Pages

April 13, 2014

[ROUND 1 - J] DEISMO - RETURN OF THE FAKE GHOST!!

[Round 1-J] Deismo
"Return of The Fake Ghost"
Written by Overlord HALL

---

Deismo mendengar suara kain yang diterpa angin, kesadaranya mulai kembali. Suara itu adalah suara jubahnya sendiri yang diterpa oleh angin.

Perlahan-lahan ia membuka matanya,  hingga akhirnya dia menyadari dirinya sedang terbang di langit dengan awan-awan hitam, pemandangan seperti itu pernah ia lihat ketika penciptanya, Duster menerbangkanya ke angkasa untuk mengetes sebuah benda yang disebut Roket.

“Dimana ini...?”

“Jangan khawatir, aku akan mendaratkanmu dengan aman” Suara yang sangat datar diikuti oleh suara kepakan sayap terdengar dari belakang Deismo, sekilas dia melihat siapa yang di belakangnya, makhluk berkulit merah dengan sayap hitam memegang kedua tanganya sambil terbang di atas awan-awan hitam, kalau tidak salah namanya Hvyt.

Makhluk itu membuat Deismo ingat semuanya, makluk ini pernah membawanya ke sebuah tempat serba merah, lalu makhluk ini membawanya kepada sosok yang mengaku dirinya tuhan dan memerintahkan semua orang dihadapanya untuk membunuh satu sama lain dengan hadiah hidup kembali.

“Kita sudah sampai, aku akan menurunkanmu.”

Kemudian Hvyt mendarat dengan perlahan, awan hitam yang menghalangi lintasan mendaratnya bergerak menyingkir, membuat sebuah lubang diantara awan-awan hitam itu. Mereka melewati lubang itu dan akhirnya mendarat.

***
“Baiklah, sekarang pertarunganmu dimulai, selamat tinggal!” Hvyt mengembangkan kedua sayapnya lalu menghentakkan kedua kakinya sekuat tenaga, melompat tinggi ke angkasa dan menghilang dalam awan gelap di langit.

Deismo memandangi sekelilingnya, tanah yang gersang, danau dengan pusaran arus yang kuat, jurang jurang yang sangat dalam, gunung gunung yang menjulang tinggi, langit gelap yang tidak pernah menurunkan hujan dan lubang-lubang dimensi yang berhamburan hampir di segala tempat.  Hantu imitasi itu berlutut dan mengambil sebuah batu kerikil dari tanah, dipandanginya batu itu.

“Batu ini...”

Deismo menggengam batu itu lalu menghancurkanya, Ia membuka genggamannya dan sepihan berwarna-warni perlahan jatuh dari tanganya.

“Tidak salah lagi, batu tadi adalah batu yang tersusun dari materi acak dari berbagai realm, tidak ada realm yang memilikinya selain paradoks world.”

“Aku... telah kembali...” Deismo berkaca kaca melihat realm yang telah lama ia tinggalkan. Kebahagiaan memenuhi isi hatinya, ia ingin meneteskan air mata bahagia, namun matanya tidak dibuat untuk meneteskan air mata. Karena terlalu bahagia ia tidak menyadari kehadiran sesosok manusia yang tiba-tiba muncul di belakangnya.

“Untuk yang belum tahu, paradoks world adalah realm dengan banyak lubang dimensi yang terhubung ke berbagai realm, jadi berbagai macam benda dari semua realm bisa ditemukan disini, tapi tidak selalu dalam keadaan utuh karena keadaan realm yang acak acakan ini memiliki alam yang tidak terlalu ramah.”

Seorang pria misterius yang datang entah dari mana menjelaskan tentang kondisi paradoks world kepada para pembaca yang tidak tahu tentang paradoks world karena belum (atau malas) membaca chacacter sheet Deismo.

Kehadiran pria misterius itu membuat Deismo terkejut. Secepat mungkin Deismo membalikkan tubuhnya lalu mengarahkan tangan kirinya pada orang dibelakangnya sambil menutupi wajahnya dengan tangan kananya.

“Siapa kau?! Apa kau juga peserta turnamen ini?!”

“Aku bukan peserta, aku adalah Overlord HALL dan aku hanyalah karakter figuran jadi silahkan abaikan aku”

“Tidak ada yang bisa melihat para peserta turnamen ini, kecuali dia juga peserta!!” Deismo membentak Overlord HALL , dia berpikir kalau Overlord HALL adalah seorang peserta yang mencoba untuk mengalahkanya dengan menyembunyikan identitasnya.

“T-Tunggu! Aku bisa menjelaskan ini!!” Overlord HALL panik begitu melihat reaksi Deismo, tanpa panjang lebar Deismo menangkapnya dengan tangan kirinya lalu menggunakan sihirnya yaitu Thermokenesis.

“Untuk yang belum tahu, thermokenesis adalaaaa–!!!!” Belum sempat menjelaskan apa itu thermokenesis kepada para pembaca, Deismo membekukan Overlord HALL dalam sekejap. Tidak hanya itu, ia juga memukulkanya ke tanah dan membuat tubuh orang itu hancur berantakan.

“Maaf, sebenarnya aku tidak ada niatan untuk membunuhmu tapi aku juga tidak mau dibunuh sebelum aku melihat desa teman-temanku dengan mataku sendiri.” Tanpa pikir panjang Deismo meninggalkan tempat Hvyt menurunkannya.

Perlahan-lahan Deismo berjalan menuju ke arah desa yang samar-samar diingatnya, satu-persatu bukit ia lewati, hingga akhirnya Deismo melihat cahaya terang sebuah desa yang ia kenali dari jauh. Deismo mempercepat langkahnya, dia ingin bertemu dengan teman-temanya secepat mungkin. Walau begitu... tidak semua hal akan berjalan sesuai harapanya...

***
Sementara itu, di desa yang terbuang, bangunan-bangunan desa itu rusak berat dan mustahil untuk ditinggali. Meski begitu, di sekitar bangunan rusak itu dipenuhi oleh tenda-tenda dari kulit hewan yang dihiasi oleh lentera-lentera indah yang memancarkan cahaya yang warna-warni, banyak makhluk berbagai ras berlalu-lalang, ada yang menari-nari, menyanyi, bermain musik, tertawa bahagia dan memakan berbagai hidangan yang disediakan di meja-meja yang tersusun rapi, sepertinya mereka sedang melakukan sebuah pesta.

“Mana lawanya nih?”

Sesosok manusia yang menggunakan helm dan masker gas sedang mengendarai seekor harimau merah. Si manusia adalah peserta sama seperti Deismo, namanya adalah Kara, sedangkan si harimau adalah parternya yang bernama Eza. Mereka menyusuri keramaian desa itu untuk mencari peserta lainya.

“Eza! Gunakan kemampuan Levitasimu!” Perintah Kara pada Eza, tapi sepertinya Eza hanya terdiam dan berhenti berjalan, tidak mau mendengarkan tuanya.

“Ayolah Eza, Kita bisa mencari lebih mudah dari tempat yang lebih tinggi!”

“Nggak mau, Kara kok nyusahin banget sih...”

HEY!! Kenapa loe mbantah perintah gue?!” Teriak Kara kesal karena mendengar jawaban Eza, “Ayo Terbang!

“BERHENTI MEMERINTAH SAYA!!” Eza mengaum dan kemudian berdiri dengan kedua kaki belakangnya, membuat Kara terjatuh dari punggungnya lalu Eza menurunkan badanya dan kembali menggunakan keempat kakinya untuk berjalan.

“Tuan lihat orang orang disekitar kita, mereka semua sedang berpesta, sudah sewajarnya kita bersenang-senang seperti mereka!”

“Eza, apa loe lupa kalau kita disini untuk ngebunuh semua peserta disini?!”

“Tentu tidak, tuan” Eza menggelengkan kepalanya, “Tapi kita telah menusuri tempat ini selama berjam-jam!” Eza berjalan menjauh dari Kara yang sedang mencoba berdiri setelah terjatuh.

“Saya capek! Saya mau ambil cuti!”

WOY! Jangan bertindak seenaknya, Eza!” Sahut Kara pada Eza tetapi Eza tidak bisa mendengarnya karena dia sudah berjalan cukup jauh dari Kara. Kemungkinan dia menuju ke pusat desa yang barusan mereka lewati, dimana para warga membakar sebuah daging berukuran raksasa.

“Untuk yang belum tahu, Eza adalah harimau yang bisa berbicara dan memiliki kemampuan levitasi (kemampuan untuk terbang), akan tetapi Eza tidak terlalu menurut pada Kara karena mereka sifat mereka yang sama yaitu tidak suka diperintah” Kata Overlord HALL yang muncul entah darimana tapi kali ini dia menjaga jarak dengan para peserta agar hal yang ia alami ketika bersama Deismo tidak terulang lagi padanya.

“Oke! Fine, lagian gue juga capek, mungkin gue bisa jalan-jalan bentar, sekalian cari makan” Kara berjalan menyusuri beberapa meja hidangan yang ada disana. Kara sibuk melihat berbagai macam hidangan hingga akhirnya dia berhenti ketika ia melihat sebuah makanan yang mirip dengan burger berukuran sedang.

“Wah... yang ini terlihat seperti burger... karena aku tidak bisa dilihat, langsung aku ambil saja” Kara langsung mengambil makanan yang mirip dengan burger itu, air liurnya terlihat menetes dari masker gasnya. Tanpa panjang lebar lagi Kara melepas masker gasnya dan memakan burger itu.

“Hm! Rasanya lumayan juga!” Didorong oleh rasa lapar, Kara memakan burger itu dengan lahapnya,  tidak sampai hitungan detik burger itu telah habis dimakan olehnya.

“Lumayan! Mungkin gue harus mengambil satu lagi...” tanganya bergerak dengan cepat mengambil satu lagi burger dan bersiap untuk memakanya tapi dia terhenti melihat seorang penduduk lokal yang gemetaran di dekatnya.

“Lho? K-K-Kenapa masakanku melayang-layang?!” Seorang penduduk lokal yang sepertinya memasakkan makanan itu. ia merinding melihat masakanya dipegang oleh Kara yang tidak terlihat baginya.

“Hehehe... mungkin bisa gue jahili nih orang...” Kara mengambil pisaunya dan mengukir sesuatu di meja hidangan.

Gue adalah hantu yang lapar, beri gue makanan sebanyak-banyaknya atau gue makan loe!!

Orang itu kaget dengan mata melotot melihat tulisan yang tiba-tiba terukir di mejanya itu “S-S-SIAP TUAN HANTU!!”  Lalu dia berlari ke sebuah dapur terbuka dan mulai membuat pesanan yang di inginkan Kara dengan penuh rasa panik, semantara Kara tersenyum sambil duduk bahagia dan menunggu pesananya.  

“Sip, deh!”

Ketika menunggu pesananya Kara melihat  seorang pria berambut coklat gelap, memakai kemeja biru gelap, jas hitam, dan metal headband sedang tergeletak di tengah jalan. Dia adalah salah seorang peserta di realm ini, Baikai Kuzunoha.

“Oh! Aku beruntung! Dia pasti seorang peserta, tapi kenapa dia merayap rayap seperti itu?” Kara mulai waspada ketika melihat Kuzunoha, dia bersembunyi dibawah meja yang ia tempati dan memperhatikan Kuzunoha.

“Aku tidak tahu rencanamu, tapi kau akan mati sekarang!” Kara mengeluarkan busur mekanisnya dan mulai mengeker Kuzunoha.

***
 “Ah... j-jadi inilah yang disebut hukum karma...” Gumam Kuzunoha, untuk suatu alasan tubuhnya tidak dapat bergerak “S-Sial... saya sama sekali tidak menduga kalau minuman yang kucuri itu adalah kopi...  warna dan baunya sangat mirip dengan Mint Tea....”

“Untuk yang belum tahu, Baikai Kuzunoha memiliki kelemahan yang unik, dia akan menjadi paralyzed (Lumpuh)ketika meminum kopi.” Seorang pria misterius muncul di dekat Kuzunoha dan menjelaskan tentang kelemahan Kuzunoha yang merupakan rahasia top secret, dia tidak menjaga jarak seperti yang ia lakukan pada Kara karena saat ini Kuzunoha bukanlah ancaman baginya.

“S-Siapa anda? P-Peserta lainya?”

Tanya Kuzunoha pada sosok yang berdiri di dekatnya itu, tubuhnya masih tidak dapat bergerak. Dia mencoba meraih revolvernya, tapi persendiannya masih kaku dan tidak mau bergerak.

“Aku bukan peserta, aku Overlord HALL dan aku hanya memberi informasi kepada mereka yang membaca cerita ini, beberapa dari mereka kebingungan mengapa kau bisa tergeletak di jalan karena sebuah kopi, bahkan ada beberapa dari mereka yang langsung mengecek character sheetmu.”

“H-Hah? A-Apa maksud anda? Saya tidak mengerti...”

“...Oke, kalau begitu silahkan lupakan saja masalah itu. Selamat berjuang!”

 Overlord HALL meninggalkan Kuzunoha yang masih tergeletak di jalan. Kuzunoha masih binggung dengan yang ia maksud dengan ‘Selamat berjuang’. Tapi akhirnya ia mengerti apa yang dimaksud oleh Overlord HALL, ia melihat sosok berwarna merah bersembunyi dibawah meja hidangan yang berada sekitar 20 meter darinya, Kuzunoha sempat merasakan hawa membunuh darinya.

“M-Mungkinkah itu peserta lainnya?!” Mengetahui nyawanya berada dalam bahaya, Kuzunoha mecoba menggerakan tubuhnya sekali lagi. Tanganya dengan susah payah menggapai salah satu tubenya.

“Mana tubeku... Dapat!”

“Munculah, Masakado!” Tube yang ia pegang itu menghasilkan cahaya yang berwarna hijau. Cahaya hijau itu dengan cepat membentuk wujud seorang samurai dengan baju kuning, wajahnya diwarnai sebuah corak berwarna merah. Matanya tertutup, tapi tiba-tiba terbuka ketika ia merasakan sesuatu yang mengancam tuanya.

Sesuatu yang terlihat seperti api hitam yang membara-bara melesat menuju Kuzunoha, dengan cepat Masakado mengangkat tubuh tuannya dan menghindari api hitam itu.

“Tuan tidak apa apa?”

“Ya, terima kasih Masakado. Tapi bisakah kau mengambilkan tubeku?”

“Tentu, tuan!” Masakado menyandarkan tuanya pada sebuah bangunan, lalu ia berlutut dan mengambil sebuah tube dari pinggang tuanya.

“Silahkan!”

“Terima kasih. Pixie, Muncullah!” Sekali lagi tube yang ia pegang itu menghasilkan cahaya yang berwarna hijau. Cahaya hijau itu dengan cepat membentuk sosok gadis yang berukuran sejengkal.

“Tuan memanggilku?”

“Ya, tolong sembuhkan paralysisku.”

“Oke, tuan!”

Dengan segera Pixie terbang ke dekat tuannya dan meletakkan kedua tanganya pada tubuh Kuzunoha.

Patra!!” muncul cahaya dari telpak tangan Pixie, cahaya itu masuk kedalam tubuh Kuzunoha. Beberapa saat kemudian, Kuzunoha merasa tubuhnya dapat bergerak lagi.

“Oke, ayo kita lakukan ini. Pixie, Masakado masuklah ke tubemu!” Dengan perintah Kuzunoha tubuh mereka berdua berubah menjadi cahaya kehijauan dan masuk kedalam tubenya.

“Sekarang aku akan memberi orang itu sedikit kejutan.”

***
“Sial! Pergi kemana dia?” Kara mengendap-endap di bawah meja hidangan, Kuzunoha telah hilang dari pandanganya. Eza tidak berada di dekatnya jadi akan sulit baginya untuk lari jika musuhnya menyerang dari jarak dekat.

Dengan cepat Kuzunoha bergerak ke tempat yang tadi ia lihat, disana ia menemukan sesosok manusia berpakaian merah berjongkok dibawah meja.

“KENA KAU!!” Kuzunoha menargetkan pedangnya ke kepala Kara untuk membuatnya mati mendadak. Pedangnya membelah meja hidangan tempat  Kara bersembunyi, tapi pedang itu tidak membelah helmnya, bahkan membuat pedang Kuzunoha retak.

P-Pedangku!

S-Sial!” Kara merasakan benturan di kepalanya, baru ia menyadari musuhnya menyerang dari belakang. Dengan panik Kara meletakan busurnya dan mengeluarkan pisaunya.

“Mati kau keparat!!”

Kara memutar tubunya 180 derajat secara horizontal sambil mengayunkan pisaunya dengan harapan mengenai musuh di belakangnya. Kuzunoha mencoba menahan seranganya dengan pedangnya tapi pedangnya langsung terbelah oleh pisau itu.

Pisau itu bisa menghancurkan pedangku!” Pikir Kuzunoha. Begitu mengetahui pedangnya hancur dan musuhnya memegang sebuah senjata jarak dekat, Kuzunoha menendang pisau Kara ke udara.

S-Sial! Aku lengah!” 

“KENA KAU!!” Kuzunoha menangkap pisau Kara yang terlepas dari peganganya dan hendak menusukkanya pada Kara yang sedang jongkok. Namun, seekor harimau merah berlari dengan kecepatan tinggi dan menabrak Kuzunoha, membuatnya terpental ke meja hidangan di sebelahnya.

TUAN KARA!!

EZA!! Timingmu bagus!” Kara dengan cepat menaiki punggung Eza lalu Eza mengaum dengan keras melambangakan kalau mereka berdua menantang Kuzunoha untuk bertarung.

“Ternyata kau memiliki partner seekor harimau ya? Tidak masalah karena aku juga memiliki partner!” Kuzunoha mengambil sebuah tube pemanggil demon.

“Masakado! Datanglah dan kalahkanlah musuhku!!”  sebuah cahaya keluar dari tube itu, membuat sebuah pusaran energi di kanan Kuzunoha. Sesosok demon muncul dari pusaran energi itu, samurai yang ia panggil tadi.

“Majulah Masakado, tapi hati-ha-!” Belum sempat Kuzunoha menyelesaikan kata-katanya Masakado berlari menuju Kara dengan kecepatan yang luar biasa.

“Ya, saya sudah tahu tuan!”

“Kena kau!!” Masakado melompat ke atas dan mengayunkan pedangnya ke kepala Kara, tapi kejadian serupa dengan tuannya terjadi, pedangnya juga hancur ketika mencoba membelah helm super kuat Kara.

ADUH!! Sakit tahu!”

“Tuan Pegangan yang erat!!”

“Hah? Kenapa aku harus....WOAAAA!!!” Tanpa pemberitahuan lebih lanjut Eza dangan cepat memutar tubuhnya, sehingga membuat Helm Kara terayun dan menghantam Masakado yang masih terkejut dengan kekuatan helm Kara. Hantaman itu terbukti efektif, Masakado terkapar di tanah dengan wajah yang bengkak akibat hantaman helm itu.

AW!! Eza, loe ngapain?!”

“Maaf tuan Kara, tapi kita tidak punya senjata jarak dekat lain selain helm tuan”

LOE SENGAJAKAN?! Gue yakin loe sengaja!”

Tiba-tiba Kara teringat bahwa busurnya tertinggal dibawah meja tempatnya bersembunyi ketika diserang oleh Kuzunoha.

“Eza, apa kau melihat busur mekanisku disekitar sini?”

“Uh... apa yang satu ini?” Eza mengambil sebuah busur yang tergeletak di tanah dengan mulutnya dan memberikanya ke Kara.

Kara mengamati Busur itu sebentar, lalu ia getarkan senarnya dan ia mengecek penghitung panah di busurnya, “Sial, penghitung panah busurnya rusak, bagian ujung sini juga tapi mungkin masih bisa dipakai menembakkan beberapa panah.”

***
“M-Maafkan kegagalan saya, tuan!”

“Nah... Tadi saya memperingatkanmu tentang helmnya itu”

“Ya... apa boleh buat. Masakado Kembalilah!” Tubuh Maskado berubah menjadi cahaya yang berwarna hijau yang terhisap ke Tubenya. Dengan cepat Kuzunoha mengambil tube yang lain untuk memanggil demon lainya.

Belial!! Beelzebub” Sekali lagi pusaran energi  muncul disebelah Kuzunoha dan muncul dua sosok demon. Yang pertama Belial, setan dengan tubuh berwarna merah, memiliki sayap dan ekor, membawa tombak yang ujungnya membelah menjadi tiga. Yang kedua Beelzebub, Demon yang menyerupai lalat dengan ukuran raksasa memiliki dua kaki dan empat tangan, salah satu tanganya memegang tongkat tengkorak.

“Belial, Alihkan perhatian mereka dengan menyerang mereka dari jarak dekat!”

“Siap, tuan!!”

“Beelzebub, kau gunakan Mamudoon pada mereka selagi Belial mengalihkan perhatianya!!”

SIP, BOSS!!”

“Untuk yang tidak tahu Mamudoon adalah sebuah sihir yang dapat mencabut nyawa lawan dalam sekejap, tapi hanya bisa dilakukan oleh demon tingkat tinggi seperti Beelzebub.” Sekali lagi Overlord HALL muncul entah dari mana dan menjelaskan tentang sihir Mamudoon. Tentunya dia menjelaskan hal ini dari tempat yang jauh dan aman dari pertarungan.

Beelzebub menghentakkan tongkatnya dan mulai menggunakan sihirnya, saat itu juga Belial meluncur kearah Kara dan Eza dengan cepat, lebih cepat dari Masakado.

“C-Cepat sekali! E-Eza terbanglah!!”

“SIP!!” Eza melompat ke udara lalu melayang dengan kemampuan levitasinya. Dengan cepat dia menaikkan ketinggianya hingga 20 meter dari tanah.

“Beelzebub lepaskan sihirmu!”

“Ya, tuan!” Beelzebub melepaskan sihirnya dari bawah, sebuah bola berwarna gelap dia lemparkan kearah harimau merah itu tapi kecepatan Eza jauh lebih hebat dari bidikan Beelzebub, dengan mudahnya Eza menghindari sihir Beelzebub.

“Waktunya serangan balasan!!” Kara membidik ke bawah dan menembakan panah-panah yang ia miliki. Setelah dia menembakan 20 panah, busur Kara mulai tidak melontarkan busur busur itu seperti seharusnya, anak panah itu tidak mendapat dorongan pegas dan jatuh begitu saja. Karena menyadari ada keganjilan, Kara berhenti menembakkan panahnya dan mengecek busurnya.

“Lho? Benangnya putus! Pantas saja rasanya ada yang salah dengan panah ini” Kara tidak mungkin menggunakan busurnya lagi, mengetahui masalah ini Eza menaikkan ketinggiannya dan kabur dari tempat itu.

***
Sementara itu di darat, panah-panah Kara menghujani Kuzunoha dan para demon, Kuzunoha tidak sempat keluar dari area serang Kara tapi dia bisa selamat karena Belial melindunginya dengan mengorbankan tubuhnya sebagai sasaran tembak.

“A-Apa t-tuan baik-baik saja?”

Suara Belial terdengar begitu lemah, tiga anak panah menancap di punggungnya.

“B-Belial! Jangan khawatir aku akan memasukanmu kedalam tube!”

“Maaf telah mengecewakanmu, tuan”

Kuzunoha mengambil tubenya dan mengembalikan Belial kedalam tubenya. Tiba-tiba Beelzebub mendatangi tuannya dengan perlahan.

BOSS, APA YANG HARUS KITA LAKUKAN?

“Bukannya itu sudah jelas, kita harus mengejar mereka!”

Beelzebub mengganguk mendengar perintah tuanya, dia menggengam Kuzunoha pada salah satu tanganya. Kemudian lalat raksasa itu mengepakkan sayapnya dengan cepat, tanpa mereka sadari angin yang dihasilkan Beelzebub merobohkan tenda-tenda disekitarnya. Lentera-lentera yang terpasang pada masing-masing tenda juga ikut terjatuh, akibatnya lentera ini terbakar, membuat kobaran api yang besar. Tanpa menyadari hal itu Beelzebub lepas landas, mengejar Kara dan Eza.

***
“Apa tuan mendengar sesuatu?”

“Mendengar apa? Aku lagi sibuk jangan diganggu!”

“Tidak, tuan! Aku mendengar suara dengung yang sangat menggangu dari bawah sana!”

Lalu Kara tersadar, memang benar ada suara dengung yang sangat keras, dia mencari-cari asal suara dengung itu. Dia melihat ke bawah, lalu ia mendapati lalat raksasa itu terbang kearahnya dengan Kuzunoha di genggamanya.

“Kejar mereka Beelzebub!”

SIP, BOSS!!” Lalat raksasa itu menambah kecepatanya dan suara dengung yang ia buat semakin berisik.

“E-Eza! Lari! Mereka mengejar kita!” Dengan perintah Kara Eza terbang sekencang-kencangnya menjauhi lalat raksasa itu, tidak lama kemudian mereka menembus awan hitam yang selalu mengambang di langit paradoks world, kemungkinan mereka sudah berada 25 Km dari permukaan tanah.

“Makan nih granat!” Kara melemparkan granatnya kearah Lalat raksasa itu, tapi gerakan lalat itu lebih gesit daripada yang ia kira. Lalat itu bisa menghidari granat itu meski tubuhnya sangat besar.

“Kau tidak akan bisa lari!!” Kecepatan Beelzebub semakin menjadi-jadi, sekarang dia telah menangkap Eza dan Kara.

“Bunuh mereka!” Atas perintah Kuzunoha. Beelzebub mengencangkan genggamanya.

“K-Kalau kau ingin aku mati, maka KAU HARUS IKUT DENGANKU!!” Seiring dengan kuatnya cengkraman Beelzebub, rudal yang dibawa Eza meledak. Menciptakan sebuah lubang hitam dengan sekala yang besar. Eza, Kara, Beelzebub dan Kuzunoha, mereka semua ditarik oleh lubang hitam itu dan mati.

***
Duster’s Fortress, sebuah benteng dengan dinding pelindung yang sangat tinggi berdiri ditengah Paradoks World. Menara-menara penjaga terlihat memancarkan lampu sorot ke sekitarnya. Beberapa makhluk berkepala babi terlihat berjalan bersama makhluk berkepala kadal, berpatroli di tempat itu. Sesosok pria berambut putih memakai sebuah overcoat panjang dengan sisi kanan berwarna putih dan kiri berwarna hitam sedang mengamati dinding besar di depanya.

“Hm...  tempat ini begitu mencolok, jadi kemungkinan besar para peserta lainnya akan datang kemari dan mengecek tempat ini.”

“Kita bisa memberi mereka serangan kejutan!”

Suara wanita terdengar dari tas punggungnya, di dalamnya terdapat kepala seorang wanita yang dapat berbicara sendiri.

“Untuk yang belum tahu, Mereka adalah Claude dan Claudia sepasang kekasih yang mengalami sebuah kejadian rumit akibatnya sekarang mereka hanyalah kepala yang dapat melayang-layang. Tubuh yang mereka pakai adalah tubuh milik seorang pembawa berita kematian yang diambil alih oleh mereka.” Overlord HALL menjelaskan tentang Claude dan Claudia dari jarak jauh.

 “Sepertinya kita bisa masuk lewat tangga ini.”

Claude memanjat tangga yang ia temukan itu, tidak lama kemudian ia sampai pada ujung tangga itu, di sana ada sebuah balkoni dari kawat dan besi, di ujung balkoni itu terpasang sebuah pintu yang cukup besar. Claude memasuki pintu itu, dia berjalan melalui lorong aneh itu hingga akhirnya dia sampai di ujungnya. Sekali lagi ia menemukan balkoni yang sama seperti tadi dengan tangga menurun.

“Ternyata isi tempat ini lebih besar dari pada yang aku perkirakan, haruskah kita meneruskan penelusuran ini atau kembali keluar?”

“Kita teruskan saja! Mungkin kita bisa menemukan sesuatu yang berguna disana!”

“Oke, baiklah!”

Claude mulai menuruni tangga itu. Begitu berada di bawah ia melihat sebuah bangunan keperakan yang tidak pernah ia lihat sebelumnya. Di dalamnya Claude melihat banyak makhluk aneh berlalu-lalang membawa benda benda yang terlihat seperti bagian tubuh makhluk hidup. Kepala, Taring, organ dalam, bahkan beberapa yang masih hidup semuanya ada disini. Mereka bertambah bingung lagi melihat beragam instrumen penelitian yang sangat asing bagi mereka.

“Menurutmu tempat apa ini?”

“Aku tidak tahu, aku belum pernah melihat tempat yang seperti ini.”

“Hei, gantian yuk, aku juga mau melihat-lihat sekeliling”

“Oke baiklah”

Claude mengeluarkan kepala Claudia dari tasnya, Claude langsung melepaskan kepalanya dan bertukar dengan Claudia. Claude tidak masuk ke dalam tasnya, dia juga ingin melihat-lihat tempat ini.  Mereka berkeliling tempat itu dengan penuh rasa ingin tahu, semakin mereka berkeliling semakin banyak makluk aneh yang mereka lihat.

Sayangnya tur mereka harus berhenti ketika seekor monster secara tidak sengaja menabrak mereka dan menjatuhkan sesuatu cairan lengket kemerahan pada mereka. Cairan itu membuat seluruh tubuh mereka menjadi merah.

“A-Aduh! Sial, aku tidak memperhatikan jalannya!”

“Claudia! Apa kau terluka?”

“Tidak, tapi benda merah lengket ini menyelimutiku, eww...”

Claudia melihat seluruh tubuhnya dengan jijik, cairan merah itu benar benar lengket dan bau. Sementara Claudia mengeluh tentang cairan itu Claude merasakan ada yang aneh dari monster yang menabraknya tadi.

“Claudia, berhati-hatilah aku merasakan sesuatu yang janggal!”

Perasaan yang Claude rasakan itu benar, monster itu melihat kearah mereka, monster itu menunjuk kearah mereka, monster itu tahu keberadaan mereka berdua.

“P-Penyusup! Seseorang, bunyikan alarm!!”

Tidak lama kemudian terdengar bunyi alarm yang sangat keras, semua monster disekitarnya langsung berlarian dan mengerubungi mereka berdua. Monster monster itu memiliki penampilan yang berbeda-beda walau di dominasi oleh makhluk berkepala babi dan kadal.

“M-Mereka bisa melihat kita! Bukanya kita tidak bisa dilihat?”

“Kita memang tidak bisa dilihat, tapi mereka bisa melihat cairan yang menempel pada tubuh kita!”

“T-Terus kita harus ngapain?”

“Kabur! Tempat ini tidak aman lagi bagi kita!”

Claudia memasukkan kepala Claude lalu dengan cepat menggunakan Claustroclauchtnya dan membuat ruang-ruang kecil yang berfungsi sama seperti tangga. Dia berlari secepat mungkin menaiki tangganya, monster-monster disekitarnya heran bagaimana bisa wanita itu terbang melewati mereka, tapi mereka tidak membuang waktu mereka untuk takjub dan mereka berlarian mengejar wanita itu.

Claudia tetap berlari dan membuat lantai-lantai sehingga ia nampak seperti berlari di udara. Claude melihat monster-monster yang mengejar mereka dari tasnya. Mereka terlihat mengambil beberapa benda dan mencoba melemparkanya pada Claudia.

“Hati-hati! Mereka melemparkan sesuatu! Menghindar ke kiri!”

“Oke!”

Mengikuti instruksi Claude, Claudia melompat ke kiri dan menghindari benda yang dilempar oleh monster-monster itu dari belakang.

“Oh, sial! Awas! Mereka melempar lebih banyak lagi!”

“Terus kita harus bagaimana?”

“Ikuti saja instruksiku!”

“Lompat ke Kanan!”

“Ke kiri”

“Menunduk!”

“Lompat!”

Dengan instruksi dari Claude, Claudia menghindari benda-benda yang dilemparkan oleh monster-monster itu. Mereka bergerak dengan koordinasi yang bagus dalam menghindari kejaran monster-monster itu tapi kejar-kejaran itu berakhir ketika seekor monster menyemprotkan sejenis gas pada Claudia. Gas itu tidak membuatnya terluka tapi membuat matanya terasa sangat pedas.

“AH!!! Mataku!!”

Gas itu membuat mata Claudia panas, dengan refleks matanya menutup. Akhirnya Efek dari Claustroclaucht hilang, Claudia kehilangan pijakanya sehingga ia jatuh.

“Claudia!”

“M-Mataku pedas.... Aku tidak bisa melihat...”

“Kau beristirahat saja dulu, akan aku keluarkan kita dari sini!”

Tapi belum sempat mereka bertukar posisi sebuah jaring menangkap mereka, mereka diseret oleh monster yang mengejarnya. Claude masih berada di dalam tasnya namun Claudia membiarkan Claude menggunakan tubuh mereka. Tangannya meraih pisau jagal yang disembunyikan dibalik overcoatnya.

“Ayo, terpotonglah!!”

Dalam ruang gerak yang sedikit pisau jagal itu tidak terlalu efektif, tapi sedikit demi sedikit tali jaring itu terpotong, para monster menyadari usaha Claude untuk melepaskan diri lalu mereka menyemprotkan suatu gas pada mereka berdua, kesadaran mereka menghilang sedikit demi sedikit. Dan akhirnya mereka berdua ditangkap oleh monster-monster itu.

***
Setelah perjalanan yang panjang Deismo sampai di desa yang terbuang, tapi pemandangan yang ia lihat tidak seperti yang ia harapkan. Desa itu berubah menjadi lautan api, warga-warga berhamburan mencari air untuk memadamkan api, Tenda tenda mereka dibakar oleh api lentera yang awalnya menghiasinya, beberapa dari mereka terbakar dan hangus menjadi abu.

“S-Siapa yang melakukan hal ini?!”

Deismo gemetar melihat kekacauan yang terjadi pada desa yang dihuni teman-temanya, Deismo melihat-lihat sekitar. Awalnya dia berharap melihat senyum, tawa, dan kebahagiaan tapi yang ia lihat hanya kesedihan, keputus asaan, kehilangan orang yang mereka cintai. Tumpukan rasa marah dan sedih memenuhi hatinya.

S-SIAPA YANG BERTANGGUNG JAWAB ATAS KEJADIAN INI?!

Deismo meneriakan semua kemarahan dalam hatinya. Teriakanya begitu keras, bahkan membuat semua speaker di ruangan Thurqk rusak.

***
Sementara itu di ruangan megah Thurqk. Sang dewa kurang kerjaan itu sampai menyemburkan minumannya karena kaget. Semua speaker yang Thurqk gunakan untuk mendengar percakapan di realm pertandingan meledak karena menerima input suara yang terlalu besar.

“NOLAN!! Cepat perbaiki speakernya!”

Suara kemarahan Thurqk menggema di seluruh Devasche Vadhi, dengan cepat para Hvyt mencari Nolan dan menyeretnya ke ruangan Thurqk.

“T-Tidak bisakah kau menunggu? P-Perutku sakit, aku harus pergi ke toile-!”

“PERBAIKI SEKARANG JUGA!!”

Dengan marahnya Thurqk menembakkan beam berwarna merah dari mulutnya, beam itu hampir mengenai Nolan dan membuat sebuah lubang yang cukup besar pada dinding di belakang Nolan. Tidak lama kemudian Hvyt memasuki ruangan Thurqk.

“Lapor, beam yang baru anda tembakkan telah menghancurkan sebuah realm”

“T-Tidak mungkin! K-Kau bercandakan?”

“PERBAIKI SEKARANG JUGA!!!”

Sekali lagi Thurqk menembakkan beam dari mulutnya, beam mengenai Hvyt yang melapor padanya dan membunuhnya. Tidak cuma itu, beam yang ia tembakkan membuat sebuah lubang yang cukup besar pada dinding di belakangnya. Tiba-tiba satu lagi Hvyt memasuki ruangan Thurqk.

“Lapor, beam yang baru anda tembakkan telah menghancurkan sebuah realm lainnya”

“B-Berhenti! J-Jangan menembakkan beam lagi! Akan aku perbaiki!”

“LAKUKAN DENGAN CEPAT!!”

Kali ini Thurqk terlihat lebih tenang, di mulutnya masih terlihat asap hasil tembakan beamnya. Nolan dengan gemetaran mulai memperbaiki speaker di ruangan itu. Nolan menangis, menyadari sesuatu yang tidak beres di celanya.

Keluar... benda kuning itu keluar dicelanaku...

***
Kembali ke Desa yang terbuang, Deismo telah memuntahkan semua amarahnya, kini yang tersisa dalam hatinya hanya kesedihan. Dia ingin menangis, tapi matanya tidak bisa mengeluarkan air mata. Langkahnya terhenti ketika dia melihat sosok yang ia kenal atau lebih tepatnya yang ia bekukan beberapa saat lalu. Tebak siapa?

 “Untuk yang belum tahu, desa iniiiiiii....!!!”

Belum sempat sosok misterius itu menjelaskan apa yang terjadi disana, Deismo langsung mencekiknya dengan tangan kirinya sementara tangan kananya menutupi wajahnya.

“JADI INI SEMUA ADALAH ULAHMU?!”

“AMPUN! AMPUN! Bukan, aku! Desa ini porak poranda karena pertarungan yang terjadi disini beberapa saat lalu!”

Mendengar kata-katanya Desimo teringat, dia sedang bermain dalam sebuah turnamen kematian. Ada peserta-peserta yang dapat membuat kekacauan seperti ini, orang-orang yang dapat membunuh mereka yang ia sayangi. Ancaman terbesar bagi desa ini bukan hanya Duster tapi juga peserta turnamen ini.

“Maaf” Perlahan lahan Deismo menurunkan sosok misterius itu. Dia ingin kembali marah, tapi ia yakin saat ini hal terpenting yang harus ia lakukan adalah memadamkan api-api yang masih berpesta diantara tenda-tenda.

Deismo merentangkan tangan kananya dan mengarahkan tangan kirinya pada api-api yang membara. Kemudian energi panas api itu terhisap ke tangan kirinya lalu mengalir ke tangan kananya. Setelah itu ia menguraikan suhu itu menjadi uap gas yang tidak berbahaya.

Satu persatu energi panas ia hisap, hingga semua api yang tadinya membakar desa menghilang. Deismo menyadari beberapa warga telah kembali sambil membawa beberapa tong air dalam sebuah kereta kuda, mereka  semua nampak terkejut melihat api yang tadinya membara-bara sekarang lenyap.

Tanpa mengucapkan salam, Deismo hendak meninggalkan tempat itu dengan muka bahagia, tapi seseorang menghalangi jalannya. Overlord HALL berdiri di depanya, menghalangi jalannya.

“Datang tak diundang, pergi tidak pamit. Jadi kau memang memiliki sifat seorang hantu ya?”

“Sebenarnya aku ingin mengatakan sesuatu pada mereka, tapi mereka tidak bisa melihatku, tidak bisa mendengar suaraku.”

Tiba-tiba Overlord HALL melemparkan sesuatu pada Deismo, apapun itu sekarang jubah Deismo ditutupi oleh debu-debu berwarna hitam.

APA YANG KAU LAKUKAN?!

OOPS!! Tanganku licin, secara tidak sengaja aku menumpahkan satu ember penuh bubuk arang ke hantu ini....”

APA MAKSUDMU MELAKUKA-?

Deismo terkejut ketika ia melihat seorang penduduk yang ia kenal, penduduk itu melihat sesosok jubah raksasa berwarna hitam, walaupun yang ia lihat tidak sama seperti yang ia ingat dulu tapi ia yakin yang ia lihat itu adalah sosok yang sangat ia rindukan, yaitu salah satu temanya, Deismo

“Deismo? I-Itukah kau? HEY!! DEISMO TELAH KEMBALI!!!!”

Berbondong-bondong penduduk datang ke tempat penduduk yang melihat Deismo, mereka melihat sosok itu, mereka berlari ke arah Deismo dengan meneteskan air mata bahagia. Akhirnya mereka semua mengerubungi Deismo, beberapa anak kecil memeluk kakinya.

“DEISMO!!!”

“KAU KEMBALI!!”

“JANGAN PERGI LAGI DEISMO!”

Deismo menutupi wajahnya dengan tangan kananya, dia melakukan itu agar ia tidak memasuki mode gila. Tiba-tiba tanganya merasakan sesuatu, sesuatu yang cair. Deismo menutupi wajahnya di tangan kirinya dan melihat apa yang berada di tangan kananya.

“Apa ini? Air?”

Dia menyadari tangan kirinya juga basah, dia sedang menangis, menagis bahagia. Air mata mengalir dari matanya yang bersinar kuning.

“Hahaha... aneh sekali... aku kira aku tidak bisa menangis...”

Dengan bahagia Deismo menikmati pertemuanya dengan teman-temanya, tapi dia tidak bisa berhenti sekarang, Duster masih berada di bentengnya. Deismo memutuskan akan mengalahkan dia sebelum kedua peserta lainnya kalah. Dengan isyarat berupa lambaian tangan dia ingin mengatakan bahwa dia harus pergi.

“Kenapa kau melambaikan tanganmu seperti itu?”

“A-Apa kau harus pergi lagi?”

TIDAK!! Jangan pergi Deismo!”

“Kau adalah bagian dari kami! Kau adalah keluarga kami!”

Deismo tidak ingin pergi, tapi dia harus pergi. Dengan hati-hati Deismo menarik anak kecil yang memegangi kakinya, teman-temanya sadar bahwa dia memang harus pergi, mereka pun membantu Deismo melepaskan anak-anak yang memegangi kakinya. Dengan berat hati, Deismo meninggalkan desa itu dengan perlahan-lahan. Angin meniup arang dari tubuhnya, sedikit demi sedikit dia hilang dari pandangan para penduduk desa.

“DEISMO!!”

Teriakan salah satu penduduk desa membuatnya berbalik, di sana mereka semua berbaris sambil melihat kepergian Deismo.

“TERIMA KASIH TELAH MEMADAMKAN APINYA!!”

Deismo tersenyum dan membalikkan badanya, kembali melanjutkan perjalananya menuju Duster’s Fortress.

***
Claude perlahan membuka matanya, dia melihat kepala Claudia dan tubuh mereka terbaring disebelahnya secara terpisah. Claude menyadari sesuatu yang aneh, mereka berada di sebuah sel serba putih tanpa penghalang. Lebih anehnya lagi Claude, Claudia dan tubuh mereka, semuanya berwarna biru terang, sepertinya ada yang ‘mewarnai’ mereka ketika mereka pingsan.

“Tempat apa ini?”

Claude mencoba terbang tapi kepalanya menghantam sesuatu yang cukup keras.

“Aduh! Apa ini? Sebuah kaca?”

“SELAMAT DATANG DI DUSTER’S FORTRESS”

Sebuah suara robotik mengejutkan Claude, dia mencari-cari asal suara itu tapi ia tidak menemukan siapa-siapa yang sepertinya dapat diajak bicara. 

“Siapa kau?! Lepaskan kami segera!”

Suara itu tidak terdengar selama beberapa saat hingga akhirnya Claude menyadari sesuatu yang mirip pensil di depannya.

“TULIS YANG KAU KATAKAN DENGAN BENDA ITU ”

Claude teringat bahwa, dia tidak dapat dilihat dan didengar oleh non-peserta, tapi dengan cerdasnya orang yang ia ajak bicara ini memberinya warna agar dapat melihatnya dan memberinya alat tulis untuk berkomunikasi, apapun yang ia ajak bicara pasti bukan sesuatu yang sembarangan.

Kemudian Claude menghubungkan kepalanya dengan tubuhnya, lalu ia menulis seseuatu dilantai putih dibawahnya. Pensil itu menghasilkan tulisan berwarna biru gelap, Claude menyelesaikan tulisannya.

Lepaskan kami!

“ITU TIDAK MASALAH, NAMUN AKU HARUS MENDAPAT INFORMASI DARI KALIAN SEBAGAI GANTINYA”

Claude berpikir sejenak, apapun yang ia ajak bicara terdengar seperti seseorang yang mengendalikan tempat ini, tidak ada yang salah jika ia memberitahunya satu atau dua hal.

Baiklah, apa pertanyaanmu?

“SIAPA KAU? DARI MANA KAU BERASAL?”

Claude agak bingung dari mana ia harus memulai ceritanya, tapi sepertinya orang ini meminta cerita yang lengkap. Claude menceritakan tentang kehidupan sebelum kematiannya, bagaimana ia mati bersama Claudia dan tentang turnamen yang mereka ikuti.

“DIMENGERTI! TERIMA KASIH TELAH MEMBERI INFORMASI PADAKU!!”

Sekarang lepaskan kami!

“TENTU, TERIMA KASIH ATAS KERJA SAMANYA! TOLONG TUNGGU SEBENTAR!”

Suara itu tidak terdengar untuk beberapa saat, dalam hati Claude merasa tidak enak. Dia merasa sesuatu yang aneh, tanpa ia sadari Claudia terbangun karena mendengar kegelisahanya.

“Hm...? Claude? Ini dimana?”

“Mungkin kita masih di tempat itu, tapi jangan khawatir kita akan segera keluar!”

“Tapi kenapa tempat ini begitu gelap? Siapa yang mematikan lampunya?”

Claude terkejut mendengar perkataan Claudia, dengan segera ia memeriksa Claudia. Claude mengacungkan dua jarinya dan menunjukkanya pada Claudia, dengan panik ia bertanya kepada kekasihnya.

“C-Claudia, berapa angka yang ditunjuk jariku?”

“Claude, ini bukan waktunya bercanda! Mana mungkin aku bisa melihat dalam kegelapan? Ayo kita pergi dari sini!”

Claude terdiam, dia menyadari sesuatu yang sangat mengerikan terjadi pada kekasihnya, dengan erat ia memeluk kepala kekasihnya

“Claude...?”

Claudia kebingungan dengan tingkah laku kekasihnya itu.

“Sebenarnya bukan tempat ini yang gelap, kau yang telah kehilangan pengelihatanmu.”
“Maafkan aku...”
“Aku sugguh minta maaf...”
“Aku... tidak bisa melindungimu...”

Claude menagis, pelukannya semakin erat, Claudia tidak bisa lihat wajah sedihnya tapi ia bisa merasakan air mata Claude menetes padanya.

“Tidak masalah Claude, aku tidak membutuhkan pengelihatanku, satu-satunya yang aku butuhkan adalah kau.”

Walaupun Claudia mengatakan kebutaanya bukanlah masalah baginya, tapi bagi Claude ini adalah kesalahan terbesar yang pernah ia buat.

Claude ingin berhenti menagis, tapi ia tidak bisa. Ada pepatah yang mengatakan ‘pria tidak pernah menangis, tapi begitu ia menangis, air matanya akan lebih jujur dari pada lidahnya’. Tangisan Claude adalah tangisan seorang pria yang gagal melindungi orang yang ia cintai.

“AKU TELAH MENYIAPKAN JALAN KELUAR UNTUK KALIAN, SILAHKAN IKUTI LAMPU HIJAU”

Suara robotik tadi telah kembali, kali ini kaca yang berada di depanya terangkat dan lampu-lampu hijau menyala. Claude mengusap air matanya, memasukkan Claudia ke dalam tasnya dan meninggalkan selnya, berlari mengikuti lampu hijau itu.

***
Tidak jauh dari Duster’s Fortress, terdapat sebuah danau besar yang disebut sebagi ‘danau pararel’. Deismo sedang mengintai Duster’s Fortress dari danau itu. Beberapa menit lalu ia mengirimkan 5 Klonya kedalam benteng itu untuk mengecek keadaan dalam benteng dan 5 lagi untuk mencari peserta yang lainya.

“Hidupku tinggal 340 hari lagi... Aku harus menggunakan hidupku dengan efisien.”

“Untuk yang belum tahu, Deismo adalah makhluk berumur pendek. Umurnya hanya setahun, tetapi bisa diperpanjang menggunakan cara tertentu yang hanya diketahui Duster. Umur yang ia miliki bisa berkurang ketika membuat klon.” Overlord HALL kembali muncul disebelah Deismo dan menjelaskan tentang umur Deismo yang pendek.

“Sebenarnya siapa kau ini?”  

Deismo bertanya dengan penuh heran, entah kenapa orang ini selalu muncul di segala tempat dan menjelaskan hal-hal yang harusnya merupakan rahasia.

“Aku hanya karakter figuran, silahkan abaikan aku.”

Deismo benar-benar tidak mengerti apa yang ia maksud, menurutnya percuma meminta penjelasan dari orang ini. Dia bukan peserta tapi dia bisa melihat para peserta, mungkin saja dia hanya seorang pejalan kaki yang kebetulan bisa melihat peserta turnamen ini.

“Lapor! Lapor! Lapor!” Terdengar suara yang mirip tapi agak kecil dibandingkan dengan Deismo, suara itu datang dari makhluk kecil berwarna hitam yang mata dan mulutnya bercahaya, yaitu Klon Deismo. Klon itu berlari kearah Deismo diikuti keempat klon lainnya.

“Apa informasi yang kalian dapatkan?”

“Kami menyusup kedalam Duster’s Fortress, penjagaan disana masih seketat dulu, tapi kami mudah masuk karena kami tidak terlihat sama sepertimu!”

“Lalu?”

“Kami menguping percakapan beberapa mutan! Katanya mereka menangkap makhluk yang tidak terlihat, kami menduga kalau makhluk itu adalah peserta turnamen ini”

“Dan dimana makhluk itu?”

“Menurut beberapa mutan mereka dikurung dalam sel super ketat yang dulu dipakai untuk mengurungmu, kami tidak bisa menggali informasi lebih dalam dari itu.”

“Baiklah, Kerja bagus!”

Menurut Deismo ini adalah kesempatan yang bagus baginya, selama Duster tidak membunuh makhluk itu, maka dia masih punya waktu untuk mengalahkan Duster.

“L-Lapor! Lapor! Lapor!” Sekali lagi terdengar suara Klon Deismo lainnya. Kali ini hanya dua klon yang ia kirim untuk mencari peserta lainya kembali dengan selamat. Tapi anehnya mereka berlari tergesa gesa dan langsung bersembunyi di belakang Deismo.

“Kenapa kalian bersembunyi dibelakangku? Apa yang terjadi?”

“K-Kami menemukan seorang peserta, d-dia sangat aneh! Dia mengatakan sesuatu tentang uniknya kami dan sesuatu tentang koleksi, kemudian dia menyerang kami dan melempari kami dengan bola-bola aneh!” Kata salah satu klonya.

“L-Lebih parahnya dia sedang menuju kesini!”

Dengan gemetaran klon-klon itu memandangi arah mereka datang, tidak lama kemudian seorang pria berambut pirang mengenakan kemeja putih dan jubah merah, dia menggenggam sebuah bola yang setengah berwarna merah dan setengah berwarna putih.

“I-ITU DIA ORANGNYA!!”

Klon-klon Deismo gemetaran begitu orang itu muncul di hadapan mereka, Deismo menutup wajahnya dengan tangan kananya dan bersiaga. Awalnya pria itu terkejut melihat Deismo yang melindungi klon-klonya di belakang tubuhnya, tapi kemudian dia tertawa, tawanya begitu keras seperti tawa para penjahat mainstream.

MUAHAHAHA...! Padahal aku hanya berniat menangkap monster level kecil tapi sekarang monster berlevel besar yang muncul!!” Kata Pria itu “Oke, tidak apa-apa lagipula aku malas melatih yang kecil untuk berevolusi menjadi yang besar ini!”

“Siapa kau? Apa kau juga peserta turnamen?”

“Ah... jadi kau adalah peserta turnamen juga! Mengalahkan salah satu peserta dan melengkapi koleksiku, menembak dua burung dengan satu batu!”

Pria itu tertawa sekali lagi, Deismo menjadi siaga, apalagi pria itu adalah seorang peserta. Setelah beberapa saat pria itu berhenti tertawa dan mengacungkan jari telunjuknya pada Deismo.

“Dengar, wahai makhluk unik! Aku, Ravelt Tardigarde akan mengubahmu menjadi koleksiku dengan bola ini!!”

Pria bernama Ravelt itu terlihat sangat percaya diri, dia melemparkan bolanya pada Deismo, tapi karena  mengaggap bola itu bukan ancaman baginya, ia menangkapnya dengan tangan kirinya dan menjatuhkanya di tanah. Ravelt terlihat begitu frustasi melihat bola itu tidak bekerja seperti yang ia mau.

“K-Kenapa bola-bola ini tidak mau bekerja? Aku membelinya dari seorang pedagang gelap dengan harga yang mahal, masa rusak sih? Seharusnya jika bola ini mengenai monster, monster itu akan masuk kedalamnya dan menurut padaku!!”

“Ha.. haha.. HAHAHAHAHAHA!!!!” Overlord HALL tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan Ravelt sampai perutnya terasa sakit.

“A-Aku tidak bisa berhenti tertawa... Aduh... perutku sakit...”

“K-Kenapa kau tertawa?!”

“U-Untuk yang belum tahu, Bola yang dipegang oleh Ravelt adalah Oké Ball, sebuah bola palsu yang dijual oleh Overlord HALL di pasar gelap. Awalnya dia hanya menjualnya sebagai bahan lawakan, tapi ada satu orang bodoh yang tertipu dan membeli ratusan bola ini. HAHAHAHAHA!!!” Overlord HALL menjelaskan tentang bola itu kemudian kembali tertawa dengan keras. Ravelt tidak terlihat senang mendengar penjelasan dan tawa Overlord HALL.

“B-Berani beraninya kau menipu seorang raja! Kembalikan uangku!!”

“Sayangnya, uang itu aku habiskan untuk membeli kunci dari joki unas tahun ini... dan beberapa hari lalu joki itu tertangkap oleh polisi dan uang yang aku setor itu lenyap... ha... ha... ha...” Overlord HALL mundur beberapa langkah dari Ravelt, kemudian duduk diatas sebuah batu seperti orang galau.

AH!! Siapa peduli dengan uang! Aku adalah raja, uangku begitu banyak sehingga tidak dapat kuhabiskan!!”

Ravelt mengeluarkan sebuah tongkat berwarna emas dengan batu ruby berbentuk elips di ujingnya.

“Sekarang aku akan menjadikamu koleksiku!”

Deismo tidak tahu mengapa, tapi kata ‘koleksi’ mengingatkanya pada Duster. Duster memang memiliki kebiasaan memanggil ciptaanya sebagai koleksi. Deismo tahu orang ini bukan Duster, tapi entah kenapa ia ingin melampiaskan dendamnya pada orang ini.

“Maaf, tapi aku tidak mau diperlakukan sebagai benda lagi.”

“Sayang sekali, padahal kau akan menjadi koleksiku yang bagus, aku rasa kita harus menyelesaikan masalah ini dengan kekerasan.”

“Ya, tidak ada jalan lain!”

Satu lagi pertarungan dimulai, angin yang bertiup dengan kencang membuat suasana bertarung mereka lebih menegangkan.

“Devine Access!!”

Ravelt mengucapkan sesuatu, Deismo tidak tahu apa yang ia lakukan, tapi yang pasti itu membuatnya diselimuti oleh aura keemasan.

Mereka berdua tidak bergerak. Ravelt menunggu lawanya bergerak agar dia tahu seperti apa kemampuan lawanya sehingga dia bisa menyusun taktik untuk melawanya.

Sedangkan Deismo memang memiliki gaya bertarung yang tidak memakai banyak pergerakan, dia mengangkat tangan kirinya dan mulai mengendalikan energi panas di lingkungan sekitar. Deismo dengan cepat mengambil energi panas dari benda benda dalam radius 15 meter disekitar Ravelt dan mengumpulkan semua energi panas itu pada Ravelt.

Ravelt terkejut melihat benda-benda disekirarnya membeku dengan cepat, dalam pikiranya dia mengira Deismo adalah pengguna sihir es. Namun, Ravelt merasakan sesuatu yang janggal, tubuhnya terasa panas, sangat panas. Kemudian ia sadar, ia sedang diserang.

“Oh, jadi begitu? Sekarang aku mengerti kemampuanmu”

Ravlelt merasa beruntung beruntung karena dia menggunakan divine access sebelum pertarungan dimulai, kalau tidak tubuhnya pasti sudah terpanggang sekarang.

“Untuk yang belum tahu... divine access adalah skill yang menyelimuti penggunanya dengan aura keemasan. Aura ini membuatnya lebih kuat dalam hal kekuatan dan memberi kekebalan yang hebat...” Overlord HALL menjelaskan tentang divine access dengan tidak bersemangat.

“Informasi tambahan, Ravelt juga memiliki dark access, skill yang menyelimuti penggunanya dengan aura hitam. Aura ini membuatnya lebih kuat dalam hal kekuatan, kecepatan dan membuat penggunanya tidak dapat merasakan rasa sakit, tidak boleh digunakan lebih dari 30 menit atau sesuatu akan terjadi pada penggunanya...” Overlord HALL menjelaskan tentang dark access dengan tidak bersemangat.

“Dark Access!!” Aura hitam menyelimuti Ravelt, cincin hitam ditanganya kanannya berubah menjadi warna keunguan. Dia tersenyum jahat merasakan kekuatanya meningkat, dia tidak lagi merasakan rasa panas akibat thermokenesis Deismo.

Ravelt bergerak dengan cepat menuju Deismo, dia langsung  menyerangi Deismo dengan kombinasi serangan yang cepat. Perlahan-lahan perisai sihir Deismo terkikis oleh serangan Ravelt. Deismo menghilakngkan efek thermokenesisnya dan memfokuskan energinya untuk perisai sihirnya. Namun Ravelt tidak berhenti menyerangnya, hingga akhirnya perisai Deismo hancur.

“Kena kau!!”

Ravelt menarik tongkatnya ke belakang untuk memberikan satu serangan jitu untuk mengakhiri Deismo, dia hendak mengayunkan tongkatnya tapi usahanya digagalkan oleh satu klon Deismo yang tiba-tiba menyeruduknya dari balik jubah Deismo.

Ravelt terdorong kebelakang dan jatuh ke tanah dengan keras. Tidak berhenti disitu, semua klon Deismo yang tersisa langsung mengejar dan mengeroyok Ravelt yang sedang terjatuh.

Ravelt memutar tubuhnya dengan tangan kananya sebagai poros, semua klon Deismo hancur karena tertendang oleh Ravelt. Ravelt berdiri, tawanya semakin keras, senyumnya semakin lebar. Kemeja dan jubahnya terkoyak akibat serangan klon-klon Deismo, anehnya tubuhnya tidak berdarah sama sekali.  

“Kalau aku tidak mengganti dark accessku dengan divine access pasti aku sudah mati sekarang”

Rupanya ketika Ravelt terjatuh ketanah ia mengaktifkan divine accessnya, sehingga ia tidak terkena luka fatal. Aura hitam tidak lagi terlihat darinya, sekarang auranya berubah menjadi aura keemasan. Sekilas pandang cincin perak yang berada di tangan kirinya berubah menjadi warna emas dan berkilau dengan sangat terang.

“Tapi mari kita berhenti bermain main, King’s Warehouse!!”

Ravelt mengangkat tanganya, Deismo membangun ulang perisainya untuk berjaga-jaga. Tiba-tiba Deismo mendengar suara gemuruh dari langit, awalnya dia berpikir itu hanya suara dari awan-awan hitam diatasnya dan tidak terlalu memikirkanya. Lalu Deismo dikejutkan oleh sesuatu yang jatuh dari langit mengenai dirinya, perisai sihir Deismo dengan otomatis melindunginya dari benda itu. Deismo melihat keatas dan terkejut dengan benda raksasa yang menimpanya.

“A-Apa itu?! R-ROBOT?!”

Deismo begitu terkejut dengan kemunculan robot raksasa yang tiba tiba menimpanya, ukurannya jauh lebih besar dari pada Deismo, mungkin tingginya sekitar 18 meter dan beratnya sekitar puluhan ton. Karena panik melihat robot itu, Deismo memfokuskan semua energinya untuk menahan Robot itu.

“SEKARANG KAU MILIKKU!!”

Melihat celah dalam pertahanan Deismo, Ravelt menerjang Deismo. Deismo tidak bisa berbuat apa-apa, kemenangan hampir di tangan Ravelt, tapi kemalangan menimpanya. Dia melihat wajah Deismo, sihir yang ditanamkan oleh Duster mulai mempegaruhi Deismo.

“Rasakan ini!!”

Ravelt memberikan serangan jitu untuk mengakhiri Deismo. Namun, Seranganya meleset dan hanya merobek jubah Deismo. Dengan cepat monster itu mengayunkan tangan kanannya pada Ravelt, memaksa Ravelt melompat jauh ke belakang. Deismo langsung melepas jubahnya dan mengejar orang itu tanpa menghiraukan robot raksasa di atasnya sehingga robot itu jatuh ke tanah tanpa melukai siapapun.

Serangan Deismo tidak berhenti di situ, dia menyerangi Ravelt berkali-kali dengan serangan cepat yang membabi buta, tidak memberi kesempatan bagi Ravelt untuk menyerang atau menggunakan dark access. Ravelt mengalami kesulitan menangkis cakaran-cakaran Deismo karena lawanya tidak terlihat, sama sekali tidak terlihat di matanya.

Mereka saling beradu kekuatan, tongkat melawan cakar, bela diri aeronian melawan serangan membabi buta, antara yang bisa dilihat dengan yang tidak bisa dilihat. Deismo menyerangi Ravelt tanpa memperhatikan keadaan sekeliling, sudah lebih dari 4 pohon yang ia tebang karena menyerangi Ravelt.

“S-Sial! Cepat sekali makhluk ini!”

Ravelt mencoba mengayunkan tongkatnya pada arah acak, tiba-tiba Ravelt merasa tongkatnya mengenai sesuatu. Dia berhasil mengenai pundak kanan Deismo dan mematahkanya, Tapi pada saat yang sama Deismo mencakar punggung ravelt, membuat jubah merahnya tercabik-cabik. Akhirnya Ravelt memutuskan untuk bertahan dan menghindari luka yang lebih serius.

Setelah pertarungan ini berjalan selama satu jam. Ravelt mulai kelelahan menangkis serangan Deismo yang cepat walaupun kehilangan salah satu tanganya. Kali ini ia tidak mungkin menggunakan king’s warehouse seperti tadi karena jarak mereka yang terlalu dekat, tiba-tiba Ravelt mendapat ide untuk kabur darinya.

“King’s Warehouse!”

Ravelt memanggil sebuah benda dari dimensi ciptaanya, tapi benda yang ia panggil tidak berukuran jumbo seperti robotnya tadi. Benda yang ia panggil adalah sebuah bom asap yang ukuranya sama dengan sebuah bola sepak. Begitu mengenai tanah, bola itu meledak dan menghasilkan asap tebal dengan radius 1 Km.

“Bagus! Kesempatan bagiku untuk kabur!”

Memanfaatkan asap tebal ini, Ravelt kabur dari jangkauan serang Deismo selagi monster itu kebingugan dengan apa yang terjadi. Beberapa menit kemudian, Ravelt berhasil keluar dari asap tebal yang ia buat.

Dia melihat Deismo masih mengamuk di dalam kabut itu, terlihat beberapa gerakan cepat dan teriakan Deismo dari asap itu. Ravelt memanggil puluhan dinamit dari king’s warehouse kedalam asap-asap itu, lalu ia menjatuhkan sebuah granat aktif sebagai serangan terakhir.

“Kuharap kau tidak mati dari ledakan ini Hantu yang unik!”

Ravelt tersenyum jahat sambil melihat granat itu jatuh kedalam asap gelap itu. Tidak lama kemudian granat dan dinamit yang ia jatuhkan kedalam asap itu meledak.

KABOOOM!!

Senyum Ravelt semakin lebar, melihat ledakan dasyat itu. Sekarang asap yang ia buat barcamur dengan debu-debu yang berhamburan. Tidak mungkin ada makhluk yang bisa selamat dari ledakan itu, tapi ini cerita dimana Deismo harusnya menang jadi kalian pasti berpikir dalam hati ‘Deismo masih hidup’, Benarkan?

“Ah... sial, aku membunuhnya... sayang sekali dia tidak bisa menjadi koleksiku...”

Pertarungan ini berakhir, Ravelt berjalan menuju robot raksasa yang ia panggil tadi. Kekuatanya terkuras dalam pertarungan yang panjang melawan Deismo, jadi ia memutuskan untuk menggunakan robotnya bila bertemu dengan peserta lainnya.

“Monster itu benar-benar kuat, dia menguras habis energiku”

Ravelt beruntung menemukan robotnya dalam keadaan terbaring, bukan terlungkup. Dia membuka kokpit robot itu, sebuah ruangan sempit dengan banyak layar-layar rumit dan sebuah kursi yang mewah menyambut kedatanganya. Sebelum memasuki kokpit itu, Ravelt melihat sebuah jubah yang tertindih robotnya.

“I-Inikan?”

Ravelt berjalan menuju jubah itu, tidak salah lagi itu adalah jubah milik Deismo, ada sedikit bagian yang robek karena pertarungan mereka tadi.

“Ya... ini lebih baik daripada tidak sama sekalikan?”

Dia memasukkan jubah itu kedalam King’s warehousenya lalu melangkah ke dalam  kokpitnya. Ravelt menghela nafas dan duduk santai di dalam robotnya. Ravelt ingin istirahat sejenak, dia memejamkan matanya dan mulai tertidur, namun belum sempat ia tertidur suara alarm robot itu menggangu tidurnya. Layar-layar rumit disekitarnya berubah menjadi warna merah, kemudian layar layar itu memperlihatkan sebuah tabung besar dengan pendorong api di bawahnya sedang melesat ke arahnya.

“Apa itu? Sebuah... Misil?”

Ravelt tidak tahu bagaimana bisa misil itu meluncur ke arahnya. Tapi ia tahu bahwa misil itu berbahaya baginya. Ia mencoba menggerakan robotnya untuk menghindar. Tanganya menggerakkan kendali robotnya, tapi kaki robot itu tidak mau bergerak.

“AH! Sial, apa mungkin ada sistem yang rusak karena jatuh tadi?”

Ravelt mengunci misil tidak dikenal itu lalu membakkan semua misil robotnya untuk menghadangnya. Misil-misilnya meluncur dengan cepat, namun layar penguncian target berubah berwarna merah dan tulisan ‘TARGET LOST!’ muncul di layar itu.

“Target lost?! Apa maksudnya ini?!”

Sementara Ravelt kebingungan dengan tulisan yang muncul di layar itu, misil-misil yang ia luncurkan jatuh ke bawah dan meledak karena kehabisan energi dan tidak menemukan target.  Dia mengecek kembali radarnya, misil tadi benar-benar menghilang.

“Hehehe... Misil yang cukup menarik...”

Ravelt tersenyum mengetahui kemampuan unik misil yang ia hadapi. Semangat kolektornya bergejolak, ia ingin menjadikan misil itu sebagai koleksinya. Saat itu juga misil itu kembali muncul di radar di tempat ia menghilang. Ravelt bersiap-siap menangkap misil itu dengan kedua tangan robotnya.

“Akan aku jadikan misil itu sebagai koleksiku!!”

Kedua tangan robotnya sudah bersiaga, tapi Ravelt dikagetkan oleh tembakan laser yang mengenai salah satu tanganya.

“A-Apa yang terjadi?!”

Ravelt memperbesar gambar misil itu, ternyata ada beberapa benda kecil yang melayang-layang di sekitarnya dan menembakkan laser-laser dengan bidikan akurat. Laser-lasernya menghancurkan kedua tangan robot Ravelt.

“SIAL! SIAL! SI-!”

Misil itu menghantam robot itu tepat di kokpitnya, membunuh Ravelt seketika. Anehnya misil itu tidak meledak, jika diperhatikan baik-baik benda itu ternyata bukan sebuah misil, melainkan sebuah tabung pelarian darurat. Dari mana asal tabung ini?

***
Beberapa saat yang lalu, Claude berlari di dalam sebuah lorong gelap mengikuti lampu-lampu hijau yang merupakan penerangan satu-satunya di lorong itu. Tidak lama kemudian dia sampai di sebuah ruangan yang lumayan luas, cahaya biru memancar dari corak aneh di lantainya. Di tengah ruangan itu terdapat sebuah benda berbentuk tabung yang luasmya mungkin 3 X 3 meter persegi,

“W-Woi! A-Apa ini?!”

Claude merasa dibohongi, tidak mungkin ruangan ini adalah sebuah pintu keluar. Ia menatap benda aneh yang terletak di tengah ruangan. Tanganya menyentuh benda itu, tiba-tiba benda itu terbuka, mengeluarkan asap putih yang dingin.

Claude secara refleks melompat kebelakang dan mengambil pisau jaganya. Asap putih menghilang dengan cepat, tampak sebuah kursi futuristis yang cukup besar dan menghabiskan kebanyakan ruangan didalamnya.

“SILAHKAN MASUK KE KAPSUL DARURAT, KAU AKAN KELUAR MELALUI BENDA ITU”

Sebenarnya Claude masih tidak percaya pada suara yang ia dengar itu tapi ia tidak memiliki pilihan lain. Claude  masuk ke dalam ‘Kapsul darurat’ itu, tasnya ia putar ke depan agar dia dapat duduk dengan nyaman tanpa menindih Claudia.

“Oke.... sekarang apa?”

“MELUNCURKAN ROKET DALAM 5... 4... 3...”

Claude mendengar suara itu sekali lagi, tiba-tiba kapsul yang ia masuki bergetar hebat. Claude tidak tahu apa yang terjadi. Ia menyerahkan segala sesuatu pada takdir, dengan tenang ia menunggu yang apapun yang akan terjadi berikutnya.

“2... 1... MELUNCUR!!”

Kapsul itu berputar secara vertikal, bagian bawahnya mengeluarkan semburan api yang sangat besar. Api itu mendorong tabungnya ke atas, melewati sebuah lubang yang tiba-tiba terbuka. Lubang itu membawanya ke sebuah lorong sempit yang miring. Kapsul itu melesat mengikuti kemiringan lorong itu dan terus melesat bagaikan sebuah peluru dalam meriam. Kapsul itu mencapai ujung lorong, kemudian melesat dengan kecepatan tinggi keluar dari Duster’s Fortress.

“A-Apa yang sebenarnya terjadi disini?!”

“T-Tenanglah Claudia, akan aku urus semuanya!!”

Tiba-tiba lampu peringatan kapsul itu berbunyi, tanda bahwa kapsul itu menemukan sesuatu yang dapat mengancam keselamatan mereka berdua.

“PERINGATAN! MISIL DIDETEKSI!!”

Sebuah layar hologram muncul di depan Claude dan memperlihatkan gambar sebuah radar. Dalam radar itu tampak sebuah robot raksasa meluncurkan beberapa misil ke arah kapsul mereka. Sebenarnya Claude ingin menggunakan Claustroclaucht untuk  membalikan arah misil itu, namun dia tidak dapat melihat benda yang ingin ia ubah orientasinya.

“K-Kalau begini kita akan mati!!”

Claude menjadi putus asa, dia tidak punya harapan lagi. Claude mencoba menenangkan dirinya sebelum mati, dia mengusap keringat dari dahinya, saat itulah secara tidak sengaja siku Claude menekan sebuah tombol berwarna merah.

“Lho? Barusan aku menekan apa?”

“PORTAL DIMENSI DIAKTIFKAN!!”

Kapsul itu mengeluarkan sebuah energi dari ujungnya. Energi itu terkumpul dan membentuk sebuah portal yang mengirim kapsul Claude ke sebuah dimensi berbeda. Dimensi itu sangat gelap, tidak ada cahaya selain cahaya dari kapsul itu.

“T-Tempat apa ini?! K-Kembalikan kami ke tempat semula!!”

Claude menjadi panik karena melihat pemandangan yang asing baginya, karena panik dia memukuli instrumen-instrumen di kapsul itu. Sekali lagi tanganya menyentuh sebuah tombol.

“PORTAL KEMBALI DIAKTIFKAN!!”

Dengan segera kapsul itu membuat portal seperti tadi dan mengembalikan mereka ke tempat semula.

“K-Kita selamat?”

Namun, karena tadi Claude memukuli instrumen-instrumen kapsulnya. Kapsul itu mengaktifkan sistem autopilot dan mengeluarkan Claude beserta kursi yang didudukinya karena sistem Kapsul itu menganggap keadaan sekarang sudah terlalu berbahaya untuk berada di dalam kapsul.

“W-Woi! Kenapa kau melemparkanku!”

Kapsul itu tidak memperhatikan Claude yang turun perlahan dengan parasut dari kursinya. Walaupun tanpa pengendali, kapsul itu bisa bertarung melawan robot raksasa yang dilihatnya.

Dengan segera ia melepaskan 3 laser botnya untuk menyerangi robot raksasa itu. Sayangnya persediaan tenaga dalam kapsul itu tidak banyak, begitu melepaskan satu tembakan laser bot itu langsung jatuh karena kehabisan tenaga. Melihat keadaan ini sistem autopilot memutuskan untuk menabrakan dirinya pada lawanya. Dengan begitu berakhirlah pertarungan antara robot dengan kapsul itu.

Sementara itu sekarang Claude mendarat di tepi sebuah danau yang tidak ia ketahui, ia masih duduk gemetaran dikursinya, lalu dia membuka tasnya untuk mengecek keadaan Claudia. Kepala wanita itu tertidur di tasnya, sepertinya dia tidak terluka.

“Syukurlah...”

Claude menghela nafasnya, kemudian dia berdiri dari kursinya. Dia melihat beberapa monster berlarian meninggalkan tempat ini, mungkin karena mereka pertarungan antara robot dengan kapsul itu. Tubuhnya masih gemetar, dia masih terkejut dengan kejutan-kejutan yang ia dapat dari realm ini.

“Tempat ini gila... Aku harus keluar dari sini...”

Kemudian Claude berdiri dari kursinya, membalikkan tasnya ke belakang, kemudian berjalan menjauh dari kursi itu. Sekarang yang ia pikirkan hanya membawa dirinya dan kekasihnya keluar dari realm ini. Tiba-tiba ia melihat sesosok raksasa hitam yang terbaring di tepi danau, perlahan ia menghampiri sosok itu.
***

Deismo mendengar suara kain yang diterpa angin, kesadaranya mulai kembali. Suara itu adalah suara sebuah jubah yang diterpa oleh angin.

Perlahan-lahan ia membuka matanya,  hingga akhirnya dia melihat sebuah kain putih tersangkut pada sebuah batu di depannya. Deismo baru sadar kain itu adalah jubahnya, mungkin jubah itu rusak karena pertarungan tadi. Perlahan-lahan ia berdiri, tiba-tiba ia menyadari lengan kanannya terputus.

“Tanganku... apa mungkin ini karena pertarungan tadi?”

Deismo tidak terlalu memikirkan lengannya karena ia dapat menumbuhkanya kembali jika ia menemukan jubahnya. Ia ambil kain itu dan ia balutkan tangan kirinya, kain itu perlahan menghisap energi dari lingkungan untuk meregenerasi tangan lainnya.

Deismo melihat sekeliling untuk mencari jubahnya tapi ia jusrtu melihat seorang manusia menggunakan baju yang belum pernah ia lihat sebelumnya, seluruh tubuhnya seperti dicat dengan warna biru, ia memegang sebuah pisau jagal di tanganya. Manusia itu menatapnya, secara refleks Deismo menutup wajahnya dengan tangan kirinya.

“Kau... apa kau peserta yang berasal dari realm ini?”

“Ya”Jawab Deismo dengan singkat.

“Namaku Claude, senang bertemu denganmu.”

Deismo terkejut melihat kesopanan lawanya, dalam pikiranya mungkin sebaiknya dia memperkenalkan dirinya juga.

“Namaku Deismo, se-!”

“Jangan salah sangka, aku tidak mengatakan senang bertemu denganmu untuk berkenalan denganmu.”

“Aku mengatakannya karena aku benar-benar bahagia bisa mengakhiri kegilaan ini lebih cepat. Aku tidak tahu berapa lagi yang harus aku bunuh tapi aku ingin cepat menyelesaikan semua ini!”

Deismo merasakan sesuatu yang tidak beres dari orang ini. Dia merasakan kemarahan yang bercampur dengan kesedihan dan kebingungan.

“Aku mau keluar dari sini... tempat ini gila!”

“Pertama-tama monster-monster aneh itu mengejar-ngejar kami. Kemudian mereka mengambil pengelihatan kekasihku, lalu mereka meluncurkan kami dalam benda yang aneh!”

Pria itu berteriak pada Deismo, Dia tidak tahu apa yang dimaksud oleh pria itu. Tapi apapun itu pasti kejadian itu sangat mengerikan sehingga orang ini kehilangan akal sehatnya. Pria itu menunjuk Deismo.

“I-Ini semua salahmu!”

“Jika kau tidak mengikuti turnamen ini, mungkin kami tidak akan mengalami kejadian ini!”

Deismo diam tanpa menjawab pertanyaanya. Ia mengerti apa yang Claude bicarakan, dunia ini memang dipenuhi benda-benda dari segala realm, apapun dapat terjadi disini. Deismo merasa kasihan dengan orang ini, tapi Deismo tidak mungkin berhenti disini. Dia mempunyai teman-teman yang menunggu kedatanganya, dia harus memenangkan turnamen ini dan hidup kebali. Untuk saat ini Deismo hanya ingin mengulur waktu agar lengan kanannya pulih.

“Baiklah, aku akan membunuhmu disini, saat ini juga!”

Claude menebaskan pisau jagalnya pada monster itu. Deismo menahan serangannya dengan perisai sihirnya, tapi perisai sihirnya tidak sebesar sebelumnya karena media penghisap energi yang ia miliki hanya kain di tangan kirinya.

“S-Sial... kalau saja aku memiliki jubahku...”

Sihirnya tidak terlalu berguna,  akhirnya Deismo memutuskan untuk menggunakan kekuatan fisiknya. Dia mengayunkan cakarnya tapi dengan cepat Claude menjatuhkan dirinya, menghindari seranganya.

“Rasakan!!”

Claude mengayunkan pisau jagalnya pada tangan Deismo yang belum sempat ia tarik kembali. Awalnya Claude hanya menduga pisaunya akan menancap pada makhluk itu, tapi pisaunya justru memotong tangan raksasa itu.

“AH!!! G-Gawat!!”

Deismo meraung kesakitan, tanganya telah terputus, dia tidak lagi memiliki cakar untuk menyerang lawannya, dia tidak lagi memiliki kain untuk menghisap energi, dia tidak bisa memulihkan tanganya, dia... sudah tamat.

“Apa tadi barusan itu? Tanganmu terasa begitu lemah, serasa memotong sebuah kapas!”

“Ah, baiklah tidak apa. Ini akan menjadi lebih mudah bagiku!!”

Claude kembali berdiri dan hendak menebaskan pisaunya lagi, namun Deismo dengan cepat melompat mundur dan berlari menjauh dari Claude. Deismo tidak punya pilihan lain, satu-satunya yang ia punya sekarang hanya kakinya.

“Kau mau mencoba kabur? Sayangnya kau tidak bisa!”

Claude menggunakan Claustroclauchtnya, tubuh Deismo berputar, dia berlari ke arah Claude. Menyadari hal ini, Deismo membalikan arah tubuhnya dan mulai berlari lagi. Namun, tubuhnya kembali berputar, berkali-kali kejadian ini terulang. Akhirnya Claude memutuskan untuk mengakhiri pertarungan ini, Claude sudah semakin dekat denganya.

“Sekarang mari kita akhiri pertarungan ini.”

Deismo tidak lagi bergerak, ia berhenti di tempat. Deismo sudah menerima kekalahanya. Perlahan Cladude mendekatinya, lalu berhenti di depanya.

“Tampaknya kau sudah menyerah. Baiklah akan aku buat kau mati dengan cepat, tanpa rasa sakit.”

“Benarkah? Kalau begitu terima kasih. Cepat bunuh aku.”

Claude dengan mudah mempercayai Deismo, ia mengangkat pisaunya. Deismo menunggu kematiannya, mereka berdua terdiam untuk beberapa saat.

Tiba-tiba kesadaran Deismo menghilang dan tubuhnya bergerak sendiri, ia menggigit Claude dan melemparkanya pada sebuah batu, membuat pria itu menghantam batu dengan punggungnya. Deismo memasuki mode gila, mungkin Claude melihat wajahnya ketika bicara dengannya tadi.

Claude yang baru pulih dari lemparan monster itu langsung mengecek kekasihnya, tapi Claude mendapati darah menetes dari tasnya. Perlahan ia lepas tasnya, kemudian dia meraih resleting tas itu, tanganya gemetaran, akhirnya ia membuka resleting tas itu. Tidak lama kemudian dia menutup kembali resleting tasnya. Air mata menetes dari matanya.

“T-Tidak... Claudia... dia telah...”

Claude gemetaran setelah melihat isi dari tasnya, kekasih yang ia cintai telah meninggalkanya.  Claude kehilangan semangat bertarungnya, kehilangan alasan dia bertarung. Akhirnya sebuah kaki raksasa menginjak-injaknya, mengakhiri hidupnya saat itu juga.

***
Semua peserta itu telah mati, hantu imitasi itu kehabisan tenaga. Ia kembali ke mode tenang, melihati ceceran darah yang berada di kakinya. Dia menutup matanya, dalam hatinya ia menyesal telah membunuh Claude.

“Aku membunuhnya... tapi tidak apa-apa masih ada peserta lainnya.”

“Tidak, mereka semua telah mati. Pertandingan ini dimenangkan oleh Deismo the fake ghost!

Sekali lagi Deismo mendengar suara itu. Dia membalikan badanya, ia tahu itu adalah suara dari makhluk bersayap yang membawanya ke sini. Deismo terkejut makhluk itu mengumumkanya sebagai pemenang.

“A-Apa mereka semua telah mati?”

“Ya, aku akan segera membawamu pergi dari realm ini.”

“....tidak! Aku punya urusan yang belum aku selesaikan di sini! Aku tidak bisa pergi!”

“Sayangnya, kau tidak boleh bertindak seenakmu. Tangkap dia!”

Puluhan Hvyt turun dari angkasa, mereka mengerubungi Deismo dengan berbagai macam senjata di tangan mereka. Deismo tidak memiliki pilihan lain selain menyerah, masalahnya bukan karena dia takut mati, tapi karena takut mereka akan menyerang teman-temannya. Dengan berat hati ia menyerah, lalu mereka membawanya pergi dari realm asalnya.
***

Sementara itu ada seseorang yang mengamati kejadian ini dari jauh. Dia telah mengamati pertandingan ini dari awal hingga akhir. Tiba-tiba 5 Hvyt turun dari langit dan mengarahkan senjata mereka padanya.

 “Overlord HALL, kau jelas-jelas telah berinteraksi dengan para peserta. Kau bisa melihat mereka walaupun mereka seharusnya tidak terlihat. Mengapa bisa begitu?”

“Aku sudah mengira kalian akan bertanya, jadi aku menyingkat penjelasanku dalam kertas ini”

Overlord HALL memberikan selembar kertas pada mereka, kemudian para Hvyt itu mengerubungi kertas itu, mereka ingin tahu apa yang tertulis pada kertas itu. Overlord HALL berjalan meninggalkan mereka. “Bacalah dengan keras! Para pembaca juga ingin tahu isinya!”

Para Hvyt tidak tahu apa maksud dari perkataannya barusan, tapi mereka membaca kertas itu dengan keras.

“Untuk pembaca yang terhormat. Terima kasih telah membaca cerita ini hingga akhir, tolong beri kritik/saran/komentar dan nilai untuk cerita ini.”

P.S. ada tiga kemungkinan kenapa Overlord HALL bisa melihat para peserta. Kemungkinan pertama, dia adalah penulis cerita ini, jadi ia bisa membuat apapun terjadi di dalamnya.”

“Kemungkinan kedua, dewa kalian terlalu malas untuk menambahkan namaku dalam ‘daftar mereka yang tidak bisa melihat para peserta’ katanya ‘ah, satu orang saja tidak masalahkan?’”

“Kemungkinan ketiga, kalian yakin ingin mengetahui kemungkinan ketiga? Sama!  Aku juga ingin tahu kenapa bisa begini, jadi mari kita cari jawabanya bersama-sama!”

“Ini perasaanku atau dia menyebut dewa kita pemalas?”

Mereka terdiam sejenak, baru menyadari niatan Overlord HALL untuk mengejek dewa mereka tersurat dalam selembar kertas itu.

SIALAN KAU!! BERANI-BERANINYA KAU MENGHINA DEWA KAMI!!”

“TEMUKAN DAN EKSEKUSI DIA!!”

Dan kemudian para Hvyt bergegas untuk menemukan Overlord HALL, tapi setelah pencarian berjam-jam mereka tidak menemukan apa-apa, identitas Overlord HALL masih merupakan misteri bagi mereka. Deismo pergi menjauh dari realm asalnya, mungkin dia berpikir pertarungan ini sudah berakhir, tapi ini masih awal dari pertarunganya. Saksikan pertarungan berikutnya dalam ronde ke dua (kalau lolos tentunya) :D

***

18 comments:

  1. Saya suka Battlenya, terutama battle Kara dan Kuzunoha. Lol, nggak ada senjata jarak dekat, helmpun jadi!
    Kemunculan dari self insert Overlord_Hall di cerita ini memang lucu, tapi agak merusak keseriusan.

    Saya nggak banyak komentar karena sudah bagus.
    Nilai 8,5

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nilai ceritaku,ya
      http://battle-of-realms.blogspot.com/2014/04/round-1e-emils.html

      Delete
    2. Terima kasih sudah mampir!

      Delete
  2. Penggunaan "fake" pada judul dan masuknya author ke dalam cerita... Aku kayaknya kenal banget deh #plak

    Plot : aku berharap plotnya bakal loncat2 dan membingungkan, tapi ternyata nggak..plotnya masih linear xD
    sayangnya aku masih kurang nangkep alasan kenapa claude-claudia diculik, lalu dibebasin..
    lalu emosi dari Deismo waktu desanya hancur rasanya juga kurang dapet :(

    kemunculan author di cerita emang lucu, tapi ya seperti dibilang diatas..rasanya kurang pas dan merusak keseriusan battle:(
    tapi taktik jual okeball itu sumpah bikin ngakak lohh xDDDDDDDD


    Battle : sayang battlenya singkat dan diakhiri dengan anti klimaks, seperti battle 1 ketika beelzebub bikin blackhole dan semua ketelan, lalu mati
    reaksiku sbg pembaca : mmm..ok '_'
    mungkin perlu digali lagi penggambaran adegannya, sebenernya adegan itu berpotensi tapi sayang pembaca kurang dapet feel adegannya, jadi berasa kurang

    "Claude kehilangan semangat bertarungnya, kehilangan alasan dia bertarung. Akhirnya sebuah kaki raksasa menginjak-injaknya, mengakhiri hidupnya saat itu juga."
    wait..kaki raksasa siapa?
    aku rasa perlu ditambahin detail utk menggambarkan adegan ini, karena pembaca pasti bingung itu kaki punya siapa
    dan ini pun juga masih terasa anti klimaks :(

    btw kara pake helm SNI ya, pantes anti bochor #plak

    masih banyak typo disana-sini, terutama dibagian -nya
    harusnya "teman-temannya", bukan "teman-temanya"

    maaf aku agak kejam, tapi aku kurang dapet grip dari storynya :(
    semoga nanti kita ketemu di R2 dan author bisa lebih menyatukan diri dengan cerita, adegan digarap lebih detail
    ayo semangat!

    maaf banget ya cuma bisa ngasi 6/10

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih sudah mampir!! :D
      Maaf kalau banyak errornya, maklum dikejar UN. :)

      Delete
  3. Buat saya kok kemunculan si overlord hall malah berasa ngeganggu ya... Saya lebih seneng ikut campur yang sebatas narasi kayak punya Sjena ketimbang ikut campur langsung dalem cerita macem gini

    Saya juga ga nangkep relevansi Baikai vs Kara - karena ujungnya ga ada hubungan sama Deismo juga. Tapi battlenya lumayan, dan saya seneng juga ada yang nge-exploit kelemahan CC dengan ngilangin pandangan

    7/10

    ReplyDelete
  4. Jujur, saya kurang menikmati karena Overlord HALL-nya agak mengganggu.
    tapi kalo saya bilang, battlenya lumayan.

    6.5/10

    ReplyDelete
  5. "you can turn imposibility to posibility in writting." - Someone-who-don't-want-to-say-his-name -

    Wahai kakak Overlord yang tampan, maafkanlah Umi sedikit berbohong mengenai tampilanmu. Bukan karena begitu kenyataannya namun karena Umi tak pernah melihat rupamu yang sesungguhnya. Jadi biarkanlah kali ini, adikmu ini sedikit berbohong, anggap saja ini usaha untuk menyenangkan kakaknya.

    Wahai kakak Overlord, ijinkan Umi sedikit meracau mengenai apa yang telah kau ceritakan pada Umi. Sebuah dongeng dari desa terbuang yang kau kisahkan sebagai pengantar tidur Umi tadi malam. Kisah tentang sebuah makhluk bernama Deismo yang sedang berusaha melawan takdirnya.

    Wahai kakak Overlord, ijinkanlah Umi bertanya sebelum racauan Umi dimulai, apakah yang Claude lakukan hingga ia tahu bahwa ia berada di dalam dunianya Deismo? Umi merasa bingung, kau tidak menceritakannya lengkap kemarin.

    Wahai kakak Overlord, Umi ingin sedikit memberi saran, agar kelak, siapapun yang mendengar tutur kisah tentang Deismo mengerti betapa indahnya Deismo dan Overlord-nya. Umi merasa, ada baiknya jika Overlord dikurung saja didalam kandang bernama kurung siku. Dia membuat ceritamu kemarin benar-benar lucu dan menarik. Umi ingin bertemu lagi dengannya.

    Wahai kakak, sudah lupakah kakak tentang pembahasan kita mengenai si dash ( - ) dan si huruf kapital? Mungkin kita butuh mengenal mereka lagi. Mereka sepertinya sedang berjalan-jalan d i balik rerumputan Desa terbuang.

    Wahai kakak, Umi titipkan nilaai 7/10 untuk cerita yang kau ceritakan kemarin malam. Semoga kau menemukan kembali cerita menarik lainnya untuk pengantar sebelum tidurku seperti janjimu kemarin.

    Salam, Umi, yang menunggu cerita pengantar tidur darimu :D

    ReplyDelete
  6. Hadeuh, lagi-lagi ada yang breaking the 4th wall walau baru kali ini penulisnya nongol langsung di canon. Entah kenapa, moi kurang nikmatin metode breaking the 4th wall yang dilakukan penulis R1 ini. Masih banyak yang kasar. Yang udah mulus narasinya ngeselin pembaca. Ini narasinya nggak ngeselin pembaca sih tapi masih kasar nge-break-nya, jadi ganggu keasyikan membaca. Walau begitu ada beberapa bagian yang bikin moi senyam-senyum sendiri. Battle nya juga lumayan. 6,5 dari moi.

    ReplyDelete
  7. 7/10
    karena...

    aye suka scene pas deismo ketemu temen2nya.
    cakep.
    keputusan yang bagus buat deismo vs cc untuk final act nya.
    overlord lumayan lucu.

    tapi ganggu jalan ceritanya bangeeeet wkwkwk

    ReplyDelete
  8. Anonymous27/4/14 17:57

    klo kuliat overlord hall ini kesannya muncul supaya ngasih info ke pembaca tentang ini itu, pdhl ada cara lain melalui narasi. klo gini kesannya penulis kehabisan cara utk menjelaskan keadaan atau kemampuan tertentu d pembaca shg harus muncul di cerita. battlenya lmyn tapi ceritanya jd keganggu.

    6/10 - Po

    ReplyDelete
  9. penulisnya muncuuul, lucu kak xD
    tp lama2 jd ngeganggu kak, tiap kali liat kalimat 'utk yg blm tau blablabla' rasanya pengen ikutan nonjok penulisnya, jd kasian sama deismo x3
    trus khadiran penulis jd terkesan mengacaukan skaligus ngebantu deismo jg sih
    trus kalimat yg dibold itu maksudnya apa kak? kyknya g usah dbold lbh bagus kak
    tp ni emang lucu dan kacu dan ngeseli sih :p
    nilai 7,5/10

    ReplyDelete
  10. breaking 4th wall...
    rerr--

    subjectively I don't like breaking 4th wall.. terus itu ngebold-nya kenapa?

    saya beneran down tension ini

    +7

    ReplyDelete

Silakan meninggalkan komentar. Bagi yang tidak memiliki akun Gmail atau Open ID masih bisa meninggalkan komentar dengan cara menggunakan menu Name/URL. Masukkan nama kamu dan juga URL (misal URL Facebook kamu). Dilarang berkomentar dengan menggunakan Anonymous dan/atau dengan isi berupa promosi produk atau jasa, karena akan langsung dihapus oleh Admin.

- The Creator -