Pages

June 22, 2014

[ROUND 3 - K12] NIM IMANUEL - INI BARU AWAL

[Round 3-K12] Nim Imanuel vs Flager Ivlin
"Ini Baru Awal"

Written by Yuu

---

"Bagaimana? Apa yang kau lihat tentangku di masa depan??"
Di atas bukit yang tak jauh dari kota, seorang gadis kecil tersenyum antusias pada bocah lelaki di depannya. Sore itu suasana terasa begitu hangat. Biasan cahaya jingga dari sang mentari terlihat begitu memukau dari sudut ini.
Si bocah lelaki tersenyum tipis. Diamatinya rambut merah si gadis kecil yang tengah dimainkan oleh angin, membuatnya tampak melambai dengan lembut.
"Nim~ jawablah!" desak si gadis kecil.
Si bocah lelaki, Nim, menghela napas. Ia benar-benar ragu untuk menjawabnya.
"Tidak lama lagi kau akan..."
...mati.
Lidah Nim mendadak kelu. Tidak mungkin ia mengatakannya segamblang itu. Haruskah ia mengatakan tentang takdir mengerikan itu? Mungkin saja setelah mengatakan hal itu, si gadis kecil akan membencinya karena telah mengatakan hal yang terdengar begitu konyol.

Tapi jika ia mengatakannya, apakah si gadis kecil akan percaya? Seperti yang selama ini si gadis kecil lakukan?
"Kau akan ... memiliki seorang adik."
Mata si gadis kecil membulat, berbinar penuh rasa senang.
"Sungguh?! Seperti apa dia??"
Nim mendongak, menatap awan kemerahan yang bergerak perlahan di langit. Tiba-tiba, matanya yang hitam kelam tampak berkilat biru sesaat. Dan di waktu yang singkat itu beberapa kilasan kejadian di masa depan berkelebat dalam pandangannya.
"Kau pasti tidak ingin mengetahuinya," ujar Nim menerawang.
"Eh~? Kenapa?"
Nim mendengus lantas tersenyum.
Karena adikmu adalah titisan iblis, batinnya.
Nim menoleh pada gadis kecil itu kemudian memamerkan senyum lebarnya.
"Nanti juga kau akan mengetahuinya. Kalau kuberitahu sekarang, nanti jadi tidak seru lagi."
"Aih ... ayolah, Nim~!"
"Berisik. Aku tidak akan terpengaruh lagi, meski kau memohon-mohon sekalipun, tak akan kuberitahu."
Gadis kecil itu menggembungkan pipi dengan kesal. Ia pun bangkit berdiri dan melangkah menjauhi Nim sambil menghentak-hentakkan kakinya.
Nim mengamati punggung gadis kecil yang perlahan menjauh itu sambil tersenyum. Matanya kembali bercahaya kebiruan sesaat, membuatnya mengernyit seolah apa yang baru dilihatnya adalah sebuah mimpi buruk.
"...takdir memang kejam," lirihnya.
***
"...jadi, untuk menghentikan takdir mengerikan yang akan dialami si gadis kecil, kau justru mengorbankan takdirmu sendiri?"
Di dalam sebuah ruangan bawah tanah dengan penerangan minim dari sebuah boneka penyihir, yang seharusnya menjadi arena bertarung sampai mati, Nim justru mencurahkan seluruh kegundahannya saat ini pada sang lawan. Beruntunglah karena sang lawan adalah pemuda yang baik dan dengan senang hati mendengar penuturan Nim.
"Hmm, tapi bukankah sejak awal seharusnya kau jujur saja padanya?"
Nim menggeleng kuat-kuat, "Dia adalah titisan malaikat. Imanu—adiknya adalah titisan iblis. Mereka tak bisa bersama. Karena itu ... aku harus menciptakan skenario di mana sang titisan iblis gagal memiliki sang titisan malaikat."
Si pemuda, Flager Ivlin, terlihat berpikir keras. "Kau tidak ingin dia dimiliki oleh adiknya? Bukankah memang tidak bisa? Mereka bersaudara, kan?"
"Kau tak mengerti ... aku melihatnya. Tabita seolah kehilangan seluruh ingatannya, dan si titisan iblis memanfaatkan kesempatan itu. Tabita diperlakukan seperti ... seperti ..."
Nim tersentak saat Flager menepuk bahunya tiba-tiba. Flager tersenyum lantas bangkit berdiri.
"Aku mengerti, sobat. Jadi sejak awal kau memang berniat menjerumuskan diri ke pertarungan konyol ini? Kau nekat juga, ya! Jadi setelah berhasil memenangkan seluruh pertarungan, kau bisa terlahir kembali dan menemui gadis itu. Wah~ kekuatan cinta!"
Melihat Flager terkekeh, Nim justru bingung.
"Ah, ya ... itu cerita yang mengagumkan. Tapi, Nim ...,"
Nim mendongak, memandang Flager yang mendadak serius.
"...bukan cuma kau yang menginginkan kelahiran kembali. Semua yang dibawa ke dataran merah ini pasti memiliki tekad yang sama untuk menebus kesalahan di masa lalu dan ingin terlahir kembali. Karena itulah—"
"Aku tahu. Ayo bertarung untuk menunjukkan tekad siapa yang lebih kuat."
Dan dalam sekejap ruangan itu diselimuti oleh kegelapan pekat. Sumber penerangan satu-satunya kini telah menghilang entah ke mana. Flager sadar, pertarungan tekad telah di mulai.
Di sisi lain, Nim menyeringai sambil memeluk boneka panda kesayangannya. Ia menertawakan kebodohan lawannya dalam diam. Pemuda yang malang, kehilangan memori berharga sama saja dengan kehilangan jiwa.
Rasa hangat yang perlahan meningkat membuat Nim yang tengah duduk merasa tidak nyaman. Belum ada tanda-tanda Flager akan menyerang. Mungkin pemuda itu mencoba beradaptasi dalam kegelapan ini.
Nim menggerak-gerakkan telunjuk. Dari salah satu sudut ruangan, sebuah boneka seukuran tubuh Nim merespon. Boneka itu terbang dalam kesunyian menghampiri sang majikan. Nim dengan santainya duduk di punggung boneka malaikat merah itu, lantas menerbangkan mereka ke atas di mana Nim bisa menyentuh atap.
Flager masih diam di tempat. Ia berusaha mengatur napas, khawatir suara napasnya terlalu keras dan akan menarik perhatian Nim.
Mendadak sesuatu bergerak dari arah belakang. Flager sigap melompat ke samping, menghindari apapun yang sepertinya mencoba menyerangnya.
Suara dentingan logam menggema dalam ruang gelap itu. Sesaat kemudian terdengar suara berdesis, membuat Flager refleks melompat ke belakang sejauh mungkin.
Tik tok tik tok
Jarum jam berkejaran
Tik tok tik tok
Ayo main kejar-kejaran
Tik tok tik tok
Larilah dan bersembunyi
Tik tok tik tok
Jangan sampai kau ketemu
Suara nyanyian itu terdengar begitu nyaring, memenuhi kepala Flager. Bau tak sedap menusuk penciumannya dan mulai membuat sesak. Flager terbatuk sekali, buru-buru ia menutup mulut dan melompat ke samping sejauh mungkin.
Sementara itu, Nim asyik mengamati pergerakan Flager dari atas. Di matanya saat ini ruangan gelap itu dipenuhi benang-benang biru yang tersebar ke seluruh penjuru ruangan. Dan salah satunya menunjukkan keberadaan Flager.
Nim membayangkan di masing-masing ujung benang lainnya, yang jumlahnya empat, ada boneka pemusik yang memegang harpa dan lonceng. Nim telah menyuguhkan nyanyian pembuka tadi, plus gas beracun, untuk memberikan ilusi yang semoga saja tidak disadari oleh Flager. Mungkin Flager hanya akan terfokus pada gas beracun itu, pikirnya.
Nim mulai menggerak-gerakkan jari, memainkan boneka layaknya seorang master.  Musik mulai mengalun dengan pelan dan lembut membuat Flager perlahan mengantuk. Namun jarum kecil yang menancap di bahu dari jubahnya segera menyadarkan dirinya dari bahaya gas beracun yang tak tampak. Flager mulai mematerialisasikan sebuah cambuk dari jubahnya. Dalam kewaspadaannya itu, ia berharap lawannya tidak menyerang untuk sementara.
Nim terlihat begitu menikmati musik yang perlahan mengalun semakin cepat. Sesekali ia bersenandung mengikuti irama sambil membaringkan tubuh di punggung Hvyt. Imanuel aman dalam pelukan Hvyt saat ini, setidaknya itulah yang ia pikirkan.
Mendadak sebuah cambuk melecut ke arah Nim, membuatnya memekik kaget dan menghentikan pergerakan boneka pemusik. Nim menggeram kesal menyadari siapa pengganggu yang menghentikan kesenangannya.
"Flager menyebalkan! Seharusnya kau itu diam saja dan nikmati musiknya! Dasar orang yang tidak mengerti seni!" sebal Nim.
Di bawah sana, Flager tersenyum kecut, "Dasar bocah sinting. Mana bisa aku menikmati musik di tengah semprotan gas beracun."
Flager kembali terbatuk. Menyadari hawa ruangan yang semakin panas, membuatnya tidak tenang. Ia harus segera menyelesaikan pertarungan ini.
Nim kembali mengomel saat lagi-lagi cambuk terpecut ke arahnya. Diputuskannya benang pada empat boneka pemusik dan iapun segera menggantinya dengan boneka penyihir elemen.
"Kau calon boneka paling menyebalkan yang ada di Dataran Merah ini! Rasakan kemarahanku, Jelek!!"
Ombak yang entah datang dari mana tiba-tiba menghempaskan Flager. Belum sempat mencerna asal serangan itu, air yang menggenang tiba-tiba membeku, mengunci pergerakan Flager. Flager mulai panik. Serangan berikutnya datang, kali ini ia bisa melihatnya dengan jelas. Api yang begitu besar menyembur dari mulut sebuah boneka mungil. Untuk sesaat, berkat cahaya kobaran api itu, Flager akhirnya tahu seperti apa ruangan tempatnya berada saat ini.
Dan sosok lawannya terlihat begitu jelas di atas sana.
***
"Aaaaarrgghh!!"
Nim tertawa senang mendengar raungan kesakitan itu. Ia yakin Flager saat ini menderita luka bakar yang sangat parah, dan pastinya sangat perih. Nim kembali menggerakkan jari-jari, membuat boneka penyihir elemen tanah melancarkan serangan. Namun sesaat sebelum dua dinding batu ciptaan boneka itu menghimpit tubuh Flager, kaki Nim ditarik oleh sesuatu dan ia melesat begitu cepat ke bawah, tepat ke arah dinding batu yang sesaat lagi akan saling bertabrakan.
Nim menjerit sekuat tenaga, sesaat sebelum dinding batu menghantam tubuhnya dari dua sisi.
Tak jauh dari tempat itu, Flager berusaha mengatur napas yang semakin sesak. Ia belum bisa bernapas lega, karena ia yakin Nim tidak selemah itu yang kalah hanya karena senjata makan tuan.
Benar saja, tumpukan pecahan dinding batu tadi bergerak, menandakan sesuatu di dalamnya berusaha keluar.
Namun Flager sudah siap. Kali ini ia pasti akan menang!
***
Nim meraung kesal begitu terbebas dari tumpukan pecahan dinding batu. Di tatapnya Flager yang ia yakini ada di depan sana, berharap Mata Iblisnya saat ini ampuh untuk membungkam Flager selamanya.
Namun sayang Flager tak bisa melihat mata terkutuk itu.
Nim terbelalak saat sebuah pedang cahaya disabetkan ke arahnya. Buru-buru ia menghindar, namun pedang itu berhasil melukai kakinya.
Nim menjerit kesakitan merasakan sensasi terbakar pada lukanya. Dengan langkah terseok-seok ia mencoba menjauh dari Flager, namun serangan berikutnya kembali datang.
Nim mengerang saat kaki kirinya putus oleh sabetan pedang cahaya, senjata yang menjadi kelemahannya. Ia jatuh tersungkur dan mulai menangis merasakan sensasi yang membakar di kakinya.
***
"Kau akan berakhir di sini, Iblis!!"
Susah payah Nim menarik tubuh, merangkak menuju tempat di mana Imanuel berada dalam pelukan Hvyt.
"Nikmati penderitaanmu!"
Nim mengerang kesakitan saat pedang cahaya itu menghujam punggungnya. Sial! Sial! Sial! rutuknya dalam hati. Kedua tangannya yang telah dipotong berkali-kali oleh Flager sialan itu membuat tenaganya terkuras berlebihan hanya untuk regenerasi yang semakin lama melambat karena kondisi tubuhnya. Nim tidak mengerti mengapa semuanya jadi seperti ini.
"Dasar Iblis! "
Nim kembali mengerang saat lagi-lagi tangannya yang baru saja pulih sebagian kembali dipotong sampai ke siku. Pedang cahaya itu membuat sisa tangannya terasa terbakar.
Sialaaan!! Aku tidak bisa memanggil boneka apapun saat ini. Meraih Imanuel pun tak bisa! Brengsek! BRENGSEK!!
Nim menggigit bibir berusaha menahan perih di sekujur tubuh. Sensasi terbakar itu menjalar seperti racun dalam tubuhnya. Bersusah payah ia menahan sakit tak tertahankan pada kaki. Daging-dagingnya mulai meleleh seperti plastik dijilati api, menampakkan tulang putih berlumur cairan merah kehitaman.
Mendadak sosok Tabita berkelebat dalam pikiran Nim.
Nim mengangkat kepala, menatap lurus pada Imanuel. Boneka panda yang selama ini hanya diam, entah bagaimana kini tampak tengah menitikkan air mata. Nim terperangah, sejenak melupakan rasa sakit.
"Tetaplah di Neraka, bocah iblis!"
Bersamaan dengan raungan Flager yang menggema, mata Imanuel mendadak terlihat bercahaya.
...
...
...
..
.
Bertahanlah, Nim! Kau tidak akan kalah di sini, kau tidak boleh berhenti sampai di sini! Kau tidak sendiri, ada aku bersamamu, ingat? Bertahanlah demi Tabita, bertahanlah demi kehidupan baru kita yang akan datang, juga penebusan dosa masa lalu kita. Kau harus menang! Kita harus menang, Nim! HARUS!
Nim meraung keras dan berusaha bangkit dengan kaki kanan yang masih utuh. Ia menubrukkan tubuh pada Flager yang tengah menerjang maju. Melihat pergerakan Nim yang tiba-tiba membuat Flaver terkejut dan kehilangan momen terbaik untuk menghabisi Nim. Ia jatuh berguling bersama Nim. Flager bergegas bangkit namun Nim langsung menggigit kakinya membuatnya mengerang. Ditendangnya kepala Nim berkali-kali namun bocah itu tak mau juga melepaskan gigitan. Saat Flager hendak melayangkan pedang cahaya pada kepala Nim, regenerasi pada tangan kiri Nim baru saja selesai. Dan dalam sepersekian detik itu, Nim mengerahkan serangan terakhir.
***
Dua Hvyt yang berjaga dalam diam di depan Khramanaka-12, tiba-tiba mendengar dentingan lonceng di dalam kepalanya, menandakan pertarungan Flager vs Nim telah usai. Mereka pun saling berpandangan dan mengangguk.
Kedua Hvyt memegang pegangan pintu dan segera mendorongnya, menampakkan ruangan yang dipenuhi oleh darah dan daging yang berceceran di mana-mana. Di tengah-tengah ruangan itu, seorang anak kecil yang bermandikan darah tengah tertawa kesetanan sambil mencabik-cabik seonggok mayat dengan kepala yang sepertinya telah meledak tadi. Bocah itu tidak mempedulikan sekelilingnya, bahkan mengabaikan Imanuel sang boneka panda yang sejak tadi mata julingnya bergerak-gerak gelisah.
"Sebentar lagi…."
***

6 comments:

  1. Formatnya berantakan ya... Dan mata saya udah capek baca sekaligus semua entri yang keluar hari ini orz
    Coba baca lagi kalo ada waktu di lain hari deh
    Titip salam aja buat Nim, selamat udah maju ke babak selanjutnya

    ReplyDelete
  2. Flager... ohh.. :D yah, karena udah pasti lolos, saya gak akan memberi point... ceritanya udah bagus, hanya aja kurang di porsi battle.. ^_^

    semoga bisa bertemu lg di season 5..

    ReplyDelete
  3. duh formatnya T^T
    yang ini titip salam aja ya Yuu :D

    jujur aja sih formatnya bikin gw skimming bacanya. bikin cape. tapi ya masalah spasi emang kadang bikin keki sih.
    anyhow, gw agak binun gmana Nim akhirnya bisa nomprok si Flager ^^;

    ReplyDelete
  4. Halo Yuu dan Nim yang kayaknya udah sedikit dewasa sjak terakhir ketemu ^-^
    .
    alur : 1,7/3
    lohh, di awal2 kok Nim sama Flager curhat2an ?? O.o
    Nim ini emg sukanya diperhatikan semua org yah :3
    sebenernya ini pertarungannya asik, tapi serba mendadak... pace nya terlalu cept >.<
    kalo mau buru2 oke siy, tapi kyknya IMO mesti diimbangi dengan penulisan kata hubung yg tepat, spy ceritanya lebih ngalir n gk berkesan patah2...
    terus, deskripsi nya nyaris nol nih :(
    paling pas di akhir aja tetiba si Nim ketawa2 berlatarkan daging n darah wkwk
    saya suka pertunjukkan musiknya ^^
    .
    karakterisasi : 1,5/3
    hiks, kok cuma battle aja siy... sy jg ndak dpt kesan siapa itu flager
    .
    gaya bahasa : 1,5/3
    too much tell
    .
    typo n error : 1,5/2
    ada penulisan "di-" sbg kata hubung yg salah... terus sya nggk suka ada tanda ------> ~ di dialog. sok imut. #subjektif #plak
    .
    lain-lain : 1,5/1
    plus setengah krn ada pertunjukkan musiknya \^^/
    kenapa Nim gak main teater boneka sekalian ? XD
    .
    total : 7,7 ~
    good luck Nim ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. ah ralat... kyaknya saya mule ngaco =.=
      gaya bahasa 1,5/2
      typo n error : 0,5/1
      lain-lain : 1,5/1
      alur : 1,7/3
      lakon : 1,5/3
      .
      total : 6,7
      maaf, salah naro angka di sebelah kanan >.<

      Delete
  5. Entri ke-24…
    Dan saya baca ini dengan penuh keberantakan. Walhasil, saya sangat kesulitan buat convert ke PDF -____-
    Lanjut kak….
    Ini Nim mainnya pakai plot psikologis ya kak? Keren! saya memang penggemar genre psikologis, tapi saya ga bakal ngasih tambahan nilai gara2 itu #plak
    Biar adil ke peserta lain maksudnya, hehehe….
    Khusus efek psikologisnya tadi, saya turut merasakannya, walaupun masih dalam tahap apik. Formatnya berantakan banget, ga tau kenapa. Nah, untuk narasinya bagus, saya suka kak bagaimana kakak memilih diksinya. Andai nim lolos, saya akan siap menunggu bagaimana sang empunya boneka bakal beraksi selanjutnya :)
    Untuk nilai, saya ngasih: 7.0
    Semangat kak :3

    ReplyDelete

Silakan meninggalkan komentar. Bagi yang tidak memiliki akun Gmail atau Open ID masih bisa meninggalkan komentar dengan cara menggunakan menu Name/URL. Masukkan nama kamu dan juga URL (misal URL Facebook kamu). Dilarang berkomentar dengan menggunakan Anonymous dan/atau dengan isi berupa promosi produk atau jasa, karena akan langsung dihapus oleh Admin.

- The Creator -