Pages

April 9, 2014

[ROUND 1 - F] MARION MARINATE - PERTEMPURAN DI KOTA TUA EROPA

[Round 1-F] Marion Marinate
"Pertempuran di Kota Tua Eropa"
Written by Centuryno

---

Didalam lorong spiral Marion terbang bersama dengan mahkluk merah bersayap hitam yang menggenggam erat tangannya. Selama disana Marion mengingat semua rentetan kejadian yang menimpanya setelah kematiannya di dunia nyata dan kejadian di dunia ini. Selain itu Marion juga mengingat cerita dari kekasihnya yang memasuki dimensi lain untuk bertarung dengan orang-orang yang tidak dikenalnya dan mendapatkan sebuah reward yang mengagumkan. Dan Marionpun menarik sebuah kesimpulan dari semua itu, jangan-jangan saat ini dia berada di dimensi yang diceritakan oleh kekasihnya yaitu dimensi Battle of Realms.

Marion melihat sebuah titik cahaya dihadapannya yang semakin lama semakin membesar dan akhirnya menutupi seluruh penglihatannya. Suara langkah-langkah kaki dan sengatan matahari membuat matanya terbuka dan melihat sekitarnya. Kini Marion berada disebuah tempat tepatnya disebuah alun-alun kota era pertengahan. Semua tampak klasik dan artistik seperti pada film-film yang bertema eropa abad pertengahan.

“Waw, luar biasa semua tampak nyata,” ucap Marion dalam hati.

Marionpun segera berjalan-jalan menikmati alun-alun tersebut dan mencoba menyapa beberapa orang yang berada ditempat itu. Tapi orang-orang yang disapa oleh Marion tampak biasa saja seolah Marion tidak berada ditempat itu. Kemudian Marion melihat beberapa anak kecil berlarian mengejar seekor kucing yang berlari kearahnya dan sesuatu yang mengejutkan terjadi. Kucing dan anak-anak itu berlari menembus tubuh Marion begitu saja. Seolah tidak percaya dengan apa yang di alaminya, Marion memperhatikan kedua tangannya yang terlihat baik-baik saja lalu mencoba menyentuh salah satu pot bunga besar ditempat tersebut.

“Aku masih dapat menyentuhnya, apa hanya manusia dan binatang saja yang tak bisa kusentuh?” tanya Marion dalam hati.

Marionpun melakukan beberapa eksperimen terhadap seekor kucing yang sedang tidur diatas sebuah kotak kayu. Dan benar saja tangan Marion tidak dapat menyentuh kucing tersebut namun kotak kayunya dapat disentuh bahkan digulingkan sengga kucing tersebut kaget dan berlari.

“Jadi seperti ini? Lalu apa yang harus kulakukan ditempat ini?” tanya Marion pada dirinya sendiri.

“Yang harus kau lakukan sangat mudah, kau hanya perlu menyingkirkan 4 peserta lainnya yang ada disini,” sebuah suara tiba-tiba muncul diatas Marion.

Marion menengadahkan kepalanya dan mendapati sosok pria berkulit merah dan bersayap hitam sedang melayang.

“Hvyt, Ku kira kau sudah pergi,” balas Marion.

“Aku tidak akan pergi sampai pertandingan ditempat ini selesai dan menyisakan 1 peserta saja,” balas Hvyt.

“Jadi aku harus menemukan 4 peserta lainnya dan mengalahkannya agar aku bisa keluar dari tempat ini,” kata Marion.

“Ya, itu benar,”

Marion menghela napas lalu bertanya “apakah aku harus membunuh mereka semua?”

“Tidak ada peraturan jelas kau harus membunuhnya atau tidak, yang jelas adalah kau harus membuat 4 peserta lainnya tidak berkutik,” jawab Hvyt.

“Hmmm...seperti itu ya, kalau begitu...” ucapan Marion terputus.

Sebuah peluru tajam berhasil menembus punggung kanan Marion hingga tembus ke dada kanannya. Marion langsung jatuh tersungkur dan tidak bergerak lagi, Hvyt yang memperhatikan dari atas melihat jauh kesamping. Dilihat serang tentara wanita dengan persenjataan lengkap sedang bersembunyi disalah satu bar sambil menodongkan senapannya.

“Hmm..Yvika,” ucapnya.

Yvika masih membidik Marion melalui teropong disenapannya dan mendapati Marion berlari dengan kecepatan tidak biasa.

“Tidak mungkin, wanita itu masih dapat berlari secepat itu walaupun sudah tertembak,” ucap Yvika tersebut tidak percaya.

Marion berlari lalu bersembunyi disebuah gang sempit yang agak gelap. Napasnya tersegal-segal seperti orang yang terkena sesak napas. Marion memperhatikan luka di dada kirinya yang mulai sembuh dengan cepat, lalu merubah gaunnya menjadi setelan jas. Marion menatap langit yang masih biru terang dengan awan tipis menghiasinya.

“Sengatan Matahari ini membuat kemampuanku menurun, jadi sebaiknya akan kutunggu hingga matahari terbenam,” ucap Marion.

Marionpun menelusuri gang tersebut dan mendapati sebuah rumah kosong yang pintunya ditutup oleh beberapa papan kayu. Marion membuka papan kayu rumah tersebut lalu membuka paksa pintunya. Debu-debu segera bertebaran dan Marion segera masuk kedalam untuk berlindung namun tiba-tiba atap rumah tersebut jebol bersamaan dengan Yvika.

Marion tidak mengenali Yvika, tapi Marion tahu bahwa dia pasti salah satu dari 4 peserta yang dimaksud oleh Hvyt. Salah satu bola hitam Marion langsung berubah menjadi sebuah perisai menahan tembakan dari wanita tersebut. Lalu bola hitam satunya lagi berubah menjadi sebuah pedang hitam mengkilat. Yvika terus bergerak maju sambil melepaskan rentetan tembakan dari senapannya lalu Yvika menghilang. Dan kembali mucul dibelakang Marion, dengan cepat Yvika segera menusukan sebuah belati kepunggung Marion.

“Uuuuhhkkk...” Marion meringis kesakitan.

Marion dengan cepat memutar tubuhnya dan menghantamkan tamengnya kearah Yvika dengan keras. Yvika terpental cukup jauh dan menabrak tembok dengan keras. Marion mencabut pisau belati yang masih menancap dipunggungnya lalu melemparnya kesamping.

“Kau pikir tusukan seperti bisa membunuhku?” ucap Marion sambil berjalan mendekati Yvika.

Dengan cepat Marion menyabetkan pedangnya dengan kesal kearah Yvika. Ternyata Yvika tersebut memiliki refleks yang cepat dan berhasil menghindari sabetan Marion. Pedang Marion menggores dinding dengan kasar lalu Yvika dengan cepat segera melepaskan sebuah pukulan upper cut kearah Marion. Marion mundur satu langkah menghindari pukulan Yvika lalu Marion membalasnya dengan menusukkan pedangnya tapi lagi-lagi Yvika berhasil menghindar dengan bergerak kesamping. Marion mengembalikan perisai menjadi bentuk bola dan kini Marion bertarung dengan pedang.

Yvika mengambil pedang pendek yang terselip dipinggangnya. Keduanya saling menyabetkan pedangnya dan kadang diselingi oleh tendangan, tempat yang sempit membuat keduanya lebih sulit bergerak sehingga membuat banyak goresan didinding.

“Siapa kau? Dan kenapa tiba-tiba menyerangku?” tanya Marion.

Yvika tidak menjawab pertanyaan dari Marion dan segera bergerak maju dan dengan cepat menyabetkan pedangnya. Marion menghindar dengan mundur lalu dengan gerakan sangat cepat Marion berhasil melukai pipi kiri Yvika. Sabetan itu berhasil membuat Yvika mundur beberapa langkah lalu mengelap luka dipipi kirinya dengan tangan kanannya. Marion melihat tetesan darah dipedangnya lalu menjilatnya. Keduanya saling menatap tajam lalu Marion tersenyum.

“Lumayan juga,” ucap Yvika. “ Tapi itu akan membuatmu cepat berakhir,” lanjutnya.

Yvika mengilang dari hadapan Marion dan tiba-tiba muncul dihadapan Marion sambil menusukkan pedangnnya. Marion mengorbankan telapak tangannya untuk menahan tusukan dari Yvika. Pedang itu menembus telapak tangan kanan Marion dan ujung pedang Yvika itu tepat berada tepat didepan jantung Marion. Yvika mendorong Marion hingga akhirnya Marion menjatuhkan diri lalu dengan kakinya Marion segera mendorong perut Yvika. Yvika terpelanting kedepan lalu jatuh terbaring dengan keras. Keduanya segera membalik badan dan saling menatap, Marion segera berdiri lalu berlari menjauh. Yvika segera mengejarnya dengan melompat zig-zag didinding serta melepaskan beberapa tembakan dari pistol yang terselip dipinggangnya. Tembakan Yvika berhasil melukai kaki Marion saat Marion hendak berbelok kesalah satu gang.

Yvika berjalan pelan menuju belokan tempat Marion tertembak dan dia sangat terkejut saat melihat Marion sedang berdiri dengan senapan serbu yang mirip dengannya.

“Maaf,” ucap Marion.

Marion melepaskan tembakan dari senapan serbu miliknya dan Yvika segera mengaktifkan perisai pelindung dari tangannya. Belasan peluru terpantul ke berbagai arah lalu dengan cepat Marion merangsek maju dengan merubah senapannya menjadi pedang pendek yang mirip dengan Yvika. Marion terus menyerang Yvika walaupun dia tahu serangannya tidak akan berarti ditambah sengatan sinar matahari yang sejak awal mengurangi kemampuannya. Tapi tujuan Marion menyerang memang bukan untuk melukai Yvika tapi mengambil sebuah flashbang yang ada dipinggang Yvika.

Yvika sedikit bingung bagaimana wanita dihadapannya ini bisa bertarung dengan gaya yang sama dengan dirinya. Dan tanpa disadari Marion sudah berhasil mengambil sebuah geranat flashbang dari pinggangnya. Marion mengakhiri serangannya dengan sebuah tendangan yang cukup kuat untuk membuat Yvika terdorong jauh. Lalu Marion menarik pengunci flashbang dan melemparkan kearah Yvika. Otomatis Yvika segera melindungi kedua matanya dengan tangannya dan saat Yvika menurunkan tangannya Marion sudah tidak ada dihadapannya.

“Kau tidak akan bisa lari dariku,” ucap Yvika.

Alat sensor dimatanya mendeteksi targetnya bergerak dengan kecepatan diatas manusia normal. Sebenarnya dia bingung bagaimana alat deteksi dimatanya dapat berkerja di jaman seperti ini. Sambil menunggu luka-luka memar ditubuhnya mereda Yvika berjalan dan mengambil pedang pendek yang tergeletak di jalan.

“Jelas sekali dia bukanlah manusia,” ucap Yvika.

Marion berlari lalu bersembunyi didalam sebuah penginapan yang cukup jauh dari alun-alun kota untuk menghindari Yvika. Marion memperhatikan luka yang ada ditangannya sudah hilang lalu memar-memar dileher dan bahunya juga sudah hilang. Marion melihat keluar jendela dan melihat langit sudah mulai berwarna oranye. Marion tersenyum senang melihatnya walaupun dia sadar wanita itu bisa menemukannya kapan saja. Marion membaringkan dirinya ditempat tidur dan memejamkan matanya namun dirinya tetap waspada. Pikirannya menerawang membaca semua memori yang tersimpan pada DNA darah yang dicicipinya.

“Yvika Gunnhildr, seorang mayor dan juga seorang ibu, dia mati saat melakukan sebuah misi. Malang sekali nasibnya,” ucap Marion.

Kepala Marion terus memproses ingatan pada DNA tersebut sampai akhirnya mataharipun tenggelam dan sekarang saatnya Marion bergerak. Marion segera keluar dari penginapan tersebut dan suasana kota sudah mulai sepi. Marion mulai berjalan lalu kemudian dari jauh Marion melihat seseorang pria paruh baya sedang berlari. Dibelakangnya terlihat seorang penyihir dengan kilatan listrik ditongkatnya yang sedang mencoba menlindunginya.

“BERHENTI KAU TOMMY!!!,” seseorang pemuda bertampang preman berteriak dibelakangnya sambil membawa sebuah pedang.

Pria preman itu berteriak lalu mengeluarkan sebuah ketapel dan dengan cepat melepaskan tembakannya. Sebuah petir menyambar menangkis tembakan pria preman tersebut. Terlihat pria paruh baya tersebut memasukan sesuatu kedalam sebuah kotak dan dari pinggir jalan muncul beberapa tumbuhan berduri. Marion dapat menebak mereka berdua pastilah para peserta turnamen.

“Aku harus melumpuhkan mereka berdua,” ucap Marion sambil bersembunyi.

Salah satu Bola hitam Marion segera berubah menjadi sebuah senapan yang mirip dengan Yvika. Dengan teropong pada senapannya Marion membidik pria bertampang preman tersebut tapi Marion menangkap sosok lain. Jauh dibelakang pria bertampang preman tersebut terlihat seorang anak kecil membawa boneka mirip panda sedang bersembunyi.

“Apa ada anak kecil?” ucap Marion.

Marion masih diam memperhatikan dan terlihat sepertinya pria paruh baya yang dipanggil Tommy itu berhasil menjebak pria preman tersebut dengan tumbuhan jeratnya. Tommy segera berjalan mendekati pria preman itu dan menghajarnya berkali-kali. Tampaknya pria preman tersebut sangat marah lalu mengeluarkan sebuah tornado api. Jerat-jerat tanaman itupun segera hancur dan Tommy kembali berlari sambil memainkan kotaknya. Penyihir petir itu terbakar namun sepertinya masih bisa menyerang pria preman tersebut dengan sihir petirnya. Pria preman itu terpental dan tornado api itu menghilang. Selain itu sang penyihir itu juga menghilang menjadi debu. Tidak lama kemudian seekor hantu keluar dari kotak milik Tommy. Hantu tersebut keluar dan mendekati pria preman tersebut lalu berteriak.

Suara teriakan dari hantu tersebut sangat keras sampai-sampai Marion harus menutup terlinganya. Pria preman itu mengibaskan pedangnya dan nembuat hantu tersebut terpelanting kesamping dan hancur. Pria preman tersebut semakin kesal kepada Tommy dan merubah ukuran pedangnnya. Tommy kembali memainkan kotaknya dan seekor peri api keluar dari kotak tersebut lalu menyemburkan api kearah pria preman tersebut.

“Ha...ha...ha...ha... rasakan itu Xabi,” ucap Tommy.

Sang pria preman atau Xabi menyabet-nyabetkan pedangnya mencoba menghajar peri api yang bergerak lincah. Sambil memaki tidak jelas Xabi mengabaikan peri itu dan menatap tajam kepada Tommy. Xabi berlari kearah Tommy dan tiba-tiba sebuah api keluar dari tanah membuah Xabi terjatuh. Tangannya menepel pada tanah tapi kemudian dia terus bergerak mundur dengan cepat.

“Aw...aw...aw...aw...panas....panas,” Xabi terus bergerak mundur dengan cepat.

“Ha..ha...ha...ha...ha..., benar-benar berandal bodoh,” Tommy semakin tertawa senang.

Kesenangan itu ternyata tidak berlangsung lama saat tiba-tiba saja keduanya berhenti bergerak dan mulai bergerak dengan aneh.

“Apa yang terjadi?” pikir Marion.

Keduanya bergerak dengan aneh lalu tidak lama datang Yvika diikuti oleh seorang anak kecil yang membawa boneka panda juling. Yvikapun bersikap aneh dan bergerak tidak teratur tubuhnya seperti dikendalikan oleh benang-benang yang tidak terlihat. Marion masih bersembunyi mengamati apa yang akan terjadi selanjutnya. Yvika bergerak lalu kedua tangannya mengeluarkan menarik pistol yang ada disamping pinggangnya. Kemudian kedua pistol tersebut ditodongkan ke kepala Tommy dan Xabi. Marion yang melihat hal itu segera keluar dari tempat persembunyiannya dan berteriak.

“HENTIIIKAAANN...!!” teriak Marion membuat semuanya menoleh kearah Marion.

“Waaaahhh ada 1 lagi yang bisa kujadikan boneka yang cantik,” ucap anak kecil tersebut.

Tommy, Xabi dan Yvika segera bergerak menuju kearah Marion. Marion segera berlari menjauh dan tentu saja ketiganya segera mengejarnya. Kecepatan lari Marion kini lebih cepat dari biasanya dan tentu saja dengan mudah meninggalkan mereka bertiga. Anak itu menggerakan jari-jarinya membuat Yvika, Tommy, dan Xabi bergerak menyebar.

“Tidak kusangka aku kalah oleh seorang anak kecil,” ucap Yvika kesal.

“DASAARRR ANAK SETAAAANNN...” teriak Xabi.

“Hah...hahhh...hahhh...aduuhh...aku sudah lelah tolong hentikan,” ucap Tommy yang sudah kelelahan berlari.

Marion mengamati Tommy yang sedang mencarinya dari atas sebuah menara. Bila diperhatikan ada sebuah benang tipis yang terhubung dengan tubuh Tommy. Marion merubah bola hitamnya menjadi sebuah pedang lalu melompat turun mengagetkan Tommy. Kemudian dengan gerakan yang sangat cepat Marion langsung menyabet tali penghubung tersebut. Tapi ternyata tali tersebut tidak putus dan membuat Tommy segera menyergapnya.

“Maafkan aku, tubuhku tidak dapat kukendalikan...” ucap Tommy menyesal karena memeluk Marion dengan erat.

“....”

Tenaga Marion yang besar segera membuka sergapan Tommy dengan mudah lalu membanting ketanah dengan keras. Marion merubah pedangnya menjadi sebuah belati dan dengan cepat menyabet pipi kanan Tommy. Darahpun mengalir dari goresan tersebut lalu dengan jarinya Marion segera mengambil tetesan darah tersebut lalu mencicipinya. Tommy segera berdiri kembali dan langsung menyerang Marion secara membabi buta namun dengan sebuah tendangan keras membuat Tommy terpental cukup jauh. Marion merubah salah satu bola hitamnya menjadi sebuah kotak dadu lalu bola hitam satunya berubah menjadi 12 dadu.

“Kau...apa yang akan kau lakukan?” tanya Tommy heran sambil berlari menerjang.

Marion memasukan dadunya ke dalam kotak tersebut dan keluarlah sebuah angka 1. Sebuah pasir hisap mucul dihadapan Tommy yang sedang berlari kearahnya. Lalu Marion memasukan kembali dadu kedua dan keluarlah angka 2. Perlahan tubuh Tommy mulai tenggelam masuk kedalam pasir.

“Bertahanlah sebentar, karena aku harus mencari yang lainnya,” ucap Marion.

Baru saja Marion membalikan badannya sebuah sabetan hampir saja menebas dan memotong lehernya. Xabi sudah berada dihadapannya sambil menyabet-nyabetkan katananya, Marion segera bersalto kebelakang menghindari serangan Xabi. Lalu Marion memasukan dadunya dan keluarlah angka 6. Tapi tidak keluar apapun dari hasil tersebut dan Xabi sudah mendekatinya sambil mengankat pedangnya. Marion segera berguling kesamping menghindarinya lalu berteriak.

“Hei..Tommy kenapa peri apinya tidak keluar?” tanya Marion.

“Heh... dari mana kau tahu namaku dan Kenapa aku harus memberitahumu,” jawabnya santai.

“Apa kau ingin pasir itu terus menghisapmu?” tanya Marion mengancam sambil bertarung dengan Xabi.

Tubuh Tommy mulai tenggelam setengahnya dan bila dibiarkan dia akan mati terhisap. Tapi bila dia memberitahu rahasianya bisa jadi wanita yang sedang bertarung tersebut membunuhnya. Jadi...

“Aaa...mmm..itu...” Tommy masih ragu untuk memberi tahunya.

Marion masih terus bertahan dari serangan-serangan Xabi yang membabi buta. Padahal sudah terlihat dari matanya bahwa dia sudah mulai kelelahan. Dengan gerakan cepat Marionpun melakukan sebuah tendangan ganda kearah tubuh Xabi hingga jatuh. Namun dengan cepat Xabi kembali berdiri diluar kehendaknya.

“Aaaahhhkkk...dasar kurang ajar...sampai kapan kau mengendalikan tubuhku?” gerutu Xabi kesal.

Gerakan Xabi tidak teratur dan terkesan asal-asalan sehingga Marion dengan mudah menghindarinya. Marion segera mundur beberapa langkah menjaga jarak dengan Xabi dan mendekati Tommy yang sedang diam menonton.

“Apa kau masih tetap tidak akan memberitahuku?” tanya Marion kepada Tommy.

“Tidak,” jawab Tommy dengan angkuh.

“Baiklah kalau begitu,” ucap Marion sambil merubah salah satu bola hitamnya menjadi sebuah pedang.

“Aku terpaksa harus membunuhmu agar jebakan ini bisa kugunakan lagi,” ucap Marion.

“EEEHHH...jangan...jangan...jangan.. baiklah..akan ku beri tahu,” ucap Tommy ketakutan.

“Ayo cepat,” teriak Marion yang kembali sibuk dengan serangan Xabi.

Tommy mengambil sebuah figur berbentuk gurita dari saku bajunya lalu melemparkanya kearah Marion.

“Gunakan itu, tapi kau harus mengeluarkan angka 3 untuk membuatnya hidup,” teriak Tommy.

Marion yang mendengar hal itu segera bergerak dengan cepat mengambil figur tersebut lalu bergerak menjauh dari Xabi. Bola hitam Marion kembali berubah menjadi kotak dadu dan dadu lalu Marion segera memasukan dadunya satu per satu. Dadu pertama keluar angka 4, dadu kedua keluar angka 2, lalu angka 4 lagi, dan lalu keluar angka 3.

“AHA...” Marion berteriak senang.

Figur itu segera berubah menjadi seekor gurita raksasa setinggi 2 meter dengan tentakelnya yang panjang 4 meter. Marion segera memasukan kembali dadunya dan keluarlah angka 3 lalu Marion memerintahkan gurita itu untuk menyerang Xabi.

“Ayoooo serang diaaaaa...” teriak Marion.

Gurita itu segera melesatkan tentakel-tentakelnya dan langsung mencengkram tubuh Xabi dengan kuat. Xabi berontak mencoba melepaskan diri dari cengkraman tangan gurita tersebut tapi sia-sia saja. Sampai akhirnya sebuah geranat jatuh menimpa kepala gurita tersebut dan terjadi ledakan besar sampai tubuh gurita itu hacur. Marion menengadah dan melihat Yvika berada diatap dengan senapan serbunya. Yvika segera melepaskan tembakannya ke arah Marion. Marion segera berlari menghindarinya namun tiba-tiba lingkungannya berubah. Marion berada disebuah tempat yang gelap tapi kemudian semua kembali dan Marion sudah berada dihadapan seorang anak kecil. Marion terperangan diam lalu dengan gerakan serempak Xabi dan Yvika segera meringkus Marion.

Tapi tenaga kedua orang tersebut bukanlah tandingan tenaga Marion yang setara dengan tenaga 10 orang dewasa. Marion dengan mudah melepaskan diri dari ringkusan Xabi dan Yvika. Anak kecil tersebut mundur beberapa langkah lalu mulai bernyanyi. Marion tidak mengerti kenapa anak itu bernyanyi tapi ada sesuatu yang aneh terjadi. Marion mulai terasa mengantuk dan kedua matanya terasa sangat berat, Marion berjalan lunglai kearah anak kecil tersebut.

“HEEEEIIII..... TOLONG AKU....AKU MULAI TENGGELAM....” Tommy berteriak membuat lagu yang dinyanyikan anak kecil tersebut terhenti.

Kesadaran Marion mulai kembali lalu dengan cepat mendorong tubuh anak kecil tersebut hingga terpelanting kebelakang. Kepala anak kecil tersebut membentur jalan dengan keras, Marion yang melihat hal tersebut segera berlari menghampirinya. Namun saat Marion membalikan tubuh anak tersebut, tanpa sengaja Marion melihat mata anak tersebut yang berwarna hitam. Seketika itu juga tubuh Marion menjadi kaku dan sulit digerakkan. Anak kecil itu segera berdiri dan darah segar mengalir dari luka dikepala sedangkan Marion langsung jatuh tertunduk dihadapan anak tersebut. Rambut anak tersebut kembali menutupi matanya dan selain itu terlihat juga darah mengalir membasahi pipinya yang merah.

Anak itu mengelap darah yang membasahi pipinya lalu berjalan  mendekati Marion yang masih berlutut. Anak tersebut menyentuh pipi Marion dan tanpa sengaja menyentuh juga bibir Marion.

“Wajah kakak cantik, Niu ingin kakak jadi teman Niu selamanya,” ucap anak tersebut.

Marion berusaha menjilat darah yang tanapa sengaja menyentuh bibirnya dan saat Marion mencicipinya ada sesuatu yang aneh terjadi.

“Ini...bukan darah manusia,” ucap Marion.

Dalam sekejap mata Marion berubah menjadi hitam pekat dan tubuh Marion kembali menjadi ringan. Marion segera berdiri lalu menatap anak kecil dihadapannya dengan mata barunya. Tubuh anak itu menjadi kaku lalu perlahan mulai menyusut dan mengeras dan akhirnya tubuh anak kecil itu berubah menjadi sebuah boneka berukuran 12 CM. Benang-benang pengikat Xabi, Tommy dan Yvika berpindah ke jari-jari tangan Marion. Marion berjalan lalu mengambil boneka panda yang tergeletak dihadapannya.

“Sekarang kau akan bersamaku selamanya, Imanuel,” kata Marion.

“Hei kenapa tubuhku masih sulit bergerak,” ucap Xabi.

“Tentu saja karena sekarang akulah yang mengendalikan kalian bertiga,” ucap Marion sambil tersenyum.

Dengan berhasilnya Marion mengendalikan ketiga peserta lain maka Marionlah pemenangnya.

“Heeeiii...Hvyt...apakah kau masih disini?” teriak Marion.

Dari langit Hvyt turun kehadapan Marion dan terseyum padanya.
           
“Sepertinya kau sudah berhasil menyelesaikannya dengan sedikit korban,” ucap Hvyt.

12 comments:

  1. Pertama, cerita ini terlalu banyak tell. Di beberapa adegan jadi berkesan kaya rentetan laporan kejadian alih-alih cerita
    Kedua, cerita ini redundan. Banyak pengulangan kata yang kadang ga cuma di satu paragraf, tapi bisa ada di satu kalimat.
    Ketiga, typo. Aslinya saya ga mau komentar soal teknis, tapi kalo ngeliat ada kata di+tempat yang ga dipisah, jadi gatel juga pengen ngingetin kalo yang digabung itu di+kata kerja
    Keempat, tempo. Setengah cerita saya ngeliat Marion vs Yvika, trrus tiba" rushed sampe semua karakter keluar. Dan sampe akhir berasa nanggung buat saya pribadi

    Karena pernah ngelawan centuryno, saya beneran kepengen ngeliat perkembangan tulisanmu nginget kau selalu ikut BoR tiap taunnya. Semoga kalo Marion maju, bisa lebih baik dari ini

    6/10

    ReplyDelete
  2. Agreed with Sam, ini terlalu cepat temponya.

    Selain hal tersebut, saya melihat seolah Marion ini pro player yang sedang menghadapi 4 noobs. Tingkat kesulitan yang dihadapi Marion nyaris tidak ada, dan kesan yang saya tangkap dari cerita ini adalah kesan imba dari Marion.

    Note to self, sepertinya saya harus lebih eksplor kemampuan masing-masing karakter lawan biar bisa bikin pertarungan yang benar-benar mencerminkan hidup dan mati~

    Good fight, Mate~
    7/10

    ReplyDelete
  3. Sejujurnya, baca Marion ini mengingatkan saya pada sebuah calon novel yang ditulis oleh A, teman saya. Kenapa begitu?
    Karena :
    - Typonya banyak, baik kata yang kurang atau malah penempatan imbuhan yang nggak pada tempat yang sesuai.
    - Terlalu menceritakan. Jadi saya seperti mendengarkan cerita dari orang, bukan merasakan apa yang ada di dalam cerita yang secara langsung saya baca
    - Kemampuan tokoh utama yang seolah paling wah dengan sedikit kekurangan.


    Terlepas dari itu, cerita ini cukup fast-paced tempo. Rasanya keburu-buru. Alon-alon asal kelakon ae, kak. Mungkin karena terlalu menceritakan, saya belum dapat chemistry apa-apa pas baca.

    Tapi saya yakin, Centuryno sebenarnya bisa lebih baik dari ini. Saya tunggu perkembangannya. (TG, ini cuma 11 halaman word kalau saya copas)

    +6,5 dulu

    ReplyDelete
  4. so.......
    Marion mendadak mendewa dan tahu-tahu win??
    banyak imbuhan yang kurang sesuai........
    -_-

    6/10

    ReplyDelete
  5. Yang paling mengganggu adalah banyaknya typo dan kesalahan penggunaan “di” sebagai kata depan yang mestinya dipisah. Kemudian sejumlah narasi terasa terlalu hambar, padahal bisa lebih dibuat menarik. Khususnya dalam adegan pertempuran yang kesannya jadi seperti kumpulan kalimat berita saja, tanpa ada niat untuk menarik minat pembaca.

    Beberapa adegan pun tampak kurang jelas.

    Misal, mengapa Marion berkata “Hmm ... Yvika” padahal di narasi selanjutnya dikatakan kalau Marion tidak mengenal Yvika. Kemudian saat Tommy dikejar oleh Xabi, entah mengapa tiba-tiba muncul penyihir petir. Kalau pembaca belum melihat charsheet-nya Tommy, tentu mereka akan kebingungan penyihir petir itu siapa. Apakah itu si Tommy-nya sendiri? Setidaknya jelaskan atau deskripsikan saat-saat si Tommy memanggil “mainan”nya itu.

    Walaupun demikian, saya akui kalau prinsip Marion yang ingin menang tanpa banyak membunuh itu bagus. Meskipun rasanya lebih enak kalau ketiga orang yang dikendalikan Marion (dengan jurus Nim) itu dibuat pingsan saja. Sebab, mereka belum benar-benar kalah, ‘kan?

    Oke. Poin dari saya 6.0

    ReplyDelete
  6. "There is always a hole for mistakes in the story. Keep your eyes." - unknown Writer-

    Pertama kali baca langsung disambut sama typo :v
    dan selanjutnya ketemu missing world lalala~

    Marion jatuh tersungkur tak bergerak lagi terus tiba-tiba nyerang Yvika? Am I missing something?

    Umi banyak miss di ceritanya.:/

    Oke kakak, umi kasih 6/10

    ReplyDelete
  7. ini bisa saya bilang cukup unik. marion ga harus membunuh seperti peserta-peserta lainnya. dia mengusahakan menang dengan korban minimal (tapi ga tahu imanuel yang jadi boneka itu uda mati apa masi idup?)

    saya menemukan sedikit kesan buru-buru, padahal kalau tempo disesuaikan dan deskripsi nya diperdalam, ini bisa makin bagus.

    nilainya kukasih 7

    ReplyDelete
  8. mobile jadi gk bisa panjang.

    1. tedlalu tell
    2. pergedrakan karakter gak runut.
    3. pengetahuan tiba2
    4. nim, niu mah hxh

    final verdict: 4

    ReplyDelete
  9. suka krn dsini hvytnya bs diajak ngobrol akrab :D
    temponya emang cepet sih kak, tp msh lumayan ok buat dbaca, agak miss beberapa adegan jg sih, klo dkendalikan gitu ksadaran mereka msh ada ya kak? *efekgbacacharsheet*
    ternyata menangnya pake pengalihan pengendalian gitu, ok kak :)
    nilai 7,5/10

    ReplyDelete

Silakan meninggalkan komentar. Bagi yang tidak memiliki akun Gmail atau Open ID masih bisa meninggalkan komentar dengan cara menggunakan menu Name/URL. Masukkan nama kamu dan juga URL (misal URL Facebook kamu). Dilarang berkomentar dengan menggunakan Anonymous dan/atau dengan isi berupa promosi produk atau jasa, karena akan langsung dihapus oleh Admin.

- The Creator -