Pages

September 4, 2014

[ROUND 5] URSARIO – LORDY AND LORDESSY OF THE URSA-DEMONY

[Round 5] Ursario
"Lordy and Lordessy of the Ursa-demony"
Written by Heru S. Zainurma

---

-intermezzo-
Thurqk sang Pencuri Jiwa


Siapa tidak kenal Thurqk? Dia bukan sekedar Overlord kemarin sore. Sukses di bisnis hiburan, karir Thurqk segera melonjak drastis. Iylich Corporation miliknya kian terkenal. Thurqk semakin kaya. Kini dirinya sudah setanding dengan para Overlord lainnya.

Dan tentu, Thurqk punya rahasia kesuksesan.

Bagaimana Thurqk membangun Taman Kematian? Dengan cara apa Thurqk mengendalikan hidup dan matinya para petarung? Mengapa Thurqk bisa begitu ganteng?

Ah, mari kita buka sedikit saja, sekelumit "rahasia dapur" sang Dewa Merah.

***

Terkadang, Thurqk membawa sejumlah Hvyt kepercayaannya untuk menemani dirinya dalam menjalankan suatu misi super rahasia.

Thurqk melaju paling depan, mengendarai motor besar yang teramat gagah, merah berkilau, dengan hiasan dua tanduk kembar. Belasan Hvyt berjajar dalam satu barisan, mengiring dari belakang dengan motor mereka sendiri, yang tentunya tidak sekeren motor sang Dewa.

Raung knalpot menderu-deru. Mereka melesat cepat, menyusuri Tol Seberang Jiwa. Gesekan roda motor memercikkan api-api dahsyat, meninggalkan lajur berapi di jalanan yang mereka lalui. Kalau dilihat dari atas, akan tampak deretan garis merah menyala yang tersusun paralel, sangat rapih.

Konvoi Dewa Merah harus punya gaya! Setidaknya begitulah pikir Thurqk.

Waktu berlalu, Thurqk dan konvoi sampai di depan Gerbang Persimpangan Jiwa.

Tak ada Demon, bahkan Overlord, yang memiliki akses masuk ke Ranah Persimpangan Jiwa. Itu sudah wilayah Heavenworld, semestinya tidak mungkin dimasuki entitas dari Netherworld seperti Thurqk.

Tapi bukan Thurqk namanya kalau tidak punya trik.

Thurqk turun dari motornya dengan lagak penuh wibawa. Dihampirinya sang penjaga gerbang, sesosok Angel berbaju lusuh yang matanya bersinar putih. Melihat kedatangan Thurqk, sang Angel segera bereaksi. Diacungkanlah pedang raksasa mengancam leher Thurqk.

Para Hvyt hendak menyerbu maju melihat Boss mereka diperlakukan demikian. Namun Thurqk langsung mencegah itu. Dia menoleh ke belakang, memberikan kode kedipan mata kanan. Para Hvyt kembali tenang.

Thurqk kembali menatap sang Angel. Kemudian Dewa Merah itu tertawa.

"Wkwokwowko! Maluk, brother ... sopan bener sambutanmu!"

"Heh, jangan panggil aku begitu," balas Maluk ketus. "Entitas Bawah sepertimu tak pantas memanggil Entitas Atas sepertiku dengan sebutan 'brother'!"

"Cih, masih ribet soal formalitas. Kaku seperti biasa."

"Sudahlah, cepat katakan saja maumu apa!"

Thurqk menyeringai. Kembali dia menoleh ke belakang, kali ini dengan kode kedipan mata kiri. Para Hvyt langsung mengerti. Satu Hvyt terdepan turun dari motornya dan melepas helm, memperlihatkan rambut mohawk trendi, ciri khas setiap Hvyt. Dia mengambil koper yang tersimpan di bagasi motor.

"Ayo, cepetan!" bentak Thurqk. "Jangan buat brother Maluk ini menunggu lama!"

Hvyt itu terbang ke depan, agak tergesa-gesa. Dia mendarat di hadapan Thurqk dan Maluk.

Thurqk merenggut koper itu dengan kasar. Kemudian dari Thurqk, koper berpindah tangan ke Maluk.

"Hmm ...," ekspresi Maluk berubah seketika, "... ini? Lebih bagus dari yang kemarin?"

Thurqk terbahak, "Wkwokwowko! Kualitas terbaik, brother! Dan tentu, tanpa sensor."

Maluk mengangguk senang.

Setelah itu, dia menghela nafas panjang. Wajahnya mendongak, melihat entah ke mana, sembari bergumam basa-basi, "Hhh ... saatnya aku istirahat, nih. Semoga selama aku pergi, tidak ada penyusup yang masuk ke Ranah Persimpangan Jiwa."

Maluk membentangkan sayap putihnya lalu terbang pergi dengan menenteng koper dari Thurqk. Dalam sekedip mata, sosok Angel tersebut sudah tidak lagi terlihat.

Apakah isi dari koper tadi? Well, bisa kalian terka sendiri.

Yang jelas, sekarang gerbang tak lagi terjaga. Kosong melompong.

Thurqk memanggil para Hvyt, "Hoi, sekarang waktunya. Inget, kita nggak bisa lama-lama."

Para Hvyt segera turun dari motor mereka seraya menyiapkan peralatan. Sebagian menggotong semacam guci, sementara sebagian yang lain menggenggam tongkat penjaring.

Thurqk mendorong gerbang, terbuka sedikit saja. Kemudian dia, dan para bawahannya, serempak memasuki celah itu.

Saatnya mereka berburu jiwa.

...

Di dalam Ranah Pesimpangan Jiwa, Thurqk mengomando para Hvyt.

Beberapa Hvyt bergerak cepat, terbang kesana-kemari menciduk jiwa-jiwa seperti menangkap serangga. Jika berhasil, jiwa itu segera dimasukkan ke dalam guci yang dibawa Hvyt lainnya.

"Tuan Thurqk!" seru salah satu Hvyt-penjaring. "Lihat! Itu ada jiwa dari Giant Trevally, sang nabi palsu! Apakah kita tangkap?"

"Giant Trevally?" geram Thurqk. "Hah, biarkan! Aku nggak butuh jiwa merepotkan seperti miliknya."

Hvyt pun membiarkan jiwa Giant Trevally lepas, pergi ke Perhentian Terakhir. Sementara itu, Thurqk terus menengok kiri-kanan. Matanya tajam membidik jiwa-jiwa paling menarik.

"Ah, itu!" Thurqk berteriak, sambil menunjuk satu jiwa di jarak sepuluh kilometer di depan. "T-tangkap yang itu! Itu jiwa punya si Wobin Rilliams, pelawak legendaris yang baru aja meninggal kemaren. Cepetan!"

Sejumlah Hvyt-penjaring segera jumpalitan menuju arah yang dimaksud sang Tuan. Mereka sudah terbang secepat kilat. Tetapi apa daya jikalau jarak itu terlampau jauh?

Jiwa Wobin Rilliams terlanjur masuk ke Perhentian Terakhir, sebelum para Hvyt sampai. Kalau sudah begitu, jiwa tersebut tak lagi bisa mereka curi.

Menyaksikan kegagalan para Demon Mohawk bawahannya, Thurqk mencaci murka, "Dasar kalian nggak berguna! Goblok kok dipelihara?! Itu kesempatan sekali seumur hidup-mati, tahu?! Nanthara butuh lebih banyak hiburan bermutu!"

Para Hvyt hanya bisa bersujud memohon ampun. Tetapi buru-buru Thurqk menyuruh mereka bangkit, agar tidak menghabiskan waktu. Akhirnya perburuan dimulai kembali.

Singkat cerita, Thurqk berhasil mengumpulkan berpuluh-puluh jiwa potensial untuk dijadikan penghibur di Taman Kematian miliknya.

Setelah selesai, Thurqk dan para Hvyt segera angkat kaki dari sana.

***

Thurqk sudah di istananya, Devasche Vadhi. Dia, beserta segenap Hvyt yang tadi menemaninya dalam perburuan jiwa, kini berada di suatu ruangan rahasia.

Nama ruangan itu, sebut saja Ruang Penjara Jiwa. Ratusan tabung kaca tersusun rapih di dalam deretan rak. Di dalam tabung-tabung itu, tampaklah kristal-kristal mungil, berkilau pudar.

Itu adalah kristal jiwa.

"Oke, taruh aja hasil panen kita di sana!" Thurqk menunjuk rak yang tabung-tabungnya masih kosong.

Dengan tergesa-gesa, para Hvyt memulai proses pengkristalan jiwa. Gumpalan jiwa yang dikeluarkan dari dalam guci dipadatkan dengan sihir rahasia, menjadi kepingan kristal. Jiwa yang telah mengkristal segera dimasukkan ke dalam tabung.

Thurqk tersenyum.

Kemudian dia menoleh ke kiri, tepat di tengah ruangan, di mana terdapat satu tabung raksasa menjulang.

Thurqk mengamati kristal-kristal yang mengambang di dalam tabung spesial itu.

"Lima puluh lima kristal jiwa dalam kuasaku. Lima puluh lima kristal unggulan. Kekehkekehke."

Thurqk terus terkekeh sendiri, mengagumi jiwa-jiwa terbaik yang pernah dicurinya dari Ranah Persimpangan Jiwa. Sang Dewa Merah tidak menyadari kalau dirinya salah menghitung.

Hanya ada 54 kristal jiwa di dalam tabung itu!

Dengan kata lain, ada satu petarung yang jiwanya tidaklah dalam kendali Thurqk. Petarung itu hadir di Nanthara bukan karena di-bangkit-kan oleh sihir ajaib sang Dewa.

Siapakah penyusup itu?

Ah, misteri itu kita simpan saja untuk dibahas nanti. Toh kalian akan tahu sendiri, dua chapter setelah ini.

Waktu bergulir.

Para Hvyt melapor bahwa proses pengkristalan jiwa telah berhasil. Thurqk mengangguk puas. Kemudian mereka semua meninggalkan ruangan itu. Pintunya digembok rapat-rapat.

Namun Thurqk belum bisa beristirahat. Masih ada agenda lain. Sungguh, dia itu pebisnis yang sibuk.

...

Di ruang kendali, Thurqk menyalakan komputer. Setelah tersambung pada jaringan, dia langsung membuka situs media sosial.

"Wkwokwowko," tawa Thurqk. "Semestinya dari dulu aja aku jualan online begini. Nggak perlu nganterin kopian DVD secara langsung kayak kemaren-kemaren."

Ya. Bisnis hiburan Iylich Corporation semakin populer. Pelanggannya bukan hanya kalangan Overlord elit saja. Sekarang, kelas Demonlord ke bawah pun menjadi sasaran bisnis Thurqk. Tentunya harga jual yang ditawarkan lebih hemat, meskipun kompensasinya ... kualitas video diturunkan. Bukan HD.

Thurqk membuka laman "Afterlife Tournament" miliknya, mengecek pesanan apa saja yang masuk.

Ternyata, dokumentasi R4 Notteddy Beary sangat diminati. Terutama dari penggemar Leon yang sudah tidak bisa lagi menikmati kisah komedik Leon setelah dia tersingkir di R3.

Setelah Ursario, peminat Nurin, Sal, Claude-Claudia, serta sejumlah petarung tangguh lain, juga cukup tinggi.

Secara keseluruhan, semuanya cukup laris terjual. Itulah yang membuat Thurqk tidak mengeliminasi siapapun di R4. Atau begitulah rencananya.

Apa daya kalau Kilatih, Rex, dan Luna, ternyata harus takluk oleh Hellish Creatures yang mereka temui di labirin? Ketiganya tertumpas, gagal berlanjut ke babak selanjutnya.

Thurqk menghela nafas.

"Sangat disayangkan, hhh ... padahal si seksi Kilat lumayan populer. Pasti si cabul Zeus bakalan kecewa, nih."

Selagi Thurqk memeriksa daftar pesanan lainnya, sesosok Hvyt datang melapor sambil panik.

"Tuan Thurqk. H-hamba melaporkan keanehan dari si kacamata."

"Hah? Si Nolan, maksudmu?"

"Hamba tidak tahu detailnya, tapi sepertinya dia tengah merencanakan sesuatu di belakang Tuan."

Thurqk mengangkat alis, terheran. Dia bangkit dari kursinya, langsung menatap puluhan monitor yang berderet di sisi lain ruangan. Thurqk mengambil rimot, menyalakan semua monitor itu.

Tampaklah sosok Nolan, si pria kacamata.

Thurqk pun berbicara melalui mikrofon.

"Oi, Nolan! Gimana R5? Kau kusewa buat jadi teknisi yang ngatur menu turnamen ini. Jangan bilang ada masalah!"

Balasan Nolan terdengar dari pengeras suara, nada bicaranya gugup.

||T-tenang, Tuanku Thurqk. R5 akan segera dimulai. Arena pertarungan selanjutnya sudah saya siapkan. T-tentunya, sesuai kemauan Tuanku, mereka akan melawan—||

"Kalau udah bisa dimulai ya dimulai saja!" potong Thurqk. "Jangan buat aku bosan menunggu!"

||Siap, T-Tuanku!||

"Segera kau kembali ke ruang kendali dan urus semua proses perekamannya. Aku mau tidur."

||Baik...!||

Sambungan terputus. Sosok Nolan di monitor berganti dengan gambar lansekap dari sejumlah dunia yang kali ini menjadi arena pertarungan.

Hvyt segera merespon, "Lihatlah, Tuanku! Sikap dan gerak-gerik si kacamata sungguh mencurigakan!"

Thurqk mengelus-elus dagunya, mencoba berpikir. Kemudian dia terkekeh sendiri.

"Heh ... jadi dia merasa bisa merencanakan sesuatu? Wkwokwowko! Kita lihat saja nanti."

Dan tawa Thurqk semakin membahana.

Dia kembali ke kamarnya untuk tidur, seperti katanya tadi. Rasanya sungguh nyaman. Ranjang yang empuk, bantal guling bergambar Sjena, sejuknya AC ... Thurqk akhirnya terlelap.

...

...

Intermezzo selesai.

Satu lagi rahasia Thurqk terungkap. Di sisi lain, masih banyak misteri yang belum terpecahkan. Namun tak perlu risau. Kita sudah semakin dekat dengan kebenaran itu.

Sekarang, mari kita simak kisah dari salah satu pejuang kita. Siapa lagi kalau bukan Ursario si boneka beruang yang imut menggemaskan? Ini akan sedikit panjang.

Bagaimanapun, selamat menikmati~



-I-
Si Kacamata yang Berbicara Sendiri


Pada episode yang lalu, Ursario telah bertarung mati-matian melawan penunggu labirin, sang monster Alkonost.

Memang, Ursario hampir saja kalah. Untungnya, ketujuh Beary bersedia menyumbangkan energi jiwa mereka sehingga Ursario bisa bangkit, sampai akhirnya menang dengan gemilang. Bahkan boneka beruang itu mewarisi satu teknik ajaib dari Alkonost.

Sekarang, Ursario sudah sampai di pusat labirin.

Dilihatnya ada tombol di samping gerbang. Ditekannya.

Perlahan-lahan, gerbang pun membuka.

...

Tampaklah seisi ruangan, yang ternyata sudah ramai. Terlalu ramai malahan. Sepertinya, semua peserta yang lolos dari babak sebelumnya sudah berkumpul di ruangan ini.

"Burrhh!" sigaplah Ursario berwaspada, menggangap semuanya sebagai musuh.

Kemudian sesosok pria kacamata menyapa semua peserta, berlagak seperti orang penting.

"Semua peserta sudah tiba, ya? Baiklah," katanya. "Na-namaku Nolan. Aku ke sini untuk menyampaikan sesuatu kepada kalian semua—"

Bolehlah Nolan berkata-kata, tetapi tak bisa dia memaksa para peserta untuk menyimak.

Lihat saja.

Di pojokan, seorang wanita berkulit gelap malah memainkan teater bayangan menggunakan dinding sebagai layarnya. Wanita itu tampak cuek. Dia dikenal sebagai Sjena, sang Pematik Bayangan.

Tertarik menonton pertunjukan Sjena adalah bocah lelaki yang membawa boneka panda. Bocah itu bernama Nim, sedangkan si panda dipanggil dengan nama Imanuel.

"Ayo, bikin yang lebih keren lagi. Atau cuma segini kemampuan kakak?" kata Nim.

"Cih, bocah belagu," balas Sjena. "Aku tidak punya kewajiban untuk menyenangkanmu!"

Walaupun berkata begitu, Sjena tetap menunjukkan teknik drama bayangannya yang lebih canggih. Kali ini dia mementaskan kisah "Snow Black".

Dan ternyata, bukan hanya Nim yang tertarik. Sosok makhluk kecil berjubah hijau ikut mendekat. Diikuti sosok lain, serupa dalam bentuk dan ukuran, tapi berwarna merah.

"Heismo monyet! Jangan pergi seenaknya, brengsek!" maki si jubah merah.

"T-tapi Seismo, aku pengen liat. Boleh ya? Boleh ya?" rengek Heismo, si jubah hijau.

Dari belakang keduanya muncul sosok yang juga identik dengan mereka. Hanya saja, tingginya enam kali lipat! Dialah Deismo sang Hantu Palsu.

"Sudahlah," ujar Deismo. "Ayo kita nonton bareng. Sekalian membuat review-nya nanti."

Dengan demikian, penonton teater bayangan Sjena bertambah tiga.

Nolan, yang merasa tidak diindahkan, menjadi salah tingkah. Dia kembali mencoba untuk menarik perhatian para peserta.

"Hei, ka-kalian," katanya. "Kumohon, dengarkan aku. Aku mempunyai informasi vital untuk kalian."

Seorang pria berambut coklat berpenampilan ala bangsawan melangkah maju. Primo namanya. Dia menatap Nolan sendu.

"Saya merasakan ... ambisi yang berlebihan di sorot mata Anda, Tuan Nolan," sapa Primo. "Semoga Bapa di Surga memberikan Anda petunjuk."

"A-apa katamu?" balas Nolan. "Mengapa jadi aku yang harus diberi petunjuk?? Ju-justru akulah yang PUNYA petunjuk untuk kalian semua!"

Namun Primo sudah berpaling. Dia memilih untuk duduk bersandar di pojok yang sepi, memulihkan penat.

Sementara itu, tak jauh dari tempat Primo bersila, tampak sesosok gadis berambut putih.

Dia adalah Claudia, gadis Dullahan yang pernah dilawan Ursario pada ronde kedua. Claudia memeluk kepala kekasihnya, yakni Claude. Entah kenapa, kepala itu tampak begitu tenang. Claudia hanya terdiam, tak melakukan apa-apa. Tak memedulikan apapun selain kepala kekasihnya.

Nolan mendengus kesal. Tambah satu lagi peserta yang tak menghiraukannya.

[Jangan mengeluh, Persona]
[Kalau kau ingin mengatakan sesuatu—]
[—maka katakanlah!]

Nolan tersentak. Tepat di depan mukanya, tiba-tiba muncul untaian kata maupun kalimat yang terjalin dari helai-helai rambut. Semua berasal dari sosok gadis yang melayang tak jauh di depan pria kacamata itu.

"S-SilentSilia!" seru Nolan, menyadari siapa yang berada di hadapannya.

Gadis itu, sekalipun manis seperti pengarangnya, tetap membuat Nolan merasa terintimidasi. Wajah tanpa mulut ... dilihat berapa kali pun tetap mengerikan.

Nolan tersenyum canggung. Well, setidaknya dia mendapatkan satu peserta yang mau mendengarkannya.

"Oke, se-sebentar," ujar Nolan, seraya membuka ransel yang dibawanya untuk mengeluarkan suatu benda. "Aku menyimpan data-datanya di laptopku ini ...."

...

Di sisi lain, Ursario tampak bosan. Tampaknya para peserta yang berkumpul di sini sedang tidak dalam mood untuk bertarung. Baguslah, pikirnya. Mungkin ini saat yang tepat baginya untuk mencari pojokan yang nyaman untuk tidur-tiduran?

Baru saja boneka beruang itu melangkah menuju tempat yang diinginkannya, tiba-tiba dari tubuhnya melesat keluar dua jiwa. Keduanya segera mewujud menjadi dua boneka beruang, yaitu Sal Beary dan Yvika Beary.

Apa yang membuat mereka tertarik? Jawabannya mudah.

"Demi janggut Odin!" maki Yvika Beary. "I-itu adalah diriku?!"

Yang ditatap Yvika Beary, tak lain dan tak bukan, adalah sosok Yvika Gunnhildr—dalam bentuk Manusia, bukan boneka beruang! Yvika Manusia ini tampak santai menghisap rokok sembari mendengarkan penjelasan Nolan dari jauh.

Segera Yvika boneka mendekati dirinya yang lain. Tentunya sambil menodongkan senapan serbu mini miliknya.

"Angkat tanganmu! Aku adalah Mayor Yvika Gunnhildr, ketua RIGS, dari Kerajaan Eydir!" seru Yvika Beary. "Sebutkan identitasmu, peniru! Kenapa kau bisa mirip sekali denganku?!"

Yang ditodong pun bereaksi. Dia membuang puntung rokoknya ke samping, kemudian mulai mencabut pedang pendek dari sarungnya.

Sambil mengangkat sebelah alisnya, Yvika berdecak kesal.

"Ha? Boneka teddy? Dan dia mengaku-ngaku sebagai diriku? Lawakan apa lagi ini, wahai Thurqk, Dewa Yang Maha Lucu!"

Yvika mulai memasang kuda-kuda, senada dengan Yvika Beary yang segera melangkah mundur untuk mengambil jarak. Hampir saja keduanya bertarung, namun—

"...?"

"...?!"

—mereka berdua tersadar. Sikap tubuh mereka, kuda-kuda, cara mengambil jarak, semuanya begitu identik. Bagaimana bisa?

"Cih, aku tak akan termakan tipuan ini!" ujar Yvika.

"Ya. Kita tunda dulu urusan kita," balas Yvika Beary. "Lagipula, aku ingin tahu apa yang mau dikatakan lelaki kacamata itu."

"Hhh ... mestinya aku yang bilang begitu, boneka."

Kemudian keduanya menyimpan kembali senjata masing-masing. Mereka sama-sama mengambil rokok dan menyulutnya. Setelah itu dengan tatapan serius keduanya mendengarkan omongan Nolan.

...

Sekarang kita beralih ke Sal, si Monkey Beary.

Mata bonekanya mendelik hebat melihat sosok luar biasa abnormal sedang berjongkok di depannya.

"Kau...?"

Sal Beary mengamati sosok itu dengan seksama. Sungguh tak masuk di akal. Ada kerangka yang bisa bergerak dan hidup! Dan Sal mengenali struktur tulang-belulang itu.

"Kau ... jangan-jangan setan gentayangan dari Ras Meteo?!" ujar Sal Beary.

"Setan?" si kerangka menoleh. "Ah ... mungkin bener juga. Ceritanya aku udah mati. Hidup. Terus mati lagi, tapi nggak sampai mati. Pokoknya aneh banget deh, bro. Dan iya, emang tampangku kagak sekeren dulu, tapi aku ini Salvatore Jackson, monyet Ras Meteo paling tenar seantero galaksi. Mwahahaha!"

"Yang bener?!" sentak Sal Beary tak percaya. "Jangan bo'ong gitulah, bro! Salvatore itu aku. Cuman aku! Jangan sembarangan ngaku-ngaku. Situ mau mencatut popularitasku, yak?"

"Enak aja. Aku udah beken, dan aku ini Sal! Skull-Sal, tepatnya. Dan situ bilang situ juga Sal? Terus kenapa sosoknya boneka kayak gitu?"

"C-ceritanya panjang. Tapi ini bukti otentik kalau aku ini Sal."

Sal Beary memamerkan rambut kribo yang menghiasi kepalanya. Melihat itu, Skull-Sal tersenyum lebar.

"Aku juga punya kalo cuman begituan mah."

Seketika, tengkorak Skull-Sal berkobar oleh api. Dan api itu membentuk wujud kribo! Sal Beary sungguh terpukau melihat itu.

Dan keduanya hening ... sebentar saja.

Kemudian mereka menyengir lebar, menganggukkan kepala seolah sudah saling memahami. Sal Beary dan Skull-Sal saling menyentuhkan tinju mereka, melakukan brofist yang akrab.

Selanjutnya, kedua monyet beda-bentuk-beda-ukuran-tapi-tetap-Sal itu malah mengobrol ngalor-ngidul.

...

Ursario hanya bisa merengut menyaksikan dua Beary bertindak seenak jidat mereka.

"Buraah! Sudahlah! Kubiarkan saja mereka ... untuk sekarang."

Kemudian Ursario kembali berjalan mencari tempat istirahat. Dilihatnya pojok yang tadinya kosong ternyata telah ditempati oleh sosok wanita aneh.

Wanita itu bersujud menghadap dinding seraya berkata, "Ma-maafkan saya, Tuan Tembok. Me-mestinya saya tidak mengotori Anda dengan ketombe rambut pelangi saya. Mohon ampuni. I-ini ... saya sajikan sayur-mayur untuk Anda sebagai bukti ketulusan maaf saya."

Sesuai ucapannya, wanita itu kemudian memetik sejumlah sayur dari rambut pelanginya untuk dipersembahkan kepada "Tuan Tembok".

Ursario melongo, tak bisa mencerna sedikit pun makna dari adegan itu.

"Bura? Apa-apaan itu? Meminta ampunan kepada tembok? Jadi dia okultis penyembah tembok, hah?? Weirdy Rainbowey Girly...."

Ursario hendak beranjak dari sana, tetapi bulunya tiba-tiba merinding ngeri. Dia merasakan hawa tekanan aneh dari atas. Spontan Ursario mendongak. Kemudian dia menyaksikan ... jelly biru menempel di langit-langit.

Ah, tidak penting.

Dialihkanlah pandangannya ke pojok lain. Tampak sesosok nenek bungkuk, badannya gemetar hebat, mengundang rasa iba. Tetapi Ursario tak bisa tertipu.

Itu bukan nenek biasa.

Hawa busuk yang menyeruak dari tubuh si nenek membuat Ursario—dan juga peserta lain—enggan mendekati si nenek.

Ursario terpaksa mengambil pojok terjauh, yang masih belum ditempati siapapun. Buru-buru Ursario melangkahkan kaki mungilnya, tak mau didahului yang lain.

Akhirnya, si boneka beruang bisa membaringkan badannya barang sejenak.

...

Sementara itu, Nolan melakukan sesuatu yang mengejutkan.

Ketika si kacamata menekan kibor laptopnya, tiba-tiba muncul sesosok Hvyt tepat di hadapannya.

Sayangnya, riwayat Hvyt itu sungguh singkat.

Tahu-tahu, seorang pria bertudung sudah bergerak cepat memenggal Hvyt itu dengan bilah pisau tajam. Kepala Demon Mohawk itu menggelinding. Kemudian seluruh tubuhnya mengepul jadi asap dan menghilang tanpa bekas.

Nolan menjerit sejadi-jadinya, "Huwaaaa! Kau ... peserta Stallza, apa yang kau perbuat??! A-aku sedang bermaksud menjelaskan sesuatu dengan memunculkan Hvyt itu. Kenapa malah kau peng—"

... perkataan Nolan terpotong setelah Stallza menendang muka si kacamata begitu keras.

"—uwaagh!!"

Nolan terpelanting, kacamatanya remuk.

"Katakan hal yang ingin kuketahui saja!" ancam Stallza, yang sudah berjongkok menempelkan sisi tajam pisaunya ke leher Nolan. "Di mana kalian menyekap Putri Lan?!"

Nolan tak menjawab.

Stallza mengulangi pertanyaannya, tetapi Nolan tetap bungkam.

Tak mendapatkan jawaban apa-apa, Stallza membuang ludah, "Cih! Kau hanya cecunguk rendahan yang tidak tahu apa-apa, rupanya. Buang-buang waktu saja."

Kemudian Stallza melangkah mundur. Tetapi matanya tetap tajam memelototi Nolan.

Sementara itu, Nolan beranjak bangkit. Dia memungut kacamatanya yang sudah pecah dan bengkok, kemudian memakainya kembali. Tampak jelas raut kesal di wajahnya.

"S-sialan!" hardik Nolan. "Mengapa kalian sulit sekali diajak bekerja sama?! Padahal aku sudah sengaja mencuri kesempatan untuk menemui kalian."

Mendengar nada kasar seperti itu, Sil segera membalas.

[Persona...]
[Kau terlalu berbelit-belit]
[Katakan saja intinya]

"Se-seperti yang tadi kubilang," jelas Nolan. "Aku bisa merebut kristal jiwa kalian dari Thurqk ... a-asalkan kalian mengulur waktu mengalihkan perhatian Dewa Merah itu."

Duo Yvika mendengus. Kemudian mereka menghembuskan asap rokok kombinasi, berbentuk beruang yang sedang bermain bersama gadis kecil.

"Cih, aku sudah sering melihat tipe bocah sok sepertimu," ujar Yvika.

"Berlagak pahlawan, merasa bisa melakukan segalanya," tambah Yvika Beary.

"Dan biasanya," simpul Yvika, "bocah seperti kau itulah yang mati paling awal di medan perang."

Nolan murka, "Aaah!! Pokoknya kalian bertarung saja sana, ronde selanjutnya dimulai! Pe-peduli setan kalian mampus di sana atau tidak! Kalau aku sudah merebut kristal jiwa itu ... kalian sendirilah yang akan memohon-mohon padaku!"

"Lucu sekali," ledek Stallza.

Kali ini Nolan tak berkata-kata lagi.

Dia membuka gembok suatu pintu, membiarkannya terbuka begitu saja.

Setelah itu, Nolan memunculkan Hvyt lain menggunakan laptopnya. Menaiki Demon Mohawk tersebut, Nolan buru-buru pergi meninggalkan semua peserta di sana.

Biarkan saja para peserta berbuat sesuka hati mereka, pikir Nolan. Yang penting, rencananya harus berjalan sempurna.

Dia akan mengalahkan Thurqk dan menyelamatkan semuanya!

...

...

Berakhirlah sudah, drama yang dipertontonkan oleh Nolan. Namun sebaliknya, petualangan ronde kelima baru saja akan dimulai.

Para peserta memasuki pintu, satu demi satu.

Entah apa yang akan menanti mereka di balik sana.



-II-
"Perjanjian Beary"


Ursario, Sal Beary, dan Yvika Beary menyusuri semacam lorong setelah melewati pintu yang tadi dibuka Nolan.

Lorong ini aneh.

Ke mana perginya para peserta lain? Ursario dan dua Beary itu tak lagi merasakan kehadiran siapapun selain mereka.

Semakin aneh.

Lorong itu tampak terdistorsi. Dinding, lantai, dan langit-langit, semua berputar tak karuan. Cepat, dan semakin cepat.

Kemudian dimensi pun meretak!

"Bura? A-apa ini?!"

"Kalian berdua, waspadalah!"

"Saatnya panik, bro."

Retakan meluas, semakin luas, menelan semua yang dilingkupinya, termasuk tiga Beary itu.

***

Kini dunia berganti.

Ursario dan dua Beary terjatuh di puncak suatu bangunan.

"Buraah! Sialan!" Ursario bangun dengan kesal.

"Di mana ini, kawan?" Sal celingak-celinguk dalam posisi tengkurap.

"Urghh!" Masih terduduk, Yvika ikut mengamati sekeliling. "Ini? Kurasa kita terdampar lagi ke realm dari entah siapa."

Kemudian Yvika berdiri sambil menepuk-nepuk debu dari tubuh bonekanya. Sal turut melompat bangkit dengan gaya salto.

"Oke," kata Yvika, "gimana kalau kalian berlima juga ikut keluar? Kita buka sesi briefing yang penting."

Ursario tersentak, "Bura? T-tunggu dulu! Jangan tiba-tiba begi—"

Namun lima gumpalan jiwa sudah keluar dari tubuh Ursario tanpa bisa dicegah. Dan kelima jiwa itu segera mewujud menjadi lima Beary lainnya.

"Burah, sialan!" Ursario jatuh terduduk. "Saat kalian keluar mendadak begitu ... perutku rasanya seperti meledak!"

Yvika dan Sal hanya tersenyum jahil. Sementara itu, kelima Beary yang lain mulai meregangkan badan. Sal melompat ke depan semuanya, berinisiatif untuk mengabsen kawan-kawannya.

"Semua Beary lengkap?" tanya Sal, lantang.

"Kyaaaahn! Aku jadi boneka beruang lagi!" seru Cheril begitu riang. "Cherily Beary hadir."

"Zany Beary, siap beraksi! Ahahaha!" ujar Zany penuh semangat.

"Maaf, Nema si Flowery Beary sedang tidak ada di tempat. Coba hubungi dia lain kali," ungkap Nema, malas seperti biasa. Kemudian Flowery Beary itu malah duduk di lantai sembari iseng menyisir rambut sulurnya.

Reeh hanya menjawab dengan senyuman elok, lantas dia segera memetik kecapinya. Asik sendirian.

Manggale melompat semangat, "Alamak! Pegal-pegal badan aku, bah!"

Ursario mendengus kesal.

Badannya terasa lebih lemah kalau semua Beary—alias sumber energi jiwa—lepas seperti itu. Tetapi apa daya? Untuk saat ini, Ursario masih belum menaklukkan ketujuh jiwa petarung itu sepenuhnya.

"Oke, kita mulai briefing-nya," Yvika mengambil alih komando. "Akan kubagi kepada kalian apa yang kudapatkan dari si Nolan."

Satu perkataan dari Yvika langsung menarik perhatian Beary lainnya. Tak aneh. Sebab, dari seluruh Beary yang ada di sana, hanya Yvika yang tadi menyimak ocehan Nolan.

"Tapi sebelum aku menceritakan informasi super luar biasa penting ini," Yvika menyeringai dan melirik ke samping, "kurasa ini saat yang tepat bagi boss kita, Ursario, untuk menandatangani kesepakatan serius. Bukan begitu, kawan-kawan?"

Pasukan Beary mengangguk kompak.

"Buraah?! Apa maksudmu? Tiba-tiba begini!" Ursario bangkit sambil terheran-heran.

Yvika mengeluarkan selembar kertas dan pena dari rompinya. Dia menulis dengan cepat. Setelah selesai, kertas perjanjian itu diserahkannya kepada boss Beary.

Ursario menurunkan kacamata hitamnya, seraya membaca isi kesepakatan tersebut. Poin-poin yang tertulis di sana:

POIN SATU
Tujuh Beary bersedia, kalau memang lagi 'mood', untuk membantu Ursario memenangkan turnamen ini, baik itu dengan bertarung sebagai Pasukan Beary ataupun dengan meminjamkan energi jiwa pada Ursario.

POIN DUA
Ursario harus berjanji untuk mengembalikan tubuh dan kehidupan para Beary seperti sedia kala, jika urusannya dengan Thurqk telah selesai.

"Tu-tunggu, bura!" protes Ursario. "Kenapa poin satu ... tampak setengah hati begini? Dan yang kedua, bura, a-aku juga belum tahu cara melepaskan kutukan Beary dari kalian."

Zany mendekat dan memicingkan mata, "Ahaha. Ayolah, Tuan Teddy Beary. Kau pembohong yang buruk sekali. Kau yang mengutuk kami jadi Beary, jelas cuman kau yang bisa mengembalikan kami."

"Tak perlu repot-repot menyetujui kesepakatan itu kok, Boss," ujar Nema. "Kami bahagia, jadi boneka beruang seperti ini. Serius, kami SUNGGUH bahagia."

"Bukannya aku nggak suka jadi teddy, sih," timpal Cheril, "tapi tetep, tubuh asli pasti yang paling nyaman."

"Aku pengen kembali tinggi, bro!" seru Sal semangat.

"Hmm ... tubuh fana, namun bukan berarti tanpa makna," kata Reeh, membingungkan seperti biasa.

Sementara itu Manggale hanya terdiam, menggalau. Sedikit banyak dirinya ada kemiripan dengan Ursario. Pangeran Batak ini sempat menjadi roh yang bersemayam di tubuh boneka Sigale-gale. Sebelum boneka itu akhirnya musnah sedangkan rohnya dikutuk menjadi boneka beruang.

"Dan kurasa," Yvika memberikan penutup, "kamu yang paling mengerti apa susahnya hidup sebagai Beary. Bukan begitu, 'Demonlord' Ursario?"

Ursario terus terdesak.

Ini bukan perjanjian yang bisa dihindarinya. Suka tak suka, Ursario hanya bisa mengiyakan.

"Buraa ... baiklah."

Pada akhirnya, Ursario dan tujuh Beary mengesahkan kertas perjanjian dengan membubuhkan delapan cap tangan.

Setelah itu, barulah Yvika menceritakan semuanya.

...

...

"Sungguhlah ini menarik," kata Reeh. "Rupanya sang 'Tuhan' tiada seperti apa yang diakuinya. Sudah lama hamba menduganya."

"Olalah! Kristal jiwa?" komentar Zany. "A-aku masih belum menangkap. Bisa jelasin dengan bahasa yang lebih mudah dimengerti, Mommy?"

Yvika menghembuskan asap rokok berbentuk tanda tanya. "Intinya," ujar Beary itu, "kristal jiwa itu seperti wadah. Jiwa kita, para petarung, tersimpan di wadah tersebut. Dengan entah-sihir-apa, Thurqk menghidupkan kita. Jiwa kita mewujud menjadi raga yang utuh untuk bisa bertarung demi kesenangan Dewa Jelek itu."

"Lalu para petarung yang 'mati' lagi, gimana?" tanya Cheril.

"Jiwanya akan kembali ke wadahnya, yaitu kristal jiwa," jelas Yvika. "Dan itu berarti ada setidaknya belasan kristal jiwa yang kosong karena pemiliknya belum 'mati'. Namun yah ...."

"Namun apa hei, si Nona?" desak Manggale tak sabar.

"Tetap saja kristal jiwa kita ada di tangan si Dewa!" keluh Yvika. "Dan kalau dia menghancurkan kristal itu, jiwa kita yang terikat padanya ... akan ikut lenyap."

Ekspresi Beary lainnya langsung murung mendengar itu.

"Bentar, Cantik," sergah Sal, "kalo gitu kenapa tadi kita bisa ketemuan sama 'kembaran' kita?"

Dahi Yvika mengerut, "Untuk yang itu ... aku juga tidak punya penjelasan. Mengapa bisa ada dua Yvika, ataupun dua Salvatore? Mungkin ada semacam anomali atau apalah."

"Dan kita hanya bisa menunggu si kacamata tampan untuk bertindak sebagai pahlawan pemberani yang merebut kembali kristal-kristal itu?" sahut Nema. "Rencana yang sempurna sekali, aku sampai terharu."

Kini semua Beary hening.

Cukup lama.

Sampai akhirnya Ursario memecah kebuntuan itu.

"Aneh, bura. Aku nggak merasa pernah menyerahkan kristal jiwa, atau apapun itu, pada si Oddy Thurqkey," ujar Ursario. "Lagian, aku belum mati kok, buraa."

"....!??"

Pengakuan Ursario sontak membuat para Beary terkejut.

"Apa?! B-benarkah itu, Ursario?" tanya Yvika yang kini penasaran.

"Ng ... ragaku sudah hancur, memang. Tapi jiwaku belum sampai pergi ke Persimpangan Jiwa. Aku masih hidup, sebagai Beary."

"Haa?"

"Mana mungkin Demonlord Ursario ini mati kayak kalian para pecundang, burahahaha!" Ursario tertawa bangga, yang justru mengundang sorot mata tajam dari para Beary lainnya.

"Oke ... jadi kenapa dan gimana situ bisa masuk ke 'neraka'nya Turuk?" selidik Sal.

"Kenapa? Ya tentu untuk mengumpulkan banyak jiwa biar aku bisa kembali mewujudkan raga asliku," kata Ursario. "Dan soal gimananya, burahaha, aku ini (mantan) Demonlord. Tentu saja punya satu sihir khusus buat berpindah-pindah dimensi. Aku hebat, beda dengan kalian. Burahahahaha!"

Ursario terus tertawa penuh kebanggaan.

Kali ini para Beary tak bisa membiarkan.

"Saatnya All Out Attack," komando Yvika. "Bungkam tawa jelek boss bodoh itu."

Dengan penuh semangat, ketujuh Beary menyerbu maju. Debu mengepul tebal, bersamaan dengan bunyi bag-big-bug yang menggema. Bintang-bintang derita pun mencuat, berkelap-kelip indah.

"Buraagh—!! Hen-hentikan!"

Mendengar itu, para Beary malah semakin semangat menggebuki Ursario.

"BURAAAAAAGH..........!!!!"



-III-
Munculnya Demonlordess Terdahulu


Sewaktu para peserta sibuk menjalani ronde kelima, terjadi penyusupan tak terduga di tanah Nanthara. Tepatnya di bawah tanah, di Ythana Khauri, atau tempat berlangsungnya turnamen Thurqk ronde ketiga.

Petir pink menyambar.

Tiba-tiba terwujudlah sebuah gerbang di koridor Ythana Khauri. Bentuknya seperti siluet beruang betina yang seksi. Ketika pintu gerbang itu terbuka, muncul sesosok wanita misterius.

Penampilannya seperti Manusia wanita. Berambut coklat panjang, agak bergelombang. Memakai setelan jas putih-putih yang ditumpuk mantel kulit beruang berwarna coklat. Wajah cantiknya dihias oleh kacamata hitam penuh gaya. Tampak pula senapan berdesain unik, tergenggam di tangan kanannya.

"Uhmm ... Netherworld yang sempit sekali, jika dibandingkan dengan Netherworld Neda."

Para Hvyt yang berjaga di lorong Ythana Khauri tentu saja terperanjat oleh datangnya tamu tak diundang itu. Mereka segera menghunus pedang, tombak, atau senjata apapun yang mereka bawa.

"Siapa kau, penyusup?!"
"Bagaimana kau bisa masuk ke Netherworld Nanthara?!"

Mendapat pertanyaan dari para Hvyt, wanita itu malah tersenyum kecil.

"Bagaimana, kau bilang? Aku ini dulunya Demonlordess. Tentu saja punya sihir untuk berpindah dimensi, uhuhuhuhum!"

"A-apa yang kau mau di sini?"

"Apa yang kumau?" wanita itu malah balik bertanya. "Daripada menjawab hal membosankan itu, bagaimana kalau kuceritakan suatu dongeng pada kalian?"

"Haah??"

"Pernah dengar kisah Burameo dan Buruliet?"

"Haaaahh???"

Para Hvyt hanya bisa terheran-heran mendengar ocehan wanita yang mengaku sebagai mantan Demonlordess itu.

"Dahulu kala, hiduplah Burameo dan Buruliet," tanpa tercegah, wanita itu sudah memulai cerita. "Mereka adalah dua beruang yang berasal dari dua keluarga yang saling memusuhi. Namun kedua beruang itu saling mencintai. Hingga akhirnya ...."

"Hingga akhirnya apa?" entah mengapa, para Hvyt malah tertarik menanyakan detail cerita itu.

"Hingga akhirnya—," lanjut wanita itu, "—SEMUANYA MATI!!"

"......!!??"

Tanpa diduga-duga, wanita itu malah menyerbu ke depan.

Satu dua Hvyt ditendangnya begitu kencang hingga terlontar jauh, memantul berkali-kali di dinding, lantai, dan langit-langit koridor.

Gerombolan Hvyt lain tentunya tak tinggal diam. Mereka langsung menyerbu wanita itu dari segala arah.

"Hummm ... akan kutunjukkan pada kalian kekuatan suku Orsoneridia."

Seketika, memancarlah energi kegelapan yang begitu pekat dari tubuh si wanita. Mantel kulit beruang yang dipakainya tiba-tiba berganti warna menjadi hitam legam.

Kemudian wanita itu seperti menggila.

Dia mengayunkan senapannya kesana-kemari, membuat setiap Hvyt yang terkena itu langsung terlempar hingga badan mereka menancap di dinding, lantai, ataupun langit-langit koridor.

Ketika wanita itu mengibaskan tangannya yang lain, tercipta gelombang cakaran yang mengoyak segalanya. Senjata para Hvyt langsung terpotong-potong tersambar serangan itu.

Hvyt-Hvyt yang tersisa tampak gentar. Mereka mundur, berkumpul di satu tempat, ragu-ragu untuk menyerang.

Wanita itu kemudian mengarahkan senapan ajaibnya mengincar gerombolan Hvyt. Energi kegelapan mulai membuncak di laras senapan itu, siap untuk meletup kapan saja.

"Uhuhuhum! Sudah kehilangan niat bertempur, ya? Apa kalian belum pernah mendengar kisah perjuangan 108 ksatria Buraskuiden? Mereka bersatu bahu-membahu meruntuhkan suatu tirani. Dan kalian tahu akhir ceritanya?"

Para Hvyt tidak menjawab.

"Ya, benar!" kata wanita itu. "Para pejuang Buraskuiden ... SEMUANYA JUGA MATI!"

Ketika wanita itu hendak menarik pelatuk, para Hvyt malah bersujud semuanya di hadapan wanita itu.

"Huwaaaa! A-ampuni kami, wahai Demonlordess!"
"Kasihani kami .... k-kami hanya kroco yang ti-tidak berharga untuk Anda bunuh."
"T-tolong katakan saja apa yang Anda mau di sini ... akan kami laksanakan."

Wanita itu menyeringai menang. Tak jadi melepaskan tembakan mautnya.

"Uhuhum, kalian para Demon yang payah. Segitu inginnya hidup, ya?" ujar si wanita. "Ah, sudahlah. Kalau begitu antarkan aku pada Bearnandez. Dia Ursa-Demon sepertiku. Kurasa dia bernasib sial, menjadi jiwa tersesat di Netherworld milik tuan kalian."

"Bearnandez? Ah, i-iya ... akan hamba antarkan Anda padanya."

Salah satu Hvyt bangun tergesa-gesa sembari mengeluarkan kunci. Demonlordess itu mengikuti dari belakang, melintasi para Hvyt lain yang masih bersujud ketakutan.

Hvyt pemegang kunci membawa sang Demonlordess ke salah satu ruangan di sana, yakni Khramanaka #2. Hvyt itu membawa tamunya ke tribun penonton yang dipenuhi ratusan jiwa tersesat—jiwa-jiwa yang tidak lagi dipedulikan Thurqk.

Demonlordess itu mengendus-endus.

"Hoi, Bearnandez!" serunya. "Aku tahu kamu ada di sini. Baumu tercium. Jangan sembunyi terus. Keluarlah! Atau kamu ingin mendengarkan kisah tentang Bearcules?"

Kemudian segumpal jiwa mencuat keluar dari gerombolan jiwa-jiwa tersesat lainnya. Panik dia menghadap sang Demonlordess.

"L-Lady Ursula??" kata jiwa itu. "Penampilan Anda sungguh berbeda. Hamba, Bearnandez, hampir tidak mengenali lagi. A-apa yang Anda cari di si—"

"Di mana Ursario?" potong Ursula. "Kudengar pewaris takhtaku itu ada di Netherworld Nanthara."

"Lady mencari Paduka Ursario? Ya. Beliau memang sedang mengikuti turna—"

"Bawa aku padanya, sekarang!"

"P-Paduka Ursario memang pernah bertarung di sini," jawab Bearnandez. "Tapi itu sudah beberapa waktu yang lalu. Hamba tidak tahu di mana beliau bertarung sekarang."

Ursula, sang Demonlordess, mencerna perkataan itu. Kemudian dia menoleh pada Hvyt pemegang kunci.

"Oke, kamu Demon penghuni Netherworld ini. Cepat katakan di mana lokasi pertarungan Ursario sekarang!"

"Ha? S-saya?"

Ursula menodongkan senapannya seraya mengancam, "Atau kamu ingin mendengar cerita mengharukan tentang 'Beargirl si Penjual Korek Api'?"

"T-tidak! Saya mohon! S-saya tidak ingin mendengar cerita apa-apa lagi. A-akan saya berikan informasi tentang peserta Ursario."

Demikianlah.

Pengunjung misterius itu tiba-tiba muncul. Dia Ursula, mengaku sebagai Demonlordess penguasa Ursa-Regalheim sebelum Ursario. Apakah yang diinginkannya dengan menemui Ursario?

Kita akan mengetahuinya tak lama lagi.

***

Kembali pada kawanan Beary.

Yang pertama melompat dari puncak bangunan itu adalah Reeh, si Turbany Beary. Dia melayang turun secara elegan, menaiki angin.

"Waaah, Reeh curang!" Cheril merengut. "Turun sendirian."

"Ahahaha! Nggak perlu iri, Cherily," ujar Zany. Kemudian dengan kekuatan Imagyn-nya, Zany mematerialisasi selembar kain dengan lebar 1 x 1 m. "Kita naik ini saja. Gimana, Mommy Beary?"

"Hmm, ini bisa dipakai," Yvika menyetujui. Kemudian dia mengomando, "Semua berpegangan pada ujung kain! Atur hingga seimbang."

Yvika, Zany, Cheril, langsung menggenggam satu sisi. Sal dan Manggale mengambil sisi lain.

"Sesuai aba-aba dariku," kata Yvika. "Satu ... dua ... tiga! Lompat!"

Kelima Beary itu melompat kompak.

Kain yang mereka pegang menggembung karena dorongan angin dari bawah. Kain itu kini bertindak layaknya parasut. Mereka turun dengan perlahan.

"Hyahuu! Asik inih, bro!!" seru Sal senang.

"Alamak! Aku terbang! Aku terbang, Mamak!" Manggale tak kalah bahagia.

Well, sebenarnya kawanan Beary itu bisa melompat turun tanpa bantuan parasut. Tubuh mereka sudah jadi boneka, tidak akan mati meskipun terjatuh dari ketinggian 100 meter. Namun sejak mewujud menjadi Beary, entah mengapa mereka jadi lebih ... ceria?

Begitu pula Nema. Dia sengaja tidak ikut bermain parasut karena dia punya rencana lain.

"Hihihi!"

Setelah terkikih singkat, Nema juga terjun.

Dia mendarat tepat di tengah kain para Beary. Akibatnya, bentuk gembung parasut itu runtuh seketika. Kain tak lagi bisa menahan jatuhnya para Beary.

Semuanya terjun bebas tanpa tertahankan.

"Uwaaaaaaaaa! Mamaaaak!!"
"Nemaaaaaa, brengsek!!"
"Pengganggu kesenangan yang lain!"

Kemudian kawanan Beary jatuh menghunjam bumi, tanpa sempat bereaksi apa-apa. Kecuali Nema tentunya, yang berhasil mendarat dengan mulus.

"ITU baru menyenangkan. Hihihihi..."

Nema tertawa puas, namun hanya sebentar. Sebab—

"...hibh?!"

—dari atas sudah melompat Beary terakhir. Dia menubruk belakang kepala Nema begitu telak, membuat Flowery Beary itu terpelanting tak berdaya.

"Buraah! Sialan!" seru Beary terakhir itu. "Kalian pikir bisa melenggang pergi seenaknya setelah mengeroyok Demonlord Ursario ini, hah?!"

Beary terakhir itu, alias Ursario, tampak begitu kusut. Kulit bonekanya robek di sana-sini, sedikit menyembulkan kapas. Kakinya, seperti biasa, sudah menginjak-injak bumi. Murka tak karuan.

Bahkan pelan-pelan energi kegelapan mulai menyelimuti tubuh boneka beruang itu, menandakan kalau dia siap berubah wujud untuk melampiaskan segala emosinya.

"Tenanglah, Tuan Boneka," sapa Reeh dari belakang, seraya meniupkan angin penyejuk yang sedikit mengurangi tensi Ursario. Lanjut Reeh, "Kiranya mereka bergurau saja tadi. Maafkanlah."

Reeh tersenyum keren, seolah lupa kalau dirinya termasuk Beary yang 'bergurau' dengan mengeroyok Ursario.

Ursario menghela napas panjang. Aura kegelapannya membuyar.

"Burh! Ya sudahlah."

Para Beary yang tadinya tersungkur mulai bangkit satu demi satu. Sembari membersihkan tubuh dari debu dan tanah, mereka melayangkan pandangan ke sekeliling.

Semacam kota mati, sepertinya.

Banyak reruntuhan gedung, baik itu yang setengah hancur, ataupun yang hampir hancur seluruhnya. Jalanan beraspal tampak retak, dan lebih banyak tertutup timbunan tanah. Angin kering turut membawa butir-butir debu, sedikit membuat mata kelilipan.

Saat ini, mereka semua berada di semacam lapangan terbuka.

Bangunan tempat mereka melompat turun adalah semacam monumen. Juga dalam kondisi yang tidak terlalu baik.

Kemudian ....

"Oi, Gale," kata Cheril, "dikau dari Indonesia juga, 'kan?"

Manggale menjawab, "Tentu. Aku Batak asli Indonesia. Kenapa memang si Nona bertanya macam begitu?"

"Coba lihat monumen di belakang kita, deh," lanjut Cheril.

Manggale menuruti. Dia menoleh ke belakang dan memerhatikan monumen yang dimaksud. Saat itulah mata Manggale membesar.

"Alamak!" serunya. "Itu kan ... itu Monas, bah! Berarti kita ini lagi di....?"

"Jakarta!" ungkap Cheril. "Tapi jelas ... ini bukan Jakarta yang kukenal, Gale."

"Dan kemana perginya itu emas di puncak si Monas?" seru Manggale. "Dimaling orang aku rasa, bah!"

Kedua Beary itu kembali melemparkan pandangan ke sekeliling, masih sambil terperangah.

"Hoo, menarik," kata Yvika. "Jadi ini kampung halaman kalian?"

"Kurasa iya," yang menjawab malah Nema. "Lihat saja. Mereka berdua tampak begitu senang."

"Hhh ... kau dan sinismu itu," keluh Yvika.

Sementara Manggale dan Cheril diam terpaku, Sal datang menghampiri.

"Ahay! Ada apa ini, si Ganteng dan si Cantik kok malah murung? Biar Aa' Sal tembangkan satu nada gembira." Sal segera mengeluarkan seruling mungilnya. "Oi, Reeh! Situ juga ikut duet, bro."

Reeh mengangguk. Keduanya baru saja berniat memulai konser, namun Ursario sudah menyela.

"Hentikan, bura! Jangan buang-buang waktu."

Sal merengut kecewa, "Huh! Nggak seru kau, Boss!"

"Aku sependapat dengan Boss Ursario," kata Yvika. "Sebaiknya kita bergegas mencari lawan kita, membereskan urusan di sini, dan kembali ke Nanthara. Kita tidak bisa mengandalkan si Nolan untuk mengurus kristal jiwa kita."

Akhirnya, pasukan Beary beranjak. Misi pun dimulai.

"Ah, tunggu. Jangan pergi dulu," potong Cheril. "Kita belum mengabadikan momen penting ini."

Atas inisiatif Beary berambut pirang itu, Ursario dan kawan-kawan berpose. Latar belakangnya adalah Tugu Monas.

Selalu ada waktu untuk ber-selfie­­-ria, 'kan?

Cheril memeriksa hasil jepretan kameranya. Dia tersenyum puas. "Sempurna. Foto ini nanti akan kujadikan sampul fanpage kita."

***

Delapan Beary terus berjalan kaki, melewati jalanan yang terasa begitu sunyi. Hampir tak ada tanda-tanda kehidupan, kecuali penampakan belukar liar ataupun genangan air kotor.

"Oi, Boss," Sal memecah keheningan, "dulunya situ Demonlord, 'kan? Sekuat apa?"

Ursario menoleh kesal, "Sekuat apa, bura? Tentu saja yang terkuat! Bayi Ursa-Demony pun berhenti menangis kalau aku lewat. Burahaha!"

"Wah, keren. Lalu Demonlord mana itu, yang bersama seluruh bala tentaranya ditaklukkan begitu telak oleh kaum Luxa-Demon?" singgung Nema.

"Buurrgh!" Ursario menggeram. Kemudian ekspresinya berubah murung. "Iya, aku tahu, bura. Itu sepenuhnya salahku. Mestinya kami berperang dengan lebih pintar melawan para Luxa-Demony sialan itu. Mereka punya sihir cahaya yang mematikan bagi kami, buraaaa..."

"Pukpuk Ursa," kata Manggale, berusaha menghibur. "Jadi kau ini macam raja terakhir bangsa kau, bah?"

"Ya, kira-kira begitu," jawab Ursario. "Penguasa sebelumku adalah Demonlordess Ursula."

"Wogh! Berarti dia Demon wanita, ya?" seru Zany antusias. "Seperti apa dia?"

"Rrrrgh, dia," ujar Ursario segan, "dia hanya Granny Demony yang senang bercerita dongeng-dongeng membosanka—"

Perkataan Ursario tiba-tiba terhenti.

Entah dari mana datangnya, menyambarlah suatu petir berkilap merah muda.

Semua Beary tersentak.

Di tempat petir itu menyambar, tiba-tiba muncul sebuah gerbang aneh berbentuk siluet beruang betina yang aduhai. Selubung kegelapan memercik kuat dari gerbang itu. Kedua pintunya membuka perlahan-lahan.

Mata Ursario melotot, "Bura? Tidak mungkin!"



-IV-
Bertemunya Demonlord dan Demonlordess


Di bantaran sungai Ciliwung yang kotor hampir kering, tampak lima sosok mencurigakan sedang berkumpul. Seseorang di antara mereka menyiapkan meja kecil seraya menghidangkan teh.

"Hhmmm ... sungguh nostalgis," ujar pria berambut emo. "Kita berada di Bumi, kawan-kawan. Ini negaraku, Indonesia. Dan di sini adalah Ibukota Lama, alias Jakarta, yang sayangnya udah nggak lagi dihuni sama penduduk. Ayo, ayo, nikmatin aja tehnya selagi panas."

"Ini bukan Bumi seperti yang kuingat, Tuan Leon," kata lelaki berbandana. Dia menyeruput teh sembari mengemil kacang goreng. "Dan setahuku, Jakarta tidak segersang ini."

Leon, si pria emo, membalas, "Mungkin situ benar. Realm kita kayaknya emang berbeda, sekalipun sama-sama Bumi. Ah, tapi siapa peduli soal itu? Ayo kita santai sejenak. Nggak tiap hari si Thurqk bermurah hati bikin kita hidup lagi, 'kan?"

Baikai tak menjawab. Hanya jemarinya saja yang tetap lincah menghabisi kudapannya.

Leon lalu melirik wanita di sampingnya, bertopi trucker, tampak agak tomboi.

Sambil mengedipkan sebelah mata, pria itu merayu, "Neng Lusi ngapain bengong aja di situ? Jangan canggung gitulah. Kan kita udah pernah ketemuan di babak kedua. Sini, biar Om Leon pangku. Mau, nggak?"

Neng Lusi—alias Lucia—segera berdiri, mengambil baton yang tersemat di pinggangnya. Kemudian dalam gerakan cepat baton itu sudah menghantam hidung belang si Om.

Leon terjungkal dengan hidung memuncratkan darah. Om mesum itu langsung tercebur ke sungai Ciliwung yang dipenuhi sampah. Tangan Leon mencuat dari permukaan air, memberi tanda jempol, bukti dia tak apa-apa.

Masih kesal, Lucia hanya bisa meludah ke samping.

Kembali ke sisi meja, sesosok gadis kerdil berkostum aneh tampak menarik-narik lengan baju Baikai.

"Zuzu, Zuzu!" sapanya kepada Baikai. "Kenapa kita malah minum teh di tepi sungai bau begini, nom? Elle bosan. Ayo nom, kita berburu harta karun atau apa gitu."

"Ellenom," balas Baikai. "Kurasa kita dihidupkan dan dikirimkan ke sini bukan untuk berburu harta."

"Lalu apa, nom?"

"Mestinya kita melawan salah satu peserta. Tapi sampai chapter ini pun mereka belum muncul juga. Makanya, seperti kata Tuan Leon, lebih baik kita santai dulu di sini." Baikai lantas mengeluarkan lolipop dari kantung jaketnya. "Mau ini, Ellenom?"

"Mau! Zuzu makasih, nom~"

Sementara itu, tak jauh dari mereka sesosok lelaki berzirah putih tengah berteriak-teriak tak jelas.

"Uwoaaaaah! Ayo turun ke sini kalau kau berani, Thurqk! Biar kutumpas kau dan pasukan Hvyt-mu sampai tak bersisa! Nenekku bilang, 'Kau jelek banget, Thurqk!' ... dan kakekku setuju soal itu. Pokoknya turun sini, biar jadi mangsa pedang Giruvedan-ku!"

Sekedar informasi, nama lelaki berzirah itu adalah Rex. Dan dia masih terus berteriak.

"Katamu aku mesti melawan Ursario. Tapi di mana dia? Aku bosan menunggu! Suruh si boneka beruang agar cepat ke sini! Uwoaaaaah!!"

Itulah mereka.

Leon, Baikai, Lucia, Elle, Rex ... kelima petarung ini dibangkitkan Thurqk hanya untuk melawan salah satu peserta babak kelima, yakni Ursario.

Namun sayang, sepertinya pertempuran itu harus tertunda. Ursario tengah sibuk menyambut tamu lain.

Dan itu bukan sembarang tamu.

Mari kita saksikan.

***

Dari gerbang itu, muncul sesosok wanita bermantel beruang. Dia adalah Ursula. Dari balik kacamata hitamnya, dia menatap kedelapan Beary di hadapannya.

"Uhmm, aku tidak pernah dengar ada delapan boneka beruang. Kurasa  informasi yang kuterima tidak lengkap."

Ursula tiba-tiba melesat dan menangkap salah satu Beary. Dengan satu tangan, boneka beruang itu diangkat tinggi.

"Uhmm! Ketangkap. Dari warna hitammu, pasti kamulah Ursario itu."

Boneka beruang itu menjawab, "Bah? T-tapi aku Manggale."

"....!?" Ursula menggeram berang. "S-sialan, kau membuatku MALU!"

Tiba-tiba satu tendangan dahsyat sudah mendera Manggale hingga Beary itu terpental dan menghantam dinding suatu bangunan dengan keras.

Beary yang lain terkaget-kaget menyaksikan itu. Namun sebelum para Beary menyiapkan senjata mereka untuk bertempur, sang tamu sudah menangkap satu boneka beruang lain.

"Uhuhuhum, sekarang tidak mungkin salah. Kamu boneka yang tampak paling tampan dari yang lain. Pastilah kamu Ursario. Dan memang, seingatku ... satu-satunya alasan kenapa aku bersedia mewariskan takhtaku padamu karena kamu punya tampang paling mendingan dibanding kandidat lain."

"Sungguh hati hamba berbunga-bunga mendengar pujian tulus dari Nona," jawab si boneka. "Namun kiranya pujian itu tiada layak hamba terima, mengingat nama hamba bukanlah Ursario, melainkan Reeh."

Urat dahi sang wanita kembali mencuat, marah. Lagi-lagi dia salah tebak. Dan dia bersiap untuk melempar Reeh.

"Hentikan itu, buraa! Dasar Blindy Granny!" seru salah satu Beary. "Berani sekali kau tidak mengenali Lord-mu, yaitu aku, Ursario!"

Ursula melirik tajam.

Dia melempar Reeh ke arah dinding suatu bangunan. Namun berbeda dengan Manggale tadi, Reeh masih bisa mengerem di udara dengan bantuan angin.

"Uhmmm ... mulut lancang itu," kata Ursula, "jadi kamulah Ursario itu? Tapi mengapa aku merasakan energimu paling lemah di antara boneka beruang lainnya?"

"Buuraagh....! Kau meragukan Lord-mu, Granny?! Kau sendiri, untuk apa menggunakan raga Humany Girly begitu, bura?"

Ursula dan Ursario saling beradu pandang, memelototkan mata dari balik kacamata hitam yang mereka kenakan. Keduanya bahkan sudah saling menodongkan senapan masing-masing.

Kemudian muncul sosok lain dari balik gerbang dimensi. Yakni Bearnandez, yang wujudnya masihlah berupa onggokan jiwa.

"L-Lady Ursula! Boneka beruang itu benar-benar Paduka Ursario. Percayalah."

"Hum? Jadi sungguhan?" ujar Ursula, tanpa menurunkan todongan senapannya. "Tapi suaranya imut-imut begitu, pakai 'bura-bura' segala. Tolong katakan kalau kamu sedang bercanda, Bearnandez—"

Ursario sudah menembakkan senapannya, tiga kali.

Namun refleks Ursula masih sempurna. Dengan badan senapannya, dia menangkis semua peluru Ursario.

Malahan, Ursula balik membalas tembakan itu. Tetapi bukan peluru yang melesat dari moncong senapan. Melainkan gelombang sihir.

"Burah! Semua menyingkir!!"

Para Beary melompat ke segala arah, mencoba menghindari serangan tadi. Kemudian ledakan tercipta. Angin ledakan itu menghempaskan para Beary. Namun beruntung, para Beary masih bisa mendarat dengan baik.

Pasukan Beary merapatkan barisan, bersiap untuk melawan. Bahkan Manggale juga sudah kembali bergabung.

"Bah! Macam mana pula si Nona itu? Main tendang-tendang seperti itu, bisa mati jantungan aku!" gerutu Manggale.

"Jadi diakah Demonlordess penguasa Ursa-Regalheim sebelum kamu, Tuan Teddy Beary?" tanya Zany, sambil mulai mewujudkan senapan mesin melalui teknik Imagyn-nya.

"Bura, sepertinya begitu," balas Ursario tak begitu semangat. "Mestinya dia sudah mati karena sakit. Tapi kurasa dia juga memantra sihir terkutuknya untuk menyelamatkan jiwanya sendiri."

"Hoo ... dan berbeda denganmu, si Nenek ini berhasil memilih raga yang sedikit bagusan, ya?" sindir Nema.

"Jadi kita mesti ngelawan Nona Cantik ini, bro? Mana tega diriku kalau mesti melukai wanita," ujar Sal.

"Siaga, Sal!" bentak Yvika. "Kalau kau setengah hati, kaulah yang akan mati pertama kali di medan peperangan seperti ini."

Sal terdiam. Sementara itu Cheril sudah bersiap dengan panah ajaibnya, sedangkan Reeh sudah mulai memanggil angin.

Melihat sitegang yang terjadi, jiwa Bearnandez panik. Segera dia menuju sisi Ursario untuk bernegosiasi.

"P-Paduka Ursario, mohon hentikan pertempuran sia-sia ini. Lady Ursula mencari Anda karena ada keperluan penting. Sesuatu yang gawat tengah terjadi di Netherworld Neda selama kepergian Anda, Paduka."

"Bura? Benarkah??"

"Benar, Paduka! Netherworld Neda kini—"

Bearnandez hendak menjelaskan, namun jiwa itu sudah ditendang Ursula jauh tinggi ke angkasa.

"Uhmm, tidak sopan sekali kamu, Bearnandez," kata Ursula. "Aku yang berhak untuk bercerita!"

Setelah satu kelip cahaya di langit, sosok jiwa Bearnandez sudah tidak nampak lagi. Perannya di ronde ini berakhirlah sudah.

"Stupidy Granny! Kalau kau tahu sesuatu, katakan semuanya, buraah!" desak Ursario.

Ursula memiringkan kepala, kemudian dia menyeringai.

"Singkat saja. Netherworld Neda sudah hampir dikuasai seluruhnya oleh kaum Luxa-Demon. Tinggal tunggu waktu sebelum si jelek Mag-Lumina dinobatkan sebagai Overlordess Lumina." Ursula menghela nafas, kemudian melanjutkan. "Yah ... sebenarnya aku tidak terlalu peduli, tapi melihat ada Demon wanita yang hampir merebut titel bergengsi yang dulu gagal kurebut itu ... rasanya menyebalkan."

"K-kau masih berambisi untuk menjadi Overlord, buraa? Kau hanya Oldy Granny Ursa-Demony! Tua renta!"

"Yah ... tadinya aku sudah mempercayakan kamu untuk merebut titel itu, Ursario. Tapi, uhuhum, ternyata kamu begitu bodoh!"

"Burrgh..."

Ursula kemudian duduk di bongkahan batu. Tampak lemas. "Humh, dan tadinya aku bermaksud menjemputmu untuk merancang serangan balik melawan kaum Luxa-Demon itu. Bahkan aku sudah sengaja meninggalkan Ursus Cemetary, mencari raga baru untuk jiwaku, untuk bisa melakukan semua ini."

"...."

"Tapi apa yang kudapat? Aku tidak melihat Demonlord Ursario pewaris takhtaku. Yang kutemukan hanya ... boneka."

"BuraaAAH! Beraninya kau meremehkan Lord-mu, Granny?!"

"Kau sudah bukan Lord-ku lagi, boneka Ursario. Sosokmu hanya membuat malu kaum kita."

"Berisik, berisik, BERISIK! Sejak bertarung di turnamen ini, aku sudah semakin bertambah kuat!"

Ursario mencak-mencak, seraya memaki. Namun Ursula tidak mengindahkan. Dia menaikkan kacamata hitamnya ke dahi, mengambil kotak rias dari mantelnya, kemudian mulai berhias merapikan make up.

Setelah selesai merias, Ursula bangkit.

"Dipikir-pikir, daripada membuat malu bangsa Ursa-Demon, kurasa lebih baik kalau aku memusnahkanmu di sini saja. Seperti kisah Bearcy Jackson yang—"

"SERAANG!!"

Ursario sudah memerintahkan pasukan Beary untuk melakukan serangan pembuka.

Yvika dan Zany segera melepaskan rentetan peluru panas dari senapan mesin mereka, diikuti oleh lesatan lima panah peledak dari Cheril.

Namun Ursula melompat tinggi menghindari terjangan semua proyektil itu.

Sergapan lain telah menanti. Nema melepaskan benih-benih Dandelion—bunga penyerap energi—ke arah Ursula.

Dan lagi-lagi Ursula beraksi. Justru letupan energi dari senapan wanita itu yang berhasil membinasakan semua benih Dandelion Nema.

"Sialan! Nenek yang tangguh!" maki Nema.

Datanglah serangan selanjutnya.

Manggale dan Sal melompat menyusul Ursula ke udara.

"Sebenernya hatiku perih banget, dipaksa nyerang wanita cantik kayak dirimu, Neng Ursula," ujar Sal.

"Aaaaaa! Kau wanita jadi-jadian, bah! Tak bakalan ragu aku!" seru Manggale.

Duel udara.

Duo Beary pejantan itu melancarkan serbuan tendangan dan pukulan secara bertubi-tubi. Ursula mencoba menepis semua itu dengan badan senapannya, namun kian lama gempuran itu kian menggila. Akhirnya Ursula balas menyerang.

Satu ayunan senapan sukses memukul dua Beary sekaligus. Keduanya terpental balik menghantam permukaan tanah.

Ursula turut mendarat.

Dan di situlah Ursario menunggu. Dia menerjang tepat dari depan.

"Turbany, perkuat seranganku!"

"Baiklah, akan hamba mainkan alunan [Nahawand]."

Ketika Reeh memetik kecapinya dalam irama tertentu, selubung angin langsung menyelimuti tubuh Ursario, melipatgandakan kekuatan fisik maupun kecepatan Beary itu.

Ursula mengayunkan senapannya dari atas, berusaha melumat Ursario. Namun boneka beruang itu berkelit ringan hingga senapan Ursula hanya meretakkan permukaan tanah.

Ursario melompat.

"Burachachachachacha!!"

Rentetan tendangan terbang menggempur Ursula. Dia terdorong oleh tenaga serangan Ursario, dan terus terdorong. Hingga Ursario melancarkan satu tendangan penutup, menghantam perut Ursula.

Dari ujung kaki Ursario, angin meluap kencang, memberi daya dorong yang kuat. Ursula terpental jauh, menabrak satu dua bangunan dan meruntuhkannya.

"Semua Beary, ayo kita angkat kaki!" seru Ursario. "K-kita tidak punya waktu untuk meladeni Granny itu, buraah."

"Aku setuju," timpal Yvika. "Lebih baik segera bereskan lawan kita di realm ini dan kembali ke Nanthara."

"Ehh?? Jadi dia belum mati setelah kena tendangan terbang kamu, Ursa-chan?" ujar Cheril.

"Buraah! Si Granny nggak bakalan mati semudah itu," jawab Ursario. "Kita harus cepat-cepat menyingkir sebelum dia ngamuk."

"Arah sana," ujar Reeh sambil menunjuk ke selatan. "Angin penjaga wilayah ini, Bayuntara, membawakan berita pada hamba, ihwal munculnya lima sosok asing. Kiranya mereka yang kita cari."

"Oke, ayo kita ke sana, bro!" sahut Sal.

Kedelapan Beary itu kompak melarikan diri dari lokasi. Jauh dan terus menjauh.

...

Puing-puing bangunan terlempar ke segala arah. Tampak sosok Ursula sudah bangkit seraya menggeram kesal.

"Berani juga dia memotong kisahku."

Ursula menjentikkan jari.

Gerbang dimensi miliknya kembali terbuka, memunculkan lima sosok Hvyt. Namun penampilan mereka berbeda. Kelimanya mengenakan mantel kulit beruang yang serupa dengan milik Ursula. Hanya berbeda corak.

Tampaknya kelima Hvyt itu telah berganti tuan.

"L-Lady Ursula memanggil kami?"

Ursula mengangguk, "Saatnya kita berburu boneka beruang."



-V-
Pertempuran Dimulai?


Karena terlalu bosan menunggu kedatangan Ursario, akhirnya Leon mengajak keempat kawannya untuk jalan-jalan. Dia, sebagai tuan rumah, bertindak layaknya pemandu wisata.

Mereka menaiki mobil tua yang mereka temukan di salah satu bangunan. Untungnya, Elle berhasil mereparasi kendaraan itu. Masih ada sedikit bahan bakar tersisa di mobil itu. Setidaknya cukup untuk satu-dua kilometer.

"Kalau kalian melihat di sebelah kanan ... dulunya ITU merupakan Istana Negara."

Semua menoleh dan menyaksikan reruntuhan yang dimaksud Leon. Hampir tak ada bedanya dengan reruntuhan bangunan lain.

"Lagi-lagi puing," gerutu Rex. "Ayolah, bro. Apa nggak ada lagi yang bisa dilihat di sini selain puing?"

Leon menggeleng, "Sayang sekali. Setelah Kiamat Katastropika, seluruh Sumatera, Jawa, ataupun Kalimantan, udah jadi tanah mati."

"Jadi bukan hanya kota ini, melainkan seluruh pulau sudah jadi kuburan?" ujar Lucia lesu, sambil melihat peta Indonesia yang diberikan Leon.

"Sedih sekali nom," kata Elle.

"Aku penasaran apakah Jepang juga terkena bencana serupa?" gumam Baikai, sambil menyetir dan mengulum lolipop. "Ng ... apa itu?"

Sedang asik-asiknya grup Leon berkendara, tiba-tiba tampaklah dua sosok boneka beruang sedang berlarian di jalanan.

"Uwaaaaah! Hvyt itu gila!"
"Awas, Cheril! Serangannya datang lagi."

Dan ternyata bukan hanya dua boneka itu yang muncul. Dari belakang keduanya juga nampak sesosok Hvyt bermantel beruang, sedang mengayunkan golok raksasa.

"Zany, menghindar!"
"Oke!"

Dari ayunan golok Hvyt terciptalah gelombang pemotong yang langsung menyambar ke arah mobil yang dikendarai grup Leon. Dua boneka itu berhasil menghindar dengan berguling ke dua arah berlawanan di saat-saat terakhir. Lalu—

"Semuanya, turun dari mobil sekarang juga!!" teriak Baikai dengan lolipop yang masih menempel di bibirnya.

—bersamaan dengan bunyi nyaring, mobil itu terbelah dua!

Untungnya Leon dan keempat rekannya masih sempat bereaksi.

Leon—mencari kesempatan dalam kesempitan—menerjang Lucia, memeluknya, dan melompat turun. Rex kebagian menyelamatkan Elle. Mudah bagi si pria berzirah untuk menenteng gadis gnome yang ringan. Sementara Baikai harus puas hanya mengurus dirinya sendiri.

Kelimanya mendarat di jalan bertanah, tak begitu mulus. Mobil mereka sudah meledak dahsyat.

"Oh tidak, nom!" rintih Elle. "Baru juga Elle betulin."

"Nenekku tidak akan suka ini," celetuk Rex.

"Hei, tanganmu! Di mana kau pikir tanganmu berada sekarang, Om Mesum?!" Lucia berseru.

Dijawab Leon, "Hmm ... 'boing' yang padat berisi—"

Lucia langsung menampar pipi Leon sekeras-kerasnya dengan baton besi, yang akibatnya ... well, bisa dibayangkan sendiri. Tahu-tahu, Leon sudah terkapar bersimbah darah.

Sementara itu Baikai masih terfokus menatap ke depan, di mana sesosok Hvyt terus maju sembari berniat menebaskan goloknya lagi. Buru-buru Baikai mencabut pedang Masakado miliknya, seraya mulutnya membuang lolipop ke samping.

Dentang metal nyaring menggema.

Dengan melintangkan pedang, Baikai menahan golok Hvyt sebelum golok itu terayun sempurna. Hvyt menggeram kesal, namun Baikai tetap mencoba berkomunikasi.

"Demon Hvyt! Apa yang kau lakukan di sini? Seharusnya lawan kami di sini adalah Demon Ursario, salah satu peserta."

"Baikai Kuzunoha," balas Hvyt. "Thurqk bukan lagi tuanku. Sekarang kami bergerak karena perintah tuan yang baru."

"Kami?"

Baikai baru menyadari kalau dari belakang Hvyt itu sudah muncul Hvyt lain—dengan setelan serupa. Dan Hvyt yang ini membawa kapak besar, sudah bersiap memenggal pemuda itu.

"Ubelluris, hadirlah di hadapanku!" Baikai bergerak cepat memanggil satu Demon dari tube miliknya.

Kapak Hvyt hanya menghantam Ubelluris, Demon yang berwujud seperti golem batu. Badan Demon itu ternyata sangat kokoh, kapak Hvyt hanya memberikan goresan yang tak berarti. Bahkan tangan Hvyt itu bergetar kencang akibat menahan efek benturan kapaknya sendiri.

"Ubelluris, lancarkan [Herculean Strike]!!" titah Baikai.

Sang Demon mematuhi. Lengan batunya segera mengayun kencang menghantam dua Hvyt sekaligus. Dua Hvyt itu dijungkalkan ke belakang, cukup jauh.

"Zuzu! Ternyata itu kamu?" ujar salah satu boneka beruang. "Ini aku, Cherilya. Sekarang wujudku jadi Beary, tapinya."

"Dan aku Zany Beary, ahahaha!" Zany ikut mengenalkan diri.

Kedua Beary itu menghampiri Baikai.

Pemuda itu tentu terheran-heran. "Cheril? Zany? B-benarkah itu kalian??"

Namun ketiganya tak sempat bertukar cakap. Kedua Hvyt-mantel-beruang sudah bangkit dan kembali menerjang maju. Tentu saja dengan golok dan kapak terhunus.

Baikai bersiap untuk memerintahkan Demonnya, namun seseorang mendahuluinya. Seorang Ksatria.

Berdiri merintang di depan kedua Hvyt, dia menggenggam pedang Giruvedan yang bilahnya tak kasat mata, kemudian ...

"Plamya Style : [Majinken Souga]!!"

Sang Ksatria mengibaskan pedangnya dua kali secepat kilat, menciptakan gelombang ganda yang merambat lurus menyusuri permukaan tanah.

Duo Hvyt terkena telak. Mereka terlempar jauh, meruntuhkan satu gedung. Gemuruhnya terdengar sangat epik.

Sang Ksatria segera berpose menunjuk ke depan penuh gaya, seraya mengucapkan kalimat mutiara.

"Akulah Rex, Pahlawan yang Terlupakan. Kalian Hvyt, tak punya hak untuk mengganggu sekumpulan sahabat yang saling melepas rindu. Kalau nenekku ada di sini, beliau pasti bilang 'Kalian tak sopan!'."

Baikai, Zany, dan Cheril, hanya terbengong ... mencoba memahami maksud perkataan Rex.

Dari balik kepulan debu, dua Hvyt ternyata sudah bangkit. Bahkan dari atas, muncul satu Hvyt lagi dengan mantel serupa.

Saat itulah sang Ksatria melanjutkan kata-kata indahnya.

"Tenanglah, kawanku. Aku akan mengulur waktu. Kalian reuni saja sepuasnya."

Kemudian Rex berlari gagah menyongsong tiga lawannya.

Baikai, Zany, dan Cheril, kembali termangu. Sampai datang Elle dan Lucia yang memecah senyap.

"Cheril, Zany, noooom~!" Elle memanggil dengan nada ceria. "Mengapa wujud kalian jadi seperti Baby Bear, nom? Tapi dengan begini Tim Nom berkumpul kembali. Elle sangat gembira, nooom~!"

"Serius kalian ini Cher dan Zany?" tanya Lucia. "Coba ceritakan apa yang sebenarnya terjadi."

Zany dan Cheril mengangguk setuju.

Baikai memasukkan Demon Ubelluris kembali ke dalam tube. Kemudian pemuda itu menggelar tikar. Mereka berlima duduk santai di tikar itu, yang ternyata juga sudah terhidang sejumlah kudapan tradisional—entah didapat Baikai dari mana.

Mereka memulai sesi curhat, yang diawali dengan cerita dari Zany dan Cheril.

Sementara itu ...

"Plamya Style : [Senkuureppa]!!"

Rex melompat tinggi sambil berputar seperti angin puyuh, membiarkan pedang Giruvedan-nya mengayun seiring dengan putaran itu. Tiga Hvyt yang tersambar jurus sabetan sprial itu langsung terpental ke tiga arah berbeda.

Rex menoleh ke belakang dan berseru, "Jangan pedulikan aku!"

Well, sepertinya Rex terlalu bersemangat karena akhirnya dia bisa bertarung untuk mengusir rasa bosannya.

Di sisi lain, Leon ...

Dia masih terbaring tak berdaya, posisi tengkurap. Di sekitar wajahnya menggenang darah merah. Dengan gemetar hebat, Leon menggerakkan tangan kanannya, benar-benar pelan.

Telunjuknya dicelupkan di genangan darah. Kemudian Leon mulai menulis di permukaan tanah, huruf demi huruf:

"A-k-u-r-a-p-o-p-o"

***

Hanya berjarak beberapa blok dari lokasi grup Leon ...

Ursario bersama lima Beary sedang mati-matian menghadapi Ursula dan dua Hvyt bawahannya. Tadinya Ursario bermaksud melarikan diri, tetapi apa daya kalau Ursula ternyata begitu cepat mengejar.

Pertempuran tak terelakkan.

Tendangan salto Sal mengena telak di muka salah satu Hvyt, bersamaan dengan tapak tangan Manggale yang memukul keras ulu hati Hvyt lain. Kedua Hvyt itu terlempar dan berbenturan di udara.

Giliran Reeh beraksi.

"Duhai Bayuntara, perdengarkanlah pesona nada [Rasyt]!"

Ketika Reeh mengarahkan pedang shamsir-nya menunjuk ke arah dua Hvyt, tiba-tiba tercipta ledakan angin yang teramat dahsyat di sana. Dua Hvyt itu terpelanting jauh, terseret-seret di permukaan tanah ... hingga sampai ke sisi Ursula.

Kedua Hvyt itu terkapar dengan mata berputar-putar.

"Boneka-boneka yang menyebalkan, humph!" Sang Demonlordess berdecak kesal. Kemudian dengan nada meyakinkan, dia berkata, "Ngomong-ngomong, kalian pernah mendengar kisah 'Bearlice in Wonderland'?"

Ketiga Beary pejantan itu hanya menggelengkan kepala.

"Bearlice adalah beruang mungil yang tersesat di dunia antah-berantah," Ursula mulai berkisah. "Di sana dia bertemu banyak makhluk aneh, seperti White Bearbit. Mereka harus melawan sang monster ganas, Jabearwocky."

Sal, Manggale, dan Reeh malah terpaku sewaktu Ursula bercerita. Mereka ingin bergerak, tapi tubuh mereka tak merespon. Pikiran mereka, entah mengapa, sudah begitu tertarik untuk mendengarkan kelanjutan cerita Ursula.

"Apa kalian tahu bagaimana nasib Bearlice, White Bearbit, dan Jabearwocky pada akhirnya?" Ursula langsung melemparkan pertanyaan pamungkas.

"Ng ... Jabearwocky K.O. dan Bearlice balik ke dunia asalnya?" tebak Sal, meskipun ragu-ragu.

"Bah! Si Bearlice dan kawannya, si Bearbit Putih, pasti tak berdaya melawan itu Jabearwocky!" sergah Manggale.

"Akhir hikayat itu, semua kembali menjadi misteri yang tiada terpecahkan," simpul Reeh percaya diri.

...

Dari kejauhan Ursario berteriak panik, "Buraah, d-dasar bodoh! Seharusnya kalian bertiga mengabaikan cerita si Granny Beary!"

Di samping Ursario ... Yvika dan Nema berkeringat dingin.

"Jadi itukah salah satu kekuatan sang Demonlordess?" gumam Yvika.

"Dia pencerita yang sangat sangat buruk," komentar Nema.

...

Ursula tertawa.

"Uhuhuhum! Kalian semua salah! Baik itu Bearlice, White Bearbit, dan Jabearwocky—"

Sal, Manggale, dan Reeh, tiba-tiba merinding ngeri.

"—SEMUANYA MATI!!"

Dengan satu lesatan secepat kilat, Ursula sudah berada tepat di hadapan Reeh. Beary bersorban itu hendak menebaskan shamsir-nya, tetapi tangannya tetap tak bisa diajak kerja sama.

Akhirnya, Ursula yang menghajar Beary itu tanpa ampun.

Dua kali senapan itu menghantam wajah Reeh, dan Beary itu sudah ambruk tak berdaya.

Kemudian sang Demonlordess meletupkan senapannya ke arah Sal yang juga masih terpaku. Berlubanglah badan Monkey Beary itu ditembus tembakan energi.

Sal tumbang.

Ursula melakukan hal yang sama kepada Manggale. Satu tembakan jitu menyudahi perjuangan Bataky Beary itu.

Hanya dalam waktu singkat, tiga Beary takluk total.

"... hikayat hamba ... disudahkan sampai di sini?"
"Kalah karena ditembak cewek ... hahaha ... Sal keren ini nggak menyesal."
"Hamoraon ... hagabeon ... hasangapon ... jayalah Batak ..."

Tubuh tiga boneka beruang itu mengurai menjadi tiga gumpalan jiwa.

Ursario yang menyaksikan itu hanya bisa menghela nafas.

"Burh! Baiklah. Kembali dan beristirahatlah kalian bertiga di tubuhku, bura!"

Namun ...

"Uhuhuhum! Tidak secepat itu, Ursario!" sergah Ursula. Kemudian dia merapal mantra singkat, "Kalian tiga jiwa malang, patuhlah padaku dan penuhi panggilanku!"

Dan kejutan!

Jiwa dari tiga Beary malah terhisap ke dalam tubuh Ursula, alih-alih tubuh Ursario.

"Demi brewok Thor!" umpat Yvika. "Wanita itu mendahuluimu, Boss!"

"Payah," cibir Nema.

Ursario menjejak-jejakkan kakinya karena kesal, "Darny Holly Granny!"

"Gimana sekarang, Boss?" desak Nema. "Punya rencana hebat lain?"

Yang menjawab adalah Yvika, "Lebih baik kita cari dulu dua Beary yang tadi terpencar. Kumpulkan kekuatan."

"Dengan kata lain?" ujar Nema.

"Kabuuur!!" Ursario menyimpulkan.

Secepat kilat, ketiga Beary itu melesatkan kaki-kaki mungil mereka untuk melarikan diri. Lagi.

Sebab kali ini, lawan yang mereka hadapi sungguh di luar dugaan. Mereka perlu taktik baru. Atau riwayat Ursario dan Pasukan Beary akan tamat sebelum waktunya.

Ursula, di sisi lain, masih berdiam di tempat tanpa gelagat untuk segera mengejar.

"Uhmm ... aneh," gumamnya, sambil mengelus-elus perut. "Jiwa ketiga boneka ini ... mengapa aku tidak bisa mengekstrak energinya? Apa karena jiwa mereka terkutuk?"

Ursula merenung sejenak tapi langsung disudahinya. Hal itu bisa dipikirkan lain kali.

Berjalanlah dia perlahan, menghampiri dua Hvyt bawahannya yang masih terkapar tiada daya. Ursula menggeleng-gelengkan kepala tanda kecewa. Demonlordess itu lantas mengarahkan senapannya tegak lurus ke atas, seraya membaca mantra.

"Wahai para Hvyt lemah, kuizinkan kalian untuk menggunakan kekuatan Ursa-Demon yang tersegel di dalam mantel kulit beruang yang kalian sandang. Uhuhuhm!"

Ursula menarik pelatuk. Meletuplah lima berkas energi kegelapan. Dua langsung turun menyambar sepasang Hvyt yang terkapar, sisanya melesat jauh ke suatu arah.

Efeknya ...

Aura kegelapan memancar pekat dari mantel kedua Hvyt. Mantel tersebut secara ajaib melebar, dan terus melebar, hingga menutupi seluruh tubuh dua Demon Mohawk itu. Kemudian keduanya mulai berubah wujud.

Hingga akhirnya ... sosok keduanya sudah seperti monster beruang! Tenaga mereka pun pulih. Mereka berdua langsung bangkit dan meraung keras.

"BRAAAAAAWRRR! Lady Ursula! Kami siap bertempur lagi!"
"BROOOOOAAWR!! Inikah kekuatan Ursa-Demon?! Hebat!"

Ursula langsung menunggangi Hvyt-Bear yang berbulu hitam. Beruang itu segera melesat dengan kecepatan tinggi. Hvyt-Bear satunya lagi, yang berbulu kelabu, juga menyusul dari belakang.

Entah apa yang akan terjadi selanjutnya. Yang jelas, situasi Ursario kini semakin gawat.



-VI-
Pertempuran Benar-Benar Dimulai!


Rex terpelanting begitu tinggi akibat kibasan cakar Hvyt-Bear. Melompatlah Hvyt-Bear lain, melanjutkan serangan dengan cara menubrukkan badan.

Kini Rex menghunjam tanah dengan keras.

Hvyt-Bear ketiga datang. Dia melancarkan elbow drop, tepat menghantam perut Rex. Pemuda itu memuntahkan darah segar dari mulutnya, seiring dengan rasa sakit yang tak terkira. Terlindung zirah memang, tetapi energi benturan itu tetap terasa.

"Urrgh ... mengapa? M-mengapa tiga Hvyt itu tiba-tiba berubah wujud menjadi monster beruang, Nenek?"

Tiga Hvyt-Bear kemudian meraung bersamaan, menggentarkan siapapun yang mendengar itu.

Rex masih tak mengerti. Tadi dia masih sempat mem-bully tiga Hvyt dengan teknik-teknik berpedang aliran Plamya. Rex begitu gagah mempecundangi ketiga Hvyt tersebut.

Namun tiba-tiba berkas cahaya gelap meluncur entah dari mana dan mengenai tiga Hvyt yang sudah hampir kalah. Dan ketiganya segera  berganti wujud menjadi monster beruang dengan kekuatan berlipat ganda.

Satu beruang kutub, tadi melempar Rex ke udara. Satu beruang coklat, menjatuhkan Rex kembali ke bumi. Satu yang terakhir adalah panda, yang dengan tenaga seluruh berat badannya baru saja menghadiahkan Rex teknik siku maut.

Dengan badan bergetar, Rex mencoba bangkit. Tak lupa kalimat penguat semangat digumamkannya.

"A-aku adalah Rex! Nenekku bilang, nama Rex artinya Raja! A-aku tak akan kalah di sin—"

Akan tetapi, kalimat keren Rex tak terucap sampai selesai. Si panda telah melayangkan bogem ke wajah pemuda itu. Darah memuncrat. Rex terjungkal keras ke belakang, memantul satu dua tiga kali di permukaan jalanan ...

Hingga akhirnya tubuh Rex menghancurkan meja ping-pong yang sedang dimainkan Baikai dan kawan-kawan.

Tim Elle—yakni Elle, Baikai, Lucia, Zany, Cheril—tentu saja terkejut. Yang jelas, acara temu kangen mereka akhirnya bubar.

"Rex? Apa yang terjadi??" tanya Baikai.

"Nuooom!" jerit Elle, panik. "Rex babak belur, nom! Dan meja ping-pongnya rusak ... nuooom!"

"Masa' dia kalah dari Hvyt-Hvyt yang tadi?" Lucia memalingkan wajah, "Ah, tunggu. Ke mana perginya Hvyt-Hvyt itu??"

"Ganti wujud jadi beruang itu, kayaknya," ujar Cheril.

"Ini pasti ulah Ursula," ungkap Zany. "M-mungkin dia sudah ada di dekat sini, sekarang."

Ketiga Hvyt-Bear maju menerjang.

"Kawan-kawan!" seru Baikai. "Bersiaplah untuk bertempur!!"

Baikai langsung memunculkan dua Demon sekaligus, yakni Barong dan Randa, personifikasi kebaikan-keburukan dalam mitologi Bali.

Lucia sigap mengambil sepasang baton yang tersemat di pinggangnya, kemudian memasang kuda-kuda.

Cheril menyiapkan busur ajaibnya.

Zany segera mematerialisasi bazooka dengan kekuatan Imagyn-nya.

Elle masih panik, mencoba mencari-cari alat yang bisa digunakan dari dalam tasnya.

Bahkan Rex kembali bangun dengan bermodalkan keringat, tetesan darah, dan airmata.

Sedangkan Leon ... ah, lupakan dia dulu untuk saat ini.

"Nuooom! Mereka datang!!"

***

Yvika terus berlari sambil satu tangannya menembakkan senapan serbu ke arah belakang. Rentetan peluru dimuntahkan senjata itu.

Namun sayang, Hvyt-Bear hitam yang ditunggangi Ursula begitu gesit berlari zig-zag menghindari semua peluru dari Yvika. Bahkan jarak antara Hvyt-Bear dengan Beary itu semakin dekat, dan terus mendekat.

"Demi jidat Loki!! Lincah amat sih beruang itu! Kalau begitu rasakan ini!"

Dua buah granat dilemparkan Yvika.

Meledak dahsyat, memang. Tapi Hvyt-Bear itu dengan mudah melompat menghindari ledakan tersebut. Bahkan beruang jadi-jadian itu langsung menerkam Yvika.

Si Mommy Beary tak sempat menghindar. Hvyt-Bear sudah menindihnya. Ursula mengarahkan senapannya, lalu—

"... Lana ... maafkan Mama," lirih Yvika.

—tubuh Yvika Beary langsung terurai setelah terkena letusan senjata Ursula.

Ursario yang berada di dekat sana langsung mencoba mengamankan jiwa Yvika, namun Hvyt-Bear lain—yang warnanya kelabu—sudah datang menyeruduk. Ursario terlempar hingga membentur tiang listrik.

"Sayang sekali, Ursario. Uhuhuhum!" ledek Ursula.

Seperti tadi, kini jiwa Yvika Beary juga direbut oleh Ursula.

Ursario semakin berang, "Buraaaaaaah!! Sialan, sialan, SIALAN! Beraninya kau Ugly Darny Granny mencuri jiwa-jiwa yang kudapatkan dengan susah payah!!"

Dengan penuh emosi, Ursario menembakkan senapannya berkali-kali. Ursula, bagaimanapun, tetap diam tak menggubris. Sebab, Hvyt-Bear kelabu ternyata sudah bertindak sebagai martir, menerima semua peluru itu.

Akhirnya Ursario kehabisan amunisi. "Brengsek, buraah!"

"Tenang, Boss. Masih ada aku."

Dari jendela lantai dua sebuah bangunan, tampak Nema menyebarkan benih Baby Blue—bunga pelebur—dalam jumlah sangat banyak. Seperti hujan.

"Huhmm?"

Dengan instingnya, Ursula bisa merasakan ancaman bahaya dari bunga-bunga biru itu. Dia segera menggerakkan tunggangannya, Hvyt-Bear hitam untuk menjauhi area persebaran bunga itu.

Ursula dan Hvyt-Bear hitam berhasil menghindar. Namun Hvyt-Bear kelabu gagal, karena masih limbung akibat terkena peluru Ursario.

Tubuh Hvyt-Bear kelabu dihinggapi puluhan Baby Blue dan ... dalam hitungan detik tubuhnya terurai menjadi butir-butir pasir!

Satu musuh akhirnya tertumpas.

"K-kamu membunuh bawahanku, boneka!" hardik Ursula. "Membekulah oleh sihir suku Papelbaer!"

Aura kegelapan memancar dari tubuh Ursula, seraya mantel beruang yang dikenakan berganti warna menjadi seputih salju. Kemudian dia langsung menembakkan senapannya ke arah Nema.

Berkas laser berpendar putih-biru melesat secepat kilat.

Nema mencoba berlindung dengan masuk ke dalam. Tetapi tembakan Ursula ternyata mampu membekukan seluruh bangunan yang Nema tempati. Pembekuan merambat sangat cepat, semakin dekat dengan posisi Nema—

"Hahaha, tamatlah aku," Nema tertawa jengah. "Tapi setidaknya aku bisa membereskan satu."

—dan Flowery Beary itu akhirnya ikut membeku.

Mantel Ursula kembali ke warna semula.

Kembali dia menembak ke arah Nema yang sudah membeku. Kali ini senapannya hanya meletupkan bola energi yang kecil saja, tapi sudah cukup untuk menghancurkan Nema-beku hingga berkeping-keping.

Jiwa Nema melayang-layang dari puing es.

"Buraa! Kembalilah padaku, jiwa Nema Beary!"
"Patuhlah padaku dan penuhi panggilanku!"

Kali ini Ursario dan Ursula memantra dalam waktu yang bersamaan.

Jiwa Nema bergoyang-goyang ke depan dan ke belakang, pertanda sedang terjadi tarik-menarik antara sihir Ursario melawan sihir Ursula.

Ursula menyeringai, "Uhuhuhm! Aku yang mengajarimu sihir pemangsa jiwa. Kamu pikir bisa mengalahkanku dalam hal ini?"

Tiba-tiba jiwa Nema tersedot dengan sangat kuat ke arah Ursula. Ternyata sihir Demonlordess itu memang jauh lebih unggul daripada Ursario. Bertambahlah satu jiwa Beary ke dalam koleksi Ursula.

"Sekarang apa, Ursario?" ejek Ursula.

Ursario terdiam.

Dia benar-benar kehabisan cara untuk menghadapi lawannya kali ini.

Kecuali mungkin ...

"Sebenarnya aku nggak mau menggunakan teknik memalukan ini, buraa," kata Ursario, pelan saja.

Boneka beruang itu berbalik badan dan mengambil posisi menungging.

"Uhmm?? A-apa yang kamu...?"

Tanpa disangka-sangka Ursula, dari lubang bokong si Beary melesatlah dua butir telur ajaib.

Satu telur tepat mengarah ke mulut Hvyt-Bear hitam yang terbuka lebar, langsung tertelan. Satu telur lagi mendarat di pangkuan Ursula.

"...?! Telur apa ini???"

Sewaktu Ursula masih kebingungan, kedua telur ajaib itu sudah meretak, semakin retak, lalu ...

Menetas.

Halilintar menyambar dari dalam telur. Ursula terkena telak. Dia terdorong oleh tenaga petir itu, terlepas dari tunggangannya, kemudian terpelanting jauh ke belakang.

Ursula terjatuh keras di permukaan jalanan, kemudian terguling-guling dengan badan mengepulkan asap.

Sementara Hvyt-Bear yang menjadi tunggangannya bernasib lebih malang. Telur badai menetas di dalam perutnya. Tanpa ampun, organ dalam monster beruang itu hancur seketika.

Hvyt-Bear terkapar tak berdaya. Tak lama. Sebab, akhirnya tubuh Hvyt-Bear itu pun terburai menjadi asap dan hilang tanpa bekas.

Dengan emosi memuncak, Ursula bangkit.

Pakaiannya gosong di beberapa tempat. Seluruh badannya terasa remai. Memang, jiwa Ursula tetaplah Demonlordess yang perkasa ... namun raganya saat ini hanyalah pinjaman. Raga wanita biasa. Tentunya masih bisa terluka.

Bahkan yang paling parah, sambaran petir tadi telah merusak wajahnya. Terutama di bagian hidung.

Darah mengucur dari kedua lubang hidungnya.

"Si-sinyalan!" maki Ursula dengan suara bindeng, sembari tangannya menyeka darah yang membanjir dari hidungnya.

Mata Ursula masih berkunang-kunang akibat kilatan cahaya yang begitu tiba-tiba seperti tadi. Begitu kuatnya cahaya itu sampai bisa menembus perlindungan kacamata hitam yang dikenakannya.

Setelah pusingnya mereda, barulah Ursula mengamati sekeliling. Dan dirinya justru semakin kesal. Sosok Ursario sudah tak terlihat di manapun. Akhirnya si boneka berhasil melarikan diri juga.

Mimisan Ursula terus berlanjut.

Terpaksalah dia menyobek sebagian mantelnya untuk menyumpal kedua lubang hidungnya.

Sekarang bagaimana dirinya bisa mengejar Ursario? Bagaimana cara mendeteksi keberadaan boneka beruang itu? Indera penciuman Ursula telah dilumpuhkan ... setidaknya untuk sementara.

"Bnyengsek!!" kembali Ursula mengutuk. "Tyak kushangka dinya ngunya jungus benginyu!"

Untuk melampiaskan kekesalannya, Ursula hanya bisa menendangi puing-puing batu. Satu dua tiga bongkahan batu disepaknya hingga meroket sampai ke angkasa.

Sampai akhirnya Ursula mendengar bunyi itu. Yakni gemuruh pertempuran dari jarak sekitar satu-dua blok.

Ursula tersenyum kecil. Setidaknya indera pendengarannya berfungsi. Sedikit pengang memang, setelah gelegar petir tadi. Tapi masih tajam seperti biasa.

Tak menemukan petunjuk lain, Ursula akhirnya pergi untuk mengecek sumber bunyi.

***

Di dalam suatu gedung, Ursario duduk termenung. Dia bukan sekedar bersembunyi tanpa alasan. Ada satu rencana yang bisa dipikirkannya untuk membalikkan keadaan.

Ursario mengintip keluar jendela, menyaksikan beberapa sosok yang dikenalinya tengah bertempur melawan tiga monster beruang—Hvyt-Bear. Para petarung itu, sesuai skenario turnamen, seharusnya menjadi lawan Ursario di babak ini. Tetapi untuk saat ini, Ursario sudah tidak peduli lagi soal itu.

Ada musuh dengan tingkat bahaya jauh lebih tinggi, yaitu Ursula, yang kini mesti dikalahkannya dengan cara apapun.

Ursario mengamati lagi ... ah, ternyata ada dua Beary yang dari tadi dicarinya, yang malah ikut bertempur di sana. Namun Ursario tak bisa keluar dari persembunyian sekarang, sekalipun itu untuk menjemput dua Beary tersebut.

"Buruuuuaah," Ursario menarik nafas dalam-dalam. "Sihir ini ... akan menguras sisa energi jiwaku, bura. Tapi kalau sukses, sebaliknya, aku bakalan dapat stok energi jiwa yang jauh lebih banyak. Burahahaha."

Setelah terkekeh singkat, Ursario mulai membaca mantra tingkat tinggi.



-VII-
Sihir Perangkap dari Ursario


"Barong, gunakan [Ziodyne]! Rangda, [Agidyne]!" titah Baikai.

Kedua Demon itu melepaskan sihir elemental sesuai instruksi. Satu kali petir raksasa menyambar, diikuti dengan kobaran api yang membumbung tinggi.

Hvyt-Panda terkena telak. Badannya langsung oleng. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh Rex untuk melancarkan serangan beruntun.

"Plamya Style : [Akisazame]!"

Rex menusukkan pedang ajaibnya secara bertubi-tubi dengan kecepatan di luar akal sehat. Yang tampak di mata seolah-olah tangan Rex berbayang menjadi belasan. Rex mengakhiri jurus pertamanya dengan tebasan vertikal sambil melompat.

Kemudian ...

"[Kogarenzan]!"

Jurus kedua. Dengan tubuh masih melayang di udara, Rex mengayunkan pedangnya empat kali. Tebasan pertama vertikal ke atas, kedua dan ketiga adalah horizontal kanan-kiri, ditutup dengan sabetan dari atas. Semuanya dilakukan hanya dalam dua detik.

Hvyt-Panda sudah babak belur. Namun Rex belum mau berhenti. Masih ada jurus penutup.

"[Shishisenkou]!!"

Setelah mendarat, Rex menusukkan pedangnya dengan kekuatan penuh. Terciptalah ledakan aura yang berwujud seperti kepala singa. Bahkan gelegar bunyinya pun terdengar seperti auman.

Tersambar jurus itu, Hvyt-Panda terjungkal tak berdaya. Wujudnya kembali menjadi Hvyt normal, sedangkan mantel kulit panda yang dikenakannya secara ajaib menguap bagaikan asap.

Satu lawan takluk.

Baikai menghampiri Rex. Keduanya melancarkan salam brofist yang akrab.

"Anda sungguh hebat, Tuan Rex," puji Baikai. "Hanya dengan pedang tumpul seperti itu bisa menumbangkan monster yang amat tangguh."

"Hoo ... bisa melihat bilah Giruvedan? Berarti kau juga orang hebat," balas Rex.

"Kalau begitu mari kita bantu Nona Lucia," saran Baikai.

Rex melirik ke arah kiri. Dan memang, Lucia tampak kewalahan menghadapi serbuan Hvyt-Bear versi beruang coklat.

Setelah mengangguk, Rex menjawab, "Baiklah, aku setuju—"

Namun saat itulah terjadi hal yang aneh!

Tahu-tahu muncul semacam formasi lingkaran sihir di permukaan tanah, berkilau agak gelap. Ukurannya tidak tanggung-tanggung, kira-kira seluas stadion bola, meliputi setiap jengkal tanah yang dipijak Baikai dan kawan-kawannya. Dari kerumitan bentuknya, bisa diperkirakan kalau ini adalah sihir tingkat tinggi.

"A-apa ini??" seru Rex.

"Circla Magica yang luar b-biasa ...," komentar Baikai.

Kejadian ini cukup untuk membuat pertarungan terhenti selama beberapa saat. Entah itu di kubu para petarung, ataupun di kubu dua Hvyt-Bear, semuanya terkejut.

".........??" Lucia hanya bisa terbengong.

"Braawrr??" bahkan Hvyt-Bear pun terbingung.

Dan ini yang lebih aneh. Secepat itu munculnya, secepat itu pula menghilangnya. Tiba-tiba formasi lingkaran sihir itu sudah lenyap begitu saja.

Tanpa efek apa-apa.

...

Pertempuran berlanjut.

Barong dan Rangda kembali ke tube, sementara Baikai memunculkan satu Demon lain. Namanya Majunia, Demon rahasia yang tak terdaftar di Compendium. Jubah putih yang dikenakan Demon ini berkibar-kibar sangat keren sewaktu tertiup angin.

"Majunia! Kita lakukan [Demon Spark]!!" seru Baikai.

Sang Demon tersenyum kecil, "Sudah waktunya. Daripada keberadaan Demon ataupun God, saat ini dunia lebih membutuhkan petarung yang kuat."

Sosok Majunia berpendar menjadi bayangan, yang kemudian menyatu dengan raga Baikai. Pemuda itu langsung berganti wujud. Pakaiannya berubah menjadi jubah putih, kulitnya menjadi kehijauan seperti penampilan sang Demon.

Baikai memasang kuda-kuda kokoh, sembari ujung pedangnya disentuhkan ringan di depan kening. Dia langsung memusatkan energi Demonic-nya di ujung pedang itu.

Rex segera mengerti, "Oke. Kalau begitu aku akan membuat monster beruang itu lengah dan terpampang nyata untuk kau hajar dengan jurusmu itu."

Setelah mengatur nafas, Rex berlari maju.

...

Sementara itu, Lucia ...

Dia masih kelimpungan meladeni Hvyt-Bear yang terus menerjangnya. Lucia hanya bisa menghindar setiap Hvyt-Bear itu mencoba menerkam ataupun mencakarnya.

Sewaktu ada kesempatan, Lucia balas menyerang dengan melemparkan apapun yang bisa dipungutnya—kerikil, bongkahan batu, kepingan aspal, terali jendela, potongan pipa, kotak kayu, drum, pokoknya apapun!

Namun tentu saja, serangan seperti itu tidak akan cukup kuat untuk mengalahkan Demon tangguh semacam Hvyt-Bear.

Sesekali Lucia memukul dengan baton besi, yang langsung disesalinya karena ternyata tubuh Hvyt-Bear begitu kokoh. Malah Lucia yang merasakan tangannya kesemutan.

Lucia sempat mempertimbangkan untuk mengeluarkan teknik rahasianya. Namun wanita itu selalu urung, mengingat kemampuannya punya efek samping yang menyusahkan.

Saat itulah sang Pahlawan kembali beraksi.

Dengan pedang sucinya, Rex langsung melancarkan teknik tingkat tinggi.

"Plamya Style : [Majin Rengazan]!!"

Rex mengibaskan pedangnya berulang-ulang seperti kesurupan. Setiap ayunan pedangnya menghasilkan gelombang tebasan yang merambat cepat menyusuri permukaan tanah.

Hvyt-Bear yang terlalu terfokus pada Lucia tidak menyadari datangnya serangan itu. Semua sabetan jarak jauh itu menghantam badannya, telak.

Rex pun menutup serangannya dengan satu gelombang penebas yang superkuat. Terkena itu, Hvyt-Bear langsung sempoyongan dengan bintang-gemintang berputar di atas kepalanya.

"Baikai! Ini kesempatanmu!" teriak Rex.

Dari kejauhan, Baikai sudah siap dengan tekniknya. Dia mengarahkan ujung pedangnya ke depan, seraya berseru, "[Makankosappo]!!"

Ajaib! Berpusat dari ujung pedang itu, memancarlah rangkaian laser Demonic yang elegan. Satu sinar merambat lurus di udara, dihiasi sinar lain yang berputar spiral melingkari sinar tadi.

Tahu-tahu, tubuh Hvyt-Bear sudah tertembus teknik [Makankosappo] dari Baikai. Ambruklah Hvyt-Bear itu ... langsung meregang nyawa.

"A-astaga ... kalian berdua menakutkan, punya jurus berbahaya begitu."

Lucia menyindir, walaupun sebenarnya dia lega juga karena Rex dan Baikai sukses melumatkan Hvyt-Bear merepotkan itu.

Teknik [Demon Spark] Baikai usai, sosok pemuda itu kembali normal. Demon Majunia kembali ke dalam tube.

Tinggal satu monster beruang lagi.

Baikai, Rex, dan Lucia, kompak menoleh ke satu arah.

...

Hvyt-Bear mencoba menerjang Elle dari depan. Namun beberapa meter sebelum mencapai gnome mungil itu, lagi-lagi Hvyt-Bear terkena perangkap.

Tiba-tiba monster beruang itu terlempar ke udara.

Ternyata tanah yang dilaluinya tadi telah diubah Elle menjadi Springfield—jebakan pelontar. Puluhan pegas bertenaga tinggi langsung bekerja ketika Hvyt-Bear menginjak lokasi jebakan itu.

"Zany, Cheril, giliran kalian, noom~!"

Dua Beary yang disebut Elle segera beraksi.

Cheril sudah melepaskan 10 anak panah sihir, yang ketika mengenai tubuh Hvyt-Bear langsung menimbulkan rentetan ledakan. Zany menutup semuanya dengan satu tembakan bazooka.

Langit bergemuruh seolah ada gunung berapi yang meletus. Asap hitam menyembur ke segala arah.

Ketika kepulan asap menipis, tidak tampak ada serpihan tubuh yang tersisa dari Hvyt-Bear malang itu.

Tim Elle plus Rex langsung berkumpul merayakan kemenangan total mereka. Letih yang didapat selama pertarungan tadi seolah sirna semuanya ketika mereka berenam bergembira.

Ah, bagaimana dengan Leon? Bukankah ini adalah realm-nya? Mengapa dia belum beraksi juga? Kapan dia akan mulai bertarung? Kapan?

Mari kita lihat.

Ternyata dia masih terkapar. Jari telunjuknya kembali menuliskan huruf-huruf baru dengan tetesan darahnya. Kali ini bunyinya :

"S-a-b-a-r-d-o-n-g"

...

...

Selagi Tim Elle plus Rex sedang bersukacita, terdengarlah bunyi tepuk tangan dari suatu arah.

Plok!

Plok!

Plok!

Ketika mereka menoleh, tampaklah sosok itu. Wanita bermantel kulit beruang tengah menyeringai.

Zany dan Cheril langsung mengenalinya.

"Ursula!!"

Tepuk tangan Ursula berhenti.

Kemudian dia berkata, "Bangus, nya? Bawanghan nyang bangu nadi magi kurekngut, sengarang semuanga ngudah tentungmas!"

"Hah??"

Tentu saja, perkataan Ursula yang tak begitu jelas itu hanya membuat Baikai, Rex, Lucia, Elle, Cheril, dan Zany, kompak melongo.

"Amangah kangian merngah mengengar kingah tennang Beangy Mottnger?"

"Haahh???!"

Seperti biasa, Ursula mencoba menjerat lawannya dengan dongeng sugestif. Tapi kali ini, lantaran suaranya sengau akibat hidung tersumpal, pancingan Ursula gagal total.

"Tante yang bersuara lucu, nom~!" komentar Elle.

"Wakakakaw!" tawa Rex. "Ngomong apaan sih, tante itu?"

"Hush, Tuan Rex," hardik Baikai, "tidak sopan menertawai tante-tante."

"Dan bukankah menyebut wanita dengan panggilan 'tante' juga tidak sopan?" Lucia menepuk jidat.

Ursula meradang.

Seketika, aura kegelapan tampak meluap-luap dari dalam tubuhnya. Dengan mendengus sedikit, sumpal hidungnya pun terlepas. Kemudian Ursula melepaskan aura kegelapan miliknya seperti ledakan energi.

Hempasan aura itu menyebar ke segala arah dalam radius 100 meter. Semua bergetar kencang hanya karena tekanan aura kegelapan Ursula.

Elle dan dua Beary, karena tubuh mungil mereka, langsung terlempar belasan meter ke belakang. Lucia berjongkok, mencoba bertahan, sekalipun telapak kakinya terus terseret mundur.

Hanya Baikai dan Rex yang masih berdiri tegak, meskipun harus sambil memasang kuda-kuda kokoh.

Saat itulah Baikai, Rex, Lucia, dan Elle, menyadari kalau sosok yang berdiri di sana bukanlah sembarang tante yang bisa seenaknya mereka tertawai.

Adapun Cheril dan Zany ... kedua Beary itu kembali merinding karena merasakan kekuatan sang Demonlordess.

"C-Cherily, lebih baik kita melarikan diri, sekarang!" Zany menarik-narik baju rekannya.

"Ha? Kenapa?? Masa' kita ninggalin temen-temen yang lain di sini??" protes Cheril.

"Apa kau nggak merasakan itu?!" bentak Zany. "Di dalam tubuh si Ursula ... kamu pasti kenal energi-energi itu, sebagai sesama Beary!"

Cheril kemudian mencoba mendeteksi apa yang dimaksud kawannya. Kemudian mata Blondey Beary itu terbelalak begitu mengetahui ...

"A-astaga! Jiwa semua Beary yang lain udah ditangkapnya?!"

"Aku nggak tahu apa yang terjadi setelah kita terpisah dari rombongan Beary yang lain," ujar Zany. "Tapi jelas, ini gawat sekali. Super gawat!"

"Di mana Ursa-chan?" tanya Cheril.

"Itu dia!" timpal Zany. "Kita mesti mencari si Tuan Teddy Beary itu. Sambil berusaha agar jiwa kita nggak ikutan terserap Ursula."

Cheril terdiam.

"Pokoknya, kita hanya bisa kabur, Cherily. Diam-diam." Zany menghela nafas. "Lagian ... Elle dan yang lainnya kan mestinya jadi lawan kita juga di babak ini. Nggak masalah kalau mereka dan si Ursula saling gebuk."

Cheril sebenarnya tak setuju dengan perkataan Zany, tapi si Blondey Beary memilih untuk tidak membantah.

Kedua Beary itu akhirnya mengendap-endap mundur, seraya mencari celah untuk melarikan diri.



-VIII-
Pembantaian!


Setelah puas memamerkan aura kegelapan, Ursula mulai meregangkan persendian. Kemudian dia mencabut senapan yang tadinya tersemat di pinggang.

Tak ada aba-aba, Ursula langsung melesat maju.

"D-dia datang, kawan-kawan!" seru Baikai.

Hanya dalam sekedipan mata, Ursula sudah berdiri tepat di hadapan Baikai, Rex, dan Lucia. Demonlordess itu lantas mengibaskan senapannya, menghantam muka Lucia tanpa terelakkan.

Topi Lucia terlepas, bersamaan dengan percikan darah. Lucia sendiri sudah terpelanting dan berputar di udara satu kali, sebelum akhirnya terjatuh dengan keras, tak jauh dari posisi Elle.

"Lu-Lucia nuoooommm!!" jerit Elle, sambil berlari menghampiri.

".... urgh ... b-bajingan ...!"

Lucia hanya bisa memaki. Sekujur badannya nyeri. Mulutnya mengucurkan darah segar dalam jumlah yang tidak sedikit. Lucia merasa begitu lemah ... seolah untuk berdiri saja dia sudah tak punya tenaga.

Baikai dan Rex tersulut.

Keduanya langsung menebaskan pedang mereka. Namun mudah bagi Ursula menahan itu dengan melintangkan badan senapan.

Dua pedang dan satu senapan saling terkait.

Baikai dan Rex mencoba mengerahkan tenaga mereka, menekan pedang masing-masing semakin kuat, untuk mendorong Ursula.

"Bocah Zirah," sapa Ursula. "Pedangmu unik juga, uhuhuhm. Tak terlihat, tapi ada."

Tiba-tiba, mantel Ursula berubah warna menjadi hitam. Dalam kondisi begini, kekuatan fisiknya meningkat. Dengan satu desakan ringan saja darinya, dua pemuda itu sudah terdorong mundur beberapa langkah.

Pertahanan Baikai dan Rex terbuka.

Ursula menyodokkan gagang senapannya ke dada Rex. Sangat kuat. Zirah kebanggaan Rex meretak, sementara tubuh pemuda itu diterbangkan jauh ke belakang ... hingga terjerembab ke kumpulan belukar.

Masih dalam satu rangkaian serangan, Ursula mengayunkan gagang senapannya menyamping untuk meremukkan tengkorak Baikai.

Beruntung, Baikai masih bisa memiringkan kepalanya, sehingga ayunan senapan Ursula hanya lewat beberapa senti saja di depan hidung pemuda itu.

"Urgh, bahaya!" Baikai merutuk. Sedetik kemudian dia mencoba untuk memanggil Demon. "Wahai Black Frost, Lilith, muncullah ke hadapanku—"

Tetapi apa yang terjadi?

Sebelum kedua Demon itu mewujud sempurna dari tube, Ursula sudah lebih dahulu menyambut. Tanpa pertahanan, dua Demon itu telak menerima cabikan cakar Ursula—dari tangan yang tak memegang senapan.

Black Frost dan Lilith lenyap, takluk seketika.

Baikai sungguh terkejut sampai tak bisa berkata apa-apa. Kelengahan itu segera dimanfaatkan Ursula untuk menghukum Baikai lebih jauh. Satu ayunan senapan, kali ini tepat mengena badan Baikai.

Pemuda itu memekik kesakitan ketika merasakan beberapa tulangnya remuk akibat hantaman Ursula.

Namun yang lebih parah, ternyata benturan itu juga menghancurkan hampir seluruh tube yang tersimpan di balik jaket Baikai—dengan demikian, memusnahkan para Demon yang tersimpan di dalamnya.

Murka, Baikai langsung mengambil revolver dan memuntahkan semua isi barel senjata itu ke muka lawannya. Sayangnya, tembakan panik dari Baikai tak berarti apa-apa ketika Ursula dengan sigap menundukkan badan.

Bahkan ...

"Urgghhh?!!"

Darah memuncrat deras bercampur serpihan-serpihan daging saat Ursula menusukkan tangan kirinya menembus sisi kanan perut Baikai.

Pemuda itu langsung ambruk tiada berdaya.

Sesosok Demon mungil keluar dari satu-satunya tube Baikai yang tersisa. Dia adalah Demon Pixie, peri kecil yang ukurannya hanya setelapak tangan.

"Tuan Baikai...?! Tidak! Tidaaak! Tuan ... jangan mati! Pixie akan menyembuhkan Tuan!"

Demon mungil itu merapal mantra penyembuh level rendah, [Dia]. Itu satu-satunya sihir penyembuhan yang dikuasainya.

Namun sia-sia saja, mengingat luka Baikai sudah terlampau parah. Pixie terus mengulang-ulang sihirnya, berharap pada keajaiban yang tak akan pernah terjadi.

Ursula membiarkan Pixie untuk sementara. Dia melirik ke arah kanan, melihat sesuatu yang lebih menarik.

"Ksatria yang tangguh. Uhuhuhm. Kalau begitu ..."

Mantel Ursula kini berubah warna menjadi putih seluruhnya. Dia mulai membidikkan senapannya.

...

Rex sudah bangkit, berbekal semangat.

Dia menggenggam pedang Giruvedan erat-erat, merasa sudah waktunya membangkitkan [Sword of the Devoted], kekuatan sejati pedang suci itu. Aura keemasan menguar dari pedang itu, dan kini wujud pedang itu terlihat

"Wahai Nenekku yang seksi, Dewi Perang Mirabelle! Berikan aku kekuatan untuk menjadi Pahlawan yang bisa membasmi kejaha—"

Seharusnya Rex tak perlu banyak berseru.

Seharusnya dia tak lengah.

Belum sempat dirinya menunjukkan kekuatan terbaiknya, tiga lembing es sudah menembus tubuhnya tepat di dada. Zirah Rex tak mampu menahan sama sekali.

"....?! I-ini ...???"

Rex menatap ke depan ... menyaksikan Ursula tertawa sehabis menembakkan senapan sihirnya.

Setelah itu Rex jatuh berlutut. Tak ada hawa kehidupan lagi yang memancar dari tubuhnya.

...

Leon tak mau lama-lama terkapar. Kekacauan ini tak bisa didiamkan begitu saja.

Inilah saatnya dia beraksi!

Diambilnya tiga butir kristal dari kantong jaketnya. Warna biru untuk [Rushtio], peningkat kecepatan. Warna merah untuk [Raging Bash], melipatgandakan kekuatan fisik. Dan warna kuning, [Perversio], penambah ... err, kemesuman.

Dipecahkanlah ketiga kristal itu, mengaktifkan semua efek itu sekaligus.

Leon merasakan tenaganya meluap-luap ketika aura tiga warna menyelubungi tubuhnya. Dia melompat bangkit dan bersiap untuk sebuah pertarungan.

...

Melihat Baikai bersimbah darah, Elle tiba-tiba mengamuk. Entitas Khaoss di dalam dirinya sudah menguasai seluruh kesadarannya.

"NOAAAAAAM!! Bunuh, bunuh! Elle akan membunuhmu, Tante!!"

Elle berlari maju hanya berbekal senjata Dr.Ill—mesin bor—di genggaman tangannya.

"Elle! J-jangan lawan wanita itu! Stop!"

Lucia hanya bisa berteriak, mencoba menghentikan Elle. Namun suara Lucia tak pernah sampai ke hati Elle yang sudah dirasuk Khaoss.

Terkekeh Ursula menyaksikan sosok gnome yang mau melawan dirinya. Tak mau berlama-lama, Ursula langsung menyambut.

Ketika Elle menusukkan Dr.Ill, Ursula menepis dengan ayunan senapan. Mesin bor itu terlepas dari tangan si gnome. Tanpa pertahanan lagi, tangan kiri Ursula langsung mencengkeram leher Elle.

"Gnome yang memiliki entitas Demonic di dalam dirinya, uhuhuhm, lucu juga."

Ursula terus mencekik Elle, mengangkat si mungil tinggi-tinggi. Tak ada perlawanan yang diberikan gadis gnome itu. Tubuhnya sudah lemas.

Tak mau berdiam diri tanpa berjuang apa-apa, Lucia akhirnya memaksakan diri untuk bangkit dan melawan. Dipusatkannya seluruh energi spiritual dalam dirinya untuk melancarkan satu teknik pamungkas.

"[Soul Fire]! Uwaaaargh!!"

Dari kedua tangan dan kaki Lucia, memancarlah api terang berwarna kehijauan. Wanita itu langsung menerjang maju.

Melihat pergerakan Lucia, Ursula tersenyum kecil.

"Mau menjajal pertahanan Pandorientis? Silakan saja, uhuhum," tantang sang Demonlordess, yang mengubah lagi warna mantelnya ... kini bermotif hitam-putih bagaikan panda.

Lucia meninju bertubi-tubi, semuanya mendarat telak di badan Ursula.

"Lepaskan tangan kotormu dari Elle, bajingan!"

Lucia melanjutkan dengan tendangan. Berkali-kali dia melepaskan sapuan kaki menghantam muka Ursula, dadanya, perut, atau apapun yang bisa dijangkau.

Namun tak berdampak apa-apa.

Ursula tetap berdiri kokoh. Malahan, Lucia yang merasakan nyeri luar biasa di kepalan tangan ataupun kakinya.

"...??! Apa-apaan ini??"

Satu menit berlalu, habislah sudah durasi [Soul Fire] Lucia. Efek samping jurus ini segera mendera. Lucia jatuh bersimpuh, lemas setelah seluruh energi spiritualnya terkuras habis. Pandangan matanya mulai kabur.

"Sudahan?" ledek Ursula. "Kalau begitu nih ambil, gnome favoritmu."

Setelah puas meremukkan leher Elle, Ursula melempar tubuh gadis mungil itu ke arah Lucia. Kehabisan energi, wanita itu hanya bisa berpasrah. Benturan dari tubuh Elle, membuat kesadaran Lucia hilang sepenuhnya.

Kedua petarung itu tak bergerak lagi. Mata Elle maupun Lucia mendelik kosong. Tidak ada tanda-tanda kehidupan.

Mantel Ursula kembali ke warna normal. Dia menghela nafas panjang.

Sudah selesaikah semuanya?

"Belum!" teriak lantang seorang pria.

"...??!"

Ursula terkejut.

Seseorang memeluknya dari belakang!

Ketika Ursula melirik, yang terlihat adalah wajah pria berambut emo dengan tatapan buas. Seperti sorot mata penjahat kelamin.

Dia adalah Leon.

Dan bukan Leon namanya kalau tidak mencuri kesempatan dalam situasi seperti ini. Bahkan Demonlordess pun menjadi korban raba-raba.

"Mengecewakan ... 'boing-boing'mu kurang jumbo, Neng! Dan coba rambutmu dicat biru, pastilah sempur—"

"LANCANG!!"

Ursula langsung membanting tubuh Leon ke depan. Pria itu terguling satu kali.

Kemudian serangan Ursula datang, yakni satu tebasan senapan dari atas. Tujuannya pasti ingin menghancurkan kepala Leon, sekaligus dengan otak mesumnya.

Beruntung, dari posisi berjongkok, Leon sempat menyilangkan Gunblade untuk menghalau hantaman Ursula.

Api memercik ketika kedua logam itu berbenturan.

Mereka berdua saling mencoba untuk menekan. Meluaplah aura masing-masing. Ursula dengan aura kegelapan dan Leon dengan aura berpendar merah-biru-kuning.

Bagaimanapun, tenaga Ursula masih lebih unggul. Dia sudah kembali meminjam kekuatan suku Orsoneridia—mantelnya kembali menghitam.

Leon buru-buru melompat mundur sehingga senapan Ursula hanya meremukkan permukaan tanah.

Sihir dopping Leon sudah hampir sampai pada batasnya. Nafas pria itu mulai memburu.

"O-oke ... hhh ... saatnya Limit Break!"

Leon mengayunkan Gunblade-nya, menyerbu secara membabi buta. Niatnya ingin meniru teknik [Renzokuken] yang legendaris itu. Sayangnya, [Renzokuken KW II] ini jauh dari kata memuaskan.

Setiap tebasan Leon selalu berhasil ditangkis Ursula dengan senapannya. Satu tikaman pamungkas Leon malah dihindari sempurna hanya dengan melangkah ringan ke samping.

Malahan, moncong senapan Ursula sudah mengarah ke pelipis Leon, siap meletus.

"Owh, dammit!" maki Leon.

Di saat-saat terakhir, dia sempat mengangkat bilah Gunblade-nya sebagai pengganti perisai. Akan tetapi, ledakan sihir dari senapan Ursula terlalu kuat untuk bisa dibendung.

Leon roboh.

Setengah wajahnya hancur. Begitu pula dengan badan bagian kirinya. Nafas Leon langsung menghilang.

"Humph!" decih Ursula.

Kemudian dia menatap Demon mungil, Pixie, yang dengan usaha sia-sia masih mencoba membangkitkan tuannya dari jerat kematian.

Mendekatlah Ursula. Dia menggenggam ujung senapannya lalu mengambil ancang-ancang seperti pemain golf. Dan betul, Pixie-lah yang menjadi 'bola'nya.

Bola pun dipukul ... melayang indah sampai tak terlihat lagi.

Ursula tertawa kecil, tampak begitu menikmati permainannya. Kemudian dia teringat sesuatu. Selagi dia bermain-main dengan lima petarung, ada yang mencoba melarikan diri darinya.

Sang Demonlordess lantas membidikkan senapan ke suatu arah dengan penuh keyakinan.

"Uhuhum. Kalian berdua tidak bisa bersembunyi dariku."

Senapan meletup, melepaskan bola energi yang langsung menciptakan ledakan besar di suatu tempat. Puing-puing berterbangan, hancur berkeping-keping. Ketika kepulan asap menipis, barulah tampak dua sosok yang menjadi korban serangan itu.

Cheril dan Zany, kedua Beary itu sudah tergolek lemas.

"Urrgh ... sial! ... kita terlambat kabur ... ahaha ... haha ...."
"I-inikah akhir hidup ... kita ... Zany?"

Badan boneka mereka mulai memudar dan mengurai.

***

Baikai.

Rex.

Elle.

Lucia.

Leon.

Kelima petarung itu tertumpas, bahkan sebelum bertemu lawan yang seharusnya mereka hadapi di babak ini.

Cheril.

Zany.

Dua Beary itu gagal melarikan diri.

"Uhuhmhumhahahahaa!!" Akhirnya Ursula tertawa lepas. "Saatnya kupanen jiwa kalian."

Seperti biasa, Ursula merapal mantra penyerap jiwa. Tubuh para korban pembantaian segera melebur, kemudian menggumpal menjadi tujuh jiwa yang melayang-layang di udara.

"Sekarang, jiwa-jiwa yang malang, patuhlah padaku dan penuhi panggilanku!"

Namun tujuh jiwa itu bergoyang-goyang kencang, tak mau menuruti keinginan Ursula.

"Uhm??"

Setelah itu, formasi lingkaran sihir raksasa—yang tadi sempat muncul dan menghilang—kembali menampakkan diri di permukaan tanah.

"T-tunggu ... ini kan ...."

Semua berlangsung sangat cepat. Tujuh jiwa yang melayang-layang di udara sudah terhisap oleh formasi lingkaran sihir itu.

"Sialan! Ini sihir [Demonlord's Mark]!" maki Ursula, menyadari apa yang sebenarnya terjadi.

Dan lingkaran sihir itu segera menghilang setelah menyelesaikan fungsinya.

Ursula hanya bisa mengutuk kecerobohannya. Dia tahu persis siapa yang melakukan semua ini.

"Ursario!!! Keluar kamu!!"



-IX-
Duel Penobatan


Sihir [Demonlord's Mark], sesuai namanya, hanya bisa dimantra oleh Demonlord. Biasanya sihir ini digunakan dalam medan peperangan. Fungsinya untuk menandai semua prajurit—kawan ataupun lawan—yang diliputi oleh lingkaran sihir itu. Jika mereka gugur, maka sang Demonlord berhak atas kepemilikan jiwa-jiwa yang sudah ditandai.

Sihir tingkat tinggi seperti ini tentunya membutuhkan energi dalam jumlah besar untuk memantranya. Yang dilakukan Ursario bisa dikatakan sebagai pertaruhan.

Andai saja Ursula menyadari kalau tempatnya bertarung sudah ditandai dengan [Demonlord's Mark], tentu saja rencana Ursario akan gagal total. Ursula hanya perlu memantra sihir sejenis untuk membatalkan penandaan yang dilakukan Ursario.

Untuk kali ini, anggap saja Ursario benar-benar beruntung.

***

Di dalam suatu gedung ...

Ursario merasakan energi jiwanya baru saja bertambah drastis.

Formasi lingkaran sihir di perutnya terhubung dengan lingkaran sihir yang tadi menyerap lima jiwa petarung plus dua jiwa Beary. Bertindak seperti portal, jiwa-jiwa itu kini teralihkan ke dalam tubuh Ursario.

Setelah semua jiwa tertransfer dengan selamat, lingkaran sihir di perut Ursario lenyap.

"Burahahaha! Akhirnya kalian kembali, Zany Beary dan Cherily Beary. Dan selamat datang juga untuk kalian berlima, jiwa-jiwa malang yang ditumpas si Darny Granny."

Yang disapa pun menjawab.

Whut? A-apa kau bilang? Jadi sekarang aku berada di dalam tubuh seekor boneka beruang?—kata jiwa Rex.

Baby Bear! Ternyata itu kamu, nom~!—jiwa Elle malah terdengar ceria.

Astaga! Ini 'spark' yang sama sekali di luar bayanganku—ungkap jiwa Baikai.

Noooo! Aku tidak terima ini!—protes jiwa Leon—berarti kita bakalan dikutuk jadi boneka beruang juga, 'kan? Aaargh!! Mana bisa merayu cewek kalau wujudku begitu ... hiks ...

Ahahaha, terima saja kenyataan menyedihkan itu, Bung!—hibur jiwa Zany—Tapi baguslah aku kembali ke sini. Kupikir tadi aku bakalan ditewaskan si Ursula.

Tapi kita memang sudah mati, 'kan?­—tanya Lucia.

Ng .... jiwa kita 'hidup' di dalam Ursa-chan—jelas Cheril—dan tubuh Beary itu lucu menggemaskan lho ... kalian pasti suka.

Ursario menghela nafas panjang.

"Cukup mengobrolnya, burah! Sekarang aku akan menghadapi Darny Granny itu. Kalian boleh menonton dengan tenang, atau bantu aku ... terserah saja, buraa."

Jiwa-jiwa di dalam tubuh Ursario hening seketika. Masih terbayang jelas oleh mereka ... adegan Ursula melibas para petarung dengan begitu mudah. Apakah Ursario bisa berkutik melawan monster mengerikan itu?

Sudah kami putuskan, Ursa. Kita akan bertarung bersama-sama—ujar jiwa Rex, mewakili kawan-kawannya.

***

Akhirnya mereka saling berhadapan.

Ursario bertengger di pucuk tiang listrik, memandang ke bawah sambil membidikkan senapan.

Sementara sang lawan, Ursula, balas menatap tanpa rasa takut. Dia bahkan berdiri sambil bersedekap, seolah menantang. Mantel kulit beruang yang dikenakannya berkibar-kibar ditiup angin berdebu.

"Uhuhm, kamu ini Demonlord terlemah dalam sejarah bangsa Ursa-Demon, wahai Ursario," kata Ursula, membuka percakapan. "Dan kau tahu kenapa?"

"...."

"Tak mau menjawab? Uhuhuhuhm, biar aku saja yang jawab kalau begitu. Ingat, Ursario ... gelar itu kamu terima tanpa melalui proses penobatan yang sah. Kamu belum mengalahkan penguasa Ursa-Regalheim terdahulu, yakni aku!"

Ursario menembak dua kali, namun Ursula bisa berkelit hanya dengan melangkah ringan ke belakang. Wanita itu pun melanjutkan perkataannya.

"Ya! Karena aku sakit dan sekarat, gelar Demonlord kuserahkan padamu ... hanya karena kamu sedikit lebih baik dibandingkan beberapa Ursa-Demon lain yang menjadi kandidat waktu itu. Dari kekuatan, kamu belum teruji. Dan hasilnya—"

Tak berkata-kata, Ursario sudah kembali meletupkan senapannya. Tiga peluru melesat. Dua dielakkan Ursula, tetapi satu berhasil menggores pipinya. Darah pun menetes ...

Kali ini Ursula langsung mencabut senapannya dan balik membidik.

"—kamu membawa kaum kita pada kehancuran!!"

Senapan Ursula meletus. Bola energi melaju kencang mengincar Ursario. Beary itu segera melompat, tepat sebelum ledakan dahsyat meleburkan tiang listrik itu beserta bangunan di belakangnya.

Masih melayang di udara, Ursario mengambil ancang-ancang.

Sekarang, Ursa! Plamya Style : [Hou'ou Tenku]!!

Seketika, meluaplah energi jiwa Ursario hingga mewujudkan aura berbentuk Phoenix di sekeliling tubuhnya. Lalu Beary itu menukik tajam dan sangat cepat ke arah Ursula, layaknya burung pemangsa yang hendak menangkap buruannya.

Kembali Ursula meletupkan senapan sihirnya, namun kali ini bola energi yang ditembakkannya langsung sirna begitu menyentuh aura Phoenix Ursario.

"Humh! I-itu bukan teknik Ursa-Demon!" umpat Ursula.

Burung pemangsa sudah turun sempurna, Ursario langsung menebaskan senapan mungilnya.

Ursula berusaha menangkis dengan badan senapannya, tetapi tenaga dorongan sang lawan begitu kuat. Demonlordess itu terpelanting jauh ke belakang.

Giliranku, Tuan Teddy Beary. Senjata yang akan kuciptakan untukmu adalah ....

Sebuah bazooka termaterialisasi di depan Ursario. Langsung saja Beary itu menekan pelatuk tanpa ragu-ragu. Misil meluncur begitu kencangnya, kembali mengincar Ursula.

Namun Demonlordess itu segera bereaksi.

Satu bola energi ditembakkannya, saling beradu dengan misil bazooka Ursario. Sebuah letusan luar biasa pun menggelora. Jalanan, reruntuhan gedung, semua yang ada di sana bergetar hebat.

Ursula terdorong mundur beberapa langkah akibat hempasan ledakan itu. Kemudian dia merasakan perutnya mulai bergolak.

"Uhmrrgh! J-jiwa-jiwa ini ...."

Asap hitam yang tadinya mengepul tebal mulai tertiup oleh angin, lama-lama menghilang. Kedua pihak yang berlaga kini bisa kembali melihat sosok masing-masing, setelah tak ada yang menghalangi pandangan.

Ursula mulai serius. Energi kegelapannya memancar kuat dari tubuh. Mantelnya berubah menjadi hitam.

Oh tidak, nuoom~! Tante Nom itu jadi tambah kuat kalau mantel nom-nya berganti warna ...

"Begitulah, bura. Suku Orsoneridia memang tangguh. Si Granny meminjam kekuatan mereka."

Kemudian Ursula berlari maju dengan senapan siap menghantam apapun. Dia pun berseru, "Ayo, Ursario! Aku tahu kamu juga bisa berubah wujud! Atau energi jiwamu tak mencukupi untuk itu? Uhumhahaha!"

Sosok Ursula semakin mendekat.

Yang lain sudah beraksi. Baiklah, Mr. Teddy. Kau mau coba teknik [Soul Fire] milikku?

Senapan yang dipegang Ursario tiba-tiba berkobar oleh api kehijauan.

Padukan dengan [Renzokuken], bro ... ah, tapi jangan deh. Teknikku abal-abal, malah bahaya kalau kau pakai ...

Duel jarak dekat pun dimulai.

Kedua Ursa-Demon itu saling menghantamkan senapan mereka. Berulang-ulang. Setiap benturan menciptakan percikan energi yang menggelegar.

Pada satu kesempatan, Ursario sukses menampar pipi Ursula dengan gagang senapan, membuat sang Demonlordess hampir terjungkal. Tetapi itu langsung dibalasnya dengan cakaran tangan kiri.

Ursario mengelak, namun tidak sempurna. Permukaan kulit si Beary tercabik, walaupun tidak begitu dalam.

Kemudian Ursula menambahkan serangannya dengan tendangan berputar. Kali ini, Ursario mampu menghindar dengan sempurna. Beary itu berguling ke depan ... sehingga posisinya sekarang tepat di belakang Ursula.

Punggung Demonlordess itu terbuka lebar.

Kesempatan! Bantai si bajingan itu, Mr. Teddy!!

Api kehijauan di senapan Ursario menyala semakin dahsyat. Tanpa ragu, Ursario menyabetkan senapannya itu ke punggung Ursula.

Satu kali. Dua kali. Tiga kali.

Ursula meraung kesakitan. Dia balas mengibaskan senapan ke belakang. Ursario hendak mengadu itu dengan ayunan senapannya juga. Tapi ...

Api hijau tiba-tiba padam. Masa aktif [Soul Fire] habis.

Akibatnya, Ursario tak bisa lagi menandingi kekuatan sabetan senapan Ursula. Senapan mungilnya patah seketika. Boneka beruang itu terlempar tinggi ke udara, menerobos dinding satu gedung, dan terdampar di atap gedung lain.

"Buurgh ... j-jurus NGGAK GUNA. Pendek sekali durasinya!"

Apaah?! Dasar kau Mr. Teddy tak tahu diuntung!

Sabar, Neng Lusi. N-nanti jiwamu cepat keriput kalau keseringan marah ..

Diam kau, Om Mesum!

Ursario bangkit dengan badan gemetaran, menahan nyeri yang terasa sampai ke jiwanya.

Ah, tunggu nom! Lihat, tante nom itu tampak aneh ...

Di bawah, terlihat Ursula sedang meraung kesakitan. Dia duduk bersimpuh di jalanan, seraya memegangi perut.

"... jiwa-jiwa ini ... uhmrrgh! Mereka mau melawan, hah? Humph, tak akan kubiarkan."

Ursula berdiri, mengabaikan sensasi di dalam perutnya yang seolah-olah mau meledak. Dia pun mendongak, menatap Ursario yang berdiri di atap gedung.

"Ursario! Turun, kamu!"

Ketika melantangkan itu, mantel Ursula sudah berganti motif menjadi warna kulit panda. Hitam dan putih.

"Ayo, Ursario! Aku menunggu ...."

...

Di atap, Ursario terdiam. Dia tahu persis pertahanan kokoh dari suku Pandorientis. Tak akan tertembus oleh serangan fisik apapun, termasuk peluru ataupun bom. Jika Ursario maju menerjang, justru dialah yang akan celaka oleh serangan balik dari Ursula—yang meminjam kekuatan Pandorientis.

"Buraah, aku butuh sihir yang kuat ...."

Saat itulah sosok Demon itu muncul.

Majunia.

Tahu-tahu dia sudah berdiri beberapa meter di belakang Ursario, mengagetkan boneka beruang itu.

"Demony?! S-siapa kau?"

"Aku Majunia. Dan aku ... merasakan jiwa Tuan Baikai bersemayam dalam tubuhmu."

Majunia! Ternyata kau masih hidup! Kupikir ... kupikir setelah 'tube'mu hancur ... tadinya ...

Majunia tersenyum, "Tenang, Tuan Baikai. Badanku hancur tadi, memang. Tetapi selama kepalaku masih utuh, aku bisa meregenerasi tubuhku."

"Lalu apa maumu, Demony?!" sergah Ursario.

"Kudengar kau sedang membutuhkan serangan sihir?"

Ursario mengangguk kecil.

Yahuu, Tuan Ursario! Tenanglah. Serahkan padaku di sini. Saatnya [Demon Spark], Majunia!

Tanpa menunggu persetujuan Ursario, Majunia-Baikai sudah melakukan teknik penggabungan raga. Kali ini tentunya melalui perantara tubuh Ursario.

Seketika, sosok Ursario berubah penampilan ... dengan jubah putih yang aneh. Tapi Beary itu tak mau ambil pusing. Sekarang kesempatannya.

Dipandu Baikai, Ursario mulai memfokuskan energi Demonic pada kedua telapak tangannya. Ketika kedua tangan itu ditautkan di kening sang Beary, energi itu semakin membuncak, hingga tak tertahankan lagi. Saat itulah Ursario mendorong kedua telapak tangannya ke depan, menembakkan jurus itu.

Heyaaaatt! [Masenko]!!

Gelombang kegelapan tingkat tinggi melesat cepat, diiringi dengan dengung yang memekakkan telinga. Semua mengarah pada Ursula.

"Huhm? J-jurus itu?" Ursula terperanjat. "M-mustahil!"

Menyadari bahaya yang mengincarnya, Ursula berusaha sekuat tenaga untuk menghindar. Namun—

Tembakan energi itu berubah arah, mengejarnya. Merasa tak bisa mengelak, Ursula terpaksa menahannya dari depan.

Saat itulah ledakan Demonic menggetarkan segalanya. Telak. Seluruh badan Ursula terasa lumpuh, dia jatuh bersimpuh. Kemudian ambruklah tubuhnya ke depan, mengucurkan darah dari luka di sekujur badan.

Mantelnya kembali normal, sudah hampir kehabisan asupan energi jiwa.

"Umhrrraagghh!!!! S-sialan!!"

...

Di atap gedung ...

Majunia pamit pergi. Katanya, dia harus kembali ke realm-nya untuk menjaga tujuh mutiara naga agar tidak disalahgunakan.

Selamat tinggal, Majunia. Sampaikan salam dari klan Kuzunoha untuk keluarga Son.

Perubahan [Demon Spark] Ursario berakhir seperginya Majunia. Satu serangan sihir telak telah melemahkan Ursula, tetapi itu masih belum cukup. Sang Beary segera melompat turun dari gedung, untuk menyelesaikan semuanya.

...

Sementara itu, Ursula masih meronta-ronta. Dia mencoba bangkit melawan segala nyeri. Dilihatnya Ursario tengah melompat ke arahnya. Langsung Ursula membidikkan senapan menyambut sang lawan.

Ursa-chan, lawan dia dengan anak panahku!

Di genggaman tangan kanan Ursario, tiba-tiba sudah ada anak panah ajaib yang terbentuk dari pemadatan energi. Tanpa ragu, Ursario langsung melemparkan anak panah itu ke bawah.

Pada saat yang sama, Ursula sudah menembak.

Lagi-lagi tercipta benturan energi, kali ini antara tembakan sihir Ursula dengan panah ajaib Ursario—teknik Cherily Beary. Arena ledakannya, bagaimanapun, lebih dekat ke Ursula daripada Ursario, membuat sang Demonlordess lebih terkena dampaknya.

Dia terlempar lagi ke belakang, dengan senapan terlepas.

Bukan hanya itu, gejolak di perutnya semakin menjadi-jadi. Kemudian yang dicemaskan Ursula terjadi juga. Kendali sihir jiwanya rusak.

Lima jiwa menerobos keluar dari kekangan tubuh Ursula!

Mereka terlempar sekitar 5-10 meter dari Ursula, dan langsung kembali mewujud menjadi Beary. Ya, akhirnya mereka terbebas juga. Dengan kondisi yang terlalu lemah untuk saat ini, kelimanya hanya bisa terkapar—

"Alamak ... macam aku tak jadi mati??" ujar Manggale.

"Bagus. Sekarang aku mesti bertarung lagi, hah?" gerutu Nema.

"Hahaha ... belum habis. Semua misteri ini ternyata belum habis," kata Reeh, entah apa maksudnya.

"Badanku lemas," lapor Yvika, kemudian dia menyulut rokok dan bersantai.

"I-ini saatnya konser, tapi ... aku lagi badmood," ungkap Sal.

—dan mengoceh seperti biasa.

Ursula merangkak bangkit, sedikit mengambil jarak. Tetapi bukan untuk melarikan diri, melainkan untuk melakukan persiapan.

"Kalian membuatku murka. Uhhrrrmgh!"

Dilakukanlah usaha terakhir yang bisa dilakukannya. Yakni membangkitkan kekuatan sejati dirinya sebagai Ursa-Demon. Mantel kulit beruang yang dikenakan Ursula mulai melebar secara ajaib ... hingga akhirnya menutup seluruh tubuhnya.

Dan Ursula mulai bertransformasi.

Badannya membesar, tidak lagi menyerupai Manusia. Seolah, mantel beruang yang dikenakannya kini hidup menjadi beruang sungguhan.

"I-ini gawat, bura," ujar Ursario, menyaksikan itu. Kemudian dia menatap kelima Beary yang terbaring di tanah. "Kurasa ini saatnya aku memanggil kalian berlima kembali ke tubuh."

Kelima Beary itu melancarkan protes, meminta timeout, tapi tak dihiraukan Ursario. Ketika Boss Beary bertitah, maka kelimanya kembali meluruh menjadi gumpalan jiwa. Langsung merasuk ke tubuh Ursario.

Ini belum pernah dilakukan sang Beary sebelumnya. Dua belas jiwa petarung? Apakah dia bisa menahannya?

Aura kegelapan seolah meluap-luap dari tubuhnya. Begitu berlimpah. Dan juga liar.

"Buuuraaaagghhh .....!!"

Ursario jatuh berlutut, menahan gejolak energi di tubuhnya. Terasa begitu menyakitkan, tetapi di sisi lain dirinya mulai menikmati sensasi yang telah lama dilupakannya. Kekuatan dari Demonlord.

Warna kulit bonekanya yang kecoklatan mulai berpendar-pendar gelap. Auranya memercikkan petir hitam, menghanguskan apapun yang tersambar.

Sementara itu, Ursula juga telah selesai bertransformasi. Dia menjadi monster beruang ... menjadi Ursa-Demon. Bulu-bulunya yang krem, dialiri oleh selubung energi sihir, tanda khas dari suku Mielmagista. Suku Ursa-Demon paling bijak, penguasa seribu sihir.

Kemudian mereka berdua meraung sejadi-jadinya.

"BuraaAAAWWRRRRR!!!"
"HuurrMMMGGRRRRAAAR!!!"

Inilah klimaks yang dinanti-nanti. Perseteruan antara dua penguasa Ursa-Regalheim. Antara Demonlord dan Demonlordess!



-X-
Kimochi


Ursula-Bear yang menyerang pertama kali.

Dia memuntahkan berkas sinar kehijauan dari mulutnya, sihir tipe angin. Ursario tersambar tepat dari depan. Tetapi Beary itu tetap bertahan, sekalipun kian terdorong ke belakang. Namun dia tidak bisa lama-lama menahan itu ... karena tak lama lagi berkas sinar itu akan meletup.

"Buraagh!"

Ursario mengibaskan tangannya, menepis berkas sinar itu ke samping, begitu mengenai suatu gedung lantas terciptalah tornado iblis yang mencacah bangunan itu hingga serpihan terkecil.

Kini sang Beary balas menyerang. Setangkas bayangan dia melesat ke depan.

"Tidak secepat itu, Ursario! Hgrrrh!"

Di depan Ursula-Bear, permukaan tanah bergetar kencang. Mencuatlah satu batu stalagmit raksasa, menghadang laju Ursario. Namun ...

Dengan mudah Ursario menerobosnya. Stalagmit itu dijebol si boneka, menimbulkan lubang dengan pinggiran yang hangus. Kini Ursario sudah ada di hadapan Ursula-Bear.

Sang Beary menamparkan tangannya ke arah perut Ursula-Bear, menimbulkan bunyi seperti sambaran petir. Demonlordess itu terlempar dan terseret-seret di permukaan tanah, sementara perut beruangnya ternyata sudah gosong, mengepulkan asap hitam.

Ursario terus berinisiatif mendekat. Dia melompat-lompat kecil ke depan, setiap tanah yang dipijaknya langsung terpanggang seketika.

Melihat lawannya merangsek maju, Ursula-Bear semakin panik. Dia kembali memantra sihir alam, menumbuhkan ratusan sulur raksasa dari bawah tanah ... yang semuanya langsung mengincar Ursario.

Dan apa yang dilakukan Beary itu?

Dia hanya perlu meraung, kemudian menyebarlah energi kegelapan dari tubuhnya ke semua penjuru. Sulur-sulur tajam itu tahu-tahu sudah menjadi serpihan debu hitam, hangus tersambar aura petir hitam Ursario.

Mendekatlah dia tanpa terhentikan.

Sekali lagi Ursula-Bear dihantam pukulan Ursario, kali ini tepat di wajah. Setengah muka beruang Mielmagista itu membara, sementara tubuhnya terjungkal sedemikian rupa.

Meringislah Ursula-Bear menahan perih yang menghanguskan separuh mukanya. Menggeram dia mengutuk sang lawan.

"Ngrrrhhm! Suku Zulmabarq dan tubuh petir-kegelapan kalian yang menyebalkan ...!"

"Zulmabarg? Burahahahrg!" timpal Ursario. "Sudah lama aku nggak dengar nama itu disebut."

"Tapi aku tahu sihir yang tepat untuk menumbangkanmu, uhuhurghm! Bahkan suku Zulmabarg yang perkasa pun tak akan berkutik melawan ini!"

"Bura??"

Saat itu, terjadilah sesuatu yang benar-benar di luar bayangan Ursario sebagai Ursa-Demon. Badan Ursula-Bear tiba-tiba bersinar begitu terang, memancarkan cahaya yang menyilaukan. Kemudian cahaya itu menyelimuti tubuhnya seperti tabir.

Ursario tersentak, spontan melangkah mundur, "M-mustahil! Kau ... Ursa-Demon ... tapi bisa sihir cahaya, buraa??"

"Uhuhurghm! Aku ini Mielmagista paling jenius ... tentu saja aku bisa sihir jenis cahaya sekalipun."

Tahu-tahu, Ursula-Bear sudah melesat secepat kilat, menyambar tubuh Ursario. Tubuh Beary itu terpelanting ke atas. Namun sang Demonlordess belum puas. Dia terus bermanuver di udara, berulang kali menubruk lawannya.

Semuanya terjadi dalam tempo yang luar biasa cepat, hampir tak terbayangkan. Yang tampak di mata hanyalah sekelebatan cahaya yang mengorbit di udara, berkali-kali menerjang sosok Ursario, yang seolah tanpa pertahanan.

Pendaran kegelapan di tubuh Ursario mulai memudar.

"Aku tahu, Ursario. Tubuhmu tak akan lama bertahan dalam kondisi puncak seperti itu!"

Sekali lagi cahaya itu menghantam sang Beary.

"Energi jiwamu mulai tidak stabil, uhuhurmgahahaha!"

Ursula-Bear terus mencoba memanfaatkan kecepatan unggulnya untuk menggempur Ursario. Namun kali ini ... berbekal insting, Ursario menendangkan kakinya, dan tepat mengena kelebatan cahaya yang hendak menyambarnya!

Sihir cahaya Ursula-Bear sirna seketika.

Tubuh beruang itu menukik kencang menghunjam permukaan tanah. Keraslah getaran itu terasa ketika tanah meretak ke segala arah. Ursula-Bear tampak terbaring di tengah kawah kecil yang tercipta dari benturan tadi. Dia meronta-ronta, menahan perih hangus yang melanda punggungnya.

Saat itu, Ursario juga terjatuh ke tanah, tak jauh dari sana. Dia mendarat dengan lembut. Aura kegelapan di tubuhnya, bagaimanapun, semakin redup.

"... burghh ... lumayan juga, Granny," rintih Ursario, "tapi itu sihir cahaya level rendah. Belum cukup kuat untuk menaklukkanku, burahahargh!!"

Ursula-Bear kembali menggeram kesal.

Memang, sihir cahaya yang tadi dimantranya tidaklah dia rancang untuk menyerang. Tabir cahaya itu diciptakannya khusus untuk bertahan menghadapi sihir cahaya dari musuh abadi bangsa Ursa-Demon, yakni kaum Luxa-Demon, yang tentunya jauh lebih mematikan.

Kulit coklat Ursario kini semakin terlihat, pendarannya aura kegelapan kian memudar. Sementara itu, gejolak energi di dalam tubuhnya terasa begitu liar, hampir tak bisa dibendung lagi.

Inilah saat untuk mengakhiri semuanya.

Segera Ursario mengambil ancang-ancang untuk satu jurus pamungkas. Beary itu mengambil kuda-kuda dengan satu kepalan tangan kanan tersimpan di sisi pinggang, memfokuskan kekuatan.

"Tak akan kubiarkan, Ursario!"

Ursula-Bear mengamuk. Dia tak lagi bisa berpikir jernih. Langsunglah dirinya memantra sihir tingkat tinggi dari kaum Mielmagista. Yakni memanggil gempa bumi.

Tiba-tiba, seluruh bangunan sejauh mata memandang berguncang kencang. Diiringi gema gemuruh membahana, semua bangunan itu meruntuh satu demi satu. Retakan besar pun menyebar ke seluruh permukaan tanah. Daratan terbelah dan terkikis.

"Burahahar! Kau salah sihir, Granny!"

Ya, sihir sang Demonlordess memang sangat ampuh untuk meluluh-lantakkan ribuan prajurit musuh di suatu medan peperangan. Namun menghadapi hanya satu lawan, sihir seperti ini jelas tidak efektif dan efisien.

Ketika pijakan tanahnya amblas, Ursario hanya perlu melompat. Runtuhnya sejumlah bangunan pun tinggal dihindarinya. Dia berkelit, terus maju, dan tahu-tahu dia sudah berdiri tepat di hadapan Ursula-Bear.

"Hei, Stupidy Granny. Pernah dengar Legenda Ursario?" tanya Beary itu.

"...!?"

"Ya. Semuanya MATI," lanjut Ursario, "tapi sang Demonlord akan TETAP HIDUP! BURAAAAAH!!"

Ursario meninju!

Dari kepalan tangannya menyemburlah petir hitam yang merambat secepat kilat. Bunyi gemuruh badai mengiringi laju lesatan energi kegelapan itu.

Ursula-Bear melakukan pertahanan terakhir yang dia bisa.

Dia menciptakan tabir energi sepuluh lapis di hadapannya, namun ...

Kesemuanya hancur tanpa arti, diterobos begitu saja oleh petir kegelapan Ursario.

Tanpa pertahanan lagi, sang Demonlordess menerima telak jurus itu dari depan. Seluruh tubuhnya tersambar halilintar hitam tanpa terkecuali. Badannya hangus, lebur, sampai ke tulang-tulangnya.

Berakhirkah semuanya?

Ternyata tidak.

Dari onggokan tubuh yang mengepulkan asap tebal, menyeruaklah secercah jiwa. Rupanya Ursula sempat memantra sihir penyelamat jiwa sebelum raganya—tepatnya, raga pinjamannya—hancur lebur.

Uhuhuhum, bagus sekali, Ursario—tawa jiwa Ursula—mengalahkanku seperti ini ... kurasa kamu lulus dalam Duel Penobatanmu sebagai Demonlord.

Jiwa Ursula terus membumbung tinggi.

Kalau begitu, sampai bertemu lagi. Uhuhuhm. Saatnya aku pergi—

"Jangan pikir kau bisa kabur seenaknya, buraa!"

Tanpa disangka-sangka Ursula, Ursario mulai membaca mantra manipulasi jiwa. Mungkin Beary itu tak akan sanggup menampung jiwa selevel Demonlordess di dalam tubuhnya, tetapi Ursario punya rencana lain.

"Kau, Stupidy Darny Holly Grany, telah melakukan pembangkangan terhadap Lord-mu! Yakni aku, Ursario, penguasa Ursa-Regalheim! Maka akan kuhukum kau, dan kukutuk jiwamu!!"

Oh, t-tunggu ... jangan lakukan itu! J-jangan, bodoh! Huaaamrrrh!!

Tiba-tiba, jiwa Ursula sudah terkurung oleh aura kegelapan, yang segera membungkusnya. Setelah satu ledakan kecil, jiwa itu tak terlihat lagi.

Yang nampak adalah ...

***

Segera setelah menyudahi perlawanan musuhnya, Ursario merasa sudah tidak bisa lagi menahan tekanan energi jiwa yang menyesaki tubuh bonekanya.

Dua belas jiwa sekaligus menyembur keluar, terlepas dari badan sang Beary.

Mereka langsung mewujud menjadi 12 Beary.

Ya, kelima petarung yang tadi dikalahkan Ursula, namun diserap Ursario, kini juga terkena kutukan Beary. Mereka menjadi lima Beary terbaru.

Leon, si Perverty Beary, boneka beruang berambut emo, memakai kacamata hitam abal-abal, seperti tukang pijit. "Oh, tidak. Beneran kejadian deh, jadi boneka beruang." Langsung sujud terpuruklah dia.

Elle, si Nomy Beary. Dia menjadi Beary yang berukuran paling mungil. "Nom! Aku jadi Beary, Nom!" Dan juga Beary paling ceria.

Lucia, si Batoney Beary. Memakai topi trucker, bersenjata baton kecil, dia menjadi Beary betina paling tomboi. "Mana bir? Tenggorokanku kering."

Baikai, si Summony Beary, tetap tampak trendi dengan jaket hitam lebarnya dan bandana besi yang eksotis. "K-kurasa aku kehabisan stok Demon. Maaf, apa kita bisa mampir dulu ke toko Viktor?"

Dan Rex, si Knigty Beary. Satu-satunya Beary yang mengenakan zirah putih. Satu-satunya Beary yang paling histeris, "Neneeeeeeeeek!"

Ketujuh Beary lama segera menyambut lima Beary baru. Semakin ramai. Semakin memusingkan. Namun salam kenal itu tak berlangsung lama, sebab mereka berdua belas sudah mendapatkan tontonan.

Tampak dua Beary, masih berkelahi.

"Brengsek! Me-mengapa kamu harus mengutukku, Ursario?"

"Bura? Kuliat kau mau kabur, makanya aku mesti bertindak!"

"Aku tidak berniat kabur! Kubilang, 'Sampai bertemu lagi" ... dan aku bermaksud untuk mencari raga yang lebih baik. Tapi kamu malah mengacaukan semuanya!!"

Kepala Ursario ditempeleng oleh Beary ke-13 itu, dengan senapan sihir yang ukurannya dua kali tubuh seekor Beary. Ursario terpelanting, badannya berputar di udara. Tetapi dia mendarat mulus dan segera menyerbu maju.

"Padahal tadinya aku hendak membantumu membereskan urusanmu di sini. Tapi bukan dengan tubuh boneka beruang seperti ini!"

Beary ke-13 mengayunkan lagi senapannya, tapi kali ini dengan mudah dihindari Ursario. Boss Beary itu memutari lawannya, segera menyergap dari belakang, menguncinya dengan teknik [Bearhug].

"Kau sudah kukalahkan, Losery Granny!" bentak Ursario. "Terima saja hukumanmu!"

"Hurrh! S-sialan! Tubuh boneka ini ... lemah sekali ...."

Ya, Beary ke-13 itu, tak lain dan tak bukan, adalah Ursula. Gaya busananya masih sama. Dia adalah Beary berkacamata gelap, dengan setelan jas putih-putih yang ditutupi mantel kulit beruang.

"Boneka beruang bermantel kulit beruang ... boleh aku tertawa?" ujar Nema, duduk santai sambil mengemil keripik singkong.

Semua Beary lainnya juga tampak duduk memutari Ursario dan Ursula, menjadi penonton. Dengan adanya Leon dan Baikai, para Beary tak akan kekurangan hidangan teh ataupun camilan.

Bahkan, bursa taruhan pun dibuka oleh Leon, sekedar menebak siapa yang bakal menang dalam perkelahian antara Ursario melawan Ursula.

"Go, go, Beary, nuom~!" seru Elle, menyemangati.

Saat itu, mantel kulit beruang Ursula kembali berganti warna, menjadi hitam. Kuncian Ursario dengan mudah dilepaskannya. Malahan, balas Ursula yang memiting leher Ursario. Kemudian dilancarkanlah teknik bantingan [D.D.T.].

Ketika Ursario sudah berbaring di tanah, ditambahlah penderitaannya dengan satu getokan senapan ke wajah.

Ursario murka, dia juga berubah wujud menjadi beruang hitam. Dengan cepat tangan kanannya mencengkeram leher Ursula Beary. Dengan kekuatan lengan yang mengagumkan, badan Ursula diangkat Ursario tinggi-tinggi ... kemudian dibanting keras-keras ke bumi. Itulah jurus [Chokeslam], balasan dari Ursario.

Ursula tumbang, mantelnya kehabisan khasiatnya.

Penonton bersorak, meminta Ursario menyelesaikan semuanya dengan pin 1-2-3. Bahkan Sal sudah meluncur ke tengah arena, berpakaian seperti wasit, siap untuk menghitung.

Namun apa daya? Ternyata Ursario juga jatuh terlentang. Dia kehabisan energi jiwa dan kembali ke wujud semula.

Double-KO!

Yang memenangkan taruhan adalah Lucia Beary.

"Kehehehe! Masih terlalu cepat bagi kalian, para Beary polos, untuk menyaingiku di dunia hitam, seperti bursa taruhan."



-Epilog-
Pasukan Beary : B


Semua berakhir, Ursario dan pasukan Beary siap untuk kembali ke Nanthara. Namun timbul satu masalah. Total 12 jiwa petarung (13 kalau ditambah Ursula) tak akan muat untuk ditampung dalam satu tubuh Ursario.

Maka dipikirkanlah satu jalan keluar.

"Oke, para Beary yang manis, uhuhum," ujar Ursula. "Silahkan pilih, mau jiwa kalian ditampung oleh si bodoh Ursario, atau kutampung di tubuh bonekaku yang lebih seksih?" Ursula langsung menaikkan kacamata dan berkedip genit.

Voting dimulai, dan hasilnya 12 suara mutlak menginginkan jiwa mereka diurus oleh Ursula.

"Burawhaaat??! K-kalian pengkhianat!" maki Ursario.

Baru saja Boss Beary itu hendak berubah wujud, lagi, namun beruntung Reeh sudah meniupkan angin penyejuknya. "Tenanglah, Tuan Ursario. Mereka hanya bercanda, seperti yang selalu mereka lakukan."

"Kau tidak pernah mengalahkan kami berlima, Ursa," kata Rex. "Nenekku bilang, Lady Ursula lebih punya hak."

"Si-siapa pula nenekmu itu, buraa??" tanya Ursario.

"Dan kau belum mendengar kata kakekku," tambah Rex.

"Hah??" Ursario semakin heran.

"Kakekku selalu setuju dengan nenekku," tutup Rex, penuh keyakinan.

Ursario hanya bisa menggeram kesal menghadapi ocehan Rex. Boss Beary itu kemudian melampiaskan amarahnya dengan menginjak-injak bumi.

Dan akhirnya, setelah perundingan yang alot ... diputuskan bahwa 7 Beary lama tetap dalam penguasaan Ursario. Mereka adalah Pasukan Beary A. Sedangkan Pasukan Beary B, adalah lima Beary pendatang baru yang langsung dipimpin oleh sang Demonlordess, Ursula Beary.

"Ini, nom~!" Elle menyerahkan pedang khusus kepada Leon dan Baikai. "Pedang Masakado Zuzu, dan Gunblade Leon, sudah Elle modifikasi sehingga ukurannya lebih kecil nom."

"Oh, nice," puji Leon.

"Makasih, Ellenom," ujar Baikai.

Di sisi lain, Rex tetap memilih senjatanya dalam ukuran normal. Sekarang pedang Giruvedan-nya terlihat—kalau memang ada yang bisa melihat—seperti pedang jumbo, jika dibandingkan dengan ukuran tubuhnya.

"Dan ini untuk Tante du Nom," kemudian Elle menyerahkan senapan sihir Ursula yang juga sudah dimodifikasi menjadi mini. Bahkan dia membuat kembarannya. "Lalu satu lagi nom, untuk Baby Bear~"

"J-jangan pangil aku Tante," balas Ursula.

"Ini ... tidak pakai peluru lagi ya?" Ursario menggaruk-garuk kepala.

...

Setelah semua persiapan selesai, Ursario dan Ursula memasukkan kembali jiwa-jiwa Beary itu ke dalam tubuh mereka. Tujuh Beary untuk Ursario dan lima Beary untuk Ursula, sesuai pembagian yang tadi disepakati.

"Ingat Ursario," kata Ursula, "tujuan akhir kita bukan memenangkan turnamen ini."

"Aku tahu, bura!" sahut Ursario. "Segera setelah kubereskan semua urusan dengan Thurqkey, kita akan buat perhitungan dengan Mag-Lumina dan pasukan Luxa- Demony jeleknya!"

"Uhuhuhm, baguslah kalau kamu mengerti," ujar Ursula. "Sekarang, silahkan kamu yang membuat gerbang antar-dimensi, kalau kamu memang bisa."

"Ti-tidak masalah."

Ursario merapal mantra, dan seketika petir hitam menyambar. Tapi, bukan sebuah gerbang majestik yang muncul, melainkan sebuah pipa hijau besar yang sederhana. Dari lubang pipa itu, tampaklah semacam portal dimensi ukuran kecil.

Ursula menggeleng-gelengkan kepala, kemudian menghela nafas.

"Sihirmu ... buruk sekali. Pipa hijau begini, memangnya ini kisah Beario Bros?"

"Buraah, bawel! Yang penting kan bisa berfung—"

Namun Ursula sudah menendang Ursario masuk ke dalam lubang pipa. Selanjutnya, Lady Beary itu juga melompat dan menyusul.

Dan itulah ronde kelima Ursario.

Melenceng dari skenario turnamen, namun akhirnya bisa diselesaikan juga. Sayangnya, semua masih jauh dari kata selesai.

Pertarungan seperti apa lagi yang akan menantinya di hari esok?

***

Dalam suatu ruangan di Devasche Vadhi ... tampaklah Nolan, si kacamata, tengah menggerakkan sepuluh jemarinya begitu cepat. Dia menekan-nekan kibor laptopnya, mencoba segala yang dia bisa.

Laptop itu tersambung pada jaringan di Devasche Vadhi. Yang hendak diretas Nolan adalah sistem pertahanan ruang rahasia Thurqk, alias Ruang Penjara Jiwa. Mulutnya tak henti-hentinya menggumamkan ...

"Akulah sang tokoh utama. A-akulah sang pahlawan. Aku yang akan menyelamatkan s-semuanya! Rencanaku pasti akan berhasil, dan mereka semua akan bersujud memohon maaf karena sudah meragukanku. Lihat saja!"



LORDY AND LORDESSY OF THE URSA-DEMONY—Selesai


BONUS ART


Gambar 1) Ursario dan Tujuh Beary



​ 
Gambar 2) Demonlordess Ursula dan Hvyt Bawahannya



Gambar 3) Ursario : Lord Mode



Gambar 4) Lima Beary



Gambar 5) Ursula, sang Beary Lordessy


Karakter yang muncul:
1—Leonidas Evilian Lionearth
2—Baikai Kuzunoha
3—Lucia Chelios
4—Richella Elleanor
5—Rex
+ Special Guest

Setting tempat:
Realm Leon.
Reruntuhan Jakarta setelah terkena Kiamat Katastropika, tak berpenghuni.

23 comments:

  1. Lah uda nulis panjang2 ga masuk komennya...


    Yang saya suka.:
    1. Konflik rapi.
    2. Tahapan kondisinya terasa banget. Dari santai jadi battle intense.
    3. "Beary effect" nya mantep. Penggambaran sikap pada saat berkunpul juga cocok.
    4. Dan saya ngekek2 sendiri baca makna thurqk dan nolan dan nabi palsu.
    Bahahahahaha
    9/10.

    Maunya backgroundnya bener2 keeksplor. Dan pertarungan akhirbya di monas atau di patubg selamat datang.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, tadinya saya mau manfaatkan setting juga. Misal duelnya di reruntuhan gedung MPR/DPR ... tapi saya udah terlalu mabok sama jumlah karakter yang overload di sini, jadinya kelupaan. Baru inget pas cerita udah disubmit #oTL
      --
      Well, makasih sudah menjadi komentator pertama di sini :*
      --

      Delete
  2. Dalam satu kata, entri ini menghibur. Sangat menghibur, malah. Dibuka dengan banyolan kegiatan Thurqk seperti ronde sebelumnya, diteruskan dengan menyambung poin yang udah di-hint dari r3, seisi entri ini bener" lancar dibaca tanpa perlu memandang jumlah katanya. Keliatannya penulis udah luwes membawakan cerita dengan gaya ala pembaca cerita (?) seperti ini, dan semua bumbu humor yang ada bisa dimanfaatkan dengan baik - terutama dengan banyaknya karakter yang muncul di sini, dan cukup ke-handle untuk setidaknya semua dapet jatah yang memorable. Sekalipun nyaris tanpa cela, mungkin ada satu aja keluhan saya - yaitu entri ursa ini (atau lebih tepatnya canon ursan secara keseluruhan) ga memberi kesan ketegangan apapun soal turnamen hidup-mati. Kesannya langgeng aja kayak cerita kartun - meski kalau dipikir lagi, ya emang cocok juga sih dengan genre yang dibawakan, jadi mungkin ga perlu juga bawa plot yang berkesan serius" amat.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyeey~ saya seneng ada yang masih ingat dengan R3 saya. Meskipun hintnya sebenernya cuman sekilas.
      --
      Soal ketegangan, mungkin karena memang settingannya. Sejak awal si Ursa cuman numpang mampir ke tempat Thurqk buat panen jiwa. Saya masih menunggu kesempatan untuk membuka konflik terbuka dengan Thurqk.

      Tapi yah ... mungkin karena memang lebih banyak pengaruh dari genre-nya juga :D

      Lagian, hidup-mati itu udah biasa di mata kaum Demon. Apalagi kalau Demon itu bisa mainan jiwa #alesan

      Delete
  3. "--SEMUANYA MATI!!"

    Buhahahahahaha!
    Epic! Entry bang Hewan makin ke sini makin epic!
    XD
    Scene mommy yvika mengeluarkan asap berbentuk tanda tanya itu terasa amat komikal, tapi style komikal bang hewan makin ke

    sini makin yahud dan enak dibaca.
    :D

    Btw, Thurqk itu seorang Weaboo ya? Gulingnya aja ada gambar Sjena... /swt

    next, ai boleh gak minta satu copy foto selfie para beary? :D

    ....
    lanjut ke kemunculan Leon...

    BUHAHAHAHAHAHA! EPIC!
    Berbeda dengan tipe boneka yang lain, musuh di sini sepertinya masih dikasih trait sifat aslinya. Mesumnya Leon kocak bener,

    menyelamatkan diri dari mobil juga masih sempet-sempetnya grepe-grepe, scene AKU RAPOPO juga, wkwkwkwkwkwk
    Lalu bang Hewan nggak hanya bercerita dari PoV Ursario aja, musuh pun kebagian porsi cerita yang gak kalah banyak, keren :D

    Lady Ursula berhasil membuat lima Hvyt menjadi dessertir, lalu merubah dua di antaranya menjadi beruang... O.o

    Komentar manggale kocak, style bicara Reeh begitu kena, kelakuan norak Rex amat cetar membahana, sementara Sjena... ah, dia jadi kayak cewek muda lagi di hadapan Leon :'D

    Pertarungannya begitu intense, walau agak terganggu dengan narasi komikal yang kurang tepat pada tempatnya (di bagian hvyt yang pusing lengkap dengan bintang2 tepat setelah digebukin Rex)
    Sementara Leon... ah, lupakan dia.

    Pertarungan Leon begitu.....
    **nahan ketawa**

    sudahlah, tak perlu dibahas tentang kristal tambahan peningkat mesum. Juga Renzokuken KW II miliknya. Yang jelas dia mati dalam keadaan terhina. *ketawa pecah*


    -X-
    Kimochi

    KAMPRET! w baca judulnya jadi ngebayangin yang nggak-nggak
    XD


    btw, lengkap sudah pasukan Beary... Leon dan Baikal bakal jadi duo koki nih.
    Gak ada tim Nolan maupun tip Thurqk, HIDUP PASUKAN BEARY!!!!



    ReplyDelete
    Replies
    1. eh lupa ngasih nilai
      Point : 10/10!
      **tepuk tangan**

      Bang Hewan layak mendapatkan nilai sempurna.
      **standing applause**

      Delete
    2. Iyeey! Makasih udah membaca sekalipun mesti meluangkan waktu di kala sibuk bekerja /(o_o)/ Dan makasih banyak juga untuk komentar dan krisarnya.

      Itu Thurqk bukan wibu, kok. Dia hanya pengedar. Dan dakimakura Sjena itu hanya salah satu dari barang dagangannya. Kebetulan stoknya terlalu banyak, nggak muat di gudang. Kan mubazir kalo nggak dipakai.

      Soal bintang-bintang, itu memang saya ambil karena memang bagian dari teknik Majin Rengazan di serial Tales \(o_o)\ Dan fungsinya juga memang untuk membuat si musuh semaput untuk diserang lebih lanjut.

      Kimochi itu saya ambil karena dorongan dari master Grande Samael :v

      Sekali lagi makasih banyak :D

      Delete
  4. Ursula : Sialan kamu, Ursario! Andai kamu tidak curang, pasti aku yang menang.
    Ursario : Burahaha! Akui saja Granny, kalau kau kalah!
    ...
    Rex : Nenek! Aku dikalahkan sama tante-tante!!
    *kemudian Rex ditendang Ursula sampai ke bulan*
    Baikai : Andai saja waktu itu berhasil summon Demon ... mungkin hasilnya berbeda. Ah, tapi saya tak boleh berkilah. Kalah adalah kalah. Dan saya kehabisan stok Demon. Ini aib bagi klan Kuzunoha.
    Nom : Yang tabah Zuzu, nom~
    Manggale : Kata si Ummi logat Batakku tak benar lah! Payah kali si penulis ini, bah.
    Cheril : Kita belum sempet foto-foto. Tapi ya gimana, deh ... cuman ada puing.
    Zany : Daripada itu *menghampiri Leon*, ayo ceritakan ke kita, Om. Punya siapa yang lebih besar? :D
    Leon : *ehem* Boing Neng Lusi kecil, tapi padat berisi. Boing Neng Ursula lebih besar ... tapi kayak jell---
    *Leon sudah ditendang ke langit oleh combo Ursula-Lucia*
    ...
    Reeh : Kotanya sudah mati, tetapi sang angin tetap setia menempati.
    Sal : Ayo kita konser, bro. Nggak kesampaian tadi soalnya.
    *Reeh tersenyum*
    ...
    Nema : Apa ini? Manis sekali kalian pada bernostalgia :v

    ReplyDelete
  5. Umi mencium kode-kode sindiran disini -_-

    ceritanya seru sekali burahhh.. Umi jadi ikutan ceria melihat keceriaan para beari. Coba para beary SEMUANYA... MATI!! Pasti seru bura.

    Tapi Jangan mati dulu, bura DX

    kak -___- just how much beary story that Ursula have actually -__-

    btw, bang Heru XD nih catatan buat Gale Beary xD
    - "Alamak jang, pegal kalo badanku, bah!"
    - "Namun apa? cepatlah sikit nona!"
    - "Kenapa pula nona nanyak macam gitu?"
    - "Kemana pulak emas Monas itu, bah!"
    - "Yang dimaling orangnya, kurasa!"
    - "Jadi kau raja terakhirnya dari bangsa kau itu."
    - "Yang macam betol aja nona ini, bah! Main tendang-tendang kayak gitu, mati jantungan aku nanti!"
    - bah itu ga dipake di akhir setiap kalimat kak, hanya jika dia kaget atau kesal

    dan demi apapun mereka malah kerja sama begitu XD apaan.... ini bukan cerita entrant vs afterworld soul
    adanya malah Ursa cs 5 Dead soul Vs Ursula XD

    Berat mengakui ini *orz. bahkan umi ga memperhatikan hal lain

    10 out of 10 for you baby bear XD

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyeey, makasih banyak Ummi /(o_o)/ Akhirnya beres juga entri Ursa dilahap. Makasih udah menyempatkan baca, komen-komen, dan memberi masukan.
      -
      Stok ceritanya Ursula itu sebanyak yang bisa dia karang :D

      Trims buat koreksian logatnya. Saya mesti banyak belajar.

      Iya, plotnya memang begitu. Soalnya si Ursula mengacau :v
      --
      Sekali lagi terima kasih :*

      Delete
  6. Sial, ini kepanjangan dan terlalu menguras perhatian...

    Well, meskipun ini lucu karena bergaya kartun, saya agak terganjal dengan kematian lawan di tangan karakter non-entrant (Ursula). Pertarungannya juga seru, walau kurang dapet kesan terdesaknya si Ursa, ga ada terdesaknya malah~ XD

    Ah, sudahlah...

    Score 9

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, ini jadinya panjang seperti entriyang lalu T_T

      Plotnya memang terpaksa saya ubah dengan memunculkan Ursula, karena saya tidak mendapatkan kepastian dari panitia apakah Ursario bisa dapat kesempatan balik ke realm asalnya untuk mengembangkan kanon. Dan di sini, pikir saya, sekalian aja si Ursula dikasih kesempatan buat showdown dengan Ursario.

      Kemudian Ursario terdesaknya saat kelima Beary ditangkap Ursula, tapi untung bisa kabur. Pas udah duel, nggak sempet bikin adegan terdesak lagi >.>

      Ah, terima kasih selalu untuk kesediaannya meluangkan waktu membaca entri panjang ini, berkomentar, melayangkan kritik, serta menyedekahkan poin. Semuanya masukan berharga buat saya~

      Delete
  7. Alasan mengapa kisah anda paling atas, adalah kehebohannya. walaupun ujung-ujungnya battle by one dengan orang yang gak seharusnya dilawan.

    Sebenarnya, sebagai orang yang paling gak suka lihat orang langgar aturan tertulis panita, saya mau kasih pinalti untuk anda dan juga Sal...

    tapi ya sudahlah, karena penilaian saya kali ini berdasarkan kesenangan

    Catatan: saya ngasih nilainya berdasarkan urutan Favor
    Nilai Anda
    ursario - 9
    claudia - 8.7
    Nurin - 8.4
    Yvika - 8.1
    Sjena - 7.8
    Sil - 7.5
    Stalza - 7.2
    Lazu - 6.9
    Salvatore - 6.6
    Deismo - 6.3

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, saya terpaksa melanggar karena mesti memunculkan si Ursula. Dan saya beranggapan akan lebih seru kalau Ursula yang dilawan daripada dia hanya jadi karakter pemberi informasi saja.

      Terima kasih sudah membaca dan memberikan komentar, kritik, saran, ataupun nilai /(o_o)/

      Delete
  8. saking panjangnya bacanya jd skim, terutama d bagian penjelasan nolan, tp masih bisa nangkap inti ceritanya sih #pletak xD
    kurangnya krn g tlalu ngikutin peraturan, trus pas akhir smua jiwa kyk santai aja setelah dkalahkan ursula msh mau masuk dalam tubuhnya,, kirain bakal ada yg dendam dan memberontak ternyata g ada x3
    tp ni beneran keren kak, battlenya seru bgt, komedinya jg kocak
    suka juga sama bonus gambar2nya :D
    nilai 9,5

    ReplyDelete
    Replies
    1. suka juga sama karakterisasi dan interaksi smua oc dsini, asik banget kak :D

      Delete
    2. Para Beary sepertinya bukan tipe pendendam. Jadinya mereka terima-terima saja sewaktu disuruh masuk ke tubuhnya Ursula /(o_o)/

      Makasih banyak Setsu, karena seperti biasa telah menjadi pembaca dan komentator terakhir. Uhuuy~

      Delete
  9. GILAAA! Kak Heru harus tanggung jawab! Aku jadi sakit perut nih gara-gara kebanyakan nahan ketawa :v

    Oke, langsung saja
    10 buatmu!! (≧∇≦)b

    Oh ya, lupa nih klo si Zany mau protes.
    "Kenapa bazooka terus sih? Nanggung! Bom nuklir saja sekalian!!''

    ReplyDelete
    Replies
    1. Eh iya, bener juga. Kenapa mesti bazooka terus yang saya pakai di cerita yak? Udah sekitar 4 kali, kalau dihitung dari pertama kali kemunculan Zany Beary. Saya sih mikirnya bazooka (ataupun RPG launcher) itu tipe senjata yang praktis dan berdaya hancur tinggi, juga menimbulkan ledakan. (Ledakan itu keren kalo di kisah fiksi).

      Ah, mungkin lain kali akan saya variasikan. Tapi sepertinya bukan nuklir juga. Karena setelah jadi Beary, kekuatan Imagyn Zany berkurang drastis sepertinya. Sayang sekali :((

      Btw, terima kasih sudah membaca dan berkomentar~

      Delete
    2. Ah iya, bener juga. Sepertinya saya terlalu sering memunculkan bazooka. Soalnya saya pikir itu senjata yang paling efektif, yang memiliki daya penghancur tinggi. Dan ledakan (akibat bazooka) itu cool. Mungkin saya harus memikirkan variasi senjata lain.

      Bukannya nggak pengen mematerialisasi nuklir sih. Tetapi Zany yang sudah menjadi Beary tidak memiliki kemampuan imaginasi sehandal dulu. Sekarang kekuatannya agak terbatas. Lagipula, bom nuklir malah bisa ikut melenyapkan diri sendiri. Radius ledakannya terlalu luas.

      Btw, terima kasih sudah menyempatkan untuk membaca dan berkomentar :D

      Delete
  10. - Grande -

    Wadehel, Giant Trevalli uda muncul duluan sebagai kameo sebelum official launching... Dan, watefak with Thurqk n Nolan??? Awkwkwkwkwk, konyol ini awalannya.

    Tapi btw peraturan resmi ronde 5 ini kalau ga salah lawan 5 petarung yang uda gugur ya? Sejujurnya saya sendiri uda kurang sreg ma peraturan ronde ini karena rasanya jadi gak intens, nggak peserta aktif vs peserta aktif. Tapi uda gitu pertarungannya malah lawan Ursula yang notabene bener-bener karakter baru di luar BoR. Pertarungannya jadi kerasa panjang juntrungannya.

    Meskipun yah, battlenya ditulis dengan apik. Well played, Ursa.

    Maap bang her telat komennya. >_< Tapi seandainya komennya gak telat saya akan beri nilai antara 7,5 - 8

    ReplyDelete
    Replies
    1. Oh, setelah saya pikir lagi kayaknya saya paham maksud keberadaan Ursulla...

      Delete

Silakan meninggalkan komentar. Bagi yang tidak memiliki akun Gmail atau Open ID masih bisa meninggalkan komentar dengan cara menggunakan menu Name/URL. Masukkan nama kamu dan juga URL (misal URL Facebook kamu). Dilarang berkomentar dengan menggunakan Anonymous dan/atau dengan isi berupa promosi produk atau jasa, karena akan langsung dihapus oleh Admin.

- The Creator -