubuh boneka beruang tersebut. Merasakan tekanan dari aura itu, Hvyt Lord terdiam ngeri untuk sesaat. Keringatnya menetes.
"Hvavavavava!!" tawa Hvyt Lord, mencoba mengusir rasa gugupnya. "S-simpan energi Anda untuk duel melawan peserta Lazuardi. Ah, iya ... nanti Anda berdua, silakan pergi ke lokasi pertempuran kali ini dengan menumpang kereta Komuthurqk Line, tujuan Cachani."
Setelah puas berkata-kata, Hvyt Lord itu terbang tinggi dan melenggang pergi.
Tak ada pilihan lain, Ursario dan Ursula hanya bisa memasuki Hvyt-Mart untuk berbelanja senjata. Senapan laras panjang, pistol, granat, pisau, lolipop, dan lain-lain ... cukup banyak yang mereka beli.
...
"Burah! Kalau emang aku nggak bisa bertarung sebagai Ursa-Demony, maka aku akan menang sebagai boneka beruang. Sebagai Beary!" seru Ursario.
"Huhum, setidaknya kamu tidak kehilangan semangat. Baguslah," puji Ursula. "Tapi sayang sekali. Kali ini pun, aku tidak bisa membantumu bertempur."
"Burh! Seolah aku butuh bantuanmu, Granny!" sindir Ursario.
Ursula melotot, tapi buru-buru dia menghela nafas. "Aku akan melanjutkan misiku yang kemarin. Si Thurqk membuat kesalahan besar dengan membiarkanku bebas bergerak. Huhuhuhum!"
"Terserah kau, bura."
"Ursario. Setidaknya cobalah untuk tidak kalah."
"BuraRGH! Bawel! Cepat pergi sana, Granny!!"
Kemudian mereka pun berpisah. Ursula kembali mencoba peruntungannya dengan menyusup ke Istana Devasche Vadhi. Sedangkan Ursario berjalan pergi menuju Stasiun Komuthurqk yang terletak di pinggiran istana. Setelah menunggu beberapa saat, kereta yang dinanti tiba juga.
Pergilah Ursario ke medan laga di timur jauh.
***
Thurqk menamai padang rumput teramat lapang ini dengan sebutan Cachani.
Sejauh mata memandang, tampaklah hamparan kemerahan. Rerumputan dari jenis Gavata itu bergoyang-goyang tatkala semilir angin menerpa kencang. Rumput ini tinggi, setinggi pohon. Dan juga lebat. Memungkinkan seorang Manusia dewasa—apalagi sesosok boneka mungil—untuk menyusurinya sambil bergerak bersembunyi.
Akan tetapi, Cachani ini tidaklah sepi.
Sekumpulan serangga raksasa sebesar karang, dari ragam spesies yang berbeda-beda, tampak berkeliaran di padang rumput ini. Ada yang terbang bebas, ada pula yang merayap dalam rimbunnya naungan rerumput.
Salah satu serangga yang tampak terbang di langit Cachani adalah sejenis kupu-kupu. Lazuardi menatapi kupu-kupu itu. Pandangan mata jelly biru ini masih saja hampa.
Pikirannya pun melayang ke mana-mana.
Andai dia bisa menjadi kupu-kupu. Ceria. Sehat. Bersemangat. Terbang bebas mengitari savana, terbawa angin yang berkilauan. Kemudian kesenduan pun menjalari relung hati makhluk biru tersebut.
Ah, betapa Lazu ingin menemui dia. Bersamanya, Lazu akan melupakan segala hal yang tak penting. Bersamanya, Lazu rela menghabiskan sepanjang hidup, bermain-main bebas. Bersama-sama, keduanya akan menjadi kupu-kupu.
Safirem.
Semua ini seperti mimpi buruk yang tiada akhir. Di dunia yang menyedihkan ini, sepi, kehilangan semua impian indah. Bahkan sayap kupu-kupu akan tampak rapuh. Tak bisa membawanya terbang melepaskan kenangan pedih.
Safirem.
SAFIREM!
"SAFIREEEEEEEEMMM .......!!!!"
Nalar Lazu seketika menghilang, berganti dengan naluri paling primitif, yang penuh kemurkaan. Dia memekik sejadi-jadinya. Begitu pilu. Serangga-serangga raksasa pun terusik, sekaligus merasa takut. Mereka hanya bisa terbang menjauh. Termasuk kupu-kupu itu.
"Tidak! Tidak akan kubiarkan SAFIREM lepas!!"
Lazu melompat setinggi-tingginya. Kupu-kupu itu diraihnya.
"Tak akan kubiarkan kau pergi lagi, Safirem! Kita akan selalu bersatu ...."
Lazu kembali mendarat ke tanah setelah sukses menangkap si kupu-kupu. Kemudian Lazu melahap serangga malang itu, sampai-sampai tak ada satu pun bagian tersisa darinya.
Setelah puas menyantap 'Safirem', Lazu malah kembali memekik pedih.
"Waaaaaaaa!! Mengapa?! Mengapa engkau menghilang lagi Safirem?! Mengapaaaaaaa?!! UWAAAAAAAA.....!!!"
Saat itu, Lazu mulai mengalami perubahan. Mungkin tubuh fisiknya mencoba merespon emosi yang membuncah kian tak tertahankan. Pelan-pelan, tangan dan kaki Lazu melebar, menipis, terus melebar dan menipis hingga menjadi sepasang sayap. Dia meniru wujud serangga yang dilahapnya.
Kini Lazuardi menjadi kupu-kupu.
Dan untuk kesekian kalinya, Lazu memekik. Suaranya menggema, menggetarkan segenap Cachani.
-II-
Braveheart
Ketika kereta yang ditumpangi Ursario tengah melaju menebas rerimbunan rumput merah, kerap kali boneka beruang itu mendengar raungan memilukan yang bergema di Cachani.
Merindinglah bulu boneka Ursario ketika pekikan itu terus terdengar berulang kali.
"Buraah? T-tunggu! Benarkah itu si Bluey Jelly yang jadi lawanku?? Kok rasanya benar-benar berbeda, buraa ...."
Tanpa bisa dicegah Ursario, ternyata Hvyt-Masinis yang seharusnya mengemudikan kereta itu malah terbang keluar jendela dan kabur. Rupanya dia takut juga mendengar raungan yang seperti monster itu. Dan Hvyt kelas rendah itu tentu tak mau terlibat dalam semua ini. Dia belum ingin menyusul ratusan Hvyt yang pada sebelumnya menjadi korban keganasan duel para peserta.
"Burawhaat? Hei, t-tunggu! Jangan kabur!" Ursario panik. "Setidaknya hentikan dulu kereta ini, buraaah!!"
Ursario yang semakin panik hanya bisa menuju ruang masinis. Dia langsung bingung. Terlalu banyak tuas di sana. Haruskah dia mencoba untuk menarik tuas-tuas itu satu demi satu?
Kereta terus melaju. Semakin dekatlah dengan Stasiun Cachani, yang juga sudah kosong-melompong tanpa satu pun petugas Hvyt yang berjaga.
Belum sempat Ursario memutuskan untuk menjajal tuas yang mana, tahu-tahu kereta tersebut bergetar kencang, terguncang. Rupanya ada sekumpulan serangga raksasa yang secara tak sengaja menghantam sisi kanan kereta.
Oleng. Kereta terjungkal dari relnya.
Tak ayal, tubrukan dahsyat pun terjadi. Badan kereta menghantam bangunan stasiun. Semuanya remuk, bersamaan dengan riuh-gemuruh kencang dan kepulan asap yang membumbung.
Untungnya, Ursario masih sempat melompat keluar dari jendela beberapa saat sebelum tabrakan hebat itu tercipta. Boneka beruang itu terjatuh di tengah rerumputan merah Gavata, terguling beberapa kali.
"Oh sial, bura!" maki Ursario.
Bunyi berisik yang timbul dari kecelakaan ini tentu saja akan terdengar dari kejauhan. Lenyaplah sudah strategi matang Ursario untuk menyerang dengan bergerilya, atau mengendap-endap di tingginya rerumputan.
Beary itu langsung mencium bau yang tak asing. Dekat, dan semakin mendekat. Kemudian betapa terkejutnya si boneka tatkala dia menyadari kalau sumber bau itu ternyata dari angkasa. Kepakan sayap terdengar ringan. Sosok itu pun hadir.
Kupu-kupu biru.
Lazuardi.
"Buraah? B-Bluey Jelly itu ternyata ... kupu-kupu??"
Ursario tambah tersentak ketika tatapan mata Lazuardi ternyata sudah tertuju padanya. Terlambat untuk bersembunyi. Tak ada jalan lain.
Pertempuran semi final, Ursario melawan Lazuardi, dimulai!
...
Ursario mengambil salah satu senapan laras panjang di tasnya. Dia membidik ke udara. Dua kali senapan itu meletup, pelurunya tepat mengenai badan Lazuardi. Bagaimanapun, kupu-kupu biru itu sama sekali tidak tumbang. Peluru mungil Ursario hanya terasa seperti sambitan batu baginya.
Dan itu malah membuat Lazuardi murka. Dia meraung kencang dan langsung menukik ke bawah.
"Sialan, burah! Mestinya aku membidik sayapnya ..."
Ursario terus menembak sampai peluru di senapannya itu habis. Namun sayang, Lazuardi mampu mengelak dengan gerakan yang begitu elok. Dan dia semakin mendekat.
Tanpa nalarnya, Lazuardi tak peduli lagi pada apapun. Kini tubuhnya bisa berubah menjadi apa saja. Seluruh keajaiban pengetahuan kinetika dari Gerbang Khatea telah melimpah-ruah, menguasai dirinya.
Pinggiran sayap Lazu menajam. Ketika dia menyambar rerumputan, semuanya terpotong oleh tebasan sayap itu.
Buru-buru Ursario tiarap, membiarkan Lazu lewat setengah meter di atasnya. Lembar-lembar rumput merah beterbangan. Sementara itu, Lazu mengubah manuvernya dan bersiap melakukan terjangan balik.
"Bahaya, bahaya, BAHAYA!" Ursario menjerit. "Bluey Jelly itu berbahaya, buraah!"
Boneka beruang itu langsung membuang senapannya yang tadi, tak mau membuang waktu untuk sekadar mengisi ulang pelurunya. Gantinya, Beary itu mengambil senjata lain. Yakni senapan mesin.
Ketika Lazu datang menerjang dengan sayap-sayap tajamnya, Ursario kembali tiarap. Kembali kupu-kupu biru itu hanya memotong rerumputan lain.
Momen itu pun tiba.
"Matilah kau, buraaaaah!!!"
Dari posisi yang membelakangi Lazu, Ursario menekan pelatuk senapan mesinnya. Rentetan peluru panas pun deras menerjang, tak terhentikan. Badan dan sayap-sayap Lazu tertembus.
Kupu-kupu biru itu oleng dan tumbang.
Ursario tak berhenti di situ. Dia segera melemparkan sepasang granat, tepat ke arah Lazu. Ledakan dahsyat pun menggelegar. Asap hitam membumbung tinggi, bercampur dengan debu dan tanah merah.
Kemudian setelah itu, semuanya menjadi hening.
Serangga-serangga diam dalam terbang mereka, deru angin berhenti, sementara rerumputan mengayun dalam sepi.
"Bura? Sudah selesaikah?"
Ursario mulai menimbang-nimbang. Apakah dia harus maju untuk memeriksa 'mayat' Lazu atau diam dulu di sini?
Detik-detik berjalan. Akhirnya boneka beruang itu memilih untuk bersiaga di posisinya sekarang. Dibuangnya senapan mesin yang sudah tak berpeluru, kemudian dua tangannya mencabut sepasang pistol.
Masih hening.
Hening dan ...
... tiba-tiba tampak pergerakan dari onggokan tubuh Lazu!
Kepala makhluk biru itu mendongak seraya mulutnya mencuatkan sulur yang begitu panjang. Tertangkaplah dua ekor kumbang badak yang malang. Kemudian terjadi hal yang di luar perkiraan Ursario. Tubuh sepasang kumbang itu segera luruh menjadi nutrisi makanan yang diserap oleh Lazu.
"Burastaga! T-ternyata dia sama ngerinya kayak Nyarley!!"
Lazuardi kembali bangkit. Dan kali ini, wujudnya menjadi kumbang tanduk berwarna biru. Dia terbang rendah, lantas maju sambil mengayun-ayunkan tanduknya.
Bongkahan batu, tanah, semuanya lumat ditanduk Lazu. Ursario spontan menembakkan kedua pistolnya, yang segera disesalinya mengingat cangkang Lazu sebagai kumbang ternyata teramat kokoh.
Tunggang-langgang Ursario berlari, menunduk dan melompat mengindari ayunan tanduk si kumbang biru. Sampai pada satu ketika, elakan boneka beruang itu tak sempurna. Dia malah menyongsong arah datangnya tandukan.
Langsung saja Ursario melintangkan dua bilah pistolnya untuk menahan serangan Lazu. Sial, tandukan itu begitu kuat. Senjata Ursario remuk seketika.
Ursario terguling-guling ke belakang, tasnya terlepas. Perut bonekanya kini robek, menyembulkan kapas-kapas.
"Sialan, buraaaarrrrhhh!!"
Boneka beruang itu meraung ngilu. Sebagai boneka terkutuk, sobekan di tubuhnya akan langsung terasa nyerinya sampai ke jiwa, sebagai luka psikis.
Lazu si kumbang biru terus datang dengan tanduknya yang kian mengancam. Ursario setengah mati memaksa dirinya untuk segera bangkit. Kebetulan dia punya satu strategi. Tangannya merogoh kantung jaket.
"Aku cuman punya satu ini, burah ..., semoga efektif. Kalau kau memang serangga ...."
Yang dilemparkan oleh Ursario adalah granat asap. Meledak tepat di dekat Lazu, granat itu langsung menyebarkan asap tebal. Dan seperti dugaan Ursario, ternyata si kumbang biru jadi-jadian tampak begitu kepayahan menghadapi asap tadi. Rupanya naluri Lazu benar-benar mengikuti naluri sebagai serangga yang ditirunya kini.
Ursario berhasil mengulur waktu untuk sementara.
Boneka beruang itu segera memungut kembali tasnya. Setelah dia memberikan pertolongan pertama pada robekan di perutnya—yakni sejumlah peniti—Ursario langsung berlari ke arah tertentu.
Melawan serangga yang bisa terbang, jelas Ursario kalah jauh dalam kemampuan manuver. Hanya ada satu yang bisa dilakukannya untuk membuat semua menjadi imbang.
"Ketemu seekor, burah!"
Ursario melompat ke punggung suatu kepik raksasa yang sedang terbang rendah. Dan berhasil. Sesaat, kepik itu memang mencoba berontak. Namun Ursario segera menghadiahi serangga malang itu dengan getokan senapan, tepat di kepala.
"Kalau masih pengen selamat, jangan banyak tingkah, burah!" ancam Ursario. "Aku butuh kendaraan buat duel kali ini."
Akhirnya kepik itu pasrah.
"Oke, sekarang bawa aku terbang tinggi, buraaa!"
Saat itu, asap yang mengurung Lazu sudah menghilang. Kumbang biru itu meraung murka. Tak butuh waktu lama baginya untuk menemukan sosok Ursario yang kini menunggangi seekor kepik. Lazu segera melesat.
Arena pertempuran telah berubah.
Melajulah, lebih cepat daripada angin!
Raihlah angkasa!
Inilah duel udara!
-III-
My Wish to Keep On
Lazu menyambar dari depan, namun Ursario berhasil menggiring kepik tunggangannya untuk mengelak ke samping. Boneka beruang itu membalas. Dia melemparkan seikat TNT yang telah tersulut.
Muncul ledakan kuning terang, menghiasi angkasa yang memang sudah merah.
Tampak Lazu masih bertahan sekalipun sudah menerima ledakan tadi secara langsung. Bagaimanapun, tubuhnya kini oleng. Sementara cangkang kumbangnya mulai meretak.
"Yes, buraah!" seru Ursario girang.
Beary itu lengah. Lazu yang tadinya terbang dengan terhuyung-huyung, tahu-tahu sudah melesat cepat ke arah si boneka. Tanpa ampun, tanduk keras Lazu sudah menghantam kepik tunggangan Ursario.
Badan kepik malang itu remuk seketika, sayapnya berhenti mengepak, sebelum akhirnya dia terjun bebas. Lazu menanduk lagi, kini mengincar Ursario. Beruntunglah boneka itu masih sempat melompat dan menghindar tipis melewati ayunan tanduk Lazu.
Masih sambil melayang di udara, Ursario segera meraih senjata cambuk di pinggangnya. Bukan untuk mengincar Lazu, melainkan untuk meraih serangga lain yang terbang di dekat sana. Dalam satu lecutan, Ursario sukses menangkap kaki serangga itu, kemudian dia berayun gesit dan mendarat di punggung si serangga.
Segera Beary itu menyiapkan serangan balasan.
Diambil lagi satu senjata dari tas ranselnya. Kali ini sebuah bazooka kecil. Tanpa berlama-lama, Ursario sudah menekan pelatuknya.
Misil pun meluncur.
Dan meluncur begitu saja, lewat di samping Lazu si kumbang biru. Tembakan Ursario meleset jauh. Malah mengenai sekumpulan capung raksasa dan membinasakan mereka.
"B-brengsek, burah! Itu peluru satu-satunya!" Kemudian Ursario mencari kambing hitam. Dengan kesal dia menggetok serangga yang ditungganginya. "Ini gara-gara kau terbangnya serampangan, burah! B-bidikanku jadi meleset."
Selagi Ursario sibuk mengomeli kendaraannya, ternyata Lazu sudah kembali menerjang dengan tanduknya. Mengena telak! Satu lagi tunggangan Ursario tumbang.
Beary itu terus melompat-melompat dari punggung satu serangga ke serangga lainnya, sementara serangga-serangga itu terus dihantam serbuan Lazu. Beberapa saat berselang, sudah hampir tak ada lagi serangga yang bisa dinaiki.
Akhirnya Ursario hanya bisa terjun bebas setelah serangga terakhir di sana diremukkan Lazu. Dan rupanya, Lazu ikut menukik tajam mengejar si Beary.
Tak menemukan pilihan lain, Ursario melecutkan cambuknya mengincar Lazu.
Ternyata tak begitu sulit. Tahu-tahu, Ursario sukses berayun dan mendarat di punggung Lazuardi.
"Sekarang, jarak nol, leburlah kau Bluey Beetley!"
Ursario meraih salah satu dari dua senjata api yang tersisa di tasnya. Dan senjata api yang ini ... benar-benar menembakkan api!
Flamethrower.
Seketika, luapan api membara membungkus sekujur tubuh Lazu. Kumbang biru itu meraung-raung dan meronta, mencoba menjatuhkan Ursario. Namun si boneka tetap bertahan, hingga beberapa detik, sebelum penyembur apinya kehabisan gas.
Ursario pun terlempar dari punggung Lazu.
Selanjutnya, tubuh Lazu yang gosong menghantam tanah dengan sangat telak. Sementara Ursario, dengan badan ringannya, bisa mendarat di tempat lain dengan lebih mulus.
Lazu meronta-ronta lemas di permukaan tanah. Tubuhnya remuk-redam, plus hangus. Namun Ursario masih belum mau mendekat untuk mengecek. Barangkali, si makhluk biru punya tipuan lain?
"Burah! Sekarang kau mau apa, Bluey? Di sekitar sini sudah tak ada serangga hidup untuk kau santap—"
Perkataan Ursario terhenti ketika dia menyadari sesuatu yang aneh. Rerumputan yang ada di sekitar Lazu, semuanya layu dan mengering seketika. Bukan hanya itu, kelembapan tanah pun sirna sehingga permukaan tanah langsung meretak.
"D-dia ....!"
Tubuh kumbang Lazu meretak dahsyat kemudian hancur berkeping-keping, menampakkan tubuh baru di dalamnya.
Itu ... adalah wujud jelly humanoid. Tapi sedikit berbeda dengan bentuk normal Lazu.
"Aku. Slime. Revolusioner .... Engkau. Akan. Mati. Dengan. Pedangku. Demi. Revolusi!!"
Untuk pertama kalinya dalam duel ini Lazu berkata-kata. Namun yang keluar dari mulutnya malah racauan aneh.
"T-tunggu, buraah! Itu bukan Bluey Jelly! Itu adalah Bluey Jelly #2!!" seru Ursario. "Kau jadi ... Emilsy??"
Sesuai yang dikatakan Ursario, kini Lazu 'menjadi' karakter lain. Segala informasi tentang peserta-peserta lainnya sudah tertanam kuat di memori si makhluk biru. Dan kali ini, naluri bawah sadarnya memilih untuk mengambil sosok Emils, si Slime.
Dengan pengetahuan Khatea, mudah bagi Lazuardi untuk meniru setiap aspek dan teknik dari seekor Slime seperti Emils. Terlebih dari awal, bentuk mereka berdua memang agak mirip.
"Engkau. Harus. Mati. Demi. Peradaban. Yang. Lebih. Baik!!"
Lazu-Slime berlari maju sambil membuka kedua tangannya, yang kini membeku dan membentuk bilah pedang kembar. Gerakannya sungguh gesit. Belum apa-apa, cambuk yang dilecutkan Ursario sudah terpotong-potong menjadi 10 bagian.
"Buraaa!! G-gawat!"
Senjata Ursario sudah hampir habis. Dia belum bisa menggunakan senapan terakhirnya yang tersimpan di ransel, terutama kalau pertarungannya jarak dekat seperti ini. Satu-satunya yang terpikirkan oleh Ursario adalah mencabut sepasang pisau yang tersemat di sabuknya.
Dentang metal nyaring terdengar, lantang berulang. Ursario kewalahan menghadapi gempuran Lazu-Slime. Bukan hanya senjata si boneka yang kalah besar dan panjang ... jurus pedang ala Slime itu ternyata merupakan teknik berpedang tingkat tinggi. Terlalu sulit untuk diatasi Ursario dengan teknik pisau ala kadarnya itu.
Berkali-kali sabetan pedang biru mengoyak dan mengiris kulit boneka Ursario. Tak akan lama sebelum satu ayunan bisa membelah, bahkan memenggal kepala si boneka beruang.
Sekarang apa yang bisa dilakukannya?
Menyerah dan membiarkan Lazu-Slime mencincangnya? Tentu tidak.
Ursario adalah (mantan) Demonlord. Harga diri untuk tak mau menyerah itu sudah terpatri begitu kuat di dalam dirinya. Namun, kalau dipikir-pikir ... mungkin tak ada buruknya juga membiarkan pedang itu menghantam dirinya?
"Kumohon, kekuatan suku Pandorientis dalam diriku ... bangkitlah walau cuman beberapa detik saja! Buraaaaah!!"
Seketika, aura kegelapan yang pekat memancar dari tubuh Ursario, diiringi dengan perubahan bentuknya. Badannya kini menggumpal, menjadi sangat gemuk. Bulu-bulunya berganti menjadi motif hitam-putih ala panda.
Dan saat itu, pedang kembar Lazu-Slime sudah terayun untuk menyayat Ursario. Boneka beruang itu hanya diam, mengokohkan kuda-kuda.
Sekali lagi, dentang nyaring menggema keras, disusul potongan bilah pedang es yang memutir di udara. Rupanya kedua tangan Lazu-Slime patah. Bilahnya belum cukup kuat untuk menembus pertahanan fisik Ursario yang wujudnya kini adalah boneka Panda.
Selagi Lazu-Slime masih tercengang, Ursa-Panda segera melancarkan serangan balasan. Kedua kepalan tangan si boneka menghantam keras dada lawannya. Lazu-Slime terpental ke belakang, membentur permukaan tanah berkali-kali, sebelum akhirnya terkapar.
Perubahan wujud Ursario pun berakhir. Kehabisan energi jiwa, Beary itu pun jatuh berlutut sambil terengah-engah.
"Burhh ... hhh ... payah sekali, buraa ...! Perubahanku ... cuman bertahan lima detik. Burahaha ... hhh ... tapi lumayanlah."
Sayangnya Ursario terlalu cepat untuk berkata 'lumayan'. Sebab, jauh di sana, Lazuardi tampak sudah kembali bangkit.
Wujudnya kali ini sudah tak karuan lagi. Dia seperti gumpalan air setengah-padat yang menggila. Percikan-percikan air menyemprot dari pori-pori kulit luarnya. Semburannya tak beraturan. Sesekali, gumpalan air itu membuat lubang menyerupai mulut dan melengkingkan bunyi dalam frekuensi sangat tinggi.
"Dia ... sudah benar-benar tak tertolong, burah ...."
-IV-
Red Target
Entah itu keberuntungan atau kesialan ... kegilaan Lazu akhirnya berhenti setelah beberapa waktu berselang. Tidak terhenti total, memang. Hanya saja, kegilaannya kini lebih ... terkontrol.
Sesekali, wujud Lazu adalah serigala berbadan transparan ... yang mungkin diambilnya dari kenangan pada duel episode sebelumnya. Kemudian pada kesempatan lain, Lazu berubah menyerupai monyet Meteo, yang dikenali Ursario seperti Salvatore.
Ketika mengambil wujud karakter lain, gerakan Lazu juga mengikuti gerakan khas dari karakter tersebut. Kegesitan Serigala Berbulu Domba, kelincahan teknik tendangan Sal, semua bisa ditirunya. Ursario hanya bisa berlari dan terus menghindar, memanfaatkan sisa-sisa tenaganya.
Beruntunglah pada suatu kesempatan, Ursario berhasil menunggangi seekor kupu-kupu dari jenis Swallowtail. Bisa dikatakan itu merupakan keajaiban, mengingat serangga-serangga lainnya sudah jauh melarikan diri dari medan pertempuran.
Kegesitan kupu-kupu langka ini boleh diacungi jempol. Bahkan tanpa instruksi dari Ursario pun, kupu-kupu ini dengan mantap mengelak setiap gempuran Lazu dalam bentuk apapun.
Pada saat itulah, Ursario menyadari sesuatu.
"Titik merah itu ... burah? Jangan-jangan ...."
Redup, tapi di dalam tubuh Lazu memang sesekali terlihat bercak tunggal berpendar kemerahan. Kadang bercak itu sedikit membesar, kadang menghilang. Ursario mungkin tak tahu kalau noktah merah itu merupakan 'lubang kunci' dari Gerbang Khatea yang tertanam di tubuh kosmis Lazu.
Bagi si Beary, titik kemerahan itu seperti target yang meminta "Tembak aku!". Dan Ursario tak akan berpikir dua kali untuk melakukannya.
"Oke, Swall-Taily," ujar Ursario pada kupu-kupu tunggangannya. "Aku butuh ketenangan untuk membidik jitu."
Kupu-kupu itu mengangguk, kemudian segera membawa Ursario terbang beberapa meter lebih tinggi. Ursario mengambil satu senjata terakhirnya dari dalam ranselnya. Itu adalah Ursus-Blaster, senapan sihir yang menggunakan aura demonic sebagai sumber energinya.
Sementara itu di permukaan tanah, Lazu dalam wujud ubur-ubur raksasa hanya bisa menggeliat kesana-kemari, bermain di genangan lumpur.
"Bagus, bura. Tetaplah kau tenang di sana, dasar Bluey Jelly Crazey!"
Ursario mulai membidik. Sedikit aura kegelapan yang tersisa di tubuhnya dia alirkan ke senapan sihirnya. Terkumpul dan cukup untuk membentuk satu peluru energi.
Ursario menunggu, terus menunggu.
Hingga pada satu momen, ubur-ubur biru itu berhenti menggeliat. Maka ditekanlah pelatuk Ursus-Blaster. Senapan sihir itu meletup!
Satu berkas peluru kegelapan menukik lurus, tepat mengarah pada target merah. Peluru sihir itu menembus lapisan kulit luar Lazu dengan mudah, kemudian menerobos terus hingga menyambar titik yang diincar Ursario.
Dan setelah itu ....
Tiba-tiba pilar cahaya raksasa berpendar biru-kemerahan menyeruak dari tubuh Lazu. Pilar itu meninggi, dan terus meninggi hingga menembus batas dimensi Netherworld Nanthara. Kemudian setelah bergetar-getar dahsyat, pilar itu serta-merta menghilang.
Hasilnya, sosok Lazu di bawah sana kembali tampak normal seperti sedia kala. Dan ketika Lazu terbangun, Ursario akan menyadari kesalahan perhitungannya.
"Err ... apa yang baru saja terjadi? Dan ini ...?" sesuai karakter aslinya, Lazu segera menalar.
Lazu mengamati sekelilingnya. Kemudian dia mendongak, menatap Ursario yang menaiki kupu-kupu. Hanya sedetik berlalu, Lazu sudah sampai pada kesimpulan.
"Kondisi medan sekitar, kemungkinan sembilanpuluhkomasembilanbelas persen telah terjadi pertempuran di sini. Variabel selanjutnya, yaitu sosokmu, boneka teddy bear peserta Turnamen Thurqk, tatapan matamu yang siaga, senjata yang kau pegang, serta keberadaanku di sini ... seratuskomanolnol persen menyatakan kalau kita berdualah yang sedang dalam pertempuran itu."
"Bura?? B-bicara apa, kau?" Ursario hanya melongo mendengarkan ocehan Lazu. "T-tapi sepertinya ... kau jadi waras lagi, bura?"
Lazu terdiam sejenak, kemudian berkata lagi, "Ah, jadi itu yang terjadi sebenarnya? Semua stimulus itu. Kegelisahan hati, ditambah dengan penolakan akan kenyataan bahwa ... Safirem ... telah .........."
"Tadi kau menggila, buraaah!" potong Ursario.
"Dan saat aku menutup nalarku, Gerbang Khatea turut bereaksi mengambil alih setiap molekul tubuhku. Dan karena sekarang aku sudah kembali pada akal sehatku, mungkin aku harus berterima kasih padamu? Karena kemungkinan delapanpuluhtujuhkomaduabelas persen, kaulah yang menenangkan Gerbang Khatea. Tapi ...."
"Tapi apa?!"
"Tapi maaf. Aku akan, atau lebih tepatnya, HARUS mengalahkanmu di sini!"
"Burawhat? K-kau masih ingin ... bertempur?!"
Lazu tersenyum, "Sayang sekali, ratusan skenario yang kusimulasikan dalam pikiranku, semuanya hanya menuju pada kesimpulan tunggal. Thurqk mampu menghidupkan kembali Safiren dengan kemungkinan berhasil sekitar limapuluhkomanollima persen, dan itu rasio terbesar dari segala skenario lain yang menghadirkan restorasi nyawa Safirem di dalam premisnya. Dengan kata lain, aku hanya perlu memenangkan dua pertarungan tersisa."
"Buraah! Bilang saja!" Ursario mulai kesal. "Intinya, kau masih berniat bertempur, 'kan?!"
"Dan rasio kemenanganku cukup tinggi; sekalipun tanpa menyusun strategi, dengan pertarungan frontal saja minimal sudah tujuhtigakomaduadua persen kemungkinanku untuk menang. Premis awal menunjukkan kamu sudah kehilangan banyak asupan energi ketika melawan—"
"BURAAAGH!! BERISIK!! Persetan dengan persen-persenmu itu, BURAAA!!"
Kehilangan kesabaran, Ursario sudah melompat turun dari kupu-kupu. Senapannya terisi lagi oleh energi kegelapan, kemudian langsung meletupkan bola energi.
Akan tetapi, Lazu dengan mudah menghindar ke samping. Tembakan Ursario hanya meledakkan permukaan tanah.
"Temperamen yang mudah terhasut, kemunculan semi-konstanta ini malah mengubah tingkat rasio menangku jadi semakin tinggi."
Ursario mendarat dan langsung menyerbu Lazuardi dengan rangkaian sabetan senapan. Tapi sekali lagi, Lazu mampu menerka alur gerak Ursario yang terlalu sederhana. Si makhluk biru hanya perlu menghindar-hindar kecil.
Hingga pada suatu kesempatan, ayunan senapan Ursario terlalu kuat. Ketika Lazu mengelak ke samping, maka Ursario oleng sendiri akibat momentum geraknya. Pertahanan si boneka terbuka begitu lebar.
Saat itulah Lazu mengerahkan satu dari jurus ajaibnya.
"Momentis!"
Pengendalian kinetika Lazu bekerja seiring dengan kilauan cahaya safir kebiruan dari tubuhnya. Jelly itu lantas memusatkan seluruh momentum geraknya untuk melipatgandakan kecepatan tinjunya. Sewaktu Lazu melancarkan pukulan, energi kinetiknya meningkat secara eksponensial.
Ursario terhantam dengan sangat telak.
Boneka kecil itu langsung terlempar amat jauh, terus terperosok dan memantul beberapa kali di permukaan tanah, menerobos rerumputan merah. Selanjutnya, Ursario sudah terkapar tak berdaya.
"Burghh ... si-sialan ...."
Lazu datang mendekat dengan cepat. Mau tak mau, Ursario memaksakan diri untuk kembali bangkit. Semua masih jauh dari kata usai.
Pertarungan berlanjut. Kali ini, melawan Lazuardi yang sejati!
-V-
Get Break Up!
Cerita beralih sebentar ke Ursula.
Berkeliaran dia, menjelajahi kastil Devashe Vadhi. Kali ini dengan benar-benar menyusup, yaitu menghindari setiap Hvyt yang berpatroli. Banyak trik yang dilakukan boneka beruang yang satu ini. Mulai dari merayap di langit-langit, menyusuri saluran pipa, sampai berpura-pura menjadi anak beruang.
Tadinya Lady Beary itu berniat untuk kembali menyelidik Ruang Penjara Jiwa yang pada kesempatan lalu belum sempat dia lakukan. Namun di tengah jalan, hidung beruangnya menangkap serangkaian bau yang tidak asing.
"Humh ... ini?"
Itu membuat Ursula mengubah arah langkahnya. Penciumannya kini membawa dia untuk kembali ke ruang penjara tempat para peserta semi final dikurung beberapa waktu silam. Setelah menuruni lika-liku tangga menuju wilayah bawah tanah kastil, akhirnya Ursula sampai.
"Hum?"
Ruang penjara itu kini dijaga oleh sekumpulan Hvyt Lords. Buru-buru Ursula bersembunyi di persimpangan dinding. Kemudian dia melirik dan melihat di apa yang tampak balik jeruji. Senyuman Ursula mengembang lebar seketika.
"Para Beary bodoh itu, huhuhum."
Selain Nolan, kini ruang kurungan itu dipenuhi sekumpulan boneka beruang yang terantai ke tembok. Total lengkap dua belas boneka. Namun semuanya tampak lemah, setengah tak sadar.
"Sekarang apa?" gumam Ursula.
Berpikir keraslah Lady Beary itu. Bagaimana cara menolong para Beary itu? Atau yang lebih penting, bagaimana cara mengatasi sejumlah Hvyt Lord yang berjaga-jaga di sana? Kekuatan satu Hvyt Lord, seingatnya, setara dengan kekuatan sepuluh Ãœber-Hvyt. Sungguh merepotkan.
Satu-satunya yang terbayang oleh Ursula adalah memanggil para Beary untuk kembali menjadi energi jiwa. Dengan demikian, dirinya akan memiliki kekuatan yang cukup untuk membereskan para Hvyt Lord tadi.
Maka dilakukanlah rencananya itu.
"Humh, baiklah," Ursula mulai memantra, "kalian, 12 jiwa petarung, patuhlah padaku dan penuhi perintahku. Kembalilah ke dalam tubuhku!"
Tapi tak terjadi apa-apa. Para Beary tetap terantai di penjara, tak bergerak sama sekali. Malahan, suara panggilan dari Ursula itu mulai membuat para penjaga curiga. Salah satu dari mereka mulai mendekat ke posisi Ursula bersembunyi.
"Humh!" rutuk Ursula. "Rantai itu ... sepertinya segel jiwa. Kalau begitu, tak ada cara lain."
Kepalang tanggung, maka Ursula bertindak juga. Dia membidikkan Ursus-Blaster miliknya, mengumpulkan sekelumit aura demonic, kemudian menembak cepat sebanyak 12 kali.
Peluru energi meluncur, membuat para Hvyt Lord terkejut. Dan lebih terkejut lagi mereka ketika semua tembakan itu ternyata tidak mengincar diri mereka.
Dua belas tembakan, masing-masing tepat mengenai rantai yang membelenggu tiap Beary. Tapi sayangnya, itu belum cukup untuk menghancurkan rerantai tersebut. Hanya menimbulkan sedikit keretakan.
"Penyusup!" seru salah satu Hvyt Lord. "Dan itu adalah si boneka beruang betina lagi!"
"Tangkap dia!!" sahut Hvyt Lord lainnya.
Serempak, para Hvyt Lord itu melesat maju menyerbu Ursula. Pertempuran sepertinya tak terhindarkan.
"Hei, Pasukan Beary!!" seru Ursula. "Jangan malas! Bebaskan diri kalian sendiri!"
Teriakan Ursula membangunkan para boneka beruang di dalam sel. Mereka segera menyadari situasi. Setelah mengetahui kalau rantai yang melilit telah retak, mereka langsung bereaksi sebagaimana mestinya.
"Demi Nenekku! Ayo kawan-kawan, gunakan kekuatan CINTA untuk melepaskan belenggu rantai terkutuk ini!" begitulah seruan Rex memimpin rekan-rekan Beary-nya.
"Kekuatan cinta? Maksudmu kekuatan otot?" sindir Nema.
"Jadi cinta itu adalah otot, nom?" celetuk Elle. "Kalau gitu, paman-paman Elle punya banyak sekali cinta, nonom~"
"Uwooooaaargh! Kalau rantai ini bisa dihancurkan dengan cinta," ungkap Leon seraya mencoba mengerahkan tenaga, "maka seharusnya kekuatan kemesumanku yang sudah sampai taraf tertinggi ini sudah lebih dari cukup! Karena kemesuman adalah manifestasi cinta!"
"Belum minum apa-apa, tapi kau sudah mabuk, Om!" omel Lucia.
Kemudian Beary-Beary lainnya juga ikut mengeluarkan kekuatan maksimal mereka. Pelan-pelan, retakan rantai meluas.
Sementara itu, Ursula ....
Jumpalitan dia menghindari serbuan senjata tombak dan pedang dari para Hvyt Lord. Lady Beary itu melihat kalau pasukannya sudah mulai berusaha, maka yang perlu dilakukannya adalah mengulur sedikit waktu.
Mungkin inilah saatnya bagi Ursula untuk mendongeng.
"Apa kalian ingin mendengar kisah duel seru antara Wolbearine dan Sabeartooth?" begitulah Ursula memulai.
"Haa??" dan para Hvyt Lord terpancing.
"Wolbearine dan Sabeartooth adalah beruang yang mengalami mutasi genetik," Ursula melanjutkan. "Wolbearine tergabung dalam tim X-Bear sementara Sabeartooth mengikuti Buragneto. Keduanya sering berhadapan dalam duel satu lawan satu, hingga pada satu ketika ... apa kalian tahu akhir nasib mereka?"
"... oh, t-tidak ...! I-ini adalah kekuatan si ... boneka ...," geram salah satu Hvyt Lord yang mulai menyadari maksud dari cerita Ursula.
"Ya, benar!" pungkas Ursula. "Baik itu Wolbearine, Sabeartooth, serta seluruh beruang mutant maupun beruang normal, SEMUANYA HIDUP BAHAGIA SELAMANYA! DI DALAM NERAKA!!"
Ketika dongeng Ursula selesai, maka para Hvyt Lord segera merasakan dampaknya. Mereka semua jatuh setengah berlutut. Sekujur badan terasa lumpuh dan nyeri.
Yang perlu dilakukan Ursula sekarang tinggal menghabisi kumpulan Hvyt Lord di hadapannya dengan tembakan jitu. Akan tetapi, ketika Ursula baru saja membidik—
—satu demi satu, Hvyt Lord itu bangkit kembali!
"Humh, sial! Efek ceritaku tidak seampuh ... biasanya!" maki Ursula.
Satu Hvyt Lord yang sudah sepenuhnya lepas dari kelumpuhan psikis langsung maju menerjang Ursula. Cukup satu dorongan tangan, maka Ursula sudah tertahan di lantai batu. Hvyt Lord itu terus mencengkeram sang Lady Beary dengan satu tangannya, sementara tangan lainnya bersiap untuk menusukkan pedang.
Bagaimanapun, plot tetap berpihak pada Ursula.
Terdengarlah rangkaian bunyi gemerincing dari arah penjara. Serpihan rantai berhamburan di lantai. Akhirnya, kedua belas Beary berhasil membebaskan diri. Tak perlu menunggu lama, Ursula lantas mengulangi mantranya.
"Para Beary, patuhlah padaku dan penuhi perintahku! Masuklah kalian ke dalam tubuhku sebagai energi jiwa!"
Dengan satu titah dari Ursula, tubuh para Beary pun memudar dan memendar, menjadi gumpalan jiwa beraneka warna. Gumpalan jiwa itu kemudian terserap ke dalam tubuh Ursula.
"Oh, tidak!" seru salah satu Hvyt Lord. "Tawanan-tawanan itu ... bebas."
Perubahan pun terjadi. Sang Lady Beary merasakan energi jiwanya melimpah. Segera dia mengerahkan salah satu tekniknya. Mantel beruang coklat yang dikenakannya mulai berganti warna menjadi seputih salju.
Saat itu, Hvyt Lord yang mencengkeram Ursula merasakan hawa dingin yang menusuk sampai ke tulang. Tangannya terasa mulai membeku. Refleks, Hvyt Lord itu pun melompat mundur.
Ursula terbebas dari cengkeraman.
Lady Beary itu bangkit dengan santai seraya melemparkan pandangan penuh percaya diri kepada sekumpulan Hvyt Lord yang ada di hadapannya.
"Humh, kamu sekalian terlihat gugup sekarang?" tantang Ursula. "Kalau mau melarikan diri, silakan. Pintunya ada di situ."
Bagaimanapun, kawanan Hvyt Lord itu tak gentar. Mereka malah menerjang maju. Malang bagi mereka, Ursula yang kini berlimpah oleh energi jiwa bukanlah tandingan mereka.
Tembakan-tembakan ringan dari Ursula membekukan Hvyt Lord itu satu demi satu. Hingga akhirnya tak ada lagi Hvyt Lord yang bergerak. Yang tampak hanyalah sejumlah patung es.
Setelah merasa puas, Ursula mengubah mantel beruangnya ke warna semula. Lady Beary itu menghela nafas panjang. Ketika dia baru mau beranjak pergi, telinga beruangnya mendengar suara lirih dari arah penjara.
Dari Nolan.
"Hum? Oh, dia ... tawanan Thurqk yang satu sel denganku tadi. Bukankah dulunya dia panitia penyelenggara di turnamen ini?"
Ursula melangkah mendekat. Dilihatnya Nolan seperti berusaha mengatakan sesuatu. Tapi, pemuda kacamata nan malang itu tak bisa mengucapkan kata-kata. Thurqk telah memotong lidahnya sehingga yang terdengar hanyalah lirihan tak jelas.
"Zany, kupanggil kamu keluar," titah Ursula. "Tolong servis pemuda itu."
Dari dalam tubuh Ursula, mencuatlah satu jiwa berpendar pelangi. Jiwa itu segera mewujud menjadi Zany Beary.
"Ahaha, baiklah, Tante Teddy Beary. T-tapi servis seperti apa yang mesti kuberikan p-padanya?" ujar Zany dengan pipi memerah.
"Perbaiki tubuhnya!" jelas Ursula.
"Errh ... kekuatan sihir regenerasiku masih lemah untuk saat ini. Sulit kalau mau menyembuhkan semua kecacatan si Nolan. Parah banget dia dihajar oleh si Truk."
"Kalau begitu, setidaknya sembuhkanlah lidahnya," instruksi Ursula selanjutnya.
"Oke sip."
Zany kemudian menggunakan kekuatannya. Sedikit pendaran cahaya pelangi tercipta di mulut Nolan, kemudian secara ajaib lidah pemuda itu tumbuh lagi. Selanjutnya, kalimat pertama yang diucapkan Nolan adalah,
"L-laptop, please ...."
-VI-
My Tomorrow
Sekarang kita kembali pada duel Ursario melawan Lazuardi.
Saat ini, Lazuardi sedang unggul jauh. Hanya menggunakan Momentis, Lazu sudah bisa membuat Ursario menjadi bulan-bulanan.
Satu pukulan upper bertenaga megaton menghempaskan si boneka beruang jauh ke udara. Kemudian Lazu, setelah memfokuskan energi kinetik pada kakinya, melompat secepat peluru. Tahu-tahu dia sudah melayang di samping Ursario.
"Burah, sialan!"
Ursario mencoba untuk balik menyerang dengan menyabetkan senapan. Hasilnya tak sesuai yang diharapkannya. Lazu malah menangkis bilah senjata itu dengan satu tangannya. Kemudian tangan satunya yang bebas lantas menyarangkan tinju bertubi-tubi.
Lazuardi menutup rangkaian serangannya dengan satu tendangan cangkul. Tumit Lazu mantap menghantam tengkuk Ursario dari atas, menghempaskan boneka itu tegak lurus ke bawah.
Bersamaan dengan bunyi berdebum yang begitu kencang, badan Ursario keras menghunjam tanah. Bahkan permukaan tanah pun meretak ke segala arah, dalam radius sekian meter.
Debu-debu beterbangan dahsyat, para serangga raksasa semakin ketakutan dan menjauh, sementara rerumputan Gavata terus hening.
Lazu mendarat agak jauh dari posisi Ursario.
"Akhir perhitungan. Detik ini, kemenangan sudah sembilansembilankomadualima persen di tanganku. Tetapi ... sebenarnya apa variabel indefinitif yang terus muncul dalam interval tak beraturan ini?"
'Variabel indefinitif' itu membuat Lazuardi tetap waspada dan menghalanginya untuk mendekati posisi Ursario. Dan variabel itu muncul lagi ....
Aura kegelapan Ursario muncul dan menghilang, seperti detak. Tekanan dari pancaran aura ini, meskipun sedikit, membuat Lazuardi merasa amat tidak nyaman.
Ursario, memanfaatkan energi terakhirnya, mencoba untuk bangkit kembali. Tubuhnya gemetaran, terasa begitu lemah. Dia harus bertopang pada senapannya hanya untuk bisa berdiri. Namun terlepas semua itu, Lazu masih melihat sorot mata Ursario yang jauh dari kata menyerah.
Akhirnya Lazu merasa kalau ini semua harus segera diakhiri.
Makhluk biru itu mengubah struktur ikatan molekular pada tangan kanannya, sehingga tangan itu mengeras, seperti baja pada pisau. Sepertinya dia hendak mencincang Ursario hingga potongan perca terkecil.
"Ursario," kata Lazu, "bersiaplah."
"Burh ... k-kau ... kau pikir bisa mengalahkanku?" Ursario masih menggertak. Kemudian melengkapi gertakan itu dengan raungan kecil. "BuraaWWRRRR!!!"
"Heh, berteriak seperti tidak akan mengubah apa-ap—"
Perkataan Lazu terpotong saat dia menyadari kalau permukaan tanah tempatnya berdiri mulai bergetar. Kemudian guncangan itu terasa semakin hebat.
Selanjutnya, bersamaan dengan munculnya kembali aura kegelapan Ursario, tanah Cachani tiba-tiba mengeluarkan beberapa gumpal energi padat ke udara. Energi itu langsung terhisap ke dalam tubuh Ursario.
Pelan-pelan, Ursario merasakan letihnya sedikit berkurang.
Lazu terperangah, "Kau juga memiliki fungsi metabolisme parasitis untuk menyerap nutrisi ...?"
"Burah! Ini ... bukan cuman nutrisi," balas Ursario. "Ini adalah energi jiwa!"
"...?!"
Ursario menyeringai. Betapa bodohnya dia melupakan kekuatannya sendiri. Bukankah dia adalah boneka terkutuk pelahap jiwa? Selama berada di Turnamen Akhirat ini, dia terlalu fokus pada energi jiwa tingkat tinggi dari para petarung tangguh yang dikalahkannya. Ursario lupa pada sumber-sumber energi jiwa yang lebih kecil. Serangga-serangga, rerumputan, tanah, semua makhluk hidup memiliki jiwa ... dan dengan itu, memiliki energi jiwa. Dan tanah Cachani Vadhi yang teramat luas ini menyediakan segalanya.
Ursario hanya perlu meminta.
Sekali lagi permukaan tanah bergetar kuat, kemudian lebih banyak lagi energi jiwa Cachani yang dihisap Ursario. Kekuatan boneka itu terus pulih.
Saat Lazu masih tersentak, Ursario sudah membidikkan Ursus-Blaster. Senapan sihir itu mendapatkan kembali sumber energinya seiring dengan memulihnya kondisi Ursario.
Dan tembakan pertama meletup.
Ledakan ringan tepat menghantam di kepala Lazu, membuat makhluk itu terjungkal. Rasanya seperti dihantam palu.
Segera Lazu melompat bangkit, hanya untuk menerima rentetan tembakan lainnya. Refleks, Lazu pun mengerahkan teknik kinetikanya lagi.
"Momentis : Nol!"
Tetapi gagal. Lazu kembali terpelanting setelah menerima sejumlah ledakan secara langsung.
Jurus pengendalian momentum Lazu adalah untuk memanipulasi kinetika fisik. Lazu bisa membuat peluru meriam sekalipun kehilangan momentum geraknya sewaktu mengenai tubuh jelly-nya. Tapi peluru Ursus-Blaster tidak memiliki bentuk fisik.
"Kenapa, Bluey Jelly? Kau salah hitung? Burahaha!" ledek Ursario.
Lazu tak mau mengakui ini, tetapi kalkulasi di dalam kepalanya terus menunjukkan tren negatif. Rasio kemenangan dirinya menurun, sedikit demi sedikit.
Hujan tembakan Ursario tak mereda. Lazuardi hanya bisa menghindari semua itu.
Sementara itu, sang lawan terus-menerus menghisap energi jiwa dari tanah dan rerumputan. Bahkan sejumlah serangga di kejauhan pun berjatuhan lemas tatkala energi jiwa mereka tersedot oleh Ursario. Semua mengalir begitu deras dan melimpah.
"Tak ada jalan lain," seru Lazu, "Enshaka Lamasthu!!"
Setelah terdesak oleh gempuran Ursario, akhirnya Lazuardi mengerahkan juga teknik andalannya. Dari segala arah, terbentuklah ratusan klon Lazu yang semuanya bersifat parasit. Klon-klon itu segera mengepung Ursario, bermaksud melahap boneka itu.
Namun saat itu, energi jiwa Ursario sudah cukup untuk—
Dengan begitu cepatnya, satu per satu klon Lazu hangus terbakar cambukan petir hitam. Tak sampai semenit, tak ada lagi klon yang tersisa.
Berdiri di sana, Ursario sudah tampak berbeda. Sekujur tubuhnya legam, tertutupi oleh selubung kegelapan yang teramat pekat. Auranya memercik begitu liar, tampak seperti jilatan listrik hitam.
Itu adalah Ursario dalam mode Lord.
Dan sang Lord sudah menyampaikan salam dengan tinjunya!
Satu lesatan cahaya hitam melaju lurus bagaikan berkas laser. Lazu sudah mencoba untuk mengelak, namun usahanya tak sempurna. Bahu makhluk biru itu tersambar, lantas robek seketika dengan bekas hangus di pinggirnya. Membran terluar kulitnya bocor kemudian deras meneteskan cairan kebiruan seperti darah.
"....."
Lazu terdiam. Segala kalkulasi di otaknya kini sudah berbalik memihak pada kemenangan Ursario. Kecuali satu. Dia juga harus memasrahkan diri dan berjudi dengan 'variabel indefinitif' yang dimilikinya.
"Semua demi Safirem ... demi hari esokku bersama dengannya ...," gumam Lazu.
Satu lagi lesatan tinju kegelapan Ursario datang. Kali ini menyambar dan melahap sebelah kaki Lazu, membuat makhluk biru itu ambruk seketika.
Namun dia masih bisa berseru, "W-wahai, Gerbang Khatea! Aku akan mengorbankan seluruh logika nalarku. Kuasailah aku kembali dan tuntunlah naluriku menuju kemenangan."
Segera setelah itu, bercak kemerahan dalam tubuh Lazu kembali muncul dan langsung bersinar begitu terang. Sekujur badan Lazu bergolak hebat, bergelombang tak beraturan, seolah bisa pecah kapan saja.
"RRRAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAHHHH!!!"
Lazu meraung sejadi-jadinya. Kemudian sosoknya mulai berubah acak, sekehendak pengetahuan membawanya. Dalam wujud harimau transluen, Lazu pun menerkam maju.
"Burah? Jadi si Bluey Jelly itu ... kembali menggila? Merepotkan saja ...."
Ursario juga melesat menyambut sang lawan.
Kini, pertempuran dua makhluk ajaib itu mencapai klimaksnya.
-VII-
Slash!
Lazu-Harimau mencaplok seluruh tubuh Ursario bulat-bulat, tapi tidak bertahan lama. Tahu-tahu mulut makhluk biru itu meledak dahsyat oleh sambaran petir hitam. Ursario melompat mundur sementara tubuh Lazuardi mencair menjadi genangan biru.
Genangan itu kemudian memadat, mengubah bentuknya menjadi pompa. Ketika tuas pompa itu naik-turun dengan cepat, tiba-tiba kekeringan merambat cepat melanda tanah Cachani, berpusat pada Lazu-Pompa. Tanah dan rerumputan merah langsung mati seketika setelah seluruh nutrisi mereka dirampok sang parasit.
Kemudian pompa berubah menjadi tank. Laras meriam tank biru itu bergerak cepat membidik Ursario.
Satu letusan dahsyat menghantam telak Ursario. Beary Lord itu terseret ke belakang. Sementara itu, Lazu-Tank terus membombardir.
"BuraaaaRH!!"
Bukannya mundur ataupun menghindar ke sampng, Ursario malah berlari menyongsong setiap peluru meriam yang mengincarnya. Diterimanya mentah-mentah serangan dari Lazu-Tank, satu dua tiga tembakan. Ajaibnya, Beary Lord itu masih saja bisa berlari maju seolah semua bombardir itu tiada artinya. Kemudian pada tembakan keempat, barulah Ursario melompat mengelak.
Dari posisinya yang melayang, Ursario balik menyemburkan petir hitam.
Dan serangan itu tepat mengena! Lazu-Tank meledak dahsyat hingga berkeping-keping, seiring dengan bunyi letusan yang menggelegar. Serpihan tubuh makhluk biru berhamburan bebas di udara. Selesaikah?
Tentu tidak.
Serpih-serpih biru itu lantas menguap seluruhnya, menyatu menjadi gumpalan awan kelam. Awan ini membumbung tinggi kemudian mengambang tepat di atas Ursario.
Gemuruh terdengar dari balik awan itu. Setelah satu kilatan cahaya, petir biru pun menyambar kencang diiringi cetar nyaring nan membahana. Ursario tak berdaya untuk menghindar, dia tersambar telak.
Beary Lord itu kejang-kejang untuk sesaat, kemudian terpelanting jatuh. Namun dia segera melompat bangkit. Dibalasnya Lazu-Awan dengan petir hitamnya. Dan Lazu-Awan pun balik mengirimkan hujan petir.
Angkasa meriuh.
Rangkaian petir biru dan hitam menggelegar, saling balas menyambar. Tanah Cachani semakin terkoyak, sementara Lazu-Awan juga makin terkikis. Hingga pada satu momen, petir mereka saling bertemu dan menciptakan satu ledakan cahaya gigantik yang membentuk bola raksasa.
...
Langit kembali cerah.
Awan biru mencair dan turun. Setelah itu, gumpalan air menumpuk dan membentuk sosok baru. Dan ini ... merupakan sosok yang akrab bagi semuanya. Lazu telah meminjam bentuk Thurqk sang Dewa Merah—atau kini tepatnya, sang Dewa Biru.
Ursario berdecak kesal.
"Nggak ada habis-habisnya si Bluey itu, burah ...."
Tak waktu bagi Ursario untuk beristirahat. Thurqk-Biru mengibaskan kedua tangannya, menciptakan dua gelombang api biru yang merambat cepat di permukaan tanah menyasar Ursario.
Beary Lord itu berkelit dengan melompat ke udara, tepat sebelum dua gelombang api biru itu meledak dan menciptakan kawah raksasa di tanah Cachani. Beary Lord balas meninjukan beberapa petir hitam, namun Thurqk-Biru mengembangkan sayap dan terbang menghindari semuanya.
Pertempuran semakin sengit.
Thurqk-Biru menghampiri Ursario di udara kemudian terus menggempur dengan pukulan dan tendangan bertubi-tubi. Dia tak peduli kalau tangan dan kakinya gosong tersambar petir hitam yang menyelimuti tubuh sang Beary Lord. Bahkan yang kewalahan justru Ursario sendiri, mencoba menepis semua serbuan lawannya. Pelan-pelan pertahanan Ursario terkikis, selubung petir hitamnya pun terkoyak. Akhirnya pada satu kesempatan, tangan kanan Thurqk-Biru berhasil mencengkeram badan sang Beary Lord.
Detik berikutnya, Thurqk-Biru melemparkan Ursario ke bawah. Telaklah boneka itu menghunjam tanah Cachani untuk kesekian kalinya.
Thurqk-Biru turun di tempat lain. Dia merentangkan tangan seraya meraung kencang.
Selanjutnya, tanah Cachani kembali mengering, dihisap oleh kemampuan parasit Lazu sebagai Thurqk-Biru. Kali ini luas penyerapannya bukan main. Hampir semua daratan Cachani mati.
Puas mengumpulkan nutrisi, Dewa Biru itu mulai mewujudkan pedang bara berwarna kebiruan di genggamannya. Bukan hanya itu, pedang tadi membesar dan terus membesar. Hingga kini, di tangan Thurqk-Biru tampaklah pedang raksasa sepanjang 20 meter.
Di sisi lain, Ursario sudah bangkit.
Melihat lawannya telah menciptakan pedang berukuran luar biasa, Ursario pun tak mau kalah. Dia mengambil senapannya yang tadinya tersemat di punggung, kemudian mengumpulkan segenap aura kegelapannya di ujung bilah senapannya, menciptakan mata pedang aura.
Thurqk-Biru siap menebas, begitu pula dengan Ursario.
Sabetan pedang Thurqk-Biru menciptakan koyakan raksasa di permukaan tanah, sementara tebasan senapan Ursario menepisnya. Akibatnya, gelombang sayatan Thurqk terpencar ke dua arah, kiri-kanan. Dan terus bergerak sampai ke ujung daratan—
—dan hasilnya sungguh tak terkira. Bersamaan dengan gempa dahsyat yang menggetarkan seluruh permukaan tanah, Cachani Vadhi pun terbelah dua!
Debu dan asap tebal menutupi segalanya namun pertempuran masih belum usai. Ursario dan Thurqk-Biru mengulanginya lagi.
Thurqk-Biru terus menerjang dengan sabetan saktinya, sementara Ursario tetap gigih menangkis semuanya. Tak ada yang mau berhenti. Daratan yang runtuh terus bergetar begitu kuatnya. Segala pekikan dan raungan ditelan oleh gemuruh gempa.
Pada satu kesempatan, Ursario dan Thurqk-Biru benar-benar mengadu bilah pedang maut mereka secara langsung. Tanah-angkasa terbelah. Satu gelombang sayatan raksasa terpecah ke segala arah.
Hingga akhirnya dataran Cachani Vadhi terpotong-potong menjadi ratusan pulau.
...
...
Ursario jatuh berlutut dengan nafas memburu. Pendaran kegelapannya memudar dengan cepat, kemudian hilang sepenuhnya. Badannya hanya bisa bertopang pada senapan, sementara tanah kecil tempatnya berdiri mulai terombang-ambing.
Dilihatnya, tak jauh di depan, sosok Lazu si jelly biru semakin mendekat.
Itu mungkin wujud paling ironis yang bisa diambil Lazu. Bentuknya kini seperti boneka beruang transluen berpendar biru pudar. Tertatih-tatih dia berjalan, sambil sesekali melompat di antara reruntuhan daratan. Dia pun berucap, entah dari logikanya atau nalurinya.
"Aku ... p-punya Safirem ... yang harus ... kuhidupkan. Engkau ... hanya boneka iblis, tak punya apa-apa. Jangan halangi aku ...!"
Kemudian dengan tenaga pamungkasnya, Lazu meluncurkan tubuhnya seperti peluru. Menghadapi itu, Ursario hanya menyeringai kecil.
"Heh, jangan salah, bura ...."
Ursario mengayunkan senapannya, telak menghantam pelipis lawannya. Lazu terjungkal ke samping tepat sebelum tubuhnya bisa menyambar Ursario. Kemudian Beary itu menusuk-nusukkan ujung senapannya ke punggung Lazu yang masih terkapar.
"Ada satu kaum Ursa-Demony, yang menantiku kembali ...."
Lazu berguling ke samping kemudian bangkit dan mencoba untuk menerkam Ursario kembali. Namun Beary itu mengelak sedikit saja, Lazu si boneka beruang biru malah terperosok sendiri ke genangan lumpur.
"Ada satu kaum Luxa-Demony terkutuk. Mereka menanti pembalasan dariku, bura!"
Lazu melompat keluar dari lumpur. Sedetik berikutnya, boneka beruang transluen itu terus mengayunkan kedua tangannya untuk mencakar Ursario. Sayangnya, semua bisa ditangkis dengan badan senapan sang Beary.
"Dan ada juga dua belas Beary bodoh, yang minta agar kehidupan mereka bisa kembali seperti sedia kala, buRAAAH!!"
Ursario menembak kepala Lazu, si boneka beruang transluen. Kepala itu meledak hingga berkeping-keping. Namun badan Lazu masih terus bergerak-gerak.
Selagi gumpalan tubuh Lazuardi masih mengejang-ejang, Ursario melompat beberapa langkah ke belakang. Setelah mencapai jarak cukup, Beary itu mengambil ancang-ancang. Dikumpulkannya sedikit sisa aura demonic di tubuhnya ke laras Ursus-Blaster, senapan sihirnya.
"Dibandingkan semua itu, kau hanyalah seonggok Pity Bluey Jelly yang tiada berarti, buraaaaa!!"
Ursario mulai membidik.
-VII-
Fire!
"Ungggghh .... aaaaauuuuuh ..... wsaaaafiiiree ... mmaaaaaarrrrg!!"
Gumpalan tubuh Lazu hanya bisa mengerang.
Kemudian tembakan itu meletup.
Satu ledakan pilar api hitam, kecil berkobar. Onggokan biru itu terkoyak, meluruh, lalu menguap. Semua terlahap oleh jilatan api. Hangus, tak menyisakan satu pun tetesan. Lirihan pedih terdengar untuk terakhir kalinya, sebelum semuanya sirna.
Kobaran api memadam.
Mata Ursario menangkap secercah jiwa berpendar kebiruan yang menyeruak dari kepulan abu hitam. Jiwa itu hendak kembali ke Ruang Penjara Jiwa milik Thurqk, namun Ursario kali ini tidak membiarkannya. Satu lagi tembakan dilepas, maka jiwa itu pun hancur berkeping-keping, terlepas dari segala belenggu mantra sang Dewa Merah.
Lazuardi telah musnah.
Jiwanya telah kembali ke Peristirahatan Terakhir, bersua kembali dengan jiwa sang kekasih hati, Safirem.
...
Ursario menghela nafas panjang. Pertarungan ronde ketujuh telah berakhir, namun revolusi ini baru akan dimulai.
***
"Hei, Swall-Taily! Turunlah!"
Seekor kupu-kupu yang tadi menemani duel Ursario pun terbang turun. Ursario lantas melompat ke atas kupu-kupu tersebut. Si boneka kemudian memerintahkan tunggangannya untuk terbang tinggi. Begitu tinggi hingga pandangan Ursario kini mencakup seluruh Cachani Vadhi yang sudah menjadi kepulauan.
Diamatinya kondisi Cachani. Hampir seluruhnya telah mati, baik itu tanah, rerumputan merah, ataupun para serangga. Namun sedikit dari yang hidup itu sudah cukup bagi Ursario.
"Oke, pinjamkan aku energi jiwa kalian!"
Seketika, kepulauan Cachani bergetar. Sisa kehidupan dari tanah merah itu memberikan sisa energi jiwa mereka. Terkumpul dalam jumlah lumayan banyak. Kemudian setelah menyerap semua energi tersebut, Ursario mulai memantra.
"Wahai jiwa-jiwa malang yang menempati Nantharey ini. Aku, Demonlord Ursario, merasakan semua kepedihan yang kalian rasakan. Maka aku, dengan kekuasanku, mengutuk seluruh Nantharey ini beserta jiwa kalian semua di dalamnya. BuraaaarRRRRRHHH!!"
Tiba-tiba seluruh Netherworld Nanthara, baik itu Cachani, Jagatha, Devasche, Kepulauan Satha Praghatak, ruang tahanan Khmaranaka di Ythana Khauri, sampai labirin Vishala Rashta, semuanya terselimuti oleh satu lingkaran mantra raksasa yang teramat luas, berpendar gelap. Lingkaran itu segera bereaksi.
Jiwa-jiwa terpenjara yang berada di ruang tahanan Khmaranaka, satu demi satu mewujud menjadi boneka beruang. Begitu pula dengan sejumlah jiwa yang tersesat di lika-liku labirin Vishala ataupun yang menghuni kepulauan tujuh dosa. Semua yang tadinya tak memiliki raga, kini dianugerahi sebuah raga berbentuk Beary—alias boneka beruang serupa Ursario.
Bahkan, Ruang Penjara Jiwa yang terletak di dalam Istana Devasche Vadhi juga turut bergejolak. Tabung-tabung pengurung pecah, sementara kristal-kristal jiwa terlepas. Dan seperti yang lain, jiwa-jiwa petarung di dalam kristal itu pun mencuat dan menerima kutukan dari Ursario. Tentunya termasuk dengan jiwa puluhan petarung tangguh yang selama ini menjadi peserta di Turnamen Akhirat yang dikelola Thurqk.
Kemudian Ursario menyeru langsung ke relung jiwa para Beary.
"Bangkitlah, buraaah! Kalian semua akan berperang bersamaku!"
Dan seluruh Nanthara pun meraung menyambut seruan sang Beary Lord.
***
Di dalam ruang VVIP, para Overlord yang menjadi tamu Thurqk segera beranjak. Mereka merasa ini saatnya untuk angkat kaki.
Namun Thurqk ... tak mengizinkan itu!
"Wkwokwowko! Mau pergi ke mana kalian, para Overlord cecunguk?" seringai Thurqk.
"Tentu saja kami mau cabut, Bocah!" jawab Zeus. "H-hiburanmu sudah terasa ... nggak lagi menghibur."
"Oh, ya?" balas Thurqk. "Padahal aku udah capek-capek ngumpulin kalian semua di sini."
"M-maksudmu?" tanya Mismaria.
Thurqk kemudian memasang wajah serius. Ekspresi paling serius dari yang pernah ditunjukkannya selama ini. Dia berkata, "Kalian ... para Overlord sampah, udah terlalu lama terbuai dalam jerat Kapitalisme. Uang, uang, dan uang. Bisnis ini, bisnis itu, semuanya soal uang!"
"A-apa yang kau ....," Choro mulai gemetar.
Beberapa Overlord lain segera memantra sihir pindah dimensi, namun semuanya gagal. Mereka semua masih dalam kekangan [Ruang Absolut] Thurqk.
"Aku pun," lanjut Thurqk, "jadi harus tenggelam dalam genangan lumpur yang sama kayak kalian. Semua tumpukan emas itu, pada akhirnya bikin kita semakin dekat, sebagai sesama penikmat uang. Tapi PERSETAN DENGAN SEMUA ITU!"
Thurqk mengibaskan tangan, langsung memenggal kepala dari beberapa Overlord sekaligus.
"Satu-satunya alasan aku menimbun segitu banyaknya harta, cuman buat mancing kalian semua! Dan kupastikan deh, kematian kalian bakal jadi momen penting kembalinya era Demon seperti dahulu kala. Wkwokwowko!"
"Enak saja! K-kau pikir Overlord kemarin sore kayak kau bisa mengalahkan aku, Bocah?!" seru Zeus.
"Thurqk, kau sudah gila!" geram Mismaria. "Membunuh kami di sini hanya akan memperburuk namamu!"
"Wkwokwowko! Justru itu!" balas Thurqk. "Bukankah 'nama buruk' adalah hal terbaik yang bisa dipunya oleh Demon sepertiku?"
"..........," Batis van Tuta tak bisa berkata-kata.
"Hiiiiiiiii!!" sementara Choro langsung meringkuk ngeri.
Kemudian pertempuran dimulai. Satu Overlord melawan belasan Overlord sekaligus.
Bagaimanapun, semua telah terjerat dalam perangkap Thurqk. Makanan dan minuman yang mereka nikmati, bahkan ruangan yang mereka tempati sekarang, semuanya telah diracuni dan dimantra ... sehingga tubuh mereka terus melemah.
Satu tusukan tangan berapi meledakkan kepala Zeus hingga serpihan terkecil. Semburan lahar dari Thurqk selanjutnya menghangus-lumatkan Choro sampai tak ada lagi tulang tersisa. Mismaria turut bernasib malang tatkala jaring membara Thurqk mengurungnya dalam didihan api neraka.
Batis van Tuta, di sisi lain, memberikan perlawanan sengit dengan sejumlah tendangan megaton khasnya. Thurqk pun sempat tersungkur beberapa kali akibat kerasnya sepakan Batis van Tuta itu. Namun pada akhirnya, satu tendangan balik dari Thurqk membinasakan Batis van Tuta secara tragis. Badan Overlord itu terpental ke angkasa dan meledak hebat di sana.
Selanjutnya, sejumlah Overlord yang tersisa serentak mengeroyok Thurqk. Namun itu pun belum cukup untuk menundukkan sang Dewa Merah. Walaupun tubuhnya terkoyak, tertusuk, ataupun memuncratkan begitu banyak darah, Thurqk malah tampak begitu menikmati semua kegilaan ini.
Satu demi satu Overlord berguguran di tangan Thurqk.
Saat semuanya berakhir, hanya tersisa sosok Thurqk ... duduk di puncak tumpukan mayat para Overlord.
"Hrrmm," Thurqk menjilati tangannya yang berlumuran darah, "aku tak melihat Tamon Ruu. Di mana dia?"
Sesosok Hvyt datang menghadap, "Maaf, Tuanku. Sepertinya Overlord Tamon Ruu sudah menghilang, jauh sebelum pertempuran dimulai."
"Wok? Sialan si Kuda itu! Bagus juga instingnya, bisa kabur begitu," maki Thurqk.
Sesosok Hvyt lain turut maju dan berkata, "Tuanku. Sehubungan dengan ... kondisi yang ditimbulkan oleh Peserta Ursario—"
"Wkwokwowko!! Aku suka caranya!" potong Thurqk.
"Ha??" Hvyt itu melongo. "Maksud Tuanku?"
"Memang begitulah seharusnya Demon berlaku! Nggak ada yang lebih seru daripada mengakhiri Turnamen Keparat ini dengan PERANG!"
"J-jadi ... yang akan Anda lakukan?"
"Apa? Tentu saja aku bakal mengadu boneka sial itu dengan peserta pemenang duel yang satunya lagi. Mau mereka berdua beneran saling bertempur atau dua-duanya malah berkomplot membangkang ngelawanku, semuanya nggak masalah! Apapun bisa terjadi di Final nanti, wkwokwowko!"
"......."
"Oh iya," pungkas Thurqk, "panggil si Hvyto dan Hvyta! Sudah saatnya mereka beraksi kembali."
-Prolog Menuju Final-
Innocent
Ursula dan pasukan Beary menggiring Nolan ke suatu ruangan di sisi luar Devasche Vadhi, yakni ruang perpustakaan. Tentunya setelah membereskan sejumlah Hvyt yang berjaga di sekitar sana.
"Nih, laptop kau," Manggale menaruh satu unit laptop pada meja di depan Nolan. "Memang kau mau bikin-bikin apa, lay?"
Nolan tersenyum ringkih kemudian menyambungkan laptop itu dengan jaringan internal Devasche Vadhi. Selanjutnya, Nolan menyolokkan sejenis flashdrive ke laptop tersebut. Suatu program tiba-tiba menyala. Pemuda kacamata itu mulai mengetik.
Sementara itu, para Beary mulai merasakan sesuatu.
"Semua deru angin ini," ujar Reeh, "Nanthara telah bergolak. Telah terjadi perubahan yang tiada terkira."
"Yoi, bro. Situ juga bisa tahu, yak?" sahut Salvatore. "Kayaknya, semua bakal semakin rusuh."
"Aku mencium bau peperangan," tambah Yvika. "Dan kita terjebak di dalamnya."
Nolan selesai mengetikkan instruksi pada programnya. "I-ini adalah perlawanan terakhirku kepada Thurqk b-biadab itu. Program ini kuberi nama ... 'Innocent'!"
Tombol enter pun ditekan.
...
Ursario terbang menunggang kupu-kupu, langsung menuju Devasche Vadhi. Sementara jiwa-jiwa yang terbangkitkan sebagai Beary mulai mengamuk di sana-sini.
Sambil terus mengendarai tunggangannya, Ursario menekan nomor di ponselnya. Dia teringat untuk menghubungi makhluk labirin yang ditemuinya pada babak keempat.
"Hei, kalian Marid dan Cherufe. Kalian mau ikut seru-seruan, burah? Bawa semua makhluk neraka yang bisa kalian bawa!"
Sambungan pun terputus.
Sementara itu, pemenang semi final yang lain telah ditentukan. Thurqk langsung menyuruh anak buah terbaiknya untuk menjemput peserta tersebut. Sementara dirinya segera memanggil seluruh Hvyt.
...
Sang Dewa merah pun berdiri gagah di puncak Istana Devasche Vadhi ditemani pasukan Hvyt yang terbang di belakangnya dalam jumlah yang tak terhitung. Semua berseru begitu bergemuruh.
Kumpulan awan merah memecah.
Langit bergetar.
Peperangan tiba.
Dan panggungnya adalah seluruh Nanthara ....
URSARIO, BEARYVOLUTION – Selesai
No comments:
Post a Comment
Silakan meninggalkan komentar. Bagi yang tidak memiliki akun Gmail atau Open ID masih bisa meninggalkan komentar dengan cara menggunakan menu Name/URL. Masukkan nama kamu dan juga URL (misal URL Facebook kamu). Dilarang berkomentar dengan menggunakan Anonymous dan/atau dengan isi berupa promosi produk atau jasa, karena akan langsung dihapus oleh Admin.
- The Creator -