Pages

July 26, 2014

[ROUND 4 - ALKONOST] URSARIO - SEVENY JOLLY BEARY

[Round 4] Ursario vs Alkonost
"Seveny Jolly Beary"

Written by Heru S. Zainurma
 
---

-intermezzo-
Dia yang Berada di Belakang Layar


Apa kalian tahu mengapa Thurqk menyelenggarakan turnamen afterlife ini? Dia beralasan ini demi menangkal rasa bosan, alias mencari hiburan. Tapi benarkah itu? Setengahnya sih mungkin saja betul. Namun kita belum tahu apa yang selama ini disembunyikan oleh si Merah Thurqk dan Iylich Corporation miliknya.

Well, tak perlu penasaran. Sekarang juga, kita akan ungkap semua itu. Ini semua adalah tentang ....

Yah, mari kita simak saja.

Dialah Thurqk, yang baru saja turun dari mobil limosin mewah, dikendarai oleh sang supir, yang tak lain dan tak bukan, adalah salah satu Hvyt kepercayaannya. Si supir memakai seragam hitam-hitam yang ciamik, lengkap dengan topi supir yang elegan. Namun penampilannya itu kalah mentereng jika dibandingkan dengan sang majikan. Thurqk dengan agungnya mengenakan setelan tuksedo merah marun, berhiaskan setangkai mawar putih tersemat manis di saku.


Tempat yang mereka datangi ini, adalah sebuah dimensi asing yang menjadi persimpangan berbagai semesta. Black Tavern, adalah sebuah bar reyot bergaya koboi, yang berdiri di tanah gersang sejauh mata memandang.

"Tetap bobrok seperti biasa," keluh Thurqk. Kemudian dia terbahak sendiri. "Tapi, ini tempat yang luar biasa untuk mempertebal kantongku. Bwahahahaha!"

Thurqk lalu menitahkan si supir untuk mengambilkan suatu barang dari bagasi limosin itu. Dengan tergopoh-gopoh, Hvyt itu keluar dari mobil untuk memenuhi apa yang dimau sang majikan. Dibawakanlah kopor hitam bergaris-garis merah. Thurqk lalu merenggut benda itu dengan kasar.

"Hati-hati membawanya!" bentak Thurqk. "Ini barang dagangan yang berharga, tahu?!"

"M-maaf, Tuan Thurqk," balas Hvyt itu gelagapan.

Thurqk tak menanggapi lagi. Dia berpaling meninggalkan Hvyt di tempat parkir. Kemudian Dewa Merah itu melangkahkan kaki dengan mantap menuju Black Tavern.

Kaki Thurqk beraksi.

Pintu tavern langsung hancur berkeping-keping, menjadi korban dari tendangan membara Thurqk. Ketika dirinya mulai menapaki bangunan itu, tatapan-tatapan bengis telah menyambutnya.

"Halo, para Overlord jelek!" sapa Thurqk penuh etika. "Kalian sudah menungguku, 'kan?"

Salam pun berbalas salam.

"Songong kali kau, Turuk! Baru jadi Overlord kemaren sore aja belagunya udah setengah mati!" seru Choro, si kecoak raksasa.

"Nantang kelahi ya, Bocah?" sesumbar Zeus, pak tua dari parthenon. Dia mengelus-elus janggut putihnya seraya memamerkan otot tua gagahnya.

"Hihihi ... wajar kalau dia sombong," sahut Mismaria, yang dikenal sebagai Maharani Penguasa 99 Netherworlds. "Kalau aku punya taman kematian seperti miliknya sih, aku juga bakal sebelagu dia."

"Dasar Demon buta estetika! Cuman tahu warna merah dan hitam, kasihan sekali Netherworld yang kau kuasai. Sense penamaanmu juga sangat buruk!" oceh Batis van Tuta, sang seniman berambut ikal gondrong.

Dan masih banyak Overlord lain yang memuncratkan makian serupa, yang tentu tidak bisa semuanya ditampilkan di sini.

Singkat cerita, tavern pun meriuh.

Well, mereka adalah Overlord. Sepercik aura kemarahan mereka pun sudah mampu untuk meleburkan kursi, meja, tiang, dan segala perabot lainnya. Tak ada jaminan bangunan tavern itu bisa selamat.

Sang bartender hanya bisa menghela nafas. Dia berharap semua ini tak berujung pada perkelahian antar Overlord. Pokoknya, segala kerusakan akan ditagihkan ke rekening Thurqk.

Melihat semua telah bersemangat, Thurqk akhirnya menyeringai senang seraya mengibaskan rambut kuncirnya.

"Oke, oke," katanya. "Aku mau saja meladeni kalian semua, tapi ribut-ribut ini kita simpan saja untuk milenia nanti. Sekarang, kita bicara soal bisnis. Seperti biasa."

Seperti mantra ajaib, topik yang dikatakan Thurqk begitu ampuh untuk menenangkan para Overlord itu.

Kemudian Thurqk, sang Dewa Merah, berpindah ke tengah ruangan. Dia menggelar tikar, membuka lapak, lalu duduk bersila. Dan yang dinanti-nanti pun tiba. Thurqk menaruh kopor dan membukanya. Tampak kemilau cemerlang memancar dari isi kopor itu.

"Iyak, dipilih dipilih!" seru Thurqk bersemangat. "DVD eksklusif dari taman bermainku, silahkan dipilih. Ada 29 cerita, dokumentasi Ronde 3, dalam episode 'Ruang Siksa Khramanaka'. Satu kopi seharga 1 miliar HL!"

"Apah?! Satu miliar HL?!" protes Choro. "I-itu pemerasan, Turuk!"

"Hei, ini harga yang adil. Setiap ronde akan semakin seru, dengan menyisakan petarung terbaik." Thurqk mendengus, "Sudahlah, itu ambil saja R3-nya si Leon, kesukaanmu. Itu episode terakhir dia, lho."

"Mustahil! Dia tersisih? Sialan! Berarti di babak selanjutnya tak ada komedi lagi, dong?" suara Choro terdengar penuh penyesalan. "Ah, okelah. Biar kuambil 1 kopi untuk kutonton bareng anak-anakku. Sekalian tambah 9 kopi untuk tiap-tiap kedutaan Chorodom."

Thurqk membungkus pesanan Choro, lengkap dengan bonus gantungan kunci berwajah Leon. Si kecoak pun membayar, memberikan tumpukan uang.

"H-hei, Turkey ... apakah ada episode seperti yang di pulau 'itu'? Jika kau m-mengerti apa maksudku," tanya Zeus dengan hidung memegar dan mata menyipit mesum.

"Dasar Pak Tua Cabul. Kau tak pernah berubah, ya?" puji Thurqk. "Pulau Thvr, hmm ... tapi itu kan episode R2. Dan kau sendiri sudah memborong semua kopi yang tersedia!"

"Yaaaah," keluh Zeus kecewa, "berarti tak ada yang mesum-mesum lagi?"

"Eits! Aku tidak bilang begitu, kok," hibur Thurqk. Kemudian dia menyodorkan salah satu DVD berjudul 'Save Gnome Save World'. "Ini R3 Mba Irwin, tanpa disensor. Kau bisa menemukan adegan yang kau mau. Bahkan, aku pun ikut muncul di sini, sebagai special appearance. Bwahaha!"

"Oke, aku ambil itu!" kata Zeus secepat petir.

"Dan daripada tanggung, gimana dengan Kilatih? Di episode R3-nya, kau bisa melihat pakaian si seksi itu compang-camping, memamerkan semua kulit putih mulusnya. Mau?" pancing Thurqk, menyodorkan DVD lain.

"Itu juga boleh!" seru Zeus lagi, semakin kemaruk.

Transaksi sukses. Zeus bahkan mendapat bonus poster Mba dan Kilatih, skala 1 banding 1.

Pelanggan berikutnya pun hadir.

"Langsung saja," kata Mismaria. "aku borong cerita dari para pria rupawan. Reeh, Rex, Primo, Baikai, Stallza, Ravelt, dan Xabi, masing-masing 5 kopi."

"Untukku, berikan kisahnya Carol, Luna, Sil, p-pokoknya semua yang loli-loli. Berikan 20 kopi, untuk kubagikan ke komunitasku," pinta Batis van Tuta.

"Uwoooh! Kalian berdua memang pelanggan setiaku," ujar Thurqk, seraya menitikkan air mata terharu. "Ayo beli, beli saja yang banyak. Bwahahaha!"

Kemudian pelanggan-pelanggan yang lain tak mau ketinggalan. Mereka berebut mencari DVD dari karakter favorit mereka. Kali ini pun dagangan Thurqk laku keras.

Yap, seperti yang sudah disinggung di awal cerita, inilah tujuan utama Thurqk. Ini adalah bisnis dalam skala multijagad. Dan si Dewa Merah mendulang banyak untung dari sana.

"Oiya, apa kalian tidak melihat Zetta dan Nyarlathotep?" tanya Thurqk, basa-basi.

"Si Zetta masih sibuk membangun kembali kerajaannya, dari nol. Setelah dia dengan bodohnya malah menghancurkan Netherworld-nya sendiri," jawab Mismaria.

"Kalau Nyarlathotep, aku sendiri sudah jarang melihatnya," ungkap Zeus. "Kenapa memangnya?"

"Bukan apa-apa," ujar Thurqk, "tapi si Tetua Semesta, Nyarlathotep itu, sudah menyusup ke tempatku, mengganggu duelnya Nurin. Pokoknya kalau kalian bertemu si Hitam Nyarlathotep itu, sampaikan salamku. Bilang padanya, kalau ingin tampil sebagai aktor di 'Afterlife Battle' yang kusutradarai, dia harus membayar royalti. Enak saja numpang muncul secara gratis! Tak ada yang gratis di Netherworld!"

Zeus dan beberapa Overlord lain mengangguk-angguk, sambil bertepuk tangan tanda setuju. Sementara itu, Thurqk sudah mulai berbenah, bersiap untuk pulang.

"Mau pulang?" tanya Choro.

"Yap, aku harus mengawasi produksi R4," jelas Thurqk.

"Hoo ... kali ini apa temanya?" sahut Mismaria.

Thurqk terkekeh. "Enam belas peserta terbaik akan kuadu dengan monster-monster neraka, barang koleksiku. Arenanya adalah Vishala Rashta, labirin raksasa di Underworld-ku. Pokoknya kujamin deh, kalian tak akan kecewa."

Thurqk pun berlalu pergi dengan tawa membahana.

Berapa harga yang harus dia pasang untuk setiap kopi dokumentasi R4? Barangkali dua sampai empat kali lipat R3? Kalau perlu, 10 kalinya pun tak masalah.

Membayangkan semua tumpukan harta itu, tawa Thurqk semakin menggema.

...

Kita telah mengungkap semua misteri itu. Kalau begitu, sekarang kita bisa fokus pada cerita kita. Jangan khawatir. Kalian tak perlu membayar miliaran HL kepada Thurqk. Sebab, ini semua bisa dibaca secara gratis.

Selamat menikmati~



-I-
Ursario dan Tujuh Beary

Seperti pamer dengan kelihaiannya, Hvyt itu terbang dengan manuver berputar yang memukau. Dia tidak peduli dengan barang yang ditentengnya.

Itu adalah sebuah kandang kecil. Tapi isinya bukan kucing.

"Buraaaa! Mohawky Demony sialan! Terbangnya lurus aja, dong!"

Yap, isi kandang itu adalah si boneka beruang terkutuk. Namanya Ursario. Di dalam, dia menendang-nendang sambil terus memaki. Tapi toh, Hvyt itu tidak peduli. Terus saja si merah mohawk melaju.

Setelah beberapa waktu berselang, Hvyt itu mendarat juga. Tepat di depan sebuah bangunan gigantik. Gerbangnya saja setinggi rumah 3 tingkat.

"Anda sudah sampai di tujuan, Tuan Ursario," kata Hvyt itu datar, seraya menurunkan kandang Ursario dan membuka gemboknya. "Terima kasih telah menggunakan jasa angkut Hvyt Airlines."

Pintu kandang terbuka dengan kencang. Melesatlah si boneka dengan asap mengepul dari kepala. Baru saja dia berniat menghajar Hvyt kurang ajar itu. Namun apa mau dikata? Si Hvyt pengantar sudah angkat kaki, terbang tinggi. Tak lupa dia memberikan juluran lidah sebagai salam perpisahan.

"Buraah!"

Ursario langsung membidik ke udara, bermaksud menembak jatuh Hvyt tadi. Namun ditekan seperti apapun pelatuk senapannya, tak ada peluru yang keluar.

"Bura? Amunisiku habis?"

Si boneka hanya bisa menginjak-injak tanah, meluapkan kekesalannya. Dia akan terus mencak-mencak tak karuan andai saja tak terdengar suara promosi dari arah tertentu.

"Dijual, dijual. Lengkapi peralatan Anda sebelum memasuki atraksi Vishala Rashta. Sayangi nyawa Anda ...."

Ursario menoleh, mendapati sesosok Hvyt tua berpakaian kusam sedang menjaga suatu lapak. Mata Ursario berubah hijau melihat apa yang dijajakan di lapak Hvyt itu.

Dengan langkah ceria, si boneka pun datang menghampiri. Tak lupa dicek saku jaketnya. Dikeluarkannya buntalan berisi keping-keping HL, bayaran yang diterimanya sewaktu berlaga di arena Khramanaka, episode yang lalu.

Dimulailah transaksi jual-beli.

"Permen lolipop ini berapa harganya, bura? Aku beli sepuluh. Lalu kripik singkong, lima bungkus."

"Sepuluh lolipop, 100 HL. Lima bungkus kripik singkong, 250 HL. Ada lagi?"

"Kau jual amunisi senapan? Yang muat untuk Ursus-2K milikku, buraa."

"Peluru mungil, lima dus, masing-masing berisi dua puluh butir, total 5000 HL. Ada lagi?"

"Ng ... kacamata hitam ini keren juga. Sekalian jaket dan topi berburu itu."

"Kacamata hitam, jaket dan topi berburu, semua dalam ukuran XS, 2230 HL. Sudah, atau ada lagi?"

"Itu saja, bura."

"Baiklah, Tuan. Kuberikan bonus ransel mini untuk menyimpan camilan dan amunisi Anda."

"Oke, makasih."

Kemudian Ursario mengganti semua pakaian dan aksesoris bututnya dengan yang baru.

Sekarang dia tampak lebih segar. Diselempangkanlah ransel barunya di satu bahu. Sebelum dia berangkat, tak lupa ditanyakannya informasi terpenting.

"Sebenarnya tempat apa ini, buraa?"

Hvyt tua pun menjawab, "Ini Vishala Rashta, labirin raksasa berisi monster-monster neraka. Usia tempat ini bahkan lebih tua dariku, Tuan."

"Aku mesti ngapain di sini?"

"Anda harus menghabisi satu monster khusus, yang ditugaskan untuk menghadang Anda. Monster apa itu, aku tidak tahu."

"Memburu monster, ya? Buraah .... Membosankan!" gerutu Ursario.

Si boneka pun melangkah gontai menuju gerbang.

"Jangan lupa, setelah membunuh monster itu, Anda harus sampai ke pusat labirin!" seru si Hvyt tua, namun telinga Ursario sudah tak mau mendengarkan lagi.

Ursario berjalan dengan sedikit tertatih. Isi badannya bergolak secara tiba-tiba. Perutnya serasa diaduk-aduk, begitu nyeri, seperti mau meledak.

Ini bukan mabuk udara lantaran Hvyt membawanya terbang dengan serampangan tadi. Rasa sakit yang ini, sumbernya lebih pada 'kejiwaan'.

"Urghhh ... jiwa-jiwa sialan ini!"

Pintu gerbang membuka. Perburuan dimulai.

***

Labirin ini berbeda. Jarak satu dinding ke dinding lain begitu luas. Ursario, si boneka mungil, merasakan dirinya seperti semut di sarang dinosaurus.

Kemudian rasa nyeri itu datang lagi. Dan kali ini, Ursario sudah tidak bisa menahannya.

"Oke, oke, OKE! Keluarlah kalian semua, BURAAA!!"

Seketika, tujuh gumpalan jiwa yang berbeda rupa dan warna pun mencuat keluar dari tubuh si boneka beruang. Masing-masing jiwa itu kemudian mewujud menjadi boneka-boneka beruang dalam bentuk yang berlainan.

Satu boneka beruang tampak mengenakan baju adat tradisional, dengan aksesoris ikat kepala yang unik. Dia adalah Manggale, si Bataky Beary. "Alamak, akhirnya aku bébas jua!"

Satu jiwa mewujud sebagai boneka beruang betina. Rambutnya pirang, bajunya biru kotak-kotak. Dialah Cheril, si Blondy Beary. Busur panah mungil tersemat di punggungnya, sementara kamera DSLR imut melingkar di lehernya. "Wawawa? Ternyata wujudku jadi begini?"

Kali ini giliran Zany, si Imagey Beary, yang turut muncul. Dia sempat membantu Ursario di pertarungan episode lalu. Busana merah-hitamnya masih modis seperti biasa. Namun yang paling unik adalah rambut putih panjang dan mata pelanginya. "Uiyeaah! Zany Beary hadir kembali!"

Dua jiwa lagi ikut mewujud. Dua-duanya juga wanita.

"Heh, yang benar saja. Kenapa aku jadi seperti ini? Lana pasti tidak akan mengenaliku lagi sebagai mamanya," gerutu Yvika, si Mommy Beary. Pakaian tentaranya, hitam-hitam, terlihat mengintimidasi. Terlebih dengan persenjataan futuristik super lengkap yang dibawanya.

"Dulu aku manusia, lalu dikutuk menjadi makhluk Viridian, dan sekarang dikutuk menjadi Teddy Bear. Hmmph! Selanjutnya apa?" protes Nemaphila, sang Flowery Beary. Gaun hijaunya sederhana, namun rambutnya sangat unik. Yakni untaian sulur-sulur ungu yang dipenuhi benih-benih hijau.

Kemudian, dua jiwa terakhir adalah para lelaki tangguh.

"Mantap, bro! Kriboku masih ada!" seru Sal, si Monkey Beary, sambil mengelus-elus rambut kebanggaannya dengan penuh semangat. Sal juga paling tinggi dari Beary lainnya, dengan kulit yang kuning mencolok. Dan langsung saja dia memainkan serulingnya.

Menemani Sal adalah Reeh, sang musafir yang dilawan Ursario di babak sebelumnya. Ciri khasnya, sorban bunga dan jubah gurun, masih melekat di badannya, sekalipun dia sudah berganti wujud sebagai boneka beruang, alias Turbany Beary. Reeh segera duduk bersila seraya memainkan kecapi.

"Hei, bro," sapa Sal. "Situ suka musik juga, ya? Ayo kita duet."

"Tiada mengapa," jawab Reeh. "Kendati, kirakah Tuan akrab akan irama-irama padang pasir?"

"Gampang! Aku ini pengamen Mustachio paling beken seantero galaksi. Musik Arabia, Namibia, Rhodesia, atau apapun, udah pernah kumainin."

Reeh tersenyum mendengar jawaban itu. Kemudian keduanya mulai mengadu irama, berpadu merdu antara lantunan seruling dan petikan kecapi.

Setelah itu, ketujuh Beary tadi malah asik dengan kegiatan mereka sendiri.

Reeh dan Sal masih tetap bermusik dan berdendang. Nema mulai menggali-gali tanah, iseng menanam beberapa benihnya. Sedangkan Cheril, dia sibuk mendokumentasikan kegiatan Beary yang lain. Semangat fotografernya seperti tak terbendung.

Bagaimana dengan Manggale? Dia melakukan pendekatan kepada Yvika dan Zany.

"Cantik kali Nona-Nona ini, macam rémbulan yang sinari telaga Toba saja. Boleh aku goda dikit? Tak rugilah kau Nona, aku ini Pangéran Batak," ujar Manggale seraya mengedipkan sebelah mata.

"Maaf, Pangeran. Aku sudah punya suami dan anak," balas Yvika, sambil mengeluarkan sebatang rokok, menyulutnya dengan korek.

"Ahaha, kamu bukan tipeku, Galey Beary," timpal Zany.

"Jual mahal si Nona ini rupanya, bah," desah Manggale.

Setelah itu, Manggale kembali pundung di pojokan. Dia menggalau.

Di sisi lain, Ursario masih tidak mengerti. Dia belum percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini.

Ketujuh jiwa petarung yang susah-payah dikumpulkannya selama pertarungan di afterlife ternyata sudah tak bisa dikendalikan lagi. Seharusnya, mereka semua telah terserap sebagai ekstrak energi. Semestinya, mereka tidak bisa hidup lagi seperti ini. Atau jangan-jangan, sihir penghisap jiwa yang dimantranya ternyata tidak sempurna?

"Buraaah! Kalian bertujuh adalah jiwa petarung yang kutaklukkan. Tunduklah padaku!" teriak Ursario tiba-tiba. "Tunduklah padaku! Pada Demonlord penguasa Ursa-Regalheim!"

Si Beary mungil boleh berseru, tetapi apa jawaban dari Beary lainnya?

"Maaf. Memangnya kapan kau pernah mengalahkanku, 'Demonlord' Ursario? Seingatku, si mungil Bara-lah yang dengan gigihnya berhasil menyudahi perlawananku waktu itu," ungkap Yvika, kemudian dihembuskannya asap rokok berbentuk kepala beruang.

"Bah! Aku sétuju!" timpal Manggale. "Aku mati bukan karéna kau, Ursa. Aku mati térbakar panah néraka."

Cheril tertawa, "Ups, benar. Maafkan aku, Manggale. Kamu terkena panah nyasar dariku."

Mendengar pengakuan dosa dari Cheril, tadinya Manggale mau melotot. Tetapi memandang muka manis si Blondy Beary, Manggale malah tersipu sendiri. Kemurkaannya langsung sirna, terbang ke awang-awang.

Zany kali ini ikut berkomentar, "Kalau dipikir-pikir, Teddy Bear, kau berhasil membunuhku dulu ... itu karena kau membokong, kan? Ahahaha. Padahal aku sedang asyik melawan si Nemaphila, kau malah menggangguku."

Nema diam, tak berkomentar apa-apa.

Sal, si Monkey Beary, juga tak mau ketinggalan. "Aku mati heroik, menyelamatkan Nona Tentara itu," lirikan mata Sal tertuju pada Yvika. "Dan sewaktu aku sekarat bin maut, eh kau boneka kontet malah merampas jiwaku."

"Urrrghhh...!" Ursario hanya bisa geram sendiri, mendengar penolakan dari para Beary.

Giliran Reeh yang berkomentar. "Hamba akui kekalahan hamba dalam pertarungan silam. Namun kiranya, kemenangan itu Tuan Boneka peroleh bukan dengan perjuangan sendiri, benar?"

"Singkatnya, Ursario," tegas Yvika, "kau mungkin mengakui ketangguhan kami. Tapi sebaliknya, kami BELUM mengakui kehebatanmu sama sekali."

"Térlampau banyak jiwa yang kau sérap, bah!" sahut Manggale. "Kau tak bisa kéndalikan sémua itu, lépaslah jiwa kami dari bélénggu sihir térkutuk kau."

"Walaupun akhirnya wujud kami pun ikut menjadi boneka beruang, ahahaha," pungkas Zany.

Ursario pun semakin murka.

"Berisik, buraaah!" bantahnya. "Kalau begini ceritanya, akan kukalahkan kalian semua sekarang juga! Kutundukkan kalian dengan paksa!" Ursario langsung menodongkan senapannya, mengarah ke boneka-boneka beruang lainnya.

Well, tantangan itu segera disesali oleh Ursario.

Ketujuh Beary merespon.

Yvika mengokang senapan serbu futuristiknya. Zany juga mematerialisasi sebilah sabit raksasa dari kehampaan. Sal dan Manggale segera memasang kuda-kuda tempur, sesuai teknik beladiri yang mereka kuasai. Nema dan Reeh langsung melemparkan sorotan mata tajam, menandakan kesiapan untuk bertarung. Hanya Cheril saja yang masih bermain dengan kameranya, terus mengambil foto.

Singkatnya, enam Beary melawan satu Beary ...

"D-damny Holly Beary!" maki Ursario, berusaha menutupi kepanikannya. "Aku tidak punya waktu meladeni kalian, buraaah...! A-aku punya monster yang mesti kuburu ...."

Akhirnya Ursario tak jadi melawan. Dia memilih untuk melenggang pergi meninggalkan para Beary itu.

Kawanan Beary pun tertawa. Mereka mengabadikan kemenangan mereka dengan berfoto selfie, menggunakan kamera Cheril.



-II-
Selamatkan Putri Cantik dari Kejaran Monster

Waktu terus bergulir.

Langkah kaki mungil Ursario membuat perjalanannya menyusuri labirin raksasa ini terasa sangat lama. Entah sudah berapa tikungan dilewatinya. Di tempat yang membingungkan seperti ini, Ursario hanya bisa mengandalkan hidungnya.

Ursario terus mengendus-endus, seraya menyusuri koridor demi koridor.

Satu ketika, penciuman tajamnya mulai mendeteksi bau aneh dari arah depan. Namun, konsentrasinya itu harus terganggu oleh suara ribut dari arah belakang.

Ya, ketujuh Beary tadi ternyata mengekor Ursario. Dan mereka kompak bernyanyi-nyanyi, riang gembira.

teddy beary, kami bukanlah teddy beary
teddy teddy beary, kami bukanlah teddy beary

si tinggi Sal, monkey beary, suaranya merdu beary
si ganteng Reeh, turbany beary, suka main angin beary
si lucu Manggale, bataky beary, logatnya aneh beary

si imut Cheril, blondy beary, gemar memotret beary
si cantik Zany, imagey beary, rambutnya putih beary
si unik Nema, flowery beary, senang menabur beary
si galak Yvika, mommy beary, senjatanya ngeri beary

la la la la, beary ly ly ly ly ly
teddy teddy beary, kami bukanlah teddy beary~

Ursario menghentikan langkahnya kemudian berbalik badan. Sambil menginjak-injak tanah, dia berseru murka.

"Berisik, berisik, BERISIK! Kenapa kalian malah mengikutiku, buraaa?! Pakai nyanyi-nyanyi nggak jelas pula!"

Yang menjawab adalah Sal, "Masalah buat situ, bro? Suka-suka kita dong, kita mau ngapain."

"Pada nalarnya," lanjut Reeh, "jiwa kami masihlah membutuhkan raga dari Tuan Boneka, sebagai naungan. Tidaklah kami bisa secara naluriah, untuk terpaut terlampau jauh dari Anda."

"Dan entah kenapa, dalam wujud seperti ini, kami jadi lebih ceria. Ahahaha," tawa Zany. "Makanya kami bernyanyi, deh."

Kawanan Beary pengganggu itu berniat untuk meneruskan senandung mereka, andai saja tidak terdengar suara jeritan aneh dari arah depan.

"......loooong!"

...

"Ha? Kalian déngar itu?" singgung Manggale.

Suara itu tidak terdengar jelas. Maka heninglah mereka, untuk memfokuskan pendengaran.

"Toloooooong!!"

...

Sekarang suara itu terdengar jelas.

Bahkan lebih dari itu, dari arah depan tampaklah tiga orang wanita tengah berlarian panik. Mereka menuju ke arah Ursario dan kawanan Beary, seraya menjerit.

"T-toloong kami! Monster-monster itu ingin memangsa kami!" teriak salah satu dari mereka.

Ketika sosok ketiga wanita itu kian mendekat, maka detail penampilan mereka pun terlihat. Gaun mereka indah, seperti putri-putri bangsawan. Hell, bahkan di kepala mereka tersemat tiara yang begitu memukau. Wajah mereka pun tak bisa dibilang biasa. Istilahnya, kecantikan level dewi.

Dan seperti pengakuan mereka, dari kejauhan pun terdengar lolongan binatang buas.

Ketiga putri itu menghampiri Ursario, terus memohon bantuan. Tak peduli kalau yang dimintai bantuan adalah boneka beruang yang ukurannya mini.

Ketiganya berlutut, mencoba berlindung di belakang Ursario.

"P-Pak Boneka," kata salah satu putri, "Anda ini petualang, 'kan? Kami mohon, tolonglah ka—"

Namun apa yang terjadi? Belum sempat putri itu menyelesaikan kalimatnya, Ursario malah menodongkan senapan tepat ke batang hidung si putri. Boneka beruang itu terus mengendus-endus risih.

"Berisik, Girly!" maki Ursario. "B-bau sekali. Parfum yang kau pakai itu, apa tidak bisa lebih menyengat lagi, burah? Selera wewangian yang buruk, lebih parah dari bau Luxa Demony—"

Perilaku Ursario itu segera berujung hadiah tendangan double combo dari Sal dan Manggale. Datangnya dari arah belakang, tak terduga. Walhasil, Ursario terpental jauh dan terguling-guling ...

"—buraaaaaaah!" ... hingga akhirnya menghantam tembok labirin.

Kedua Beary tadi, Manggale dan Sal, langsung bergaya di hadapan tiga putri.

"Lupakan bonéka tak sopan itu," lagak Manggale dengan logat khas Bataknya. "Soal tolong-ménolong putri, sérahkan pada aku yang Pangéran ini, bahaha!"

"Kalem, Nona Manis," ujar Sal tak mau kalah. "Kalau Aa' Sal udah di sini, kalian aman seribu persen. Jaminannya adalah rambut kriboku ini."

Well, kedua lelaki itu memang telah berganti wujud menjadi boneka beruang terkutuk. Tetapi, sifat mereka masih sama.

"Ayo katakan pada Aa'," lanjut Sal. "Monster kayak apa sih yang tega nian mengejar Nona-Nona Manis ini?"

Belum sempat Sal mendapatkan jawaban, suara raungan yang bengis sudah terdengar semakin dekat, kian kencang.

Derap langkah pun menggema, menandakan ada yang akan segera tiba. Kumis lele Sal bergetar-getar hebat, bukti bahwa monster yang datang ini pasti bukan monster sembarangan.

Yang dinanti pun muncul!

Ketika Sal dan Manggale menoleh, tampak sepasang binatang buas berukuran jumbo. Yang satu anjing, sedangkan yang lain adalah serigala. Skala kedua monster itu abnormal, hampir sebesar rumah.

Dari deretan gigi taringnya, liur ludah menetes seolah tak terbendung. Mata kedua monster itu pun menyala-nyala liar.

"Alamak! Makan apa si anjing sampai sébésar itu, bah?" celetuk Manggale.

Kemudian tiga putri itu menjerit semakin hiteris, bahkan sampai menangis keras.

"Tolooooong!! Toloong kami!! K-kami hanya manusia biasa yang diculik Thurqk!"

"Dia ingin menjadikan kami makanan buat monster-monster itu!"

"Huaaaa!! Aku ingin pulang kembali ke istana...!!"

Melihat bahaya yang mengancam, kawanan Beary yang lain ikutan bereaksi.

Reeh yang maju duluan, menyusul Sal dan Manggale yang sudah ada di garis depan. "Haram bagi hamba berdiam diri, tatkala wanita yang tiada berdaya tengah dirundung cobaan."

Kemudian Yvika pun maju, mengikuti instingnya sebagai tentara. "Kenapa bisa ada warga sipil di labirin ini? Cih!"

Selanjutnya, Zany. "Ho, kelihatannya seru. Ahahaha, aku ikut."

Bagaimanapun, ada Beary yang antusias pada hal selain pertempuran. Dia adalah Cheril, yang terus saja memotret. "Wah, jangan sampai peristiwa ini luput dari dokumentasiku."

Cheril pun mengambil jarak aman, mengeker dengan lensa berzoom tinggi.

Hanya satu Beary yang tak tampak semangat.

"Aku pas," kata Nema. "Silahkan kalian saja yang ribut." Kemudian Nema malah mendekati posisi Ursario yang masih tersungkur. Bukan untuk menolong, melainkan untuk meledek.

"Halo, Boss. Enak ya, tidur-tiduran di situ?"

"....ngggrhhh!" Ursario melompat bangkit, kesal. "Jiwa-jiwa sialan."

"Makasih," balas Nema. "Pujian itu ditujukan juga untukku, 'kan? Oh iya, kau tidak ikutan mereka, Boss ... melawan dua monster itu?"

Ursario menjatuhkan diri, duduk menyandar di tembok. "Tidak, bura. Biar saja mereka berbuat sesukanya. Aku malas."

"Hoo, bukan karena kau takut, pastinya?" sindir Nema. "Mengingat yah ... kekuatanmu sekarang, tanpa sokongan jiwa kami, hampir tidak ada artinya."

"...."

Ursario tidak lagi menjawab. Atau tepatnya, tidak bisa lagi membalas perkataan telak dari Nema. Ursario malah membuka ranselnya, memilih untuk menikmati camilan keripik.

Dan Nema, tanpa merasa perlu meminta izin, langsung duduk di sebelah Ursario, membantu agar keripik itu cepat habis.

Mereka pun menyaksikan dari jauh, pertarungan seru antara lima Beary melawan dua monster neraka.

...

...

Kelima Beary mungil bertarung dalam dua regu terpisah, memancing dua monster itu ke arah yang berlawanan.

"Tembak kakinya!" seru Yvika. "Hilangkan mobilitas serigala setan ini!"

Zany mengangguk setuju. Kemudian dengan kekuatan imagyn-nya, mewujudlah sepucuk senapan mesin yang ukurannya hampir dua kali lipat badannya sendiri. "Dan ... matilah kau, jelek-jelek serigala!!"

Duo Yvika-Zany menghujani monster serigala dengan peluru panas, tepat mengarah ke kaki. Tentu saja si monster tak akan sukarela menerima itu. Akan tetapi, ke manapun monster itu menghindar, bidikan Yvika dan Zany tetaplah jitu mengikuti.

Ketika akhirnya si monster tak sabar lagi, melompatlah dia.

Dari udara, dia menghunjamkan cakar kakinya. Untungnya, mudah bagi Yvika dan Zany untuk mengelak dengan satu lompatan ke samping. Cakar sang serigala hanya membelah lantai.

Senapan mesin Zany sudah menghilang—karena melewati batas 1 menit. Dia mematerialisasi benda lain, yakni granat tangan. Yvika pun menyiapkan granatnya sendiri, mengambilnya dari saku rompi.

Keduanya mencabut pengaman granat dengan gigitan. Kemudian kompaklah mereka melemparnya. Meletus ledakan yang luar biasa kencangnya, hingga menggemuruh di labirin. Tendengar pula pekikan lirih dari si serigala raksasa, yang terlambat menghindar.

Yvika dan Zany melakukan tos. Keduanya tersenyum senang, tapi hanya sesaat.

Dari balik kepulan debu, sosok serigala itu tampak masih berdiri tegak, sekalipun badannya mengalirkan darah hitam, deras menganak sungai.

"O'ow, Mayor," celetuk Zany. "Sepertinya nggak semudah itu serigala jelek ini bisa kita tundukkan."

"Kembali ke posisi!" titah Yvika.

...

Sekarang kita mampir di pertempuran sebelah.

Anjing monster itu berulang kali mencoba mencaplok Manggale dan Sal yang ukurannya hanya sekitar 30 dan 50 cm saja. Namun kedua Beary kecil itu masih lihai menghindari taring tajam si anjing neraka.

Malahan, mereka balas memukul dan menendangi lawan mereka dengan tangan kaki kosong.

"Uwooooh! Rasakan téknik Mossak aku, bah!"

"Eits! Jurus Keparattu dari ras Meteo ini juga kagak bisa dianggap remeh!"

Well, setidaknya Manggale dan Sal sudah berusaha. Namun ukuran tubuh tak bisa berkata bohong. Gerakan beladiri mereka tak seampuh biasanya. Rasanya mungkin seperti pijatan ringan saja bagi monster itu.

Malahan, kedua Beary itu yang terpental balik akibat sambaran ekor dari si anjing neraka.

Meskipun demikian, merekahlah senyum di wajah Manggale dan Sal. Yap, tugas keduanya adalah untuk mengulur waktu agar kawan mereka, Reeh, bisa mengumpulkan energi angin di bilah pedang shamsir-nya.

"Wahai Katabasis, angin yang telah lama menjaga labirin ini," sapa Reeh, "bantulah hamba! Lepaskan irama Hijaz Kaff!"

Pedang mungil Reeh tiba-tiba menyala oleh pendaran cahaya kuning-hitam. Sementara itu, gemuruh angin berderu layaknya lantunan nada, seolah sedang bersenandung.

Reeh menyabetkan pedangnya.

"Hiiyaaaah!!"

Dari ayunan bilah pedang itu, melesatlah gelombang angin. Sangat kencang. Si anjing neraka tidak sempat menghindar.

Tubuh anjing raksasa itu terpental jauh, terdorong angin Katabasis yang dilontarkan Reeh.

...

Di saat Yvika dan Zany masih sibuk meladeni serigala monster, meluncurlah tubuh monster satu lagi ke arah mereka. Ya, itu adalah si anjing neraka yang diterbangkan angin Reeh.

Semua terkejut.

"T-tiarap!!" teriak Yvika.

Kedua Beary mungil itu segera berkelit merendahkan tubuh.

Tak ayal, justru kedua monster itulah yang saling bertabrakan amat kuatnya.

"Kaaaiiiing...!"
"Uuunggg...!!"

Keduanya roboh.

"Ini kesempatan kita!" seru Yvika. "Saatnya All Out Attack!!"

Peluang itu pun dimanfaatkan kawanan Beary untuk menyerbu sepenuh hati. Teriakan semangat bergema dari sosok-sosok mungil itu seraya mereka berlarian maju mengeroyok lawan.

Debu-debu beterbangan. Suara pukulan, tendangan, tebasan pedang, berondong peluru, bercampur dengan lirih-raung dari kedua monster. Bintang-bintang derita mencuat dari kepulan debu, berkelap-kelip.

Ketika gempuran itu berakhir, hanya beruang-beruang mungil itu yang tetap berdiri tegak.

"Victory beary!!" teriak mereka kompak.

Ursario dan Nema yang menonton dari kejauhan pun bertepuk tangan, dengan ekspresi datar.



-III-
Tiga Putri

Putri-putri itu memperkenalkan diri.

Yang bergaun hijau adalah Yuna, sedangkan yang bergaun biru adalah Rina. Keduanya merupakan adik dari Alka, yang mengenakan gaun merah yang lebih mentereng serta tiara yang lebih megah. Seolah menandakan siapa putri tersenior di antara ketiganya.

"Terima kasih, wahai beruang-beruang mungil yang perkasa," ujar Yuna.

"Kedua monster itu, Berus dan Myr ... sepertinya kesal karena di babak ini tidak kebagian pera—maksudku, kesal karena kami melarikan diri dari sarang mereka," ungkap Rina, hampir keceplosan.

"Yang penting," kata Alka, "izinkan kami berterima kasih atas bantuan yang kalian berikan."

Setelah itu, ketiga putri bertanya bagaimana cara mereka membalas jasa, setidaknya sebelum ketiganya mencari jalan untuk melarikan diri dari labirin ini. Para Beary pun meminta kesediaan putri-putri itu untuk menemani mereka di waktu makan siang, satu kali saja.

Ya, bagi kawanan Beary itu, perjalanan menyusuri labirin ini tak jauh beda dengan berpiknik. Dan apa jadinya piknik tanpa makan-makan?

Tikar lebar digelar. Teko dan gelas teh disebar, beserta camilan kue. Alka, Yuna, dan Rina, tampak bersendau gurau dengan para Beary mungil itu. Bahkan Nema yang sedari tadi hanya menonton, merasa berhak untuk ikut menikmati hidangan.

Hanya Ursario yang tersisih ... atau tepatnya, menyisihkan diri.

Dia memilih untuk menghampiri duo monster anjing-serigala yang sudah terkulai tak berdaya. Ursario pun menyodok-nyodokkan senapannya, memeriksa apakah monster itu masih hidup atau sudah tiada.

"Bura? Jadi mereka ini monster yang mesti kuburu? Aku belum turun tangan, sudah takluk begini. Dasar lemah."

Tiba-tiba, badan monster itu bergerak. Hanya sedikit. Tapi itu cukup untuk membuat Ursario melonjat kaget setengah mati.

"Buraaah!! Masih HIDUP rupanya kalian?!"

"Kaaaauuhhhhngg," lirih si anjing. "Biarkan kami istirahat, plis...."

"Dan kalian bisa bicara??"

"Tentu saja kami bisa," balas si serigala.

Ursario semakin panik. Satu reaksi spontan yang bisa dilakukannya adalah mementungi muka kedua monster itu dengan gagang senapan, bergantian dari muka satu ke muka lainnya. Semakin lama, pentungan itu semakin ganas.

Duo monster tak bisa melawan. Mereka sudah terlalu lemah.

"Hen .. hentikan itu, bodoh!"

"Kaiiiing....! Ampuun...!"

"Buraaah! Jangan banyak protes!" bentak Ursario. "Biar kuakhiri penderitaan kalian."

Ursario langsung mengokang, lalu menempelkan moncong senapannya di pelipis si anjing raksasa.

"Nooo, Brother Berus! K-kumohon, Brother Bear, jangan bunuh saudaraku satu-satunya itu!"

"Diam, buraah! Nanti kau juga menyusul."

"Tamat riwayat kita, Brother Myr. Sejak awal, babak ini telah mendiskriminasikan kita. Hiks...."

Sungguh ironis. Dua monster buas itu segera menyambut ajal, mati di tangan boneka yang ukurannya hanya setapak kaki mereka.

Cakar mungil Ursario bersiap menekan pelatuk. Namun ....

"Kyaaaaa!! Reeh!!"

... dari arah kawanan Beary terdengarlah suara jeritan. Segera Ursario menoleh. Dan saat itulah dia menyadari ....

Ada yang tidak beres!

***

Kita kembali dulu ke beberapa menit silam.

Kawanan Beary dan tiga putri masih berpesta kecil. Sampai pada suatu bagian di mana Sal dan Reeh mendemonstrasikan kebolehan mereka berdua dalam bermusik. Tak ayal, ketiga putri itu meminta izin untuk turut menyumbang satu-dua lagu.

Dan benar saja. Suara ketiga putri itu begitu jernih. Indah. Begitu memukau. Mampu membius siapapun yang mendengarnya. Sayangnya, itu bukanlah kiasan.

Sal dan Reeh—yang pendengarannya paling peka di antara Beary lain—menjadi korban pertama. Mata keduanya berubah kosong. Tingkah mereka pun tiba-tiba aneh.

Sal menggelinjang tak jelas, sebelum kaki jenjangnya mulai menendangi apapun yang bisa ditendangnya.

Reeh malah lebih parah. Dia langsung mencabut pedang shamsir yang tadinya tersemat manis di pinggang. Diayun-ayunkannya pedang melengkung itu dengan serampangan. Dia menjadi gila, seperti baru saja kerasukan jin gurun.

"Kyaaaaa!! Reeh!!" jerit Cheril begitu sabetan Reeh menyayat punggung si Blondy Beary.

Andai saja wujud Cheril sekarang bukanlah boneka beruang, pasti sudah memuncratlah cairan berwarna kemerahan. Dan anehnya, kini Cheril juga ikut bertingkah aneh sebagaimana Reeh dan Sal.

Pesta pun bubar.

Ketiga putri telah menunjukkan sifat asli mereka. Sorotan mata mereka yang tadinya teduh, sekarang tampak seperti mata binatang buas. Sejak awal, ketiganya bukanlah putri biasa.

"Kalian! Siapa sebenarnya kalian?" seru Yvika.

Tak ada jawaban.

Alka, putri tertua, tetap bersenandung menyebarkan suara hipnosisnya. Sementara kedua adiknya mengambil suara dua dan tiga. Sungguh paduan suara yang harmonis.

Efeknya, Beary yang lain mulai terpengaruh. Satu demi satu. Zany, Nema, dan Manggale, sudah tak lagi mampu menguasai kesadaran diri.

Hanya bersisa Yvika, yang dengan pengalaman militernya, spontan berlari menjauh. Sayangnya, nanyian trio Alka-Yuna-Rina masih bisa menjangkaunya. Dan sekuat apapun si Mommy Beary berontak, akhirnya dia takluk juga.

Setelah korban terakhir sukses dikuasai, barulah trio putri itu menghentikan konser mereka. Hasilnya, ketujuh Beary tak lagi menggila. Malahan, kini ketujuhnya berbaris rapih di depan ketiga putri tersebut, seperti tujuh boneka kosong.

"Oke," kata Alka, "mana di antara kalian bertujuh yang bernama Ursario? Biar bisa kuakhiri babak ini dengan segera."

Ketujuh Beary langsung menoleh ke suatu arah.

Alka dan dua adiknya ikut menoleh, mendapati sosok Beary terakhir. Agak jauh. Posisinya tepat di antara dua monster yang terkulai.

"Jadi dia?" Alka tersenyum lebar, sambil melirik ke adik-adiknya.

Kode pun diterima. Kedua adiknya, Yuna dan Rina, segera mengambil alih komando.

"Tujuh boneka beruang, habisi boneka beruang yang itu!" titah Yuna, menunjuk ke arah Ursario.

"Gunakan segala cara!" tambah Rina.

Tanpa basa-basi, ketujuh Beary yang telah terhipnosis segera mematuhi perintah yang mereka terima. Berhamburanlah mereka menuju posisi Ursario.

...

...

Dari kejauhan, mata Ursario mengamati semua detail yang menimpa kawanan Beary bersama tiga putri palsu.

"Alkonost," ungkap Berus, "adalah monster yang kamu cari, Brother Bear. Sosok seperti wanita itu, Alka, bukan wujud aslinya."

"Tak lupa dia membawa dua sisternya, sebagai penggembira," timpal Myr.

"Tadinya aku dan Brother Myr sedang santai di sarang kami, menganggur karena tak dapat peran di babak ini. Namun ketiganya datang dan mengolok-olok kami," Berus terus membeberkan cerita.

"Maka kami serang mereka. Dan ketiga sister itu malah memanfaatkan itu untuk bermain sandiwara picisan—"

"Buraaah! BERISIK!" potong Ursario. "Siapa yang butuh curhatan kalian? Dasar Weaky Monstery!"

Duo monster bersaudara namun beda spesies itu langsung meringkuk sedih. Tapi Ursario tak akan pernah menggubris. Sebab, kini dirinya sudah melihat tujuh Beary maju menyerbunya.

Ursario panik, tak sempat berpikir apa-apa.

Senapannya bertindak lebih dulu, menembaki tujuh Beary tadi. Namun, jumlah sasaran itu terlalu banyak baginya. Ketika ketujuh Beary tersebut berpencar, Ursario langsung mati langkah.

Gantian dirinya yang menerima gempuran.

Zany dan Yvika membalas tembakan Ursario dengan senjata yang lebih modern.

"BuraraRAAAH!!"

Ursario hanya bisa meloncat panik ke sana-sini, menghindari tembakan. Berkali-kali badan bonekanya terserempet peluru.

Siasat dadakan pun dilakukannya. Bersembunyilah Ursario di balik badan besar duo anjing-serigala neraka, menjadikan keduanya sebagai tameng martir.

Kedua monster itu menjerit lirih sewaktu rentetan peluru menjebol tubuh mereka. Tetapi sekali lagi Ursario tak peduli. Sebab, sudah datang serangan gelombang kedua.

Cheril memadatkan energi di tangannya, membentuk beberapa anak panah. Dilepaskanlah semua itu mengincar tempat Ursario bersembunyi.

Panah Cheril bukan sembarang panah.

Sewaktu mengenai suatu objek, terciptalah reaksi seperti bom. Bahkan badan jumbo Berus dan Myr pun terlontar tinggi akibat ledakan super kuat itu.

"Brother Beruuuus....!!" lirih Myr, tubuhnya terbakar mengepulkan asap tebal.

"Brother Myyyyrr....!!" balas Berus, sama lirihnya, sama terbakarnya, dan sama berasapnya.

Kedua monster itu terlempar ke arah yang berlawanan, dengan bunyi benturan menggelegar sewaktu badan mereka menimpa bumi. Riwayat mereka berakhir.

Gantinya, kini Ursario terpampang nyata. Tak ada lagi tempat berlindung.

"Buraaa??!"

Serangan ketiga pun datang.

Nema dan Reeh yang berkolaborasi. Benih-benih Nema diterbangkan oleh angin Reeh. Ursario ingat betul kekuatan benih itu.

"Baby Bluey! Bahaya, bahaya, BAHAYA, BURAAAA!!!"

Mati-matian, Ursario melompat tinggi menghindari puluhan bunga biru yang hendak menempel di tubuhnya. Wajar kalau dia ketakutan. Lihat saja. Bebatuan yang dihinggapi bebungaan biru itu segera mengurai menjadi butiran pasir.

Baru saja Ursario bernafas lega karena selamat dari bunga maut, namun Sal dan Manggale sudah menduga arah lompatan itu. Serangan kombinasi Sal-Manggale kembali muncul. Kali ini dalam bentuk aerial combo.

Bertubi-tubi badan Ursario dihantam bogem, tamparan, cubitan, sikutan maupun tendangan dari Sal dan Manggale. Sekalipun sudah mencoba menangkis semua itu dengan ayunan senapan, tampaknya upaya Ursario sia-sia saja. Gempuran Sal dan Manggale tiada terbendung.

Malahan, mereka berdua menutup aerial combo itu dengan smash kembar, menghunjamkan badan Ursario kembali ke permukaan.

Debu-debu bertebaran, bersamaan dengan keping-keping batu dan tanah.

...

Gawat.

Ini sangat gawat, pikir Ursario.

Dengan badan yang masih terbujur kaku, si boneka beruang merenungkan kondisi dirinya. Dia kini tanpa sokongan energi jiwa dari tujuh petarung tangguh, yang malah menjelma sebagai Beary, lepas dari kendalinya.

Ursario tak bisa lagi menggunakan Mossak Manggale, telekinesis Cheril, regenerasi Zany, ataupun benih Nema. Ursario juga kehilangan potensi bidikan super jitu Yvika, raungan merdu Sal, serta kelihaian berpedang Reeh.

Sekarang, semua itu malah berbalik melawannya.

Ursario masih bisa menggunakan kekuatan sejatinya, sebagai inkarnasi Demonlord penguasa Ursa-Regalheim ... yakni perubahan wujud.

Namun, haruskah dia gunakan sekarang?

Asupan energi jiwanya sangat kurang. Kemungkinan hanya bisa berubah dalam waktu singkat saja. Padahal lawan sesungguhnya, yakni Alka dan kedua saudarinya, masih asyik minum teh di kejauhan sambil kipas-kipas, menonton dengan santai. Kemampuan sejati mereka entah siapa yang tahu.

Ketujuh Beary datang mendekat, bersiap menggotong paksa badan Ursario dan membawanya ke hadapan Alka.

Saat itulah lampu ide menyala di benak Ursario.

Strategi.



-IV-
Ursario Melawan Tujuh Beary

Sal, Manggale, Zany, dan Yvika ... keempat Beary itu berdiri mengelilingi Ursario yang masih berbaring. Mereka menurunkan kewaspadaan, mengira sang lawan telah tak berdaya.

Kelengahan itu dimanfaatkan Ursario untuk menyergap secara tiba-tiba.

Untung saja sasarannya, yaitu Yvika, ada di posisi yang cukup dekat. Tujuan Ursario hanya satu, merebut bom asap yang tersemat di pinggang Mommy Beary itu.

Berhasil.

Langsung saja Ursario bertindak layaknya ninja. Menggunakan bom asap sebagai pengalihan perhatian, Ursario melancarkan langkah awal dari strategi yang tadi dipikirkannya.

Yaitu melarikan diri!

Selagi keempat Beary terbatuk-batuk oleh asap, Ursario sudah melenggang pergi.

Sempat dirinya berpapasan dengan Cheril, tapi dengan mudah si Blondy Beary digocek Ursario. Well, kelihatan mana Beary yang lebih berpengalaman sebagai boneka beruang. Setidaknya untuk urusan kegesitan, Ursario jauh lebih unggul karena dia telah terbiasa dengan tubuh ini.

Satu hantaman senapan Ursario berhasil menjatuhkan busur panah Cheril. Lumayan untuk sedikit mengulur waktu. Sewaktu Cheril memungut busurnya, sosok Ursario sudah terlampau jauh untuk dibidik.

Setelah Cheril, tak ada lagi yang menghalangi Ursario melesat lebih jauh. Reeh dan Nema kebetulan ada di sisi yang berlawanan.

...

Melihat sasarannya melarikan diri, mata Alka mendelik.

Kedua adiknya segera menyadari gelagat murka sang kakak. Buru-buru Yuna dan Rina memberikan perintah baru.

"Kejar boneka beruang bernama Ursario itu!" seru Rina.

"Cari hingga ke pelosok labirin!!" tak lupa Yuna menambahkan.

Ketujuh boneka beruang, masih dalam pengaruh hipnosis, mematuhi instruksi tadi tanpa banyak tanya. Segera mereka berlarian, menyusul Ursario.

Ketiga saudari itu tidak tahu. Justru pengejaran para Beary adalah hal yang paling diharapkan oleh Ursario.

Mari kita lihat.

***

Labirin Vishala Rashta.

Awalnya, jarak antar dinding begitu jauh. Namun semakin dekat ke pusat labirin, rentang jarak itu kian mengecil. Ditambah, lika-likunya pun ikut merumit. Makin berkelak-kelok tak karuan.

Mata tak bisa terlalu diandalkan dalam menjelajahi labirin seperti ini. Semua tampak sama. Terlebih untuk mereka yang terlalu terbiasa dengan indera penglihatan.

Ursario tahu itu.

Makanya, dia memanfaatkan keruwetan labirin ini untuk memancing lawan-lawannya, yang kali ini adalah kawanan Beary. Sesuai dugaan, para Beary pun terpencar-pencar menyusuri berbagai liku labirin demi mencari Ursario.

Inilah yang dinanti Ursario.

Di satu tikungan labirin, Ursario menurunkan ransel mungilnya. Berdecak kesal dirinya sewaktu mendapati sebagian besar isi ranselnya, yakni camilan lolipop dan keripik singkong, telah remuk berkeping-keping.

"Buruaaah," lesu Ursario bergumam, sambil mengorek-ngorek puing lolipop dan keripik di dalam ranselnya. "Oh? Sepertinya masih ada yang utuh, satu. Baguslah, buraa ...."

Diambillah satu lolipop yang masih ¾ utuh. Sembari diemutnya permen itu, Ursario menyempalkan ranselnya ke retakan dinding, tempat penyimpanan darurat.

"Oke," katanya. "Sekarang siapa duluan?"

***

Ursario menempelkan punggungnya di tembok labirin, sementara kepalanya menengok ke samping tikungan. Sudah tampak korban pertamanya.

Bisa ditebak, yang pertama muncul adalah Beary yang memiliki indera penciuman setajam Ursario. Yakni Sal, si Monkey Beary. Sengaja Ursario berdiam di satu tempat, membiarkan Sal mendatanginya, seorang diri.

Setelah mengamankan lolipop yang diemutnya dengan menyimpannya di saku jaket, Ursario pun keluar dari persembunyian.

"Helo, Yellowy Monkey Beary," sapanya, seraya menodongkan senapan.

Dua tembakan meletus, namun refleks Sal tetap seprima biasa. Bersaltolah dirinya menghindari itu. Terhipnosis memang dia, tetapi insting bertarungnya tetap ada.

Sal balas melancarkan tendangan terbang, tepat mengenai muka Ursario. Sebelum jatuh, Ursario sempat membalas dengan gamparan senapan. Cukup kuat menghantam pipi Sal, sehingga kedua Beary itu kini sama-sama terjatuh.

Segera Sal melompat bangkit dengan gaya akrobatik. Ursario tak bisa meniru itu.

"Buraaaah!"

Dalam posisi yang masih berbaring, Ursario menembak beberapa kali ... yang sayangnya masih saja dihindari oleh si Monkey Beary dengan gaya kayang yang dramatis.

Bahkan, Sal segera menangkap kedua kaki Ursario. Dengan kekuatan tangannya, Sal mengangkat tubuh Ursario, kemudian berputar-putar dia layaknya gasing.

Memanfaatkan momentum gerakan berputar itu, Sal melempar badan Ursario, menghantamkannya pada tembok labirin.

Ursario limbung dan ambruk seketika.

Menakutkan, pikir Ursario. Walaupun belum terbiasa dengan tubuh Beary, Sal sudah melebihi kegesitan Ursario. Lagipula, bukan ini yang diincarnya. Pertarungan adu jotos melawan Sal, sudah jelas si Monkey Beary yang bakal unggul.

Ursario harus mencari celah untuk menyadarkan Sal dari pengaruh hipnosis. Sederhana saja. Teknik yang berasal dari suara, mungkin bisa dibatalkan dengan suara juga.

Celah itu datang ketika Sal kembali menghampiri Ursario.

Sal hendak menangkap kaki Ursario, namun Nottedy Beary itu malah berguling di sela kedua kaki Sal. Kemudian Ursario mengunci badan Sal dari belakang.

"....rrrghhhh....!" dalam pengaruh hipnosis, hanya itulah erangan yang muncul dari mulut Sal.

Ursario menarik nafas dalam-dalam, kemudian meraung sekencang-kencangnya di telinga Sal, "BurooooaaaaaAAAWWWRR!!"

"Mugyaaaaaa!!" jerit Sal, kemudian dengan sigap dia membanting Ursario ke depan. "Dasar! Ngapain situ tereak-tereak di kuping orang ....... ah, tunggu .... ini .... ???"

Sal linglung sendiri.

"Eh? Kenapa kok aku tiba-tiba ada di sini?? Mana yang lain?"

Sambil menyeringai menang, Ursario pun berkata, "Heh. Sadar juga kau, Monkey Beary. Merepotkan saja, buraah!"

Sal pun melotot tajam ke arah Ursario, meminta penjelasan. Yang dimau pun dipenuhi.

Hasilnya, Sal malah terpuruk sendiri. Dia setengah bersujud dengan kedua tangan menopang lantai. Lampu sorot seolah menyinarinya dari atas, sementara sekelilingnya gelap.

"Aku yang punya 'The Way of Bacot' ini ... bisa-bisanya ketipu sama teknik sugesti yang mirip-mirip serupa. Reputasiku sebagai pentolan Mustachio bisa ancur, nih ...."

Menghadapi Sal yang terpuruk, Ursario malah menghadiahi satu pentungan senapan. Telak menimpa belakang tengkuk si Sal, membuat Beary itu jatuh mencium tanah.

"Apa-apaan ini, kontet?!" maki Sal.

"Buraaah!! S-siapa yang kau sebut kontet? Kau cuma lebih tinggi 15 senti dariku sekarang, tahu!" Ursario mencak-mencak sesaat, sebelum dia akhirnya menghela nafas lebar. "Ah, sudahlah. Pokoknya, masih ada enam Beary lain yang sama bodohnya sepertimu, kena hipnosis."
                   
"Heh! Mestinya dari awal bilang aja, bro ... kalau situ butuh bantuan Musecian jenius kayak aku."

Senapan Ursario langsung meletus, melubangi dahi Sal si Monkey Beary.

***

Beary selanjutnya datang. Salah satu kemampuannya adalah mendeteksi apapun melalui kabar sang angin. Dialah Reeh. Dan dia sudah tahu posisi lawannya sekarang. Terbanglah dia menuju tempat Ursario bersembunyi.

...

"Si Turbany datang," bisik Ursario kepada Sal.

Sal sendiri masih mengelus-elus dahinya yang bolong. "Gila banget, bro. Kalo aja wujudku sekarang bukan boneka ... mampuslah aku tadi. Kagetnya itu loh, kerasa getarannya dari ujung kribo sampai ujung buntut monyetku."

"Ah, bawel!" sanggah Ursario. "Ingat, buraa! Target kita kali ini bukan lawan sembarangan. Meskipun wujudnya sudah jadi Beary."

"No problemo," balas Sal. "Jalanin sesuai rencana jeniusku aja, kayak yang tadi kubeberkan."

...

Reeh pun muncul.

Belum apa-apa, dia sudah menyabetkan pedangnya, mengirimkan angin-angin pemotong. Jumlahnya belasan. Datangnya pun bertubi-tubi, seolah tidak mengenal hari esok.

Buru-buru Sal dan Ursario melompat mundur ke tikungan, berlindung di balik tembok.

Koyakan menganga lebar, baik itu di permukaan tanah maupun tembok. Semua akibat jurus angin Reeh. Dan badai itu belum berlalu. Reeh masih menggila.

"Uedaaan!" maki Sal. "Batal. Pokoknya rencana batal! Mana kutahu kalo si sorban itu ternyata serem setan kayak begitu?!"

"Laksanakan rencana 'jenius'mu itu, buraah!" Ursario menendang Sal keluar dari persembunyian. "Jadilah umpan yang baik!"

Terpampang nyata, Sal yang berdiri di tengah lorong menjadi sasaran empuk bagi Reeh. Tak terhindarkan lagi.

"Te-tenang, tenangkan dirimu, Sal," gumam si Monkey Beary, memotivasi dirinya sendiri. "Yang penting mah fokus. Hindarin semua anginnya, sampai dia datang mendekat."

Pertaruhan pun dimulai.

Angin-angin pemotong dari Reeh menerpa kuat, semuanya mengarah pada sosok si Monkey Beary, alias Sal. Saat inilah kelincahan ras Meteo itu diuji.

Satu dua tiga angin berlalu, Sal berhasil menghindar dengan bersalto menyamping, ke kiri dan ke kanan. Tapi pada angin keempat, rambut kribonya terpancung sebagian. Dan yang kelima, biji jambu mete di pucuk kepalanya hampir saja terbagi dua.

Enam tujuh delapan, Reeh terbang semakin mendekat.

Ursario tetap bersembunyi, menanti kesempatan. Untungnya perhatian Reeh sudah sepenuhnya tertuju pada Sal.

"Ayo, Turbany ... datanglah ...," gumam Ursario.

Posisi Reeh kini terpaut hanya lima meter saja dari Sal. Tentunya itu membuat akurasi angin Reeh semakin sulit dielakkan Sal. Rambut kribo si boneka beruang-monyet sudah tak lagi bulat. Bagaimanapun, jarak ini cukup ideal bagi Sal untuk melancarkan teknik 'Way of Bacot' miliknya.

Dengan suara paten, Sal berteriak lantang, "Cicing Maneh!!"

Teknik sugesti Sal yang memanfaatkan Irama Semesta, konon mampu menggugah siapa saja yang mendengarnya. Namun, Reeh sudah dalam kondisi terhipnosis, sehingga efek 'Way of Bacot' Sal tak seampuh biasanya.

Berita baiknya, gerakan Reeh terhenti sesaat. Jeda waktu singkat itu sudah cukup bagi Ursario untuk melakukan penyergapan.

"BURAAAAH!!"

Ursario melompat keluar dari persembunyian. Sama seperti yang dilakukannya kepada Sal, Ursario juga menangkap badan Reeh dari belakang.

"BuroooaaaaAWWRRRR!!!" meraunglah Ursario sejadi-jadinya di telinga Reeh.

Reeh goyah, namun masih belum sadar sepenuhnya. Maka Sal berinisiatif untuk turut membantu. Dia melompat menerjang tubuh Reeh dari depan, menemplok padanya.

Kini Ursario dan Sal sama-sama berteriak sekencang mungkin di dua telinga Reeh, kiri maupun kanan.

"BURAAAAWWWWRRR!!!"
"MUKYUUUUAAAAAAAAA!!!!"

"Uwaaaaah!!" Reeh meronta, meminta angin menghempaskan kedua Beary yang menguncinya.

Sal dan Ursario terlempar, namun keduanya tersenyum. Sebab, mata Reeh tidak lagi kosong.

"I-ini ...? Mengapa hamba ....?" Reeh bereaksi bingung, menoleh sekeliling. Tingkahnya sama seperti Sal tadi.

Yang jelas, misi berhasil. Beary kedua, yaitu Reeh, telah tersadarkan. Sisa lima Beary saja.

***

Dengan bergabungnya Reeh, Ursario kini berada di atas angin. Sungguh, kemampuan komunikasi Reeh dengan Katabasis, angin labirin, sangat membantu mereka dalam mendeteksi di mana saja Beary yang tersisa.

"Katabasis telah membagi pengetahuannya pada hamba," ujar Reeh. "Tiga serangkai boneka beruang, bergerak dalam satu regu, datangnya dari arah depan. Terpaut jarak sepersepuluh farsakh saja. Cukup dekat."

"Siapa tiga Beary itu, buraa?" tanya Ursario, sambil mengulum lolipop yang sudah hampir habis.

"Hamba yakin mereka adalah Nona Yvika, Nona Zany, dan Nona Cherilya," jawab Reeh.

"Di mana dua yang lain, bro?" sahut Sal.

"Keduanya bergerak sendiri-sendiri, terpisah begitu jauh satu dengan yang lain." Reeh kemudian menunjuk ke dua arah yang berbeda.

Sal dan Ursario mengangguk-angguk, mencoba mengerti.

"Jadi, mana dulu yang kita sergap, bro?" tanya Sal.

"Hamba sarankan, kita raih yang tersukar dulu. Tiga lawan tiga, jumlah yang adil. Setelah itu, kita berpencar mengincar dua yang tersisa," ujar Reeh.

Ursario mengacungkan jempol, "Okelah, bura. Itu strategi yang lumayan bagus."

***

Regu Yvika-Cheril-Zany tidak bisa dipandang remeh. Ketiganya piawai dalam menggunakan senjata jarak jauh. Yvika dengan senapan serbu ataupun minigun miliknya, Cheril dengan panah ajaib, sedangkan Zany dengan senjata apapun yang bisa diwujudkan oleh imajinasinya.

Menghadapi trio seperti ini, apa rencana Ursario?

Ternyata, Ursario malah muncul tepat di depan ketiganya. Dia berdiri penuh lagak, dengan kedua tangan bersedekap.

Tentu saja hal ini berbuah rentetan peluru dan hujan anak panah. Akan tetapi, berkecamuk seperti apapun, peluru dan anak panah itu semuanya terpentahkan di udara. Seolah, ada tembok tak kasat mata yang memantulkan segala proyektil itu.

Kemudian Reeh muncul di belakang Ursario, seraya berkata, "Terima kasih, wahai Katabasis. Irama sendu Jiharkah yang engkau kumandangkan begitu sempurna. Mudah bagimu mewujudkan tabir angin yang tiada tertembus."

Selagi ketiga Beary wanita itu terpana akibat serangan mereka yang ditangkal begitu saja, sosok Sal sudah berdiri tepat di belakang ketiganya. Ya, tadi dia mengambil jalan memutar di labirin, sewaktu Ursario mengulur waktu.

"Oke, Nona-Nona Cantik," goda Sal. "Biarkan Aa' mengalunkan irama koplo, lagu 'Oplosan' untuk kalian."

Tanpa terhentikan, Sal memainkan seruling saktinya.

Walhasil, ketiga Beary itu malah menari-nari dalam goyangan dangdut ala negeri khatulistiwa. Bahkan, ketiganya memamerkan jurus joget paling legendaris dari negeri itu.

Yvika bergoyang ngebor, meliuk-liukkan pinggul dengan sangat enerjik. Zany mencondongkan badan ke belakang, memeragakan goyang kayang nan erotis. Sementara Cheril, tak seheboh dua kawannya, hanya melakukan goyang itik saja.

Kesempatan terbuka lebar.

Ursario dan Reeh melesat cepat untuk menyadarkan ketiga Beary itu dari pengaruh hipnosis.

***

Dua Beary tersisa, yakni Manggale dan Nema, tidak menawarkan banyak kesulitan.

Regu Ursario-Sal-Yvika berhasil menyergap Manggale dan mengeroyoknya di satu tempat. Manggale berusaha melawan dengan kelihaian Mossak-nya. Sayangnya, semua itu tak berarti menghadapi tiga Beary brutal sekaligus. Malahan, Manggale-lah yang menjadi bulan-bulanan.

Setelah si Pangeran Batak babak belur, barulah Ursario menyadarkannya.

Beralih ke kelompok lain.

Regu Reeh-Cheril-Zany sukses memperdaya Nema di tempat lain. Menantang angin Reeh ataupun telekinesis Cheril, benih-benih mematikan dari Nema tak mampu berbuat banyak. Hampir saja Nema menaburkan bibit pamungkasnya, yakni Orange Sun yang menyebarkan aroma busuk pembunuh. Bagaimanapun, Zany sudah mengantisipasi itu dengan menembakkan semprotan pembeku tanaman.

Nema si Flowery Beary berhasil ditundukkan dan kembali pada akal sehatnya.

...

Syahdan, akhirnya Ursario dan ketujuh Beary berkumpul juga. Mereka segera berdiskusi. Saatnya pembalasan.



-V-
Serangan Balik dari Tujuh Beary

"Ingat, Ursario," ujar Yvika. "Kami akan membantumu menyingkirkan Yuna dan Rina. Tetapi ...."

"Alka harus kamu kalahkan sendiri," tambah Zany. "Soalnya, dia itu kan targetmu. Iya, 'kan?"

"Aku benci dengan tiga penipu itu," geram Nema. "Tidak puas rasanya kalau tubuh mereka belum kujadikan kompos."

"Urrgh ... tapi aku masih merasa pusing, nih. Ini pasti efek nyanyian tiga putri itu," keluh Cheril.

"Kénapa ya Tuhan? Kénapa sulit kali ménémukan gadis baik nan cantik untuk aku goda?" gerutu Manggale. "Bukankah aku ini pangéran?"

"Memang," lanjut Reeh, "kiranya suara dari tiga putri tersebut benar-benar berbahaya. Hamba tak yakin bisa menangkal semua itu hanya dengan angin."

"Makanya," potong Sal, "kita tinggal tutup kuping aja, kalo mereka berkicau. Dijamin beres deh, kawan."

Ursario dan tujuh Beary mengangguk bersamaan. Mereka sudah siap.

Untuk saat ini, setidaknya Ursario bisa bernafas lega karena kawanan Beary akhirnya bersedia memberikan dukungan. Yah, asalkan dua bersaudari Yuna dan Rina berhasil disingkirkan, Ursario merasa dirinya akan mampu mengalahkan Alka dalam duel satu lawan satu.

Barulah di kesempatan lain Ursario akan memikirkan bagaimana cara agar ketujuh jiwa Beary ini bisa benar-benar ditundukkan sehingga kembali ke dalam tubuhnya.

"Oke, Teamy Beary!" seru Ursario. "Kita maju!"

***

Alka dan kedua saudarinya tengah menikmati hidangan daging bakar yang lezat. Lumayan, pikir mereka. Jarang-jarang ada kesempatan untuk bisa menyantap daging premium seperti ini.

Tampaklah tumpukan tulang-belulang berukuran jumbo di belakang mereka, sisa santapan.

Saat itulah sosok Ursario dan tujuh Beary muncul di hadapan mereka. Delapan boneka beruang itu tampak begitu cool, berjalan gagah dalam satu kolom sejajar.

Mata Alka melotot, "Ha? Rupanya efek hipnosis kita sudah sirna? Apa-apaan ini?"

Yuna dan Rina kembali berinisiatif. Keduanya maju untuk menghadang pasukan Beary.

"Kalau begitu tak perlu main-main lagi. Kita sobek-sobek saja semua boneka itu!" seru Yuna.

"Langsung kita perlihatkan wujud asli kita, Yuna?" saran Rina.

"Baiklah, Rina," jawab Yuna.

Selubung aura kegelapan yang pekat segera menyelimuti sosok keduanya. Perlahan-lahan, sosok mereka berubah.

Tubuh Yuna dan Rina membesar, kian membesar. Gaun hijau dan biru yang mereka kenakan pun terkoyak seketika, akibat pembesaran itu. Namun bukan kulit mulus yang tampak. Melainkan badan yang dipenuhi bulu-bulu unggas.

Yuna dan Rina merentangkan kedua tangan mereka ke samping. Serta-merta, tangan itu berganti rupa menjadi sepasang sayap burung. Demikian pula dengan sepasang kaki yang berganti menjadi cakar.

Pada akhirnya, hanya bagian kepala wanita saja yang masih sama. Sisanya telah berganti menjadi badan burung raksasa. Itulah wujud asli Yuna dan Rina.

Yuna adalah Gamayun, si monster burung hijau.

Rina adalah Sirin, si monster burung biru.

Keduanya langsung berkoak teramat melengking, hingga seluruh dinding labirin di sana bergetar hebat.

Bagaimanapun, pasukan Beary tak gentar. Segera mereka menutup telinga. Berisik mungkin masih iya, tetapi tidak lagi membius.

Gamayun dan Sirin bergeram murka.

"Suara kita ... tak lagi ampuh?"

"Mereka tutup kuping. Huh!"

Pasukan Beary beranjak maju.

Gamayun dan Sirin juga maju.

Pertempuran dimulai!

***

Alka tetap diam di tempat, membiarkan kedua adiknya berlaga. Sama halnya dengan Ursario yang duduk manis di belakang sembari mengemil keripik yang sudah hancur. Dia berniat menyimpan energi, untuk menghadapi Alka kelak.

...

Gamayun dan Sirin terbang mengangkasa.

Yvika mencoba menembak jatuh kedua monster burung itu dengan minigun kembar di kedua tangannya. Akan tetapi, manuver udara Gamayun-Sirin terlampau gesit. Tak sekalipun tembakan Yvika mengenai sasaran.

"Burung brengsek!" maki si Mommy Beary.

Celaan itu pun berbalas serangan dari duo burung. Gamayun dan Sirin kompak membuka mulut lebar-lebar, kemudian memuntahkan gelombang cahaya hijau dan biru.

Buru-buru Yvika mengaktifkan fungsi zirah elektronik di lengannya. Kubah energi terbentuk, tepat sebelum berkas sinar meledak. Beary itu pun selamat.

Gantian Zany dan Cheril yang beraksi. Zany menyiapkan pistol busur dengan kekuatan imagyn-nya, sementara Cheril sudah punya busur ajaibnya sendiri.

"Tembak!!" seru Zany.

Serentak keduanya melepaskan puluhan anak panah, mengincar Gamayun dan Sirin. Namun dua monster burung itu sudah mengantisipasi.

Ketika keduanya mengepakkan sayap, terbentuklah gelora udara di depan mereka.

Semua anak panah yang dilepaskan Zany-Cheril berhamburan ke segala arah, tak ada satu pun yang sukses mendarat di tubuh Gamayun maupun Sirin.

Malahan, kedua monster burung itu balas menyerang.

Ketika sayap mereka terayun ke depan, meluncurlah bulu-bulu yang bertindak layaknya anak panah nan tajam. Jumlahnya mungkin hampir seratus.

"Awawawa!!"

"Gaswat!!"

Cheril dan Zany berlarian panik, mencoba menghindari hujan bulu itu. Tak terlalu berhasil. Ada setidaknya belasan bulu yang menancap di tubuh mereka. Sementara bulu-bulu yang lain hanya sukses menusuk lantai ataupun tembok labirin.

Bagaimanapun, kedua Beary itu tetap bernafas lega. Beruntung wujud mereka sekarang adalah boneka beruang. Kalau tidak, bisa dibayangkan sendiri. Keduanya buru-buru mencabuti bulu-bulu yang menancap di badan mereka.

"Koaaaaaaaak!!!!"

Kini Gamayun dan Sirin menukik tajam, seraya memamerkan cakar. Mereka bermaksud mencengkeram Zany dan Cheril, membawa keduanya terbang.

Zany dan Cheril tak mau pasrah.

Mereka terus menembakkan anak panah, yang sayangnya mampu dihindari Gamayun dan Sirin dengan manuver memutar yang ciamik.

Kedua Beary itu tertangkap juga oleh cakar raksasa Gamayun dan Sirin. Namun, di sinilah rekan Beary yang lain beraksi.

...

"Oke, masbro. Aku siap kapanpun," ujar Sal.

"Aku pun sama," ungkap Manggale.

Reeh tersenyum. Kemudian dia mengayunkan kedua tangan, seraya melantunkan kata-kata, "Duhai Katabasis, terbangkan kedua kawan hamba, untuk menyongsong sergapan lawan!"

Tahu-tahu, tubuh Sal dan Manggale sudah ditiup oleh angin yang begitu kencangnya.

Hanya sedetik berlalu, kedua Beary itu sudah menubruk badan Gamayun dan Sirin. Cengkeraman monster burung itu terlepas, Zany dan Cheril langsung terbebas.

Bukan hanya itu. Sal dan Manggale tetap bergelayutan di kedua monster burung tersebut. Dengan gesit kedua Beary itu berpindah ke pundak lawannya. Dari sana, mereka pun mencoba untuk mencekik leher sang monster.

"Maafin Aa' Sal, Non Yuna. Sebenarnya Aa' nggak mau nyakitin wanita," ujar Sal, memanfaatkan tangannya yang panjang untuk menjerat leher Gamayun.

Sedangkan Manggale, tangannya tak sepanjang Sal. Tetapi dia punya teknik rahasia, yaitu temali tajam yang muncul dari ujung jemarinya. Dia menggunakan temali itu itu mengunci leher Sirin.

"Uwoooa!! Tak sukalah aku sama céwék jadi-jadian macam kau!!"

Kini Gamayun dan Sirin menjerit sejadi-jadinya.

Cekikan Sal semakin kuat. Begitu pula dengan jeratan temali Manggale, yang bahkan turut mengiris kulit Sirin.

Akhirnya, kedua monster burung itu terbang dengan panik. Mereka mencoba menjatuhkan penumpang gelap yang menemplok di pundak mereka.

Akan tetapi, Sal dan Manggale tetap bertahan. Sekalipun Gamayun dan Sirin terbang dengan segala manuver berputar yang memusingkan. Hingga akhirnya, kedua monster burung itu malah saling bertabrakan amat keras di udara.

Keduanya ambruk di tanah.

Tak jauh dari sana, Nema telah menyeringai sinis. Gilirannya tiba. Ketika dia mengibaskan rambut sulur, puluhan benih bunga biru pun menyebar.

"Kita kabur, masbro!!" Sal akhirnya melompat turun dari punggung Gamayun.

"Sépakat!" Manggale juga menyusul.

Keduanya tentu tak mau menjadi korban bunga biru dari rekan Beary mereka, si Nema.

Sementara itu, Gamayun dan Sirin masih limbung tak berdaya ketika puluhan benih maut menempel di sayap mereka. Seketika, Baby Blue Nema pun bekerja.

Sayap Gamayun dan Sirin meluruh menjadi butiran-butiran pasir yang gembur. Keduanya hanya bisa menjerit histeris ketika pada akhirnya, tak ada lagi sayap yang bisa menerbangkan mereka.

Kesempatan terbuka lebar.

Pasukan Beary sudah bersiap. Yvika langsung mengomando kawan-kawannya, "Dua monster burung itu sudah lumpuh! Sekarang saatnya All Out Atta—"

Akan tetapi, Gamayun dan Sirin masih bisa bereaksi. Tanpa sayap, keduanya masih bisa melompat sangat tinggi kemudian mendarat jauh dari kepungan pasukan Beary.

"Cih!" maki Yvika. "Mereka masih bisa bergerak, rupanya?"

...

Alka yang mengamati dari kejauhan langsung meradang. Teriaknya, "Yuna! Rina! Apa yang kalian lakukan, hah? Jangan kecewakan aku!!"

...

Gamayun dan Sirin berkoak lagi, sangat kencang. Kembali lantai dan dinding labirin bergetar oleh suara nyaring itu.

Pasukan Beary langsung menutup telinga. Namun rupanya, teriakan yang ini jauh lebih memekakkan daripada sebelumnya.

Ketujuh Beary pun sempoyongan, bercampur antara pusing dan pengang.

Gamayun dan Sirin memanfaatkan celah ini untuk melancarkan serangan spesial mereka. Apa yang akan mereka peragakan?

Pertama, keduanya mengangkat pinggul tinggi-tinggi sambil berbalik badan menunggingi lawan.

"Ebuset! Kita dikasih pamer bokong?!" komentar Sal, masih setengah limbung.

"Mésum kali méréka, bah!" caci Manggale. "T-tapi aku tak bakal térangsang cuma oléh pantat burung."

Well, dari lubang pantat Gamayun dan Sirin, meluncurlah sejumlah telur ke arah pasukan Beary. Seperti moncong mortir yang menembakkan bom.

Pasukan Beary sungguh terkejut menyaksikan serangan ajaib seperti itu. Mereka sampai lupa menghindar. Satu demi satu Beary terkena sambaran telur yang ukurannya sebesar telur burung unta. Sakitnya bukan main. Tak beda dengan ditimpa batu besar.

Mereka pun berjatuhan.

Sementara itu, telur-telur tersebut berguling-guling, berserakan di sekitar tujuh Beary yang masih tumbang.

Kemudian kulit telur mulai meretak, dan terus meretak.

"Oi, oi, oi," ujar Zany panik. "Jangan-jangan semua telur itu akan menetas menjadi anak mereka??"

Tetapi yang diharapkan Zany tak pernah terwujud.

Sewaktu telur-telur itu menetas, yang muncul bukanlah anak-anak burung yang lucu.

Awan hitam menyeruak dari dalam sejumlah telur yang menetas. Kemudian awan itu berkumpul menjadi satu, semakin besar, dan ....

Badai petir dahsyat berkecamuk!

Jumpalitan para Beary mencoba menghindar, tetap saja mereka tersambar. Ketika telur-telur lain ikut menetas, angin topanlah yang muncul.

Pasukan Beary terombang-ambing tanpa daya. Sementara halilintar menyambar, dan terus menyambar mereka.

Ini kekalahan total ....

...

...

Ketujuh Beary sudah terbaring tak berdaya. Badan mereka setengah gosong, mengepulkan asap-asap kelabu. Mereka sudah tak mampu lagi bergerak, untuk saat ini.

Gamayun dan Sirin tertawa terbahak-bahak, menyaksikan serangan telur badai mereka berhasil dengan gemilang.

"Ayo kita habisi mereka, Rina."

"Cakarku juga sudah tak sabar. Kakakakaka!"

Tanpa sayap, keduanya hanya bisa mendekat dengan berjalan. Beberapa  Beary yang masih sadarkan diri, hanya bisa bergidik ngeri menyaksikan kedatangan dua monster itu.

Gamayun dan Sirin terus tertawa. Kemenangan sudah pasti ada di tangan mereka. Semestinya sih begitu.

Namun—

Tahu-tahu dahi Sirin memercikkan darah, berkali-kali. Kepalanya ditembus rentetan peluru yang datang dari suatu arah. Sirin langsung ambruk, tak lagi bernyawa.

Gamayun menjerit murka menyaksikan saudarinya tiba-tiba menjemput ajal.

Siapa?

Siapa yang melakukan ini??

Sewaktu Gamayun celingukan kanan-kiri mencari pelaku penembakan, sosok Beary kedelapan pun melompat tepat ke depan mukanya.

"Kau...?!"

Gamayun tak bisa berbuat banyak ketika Beary kedelapan itu menyumpalkan suatu benda ke mulutnya. Itu adalah granat, dan sudah aktif.

Kemudian Beary itu menabok pipi Gamayun dengan gagang senapan, membuat si monster burung menelan paksa granat tadi. Tersangkutlah granat itu di leher.

Hasilnya bisa ditebak.

Getaran itu kecil saja, namun kerusakannya maksimal.

Gamayun menyusul Sirin, turut menjemput kematian. Bahkan jauh lebih mengenaskan, mengingat kepalanya kini terurai menjadi ratusan serpihan daging setelah granat itu meledak di dalam tenggorokannya.

Monster burung kedua pun tumbang.

...

"Sejak kapan kau mengambil granatku, hah?" omel Yvika. "Itu tadi granatku, 'kan?"

"S-sudah kuduga, Teddy Bear," kata Zany lirih. "Kau ... memang paling jago soal membokong. Ahahaha."

Beary itu hanya membalas dengan seringai licik. Dia berjalan santai melewati rekan-rekan Beary-nya yang masih bergelimpangan.

Setelah membenarkan posisi kacamata hitamnya, dia pun membidik jauh.

Senapan meletus. Peluru mungil pun melesat lurus di lorong labirin, menyapa sang lawan.

Pipi Alka tergores.

"L-lancang sekali....! Bonekaaa!!"

Urat dahi Alka mencuat, sedangkan giginya bergemeretak hebat. Matanya melotot sejadi-jadinya. Sudah tak terbayang lagi semurka apa dirinya, mendapati kedua adiknya telah tewas.

Teriakan lantang seekor Beary terdengar dari kejauhan.

"Alkey! Aku, Demonlord Ursario, akan membinasakanmu, buraaa!"

Puncak drama telah tiba.

Kedua pemeran utama sudah siap untuk memeriahkan panggung klimaks.



-VI-
Duel Satu Lawan Satu?

Tujuh Beary sudah seperti korban perang. Sambil tertatih-tatih, mereka pun menyingkir ke pojokan.

"Seperti perjanjian kita, Ursario," ungkap Yvika. "Alka itu urusanmu. Kau harus menghadapinya sendiri."

"Lagian, bro," tambah Sal, "kami udah lemes banget nih. Kagak bisa bantu apa-apa. Biarkan kami istirahat."

"Selamat berjuang," kata Nema, "meskipun kau pasti kalah."

Ursario merengut sewot oleh celaan Nema. Meskipun demikian, berangkatlah juga si boneka. Menang atau kalah, sekarang dia hanya bisa mengandalkan kekuatan sendiri.

"BURAAAA!"

Ursario berlari ke depan seraya berseru semangat.

***

Kini, Ursario dan Alka hanya terpaut jarak sepuluh meter saja. Keduanya saling menatap.

"Jadi kaulah boneka beruang yang bernama Ursario itu?" geram Alka. "Dasar kurang ajar! Akan kubalaskan dendam kedua adikku!"

"Berisik, Alkey!" sanggah Ursario. "Aku juga punya dendamku sendiri. Ini semua demi kebangkitan kaum Ursa-Demony. Budak Thurqkey sepertimu mana bisa menghalangiku!"

"Apa aku tidak salah dengar? Kau bilang aku ini budak Thurqk ... lancang sekali mulutmu!"

Tak ada balasan lagi dari Ursario. Boneka beruang itu segera meletuskan senapan, menembak beberapa kali.

Alka, yang masih berwujud wanita bangsawan, berkelit dari tembakan-tembakan itu. Dia melompat zig-zag ke belakang, ringan sekali.

"Tak secepat itu, boneka."

Ketika Alka mengibaskan lengan kirinya, sebuah gelombang energi merambat cepat di permukaan lantai labirin, membuat bebatuan meretak dahsyat. Rambatan itu terus melaju lurus, mengarah ke Ursario.

Buru-buru si boneka melompat tinggi untuk menghindari itu.

Tapi itulah yang ditunggu Alka. Dia langsung mengibaskan tangan satunya. Kali ini menciptakan getaran hebat yang menjalar di udara. Sang sasaran tak mampu lagi mengelak.

Ursario terkena telak.

Badan mungilnya terhempas jauh hingga membentur dinding labirin, menciptakan kawah kecil di sana. Karena kuatnya tenaga dorongan itu, tubuh Ursario amblas cukup dalam di dinding.

"Burrrughh..?!"

Debu berhamburan, kerikil pun berjatuhan.

Di sisi seberang, Alka tertawa kecil, "Hmhm ... itu hanya salam perkenalan dariku, boneka. Tenanglah dulu di sana."

Sorot mata Alka berubah. Seketika, tampaklah selubung aura kegelapan menyelimuti dirinya. Sangat pekat.

Perlahan-lahan, wujudnya berubah. Kedua tangan Alka berganti rupa menjadi sayap yang lebar, sementara kedua kakinya mewujud sebagai cakar yang tajam. Setelah itu aura kegelapan tadi meluap ke segala arah, bagaikan ledakan.

"Hmhm ... tak perlu wujud sempurnaku untuk menghadapi boneka lemah sepertimu."

Memang benar. Alka belum berubah begitu jauh. Ukuran tubuhnya masih sama. Hanya tangan dan kaki saja yang berganti menjadi sayap maupun cakar.

Ursario bereaksi.

Dengan sedikit perjuangan, dia berhasil melompat keluar dari cekungan di dinding.

"Buraah! "

Tanpa banyak dipikir, Ursario langsung menembak berkali-kali, sampai tak ada lagi peluru yang terlontar.

Namun hasilnya tak sesuai harapan.

Alka menangkupkan kedua sayapnya sebagai tameng, menahan rentetan peluru itu. Bagaikan kerikil, semua peluru Ursario termentahkan begitu saja. Tak menimbulkan luka apa-apa.

"...rggghh!" Ursario hanya bisa menggeram kesal.

Kini gantian si wanita setengah burung yang balas menerkam.

Dengan kecepatan tinggi, Alka terbang rendah sembari mengarahkan kedua cakar kakinya demi menusuk si boneka beruang. Ketika jaraknya sudah dekat, Alka pun menikamkan kedua cakarnya.

Beruntung, Ursario masih cukup gesit.

Dia melompat menghindari tusukan itu, bahkan menggunakan kaki Alka sebagai pijakan untuk melesat lebih tinggi melampaui tubuh si monster burung. Dalam waktu singkat, Ursario sudah ada di belakang Alka.

Kesempatan untuk menyerang balik.

"Rasakan ini, Alkey!"

Ursario melemparkan satu granat terakhirnya, tepat ke muka Alka. Sang monster tak sempat menghindar. Salah satu sayapnya bergerak untuk melindungi wajah, tapi agak terlambat. Granat itu sudah meletus hebat.

Alka jatuh terjerembab.

Ledakan tadi memang tak cukup kuat untuk memusnahkannya. Bagaimanapun, wajahnya tersambar begitu telak. Rusaklah muka cantik nan sempurna itu. Make up­-nya luntur lebur bercampur darah hitam, hidung penyok, gigi bertanggalan. Bahkan tiara indah yang tadinya tersemat manis di dahinya, kini tinggal puing semata.

"L-lancang!"

Dengan urat dahi mencuat hebat, Alka merangsek maju. Dia menerjang membabi buta, menendang dengan cakar-cakarnya. Sesekali dia mengepakkan sayap untuk menampar lawan—sebagai ganti pukulan.

Tentu saja Ursario kewalahan menghadapi semua itu.

Mati-matian dia mencoba menangkis semua itu dengan senapannya. Tapi gempuran Alka tetap tak terbendung. Berkali-kali cakar tajamnya sukses merobek kulit boneka Ursario.

Satu sabetan sayap mementalkan senapan Ursario ke samping.

"Buraah! Kembalilah padaku, Ursus-2K!"

Ursario menjulurkan tangannya ke arah senapannya, mencoba memanggil senjata itu dengan kekuatan telekinesis, sebagaimana yang selalu dilakukannya. Tetapi Ursario lupa ....

... di dalam tubuhnya tak ada jiwa Cheril yang memungkinkan dirinya menggunakan teknik itu. Senapan itu tetap tergolek di lantai.

"....!? Sialan!"

Kini pertahanan Ursario terbuka lebar.

Alka menyeringai, "Hmhm ... boneka aneh. Kau pikir senapan itu bisa kembali ke sisimu hanya karena kau panggil?"

Tak ada ampun lagi. Alka mengepak-ngepakkan sayapnya berkali-kali, mengacaukan pergerakan udara di sekelilingnya. Ursario terombang-ambing tanpa berdaya.

Sesekali badannya menghunjam lantai, kali lain membentur tembok. Terus berulang, sampai Alka merasa puas.

Terakhir, wanita monster itu menyambarkan cakarnya dengan tikaman yang begitu akurat. Badan Ursario tertusuk dari perut, menembus sampai ke punggung.

Sambil tertawa sinis, Alka pun mengayunkan kakinya itu, melemparkan tubuh berlubang Ursario ke lantai.

".....rghhhh.....!" si boneka masih bisa meraung lirih. "....Orsoneridia ... suku Ursa-Demony tertangguh ... pinjamkan aku kekuatan kalian, buraaAAHhHH!"

Ya, sudah tak ada jalan lain. Ursario harus mengeluarkan teknik pamungkasnya. Yaitu berubah wujud dengan meminjam bentuk dari salah satu suku Ursa-Demon : Beruang Hitam.

Alka menggeram kesal begitu menyadari kalau lawannya masih bergerak dan bersuara. "Masih hidup saja, hah?"

Wanita monster itu melangkah mendekat, untuk memberikan pelajaran tambahan.

Ursario harus berburu dengan waktu. Dia mesti segera berubah. Dirasakannya energi jiwa memusat di tubuhnya. Aura kegelapan segera menyelimuti tubuhnya.

Bulunya yang tadinya coklat, mulai berubah menjadi hitam gelap.

"Ha? Jangan bilang kalau kau...?" Alka terusik.

Badan Ursario sedikit membesar, bertambah kekar. Perlahan dia bangkit berdiri. Kukunya memanjang dan menajam.

Ya, inilah wujud yang bisa menolongnya dalam pertarungan jarak dekat. Meminjam sosok kaum Orsoneridia, Ursa-Demony tipe petempur.

"Kau ... bisa berubah juga?" Alka semakin terusik.

"BuroaaaWWRRR!!" Ursario meraung penuh semangat. "Sekarang saatnya pembalasan, Alkey!!"

Kemudian Ursario menerjang tepat dari depan, mengagetkan Alka. Namun—

Semuanya menghilang.

Perubahan wujud itu tiba-tiba sirna.

Ursario kembali ke bentuk asalnya sebagai boneka beruang coklat. Bingunglah dirinya.

"...?? ...bura? ...ke-kenapa???"

Alka, sebaliknya, tak mau ambil pusing. Dia mengangkat satu kakinya tinggi-tinggi. Dan ketika Ursario masih terpaku, Alka sudah menginjak boneka itu kuat-kuat.

"Kenapa, boneka? Perubahanmu gagal, ya? Sayang sekali!"

Alka tak menunggu jawaban dari Ursario. Dia terus menghentak-hentakkan kaki tanpa ampun. Ursario tak bisa lari ke mana-mana. Badannya pun semakin gepeng lantaran terinjak.

Tak adakah lagi harapan untuk boneka beruang itu?

...

...

Jauh di seberang, ketujuh Beary menonton pertarungan Ursario. Sebagian besar mendukung Ursario. Tetapi ada juga Beary nakal seperti Nema yang malah menyemangati Alka.

"Waduh. Kalau begini ceritanya, si kontet itu sudah pasti kalah, nih," komentar Sal.

"Hmmph. Berarti memang hanya sampai di situlah kekuatannya," ketus Nema.

Reeh mengelus-elus dagu dengan khidmat, "Kiranya Tuan Boneka itu musnah, apatah yang nantinya menimpa jiwa-jiwa kita?"

"Hhhh .... mudah saja, Tuan Reeh," balas Yvika. "Kemungkinan terbesar, jiwa kita juga akan ikut musnah. Tapi itu tak masalah buatku. Toh, sebenarnya kita semua sudah mati, 'kan? Dua kali, minimal. Justru bagus kalau akhirnya kita bisa istirahat untuk selama-lamanya."

Kemudian seperti biasa, Yvika pun meniupkan asap rokok berbentuk kepala beruang.

"Ehh? Kita akan mati lagi?" keluh Cheril. "T-tapi aku masih lumayan suka sama tubuh boneka ini. Kan lucu...."

"Ahahaha!" Zany hanya tertawa jengah. "Se-sepertinya sih begitu. Kita akan musnah seperti apa yang dikatakan Mommy Beary. Sayang sekali, ya?"

Cheril terdiam. Beary lainnya pun ikut terdiam. Seolah semuanya sudah siap menanti takdir.

...

...

Kembali ke pertarungan Ursario yang tampaknya semakin berat sebelah.

Alka masih saja menggila, menginjak-injak tubuh si boneka beruang. Baru setelah injakan ke-665 dia menyudahi ... ah tidak, rupanya Alka menggenapi dengan injakan terakhir, yang ke-666. Injakan pamungkas yang teramat kuat hingga lantai pun meretak ke segala arah, berderak-derak mengerikan.

Kemudian wanita monster itu menendang ringan tubuh Ursario hingga boneka itu terseret-seret di lantai labirin.

"Heh, mengecewakan sekali, boneka. Hanya seginikah kemampuanmu?"

"...."

"Kau bilang dirimu adalah Ursa-Demon, hah? Pasti itu kaum Demon terlemah sejagad raya."

"......?!" Telinga Ursario panas mendengar itu. Dia mengumpulkan sisa-sisa tenaganya untuk bangun. "....rghh .... beraninya ... kau menghina ... bangsaku ....!!"

Alka terus saja berkoar, "Dan kau adalah raja dari mereka? Lucu sekali, aku sampai tak bisa tertawa!"

"... aku adalah Demonlord .... penguasa ... Ursa-Regalheim! BuraaAAH!!" Ursario bangkit dan langsung menerjang Alka, "Kau tak akan bisa ... mengalahkanku—"

Tapi serangan itu dengan mudah dipatahkan sang lawan. Hanya dengan kepakan sayap ringan, tubuh Ursario sudah kembali terlempar.

Namun Ursario melompat bangkit. Kembali dia menyerang. Dan lagi-lagi, Alka menjatuhkannya.

Berulang-ulang.

Ursario bangkit, menyerang, terjatuh. Bangun, menyerbu, ambruk. Dan Alka tampak menikmati semua itu.

"Menyenangkan sekali melihat boneka lemah sepertimu berjuang mati-matian. Ayo buat aku lebih senang lagi, 'Demonlord' Ursario!"

Alka pun terus meladeni usaha sia-sia dari Ursario. Sampai akhirnya, monster burung itu bosan juga. Dia menyibakkan satu sayapnya, meluncurkan bulu-bulu tajam.

Bulu-bulu itu menusuk Ursario, bahkan menancapkan si boneka pada dinding labirin. Kemudian Alka mendekat dan menggulung kedua sayapnya sedemikian rupa sehingga menyerupai kepalan tinju.

Dimulailah pem-bully-an jilid kedua.

Ursario tak berdaya menerima semua bogem itu.

Hanya karena tubuhnya adalah boneka, bukan berarti Ursario tidak merasakan sakit. Rasa nyeri ketika ditusuk, diinjak, dipukul, maupun dicabik, semuanya terasa langsung ke dalam jiwanya.

"Kaumku masih menungguku ...! Aku ... adalah raja—!"

Namun Alka tak memberikan Ursario kesempatan untuk mengoceh lebih jauh lagi. Dia terus menghajar, dan terus menghajar.

Setelah entah pukulan keberapa, Ursario akhirnya lemas juga. Boneka itu tak lagi bergerak. Tak lagi berkata-kata.

"Sepertinya sudah cukup, ya?" ujar Alka. "Baiklah. Akan kupenuhi keinginanmu untuk mati."

...

...

Dari ketujuh Beary, ada satu yang paling antusias menyaksikan perjuangan Ursario. Dia adalah Manggale, si Bataky Beary. Bahkan, dia sampai memisahkan diri dari kumpulan Beary lainnya, untuk lebih dekat dengan lokasi Ursario. Untuk bisa mendengar dengan lebih jelas.

"Hei, Pangeran!" teriak Yvika. "Mau apa kau di sana? Berbahaya kalau kau terlalu de—"

"Ah, bérisik! Jangan banyak cakap, si Nona!" sanggah Manggale lantang.

"...?!" Yvika pun terdiam, heran.

"Aku ... bisa méngérti dikit yang dirasa si Ursa itu," lirih Manggale. "Aku ini péwaris takhta Raja Batak ... tapi kéburu mati tanpa sémpat aku méngabdi buat rakyat Batak."

"Masbro," Sal ikut nimbrung. "Diliat dari roman-romannya nih, situ pengen bantuin beruang kontet itu, yak?"

Manggale hanya menoleh seraya membalas dengan melemparkan senyuman tergantengnya. Kemudian dia kembali fokus ke depan, berseru kencang, "URSA!! Macam kau mémang Raja, pantang bagi kau ményérah sampai titik darah pénghabisan!!"

Seketika, wujud fisik Manggale si Bataky Beary memudar. Dia kembali menjadi gumpalan jiwa yang berkilau terang. Kemudian jiwa itu terbang cepat menuju tempatnya bernaung.

...

...

Alka sudah bersiap untuk mencabik-cabik tubuh Ursario ketika si boneka beruang tiba-tiba diselimuti cahaya hitam yang pekat. Mata Alka melotot.

"Apa ini?"

"..bu...raa...?"

Bahkan Ursario pun tak menduga ini. Satu dari tujuh jiwa petarung tangguh yang dulu bersemayam di tubuhnya, kini telah kembali.

"Bataky? Kau...?"

Hoi, Ursa! Kacau kali kondisi kau sékarang, bahaha! Tapi ténang. Aku Manggalé si (calon) Raja Batak akan bantu kau ...

Kemudian Ursario bisa merasakan energi jiwanya meningkat drastis, dari yang tadinya hampir kosong. Malahan, dia bisa merasakan kekuatannya seperti meluap-luap.

"BuraaaAAAH!!"

Ursario mengulangi lagi apa yang tadi gagal dilakukannya. Seluruh bulunya berganti hitam. Badan bonekanya menjadi kekar. Kuku tajamnya pun mencuat. Bahkan bulu-bulu Alka yang tadinya menancap di tubuh si boneka, satu demi satu terlempar keluar.

Perubahan wujud Ursario kali ini berhasil.

Dia telah menjadi boneka beruang hitam!

"Ini ... kau ...?"

Belum sempat Alka berkomentar, Ursario sudah melompat tepat ke depan mukanya—

Ayo, Ursa! Pérlihatkan sangarnya Mossak Batak!

—dan menyapa dengan tendangan terbang super kencang. Terdengar benturan menggelegar begitu badan Alka si monster burung terlempar kencang ke belakang.

Wanita monster itu terpelanting di lantai batu, badannya berguling-guling tak terkendali, sebelum akhirnya dia bisa melontarkan diri ke udara untuk mengerem momentum gerak tadi. Dia kemudian mengembangkan kedua sayap ke samping seraya matanya menyala murka.

Dilihatnya si boneka beruang hitam sudah berdiri kokoh, prima, seolah semua luka yang tadi diterimanya tak berarti apa-apa.

Dibuanglah kacamata hitam dan topi berburunya yang sudah rusak tak karuan. Kemudian Ursario meraung kencang, menantang sang lawan.

"BURAAAAAWRRRRR!!"

Kini babak baru pun dimulai.


-VII-
Duel Memanas

Ini adalah pertarungan frontal.

Ursario berlari maju, Alka terbang menerjang. Keduanya bertabrakan kencang di udara. Masing-masing terdorong kembali ke belakang. Alka terhuyung-huyung di udara, sementara Ursario terguling sekali di lantai.

Namun keduanya kembali bersiap.

Alka yang mengambil inisiatif serangan. Dia menusukkan cakar kaki kanannya. Namun Ursario memutar tubuh sembari melancarkan tendangan belakang, menepis sisi kaki Alka.

Alka mengulangi tusukan cakarnya, dengan kaki yang lain. Kali ini, Ursario menangkis dengan menendang bagian bawah kaki Alka sehingga tikaman Alka justru melesat ke atas.

Berkali-kali Alka menghunjamkan cakarnya, dan berkali-kali pula Ursario mementahkan itu dengan tendangan kaki.

"...ngggrr... gerakan si boneka jadi jauh berbeda begini??" geram Alka.

Sementara si monster burung terpana, Ursario sudah melompat lagi ke depan mukanya. Panik, Alka berusaha melumat Ursario dengan hantaman sayap dari dua arah.

Namun—

"Buraaaah!!"

Gantian Ursario yang memamerkan kekuatan cakarnya. Dengan ayunan tangan menyilang, justru cakar Ursario-lah yang mengoyak kedua sayap Alka.

Bulu-bulu burung berhamburan, hancur dan terpotong-potong.

Ursario membalas dengan sapuan kaki, menyambar pipi kiri Alka. Leher mulus si wanita burung pun terbuka lebar. Ursario memanfaatkan itu untuk menancapkan taringnya di sana, menggigit Alka kuat-kuat.

Alka menjerit sekencang-kencangnya. Dia terbang sambil menggoyang-goyangkan kepala ke kanan-kiri, mencoba menjatuhkan Ursario.

Awalnya si boneka tak tergoyahkan. Barulah pada ayunan kesekian, dia terlempar juga.

Bisa terlihat leher Alka yang deras mengucurkan darah hitam.

Murka.

Alka semakin murka.

Dia memekik begitu nyaring, mencoba membuat Ursario kehilangan kesadaran. Ursario dengan sigap menutup telinga. Akan tetapi, itu tak cukup untuk menahan suara memekakkan itu.

Walhasil, badan Ursario sempoyongan. Dia kehilangan keseimbangan karena terlalu pusing mendengar pekikan Alka.

Tak mau melewatkan kesempatan emas ini, Alka pun menembakkan berkas cahaya merah dari mulutnya. Sinar itu meluncur deras, tepat menuju Ursario yang masih terhuyung-huyung.

Ursa! Pasang kuda-kuda bértahan, bah!

Mendengar peringatan dari jiwa Manggale, Ursario spontan menyilangkan kedua tangannya di depan, mencoba menahan serangan Alka.

Labirin kembali bergetar kencang sewaktu sinar merah Alka meletus hebat.

Alka menyeringai puas, merasa serangannya mengena telak. Namun seringai itu hilang seketika, sewaktu matanya menangkap sosok boneka beruang itu masih berdiri kokoh di balik kepulan asap.

"...buraah... brutal sekali Alkey itu..."

Ursario berhasil bertahan, dengan badan gosong di sana-sini. Bagaimanapun, energi jiwanya terkuras begitu hebat. Bulu-bulu hitamnya kembali mencoklat sementara postur badannya mulai mengecil seperti sediakala.

Oh, kacaulah kita, Ursa! Cépat kali ténaga kau habis?

"Apa boleh buat, buraaa," keluh Ursario. "Sumbangan energimu masih terlalu sedikit. Dan jurus perubahan wujud tadi memang boros energi ...."

Dasar tak tau diuntung! Kau bilang énérgi dariku kurang, bah?

Ursario tak menanggapi lagi.

Sebab, dia melihat Alka mulai bertindak aneh. Wanita burung itu turun ke lantai, menyimpan kedua sayapnya di samping. Kemudian dia berdiam. Mulutnya mulai komat-kamit seperti sedang membaca jejampi.

"Bura? Mantra ini....?!"

Apa yang didengar oleh Ursario terasa begitu akrab.

"Wahai jiwa-jiwa malang kedua saudariku, Yuna sang Gamayun, Rina sang Sirin, berkatilah aku dengan kekuatan kalian! Jika jiwa-jiwa kalian masih terpenjara di labirin hina ini, maka dengarkan panggilanku!"

Itu adalah sihir penyerap jiwa!

Benar saja. Mayat Gamayun dan Sirin langsung terurai seluruhnya, menyisakan dua gumpalan jiwa berpendar hijau maupun biru. Kedua jiwa itu tersedot kencang menuju sosok sang kakak, Alka.

Tanpa basa-basi, Alka melahap jiwa kedua adiknya itu.

Seketika, tubuhnya berpendar begitu terang oleh cahaya biru kehijauan. Perlahan tapi pasti, Alka mengubah wujudnya untuk yang kedua kalinya. Badannya membulat, kian membesar. Sayap dan cakarnya memanjang, semakin kokoh.

Pakai acara sérap-sérap jiwa ségala. Curang kali si Nona ini, bah! Macam bonéka béruang térkutuk yang aku kénal ....

"....."

Ayo, Ursa! Jangan diam saja kau! Buat sésuatulah!

"Buraaah! Baiklah."

Satu-satunya hal yang terpikirkan Ursario adalah memungut senapannya yang tergeletak agak jauh dari tempatnya berdiri. Buru-buru dia memasukkan amunisi baru.

Dan ....

Perubahan bentuk Alka pun selesai. Dia menjadi Alkonost, sang monster burung dari Underworld.

Ursario melirik ke samping, langsung ngeri seketika. Rupa Alkonost saat ini hampir sama dengan Gamayun ataupun Sirin saat keduanya bertranformasi penuh. Hanya saja, Alkonost tiga kali lebih besar!

Ukuran Ursario mungkin hanya seujung kuku Alkonost sekarang.

"Nggggrrrrraaaaaah!! Boneka! Saatnya kita buat perhitungan," raung Alkonost. "Inilah wujud asliku. Akulah Alkonost!"

Ketika sorot mata Alkonost akhirnya menemui sosok Ursario, paniklah boneka beruang itu. Sekedar bereaksi, Ursario menembakkan senapan mungilnya lima kali. Semuanya tepat mengarah ke badan Alkonost.

Tetapi ....

Alkonost bahkan tak perlu menghindar ataupun menangkis peluru Ursario. Bagaikan menghantam metal yang kokoh, peluru-peluru itu terpental balik sewaktu mengenai badan Alkonost. Boro-boro melukainya.

Sang monster menyeringai.

Kemudian sekali lagi, monster burung itu berteriak nyaring. Kali ini, dampaknya jauh berbeda.

Tepat setelah Alkonost berkoak, timbul rentetan ledakan udara dalam radius sekitar 30 meter darinya. Labirin kini benar-benar bergetar. Sejumlah dinding meruntuh, lantai berhancuran, kepingan batu pun berhamburan.

Ursario terlempar jauh, sekalipun mencoba bertahan. Dia terguling-guling, terus terdorong oleh hempasan dari ledakan suara Alkonost.

"Buraaaaah!!"

...

...

Kawanan Beary, yang kini berjumlah enam, turut merasakan efek dari teriakan Alkonost. Mereka bertahan mati-matian agar tidak ikut terhempas oleh oleh angin ledakan itu.

Cheril melayang-melayang di udara, hampir diterbangkan kalau saja tangan Yvika dan Zany tak menggapainya.

Sal menunduk dengan kedua tangan dan kaki mencengkeram kuat di lantai. "Edan!" makinya. "Monster itu jadi makin monster!"

Hanya Reeh yang masih berdiri tegak di dua kaki, karena dia sempat meminta perlindungan Katabasis. Nema ikut menumpang di belakang Reeh.

"Kita harus berkemas," kata Nema datar. "Karena Boss Ursario pasti akan segera mati. Yang berarti, kita juga mati."

Reeh termenung sejenak.

"Di dalam diri sang Monster, bernaung jiwa kedua saudarinya. Memperkuatnya. Sementara, di dalam Tuan Boneka, hanya ada sokongan satu jiwa Tuan Manggale." Kemudian Beary bersorban itu tersenyum kecil. "Hmm ... bagaimana kalau kiranya hamba menggenapkan itu hingga jumlah yang adil?"

...

...

Alkonost puas berteriak.

Dia melihat sekeliling, sudah begitu kacau-balau. Begitu pandangan tajamnya menangkap sosok Ursario masih utuh, tersenyumlah sang monster.

"Bagus. Jangan sampai kau mati semudah itu, boneka!"

Alkonost mengepak-ngepakkan sayap, mulai melayang di udara. Kemudian melesatlah dia dengan kecepatan di luar akal sehat.

Tahu-tahu, dia sudah ada di hadapan Ursario.

Si boneka sungguh terperangah menyaksikan ukuran sang lawan dari dekat. Dia harus benar-benar mendongak, hanya untuk bisa melihat muka Alkonost.

Ursario menoleh kanan-kiri, mencari celah untuk melarikan diri.

"Mau kabur, boneka? Jangan membuatku kecewa."

Alkonost langsung menghujani Ursario dengan tikaman cakar beruntun. Berjumpalitan si boneka menghindari itu. Sokongan jiwa dari Manggale masih menunjukkan kegunaannya. Terutama untuk berkelit lincah dari sergapan Alkonost.

Bagaimana dengan serangan balik?

Ursa! Tampak célah!

Pada satu kesempatan, sapuan kaki Alkonost terlalu lebar. Ursario berhasil berkelit dengan bersalto ke depan, langsung ke hadapan sang lawan.

Kemudian si boneka memusatkan seluruh tenaganya yang tersisa untuk melakukan satu tendangan terbang.

"Burachaah!!"

Terkenalah telak di dada Alkonost!

Atau begitulah seharusnya.

Nyatanya, sang monster burung tak merasakan apa-apa. Tubuhnya terlalu kokoh. Malahan, kini posisi Ursario yang terbuka lebar akibat tendangannya yang hambar.

Mata Alkonost memicing seraya melirik sang lawan.

"Kau melakukan sesuatu, boneka? Kakaka!"

Kemudian sayap Alkonost bergerak cepat dengan maksud menampar tubuh mungil Ursario.

Bagaimanapun, sudah ada yang menyambar Ursario terlebih dahulu. Dan itu menyebabkan sabetan sayap Alkonost tak mengenai apa-apa.

Ursario terjatuh agak jauh dari lokasi Alkonost.

"Sungguh beruntung, hamba masih sempat menolong Tuan Boneka."

Rupanya, yang tadi terbang menyelamatkan Ursario adalah Beary bersorban, si Reeh. Dan dia tidak berniat berhenti sampai di sana.

"Turbany Beary?" ujar Ursario, sembari melompat bangkit.

"Hamba sudah menyaksikan perjuangan Tuan, dan hamba menilai itu cukup," kata Reeh. "Sekarang, hamba harus memastikan berlangsungnya perjuangan Tuan. Jangan lupakan, masih ada rahasia semesta yang mesti kita kuak."

Sosok Reeh berpendar. Tubuh Beary-nya kembali menjadi gumpalan jiwa yang kemudian merasuk ulang ke tubuh Ursario.

Satu lagi jiwa petarung telah kembali. Kini Ursario mendapat tambahan energi untuk terus bertarung.

Oh, apa ini? Si Sorban mau ikutan berantam, bah?

Izinkan hamba mengambil alih di sini, Tuan Manggale. Akan hamba perlihatkan bagaimana kiranya bertarung dalam naungan sang angin ....

Kalau bégitu, aku serahkan pada kau.

Angin Katabasis yang memenuhi labirin perlahan-lahan berkumpul menyelimuti tubuh Ursario.

"Bura? Ini....?"

Tuan Boneka hanya perlu bertarung. Biarkan hamba yang menuntun sang angin untuk membantu Tuan ....

Saat itu, Alkonost sudah datang mendekat. Dia terbang melesat begitu cepat, hendak menubruk Ursario.

Dan saat itulah jiwa Reeh mulai bekerja.

Tiba-tiba, arah terbang Alkonost melenceng begitu jauh ke arah samping, dia malah membentur tembok labirin. Tubuh raksasanya terpelanting dan ambruk di permukaan tanah dengan bunyi berdebam begitu kuat.

"...grrrrrhhh... apa ini??"

Selagi Alkonost masih terbaring di lantai, Ursario mulai melayang di udara dengan bantuan angin. Kemudian dia mulai menghunus senapan mungilnya seolah-olah itu adalah pedang.

Ya, dengan kembalinya jiwa Reeh, Ursario kini bisa menggunakan teknik berpedang sang musafir. Dan khusus kali ini, teknik itu juga diperkuat oleh angin.

Ursario meluncur maju, mengarah ke bagian muka Alkonost. Berkali-kali disabetkan senapan itu menghajar muka si monster. Sesuai dugaan, wajah Alkonost—yang masih berwujud wanita—tidaklah sekokoh badan burungnya.

Posisi Alkonost yang masih terbaring memudahkan Ursario untuk mencapai titik lemah monster tersebut. Terus dihantamkannya senapan, menggunakan teknik tarian berpedang Reeh.

Marahlah Alkonost.

Dikepak-kepakkan sayapnya mengusir Ursario. Si boneka mundur ke belakang, masih melayang di udara. Dia menyiapkan serangan lain.

Sekarang Tuan Boneka, teknik Hijaz.

Ketika Ursario mengayun-ayunkan senapannya, meluncurlah sejumlah gelombang angin pemotong yang meluncur ke arah badan Alkonost. Akan tetapi, sewaktu angin itu mengenai tubuh sang monster, malah terdengar dentang yang begitu nyaring. Ibarat logam beradu sesama logam.

"Burah? Bodohnya aku. Jangan incar badan kerasnya."

Ursario mengulangi jurusnya, kali ini ke arah wajah Alkonost. Benar saja, monster burung itu panik. Langsung dia melintangkan sayap di depan mukanya. Tetapi tidak semua serangan Ursario mampu ditepis.

Memerciklah darah hitam sewaktu sayatan udara itu menyambar pipi kanan Alkonost.

"UWAAAARGH!!"

Alkonost benar-benar murka. Dia memekik begitu kencang, menciptakan rentetan ledakan udara.

"Bura, gawaaat!"

Jiharkah ....

Dengan cepat jiwa Reeh bereaksi memanggil sang angin. Terbentuklah tabir pelindung di hadapan Ursario, bertanding dengan ledakan suara Alkonost. Keduanya saling meniadakan.

Kali ini, teriakan Alkonost tak berhasil menggoyahkan Ursario.

"Rrrhh! Boneka sialan!"

Tak mau lama-lama terbaring di lantai, Alkonost kembali terbang.

Dia mengayunkan satu sayapnya ke depan, meluncurkan beberapa bulu tajam. Tapi mudah bagi Ursario menepis semua itu dengan ayunan senapan yang akurat.

Malah Ursario balas melemparkan gelombang angin pemotong. Kali ini, giliran Alkonost yang menangkis semua itu dengan sayap.

Keduanya silih berganti menyerang di udara, sengit sekali.

Sampai akhirnya Alkonost tak sabar lagi. Dia mengayunkan kedua sayapnya ke depan. Langsung meluncurlah ratusan bulu tajam, yang jumlahnya tak mungkin ditepis.

Bayyati Shuri ....

Dengan perintah dari Reeh, angin Katabasis kembali bergejolak. Kali ini menciptakan pusaran angin yang melahap semua bulu tajam yang dilontarkan Alkonost.

Lagi-lagi serangan Alkonost dimentahkan.

Ursario tersenyum. Dia sungguh tak menyangka kalau jurus-jurus angin Reeh yang pada episode lalu begitu merepotkan si boneka, kini malah berbalik membantunya.

"Oke, Turbany. Sekarang kita gabungkan serangan kita."

Baiklah.

Boneka beruang itu mendarat di udara. Dia mulai membidikkan senapan mungilnya. Melihat itu, Alkonost tertawa.

"Kakaka! Peluru kecilmu tak akan bisa melukaiku, boneka."

"Aku mengincar wajahmu, Al-Birdy."

Pelatuk ditekan, melontarkan peluru yang mengarah ke muka Alkonost. Tentu saja sang monster sudah bersiap melintangkan sayap untuk menangkis itu.

Tetapi di sinilah angin Reeh bermain.

Peluru Ursario tiba-tiba berbelok arah, memutari perisai sayap Alkonost, kemudian menyambar wajah si monster dari samping. Tepat menghancurkan batang hidungnya.

Darah kembali memercik, diiringi raungan derita Alkonost.

Ursario tak mau memberi ampun. Dia menembak lagi, berkali-kali. Berkat angin, arah lintasan peluru-peluru itu tak lagi bisa ditebak. Alkonost pun kelimpungan, mencoba melindungi wajah dengan sayapnya.

Malangnya, ditutupi seperti apapun, peluru ajaib Ursario masih mampu mencari celah di antara sela-sela bulu Alkonost. Semakin rusaklah wajah cantiknya.

Bagaimanapun, ketahanan Alkonost patut diacungi jempol. Sekalipun kepalanya dihujani begitu banyak peluru, dia masih saja hidup. Jauh lebih tangguh daripada kedua adiknya.

Hingga akhirnya, peluru Ursario pun habis.

"Sialan, buraa! Al-Birdy itu nggak mati-mati!" maki Ursario.

Alkonost bangkit dengan wajah bersimbah darah. Bahkan monster sebesar dirinya tetap punya titik lemah. Dan titik itu dieksploitasi habis-habisan oleh sang lawan, Ursario.

...

Dari kejauhan, kawanan Beary tampak bersorak riang menyemangati Ursario. Terlebih setelah boneka itu mulai bisa bertarung imbang melawan monster burung raksasa, Alkonost.

"Ayo, kontet! Hajar aja si burung jadi-jadian kayak gitu!" seru Sal.

"Waduh, seru banget. Teruskan! Aku jadi banyak dapat foto bagus, nih," ujar Cheril.

"Cara memakai senapan yang curang sekali," komentar Yvika. "Mestinya peluru melaju di garis lurus."

"Ahaha! Bagus sekali, Teddy Bear. Tapi berhati-hatilah sama bokongnya!" teriak Zany. "Siapa tahu dia bisa mengeluarkan telur badai kayak adiknya!"

Hanya Nema yang tak berseru atau berkomentar apa-apa. Wajahnya seperti menyesal karena Ursario tak jadi kalah.

Kelima Beary itu tak menyadari kalau teriakan mereka justru memancing Alkonost.

...

Mendengar suara ribut dari suatu arah, Alkonost pun melirik. Dia menyaksikan lima Beary menyemangati Ursario sedang yang bertarung melawan dirinya.

Alkonost balik menatap Ursario. Diamatinya. Boneka beruang yang satu ini harusnya sudah kalah sedari tadi, kalau saja tak ada sokongan jiwa dari dua Beary.

Alkonost menyeringai. Dia tahu apa yang harus dilakukannya.

"Boneka, aku tahu," katanya. "Mereka yang membuatmu semakin kuat, 'kan?"

Tanpa disangka, Alkonost terbang meninggalkan medan pertempuran. Dia menuju kawanan Beary dengan satu maksud saja.

"Kakakaka! Sayang sekali kalau potensi mereka hanya digunakan untuk menambah kekuatan seekor boneka beruang."

"A-apa?? Tunggu, Al-Birdy! Lawanmu itu aku!" seru Ursario.

Alkonost tak lagi menghiraukan Ursario. Kini sasarannya telah berganti.

...

"Oi, kawan-kawan," ujar Sal. "Keliatannya si monster menuju kemari."



-VIII-
Momen Klimaks

Para Beary berhamburan, panik berlarian menghindari terjangan Alkonost. Mau melawan, tetapi mereka sudah terlalu lelah akibat pertarungan menghadapi Sirin dan Gamayun. Lagipula lawan kali ini terlalu besar.

Kabur, hanya itulah yang bisa mereka lakukan sekarang.

"Brengsek! Kenapa burung ini sekarang menyerang kita?" omel Yvika, membuang puntung rokok ke samping.

"Oh, sekarang kau menanyakan itu?" balas Nema. "Siapa tadi yang berisik, memangnya?"

"Bukan aku yang teriak-teriak, tapi mereka bertiga!" kilah Yvika, menunjuk ketiga Beary yang lain.

Satu Beary tampak berlari paling depan, jauh meninggalkan yang lain. Dia adalah Sal, paling jago dalam jurus langkah seribu.

"Woy! Tungguin kita dong, Sal!" keluh Cheril.

"Kaburnya cepet amat si Monyet itu!" timpal Zany.

Kemudian terdengar Yvika berteriak, "Semuanya, menghindar!"

Keempat Beary melompat tiarap tatkala terkaman Alkonost datang. Mereka berhasil selamat, untuk saat ini. Akan tetapi, posisi sang monster kini ada di depan mereka, merintangi jalan kabur.

"Oh, tidak. Dia menghadang di depan," ujar Cheril gelisah. Dia mengambil busur dari punggungnya kemudian mewujudkan panah energi. "Urkh ... hanya bisa terwujud satu anak panah saja. Bagaimana ini?"

Zany ikut beraksi. Dia mencoba mematerialisasi senjata. Yang muncul hanyalah sepucuk pistol. "Argh! Sial"

Nema pun tak mau kalah. Dia mengembangkan rambut sulurnya, siap melemparkan benih yang tersisa.

"Tak ada jalan lain. Semuanya, tembak kepalanya!" komando Yvika. "Incar kelemahannya!"

Mereka berempat kompak melepaskan tembakan ke arah yang dimaksud. Namun Alkonost sudah menduga itu. Dia terbang lebih tinggi, menghindari semua itu. Malahan, dia balik memekikkan suara peledaknya.

Kali ini hanya satu ledakan saja. Namun cukup kuat untuk menjungkir-balikkan keempat Beary itu hingga semuanya tak berdaya.

Mereka berempat terkapar, sementara Alkonost sudah mulai membaca mantra penyedot jiwa.

"Wahai jiwa-jiwa petarung yang malang, terpenjara dalam tubuh boneka terkutuk. Jadilah bagian dari kekuatank—uaaargh!!"

—Alkonost tidak sempat menyelesaikan jampi-jampinya. Ursario sudah datang dan menendang mukanya.

Mantra Alkonost buyar. Dia menyibakkan sayap, melemparkan Ursario ke lantai. Tetapi tidak terlalu telak. Boneka beruang itu berhasil mendarat dengan mulus.

"Heh, enak saja kau mau merenggut jiwa-jiwa mereka, Al-Birdy! Langkahi dulu mayat bonekaku, buraaaaaah!!"

Kemudian Ursario menoleh ke arah para Beary yang terkapar.

"Burahaha, berantakan sekali kalian," ejek Ursario. "Gimana? Daripada jiwa kalian dilahap oleh Ugly Birdy itu, mending kalian kembali saja ke tubuhku dan beri aku kekuatan."

Nema menjawab lesu, "Jadi aku harus memilih yang tidak begitu buruk di antara dua yang buruk? Hmmph!"

Cheril, "Uhh ... baiklah. Tapi nanti kami masih bisa menjadi Beary lagi 'kan, Rio-chan?"

Ursario mengangguk.

"Oke, Ursario," ujar Yvika. "Aku sudah mulai tak suka dengan burung jelek itu."

"Ahahaha, piknik kami berakhir ... untuk saat ini," keluh Zany.

Keempat Beary itu akhirnya setuju. Tubuh mereka berpendar dan terurai kembali sebagai gumpalan jiwa yang berbeda warna. Keempat jiwa itu melayang masuk ke dalam tubuh sang inang, boneka beruang Ursario.

Aura kegelapan Ursario pun meningkat drastis.

"BuraaAAAAH!! Aku merasakan kekuatanku kembali!"

Di sisi lain, Alkonost berdecih kesal karena rencananya gagal. Tapi dia masih punya kartu terakhirnya.

"Boneka! Kau mungkin berhasil mendapatkan empat. Tetapi di sarangku, sudah tersedia stok 40 jiwa petarung!"

Tanpa pamit, Alkonost melenggang pergi, terbang meninggalkan Ursario. Tentu saja si boneka tak akan tinggal diam. Dia pun melesat di udara, mengejar sang lawan.

Dibantu dengan kekuatan Reeh, Ursario terbang dengan gaya Superman.

***

Labirin ini adalah habitat Alkonost. Dia tahu betul seluk-beluknya. Dalam pikirannya, pasti butuh waktu lama sebelum boneka terkutuk itu berhasil mengejarnya.

Namun ternyata, Ursario hanya terpaut belasan meter di belakangnya.

"Apa?! Mengapa secepat ini? Mestinya labirin ini membingungkanmu, boneka!" teriak Alkonost, terus memacu kecepatan terbangnya.

"Burahaha! Kau pikir bisa lari dari penciuman tajamku, Al-Birdy?" Ursario juga melesat kian kencang, tak mau ketinggalan.

Alkonost berbelok ke kiri, lalu ke kiri lagi, kemudian ke kanan, lurus, dan terus ke kiri. Namun itu semua belum mampu mengecoh Ursario. Boneka itu masih mengekor.

Ini di luar perkiraan sang monster. Setidaknya, dia harus mengulur sedikit waktu untuk melakukan persiapan.

Dia pun sampai di persimpangan dua arah. Ini kesempatan, pikir Alkonost. Kalau memang si boneka beruang mengandalkan indera penciumannya, maka mudah untuk mengacaukan indera itu dengan trik sederhana.

Alkonost menarik nafas, mengumpulkan kekuatan. Kemudian dia melepaskan kentutnya sekuat tenaga, memenuhi persimpangan itu dengan aroma neraka.

Puas dengan itu, dia menikung ke kanan.

...

Sampailah Ursario di persimpangan yang sama. Alangkah terkejutnya hidung bonekanya mendapati apa yang ada di sana.

"Buhwweeeeek!! Bau banget! Gas hijau apa ini?? Jangan-jangan ini k-kabut beracun?"

Ursario oleng. Dia mendarat di lantai.

"Cih! Kemana Ugly Birdy itu pergi?" kesal Ursario menginjak-injak lantai, sambil tetap menutup hidung. "Aku kehilangan arah, buraa ...."

Boneka itu terus berpikir. Akhirnya dia menyerah.

"Oke, Turbany. Kau mendengarku, kan? Apa bisa kau mendeteksinya dengan anginmu?"

Tak masalah, Tuan Boneka. Tapi ini membutuhkan sedikit waktu. Harap Tuan bersabar sebentar—

"Burung itu pergi ke kanan, kontet."

Tiba-tiba dari sudut persimpangan, muncul sosok Beary terakhir. Dia adalah Sal, yang tadi kabur paling cepat.

"Ebuset, dah!" makinya, juga sambil menutup hidung. "Makan apaan sih burung itu sampai kentutnya sebau ini?"

"Monkey Beary? Ternyata kau di sini?"

"Yah. Tadi aku nemu tempat ngumpet yang bagus. Terus si burung lewat, dan situ lewat setelah itu," balas Sal. "Ah, ngomong-ngomong, mana Beary yang lain?"

"Mereka sudah kembali ke tubuhku, bura. Kau juga ingin ikut?"

Sal menggeleng.

"Ah, okelah," dengus Ursario kecewa. "Jadi dia ke kanan?"

Ursario melompat lalu melesat terbang seperti tadi dengan kecepatan penuh. Meninggalkan Sal di persimpangan yang bau.

"S-sejak kapan si kontet bisa terbang kayak gitu?? Ah, tunggu! Aku pengen nonton kalian berantem!"

Sal pun ikut mengejar, mengandalkan kecepatan kakinya.

***

Ini daerah di dekat pusat labirin.

Ruangan yang cukup luas. Dan sudah disulap Alkonost menjadi sarang tempat dia dan dua saudarinya tinggal.

Di satu sisi ada tiga buah ranjang dengan kelambu, di sisi lain ada sofa dan lemari buku. Namun di pojok, yang paling mencolok, adalah sebuah kerangkeng, yang berisi puluhan petualangan yang ditangkap Alkonost sewaktu mereka semua tersesat di labirin.

Anehnya, semua tawanan itu adalah wanita. Yah, memang ada juga beberapa lelaki di sana, berserakan dalam bentuk tulang-belulang tak berdaging.

Cukup praktis, kalau dipikir-pikir. Yang pria akan dimakan, sedangkan yang wanita akan jadi stok energi jiwa.

Kemudian yang ditunggu pun tiba.

Ursario sampai juga di sana.

"Akhirnya kau datang, boneka? Kakakaka! Maka tak perlu berlama-lama lagi. Jiwa-jiwa nikmat, jadilah santapanku!"

Ketika Alkonost berseru, semua wanita petualang yang disanderanya pun menjerit histeris. Dalam keadaan hidup, jiwa mereka dipaksa keluar dari raga. Tentu bukan pengalaman yang menyenangkan.

"Nggak bisa dibiarin! Lepasin cewek-cewek cantik itu, burung!!"

Tahu-tahu, Sal muncul dari belakang Ursario seraya melayangkan tendangan terbang. Mengarah tepat ke Alkonost.

Sayangnya, mudah bagi Alkonost untuk menghentikan serangan mendadak dari Beary itu. Cukup dengan satu kepakan sayap, Sal terpental balik.

Monkey Beary itu tersungkur tepat di depan Ursario. Dia sudah kehabisan tenaga.

"Ha? Apa yang tadi kau lakukan, bura?" ejek Ursario.

Tapi Sal tak menjawab. Dia melirik ke arah Alkonost.

Empat puluh wanita cantik sudah tak ada lagi. Tubuh mereka melebur. Roh mereka pun dilahap oleh sang monster burung.

"Sial! Sal si monyet keren ini nggak bisa menolong cewek yang butuh pertolongan! Memalukan!" Sal hanya bisa terpuruk menyesali ketidakberdayaannya.

Akhirnya, Alkonost pun berganti wujud, untuk terakhir kalinya.

Badannya kian membesar. Wajah manusianya kini berganti menjadi wajah burung. Alkonost telah bertransformasi sempurna.

"KOAAAAAAAAAAAK!!!!"

Alkonost berseru nyaring, menandakan kepuasannya. Namun Ursario hanya menyeringai.

"Empat puluh jiwa, bura?" kata si boneka. "Tapi itu cuman roh petarung level rendahan. Nggak sebanding dengan jiwa enam petarung tangguh yang bersemayam di tubuhku."

"Tujuh!" sanggah Sal. "Aku pengen ikut membasmi monster burung jelek itu, Bro!"

"Akhirnya!" ujar Ursario senang.

Kemudian tanpa banyak berkata-kata lagi, Sal si Monkey Beary pun memendar menjadi jiwa ketujuh. Menambah kekuatan Ursario.

"Oke, buraaaaah! Sekarang jumlah energi jiwanya sudah cukup. Kali ini aku akan bertarung dengan teknikku sendiri. Kalian, para Beary malang, cukup menonton dari dalam tubuhku saja."

Ursario melempar senapannya ke samping.

Lalu, sekelumit aura kegelapan menyelimuti Ursario, sementara tubuhnya sendiri mulai berubah, sedikit bertambah kekar. Bulu-bulunya menjadi putih seluruhnya, sedangkan cakar dan taringnya pun tumbuh. Kemudian selubung cahaya hitam itu berganti menjadi selimut angin dingin.

Oh, ini kan wujud Polary Beary yang dulu ngalahin aku di ronde pertama—celetuk Cheril.

Yang membuat bungaku membeku—tambah Nema.

Ya. Hamba pun pernah menyaksikan kekuatan salju ini, di babak yang silam—Reeh ikut melengkapi.

"Ng...? Bisa nggak kalian menonton dengan tenang, tanpa banyak komentar, bura?" omel Ursario.

Okesip, Masbro. Yang penting situ bisa bikin KO si burung—ujar Sal.

...

Pertarungan dimulai kembali.

Alkonost yang sudah berganti wujud sepenuhnya menjadi monster burung, langsung menyergap dari depan. Mencoba mematuk Ursario dengan paruh.

Namun dengan sigap boneka beruang kutub itu melompat ke samping. Bahkan dia balas menyemburkan hawa dingin dari mulutnya, membuat salah satu mata Alkonost membeku.

"KoaaaaaaaaaAAAAK!"

Sang monster mengerang kesakitan. Refleks, dia melayang tinggi untuk mencari jeda. Tetapi Ursario ternyata ikut melompat. Boneka itu tak mau memberikan Alkonost waktu istirahat.

Si boneka menemplok di punggung monster burung. Dan kali ini, ukurannya yang mini justru menguntungkan. Sulit bagi Alkonost untuk mengusir 'kutu' yang hinggap di tubuhnya itu.

Bahkan 'kutu' itu kini mulai memanggil badai salju ajaib. Seketika, angin beku pun bertiup kencang, berpusat pada tubuh si boneka beruang. Butiran-butiran salju terus menutupi badan raksasa sang monster burung. Pelan-pelan, tubuh Alkonost membeku.

Panik, Alkonost terbang sambil memutar-mutar tubuhnya seperti baling-baling. Pada akhirnya, dia berhasil melempar Ursario. Bagaimanapun, sebagian tubuh sang monster sudah begitu kaku, setengah beku.

"Boneka kurang ajar!"

Sementara Ursario mendarat, Alkonost terbang meninggi. Teknik andalannya pun keluar.

Dari ketinggian, diluncurkanlah sebutir telur. Ukurannya bukan main-main. Telur itu jatuh deras dengan suara berdesing kencang, mengincar Ursario.

Alamak! Télur itu lagi! Ménghindar kau, Ursa!—seru Manggale.

Ursario tak mau menurut. Dia punya rencana sendiri. Ditariknya nafas dalam-dalam, kemudian disemburkannya hawa beku dari mulutnya mengincar bom telur itu.

Lalu Ursario menghindar, tepat sebelum telur itu jatuh ke permukaan lantai dengan bunyi berdebam dahsyat.

Tak terjadi apa-apa. Telur itu tidak menetas dan mengeluarkan badai seperti seharusnya.

Melihat itu, Alkonost semakin tersulut. Dia terus meluncurkan telur-telur lainnya. Kali ini dalam jumlah yang terlalu banyak untuk diatasi semburan beku Ursario.

"Urggh ...!"

Ursario menggeram kesal. Tapi dia langsung mendapatkan ide. Telur-telur itu jatuh secara beruntun. Oleh sebab itu, Ursario mencoba untuk memanfaatkan jatuhnya telur-telur itu sebagai pijakan.

Si boneka melompat dari satu telur ke telur lain. Terus hingga dia mencapai sumber keluarnya telur, yakni lubang bokong Alkonost. Dan apa yang dilakukan Ursario?

Dia membekukan seluruh pantat Alkonost.

"KoaaAAAAAK!! B-bokongku!"

Alkonost terlampau panik, hingga dia kehilangan konsentrasi terbangnya. Sang monster oleng. Bahkan, Ursario sengaja memanggil kembali badai saljunya untuk menyeret Alkonost turun.

Monster raksasa itu pun jatuh bebas.

Tepat di antara kumpulan telur yang tadi dikeluarkannya.

Dan telur-telur itu mulai meretak, lalu menetas dan—

Dewa Badai pun mengamuk!

Alkonost terkena jurusnya sendiri. Rentetan halilintar menyambar silih berganti, tanpa ampun. Serbuan topan pun tak tertahankan. Bahkan mampu membuat tubuh raksasa Alkonost terombang-ambing tak berdaya.

Ursario yang masih ada di ketinggian hanya bisa terkesima menyaksikan apa yang terjadi di bawah.

Ruangan menjadi amat silau oleh terangnya cahaya.

"Bura, gawat!"

Bahkan Ursario harus sering-sering menghindar dari percikan petir yang menyasar ke arahnya.

Ketika semuanya berakhir ...

Yang tersisa adalah tubuh tak berdaya Alkonost, gosong, tampak seperti burung panggang saja. Tapi nafasnya masih ada.

"Oke, buraah! Saatnya serangan penutup!"

Ursario memanggil seluruh badai salju untuk menyelimuti dirinya. Tebal, seluruh badannya kini tertutup salju yang dengan cepat membeku menjadi kulit es. Besar, dan terus membesar.

Kemudian Ursario pun terjun bebas, mengincar Alkonost.

Ini adalah teknik meteor es!

Dan meteor itu terus menukik tak terhentikan.

Alkonost, dengan sisa kesadarannya, mencoba usaha terakhirnya. Dia mengumpulkan kekuatan sihir di mulutnya. Tak terlalu banyak, tetapi cukup untuk melontarkan sinar merah yang tepat mengarah ke meteor es tersebut.

Dan tembakan itu tepat sasaran.

Meteor es berlubang ditembus berkas cahaya kecil dari bawah. Seketika, meteor itu hancur. Selubung esnya berhamburan. Sedangkan badai salju yang tadi menyelimuti pun sirna.

Tersisa tubuh mungil Ursario saja, yang malangnya, juga ikut berlubang lantaran diterobos sinar dari Alkonost. Bahkan, wujudnya sudah bukan beruang kutub lagi. Kembali ke Ursario yang biasa.

"...buuurrghh... siaaal!"

Tubuh Ursario jatuh dan memantul beberapa kali di lantai. Dia tumbang, menyusul Alkonost.

Tetapi mereka berdua tak mau menyerah begitu saja.

Keduanya mulai bangkit untuk melanjutkan pertarungan.

Sosok monster burung Alkonost menciut, kembali menjadi wanita yang bernama Alka. Sambil terengah-engah, dia memungut salah satu bulu raksasa yang terlepas dari wujud sempurnanya. Di genggaman tangannya, bulu itu pun berubah menjadi sebilah pedang.

"Boneka yang memuakkan!" geram Alka.

Dengan susah payah, Alka pun berlari maju menerjang sang lawan.

Ursario tak mau kalah.

Sambil merangkak, dia menuju senapannya yang tergeletak tak jauh darinya.

Alka semakin mendekat. Dia pun mengayunkan pedangnya dari atas, mencoba membelah dua Ursario. Namun si boneka berguling ke samping, membuat sabetan Alka hanya mengenai lantai.

Ursario terus menggulingkan badannya, hingga akhirnya dia berhasil mengambil kembali senapannya.

"Kau sendiri Birdy yang menyebalkan, buraah!" balas Ursario.

Senapan meletup dua kali, membuat peluru bersarang di punggung Alka. Bidikan Ursario ternyata tak begitu jitu. Sebenarnya dia mengincar kepala.

Dengan murka, Alka kembali mendekat. Dia mengayun-ayunkan pedangnya secara membabi buta, kesana-kemari tak karuan.

Ursario bangun dan segera kelimpungan mencoba menangkis semua sabetan Alka.

"Aku tak akan mati, boneka!" seru Alka. "Aku ... akan mengumpulkan lebih banyak jiwa lagi ... dan keluar dari labirin ini! Aku akan membuat perhitungan dengan si sombong Thurqk!! Kau, yang hanya boneka, tak akan bisa menghalangiku—"

"Bawel sekali kau, buraah!" sergah Ursario. "Memangnya aku peduli?"

Ursario bertolak, mencoba melompati Alka.

Namun wanita itu masih bisa menebaskan pedangnya—

—tepat memotong kedua kaki Ursario.

Alka menyeringai, merasa dirinya menang.

Sayangnya, Ursario tak peduli dengan kedua kakinya yang terputus. Dalam posisi badan yang terbalik, masih melayang di belakang Alka, Ursario menodongkan senapannya. Moncongnya tepat menempel di tengkuk Alka.

Jarak nol.

"Sweety Dreamy, Alkey!"

Kemudian semuanya terjadi dalam sekedipan mata.

Satu tembakan saja.

Peluru menembus kepala Alka, dari belakang tengkuk menerobos melewati dahi.

Kedua petarung itu terjatuh. Bedanya, Ursario masih bernyawa. Sedangkan Alka ....

***

Usario merangkak, memungut potongan kakinya.

"Buraaah! Belakangan ini, tubuhku selalu berserakan setiap bertarung!" keluh Ursario.

Hohoho, tapi di sinilah jasa regenerasi dariku kau butuhkan, Teddy Bear—ujar Zany—Ayo, kesinikan ....

Pendaran cahaya prisma berkilau cerah. Kaki Ursario kembali menempel. Bahkan lubang-lubang di seluruh badannya ikut menutup.

Pelan-pelan, Ursario bangkit. Dia menatap onggokan tubuh Alka.

"Jadi gimana sekarang, bura? Haruskah jiwa Alkey ini kuserap juga?" gumam Ursario.

Langsung terdengar luapan protes dari jiwa-jiwa yang bersemayam di badan si boneka.

Waduh. Mendingan jangan, masbro! Aku ngeri ngebayangin si cewek burung ikutan bareng kita-kita—seru Sal.

Aku sétuju, bah! Sudah pénuh sésak kali di dalam sini—sambung Manggale.

Tapi menarik juga. Kurasa dia bakalan jadi Birdy Beary, hah?—komentar Nema.

Kalau dia masuk, akan kuajari tata krama padanya—ancam Yvika.

"Ah, bawel kalian! Aku nggak minta persetujuan dari kalian, buraa!" omel Ursario sambil membanting senapannya karena sewot.

Sementara Ursario dan tujuh jiwa beradu mulut, mayat Alka ternyata sudah diselimuti cahaya kemerahan.

Ahaha! Akhirnya kau menyerap jiwa si wanita burung itu, Teddy Bear?—tanya Zany.

"Ha? T-tapi aku bahkan belum membaca mantra?" ungkap Ursario heran.

Kemudian tubuh Alka mengurai, menjadi sebutir telur kristal kemerahan yang melayang tepat ke genggeman Ursario. Lalu, telur itu pun memudar, terserap ke dalam tubuh si boneka tanpa diminta.

Tanpa diduga, mengumandanglah musik fanfare, bersamaan dengan munculnya layar holografis ajaib di udara. Ursario membaca tulisan yang tertera di sana.

[|]
Selamat, Peserta Ursario.
Anda telah mewarisi satu teknik dari Hell Creature yang Anda kalahkan.
Sekarang, Anda bisa menetaskan telur badai dari bokong Anda.
Sekali lagi, selamat.
[|]

Seketika, tawa pun meledak dari dalam tubuh Ursario.

Mantap, masbro. Sekarang situ jadi makin keren. Muhyahahaha! Mantap, deh—komentar dari Sal.

Memalukan, pffft—ujar Nema.

Wakakakaka. Ngéri kali kau jadinya, Ursa—Manggale tak bisa berhenti terbahak.

Sungguh misteri nan luar biasa—kali ini Reeh juga ikut bertutur.

"Ahhh! Berisik, berisik, BERISIK! Aku ini Ursa Demony! Ursa Demony tidak bertelur, buraaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah!!"



-Epilog-
Kartu Nama

Layar holografis memunculkan instruksi selanjutnya.

[|]
Peserta Ursario,
sekarang Anda tinggal menuju ke pusat labirin yang letaknya tak jauh dari sini. Di sana, akan ada panitia yang menunggu.
[|]

Setelah menjalankan fungsinya, layar holografis itu menghilang.

"Hhh, baiklah. Aku pergi," ujar Ursario lesu.

***

Boneka beruang itu berjalan pelan, melewati belokan-belokan terakhir. Sampailah dia di depan sebuah gerbang yang tak begitu besar. Namun, ada satu hal yang mengejutkan Ursario.

Muncul dua sosok makhluk misterius.

Satu adalah monster batu yang garang, yang dari sekujur tubuhnya mengalir lahar merah mendidih. Yang satu lagi, sebaliknya, tampak lebih dingin dengan dominasi warna kebiruan yang membentuk tubuh astralnya.

"Jadi kamulah yang berhasil mengalahkan Alkonost?" kata si makhluk biru.

"Kecil sekali. Tidak tampak kuat," komentar makhluk batu.

Ursario langsung panik, segera mencabut senapan dan menodongkannya.

"Si-siapa kalian, buraah?"

Kedua makhluk itu saling melirik. Keduanya pun mengangguk, sebelum akhirnya bersedia memperkenalkan diri.

"Nama saya Marid, bangsa Jin yang menguasai tipuan samudera," ujar makhluk biru.

"Dan aku Cherufe!" seru makhluk lainnya.

Mereka berdua pun berpose kompak seraya berkata berbarengan, "Kami berdua adalah Duo Mar-Cher!!"

Seketika, ombak biru mengalir dari satu sisi, sementara lahar merah dari sisi lainnya.

Ursario semakin panik. Dia melompat-lompat menghindari ombak ataupun lahar yang muncul entah dari mana itu. Anehnya, Ursario tidak merasakan dingin ataupun panas dari kedua genangan itu. Malahan, dia tidak merasakan apa-apa. Seperti ilusi ....

"Tenang, makhluk kecil," ujar Marid. "Itu hanya special effect, saja."

"Kalau kami beneran mengeluarkan kemampuan, bisa-bisa semuanya hancur! Gyahahaha!" tawa Cherufe.

Ursario masih belum mencerna. Dia pun melayangkan pertanyaan ... atau tepatnya, tantangan.

"Mau apa kalian? Mau kelahi?"

Namun Mar-Cher tak menggubris. Mereka malah mengajukan pertanyaan balik.

"Kamu terus bertarung mengikuti kehendak Thurqk. Mengapa?" tanya Marid.

"Jangan-jangan kau sudah sukarela menjadi budak dari 'Dewa Merah' itu," ujar Cherufe.

Ursario mencak-mencak.

"Buraaah! S-siapa yang budak Thuqkey itu? Aku tidak takut, sekalipun dia Overlordy atau apapun. Aku adalah Demonlord penguasa Ursa-Regalheim. Mag-Lumina, Thurkey, siapa saja, akan kubasmi! Termasuk kalian berdua kalau terus menghalangi jalanku, buraah!"

Ursario mulai mengumpulkan aura kegelapan, bersiap untuk bertempur sekali lagi. Namun buru-buru Mar-Cher menenangkan.

"Sabar, makhluk kecil," kata Marid. "Kami tidak sedang ingin bertarung."

"Jadi intinya, kau juga ingin melawan Thurqk itu, 'kan?" tanya Cherufe.

"Ya? Memangnya kenapa?"

Marid dan Cherufe tersenyum. Kembali keduanya mengangguk senang.

"Bagus," puji Cherufe. "Kalau kau memang berniat berperang melawan Thurqk dan semua tentara Hvyt-nya, maka kami juga mau ikut!"

Cherufe kemudian menjulurkan lidah, mengeluarkan semacam kartu kecil yang membara. Marid tak mau ketinggalan. Dia mengambil dompet dari suatu tempat tubuhnya kemudian mengeluarkan kartu serupa.

Ursario menerima kedua kartu itu dengan terheran-heran.

"Itu kartu nama kami," kata Marid.

"Kalau peperangan melawan Thurqk sudah dimulai, panggil saja. Kami, Mar-Cher, akan bikin semuanya menjadi ramai. Gyahahaha!" tawa Cherufe.

"Tentunya itu kalau kamu bisa terus maju di turnamen ini, hingga mendapat kesempatan melawan si Dewa," Marid melengkapi.

Kemudian mereka berdua pamit pergi ke arah yang berlawanan.

"Tunggu, buraa!" seru Ursario. "S-siapa sebenarnya kalian?"

Marid menoleh dan melambaikan satu tangan.

"Kami bukan siapa-siapa," katanya. "Kami hanyalah 'Hell Creatures' yang tidak mendapat peran apa-apa di babak ini. Seperti halnya Cerberus dan Mangamyr."

Sosok kedua makhluk itu tak terlihat lagi.

Ursario menghela nafas. Dia memungut dua kartu nama yang tergeletak di lantai. Tercantum nama dari masing-masing makhluk, termasuk nomor yang bisa dihubungi.

"Hhh ... entahlah. Kusimpan saja kartu ini untuk sementara, bura."

Setelah diganggu dengan kemunculan dua makhluk aneh, Ursario melanjutkan bagian akhir dari perjalanannya di labirin.

Dilihatnya ada tombol di samping gerbang. Agak tinggi untuk dijangkaunya, sehingga harus sedikit berjinjit sambil menggunakan senapan untuk memencet tombol tersebut.

Kemudian perlahan-lahan gerbang terbuka.

Tampaklah sesosok manusia, lelaki berkacamata, telah menunggu ...


***

Di ruang komando Devasche Vadhi, Thurqk menyeringai senang.

"Gimana rekamannya, Hvyt?"

Hvyt yang ditanya pun mengacungkan jempol.

"Sempurna, Tuan Thurqk. Ronde 4 Ursario telah direkam dari awal sampai akhir. Tinggal disunting lalu diperbanyak."

Thurqk pun tertawa puas.

Sekali lagi dia bertanya pada dirinya sendiri. Berapa harga yang harus dipasangnya untuk setiap kopi dari dokumentasi R4 ini?



Ursario - Seveny Jolly Beary—SELESAI

19 comments:

  1. Fak de Wat! Jadi itu tujuan Thurqk yang sebenarnya??? Sumpah ngakak!!! Wkwkwkwk. Bener bener konyol ni awalannya. Cerita Ursa dan 7 Beary juga sangay meramaikan suasana. Dari segi pertarunganpun rasanya ga ada yang perlu dikeluhkan.

    Cuman satu aja sih ni, lebih ke arah subjektifitas juga. Saya ngerasa baca ini kepanjangan banget. >__< Well, tapi klo ditanya bagian mana yang perlu dipangkas, saya juga ga tahu. Di satu siai rasanya emang porsinya uda harusnya segitu, jadi ga usah diapa apain lagi. Makanya penilaian bagian ini murni subjektifitas saya.

    Tadinya mau kasih nilai sempurna, tapi dikurangi rasa kepanjangan itu, jadi... 8,5...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih sudah menjadi pembaca pertama, uyeeaah \(o_o)/

      Iya, entri R4-nya Ursa memang panjang, karena dibajak sama ketujuh Beary itu juga. Karena ini kemunculan mereka yang pertama, jadi saya merasa harus memberikan porsi yang banyak~

      Ohoho, sekali lagi makasih banyak, sudah membaca dan berkomentar.

      Delete
  2. Nilaimu Sempurna 10

    cerita seru, semuanya kebaca dan ngehook. serta kelucuan dan troll Trio macan (atau saya sebut trio Bearry) sempat bikin otak nge-hang...

    TAPI... dibalik semua itu!

    bukankah, Setting harusnya Indoor? Dan berasa kalau Setting jarak labirin 10 meter lebarnya berasa menghilang.

    saya nobatkan ini cerita tak berlokasi, yang alhasil mengurangi nilai 1.

    Final Verdict!: 9

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tapi di keterangan panitia, jarak antar dinding malahan 100 meter. Bukan 10 meter. Makanya saya nggak begitu pusing memikirkan sempitnya settingan indor kali ini~

      Betewe, terima kasih sudah menyempatkan untuk membaca, berkomentar, dan berkrisar. Seneng juga, ini pertama kalinya dapat nilai bagus dari Ivan~ \(o_o)/

      Delete
  3. Tadinya saya agak skeptis karena disambut dengan awalan super ga serius yang ngerusak bener image Thurqk, dan lagi mendadak disuguhin character overload dengan 7 beary pula. Tapi ternyata penulis beneran bisa ngeramu tulisan panjang ini jadi ringan dan enjoyable. I liked it more than I initially thought I would. Tambah lagi interaksi antar mantan lawan Ursa dan Power of Nakama yang bikin entri Ursa kayak battle ala shounen manga seperti biasa, sukses bikin alur cerita yang menghibur. Dan saya semakin ga ragu ngasih nilai tinggi pas ngeliat skill apa yang didapet Ursa dari demon yang satu ini.

    Nilai 9

    ReplyDelete
    Replies
    1. Syukurlah kalau 8 Beary itu bisa menghibur~ \(o_o)/

      Makasih banyak udah membaca dan berkomen-komen. Tapi saya sendiri ragu apa Ursa mau menggunakan skill barunya itu kelak.

      Sekali lagi, makasih :D

      Delete
  4. Buraa!? Leon dimention, gantungan kunci bentuk wajah dia laku keras!?
    **ketawa ampe ngejungkal**
    Akhirnya misteri tentang motif Thurqk mengadakan turnamer BoR4 terkuak sudah, dia ternyata hanyalah seorang pebisnis.
    XD



    btw, gak nyangka kalo koperasi antar malaikat juga muncul di story bang Hewan~..
    :'D

    ebuset, para Beary melakukan pemberontakan! Sayang sekali bang Hewan nggak sempet gambar mereka, padahal bisa kocak itu...
    XD

    Lalu lalu lalu... scene ngemil sambil nonton pertarungan itu rasanya familiar sekali. Monster malang itu pun berakhir digebukin sampe mampus :'D

    lanjut ke battle scene...

    Ini alih-alih melawan monster (yang dengan mudahnya digebuki sampe mampus, lalu monster burung trio gadis itu juga perannya malah kerasa tenggelam sama para Beardy)
    Ternyata (menurut ane) tensi battle malah kerasa seru waktu Ursa vs para Beary ya, akhirnya boneka sialan itu kena karma juga gegara menghisap jiwa orang-orang, wakakakak :D

    Dan ah ya, ide tentang serangan telur burung (yang secara explicit dijelaskan proses keluar dari lubang pantatnya) itu benar-benar out of the box, gak pernah kepikiran sama w tentang mengendalikan cuaca lewat katalis dari dalam telur :D

    Dan, di bab VII, apakah kedepannya akan terjadi bromance antara Ursa dan Manggale? :p


    akhir kata, Ursa memang jago dalam hal membokong ya~.. :D

    scene favorit : "Yvika pun meniupkan asap rokok berbentuk kepala beruang."
    XD

    Dan upgrade terbaru Ursa tentang telur badai itu sukses bikin w ngakak untuk ke sekian kalinya.
    X'D

    Nilai : Sempurna (Baca : 10)
    Cerita panjang yang bikin pembaca terus penasaran baca sampe ronde berikutnya. Penuh komedi dari gaya bahasa dan perwatakan yang kontras.
    You are deserve it sir,

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tapi telur badai beneran ada di referensi yang saya baca. Bedanya sih, telur itu akan dihanyutkan ke laut ... terus ketika telurnya pecah, laut akan bergejolak oleh badai.

      Yang ini, karena nggak ada lautnya, jadinya saya bikin versi ringkesnya aja. Sekalian diwariskan ke Ursa.

      Peran para Beary memang ingin saya tonjolkan di cerita ini, makanya sampai jadi judul juga. Mungkin nanti bakal ada Ursa versus kawanan Beary lagi, karena toh mereka belum sepenuhnya tunduk sama si boneka :D

      Makasih banyak udah menyempatkan baca entri panjang ini dan menyumbang review serta poin. Akhirnya saya dapat poin 10 lagi, setelah di R2 dan R3 paling banter cuma sembilan koma. Saya jadi terheru :')

      Makasih banyak :D

      Delete
  5. wkwkwkwk opening awalnya asli koplak banget :)) truly marveleous XD

    BTW sekarang gw ngeuh knapa R3 Ursa kmaren agak susah dibaca. Ternyata overdosis gaya koplaknya. kali ini gaya lugas dengan feel ceria lagi humor lebih ngehook buat baca ceritanya.
    however, jujur gw skip2 baca bagian pertarungan dengan Alkonost. seharusnya cool sih karena ngasi liat bagaimana 7 Beary 'ditundukkan' tapi somehow... somehow... gw ngerasa dah bisa ketebak dan ga seenjoy baca pas bagian Ursa vs 7 Beary :/
    (baca: lawan Alknost bagi gw adalah cerita selingan. bukan main point)
    despite that, gw lega Ursa kembali seperti R1 XD
    (baca: mohon maaf, tolong pecat Narator R3 kemarin [sprry] >.< )

    Nilai: 8.5

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih sudah membaca dan berkrisar.

      Porsi duel Alkonost-nya tenggelem oleh battle melawan Beary, yak? Yah, tapi itu juga bagus, sih. Berarti setidaknya saya lumayan sukses menonjolkan peran para Beary itu :D

      Tapi Beary itu belum bener-bener 'ditundukkan', kok. Mereka masih belum sepenuhnya mau dan rela membantu si Ursa.

      Nantikan kisah selanjutnya :*

      Delete
  6. Anonymous2/8/14 01:29

    wkwkwk, sumpah ngakak sewaktu tahu motif bisnis si Tua Thurqk XD

    dan ya ampuuun, si Zany cute banget setelah mewujud jadi teddy bear <3 ada bonekanya beneran ga ya? pingin beliiii >.<

    dari segi cerita, feel-nya ringan dan kocak, bikin betah bacanya walaupun panjaaaaang banget. dari segi battle, hmmmm, kasihan si Alkonost, battle-nya dia masih kurang seru daripada battle si Ursa vs 7 Beary (di bagian Ursa vs Alka juga banyak yg ku-skip)

    dan, sewaktu Ursa dapet kemampuan dari Hell Creature (Alka), sumpah lagi-lagi aku ngakak bacanya. wkwkwk XD

    nilaimu nyaris sempurna (9,5) bung :3

    -Permata Tyas Hapsari- (lagi ga bisa log in)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih banyak Tyas.

      Tapi ternyata dari sekitar 3 komentator, semua mengatakan pertarungan Ursa melawan 7 Beary lebih seru daripada Ursa melawan Alkonost-nya sendiri, yak? Ini akan jadi masukan berharga buat saya.

      Sekali lagi terima kasih banyak sudah menyempatkan diri membaca, berkomen, dan berkrisar~

      Delete
  7. Keparat! Air nyembur dari mulut pas baca kekuatan Alka yang diserap Ursa...
    >,<

    Ini panjang tapi ga draggy, saya bahkan baca terus ga putus sampai selesai. Sangat menghibur, battle last boss-nya juga bagus. Walau kebanyakan karakter yang muncul dan mencuri spotlight dari boneka setan itu, tapi kurasa mereka masing-masing punya peran yang pas di pertarungan ini.

    Score 9

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih banyak sudah mampir membaca, berkomen-komen, serta menyumbang nilai.

      Syukurlah kalau nggak kerasa draggy~

      Semoga para Beary itu tetap menjalankan peran mereka dengan baik di kisah selanjutnya. Uhuuy \(o_o)/

      Delete
  8. Anonymous4/8/14 12:19

    Po:

    Plusnya, narasinya ngalir dgn lancar dan sangat mudah dimengerti. Pertarungannya cukup dinamis dan segar krn ada unsur komedinya, terutama bgt unsur kejutan dapat kemampuan ngakak di akhir.

    Minusnya, Alka bersaudara keovershadow sama 7 Beary, baik itu dari karakterisasi dan sifat maupun battle. Karakter Alkonost di sini cuma sebagai monster jahat yg menyamar dan...jahat. Bahkan Reeh yg bukan jadi tema di R4 ini jauh lebih bersinar sebagai tokoh.

    Dan ngliat kanon besar panitia yg dipelintir jadi komedi, mgkn bnyk yg nganggap ini jg sebagai kelebihan, tapi aku sebaliknya. Kanon besar yg isinya hanya komedi tanpa aspek lain yang jadi sorotan utama...aku kurang sreg dgn alur kyk gitu.

    Nilai 7.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waduh, sepertinya sih kita berdua memang berbeda pandangan, Pak Po. Saya memang nggak terlalu fokus untuk membuat canon yang grandeur seperti yang Pak Po harapkan. (Jangan disamakan dengan canonnya Lazuardi dong, yang settingannya mantap ... punya dua orang tua hebat yang berjuang demi nasib planet, ditambah bumbu-bumbu diskriminasi, lalu akhirnya Lazuardi menjadi makhluk terpilih yang punya konsep skillset super mumpuni >.<).

      Memang, Ursa tetap punya cerita canon, tapi itu saya masukkan sedikit-sedikit saja tiap entrinya. Pun demikian dengan setting canon afterlife-nya, saya rombak agar pas dengan konsep canon netherworld Ursa. Dan sekali lagi, saya masukkan itu semua bertahap, sedikit-sedikit ... agar pembaca (dan saya sendiri) nggak mabok :/

      Di entri ini misalnya, saya baru `menghancurkan` settingan Thurqk dulu. Baru di entri selanjutnya, saya akan memasukkan settingan Thurqk, tentang mengapa dia bisa mengendalikan jiwa dan kematian, dan segala tetek bengeknya.

      Dan, kalau memang Pak Po menganggap settingan afterlife versi saya hanya berisi komedi, ya tak apa-apa. Toh, nggak semua cerita mesti diseriuskan. Lagian, saya kan memang fokusnya di komedi dan battle-nya.

      Lalu, soal entri kali ini .... yap, tokoh utamanya memang Ursa dan 7 Beary, kok. Liat aja di judulnya \(o_o)/ Alkonost dss (dan sister-sisternya) mah cuman alat bagi saya untuk memberi ruang laga bagi Ursa dan ke-7 Beary tsb. Karena saya di sini memang sedang membangun hubungan antara Ursa dan mereka.

      Tapi kalau Pak Po mengharapkan sesuatu yang berbeda dari entri saya, misal canon yang grandeur atau semacamnya, ya maaf-maaf saja. Mungkin sudah nasib saya bakal mentok di angka 7-nya Pak Po :)

      Betewe, terima kasih banyak karena tetap menjadi pembaca setia sejak entri R1-nya Ursa. Komen dan kritikannya bener-bener saya catat kok, sebagai masukan berharga.

      Sekali lagi makasih~

      Delete
  9. manggale jd genit d awalnya, viridian jg bukan kutukan, tp sifatnya nema udah lumayan pas :3
    ceritanya emang terkesan dpanjangin sih kak, jiwanya dkeluarkan trus dmasukin lg, trus musuhnya jg dbanyakin, tp lumayan nunjukin bagian ursa jd ksulitan tanpa jiwa pendukungnya
    mungkin cuman agak jenuh d battlenya sih kak, porsinya lumayan kbanyakan, trus serangan trakhir itu jg mengejutkan, soalnya sempat baca klo sebelumnya ursa khabisan peluru :o
    tp keseluruhan ceritanya asik kak, komedinya jg seru, interaksi karakternya bagus :)
    nilai 8,5

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sifatnya Manggale saya ambil dari impresi saya terhadap entri R1-R2 si Manggale >.<

      Iya, ceritanya panjang karena tokohnya banyak. Dan untuk mengimbangi jumlah Ursa + 7 Beary, maka musuhnya juga dibanyakin.

      Peluru yang habis itu peluru yang ada di senapan. Sewaktu Alkonost kabur, sebenernya Ursario sudah mengisi ulang amunisi senapannya /(o_o)/ ... tapi nggak saya masukin di narasi. Kan dia beli banyak amunisi~

      Terima kasih, Flo, sudah membaca, berkomen, dan menyumbang poin.

      Delete
    2. Dan akhirnya Flo kembali menjadi pengunjung terakhir di lapak saya. Hore! *tebar bunga*

      Delete

Silakan meninggalkan komentar. Bagi yang tidak memiliki akun Gmail atau Open ID masih bisa meninggalkan komentar dengan cara menggunakan menu Name/URL. Masukkan nama kamu dan juga URL (misal URL Facebook kamu). Dilarang berkomentar dengan menggunakan Anonymous dan/atau dengan isi berupa promosi produk atau jasa, karena akan langsung dihapus oleh Admin.

- The Creator -