[Round 1-K] Anette
"Memori yang Hilang"
Written by Gunawan Wibisono
---
BERTEMU IRWIN
Mata serasa berat. Aku ingin tetap memejamkan mata. Rasanya lelah untukku untuk membuka mata saat ini. "Mungkin.. Cinta sejati tak pernah ada… dalam kehidupan ini..". Ringtone itu terdengar di dekatku.. Eh tunggu!! Kubuka mataku dan kulihat dimana aku berada. Ini bukan dunia dimana aku berada! Bahkan aku tidak tahu bagaimana suara itu dapat muncul!
Mendengar lebih jelas, kudengar suara itu dari kantongku. Kemudian kurogoh kantungku.. dan disanalah kutemukan walkman kecil. dari alat itulah kudengar lagu tersebut..
Bagaimana aku bisa tertidur disini? Itu menjadi pertanyaanku. Hal terakhir yang kuingat adalah mengobrol dengan Irwin. Itupun bukan perbincangan yang dapat kuingat, seingatku pembicaraan kita ngelantur.. Tetapi anehnya semua jadi blur saat ini.
Kucoba bangun dari tempatku merebah. Tetapi mendadak kepalaku terasa pening.. Tetapi yang terpenting adalah dimana aku berada, tampaknya tempatku berada di menara yang tinggi. Kucoba bangun dan melihat sekeliling, disana kulihat debu bertebaran dimana-mana. Baju yang kukenakan pasti akan kotor dengan semua ini! tetapi saat kuperhatikan, bajuku telah berubah. Seingatku aku memakai baju seperti jubah putih? seperti baju T-SHIRT dengan panjang sampai menyentuh kaki. Tetapi bagaimana aku dapat mengenakan baju ini. Baju yang biasa kukenakan saat menghadapi para penjahat di kotaku.
Tak banyak yang kuingat saat ini. Namun ada hal yang lebih penting dan aku merasa blank.. Kuputuskan melihat keluar, dan kulihat kota dalam kubah. Menara itu adalah bagian dari salah satu bangunan. Dibawah terlihat banyak orang berjalan seperti semut. Mereka tampak biasa saja, bahkan seolah mereka robot yang berjalan pada garisnya.
Perlahan aku teringat akan salah satu perbincanganku pada Irwin. Irwin yang mengatakan maaf sebelum mengatakan sesuatu , mengenalkan namanya. "Maaf, Namaku Irwin. Kamu bisa memanggilku Mba Irwin" katanya.
Kemudian kukenalkan namaku, namaku adalah Annete yang berujung mengobrol ngelantur. Satu hal yang kurasa mungkin menyukai Irwin adalah.. perempuan ini punya taste menarik akan warna gelap. Walau bisa kubilang aku tidak biasa memakai warna gelap.. Hanya saja lebih suka warna abu-abu gelap.
"Nama gue Annete"
"maaf Itu saja"
"yah itu saja" Sepertinya kedengaran hambar, bagaimanapun juga aku ngak mau terlalu terbuka dengan orang baru ini. Dan sejujurnya tidak banyak yang kupikirkan saat itu. Hadir ditempat baru, tanpa ada penjelasan bagaimana aku berada disana, dan juga banyak pikiran lain yang mengganggu.
"Maaf …"
"Iya" aku agak terkejut
"Tidak apa-apa. Bajumu bagus" kata Irwin
"Sama-sama" jawabku.. "sebenarnya aku suka bajumu" kataku memandangi baju yang dikenakan.
"Maaf, Aku juga.."
Agak tersipu-sipu karena mendapat respon demikian."kalau saja Aku bisa mencoba bajumu" katamu.
"Maaf, Kamu mau? Kebetulan saya punya spare" kata Mbak Irwin menunjukkan baju dia yang lain.
Lalu kucoba memakainya. Kurasa tidak perlu kujelaskan dimana kuganti. Tak begitu lama, aku sudah mengenakan baju seperti Irwin. Tetapi entah kenapa pandangan Irwin menjadi sinis..
"Kurasa pakaian ini membuatku lebih gemuk" kataku. Irwin mengangguk lalu aku berganti dengan pakaianku. Yang kurasa aku mengingat kapan kupakai pakaian yang sedang kukenakan saat ini.
Sama sepertiku, Irwin bingung bagaimana dirinya bisa berada di dunia ini. Tentu saja dia mengatakan tidak ada busway yang lewat sini dan menurunkan dirinya. Tetapi tentu saja Busway itu cuma kendaraan mitos karangannya. Mana mungkin ada kendaraan besar yang dapat membawa orang-orang melalui koridor.
Salah satu kemampuan Irwin adalah teleport! Lalu aku bercanda padanya, bagaimana kalau kita teleport dari sini? Tanyaku pada Irwin. Tetapi kemudian dia menangis.. Dia cerita tentang kekasihnya yang telah tiada. "Kemana? Aku tidak tahu harus kemana. Aku hanya ingin bertemu dia" Lalu dia cerita tentang kekasihnya.
Kutanya padanya apa itu kekasih? "siapa itu kekasih?".
Irwin menjelaskan seorang kekasih, orang yang ingin kau temui kapanku dan segudang info yang aneh buatku. Lalu aku teringat kepada seseorang.
"Di duniaku" kataku membuka pembicaraan. "Aku punya orang seperti itu… dia kusebut k..." kataku mengingat pria itu. Pria yang mengubah diriku. Tetapi kemudian aku lupa dan sekarang berdiri disini mengingat apa yang terjadi?!?
Dimana Irwin? Itulah pertanyaanku saat ini. Tapi kurasa jawabannya tak perlu lama-lama. Karena mendadak seseorang mendekatiku berada! Atau kurasa itu orang.. Dia memperkenalkan dirinya adalah Sjena.
"Nama Gue Sjena.. " dia memperkenalkan diri. "Ingat namaku.. kalau perlu catet" dia bergerak seperti orang sok didepanku. "aku ingin kau mati" katanya kemudian. Tentu saja aku emosi dan melempar pisau dari pahaku.
Tetapi Sjena cukup cepat menghindar! Itulah yang awalnya kukira dia menghindar! sampai dia menunjukkan bahwa dia bukanlah orang tetapi hanya bayangan saja. Tapi belum selesai, muncul api mengelilingiku. Api tersebut menyerangku satu persatu, tetapi untunglah aku berhasil menghindari.
"Tunggu.. aku seperti pernah mengenalmu" kataku sambil menghindar.
"Kau benar.. Tetapi sayang kau tidak akan mendapatkan jawabannya" katanya menyerang kembali.
Pikiranku tertuju pada Irwin. "Kau tahu dimana Irwin" kataku. Lalu Sjena terdiam.. Dia menghilangkan api dan menyisakan bayangannya saja. "Sayangku.. kau tahu.. Irwin ada di kami" katanya meneruskan.
"apa yang kamu lakukan?" tanyaku.
"Maaf cantik.." dia lalu menghilangan bayangannya. "kalau kamu ingin tahu… ikuti api tersebut. Mungkin kamu akan beruntung mendapatkan jawabannya"
"Jawaban?" tanyaku. Lalu mendadak aku teringat Sjena muncul dalam ingatanku lalu menghapus ingatanku. "kamu menghapus ingatanku"..
"Betul.. dan bila kamu bisa mengalahkanku.. Kau mungkin akan mengingat.. Bila kamu bisa?!"
PERTARUNGAN API dan METAL
Ini bukan pertarungan imbang. Apalagi api hitamnya terlalu kuat untuk dilawan dengan jarumku. Walaupun aku berhasil membuat dia agak lemah dengan jarumku. Tak hanya api itu panas, salah satu kemampuan api itu adalah mampu berwujud seperti benda. Sangat keras hingga metal dari jarumku terpental. Tetapi itu bukan jadi masalah buatku saat ini. Karena dia mengeluarkan ilmu yang membuatku agak trauma.
"Mengalahkanmu dengan api sangat mudah buatku" katanya sambil mengubah api itu ke bentuk manusia. "apa kata orang kalau tahu aku mengalahkanmu dengan apiku"
"Tikus.." kataku mengumpat.
"Aku mendengar umpatan.. Tetapi itu musik buatku" katanya. "Namun aku tidak mau mengalahkanmu dengan cepat! Aku ingin kamu mati dengan kejam" katanya melanjutkan mengubah api lainnya menjadi manusia.
Sepertinya Sjena tahu kalau aku memiliki kelemahan terhadap kerumunan orang. Kelemahan yang cukup fatal dan bagaimana dia tahu tentang kelemahan itu. Aku mundur perlahan, tanpa sadar diriku takut. Tetapi mendadak sebuah tangan menyentuh bahuku. Tangan itu adalah dari Rendi, dia mengajarkanku untuk melawan ketakutan itu. Pikiranku seolah membawaku ke masa lalu, dimana Rendi mengajarkanku sebuah tehnik. Saat itu aku berada disebuah tempat dimana banyak boneka berdiri seperti manusia.
"apa yang tidak bisa membunuhmu.. adalah sumber kekuatanmu" kata Rendi.
"mudah bagimu" bentakku pada Rendi.
"Kenapa kamu takut?" tanya Rendi.
"Aku takut mereka akan.. "
"Kamu takut akan apa yang kamu lihat!" Rendi memotong. Lalu dia menggerakkan salah satu boneka. "kamu tentu berani menghadapi dia seorang diri khan"
"Tentu saja" jawabku tidak tahu apa yang dikatakan Rendi.
"bagaimana kalau yang bergerak semuanya" lalu Rendi menggerakkan semua. Disanalah aku mundur!
Aku memasang kuda-kuda, walaupun tahu yang dilawan adalah boneka. Tetapi rasa gentar menghampiri diriku.
"Bila kamu melawan satu-satu, fokus pada satu saja. Maka kamu akan melawan ketakutanmu".
Kata-kata itu membuatku untuk maju. Lalu aku melangkah maju! Tetapi Sjena tertawa lalu menyuruh pasukan api yang sudah berbentuk manusia untuk maju. Targetku adalah mengalahkan satu persatu, walaupun yang maju kedepanku tujuh atau lebih sekaligus.
Fokusku cuma satu saat ini, mengalahkan api terdekat lalu menuju api yang lain. Lalu kuberlari menuju ke api pertama yang terdekat. Tampaknya api ini cukup lambat dan seranganku dengan pisau dapat cepat masuk dan menghancurkan api tersebut. Namun itu hanya jebakan karena api lain langsung mengepung. Kucoba menghindari kepungan sambil mencari api lainnya.
"kau kira dapat menang" atau apalah yang dia katakan. Fokusku cuma satu, mengalahkan satu persatu. Tetapi kelemahanku adalah bila terlalu lama maka energiku akan habis. Itu sebabnya kulakukan hal extrim, lari dari mereka dahulu.
Sjena tak mau melepas dan mengejar. Tetapi aku tahu tempat yang akan ku jadikan tempat lari. Yaitu tempat sempit, dimana aku bisa melawan satu persatu. Tetapi ternyata itu bukanlah pilihan yang bagus! Karena di tempat kabur, muncul Rafa. Dia berada di atas sebuah bangunan, tidak terlalu tinggi dan aku mampu mencapainya kesana! namun keadaan saat ini tidak memungkinkan.
"Tak Kukira kamu akan selamat!" kata Rafa. Aku tahu namanya Rafa karena namanya tertera di punggungnya. Baju jumpsuitnya cukup keren, dan dibelakang ada tulisan Rafa ! Namun sayang dia bukannya melihat diriku, malah memunggungiku!?
Lalu perlahan dia berbalik arah dan melihat Sjena datang. "Hei aku bisa menangani disini" kata Rafa. Tetapi dia seperti ngak mau melihat ke arahku!?
"mimpi.. ngurus cewek itu aja kamu ngak bisa kok malah pengen bantuin" kata Sjena yang menyiapkan pasukannya kembali. Lalu dia menyerang Annete, namun Annete yang didepannya sudah cukup berhati-hati dan menghindar dalam belokan lalu bersembunyi.
"Dia pergi kesana" ujar Rafa menunjuk tempat yang menurutnya tempatku berada. Namun Belum bisa bernafas lega, mendadak Sjena sudah muncul dan menyerang! Saat itu aku cukup lemah karena harus menghindar dan bersembunyi kembali sampai energiku kuat. Tetapi Rafa tampaknya tahu dimana aku berada hingga cukup membuat kerepotan.
"Kamu cuma bisa kasi informasi palsu aja" jawab Sjena. "Gue tahu lu ngak berani ama cewek khan"
Rafa tersinggung "Daripada lu.. malah suka ama dia khan"
"siapa bilang. Gue bukannya suka, tetapi gue .."mendadak wajahnya memerah "dasar bodoh".
Biarlah mereka mencari dimana aku berada! Tetapi saatku berkata begitu, mendadak Rafa menunjuk tempatku berada. Seperti dia mampu membaca pikiranku. Mungkinkah pikiranku dibaca olehnya? Tetapi belum habis berfikir sebuah objek mendekatiku. Itu seperti panah atau apapun itu. Tampaknya sumbernya dari Rafa yang mengetahui keberadaanku.
Tampaknya mereka berdua bekerja sama untuk membunuhku? Tetapi kenapa? Apa yang sebenarnya terjadi. Satu-satunya cara adalah mengalahkan Sjena! tetapi semua berubah saat kudengar kata-kata Rafa.
"Coba dengar ini dari pikiran Annete. Dia menyukai Keparat itu! Tetapi dia membantahnya." Lalu Sjena tertawa.
"Tampaknya musuh kita ini hanya tahu satu bahasa.. Bahasa kekerasan"
Kurasa kata-katanya benar. Itulah yang kuterima saat mendapatkan hidupku pertama kali. Dan itulah yang akhirnya dihapuskan perlahan oleh Rendi. Atau yang kusebut dia si keparat! Tak kuduga ternyata Rafa yang menyimpan ingatan tersebut.
"Kurasa membosankan.. Tidak ada hal lain yang ada di pikiran perempuan suka merah itu" kata Rafa.
"Hentikan bermain-main dan temukan perempuan itu"
Rafa lalu mengeluarkan kemampuan elemen lalu mencari diriku. Tetapi untung aku tidak menimbulkan pikiran dan berhasil menghindari deteksi dari Rafa.
"kenapa kau malah mencari normal. Kenapa tidak teleport saja"
"Mudah kau bicara .. "
Mendadak aku teringat akan pesan Rendi sewaktu aku kesulitan melawan dirinya. "Kucing.. bagaimana gue bisa ngalahin lu"
"Kamu ngak akan bisa untuk saat ini" ujar Rendi.
Lalu aku jadi keki mendengarnya.
"Tetapi kamu bisa memakai cara berbeda!" Rendi menambahkan. Dia lalu berkata, "sebuah mata pisau akan patah dan hancur dgn mata pisau dia sendiri."
"Aku tidak mengerti" kataku
"Kamu bisa mengalahkan dia dengan cara memakai senjatanya"
"lalu apa senjatamu?" tanyaku
"kegantenganku eh otakku" jawabnya .. Lalu dia tertawa.
Ini mungkin tak menghasilkan banyak, namun satu-satunya yang dapat mengalahkan lawan didepanku adalah memakai senjatanya. Namun kemungkinannya sangat kecil, itupun belum diperparah dengan kemampuan dia menghasilkan bayangan dan api yang berubah menjadi manusia!
Inilah saatnya , kataku dalam hati walau agak canggung. Tetapi aku tak punya pilihan lain selain maju. Lalu dengan kekuatan yang sudah lumayan kembali, aku muncul di hadapan Rafa. Serangan pertamaku adalah kepada Rafa. Namun sayang Rafa berhasil lari. Dia mengeluarkan pedang lalu menebasku, tetapi aku sigap melempar jarum dan mengenai badannya.
Jarum itu tidak terlalu besar, tetapi cukup dalam sehingga membuat tangan yang terkena jarum menjadi kaku. Dan cukup buatku melayangkan tendangan, walau tanpa sadar Sjena sudah ada didekat Rafa untuk melindungi. 2 lawan 1 tampaknya bukan pilihan yang bagus, namun apa daya! 2 pemilik kekuatan api ini bekerja sama melawanku.
"jarum ini …" kata Rafa berusaha melepas. Namun ketika dilepas, kaku badannya tetap tidak bisa hilang. Tapi aku tahu hanya tinggal tunggu waktu hingga dia kembali normal. Rafa berbincang pada Sjena, lalu Sjena mengeluarkan pasukan manusianya. Tetapi kali ini Rafa membantu dengan memberikan bayangan tersebut senjata elemental. Walaupun kulihat sepertinya Rafa tidak dapat mengeluarkan banyak
"Pake senjata itu untuk pecundang" kata Sjena. Lalu dia membuat bayangannya untuk membuang senjata tersebut.
"Kau gila.. Ini kesempatan kita untuk membunuh dia!" ujar Rafa.
Sjena lalu memandang Rafa. "Diem aja lu.. Gue bisa ngalahin dia.. Lu cuma jadi duri doank"
"Lalu bagaimana bila dia…"
"Dia hanya mau Perempuan ini mampus".. Habis perkara.. "tetapi membunuh dengan mudah? gue ngak demen"
MEMORI YANG HILANG.
tidak mudah mengalahkan Sjena. Namun untunglah dia lengah dan sombong. Aku mampu mengalahkannya. Tetapi itu bukan soal mudah, karena yang sebenarnya mengalahkan dia adalah Rafa! Tetapi tentu saja Rafa bukanlah yang membunuhnya.
"oh nyamuk...elu harusnya bayar ...darah gw gak gratis woi" teriakku pada Sjena yang sudah mental keluar kubah.
Sebenarnya bukannya Sjena akan mau bermain jujur, dia mengirim bayangannya melawanku. Tetapi untukku yang terbiasa melawan 1-1 lawan, gue punya kelebihan. Namun bagaimanapun juga bayangan tersebut kadang menjadi solid dan kadang mampu di tembus.
"disini.. berdiri megah.. Bebaskan.. Kau tidak akan menang" kata Sjena.
"Cih.. AKu tak mampu bertahan lagi" kata Rafa berusaha menggerakan tangannya yang berangsur membaik.
"Berisik.. Urus urusanmu sendiri. "
Namun tetap saja, keunggulan berada di dalam dirinya. Aku mungkin akan tewas disini, tetapi ada 1 cara yang harus berhasil kujalankan. Memastikan senjata Sjena yaitu bayangan ini mengalahkan Sjena. Tetapi sulit karena Sjena sendiri memiliki bayangan yang tangguh.
Saat bayangannya itu menyerangku, ada satu peluang yang menarik perhatianku. Senjata yang diletakkan oleh Rafa mengenai kaki bayangan tersebut! tampaknya senjata itu melukai bayangan tersebut, membuatku memutuskan mengambilnya.
Rafa mungkin dapat menghilangkan senjata elemen tersebut. Namun tampaknya dia cukup kesulitan dengan luka yang di alaminya. Aku tidak tahu apakah tenaganya terkuras memakai senjata atau tidak. Namun senjata yang dibuat itu masih ada.
Kuambil senjata itu di lantai dan kugunakan. Cukup membuat Rafa terkejut. Namun walau dengan senjata tersebut, tetap saja Sjena di atas angin. Tetapi itu sudah kurencanakan.
Bayangannya menyerang lurus ke arahku. Tetapi aku sudah bersiap melukai kaki dari bayangan tersebut, cukup membuat bayangan tersebut kesakitan ? walaupun aku bingung kenapa bisa kesakitan?!
Lalu bayangan tersebut menyerang ke arahku lagi, tetapi kali ini aku siap melaksanakan rencana. Ketika bayangan itu mendekat, ku lukai dia hingga berlari ke arah Sjena.
"Rafa, kenapa kau diam saja!" teriak Sjena.
"Kau tahu kekuatanku…"
"Harusnya lu ngak ceroboh!" teriak Sjena. Tetapi Rafa hendak menyampaikan bahwa Aku hendak melakukan sesuatu.
Dia terlalu lemah buat bergerak namun Sjena lebih dekat denganku. "berhenti.. dia akan..." Rafa berusaha memberitahu.. Tetapi semua terlambat. Bayangan yang menyerangku bergerak ke arah Sjena lalu hendak menghantamnya. Tetapi Sjena cukup pintar, dia teleport menjauh. Namun dia tak sadar aku berada dibelakangnya dan teleport bersamanya.
"Kamu…" katanya menengok dan melihatku dibelakang. Tetapi tinju menyudahi dirinya. Namun sayang dia masih terlalu kuat menahan seranganku! Atau aku terlalu lemah. Namun akhirnya aku mundur dan melempar jarum yang ada ke arahnya. Sayang Sjena melihat itu lalu menghindarinya.
"Kamu kira serangan seperti itu mampu menyelamatkanmu?" katanya. Tampaknya aku sudah pasrah , tetapi keajaiban muncul. Jarum itu memantul dan mengenai kacamata. Entah apa yang terjadi, dia tampaknya panik. Matanya bersinar dan kemudian menghancurkan sekitarnya. Bayangannya mendadak mendekati hendak menyerangku. Namun dengan kondisi pemiliknya agak kacau, aku bisa memukul bayangan tersebut. Dan menyudahinya dengan mendorong bayangan itu ke arah Sjena.
Sjena sendiri terlalu bermasalah dengan keadaan dirinya. Dia tak mengendalikan bayangannya dan bayangannya sendiri tampaknya besserk atau apalah namanya. Lalu dia menabrak Sjena dan mendadak sekeliling Sjena menjadi gelap!
Hal terakhir yang terjadi adalah Sjena terpental keluar kubah! dan suara ketakutan terdengar. Kurasa aku beruntung dapat selamat saat ini! walau tidak tahu apakah keberuntungan ini berlaku melawan Rafa. Karena saat ini Rafa sudah dapat bangun dan menyerangku. Kondisiku tidak sefit sebelumnya, kalau saja tidak melawan 2 orang sekaligus
di Udara, dia mengeluarkan serangan seperti angin, api dan lain-lain. Yang pasti semua serangannya tersebut sangat berbahaya. Tetapi yang tak kusadari, serangan itu tampaknya tidak untuk ditujukan ke diriku. Akibatnya serangan itu membuat lobang yang menjatuhkanku kebawah. Walaupun berhasil lompat sebelum mengenai tanah, kakiku jadi keseleo.
"Tampaknya hanya kita berdua" kata Rafa.
"Bisa jadi. Bila kamu tidak menambahkan temanmu yang lain"
"maksudmu pria sorban itu?"
Aku tidak ingat satupun. Tetapi memang ada orang lain selain kita bertiga, berempat tambah Irwin. "Apa maksudmu?"
"kamu tidak ingat!? baiklah.. itu wajar karena aku menghapus ingatanmu dan menyimpannya" lalu dia bergerak ke tempat gelap. "juga mempelajarinya. Kamu tidak mungkin menang, karena aku tahu apa yang kamu lakukan"
Kata-kata itu membuatku ketakutan. Tetapi aku tahu, takut dapat menjadi kunci kemenangan saat ini. Apapun itu Aku tidak yakin tentang takut menjadi kunci kemenangan. Apa yang ada di pikiranku, kenapa sepertinya saling bertolak belakang. Bila saat itu aku tahu, mungkin hal itu tidak pernah terjadi.
MEMORI YANG KEMBALI
Terlambat sudah, ini tidak mungkin dapat di perbaiki. Aku sekarang memandangi tanganku yang penuh darah, sakit dan sedih masuk ke pikiranku. Ini bukan darahku, tetapi entah kenapa aku menyukainya. Walau sebenarnya aku harus menolaknya.
Nama panggilanku adalah suster darah, dimana darah adalah kesukaanku. Kenapa mendapat titel suster? mungkin karena ada yang memanggilku dengan julukan tersebut. Suster? dan itu terdengar cocok buatku. Tetapi pentingkah mengingat semua itu, karena seseorang telah tiada. Hilang di tanganku!
Pada awalnya aku terpojok dan tak mampu melawan. Atau itu yang mungkin dia kira? Lalu dia , entah siapa namanya! menghilangkan pikiranku. Setelah itu semua menjadi blank dan yang kuingat hanya aku berada disini.
Memandangi tanganku yang berdarah dan sensasi ini, aku tahu seseorang telah tewas di tanganku. Pisau yang kugunakan terjatuh di depanku. Perlahan kuingat kembali bagaimana ini berawal. Semua berawal dari kata-kata yang menyuruhku datang, lalu aku diserang dan dia dibantu oleh seseorang. Berikutnya dengan mengandalkan keberuntungan, aku membuat senjatanya menyerang dirinya dan kurasa dia tewas akibat serangannya sendiri.
Berikutnya adalah pria itu yang menamakan Rafa. Dia mencuri ingatanku, dengan kematiannya maka hilang juga ingatanku. Tetapi perlahan ingatanku kembali, mengingat bagaimana dia mencuri ingatanku. Dalam dirinya terdapat sebuah ingatan, yaitu janji pada dia. Janji untuk tidak membunuh! Ketika dia mencuri ingatan, dia tak langsung mencuri ingatan tersebut.
Namanya adalah Rendi, dia sudah tua sekali. Akibat kemampuannya yang melebihi batas, dia cepat menjadi dewasa. Akibatnya saat itu dia berubah menjadi tua walaupun umurnya tak sesuai dengan umurnya sekarang. Dia mengajarkanku bagaimana berharganya hidup walau dari seorang penjahat. Tetapi janji itu kulupa dan kulanggar.
Rafa menarik ingatanku lagi. Tetapi kali ini aku sigap menyerang walau dia tahu cara menghindari. Begitu pikiranku menjadi bersih, mendadak fokusku menjadi berbeda. Aku awalnya berusaha mencari celah, sekarang berubah menjadi mesin pembunuh.
"Jadi kau mesin pembunuh" kata Rafa. Dia menggeleng "semua tak berguna! karena aku telah menghilangkannya"
"Mati kau!" ujarku mengumpat.
"Kau mau mencoba kembali seranganmu! Sungguh tak berguna" katanya sebelum pisau yang kulempar saat dia berbicara hampir mendekatinya. Dia berusaha menghindar lalu mengeluarkan pisau atau pedang dari energinya. Aku tak begitu memahami karena kulempar kembali belati padanya. Seranganku serampangan, sangat marah dan bingung dengan siapa yang ada didepanku. Tanpa kusadari, kendaliku melemah dan menyerang tanpa menyadari belatiku telah habis.
Senjata yang digunakannya sangat bagus dan menghancurkan pisauku. Walau begitu pisau yang kulempar ada yang menjauh dari posisinya. Tak ragu kugunakan lompatanku untuk mengambil. Tapi Rafa sudah hendak menghancurkan semua pisau yang ada.
Dalam kepanikan, kucoba untuk mengambil pisau yang bisa kuraih. Sayang hanya satu, bukannya kuputuskan utnuk memakai. Malah kugunakan untuk melempar kembali. Tampak bodoh kalau kupikir. Tetapi mungkin nasib berkata lain.
"Kemana kamu lempar pisau itu" ujar Rafa. "aku tahu kamu tidak tahu apa-apa!" lanjut Rafa. "Matilah saja kamu dalam kebingunganmu"
Semua ingatanku serasa kosong, tetapi dalam hati kurasakan yang dihadapi adalah orang yang tidak layak untukku kalahkan. Tapi aku sendiri tidak memperhatikan apa yang harus kulakukan saat ini. Hanya melempar dan melempar hingga tak sadar melakukan sebuah tindakan tak terduga.
Pisau tersebut terlempar sembarangan, walaupun sebenarnya itu adalah 1 pisau yang tersisa. Dengan memakai jarum kucoba membuat Rafa menghindar. Dengan demikian kucoba mengisi energi dan juga bersembunyi.
Tetapi tampaknya semua tak berguna karena kekuatanku menjadi lemah dan perlu istirahat! Ada satu hal yang bisa kulakukan yaitu memastikan dia tidak selamat. Tanpa ada senjata yang dapat kugunakan, hanya tinggal waktu aku tewas! Tetapi semua tidak berjalan sesuai rencana!
Pisau yang kulempar mental ke arah Rafa dan melukainya.
Cukup membuatku terkejut karen aku melempar asal-asalan tetapi ternyata memantul mengenainya. Bisa jadi malah memantul menyerangku, tetapi biarlah jadi misteri kenapa serangan itu bisa masuk. Rafa terluka parah, dan tanpa menyiakan waktu kulempar jarum yang ada di tanganku melumpuhkan dia.
Seperti kesetanan, ku serang dia sampai tak kusadari dia tewas di tanganku. Bersamaan tewasnya Rafa, ingatanku kembali. Demikian juga ingatan bagaimana cara aku membunuhnya.. Bagaimana saat menyerang Rafa dan terluka malah membuatku makin..
Semua itu mengerikan! Lebih baik kulanjutkan untuk menyelamatkan Irwin. Tetapi energiku tidak cukup besar agar dapat berjalan dengan normal, tetapi untunglah aku berhasil menjauhi dari tempat tersebut dan tidak seorangpun menyerangku. Berikutnya aku tertidur, begitu nyenyak dan entah berapa lama. Kenangan buruk hari ini mungkin tidak akan hilang dari benakku.
"Namamu siapa?" suara ku kenal menyapaku. Lalu aku membuka mata, didepanku ada Rendi. Dia tidak terlalu tua saat itu. Tetapi dia berusaha ramah padaku, yang saat itu asing baginya.
"no 53" kataku.
Dia menggeleng. "Itu bukan namamu.. Biar kupilihkan nama untukmu" lalu dia tersenyum.
"Annete" kataku. Di ikuti oleh Rendi. Kemudian saat aku berkata itu aku terbangun..
Didepanku tidak ada Rendi, atau tempat yang kukenal. Ini nyata, aku berada di tempat yang asing. Dimana tidak ada pilihan untuk bertahan selain.. Membunuh!? Tetapi apakah ini akan berakhir. Lalu aku teringat akan Irwin!
Butuh waktu lama mengingat kembali daerah yang akan kutuju, tetapi aku berhasil mencapai tempat tersebut. Tempat yang kurasa berada orang yang ingin kutemui, aku ingin tanya apa yang terjadi padanya. Termasuk menyatukan pecahan pikiran di otakku. Dan saat melangkah ke tempat dimana dia berada. Irwin berdiri disana, menungguku dan tampaknya dia sendiri.
Rambutnya melambai-lambai di tiup angin. Tampak bagai pelangi muncul dari rambutnya tersebut. Hatiku merasa bahwa ada sesuatu yang kulupakan, tetapi entah apa itu. Tetapi mendadak hatiku serasa berdegup keras melihat wajahnya. Matanya melirik ke arahku, saat itu aku merasakan sensasi berbeda. Seolah angin bertiup keras menerpa diriku. Mata coklatnya yang sayu mengatakan suatu bahasa yang tak dapat kumengerti. Lalu kulihat hidungnya, kupandangi secara seksama. Mancung indah , menunjukkan dia bukanlah perempuan yang sama seperti diriku.
Lalu kupandangi bibirnya, bibirnya berwarna ungu seperti seorang yang telah kehilangan sesuatu yang indah dari dirinya. Bila saja saya tahu apa itu keindahan? Bibirnya bergerak , gerakannya begitu indah. Semua orang pasti akan terpesona akan bibirnya tersebut, lalu hidung yang indah, menuju mata dan akhirnya rambut. Semuanya itu terlihat sebagai sebuah kesatuan dari seorang wanita yang anggun.
Tapi kemudian Irwin bergerak ke arahku. Dia sepertinya tidak dalam keadaan kesulitan. Walau begitu tubuhku seolah-olah takut akan Irwin yang bergerak menujuku. Mengapa sosok yang anggun ini tampak berbeda dimataku.
Dia berjalan perlahan seraya berkata "tampaknya mereka gagal melawanmu"
Mendengar kata-katanya membuatku terkejut dan otakku terasa beku tak mengerti pembicaraannya. "apa maksudmu?"
Belum aku berkata banyak, dia sudah teleport ke dekatku dan menghajarku. Pukulan itu terlalu cepat dan aku terlambat membuat pertahann. "kenapa kita memukul?" tanyaku dalam hati. Apalagi ini kedua kalinya aku melawan 2 orang yang bisa teleport. Kuputuskan menyerang balik, namun sial dia teleport dan berhasil memukulku kembali. Jatuhnya cukup lumayan, tetapi bedanya aku telah siap atas pukulannya.
Disaat bangun dari jatuh, aku teringat bagaimana Rafa terbunuh. Dan aku tak boleh melakukan hal yang sama! Apalagi senjataku sudah tidak ada, sehingga mungkin saja aku akan terbunuh … Entah kenapa mati jadi sesuatu yang terpikirkanku sedari tadi?
Tak jauh dariku kulihat sobekan pakaian atau kain sorban putih bermotif kembang merah muda. Lalu aku mulai teringat akan cowok pengembara itu. Perlahan-lahan ingatanku kembali. "Mengapa kau menyerangku" tanyaku. "Apa permainanmu?" tanyaku kembali berusaha menghindar. Kabur dari lawan bukanlah kebiasaanku tetapi bila lawan seperti ini.. Tidak ada pilihan selain bersembunyi.
Walaupun aku tak dapat melihat keberadaannya, tetapi aku mendengar suaranya jelas sekali. "Bukan sesuatu yang personal" lalu kucoba berpindah tempat menghindar untuk menghindari sergapannya.
"katakan padaku apa yang sebenarnya terjadi?" tanyaku. Namun jawabannya malah dia menyerang dari samping dan hampir melukaiku.
"Untung saja kamu lupa. Bila tidak …" jawabnya sambil mencariku kembali. Tetapi kali ini kuputuskan bersembunyi dengan tenang agar tidak ketahuan.
Otakku berputar keras, mengapa kami berkelahi. Apa yang terjadi.. Perlahan ingatanku kembali dari titik terakhir kukatakan tentang Keparat tersebut.
Irwin mengatakan bahwa dia bukanlah seperti yang kuberi nama. Bisa jadi dia adalah orang yang kucintai.. Lalu kami berdua bertemu Reh yang entah kenapa hampir membunuh kita berdua. Tetapi berkat Irwin, kami hampir membunuhnya. Dia menyuruh Reh mengikuti kita, namun kemudian muncul Rafa yang menjadi teman karena simpati pada Irwin.
Sejujurnya aku heran. Aku hidup di dunia dimana kekerasan hidup, tetapi aku tetap tidak mengerti bagaimana mencari teman. Tampaknya Irwin mudah mendapatkan teman. Saat itulah aku menemukan diriku terpisah jauh dari mereka.
Tidak masalah bila aku terpisah jauh, tetapi mendadak Reh datang padaku. Dia penasaran padaku dan berusaha mengobrol denganku. Lalu entah bagaimana yang terjadi aku akrab dengan Reh walaupun kurasa aku tidak menyukainya, hanya ingin mengobrol dengannya saja.
Apa yang terjadi kemudian mengejutkanku. Aku diserang oleh Sjena, dia ternyata ditemui oleh Irwin dan bergabung dengan mereka. Aku tidak tahu akan hal tersebut karena aku menyendiri. Bahkan serangan oleh Sjena ini mengejutkanku, ditambah Rafa malah menghapus ingatanku. Yang terakhir kuingat adalah bangun di tempat lain dalam keadaan berbaju lengkap.
"kemana serangan hebat yang kamu miliki" tanya Irwin. Membuatku terkejut, bagaimana mungkin seranganku sehebat itu.
Tetapi otakku akhirnya menyimpulkan sesuatu yang ngaco. Irwin adalah otak dibalik penyeranganku? "kau menyuruh mereka membunuhku"
Irwin lalu muncul ke tempat terbuka. "akhirnya kamu menyadarinya"
Seperti petir di siang bolong, aku merasa lemas. "tapi kenapa" gumamku. Aku sadar ini bukan saatnya murung, sedih atau apalah. Saat ini didepanmu ada orang yang kamu anggap teman malah ingin membunuhmu. Tetapi pengkhianatan sudah jadi bagian dari kehidupanku.
"Cari saja jawabannya sendiri" Irwin bergerak ke arahku yang bersembunyi.
Sampai sebuah argumen liar muncul. "kamu membenciku atas hal yang kuperbuat?" kulihat ke arah Irwin. Tampaknya dia terkejut.
"Bukan urusanmu"
ku rasakan lenganku terasa berat, dan saat kulihat disana terdapat pisau? dan jarumku sudah terisi semua!? Sejujurnya aku tak mengerti bagaimana pisauku kembali?! Apakah yang terjadi? tetapi tidak banyak yang bisa kutanya karena Irwin menyerang kembali. "apa yang kau lakukan pada Reh" tanyaku dengan suara keras.
"dia sudah tewas" jawabnya singkat. Di dunia ini hanya ada aku dan 4 orang yang kukenal. Kemungkinan pembunuhnya adalah kami berempat, namun kamu sendiri baru kenal. Saat kudengar jawaban Irwin, aku lebih terkejut.
"Bagaimana dia tewas?" tanyaku
Irwin berdiri tegak "dia menghalangiku membunuhmu"
"Dan kamu membunuhnya"
Jadi semua ini karena ada orang cemburu padaku? itu berkecamuk di otakku.
"Maaf, aku tak bisa membiarkan kamu hidup. kudengar dari dewa aneh tersebut. Bila aku menang, maka aku akan hidup kembali"
"Tapi bukan begini caranya" ujarku. Tetapi kali ini aku terpojok dan terpaksa keluar dari persembunyian
"Maaf, aku harus menang" katanya sambil memasang kuda-kuda.
"Simpan maafmu. Aku tak bisa memberimu maaf" kataku lalu menyerang.
Serangan pertama adalah serangan vital untuk menang. Dengan jarum yang kumiliki, ku targetkan area sensitif agar bisa melumpukannya. Tetapi dia malah berhasil menangkapnya. "Aku takut seranganmu tidak akan berfungsi untukku" jawabnya.
Tubuhnya adalah senjata, aku baru menyadarinya saat berusaha menyerangnya kembali. Tetapi kali ini seranganku masuk! Namun sayang tidak berhasil menembusnya. Senjata alias tubuhnya tidak satupun mampu kutembus. Pikiranku bila jarum saja tidak bisa menembusnya, bagaimana dengan pisau.
Tak hanya serangan gagal masuk. Dia dapat teleport ke dekatku dan memukulku. Saat kucoba menyerang, seranganku malah dikembalikan. Terlalu berat untuk kulawan. Sekali lagi kurasa ini saatnya janjiku kepadanya dibatalkan. Janji untuk menghargai nyawa! Tetapi bagaimana dengan orang yang tidak menghargai nyawa.
Aku teringat waktu itu bertanya kepadanya, dia menjawab perasaannya sama seperti dirinya. Dia mampu melihatku dari sisi berbeda. Lalu akhirnya dia mengarahkanku walau tidak seratus persen. Tapi hasrat itu tetap ada.. Hasrat untuk membunuh dan..
"kamu tidak mungkin mengkhianati janjimu" kata Irwin. "Aku tahu janjimu, untuk tidak membunuh" katanya melanjutkan.
"Bagaimana kau tahu" tanyaku.
"Rafa yang memberi tahu"
"dasar biang gosip" kataku lirih.
"Kamu bilang apa?"
Seranganku berikutnya mampu melukai. Tetapi apa gunanya, serangan dia membuatku cukup kesulitan hingga badanku gemetar.Tapi saat itu walkmanku jatuh, dan musik indah jatuh darinya. Itu membuatku terkejut karena suaranya membuat Irwin mundur. dan dia menangis.
Kurasa dirinya teringat akan masa lalunya. Tetapi tanpa menyiakan kesempatan, kuserang dia. Cukup telak namun ini jauh dari selesai. Irwin sendiri sudah terlalu kuat dan sulit untuk dihadapi. Hingga aku teringat akan serangan pisau yang tak sengaja melukai Rafa.
"Bagaimana Rafa bersedia menolongmu?" tanyaku.
"sangat mudah menguasai hati laki-laki" kata Irwin. "katakan padanya aku suka padanya dan minta membereskan sesuatu"
"Bagaimana kamu dapat berbuat demikian?" kataku. Pikiranku terlalu banyak apalagi melawan musuh yang tak bisa kulukai seperti dia melukaiku.
"Karena aku menyukai Reh. Dia seperti …." dia lalu terdiam. "tetapi ketika dia menghalangiku… kupastikan dia mengikuti jejaknya"
"Kau gila"
"Gila.. inilah cinta"
"persetan…" teriakku menyerang. Namun tepisan serangan Irwin melukaiku. Saat itulah sensasi lamaku hadir kembali..
PILIHANKU
Aku tidak yakin apakah ini mimpi atau tidak. Tetapi kulihat darah keluar dari mulutku. Apalagi keadaanku saat ini sangat payah. Mendadak, mataku seperti liar, perasaan liar yang kutahan akhirnya kembali. Perasaan liar seorang pembunuh, perasaan yang diciptakan untuk satu tujuan. Ini tidak seharusnya terjadi buatku, tetapi keadaan berbuat lain. Aku tak mampu menahan. Saat itulah aku menjadi buas , bahkan aku tak bisa menekan rasa buasku.
Pertarungan kami sampai ke atas tembok perbatasan kota. Di sana terdapat bangunan tak terlalu besar yang rusak akibat pertarunganku. Tak jauh dari sana ada jurang menganga yang akan menjatuhkan kami bila tidak hati-hati.
Irwin menungguku untuk menyerangnya, mungkin baginya cara itu adalah yang paling efektif. Kulempar jarum kepadanya, tetapi sekali lagi dia teleport menghilang. Saat muncul, aku melihat dia sudah ada didekatku. Untunglah aku bisa menghindar serangannya.
"Hebat sekali kamu bisa begitu". Tapi sayang aku tak bisa mendengar apa-apa, karena perasaan buasku mempengaruhiku. Walau bisa kutekan, tetapi perasaan itu ternyata tidak bisa hilang! serangan berikutnya gagal, dan Irwin memakai seranganku untuk melukaiku. Entah bagaimana Irwin makin lama makin cepat dan aku merasa makin lambat.
Lalu pukulan Irwin masuk, aku terlambat mempertahankan diri! Lalu kucoba menghindar kembali. Sambil aku merasakan ada sesuatu sakit di perutku. Dan mataku melihat ke arah sakit tersebut, disanalah aku melihat jarum yang menancap disana.
Senjataku mengenai diriku sendiri! Tak hanya senjata, efek buruknya juga mempengaruhi. Benar-benar bagai sudah jatuh tertimpa tangga. Gagal memberi serangan yang dapat membantu, malah terkena serangannya sendiri. Perlahan kucabut jarum tersebut, tidak mudah karena harus menahan sakit. Ketika berhasil melepas, kulempar jarum itu ke kiri dan kanan. Tak kuduga lemparan itu mengenai punggung Irwin yang sudah teleport dan hendak menyerang.
Dia memekik kesakitan dan kabur. Meninggalkanku sendiri, yang bersiap akan serangannya kembali. Tetapi kali ini aku tahu taktik yang dapat kulakukan, dengan kondisi yang telah lemah akibat serangan Irwin yang di atas angin dan mungkin ini adalah yang terakhir untukku. Tidak lama bagiku melihat dia kembali, tanpa menunggu lama ku lempar jarum mengenai dirinya. Seperti sebelumnya dia menghilang, teleport menuju diriku. Dan saat inilah kujalankan taktikku.
Jarum kulempar ke kiri dan kanan, tindakan yang kacau buatku. Entah apakah berhasil atau tidak, hanya saja itu pilihanku yang terakhir untuk saat ini. Suara besi berdentik saat menyentuh tanah dan tak lama kemudian suara pekikan terdengar lagi dari kanan. Kali ini suara Irwin terkena jarum kedua kalinya. Dia tampaknya tidak sadar akan kedatangan serangan tersebut dan terkena status buruk.
Pertarunganku berlangsung imbang. Entah kenapa Irwin masih cukup kuat dan memojokkanku ke pinggir, dan tanpa kusadari aku menyerang dia bukan berusaha mencari selamat. Dia tak sadar kalau dibelakangku ada jurang. Tanpa kusadari aku menyerang tepat pada dirinya dan membuat dia terjungkal, terakhir yang kutahu dia telah bergantung di sisi jurang.
Perlahan kutersadar dari pengaruh buasku sendiri. Keadaanku menjadi sempoyongan tetapi itu tidak penting! Irwin sedang bergantungan disisi jurang. Mengapa dia tidak teleport keluar dari sana? ataukah dia tidak bisa melakukan teleport? Kucoba meraih tangannya tetapi dia tidak mau menerima.
"Berikan tanganmu"
"kau menang " ujarnya.
"Apa maksudmu?" ku coba lebih mendekat "kamu pasti bisa selamat"
"Kau mengingatkanku pada diriku" katanya kembali. Tangannya berhasil kuraih. "aku tak sadar betapa beruntungnya kamu"
"Hentikan, kita bisa…"
"sudah terlambat.. " dia terdiam. "Kalau saja aku menang dan selamat. Siapa yang akan menungguku disana?" katanya
"tidak.. kamu tidak akan melakukannya?"
"Aku tahu kamu tidak sadar. Tetapi kamu memiliki orang yang menunggumu"
Aku tahu dia menyebut pria tersebut. Tetapi kurasa dia bukanlah yang Irwin pikirkan. "Aku sudah memegang tanganmu" kataku berusaha menarik. "kita bisa cari cara agar selamat dari dunia ini"
"Kau membantah padaku, kau katakan bahwa dia bukanlah orang yang kau cintai. Sama seperti diriku di masa lalu. Tetapi ketika kusadari perasaanku.. itu semua terlambat"
Aku terus menarik tangannya tetapi otot tanganku mengeras dan kaku. Aku tak kuat menarik dia dan kemungkinan akan tertarik jatuh. "Tidak bisa, tanganku"
"Aku ingin kau hidup! dan jangan kau ulangi kesalahanku" kata Irwin. Dia memandangiku terakhir kalinya. "Maaf" …. Irwin lalu berontak dari peganganku.
dan kata-kata itu adalah kata-kata terakhir yang kudengar darinya. Aku tak berhasil menyelamatkannya, dan kini diriku terdiam menyesali semuanya. Apa permainan akan berakhir? ataukah ini hanya permulaan?
---- | | ----
twist ceritanya seru gan, tapi mba irwinnya malah jadi kejem gitu. reeh nya kasian, ga sempat nongol tau-tau ceritanya udah mati aja. sama ane kurang begitu paham, kenapa sjena sama rafa nurut ke mba?
ReplyDeletetulisannya masih agak berantakan nih gan, trus pov nya kadang ketuker. jadi rada-rada susah ngikutin ceritanya.
maaf gan, untuk kali ini ane kasih nilai 4...
terima kasih masukannya.. saya nulis urut dari pertanyaan..
Delete(1) Reh sebenarnya mengetahui kecemburuan Irwin pada Annete. Dia berusaha menghalangi lalu dibunuh oleh Mba.. yang akan membawa ke pertanyaan berikutnya
(2)Sjena dan Rafa nurut karena mereka jatuh hati pada perempuan ini. Berbeda sama Annete yang lebih suka jauh dari kerumunan, Mba merasa dirinya bak ratu lebah. Tapi hatinya suka pada Reeh, sayang Reeh malah dekat dengan Annete.. dan Annete sendiri tidak mau dekat dengan Reeh. Jadi ya bisa dibilang ini mengikuti tema sinet, cemburu membawa maut.
(3) itu adalah kekurangan saya, terima kasih kembali untuk masukannya.
Nilai anda berguna untuk perkembangan cerita saya di masa depan
Saya kurang dapet lho di ceritanya, apa keskip ya? Mungkin baiknya poin" ini dimasukin ke cerita, biar pembaca ga kebingungan dan bertanya"
DeleteTercatat
Deleteoh, gitu... makasih penjelasan lebih lanjutnya...
DeleteSetuju sama komentar di atas. Tulisan ini berantakan banget, kalo boleh saya bilang
ReplyDeleteTapi selain tulisan yang berantakan, saya lebih terganggu lagi sama penggunaan bahasa yang nggak bakunya. Mungkin emang ga ada aturannya tulisan mesti rapi dan baku sih.. tapi kalau ngga gitu menyusahkan yang baca untuk menikmati ceritanya
Btw Mba di sini kok kayanya ooc banget ya?
5/10
em..rada susah nangkep critanya , kdang btuh diulang dri bberapa kalimat biar paham critanya :D tp skrg dh ngrti ..
ReplyDeletebtw agak ga enak klo dialognya pke bahasa non-baku , jdi ngerusak suasana kesannya :D
trus yg jarum mantul dan pisau mantul , ini yg agak kurang enak ,
jarum mantul sih oke prtamanya, tp pas pisau mantul kesannya kya diulang lg adegannya, jdi trkesan mainstream ..
tp scara kseluruhan dah bgus om,
7/10
Mba nya OOC sangaaaaaaaaaaaaaat :"(((((((
ReplyDelete*nangis*
Ga banyak kata, aku mulai reviewnya deh >.<
Plot : Oke aku ga begitu ngerti apa yang terjadi disini, penjelasan detail tentang latar ruang dan waktu sama sekali ga dijelasin, jadi pas plot jump, pembaca sama sekali ga tau ada dimana, sedang apa, bagaimana ini terjadi, dll. Bingung banget deh.
Lalu penggunaan kalimat tidak baku, itu bener2 kurang tepat digunakan di tulisan genre fantasi, rasanya aneh. Lebih cocok utk genre teenlit dan semacamnya.
Tapi semua berubah saat author mendeskripsikan Mba.
"Rambutnya melambai-lambai di tiup angin. Tampak bagai pelangi muncul dari rambutnya tersebut. Hatiku merasa bahwa ada sesuatu yang kulupakan, tetapi entah apa itu. Tetapi mendadak hatiku serasa berdegup keras melihat wajahnya. Matanya melirik ke arahku, saat itu aku merasakan sensasi berbeda. Seolah angin bertiup keras menerpa diriku. Mata coklatnya yang sayu mengatakan suatu bahasa yang tak dapat kumengerti. Lalu kulihat hidungnya, kupandangi secara seksama. Mancung indah , menunjukkan dia bukanlah perempuan yang sama seperti diriku.
Lalu kupandangi bibirnya, bibirnya berwarna ungu seperti seorang yang telah kehilangan sesuatu yang indah dari dirinya. Bila saja saya tahu apa itu keindahan? Bibirnya bergerak , gerakannya begitu indah. Semua orang pasti akan terpesona akan bibirnya tersebut, lalu hidung yang indah, menuju mata dan akhirnya rambut. Semuanya itu terlihat sebagai sebuah kesatuan dari seorang wanita yang anggun."
Author pasti penulis teenlit ya? Beda banget adegan battle sama adegan lovey dovey nya >.<
Karakter : Penggunaan bahasa slang disini bener2 bikin semua terasa OOC. Sjena ga dapet sarkasnya. Mba yg OOC banget, jadi jahat. Rafa ga kegali karakternya. Reeh yg belum muncul tapi udah mati, kasian banget (Reeh ya, bukan Reh. Kesalahan penulisan nama itu fatal banget buatku)
Tampaknya author kurang membaca charsheet dengan detail, sehingga banyak banget yang miss disana sini. Sjena kekuatannya bukan api, lho. Dan dia emang bisa bikin pasukan bayangan, tapi ga bisa dipake nyerang kok xD.
Lalu Mba hanya bisa teleport ke tempat dimana terjadi pertarungan, ga bisa teleport seenaknya.
Aku juga minta maap krn udah bikin charsheet super ribet, dan aku maklumin kok klo ada miss soal skillnya Sjena. Tapi klo soal OOCnya Mba, aku minta maap banget. Author seharusnya dapat menangkap karakteristik Mba dari 4 cerita sebelum ini (karena author ngepost paling akhir, harusnya paling banyak dong dapet referensi xD. Kalo aku yang ngepost pertama, kurasa OOC masih wajar karena sama sekali ga ada referensi. Tapi soal karakteristik Mba, aku udah baca cerita kematiannya yg di share di grup. Kalo author nggak baca itu, ya..)
Battle : Aku ga dapet aliran battlenya, sebagian besar aku cuma skimming dan maap, aku kurang bisa ngikutin. Selain karena kurangnya detail tentang apa yang terjadi, plot jump yang membingungkan, serta penggunaan bahasa slang yang ga pada tempatnya bikin semuanya mental keluar dari otakku, maap banget ya :(
Dibandingkan dengan versi Rafa, versinya lebih enjoyable dan ceritanya masih bisa diikuti. Tapi sayang, versi ini terkesan dibuat sangat buru2, kurang development, dan bisa dibilang masih mentah.
Dariku 5/10
Tercatat
DeleteOke kayaknya udah banyak hal yang pengen moi ungkapin tapi udah diborong semua ama yang lain. Jadi moi kritik soal konsistensi aja ya. Terus terang cerita ini berantakan. Narasinya, POV-nya, teknik penulisannya, sampai karakternya. Narasi dan POV udah disinggung di atas. Teknik penulisan: kayaknya hampir semua ketentuan EYD dilanggar. Bahkan awal kalimat banyak banget yang nggak pake huruf kapital. Karakter: Mba OOC parah padahal menurut saya Mba adalah OC paling mudah dipahami (beda dengan Sjena *mendelik keji ke Bayee*).
ReplyDeleteMoi mengapresiasi penggunaan subbab di sini. Tapi bahkan jenis font judul subbab-nya saja tidak konsisten. Jenis font subbab terakhir beda dengan jenis font subbab sebelumnya.
Moi nitip nilai 5.
Tercatat
DeleteHai, Annete. Kaget pas baca Mba Irwin yang jadi sosok licik di sini. Pemakaian kata tidak baku & tanda baca yang tidak tepat membuat cerita kurang nyaman dinikmati.
ReplyDeletePertarungannya seru, Annete masih terlihat tangguh meskipun sebagian memorinya terhapus.
(Maaf, sebenarnya kemampuan menghapus memori bukan senjata bagi Rafa. Rafa takkan sembarangan mengunakannya pada orang lain. Kemampuan itu membutuhkan ikatan emosi)
Nilai: 7
Tercatat
Delete"This is not a good one thought." - Umi -
ReplyDeleteSejujurnya, Umi tahu kak Gunawan sedang menggunakan Pov 1 karena ada tokoh nyebut dirinya pake 'aku'. tapi entah kenapa, Umi enggak ngerasa ini Pov1. Ini lebih kayak pov 3 pake tokoh bernama 'Aku'.
kayak yang udah disebut oleh mademoiselle Collete (baca : koleit) wkwkwk Ini banya banget typo sama kesalahan EYD-nya. Belum lagi missing word. haftness. Bacanya jadi agak gimana gitu. terutama missing word sih, jadi harus nebak, "harusnya disini ada kata apa ya.." gitu~
Sekedar saran aja, mungkin flashback cerita (contoh saat Annete inget kejadian dia latihan sama Rendi) mungkin bisa dikasih tanda bahwa itu flashback, bisa pake huruf miring atau tanda "***" yah terserah. yang penting ada sesuatu yang menandakan kalau itu adalah flashback.
Ada yang aneh, kenapa Mba enggak teleport langsung pas ada adegan berantem?
aniway 5/10 :D semangat~~
Aduh, bingung mau komentar apa, udah diborong semua sama atas.
ReplyDeleteBener yang atas bilang, PoV-nya ketuker-tuker, jadi bingung bacanya.
5/10
tambahan, mba-nya OOC
Deletecontoh, nggak ada tanda baca di akhir dialog bikin susah menentukan apa yg dirasa sama yg ngomongin dialog itu. urutan dialog sama narasi jg masih kurang asik jadi irutan kejadian susah dicerna. sbnrnya di bagian teenlit romantisnya bagus, paling mesti digali aja gmn cara mengungkapkan sebuah adegan yg basic emosinya selain romantis tapi jg marah, semangat, ingin membunuh dsb, biar emosi dan pergolakan itu tergambar dlm kalimatnya. titip nilai 5/10 - Po
ReplyDeleteSaya sih disarankan tidak membaca ini karena saya sempet stres kemaren-kemaren karena mudah teracuni. Tapi saya ngerasa ngga adil aja ngga baca karena orang lain bilang jangan.
ReplyDelete(Come on, it's still H-3 from my novella)
So....... apa yang mau saya sampaikan udah disampaikan diatas.
- masalah POV
- Mba yang OOC (Mba itu terlalu baik)
tambahan :
Fontnya jomplang
Alias ngga seimbang
+6
ini yang saya buru gan,
ReplyDeletehihihi,,, makasih