Pages

June 23, 2014

[ROUND 3 - K16] DEISMO - MANDI BOLA KADANG MEMBUAT ORANG MENJADI GILA

[Round 3-K16] Deismo vs Ucup
"Mandi Bola Kadang Membuat Orang Menjadi Gila"

Written by Overlord Hall

---

Satu lagi ronde telah berlalu. Hvyt membawa Deismo kembali ke Cachani Vadhi untuk menunggu keputusan Thurqk. Satu-persatu peserta kembali dari lokasi pertarungannya dan menanti vonis mereka.

Walaupun semua peserta telah kembali, suasana Cachani Vadhi tetap sepi, tidak ada satupun dari mereka yang bicara satu sama lain. Wajar saja karena perasaan mereka bercampur antara kepasrahan dan keputusasaan.

Dibandingkan penghuni Jagatha Vadhi yang akan diberi kesempatan sekali lagi jika kurang menghibur, para penghuni Cachani Vadhi sama saperti sampah yang siap dilenyapkan kapan saja bila membuat sang dewa kejam bosan.

Setelah penantian yang panjang, kekhawatiran mereka lenyap begitu Hvyt menyeret beberapa peserta ke lapangan Devasche Vadhi untuk dieksekusi. Semua peserta Cachani Vadhi berkumpul di mana layar hologram telah disediakan untuk menayangkan eksekusi Thurqk.

Semuanya terjadi begitu cepat, Deismo dan peserta lainnya menyaksikan semua pembantaian keji Thurqk. Berbagai ekspresi terukir dari para penguni Cachani Vadhi, kemarahan, ketakutan, kebencian, dan berbagai perasaan negatif lainnya.


Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa dalam hati mereka tersimpan sedikit rasa senang, mereka telah menghindari kematian jangka pendek dan bergerak satu langkah mendekati hadiah utama turnamen ini, plus mereka bisa menenangkan diri untuk beberapa saat.

Sayangnya, perasaan bahagia mereka hanya bersifat sementara. Beberapa jam setelah tayangan eksekusi disiarkan, puluhan Hvyt memenuhi langit Cachani Vadhi. Tentu saja tujuan mereka hanya satu, mengantar para peserta ke tempat pelaksanaan ronde ketiga.

***

Para Hvyt mengumpulkan semua peserta di lapangan Devasche Vadhi.  Semua kekacauan yang terjadi pada eksekusi-eksekusi sebelumnya masih terlihat dengan jelas di tempat ini. Hvyt sengaja tidak dibersihkan lapangan ini agar para peserta selalu mengenang kekejaman yang dilakukan Thurqk ketika ia bosan.

Begitu semua peserta dari Jagatha Vadhi & Cachani Vadhi tertata dalam barisan, semua Hvyt berkumpul di depan mereka. Suasana tegang bisa dirasakan di barisan peserta yang berdiri diantara genangan darah dan tulang yang tercecer dimana-mana. Hvyt sengaja tidak membersihkan lapangan itu untuk menanamkan ketakutan dalam hati para peserta.

"Ronde ketiga akan segera dimulai!" salah satu Hvyt berteriak pada barisan peserta.

"Ronde kali ini akan dilaksanakan di Ythana Khauri, tempat terdalam dari Devasche Vadhi," Hvyt melanjutkan penjelasannya.

"Oleh karena itu kalian akan diantar ke sana melalui jalan rahasia yang telah kami sediakan," Hvyt menghentakkan kakinya, lalu tanah di sekitar para peserta mulai bergetar. Dinding-dinding yang terbuat dari jeruji besi menyembul dari dalam tanah, mengurung semua peserta yang masih berdiri dalam barisannya.

Beberapa peserta mulai panik dan mencoba memanjat keluar melalui atapnya yang terbuka, namun para Hvyt segera terbang lalu menodongkan senjata-senjata mereka untuk membuat semua peserta mengurungkan niat mereka untuk kabur dari ronde ini.

Akhirnya tanah yang mereka injak mulai bergerak turun ke bawah bagaikan sebuah lift tanpa atap. Dibalik jeruji besi yang mengelilingi mereka terlihat tembok-tembok tanah yang seperti bergerak ke atas, berlawanan arah dengan lift yang membawa mereka.

Tidak lama kemudian semua  peserta segera merasakan sensasi khas sebuah lift, tubuh mereka terasa ringan seperti akan terbang kapan saja. Beberapa peserta yang belum pernah merasakan lift di realm asalnya sempat takjub dengan sensasi baru yang mereka rasakan ini.

Ada yang tertawa kegirangan, ada yang melompat-lompat mencoba terbang, dengan segera suasana di sana menjadi lebih ceria. Entah mengapa mereka seperti melupakan darah para korban Thurqk yang masih menempel di alas kaki mereka.

Lift mulai meninggalkan permukaan tanah, cahaya dari atas tidak lagi menjangkau mereka, lantai yang mereka injak segera memancarkan cahaya redup berwarna merah untuk memberikan penerangan.

Mata dan mulut Deismo yang bersinar kekuningan bisa menjadi pilihan kedua untuk penerangan, namun fisiknya yang menyeramkan membuat kebanyakan peserta menjauhinya. Entah kenapa paduan antara nyala merah redup lantai dan cahaya kuning dari mata Deismo menciptakan suasana yang sangat menegangkan bagi kebanyakan peserta.

Lift bergerak semakin ke bawah, hingga akhirnya berhenti. Mereka telah sampai di dalam ruangan yang sangat gelap, tidak ada penerangan sedikitpun. Jeruji-jeruji besi yang mengurung mereka mendadak masuk ke dalam tanah, membuat para peserta bingung apa yang harus mereka lakukan selanjutnya.

Tiba-tiba terdengar suara decing logam dari kegelapan di sekitar mereka. Semua peserta menjadi siaga, tapi sebelum mereka dapat bebuat apa-apa puluhan rantai berborgol meloncat ke arah mereka.

Rantai-rantai itu dengan cepat memborgol leher peserta lalu menyeret mereka dengan paksa ke dalam kegelapan. Satu-persatu peserta diseret dalam kegelapan hingga akhirnya tidak ada yang tersisa.

***

Deismo ditarik oleh rantai misterius yang tiba-tiba memborgol lehernya. Tarikan rantai itu sangat kuat, bahkan hampir membuat leher Deismo patah.

Deismo sudah mencoba merusak borgolan di lehernya dengan cakar tajamnya, tapi usahanya gagal, rantai itu lebih kuat daripada yang ia pikirkan. Tidak lama kemudian rantai itu membawanya ke dalam sebuah ruangan gelap, lalu melepaskan diri dari leher Deismo, membuat Deismo terbentur keras dengan dinding.

 Deismo tidak tahu apa yang terjadi, ia mengamati ruangan yang ia tempati saat ini. Ruangan seluas 10 x 10 meter itu sangat gelap dari bawah hingga ke langit-langitnya. Dindingnya terbuat dari batu berwarna hitam, sedangkan lantainya terbuat dari bebatuan yang memancarkan cahaya berwarna merah sama seperti di lift, tapi cahayanya masih tidak cukup untuk menerangi langit-langit ruangan.

Tidak ada apa-apa di dalam ruangan ini, kecuali sebuah podium kecil yang dililit oleh rantai di tengah ruangan, kemungkinan besar rantai itu adalah rantai yang menyeret Deismo tadi. Ada satu lagi rantai terhubung dengan podium yang masih menarik peserta dari sebuah pintu besi yang terbuka lebar.

Tidak lama kemudian seorang bocah ditarik oleh rantai tadi ke dalam ruangan, ia lemparkan bocah yang ia seret ke dinding lalu melilitkan diri pada podium sama seperti rantai yang membawa Deismo.

Anak kecil berkaos hijau itu mencoba berdiri setelah dihantamkan ke tembok, matanya menyapu seluruh ruangan hingga akhirnya matanya melotot kaget melihat sosok besar yang telah menunggunya di dalam ruangan.

"Ibu... a-aku takut...," ia terlihat begitu ketakutan melihat Deismo. Kegelapan ruangan dan cahaya merah dari lantainya membuat cahaya kuning Deismo seseram saat di lift.

Sebaliknya, Deismo justru tidak takut dengan bocah itu tapi rasanya sangat berat baginya untuk membunuh seorang anak kecil tidak bersalah. Deismo benar-benar meremehkan anak kecil ini, ia melupakan fakta bahwa bocah tidak berdaya ini adalah seorang peserta yang telah memenangkan dua ronde sebelumnya.

"Dia ketakutan melihatku, aku semakin ragu untuk membunuhnya," pikir Deismo dalam hatinya, ia segan untuk mengangkat cakarnya untuk membunuh Ucup.

"Bisa aku mulai penjelasannya?" tiba-tiba Hvyt turun dari kegelapan di atas mereka. Ia mendarat di belakang podium yang terletak di tengah ruangan. Deismo dan bocah itu terdiam begitu melihat Hvyt, mereka tidak membalas pertanyaannya sehingga Hvyt menganggap mereka sudah siap.

"Pertama-tama akan aku perkenalkan lawan kalian. Monster besar ini adalah Deismo dan anak kecil ini adalah Ucup," Hvyt memberikan perkenalan singkat pada mereka berdua, meskipun telah mengetahui nama masing-masing mereka masih diam dan ragu untuk memulai percakapan.

"Coba lihat ke atas," perintah Hvyt pada Ucup dan Deismo, mereka berdua segera menengok ke atas. Kurang lebih 10 meter di atas mereka terdapat puluhan obor yang mengelilingi seluruh ruangan. "Ada tiga puluh obor di atas sana. Satu-persatu obor akan padam tiap satu menit."

"Setiap kali sebuah obor padam bola besi yang sangat besar akan dijatuhkan dari atas, seiring waktu berjalan bola-bola ini akan memenuhi ruangan, otomatis menggangu pertarungan kalian dengan permukaannya yang licin."

"Salah satu dari kalian harus mati dalam 30 menit untuk bisa keluar dari sini, bila salah satu dari kalian tidak mati ketika semua obor di sini telah padam kalian berdua akan di diskualifikasi."

"Sebagai akhir dari penjelasan ini, aku mendemonstrasikan kekuatan bola besi yang aku bicarakan tadi," Hvyt segera mengangkat tangan kanannya, bersiap menekan sebuah tombol pada podium di depannya. Wajahnya nampak datar tanpa ekspresi seperti biasanya, tapi entah kenapa tangannya gemetaran.

"INI DEMI DEWA THURQK!!!"  Hvyt berteriak sambil menghantamkan tangannya pada tombol di depannya, tidak lama kemudian terdengar suara gemuruh yang keras dari langit-langit, sayangnya tidak ada yang bisa melihat apa yang terjadi di atas sana karena kurangnya pencahayaan ruangan ini.

BLAMM!!

Tiba-tiba sebuah bola besi hitam jatuh dari atas dan mengenai Hvyt, meremukkan tubuhnya yang besar menjadi gumpalan daging dan darah segar yang terciprat kemana-mana. Semua itu hanya terjadi dalam sekejap.

"AAAHHH!!!" Ucup berteriak histeris melihat kematian mengenaskan yang terjadi di hadapannya, bahkan Deismo terkejut dengan kemunculan bola besar yang sama besarnya dengan badannya itu. Harus diakui kesetiaan Hvyt untuk membahagiakan dewanya benar-benar diluar nalar.

Deismo menjadi siaga dan melihat ke atas untuk berjaga-jaga terhadap bola selanjutnya, tapi walaupun ada obor yang menerangi dari atas mereka, langit-langit ruangan itu terlalu gelap untuk memprediksi kapan dan di mana bola selanjutnya akan jatuh.

"Hm... mungkin aku harus menggunakan sihir itu," Deismo memejamkan matanya dan menfokuskan pikirannya untuk menggunakan sihir pengamat ruangnya, Stationary Observation.

Setelah beberapa detik berkonsentrasi, Deismo berhasil mendapatkan peta 3D ruangan ini tergambar dalam pikirannya sehingga ia bisa memprediksikan kapan dan di mana bola besi selanjutnya akan jatuh.  

Menurut dugaanya, bola selanjutnya akan jatuh di dekat Ucup. Deismo hendak memperingatkan bocah itu, tapi  begitu ia membuka matanya bocah itu terbaring di tanah, pingsan karena melihat kematian Hvyt yang mengenaskan.

"Tidak ada pilihan lain!" dengan segera Deismo merobek jubahnya dan membuat 5 klon berukuran setengah meter. Deismo menunjuk Ucup dan memberi perintah pada kelima klonnya. "Cepat pindahkan bocah itu!"

"Siap!!" para klon Deismo segera berlari ke arah Ucup, melewati kolam darah di tengah ruangan. Dengan kompak mereka menggotong tubuh anak kecil itu ke arah Deismo. Tepat setelah mereka membawanya, terdengar suara "BLAMM!" dari belakang. Satu obor di atas mereka padam dan sebuah bola besi kedua jatuh di tempat Ucup tadi.

"Whew... Hampir saja!" salah satu klon menghela nafas lega. Melihat jatuhnya bola besi yang ukurannya jauh lebih besar daripada tubuhnya. Tidak lama kemudian mereka tiba di tempat Deismo.

"Oke, untuk sementara kita aman," kata Deismo yang melihat klon-klonnya menurunkan anak kecil itu di tanah.

"Sekarang apa yang harus kita lakukan?" tanya salah satu klon mungilnya, Deismo berpikir sejenak, tidak mungkin mereka berdua bisa keluar dari sini dengan selamat. Sayangnya konsentrasi Deismo dipecahkan oleh suara jatuhan bola besi yang mengagetkan mereka.

"B-Bola besi!" teriak salah satu klonnya panik, secara refleks mereka berlima langsung berlindung di balik jubah Deismo. Mereka benar-benar melupakan soal bola besi yang akan berjatuhan seiring waktu berjalan.

Teriakan klon Deismo membangunkan Ucup dari alam pingsannya. Ia kebingungan mendapati dirinya terbaring di lantai yang berpijar kemerahan. Bocah itu lebih terkejut lagi karena makhluk besar yang ia takuti berdiri di tepat di sebelahnya, karena panik Ucup menggunakan gelombang bunyinya. "G-Gelombang bunyi!!"

"Apa yang...?! WWHHHHOOOOOAAAAAA!!!!" Gelombang bunyi Ucup mementalkan Deismo ke udara. Karena tubuh Deismo yang ringan efek dari gelombang bunyi itu menjadi berlipat ganda, menerbangkan Deismo seperti kapas yang ditiup oleh angin hingga beberapa meter di atas Ucup.

"Ah... S-Syukurlah dia menghilang..." Ucup menghela nafas lega karena makhluk besar yang menakut-nakutinya sudah menghilang dari pandangan. Deismo semakin jauh dari Ucup, matanya yang bercahaya kekuningan seakan-akan ditelan oleh kegelapan.

Gelombang bunyi Ucup bisa bertahan selama dua menit, namun tidak diketahui kapan Deismo akan kembali menyentuh tanah karena tubuhnya yang ringan dan lebar akan membuatnya melayang-layang seperti kertas yang dijatuhkan dari ketinggian.

"Apa yang telah kau lakukan?!" Ucup dikejutkan oleh suara kecil yang hampir mirip suara Deismo.

Ucup kembali diselimuti rasa takut, ia pikir hantu besar itu akan marah padanya karena telah memantulkannya jauh ke udara. Ia menoleh ke atas dan berteriak. "M-MAAF!! T-Tolong jangan sakiti aku!"

"Aku tidak akan menyakitimu!"

"B-Benarkah?"

"Tentu saja, tapi tolong lihat ke bawah sini," Ucup menoleh ke bawah. Ia tidak mengerti kenapa ia disuruh melihat ke bawah, matanya kurang jeli untuk melihat dua klon Deismo yang jatuh dari Deismo ketika terkena gelombang bunyi Ucup.

"Bodoh kau! Dia tidak bisa melihat kita!"

"Ah! Aku lupa!"

Ucup kebingungan mendengar suara yang memanggil-manggilnya dari tadi. Tiba-tiba mata Ucup menangkap cahaya kuning dari mata para klon itu. Ucup merinding melihat kedua cahaya aneh para klon. "A-A-Apa kau... cahaya kuning di sana?"

"Iya, benar! Tuh, dia bisa melihat kita!"

"Hanya mata kita..." klon lainnya menambahkan sambil menghela nafas. "Tidak ada pilihan lain, aku akan kembali menjadi kain agar dia dapat melihat kita."

"Oke, baiklah," salah satu dari mereka memberikan semua energi kehidupannya pada klon lainnya. Karena kehabisan energi, klon itu kembali menjadi sobekan kain Deismo. Klon yang tersisa memakai sobekan tadi sebagai jubah, akhirnya Ucup bisa melihat klon yang berpenampilan seperti Deismo versi mini.

Manusia seperti Ucup tidak bisa melihat wujud Deismo ataupun klonnya, tapi ia masih bisa melihat jubah Deismo dan sobekannya. Itulah alasan klon itu memakai sobekan tadi sebagai jubah kecil agar Ucup bisa melihatnya.

"S-Sebenarnya makhluk apa kau ini?" rasa takut Ucup mulai menghilang setelah melihat makhluk kecil yang tingginya kurang lebih sama dengan dua buah penggaris 30 cm ini. Walau jauh lebih kecil dari yang asli,  tapi jauh lebih imut.

"Jangan khawatir, aku hanyalah tiruan dari makhluk besar yang kau lihat tadi, atau lebih tepatnya versi kecilnya, panggil saja Deismo kecil," ujar Deismo kecil pada Ucup. "Jadi biar aku perjelas lagi, aku tidak akan menyakitimu."

"L-Lalu bagaimana cara kita keluar dari sini? Aku juga tidak mau menyakiti siapa-siapa!" tepat setelah Ucup mengatakan kalimat itu sebuah bola besi jatuh di pojok ruangan, untungnya bola itu jauh dari mereka berdua.

"Namamu Ucupkan? Kita bicarakan ini nanti, kita harus mengatasi masalah ini dahulu!" ujar Deismo kecil pada bocah di hadapannya.

"T-Tapi bagaimana caranya?! Bola-bola besi ini tidak bisa di prediksi kejatuhannya!" tanya Ucup pada Deismo kecil. Monster mungil dihadapannya berpikir sejenak, akhirnya ia mendapatkan sebuah ide.

"Ucup, biarkan aku naik ke atas kepalamu!"

"Aku tidak tahu apa yang ingin kau lakukan, tapi aku akan percaya padamu," Ucup memutuskan untuk mempercayai makhluk mungil itu. Ia segera mengangkat Deismo kecil dan meletakkanya di kepalanya. Ucup terkejut karena makhluk kecil itu seperti tidak memiliki berat sama sekali.

"Oke, mari kita mulai... Stationary Obsevation!!" Deismo kecil menutup matanya sambil memfokuskan pikirannya. Ia tidak melihat apa-apa kecuali kegelapan, tapi perlahan-lahan garis-garis cahaya muncul dalam pikirannya, membentuk gambar yang tak beraturan. Setelah sepuluh detik garis-garis cahaya itu membentuk sebuah peta 3D dari ruangan yang ia tempati saat ini.

"Ucup, majulah 7 langkah ke depan!" peritah monster kecil itu.

"1... 3... 5... 7... Oke, sekarang ap..!!" tiba-tiba sebuah bola besi jatuh di tempat mereka tadi berdiri, Deismo berukuran mini ini benar-benar menyelamatkan nyawa anak kecil ini. "H-Hampir saja!"

"Sekarang 3 langkah ke kiri!"

"B-Baik!" sekali lagi perkiraan Deismo kecil tepat sasaran. Sebuah bola besi jatuh di atas bola besi lainnya, membuat reaksi rantai yang memantul-mantulkan semua bola di lantai. Bola dengan bola saling beradu, mengantam tembok dan memantul ke sana ke mari.

Berkali-kali bola besi hampir menggilas Ucup, tapi Deismo kecil selalu memberikan arahan yang tepat pada Ucup akibatnya bola-bola itu meleset atau dihalau oleh bola lainnya. "A-Ajaib!"

Waktu tetap berjalan, mereka berdua melakukan kombinasi yang sempurna dan menghindari kematian mereka dengan mulus. Seharusnya Deismo kecil hanya menggunakan Stationary Observation  setiap 30 detik agar matanya tidak sakit. Selama 3 menit pertama ia tidak apa-apa. Namun, bola besi yang berjatuhan semakin banyak, membuatnya melewati batasannya.

"AAAHH!!! Mataku!!" Deismo kecil mengerang kesakitan, matanya tidak kuat menahan beban dari sihirnya. Kedua matanya sekarang buta, ditambah lagi ia tidak bisa menggunakan Stationary Observation lagi.

"K-Kau tidak apa-apa?" tanya Ucup khawatir pada kawan mungilnya.

"M-Maaf... aku tidak bisa lagi menggunakan sihirku." Deismo kecil memang tidak bisa melihat lagi, tapi menurut perkiraannya sebentar lagi akan tercipta sebuah jalan keluar bagi masalah mereka.

"5... 4... 3... 2... 1... Sekarang! Ucup, berlarilah sekencang-kencangnya ke pojok ruangan yang di sana!!" Tiba-tiba Deismo kecil menujuk pojok ruangan menggunakan perasaannya dan memberikan instruksi pada Ucup walaupun bola-bola besi masih mengamuk di sekitar mereka.

"H-Hah?! T-Tapi...!"

"Percayalah padaku!"

"B-Baiklah!!" Ucup menghela nafas lalu berlari ke arah yang ditunjukkan kawan kecilnya.

"UUUOOOGGGHHH!!!!!!" Ucup bersorak sambil berlari sekencang-kencangnya, logika dalam pikirannya telah ditutupi oleh kepercayaannya pada teman barunya. Bola besi baru berjatuhan dari atas, hembusan angin dan suara tabrakan bola mulai menghantui Ucup, memaksa bocah itu untuk menutup matanya.

"A-Aku harus tetap berlari! Harus tetap berlari!" bocah itu terlalu takut untuk membuka matanya, tapi ia tetap percaya berlari sambil memejamkan matanya. Tiba-tiba salah satu tali sandal Ucup putus, membuatnya tersungkur di tanah.

"T-TIDAK!! AKU TIDAK MAU MATI DI SINI!!" Ucup langsung merasakan ketakutan bahwa dirinya akan mati jika ia tidak berlari, hormon adrenalin dalam tubuh Ucup segera memacu tubuhnya untuk bergerak, ia kembali berdiri lalu berlari lebih cepat dari sebelumnya. 

"AKUTIDAKMAUMATI!!AKUTIDAKMAUMATI!!AKUTIDAKMAUMATI!!" entah apa yang dikomat-kamitkan Ucup dari mulutnya, tapi Deismo kecil mengira itu adalah sejenis mantra untuk mempercepat lari. Bocah itu menutup matanya, ia tidak tahu apa yang di depannya, satu hal yang ingin ia lakukan hanyalah berlari.

Deismo kecil berhasil memulihkan salah satu matanya, lalu ia mencoba mengatakan sesuatu pada Ucup, tapi mantra aneh yang di ucapkan bocah itu membuat suara Deismo kecil tidak terdengar. Akhirnya makhluk mungil itu mengabil inisiatif menjambak rabut Ucup untuk membuatnya berhenti.

"A-A-Aduh!" jambakan ini membuat Ucup kesakitan sehingga ia menghantikan larinya dan membuka matanya. Betapa terkejutnya ia ketika mendapati dirinya hampir menabrak tembok. Ia telah sampai di ujung ruangan seperti yang di katakan makhluk mungil di kepalanya.

"Akhirnya kau berhenti juga, aku sempat khawatir kau akan menabrak tembok itu," Deismo kecil melepas nafas lega, matanya yang baru sembuh langsung melihat pemandangan di belakang mereka. "Lihatlah ke belakang."

Ucup segera melihat ke belakang seperti yang dikatakan Deismo kecil, bola-bola itu telah terhenti. Rupanya lantai ruangan ini telah penuh dengan bola besi sehingga tidak ada ruangan lagi untuk bergerak. Deismo kecil dan Ucup selamat karena berada dalam celah yang cukup lebar di pojok ruangan yang tersisa dari kepadatan itu.

"K-Kita selamat..." Ucup dan Deismo kecil bersandar pada tembok di belakang mereka, melepas senyum kemenangan karena telah lepas dari kematian. Kerja sama mereka telah menyelamatkan mereka berdua. Mereka bisa beristirahat dengan tenang untuk beberapa saat.

***

Sementara itu, Deismo asli berada jauh di atas mereka. Ucup telah mementalkannya hingga mencapai ketinggian 50 meter. Ini semua terjadi karena tubuh Deismo yang tidak memiliki berat, sehingga ia tidak memiliki perlawanan apa-apa melawan serangan tipe dorongan. 

Saat ini Deismo berada pada ketinggian 25 meter, menancapkan cakarnya di dinding dan bergerak turun perlahan. Namun, Deismo tidak tahu kapan dia akan mencapai permukaan tanah. "Sial... kekuatan anak itu benar-benar menyusahkan..."

"Ayo cepat turun!" klon-klon yang menumpang di pundaknya mulai khawatir dengan Ucup yang mereka tinggal di bawah. "Setengah dari obor itu sudah padam! Dia bisa saja mati di bawah sana!"

"Ayo, Turun! Turun! Turun!" dengan kompak mereka bertiga melompat-lompat di pundak Deismo karena bosan. Secara tidak sengaja salah satu dari mereka terpeleset dan jatuh dari pundak Deismo. "A-A-Aku jatuh!!!"  

"AGH!! Deismo, salah satu dari kami jatuh! Cepat tangkap dia!"

"T-Tunggu! Sepertinya kita tidak perlu melakukannya," kata klon lainnya sambil menunjuk klon yang jatuh. Klon yang jatuh tadi tidak terlihat panik, ia justru tertawa kegirangan. Tubuhnya yang tidak berbobot membuatnya melayang-layang bagaikan kapas yang di tiup angin.

"Hore~! Aku terbang!" seru klon itu sambil menikmati keadaannya, ia melayang-layang dengan bahagia di udara.

"AH!! Aku juga mau!!" satu klon Deismo melompat dari punggung Deismo tanpa pikir panjang.

"A-Aku juga ikut!!" satu lagi klon melompat dari punggung Deismo untuk bergabung dengan kedua klon lainnya. Mereka mengambang-ngambang di udara dengan senang, bahkan mereka melupakan Ucup yang tadinya mereka khawatirkan.

"K-Kalian ini...!!" Deismo terlihat kesal dengan perilaku klon-klon kecilnya.

"JANGAN BERSENANG-SENANG TANPAKU!!" Deismo melompat dari dinding yang ia panjat, bergabung bersama klon-klonnya. Sejak awal pola pikir mereka berempat sama, jangan heran bila Deismo juga berprilaku seperti itu.

"Hore! Deismo ikut main!" mereka berempat bermain-main di udara, menikmati suasana terjun bebas yang begitu menyenangkan, tertawa bahagia, dan melupakan masalah mereka.

Sayangnya, kesenangan mereka harus berakhir ketika obor ke 16 padam. Sebuah bola besi di lepaskan dari langit-langit ruangan, mengenai salah satu klon Deismo. Mereka tersadar akan bahaya bermain-main di saat seperti ini, kedua klon yang tersisa segera bergerak mendekati Deismo. "D-DEISMO!! Tolong aku! Aku tidak mau mati!"

"K-Kalau begitu ayo kita merapat ke dinding," kedua klon Deismo mengangguk, mereka melayang perlahan ke dinding di dekat mereka. Setelah itu mereka kembali menuruni dinding tanpa bicara sedikitpun.

***

Sudah 17 menit berlalu sejak pertandingan dimulai, Ucup dan Deismo kecil beristirahat sebentar setelah berhasil selamat dari jatuhan bola-bola besi karena kerja sama mereka.

Bola-bola besi masih berjatuhan, tapi mereka aman di celah yang mereka tempati. Mereka saling menceritakan tentang masa lalu mereka, tujuan mereka mengikuti turnamen ini dan apa yang terjadi di ronde-ronde sebelumnya. Percaya atau tidak mereka telah menjadi teman dalam waktu singkat.

Tiba-tiba sebuah layar hologram muncul pada bola besi di depan mereka, memaksa percakapan mereka berhenti. Layar hologram itu manampilkan Thurqk yang terlihat marah dan bosan pada mereka berdua. "Kenapa kalian hanya berdiam diri di sana? 30 menit itu sudah terlalu banyak untuk kalian, jangan buat kesabaranku habis!"

 "A-Ampun... jangan paksa aku bertarung..." Ucup setengah menangis mendengar bentakan Thurqk. Apalagi bila harus membunuh teman barunya.

"Lantas apa yang akan kalian lakukan? Duduk diam dan menunggu ruangan ini dipenuhi bola besi? Apa yang terjadi dengan kalian? Mana semangat bertarung kalian?" tanya Thurqk dengan kesal pada kedua peserta itu. Mereka berdua, terdiam tidak menanggapinya.

Thurqk tidak lagi berbicara, ia menundukkan kepalanya dan melihat ke bawah. Deismo kecil dan Ucup hampir mengira bahwa Thurqk benar-benar marah pada mereka berdua, hingga akhirnya terdengar suara tawa Thurqk yang perlahan lahan membesar. "Hahaha... AHAHAHAHA!!!"

Thurqk mencoba menahan tawanya, mengambil nafas dalam-dalam dan kembali menatap mereka berdua sebelum ia berteriak. "Aku baru saja menyadari sesuatu yang benar-benar lucu!! Hahaha!"

Thurqk kembali menahan tawanya, jelas sekali ada keinginan untuk membuat mereka membunuh satu-sama lain terukir dalam senyumnya. "Alasan kalian tidak ingin bertarung satu sama lain adalah karena kalian berteman, saling percaya satu-sama lain."

"Bagian lucunya adalah kalian mempercayai seseorang yang bahkan belum sampai 20 menit kalian kenali, terutama kau bocah!!" Thurqk menunjuk Ucup dengan senyum jahat, tapi keseriusan dapat dilihat di mata Thurqk. "Asal tahu saja, monster inilah yang telah menjerumuskan hidupmu dengan membunuh.... ayahmu!!"

"A-Apa?!" Ucup kaget bukan main mendengar ucapan Thurqk. Ia menatap teman kecilnya dengan rasa tidak percaya. Ucup tidak terlalu ingat tentang ayahnya, tapi kata ibunya pria itu telah menelantarkan mereka berdua. Namun, Ucup tidak mau percaya begitu saja, ia yakin ayahnya bukanlah tipe pria kurang ajar yang tega membiarkan keluarganya mati kelaparan. 

"Beberapa tahun silam ayahmu meninggalkan keluargamu dan pergi ke kota besar untuk mencari pekerjaan," Thurqk memulai ceritanya, mata dan telinga Ucup terpaku pada layar hologram di depannya. "Ayahmu itu orang yang hebat, hanya dalam seminggu di sana ia mendapatkan pekerjaan yang layak dan hendak mengabari keluargamu."

"Namun, malam hari ketika ia hendak pergi ke kantor pos, seekor monster membunuhnya, lalu ia membawa mayat ayahmu ke realm asalnya untuk bahan eksperimen tuannya. Setelah berbulan-bulan tidak mendapat kabar, akhirnya ibumu mengira bahwa ayahmu telah menelantarkanmu lalu voila beginilah akhirnya."

"T-Tidak mungkin..!!" Deismo kecil ditindih rasa bersalah yang sangat besar, dulu Deismo telah membunuh dan menangkap banyak makhluk dari realm untuk penciptanya, tapi ia tidak pernah menyangka teman barunya ini adalah anak dari salah satu korbannya.

"Menyedihkan bukan? Jika saja monster ini tidak membunuh ayahmu mungkin kau tidak akan di sini, hidup dengan layak, bersekolah di SD yang selalu kau lihati ketika mengamen, hidup bahagia dengan kasih sayang orang tuamu," Thurqk menghujani Ucup dengan kata-kata yang memancing rasa dendamnya, ekspresi di muka Ucup mulai terisi dengan kemarahan seperti keinginan Thurqk.

"Dan yang terakhir..." Thurqk diam sejenak untuk menikmati ekspresi wajah Ucup yang penuh dengan rasa penasaran dan keputusasaan, akhirnya Thurqk tersenyum dan mengatakan kebenaran yang ia simpan di mulutnya. "...ibumu tidak harus mati."

Ucup lebih terkejut lagi begitu mendengar bahwa ibunya telah mati, Ucup selalu berpikir bahwa ibunya menghilang sejak preman-preman menyerang kios ibunya. Kini ia dihadapkan dengan kabar bahwa sang malaikat cantik yang selalu menjaga, menyayangi dan melindunginya telah meninggalkannya.

"Oh, maaf kau pasti belum tahu ya? Ibumu mati saat kios ibumu diserang oleh sekelompok preman mabuk," kata Thurqk, air liur secara tidak sengaja mengalir dari mulutnya. "Benar-benar kejadian yang sadis, aku merekamnya dan masih menyimpan videonya, mau lihat?"

"HENTIKAN!!" Ucup muak dengan perkataan Thurqk, ia tidak mungkin percaya bahwa makhluk yang telah menolongnya ini adalah pembunuh kejam yang telah menghancurkan hidupnya dengan merenggut nyawa ayahnya.

"Kenapa? Aku hanya mengatakan kebenaran, atau kau lebih suka diselimuti oleh kebohongan yang membuat martabat ayahmu turun?" Thurqk berkata dengan santai, senyuman jahat di wajahnya semakin melebar melihat kemarahan Ucup.

"Kau bohongkan?" Ucup jatuh lemas ke tanah dengan posisi sujud, bocah itu memandangi tanah dengan rasa tidak percaya, air mata menetes deras dari matanya.

"K-Kau tidak akan melakukan sesuatu seperti itukan, Deismo?!" tanya Ucup. Makhluk kecil yang duduk di atas kepala Ucup tidak tahu harus berkata apa, ia hanya terdiam, tidak menanggapi pertanyaan Ucup.

"Kenapa kau diam Deismo?! Katakan sesuatu! Aku... Aku tidak ingin mempercayai omongan dewa pembohong ini!" Ucup memukulkan tangannya ke tanah, kecrekannya yang masih ia pegang di tangan kanannya terlihat seperti hampir patah dalam genggamannya.

Deismo kecil bisa merasakan kemarahan, kesedihan dan rasa tidak percaya terkumpul dalam hati Ucup. Monster mungil ini ketakutan karenanya, dia tidak tahu apa yang harus ia katakan pada Ucup.

"Kau masih tidak percaya?! Kalau begitu lihatlah ini!" Layar hologram di hadapan mereka berganti menjadi sebuah video yang menampakkan kejadian yang sama dengan cerita Thurqk, bahkan Ucup bisa mengenali wajah ayahnya dari kualitas video yang tinggi.

Pria di video itu sama seperti foto ayahnya yang pernah ditunjukkan oleh ibunya. Ucup tidak kuat lagi berdiri dengan kondisi mentalnya, kakinya menjadi loyo dan membuat Ucup terduduk di tanah sambil menangis.

"Deismo... kumohon katakan... semua ini bohong..."

"Aku tidak mau mempercayai semua ini...."

"K-Kau telah menolongku untuk melewati semua bola besi itu, bahkan kau menghentikanku sebelum aku menabrak tembok." Ucup mencoba menolak bukti-bukti yang di tunjukkan Thurqk, air matanya membasahi lantai yang bersinar kemerahan. "J-Jika D-Deismo memang seorang pembunuh, mana mungkin dia akan menolongku?!"

"Oh? Apa kau tertipu oleh sosok mungil di atas kepalamu itu? Deismo yang sesungguhnya adalah monster besar yang sudah kau takuti sejak di lift." Thurqk mengingatkan Ucup tentang wujud asli Deismo. Memang benar Ucup hampir melupakan sosok asli Deismo yang ia takuti hanya karena ia melihat Deismo kecil.

"DIAM!! Aku tidak mau mendengarkanmu!" Ucup menutup kedua telinganya, ia tidak mau lagi mendengar ocehan Thurqk. "KATAKAN SESUATU, DEISMO!!"

Deismo kecil tidak terlalu mengingat kejadian di masal lalunya, tapi ia tidak ingin berbohong pada temannya, ia harus mengakui perbuatannya dan mengatakan apa yang ia tahu. "M-Maaf, a-aku memang membunuhnya."

Ucup syok mendengar pernyataan Deismo kecil, makhluk mungil yang menyelamatkannya,  menolongnya, ia percayai, ia jadikan teman adalah iblis yang menjerumuskan hidupnya ke dalam kesengsaraan. "Tidak mungkin..."

"A-Aku sudah cerita padamukan? Aku terpaksa melakukannya, kalau tidak penciptaku tidak akan memanjangkan umurku..."

"Kau bercandakan?!" Ucup menyela perkataan Deismo kecil, nada suaranya lebih tinggi daripada sebelumnya. "Kau menukar semua kebahagiaanku hanya untuk memperpanjang umurmu?! Kalau begitu kau... kau... seharusnya..."

Ucup mengambil nafas dalam sebelum ia berteriak. "...MATI SAJA!!!"

Teriakan itu menggema di seluruh ruangan, Deismo kecil merasa seperti ditusuk oleh ribuan pisau di dadanya. Perasaan dendam telah mekar dalam hati Ucup. Thurqk tersenyum melihat biji dendam yang ia tanamkan telah tumbuh menjadi bunga yang indah.

"HAHAHAHA!!" Thurqk melepaskan tawa yang meledak-ledak melihat reaksi mereka berdua, selama beberapa saat ia terus tertawa terbahak-bahak hingga akhirnya ia menutup mulutnya.

"Benar! Itulah reaksi yang kuinginkan darimu, Ucup!" Thurqk tersenyum bahagia, ia benar-benar senang melihat ekspresi Ucup yang tenggelam dalam rasa tidak percaya, seakan-akan dia tidak akan mempercayai siapapun  setelah kejadian ini.

"Selamat Ucup, kau masuk dalam jajaran peserta favoritku! Kau telah membuatku tertawa hingga perutku sakit, oleh karena itu aku akan memberikan penawaran khusus untukmu!" Ucup mengangkat kepalanya dari tanah dan melihat ke arah Thurqk.

"Aku akan memberikan bonus padamu jika kau memenangkan turnamen ini! Akan aku hidupkan kembali kau, ayahmu, ibumu dan kau akan bangun dari kematian seakan-akan semua yang kau alami hanya mimpi!" Thurqk memberikan tawaran yang sangat hebat pada Ucup, bocah itu seperti melihat sepercik harapan dari tawaran Thurqk.

"B-Benarkah?" Ucup bertanya untuk memastikan ia tidak salah dengar. Dengan cepat ia bangkit dari posisi sujudnya lalu berdiri menatap Thurqk, Deismo kecil yang tidak menduga pergerakan yang tiba-tiba ini membuatnya jatuh dari kepala Ucup.

"Jangan kau ragukan janjiku karena sesungguhnya aku tidak pernah mengingkari janji-janjiku. Namun, ada syarat yang harus kau penuhi selain memenangkan ronde ini."

"A-Apa yang harus aku lakukan?! Beritahu aku!" Ucup bertanya dengan penuh antusias.

"Bunuh makhluk kerdil itu," kata Thurqk sambil menunjuk Deismo kecil, dengan kata lain Ucup harus membunuh kedua makhluk itu, Deismo asli dan Deismo kecil. Tentu saja hal ini membuat Deismo kecil ketakutan membayangkan Ucup akan membunuhnya.

Ucup menatap Deismo kecil yang baru saja terjatuh dari kepalanya, bocah itu terdiam sejenak memikirkan apa yang harus ia lakukan. "Aku telah membuat keputusanku..."

Bocah itu mengarahkan kecrekannya pada makhluk mungil yang memandanginya dari tanah. "Aku akan membunuh semua peserta yang menghalangi jalanku, memenangkan turnamen ini, menghidupkan kembali ayah dan ibu, setelah itu semua ini akan berakhir..."

Ucup segera menangkap Deismo kecil dengan kedua tangannya, makhluk kecil yang masih terkejut itu tidak mendapatkan kesempatan untuk menghidar dan terjebak dalam cekikan Ucup. "U-Ucup jangan terpengaruh kata-katanya!"

"D-DIAM KAU!! I-Ini semua cuma mimpi buruk!" Ucup segera menguatkan cengkramannya. Namun, terima kasih pada potongan jubah yang dipakai Deismo kecil, ia bisa menggunakan perisai sihir untuk melindunginya dari cengkraman Ucup.

"Begitu ini semua selesai, aku akan terbangun di kasur bersama ayah dan ibuku, mereka akan memelukku dan mengelus kepalaku lalu bertanya apakah aku bermimpi buruk. Setelah itu mereka akan membuatkanku secangkir teh hangat untuk menenangkanku, lalu aku akan sarapan, pergi ke sekolah, belajar dengan giat dan bahagia untuk selamanya..." Bocah itu tersenyum sambil menangis, kedua tangannya gemetaran seakan-akan melakukan sesuatu yang bertentangan dengan hatinya.

"Akhirnya aku bisa melihat percikan api pertempuran, baiklah tidak rugi aku menggangu kalian sebentar." kemudian layar hologram itu menghilang bersama wajah Thurqk yang terlihat sangat senang.

Deismo kecil semakin panik, perisainya tidak cukup kuat untuk melindunginya. Perlahan-lahan perisainya semakin retak hanya karena kekuatan tangan Ucup.

"Ucup! Tolong hentikan, aku tidak mau mati!" makhluk mungil itu memohon agar nyawanya diampuni, namun teriakannya tidak di hiraukan. Ucup, pengamen cilik yang periang, ceria, murah senyum dan tawa kini telah tiada.  

Kegelapan Thurqk telah merasukinya dan mengubah Ucup menjadi sosok yang tidak ragu untuk membunuh. "Ah.. kau hanya bagian dari mimpiku, tapi kau berisik sekali. Tidak bisakah kau diam dan mati dengan cepat?"

"TOLONG MAAFKAN AKU!!" Deismo kecil semakin panik lagi, perisainya tidak akan bertahan lama. Jika perisainya hancur, tubuhnya yang rapuh tidak mungkin selamat dari cekikan Ucup. Deismo kecil menjadi pasrah karena Ucup hanya menatapnya dengan dingin.

"Ucup... hanya sekali ini... MAAFKAN AKU!!!" monster mungil itu menampakkan sisi jahatnya, ia menusuk kedua telapak tangan Ucup dengan cakarnya yang kecil, namun sangat tajam. Cakarannya menembus tulang di telapak tangan bocah itu, darah segera menyembur dari tangan Ucup, membasahi Deismo kecil dengan darah Ucup.

"AAAHHH!! SAKIT!! SAKIT SEKALI!!" Ucup mengerang kesakitan karena luka serius di kedua telapak tangannya. Ia terpaksa melepas Deismo kecil dari cengkramannya. Ucup memandangi makhluk kerdil yang bermandian darah itu dengan tatapan kebencian.

"Akhirnya kau menampakkan sisi jahatmu, jadi yang dikatakan dewa itu benar, KAU ADALAH PEMBUNUH!!" teriak Ucup pada Deismo kecil.

"Aku kira kita bisa menjadi teman... lalu menyelesaikan pertandingan ini tanpa kekerasan, tapi ternyata aku salah!" Deismo kecil segera berlari ke belakang Ucup dan memotong urat keting di kaki Ucup, membuatnya ambruk di tanah dan tidak bisa berdiri.

"K-Kurang ajar!!!" Ucup mencoba meraih kecrekannya menggunakan tangannya yang terluka parah, namun Deismo kecil menyadari usaha Ucup dan makhluk kecil itu segera merusak kecrekan Ucup, menghancurkannya menjadi kepingan-kepingan kecil.

Deismo kecil sudah hampir membunuh Ucup, namun rasa ragunya membuat niat membunuhnya padam. Ia memutuskan untuk menyerahkan sisa pertarungan ini pada Deismo asli, Deismo kecil menciptakan tangga es pada bola besi di dekatnya, bola api tercipta di tanganya sebagai efek dari thermokenesis.

Deismo kecil segera memanjat bola itu, lalu berjalan ke tengah ruangan, berharap bisa melihat kedatangan Deismo asli karena kondisi matanya melarangnya untuk menggunakan Stationary Observation.  "Aku akan kembali ke sini untuk memenangkan ronde ini."

"SIAL!! SIAL!! SIAL!!" Ucup berteriak kesal, ia tidak bisa menggerakkan kakinya karena otot yang ia gunakan untuk menggerakkan kakinya kini terputus. Bocah itu memukul-mukul tanah karena tidak terima dengan kekalahannya.

"Sepertinya kau sedang dalam masalah, Ucup," layar hologram yang menampakkan wajah Thurqk kembali hadir di depan Ucup. Bocah itu memalingkan wajahnya karena ia merasa telah gagal untuk memenuhi kesepakan mereka. "Oh? Kau pikir aku akan meledekmu karena jatuh terluka sebegitu parahnya?"

"Tidak, jangan khawatir. Aku sudah bilang kalau kau masuk dalam jajaran peserta favoritku, iyakan?" Thurqk berkata dengan santainya, ia masih menaruh harapan pada Ucup, berharap anak itu menangkan ronde ini. "Oleh karena itu akan aku beri kau kesempatan sekali lagi."

Thurqk menjentikkan jarinya, dari luka-luka Ucup tadi berkobar api berwarna merah gelap. Api itu tidak panas, tidak melukai Ucup, justru api-api itu menyembuhkan luka Ucup. Dalam sekejap Ucup sembuh dari kesakitannya, bahkan sekarang ia bisa kembali berdiri. "Bagaimana Ucup? Apa masih ada yang sakit?"

"Kecrekanku..." Ucup menunjukkan kecrekkannya yang rusak dihancurkan oleh Deismo kecil, Thurqk tertawa kecil sebelum menjentikkan jarinya lagi. Api membakar kecrekan di tangan Ucup, sama seperti lukanya, kecrekan itu kembali menjadi seperti sedia kala.

Ucup segera melepaskan gelombang bunyi ke tanah, gelombang bunyi itu memantul kembali padanya dan mementalkan anak kecil itu ke atas, mengeluarkan Ucup dari persembunyiannya. Ia mendarat di atas bola besi dengan selamat.

Tanpa basa-basi lagi, Ucup mencoba berjalan melewati bola-bola besi di hadapannya untuk mencari Deismo kecil.

Bola-bola besi itu sangat licin, Ucup terpeleset dengan tidak sengaja dan kepalanya langsung menghantam bola besi di bawahnya. Untungnya Ucup tidak jatuh terlalu keras sehingga luka di kepalanya tidak parah.

"S-Sial... licin sekali..."Ucup tidak tahu apa yang harus ia lakukan untuk melewati semua bola gila ini. Ia duduk dengan hati-hati di tampat ia jatuh untuk memikirkan cara untuk menemukan Deismo kecil.

Ruangan ini semakin gelap,  karena lantainya tertutup oleh bola besi, cahaya merah dari celah-celah bola besi dibawah Ucup adalah yang menemani Ucup saat ini. Ditengah kegelapan itu, Ucup menyadari sepasang cahaya kuningan yang berlari-lari diantara kegelapan.

"Itu dia!!" Ucup berseru, ia yakin cahaya itu berasal dari mata Deismo kecil. Makhluk itu seperti berputar-putar kebingungan dalam kegelapan, melihat kelengahan monster mungil itu Ucup membidikkan kecrekannya.

Ucup sudah hampir menembakkan gelombang bunyinya pada Deismo kecil, tapi tangannya mulai gemetar. Hati Ucup melarangnya untuk menyakiti makhluk mungil itu, mereka berdua memang baru bertemu 20 menit lalu, tapi ikatan persahabatan yang tercipta dari kerja sama mereka menghadapi kematian telah berakar dalam hati Ucup.

"A-Apa yang aku pikirkan?!" Ucup berteriak dalam pikirannya, hati dan pikirannya berbenturan. Ia menjatuhkan kecrekannya, kedua tangannya memegangi kepalanya yang merasa pusing karena kebimbangannya."Begitu aku membunuhnya semua akan berakhir! Semua ini akan berakhir bagaikan mimpi, aku akan mengakhiri hidup penuh siksaan ini!"

"Halo, Ucup. Apa kau melihat klonku?" Sebuah suara mengagetkan Ucup, tidak sengaja bocah itu memenyenggol kecrekannya sehingga kecrekan itu meluncur ke dalam sela-sela bola besi.

Perlahan-lahan Ucup menolehkan wajahnya. Ketakutan terlukis di wajahnya begitu ia melihat makhluk besar berdiri di belakangnya dan memandang ke arahnya dengan matanya yang bersinar kuning.

***

Setelah sekian lama menuruni dinding, akhirnya Deismo asli berhasil mendarat di bawah. Bola-bola besi sudah menutupi seluruh permukaan lantai ruangan ini, tentu saja pencahayaan di sini semakin berkurang. Satu-satunya yang bisa di jadikan penerangan hanya sisa-sisa cahaya yang keluar dari celah-celah diantara bola besi dan obor-obor yang masih meyala di atas mereka.

Deismo segera mencari klon yang ia kirimkan untuk menemani Ucup beberapa saat lalu. Ia memejamkan matanya dan menggunakan sihir pengamat ruangnya. "Stationary Observation."

Dalam beberapa detik Deismo berhasil mendapatkan peta 3D ruangan ini tergambar dalam pikirannya sehingga ia mengetahui lokasi klonnya sekaligus lokasi Ucup. Deismo memutuskan untuk  menemui Ucup terlebih dahulu karena lokasinya yang tidak jauh dari Deismo. Makhluk besar itu langsung melangkah melewati bola-bola besi di bawahnya dengan hati-hati.

"Halo, Ucup. Apa kau melihat klonku?" sapa Deismo dengan ramah begitu ia sampai di belakang Ucup. Bocah itu kaget karena sapaan monster besar yang tiba-tiba muncul di belakangnya, dengan tidak sengaja ia menjatuhkan kecrekannya.

"Oh, maaf. Aku tidak bermaksud untuk menakut-nakuti..."

"MENJAUHLAH DARIKU!!" teriakan Ucup menyela permintaan maaf Deismo. Ia segera merangkak menuju menjauh dari Deismo. Makhluk besar itu dengan tenang berjalan mendekati Ucup.

"H-Hei, jangan khawatir aku tidak akan...!" kaki Deismo terpeleset oleh bola besi di bawahnya membuat makhluk besar itu tengkurap di tanah, tapi kesialan tidak berhenti di sana. Tiba-tiba sebuah bola besi menimpa Deismo.

Bola besi itu meremukkan tubuh bagian bawah Deismo, harus diakui kekuatan bola besi itu cukup hebat, bahkan perisai sihir Deismo tidak berkutik melawannya. Kebanyakan energi kehidupannya merembes keluar dari bagian tubuhnya yang remuk, untungnya energi kehidupan yang berada di tubuh bagian atasnya tidak merembes keluar. "S-Sial!"

"Deismo! Apa kau tidak apa-apa?" tanya salah satu klonnya yang khawatir dengan keadaan Deismo, ia tidak ingin kejadian di ronde sebelumnya terulang kembali. Kedua klonnya mencoba mendorong bola besi di atas Deismo, tapi kekuatan mereka tidak cukup untuk mendorong bola licin itu.

Ucup baru saja mengambil kembali kecrekannya, ia melihat kebelakang dan menemukan kondisi Deismo yang kritis. Ini adalah kesempatannya untuk membunuh lawannya, tidak seperti sebelumnya, kini ia tidak ragu membunuh makhluk besar di hadapannya.

"Selamat tinggal, Deismo." Ucup membidik kepala Deismo dan melepasan gelombang bunyinya, tapi secara tidak sengaja salah satu klon menghalau gelombang bunyi itu, membuatnya memantul dan mendorong bola besi yang menimpa Deismo.

"A-Apa yang kau lakukan barusan?!" klon Deismo menjadi waspada karena bocah ini telah membunuh salah satu temannya. Ucup tidak menghiraukan pertanyaan klon itu dan menembakkan gelombang bunyinya sekali lagi.

Tembakan terakhir itu membunuh klon terakhir Deismo dan membuka kerudung jubahnya. Dengan tidak sengaja Deismo menatap wajah Ucup, mereka melihat wajah satu-sama lain. Sihir di muka Deismo mulai terbuka. "Agh... sial!! Kenapa harus sekarang?!"

Deismo telah memasuki mode gila, hatinya dibanjiri oleh hastrat membunuh, matanya tidak lagi bersinar. Makhluk itu segera mengguakan kedua tangannya untuk melompat dari pandangan Ucup.

Mata kuning Deismo tidak terlihat lagi, Ucup tidak bisa melihat lokasi Deismo lagi. Ia pikir Deismo melarikan diri ke sekitar. Pandangan Ucup langsung menyapu seluruh sudut ruangan untuk mencari mata bercahaya Deismo.

Ucup melihat jubah besar Deismo melayang-layang di udara, ia membidik jubah itu lalu melepaskan gelobang bunyinya, sayangnya Ucup hanya menembak udara kosong. Deismo baru saja melepasakan jubahnya, sekarang Ucup tidak akan mengetahui lokasinya.

"S-Sial! Dimana kau?!" Bocah itu tidak bisa melihat targetnya, ia terus-menerus mencari Deismo, tapi tidak menemukannya.

Tiba-tiba lengan kiri Ucup terhempas ke udara. Darah mengalir keluar dari pundaknya, Ucup berteriak histeris karena lenganya terputus untuk alasan yang tidak ia ketahui. Ucup ingin berlari meninggalkan tempat ini, tapi entah bagaimana kaki kanannya tiba-tiba terputus sama seperti tangannya.

Ini semua adalah ulah Deismo yang menyerangi Ucup dengan kedua cakarnya. Makhluk besar itu memang memiliki keunggulan karena ia tidak terlihat dan bisa bertarung dengan hebat. Sekarang Deismo hanya perlu satu serangan untuk mengakhiri Ucup. Ia mengayunkan cakarnya sekuat tenaga, tapi tiba-tiba sesuatu menghalangi serangannya.

Sesosok makhluk kecil berdiri di antara Ucup dan Deismo, ia memakai jubah besar yang dilemparkan oleh Deismo sehingga ia bisa menggunakan perisai sihir milik Deismo. Dengan menggunakan perisai itulah ia dapat menahan serangan Deismo.

"K-Kau... K-Kenapa kau menolongku?" Ucup terkejut melihat makhluk kecil yang menyelamatkannya itu, tidak salah lagi, makhluk itu adalah monster mungil yang hendak ia bunuh beberapa saat lalu.

"Maaf, aku telah menghancurkan hidupmu, aku benar-benar menyesal!" monster mungil itu memeluk Ucup dengan rasa bersalah. "Aku akan membantumu membangun ulang hidupmu! Silahkan bunuh aku."

Ucup terkejut mendengar perkataan makhluk kecil ini, ia menyesali perbuatannya, bahkan hendak memberikan hidupnya untuk memperbaiki kesalahannya. Tiba-tiba Ucup tersadar, apakah ia menginginkan semua yang telah ia alami menjadi sebuah mimpi?

"Kau tidak perlu melakukan itu..."

"K-Kenapa?"

"Aku tidak ingin semua kenangan baikku menghilang sebagai mimpi, lebih baik aku mati dengan semua kenanganku daripada melupakan semuannya. Hidup yang aku jalani memang susah, tapi aku benar-benar senang bisa bermain dengan kalian semua."

"Ujang, Nina dan Angga, mual Kolek, kak Rafa, Alvin, Luna, bahkan kau, Deismo."

"Aku senang... benar-benar senang... tapi sekarang aku lelah... aku mau tidur sebentar... lalu bermain lagi dengan kalian semua...." Ucup memejamkan matanya dengan senyuman di wajahnya, sekarang ia tertidur pulas, jantungnya berhenti berdetak, dan ia berhenti bernafas. Ucup mati karena kehabisan darah.

Obor terakhir di atas mereka telah padam, Hvyt segera membuka pintu ruangan dan mengumumkan Deismo sebagai pemenangnya.

4 comments:

  1. Makin ke sini klon Deismo jadi makin dapet lebih banyak peran, ya.

    Kayak kebanyakan entri lain, saya udah ngira Deismo sama Ucup bakal jadi cerita yang ga langsung berantem. Campur tangan Thurqk yang keliatan cukup pilih kasih itu lumayan buat ngegerakin Ucup, tapi akhirannya rada inkonklusif buat saya. Ucup terlalu gampang sadarnya, apalagi yang berkorban cuma klon Deismo yang ga sebanding sama Deismo asli...

    Meski begitu, overall saya lebih bisa menikmati ini daripada entri lawan.

    Shared score dari impression K-16 : 7,1
    Polarization -/+ 0,7
    Karena saya lebih suka entri Deismo, jadi entri ini saya kasih +0,7

    Final score : 7,8

    ReplyDelete
  2. Saya terpancing membaca entri ini lebih dulu karena judulnya yang lumayan aneh... " MANDI BOLA KADANG MEMBUAT ORANG MENJADI GILA"

    Ceritanya sangat menarik, apalagi ketika Ucup bertekad membunuh Deismo yang telah membunuh ayahnya, tapi endingnya terasa kurang lengkap, seakan ada bagian yang dipotong setelah Klon Deismo melindungi Ucup dari Deismo.

    Dan... Sepertinya Klon Deismo telah mengambil posisi karakter utama dalam dua entri terakhir.... jadi mulai entri berikutnya nama OC bukan "Deismo" tapi "Klon Deismo" #Digampar_Authornya :v

    Nilai dari saya : 8

    ReplyDelete
  3. Entri ke-27… hehehe…
    Dan ah.. judulnya… sesuatu. Mandi bola :v
    Lanjut kak…
    Saya tertarik dengan penggunaan klon di sini. sedikit banyak mengingatkan saya dengan carol di R2 kemaren. Tapi, di sini, eksekusinya lebih baik. Dan saya suka. Penggunaan kata2 yg fontnya besar itu (plus bold) sebenarnya sah2 aja kak, tapi lebih baik jika dihindari dalam penulisan resmi. Kan kalau kita mau ngirim tulisan, mereka selalu punya format tertentu kan?
    Battlenya menarik. Tapi, masih banyak yg bisa digali dari entri ini.
    Untuk nilai, saya ngasih: 7.5
    Semangat kak :3

    ReplyDelete

Silakan meninggalkan komentar. Bagi yang tidak memiliki akun Gmail atau Open ID masih bisa meninggalkan komentar dengan cara menggunakan menu Name/URL. Masukkan nama kamu dan juga URL (misal URL Facebook kamu). Dilarang berkomentar dengan menggunakan Anonymous dan/atau dengan isi berupa promosi produk atau jasa, karena akan langsung dihapus oleh Admin.

- The Creator -