Di balik jeruji
tulang di bawah tanah Devasche Vadhi yang gelap, sambil merasakan sakit
setengah mati di sekujur badan. Tanpa kedua kaki yang bisa digunakan untuk berjalan,
tanpa tangan kanan yang membuatnya mampu melakukan sesuatu dengan cekatan,
tanpa lidah yang mempermudah penyampaian sebuah pesan.
Dia tersenyum.
Sebuah laptop telah sampai di tangannya, dan
tak ada seorang pun yang mampu menduga apa yang dapat dia lakukan dengan benda
tersebut. Tangan kirinya yang gemetar berusaha keras mengoperasikannya, tatapan
tajam di sela-sela rongga matanya yang berdarah terlihat jelas bahwa kini
dirinya telah mengetahui suatu hal yang penting. Suatu hal yang akan
mengungkapkan segala rahasia yang ada di Nanthara Island. Lokasinya, bagaimana
pembentukannya, dan siapa Thurqk sebenarnya.
Telunjuknya
menekan tombol enter dengan keras.
Sebuah senyum sinis tersungging di bibirnya yang penuh luka. Menghela napas
lega sesaat, lalu memejamkan mata, seperti hendak berkonsentrasi penuh terhadap
apapun yang akan terjadi selanjutnya.
Hening.
“Apa yang
sebenarnya terjadi? Apa yang kaulakukan dengan benda itu? Katakan, Nolan!”
Kemudian, pria
bernama Nolan itu membuka kembali matanya. Mata yang semula berwarna abu-abu
pudar telah kembali menghitam. Tak berapa lama kemudian, Nolan mengeluarkan
suara. Suatu hal yang mencengangkan, setelah sekian lama dirinya tak mampu
berbicara.
“Aku akan merekonstruksi
kembali Nanthara Island.”
***
“Tunggu! Apa aku tidak salah dengar?”
tanya seorang gadis kecil bertubuh semi-transparan sambil melayang-layang
lembut di hadapan Nolan. “Setelah menceritakan semua rencanamu padaku, kauingin
agar aku mengatakannya juga kepada Thurqk?”
Nolan mengangguk. “Selengkap-lengkapnya
dan semeyakinkan mungkin.”
“Kau gila!”
“Ini adalah langkah terbaik untuk
mengelabui Thurqk.”
“Bagaimana dengan para peserta?
Bukankah dengan tertangkapnya dirimu, sama saja mengkhianati harapan mereka?”
Nolan menggaruk kepalanya. “Kadang
aku heran bagaimana seorang gadis kecil sepertimu bisa berbicara layaknya orang
dewasa yang mengerti segalanya.”
“Jangan mengalihkan pembicaraan!”
bentak Abby.
“Iya … iya … baiklah, Abby,” kata
Nolan menghela napas, kemudian mendekatkan wajahnya ke arah Abby dan meletakkan
ujung telunjuknya ke kepala. “Semua rencana sudah tertanam baik di sini.”
“Bagaimana bila yang terjadi
benar-benar di luar rencana? Bagaimana jika Thurqk langsung membunuhmu di
tempat? Bukankah kaulihat sendiri kemampuan Thurqk melakukan segala sesuatu
sesuai dengan kehendaknya?”
“Ya, tinggal berimprovisasi,” kata
Nolan sedikit nyengir. Namun menyadari ekspresi kebingungan Abby, dia kembali
berbicara. “Dia tak akan membunuhku. Lebih tepatnya, dia tidak bisa membunuhku.”
“Apa? Kenapa?”
“Aku masih tidak tahu alasan di
baliknya. Namun, sikapku selama ini sudah cukup membuat Thurqk muak. Bila dia
memang bisa membunuhku, mungkin sudah ia lakukan sejak awal,” jelas Nolan. “Dan
lagi, ada satu hal yang janggal.”
Abby menatap Nolan dengan pandangan
heran.
“Aku yakin Thurqk tidak sebodoh itu
sengaja membawaku ke Nanthara Island ini untuk melakukan pekerjaan yang
sebetulnya jelas-jelas bisa dia lakukan sendiri. Lebih parah lagi, dia
memberiku otak super ini.”
“Jadi, maksudmu?”
“Semacam sesuatu yang terjadi di
luar dugaan. Mungkin saja Thurqk berniat membawaku ke sini untuk dijadikan peserta.
Seperti mereka yang kini tengah bertarung memperjuangkan nasib mereka.”
Abby mengangkat alisnya. “Aku
mendadak teringat dengan daftar yang dibuat Thurqk sebelum menyuruh para Hvyt
memanggil calon peserta dari berbagai penjuru dunia. Kalau tak salah, kau sudah
berada di sini jauh lebih dahulu ketimbang mereka ‘kan?”
“Percobaan,” gumam Nolan nyaris
tanpa suara. “Mungkin saja aku adalah percobaan pertamanya. Dengan menyadari
kesalahan yang ketika membawaku ke tempat ini, akhirnya dia membuat daftar
mengenai siapa-siapa saja yang kira-kira tidak akan melanggar sistem yang telah
dibuatnya.”
Mata Nolan
mendadak membelalak. Senyuman merekah dari bibirnya yang mulai terbalut kulit
kasar yang mengelupas makin parah. “Kurasa, aku sudah lebih mengerti sekarang.”
Jelas Abby tak mengetahui apa yang
ada di dalam pikiran Nolan. Apapun itu, Nolan telah berhasil menemukan beberapa
kemungkinan lagi yang dapat memperkuat alasannya berada di Nanthara Island.
“Kumohon, Abby. Pastikan kau
melakukan apa yang sebelumnya kuminta. Katakan semua rencanaku pada Thurqk, dan
biarkan dia menangkapku.”
***
Terdengar suara gemuruh di
langit-langit jeruji, suaranya cukup jauh sehingga diperkirakan berasal dari
belasan tingkat di atasnya. Nolan mengentakkan jemarinya di sepanjang keyboard laptop dengan cepat.
Kini tangan
kanannya telah beregenerasi dengan sempurna. Tampaknya kondisi Nolan sebelumnya—kehilangan
tiga per empat organ gerak tubuhnya dan juga indera pengecap—membuatnya berada
pada kondisi terkonsentrasi penuh, hingga otaknya dapat bekerja fokus dalam
mengembangkan diri jauh di atas tingkat kejeniusan.
Nolan mampu merasakan bagaimana
sel-sel di dalam tubuhnya bergerak dan bekerja bahu-membahu menyusun
jaringannya yang hilang. Sensasi mengejutkan yang tak pernah bisa dia gambarkan.
Namun, perkembangan otaknya membuat dirinya tidak lagi merasa ngeri menatap
lengan kanannya yang tiba-tiba tumbuh kembali. Dia tetap fokus mengetik ribuan
baris kode pemrograman. Dengan segala alasan-alasan scientific yang tertanam di kepalanya secara instan, beregenerasi
menjadi hal yang wajar bagi dirinya.
“Sedikit lagi, aku akan membuka
jalan bagi mereka yang tersisa.”
***
Nolan memandang monitor raksasa di
tengah-tengah ruang kendali, menonton sekilas setiap pertarungan yang dijalani
oleh masing-masing peserta di babak kelima.
“Kaubilang tak tahan melihat mereka?”
tanya Abby yang tiba-tiba muncul di belakang Nolan. Tanpa merasa terkejut,
Nolan menjawab dengan suara pelan, “Aku tidak benar-benar melihat mereka. Aku
sedang berpikir dan menyimpulkan kepingan puzzle
yang tersebar di dalam kepalaku.”
“Begitu? Lalu, sudah mendapatkan kepastian
mengenai segalanya?”
“Tak ada yang pasti di dunia ini,
semuanya berupa spekulasi yang akan selalu berubah seiring dengan ditemukannya
fakta-fakta baru,” kata Nolan. Jelas dirinya sedang merasakan kekalutan
mendalam di alam pikirannya.
Abby melayang pelan menuju meja
kerja Nolan dan duduk di sana dengan nyaman sambil mengayun-ayunkan kedua
kakinya.
“Aku yakin, selama ini Thurqk
membual. Dia tidak memilihku berada di sini untuk menjalankan pekerjaan ini.
Dia juga tidak pernah bermaksud memberi otak super ini. Semuanya tak terencana,”
ujar Nolan. “Tanpa sengaja, dia telah membawa masuk virus bagi program yang
bahkan belum dimulainya pada waktu itu.”
Abby menghentikan ayunan kakinya.
Dia memutuskan untuk lebih fokus mendengarkan pemikiran Nolan.
“Dia mengancamku. Berkali-kali. Dia
berusaha membuatku takut, agar aku tidak bertindak di luar kehendaknya,” lanjut
Nolan. “Semua itu ancaman kosong. Kini jelaslah ada sesuatu. Ada sesuatu yang
membuatnya tak bisa membunuhku. Tunggu! Dia berkali-kali mengancam akan menjerumuskanku
ke dalam neraka, dan bagaimana dia memanggilku dengan sebutan “Orang Suci”, that’s it!”
“Tunggu, hei, aku tak mengerti …,”
kata Abby.
“Abby, rasanya aku tahu penyebab
percobaan gagal Thurqk. Sifat arogannya yang tinggi membuatnya percaya diri
dalam melakukan apapun, termasuk keyakinannya dalam mengontrolku, orang yang
dia anggap sebagai Orang Suci. Well,
sejujurnya aku sendiri tak merasa sebagai orang yang suci. Tapi …,” Nolan
menggaruk alisnya hingga beberapa helainya terlepas dari permukaan kulitnya
yang semakin mengelupas. “Kalau begitu, para peserta yang dipilih Thurqk, entah
apa, tapi masing-masing dari mereka pasti memiliki sisi gelapnya sendiri.”
***
Monitor laptop
menampilkan sederetan kode program rumit yang bergerak dengan amat cepat. Nolan
memposisikan dirinya untuk duduk nyaman dengan kedua kaki—yang kini telah
beregenerasi—dalam posisi duduk bersila. Tak ada keinginan baginya untuk keluar
dari balik jeruji tulang saat itu sekalipun sebenarnya dia sudah mampu.
Kesepuluh
jemarinya dengan sangat cepat menciptakan tulisan yang terdiri dari ribuan
baris rumit. Selang semenit kemudian, dengan penuh percaya diri, dia menekan
tombol enter dengan perasaan lega.
“Penguasaan
seratus Hvyt telah dilakukan. Kuhapus memori mereka dan menggantinya dengan
perintah menyerang Thurqk bila mereka mendeteksi keberadaannya,” gumam Nolan.
***
“Kau bicara
dengan siapa?” tanya Abby yang tiba-tiba muncul di balik jeruji. Matanya
menatap Nolan dengan hati-hati. “Kau tak apa-apa?”
Nolan mengangkat
bahunya. “Aku tak apa-apa, Abby.”
“Kacamatamu?”
“Ah, tidak. Aku
tak membutuhkannya lagi. Pandangan mataku jauh lebih jelas sekarang. Bahkan
tekstur dinding di sudut lorong gelap itu, aku bisa melihatnya dengan jelas,”
kata Nolan. “Terima kasih, Abby.”
“Untuk apa?”
tanya Abby bingung.
“Untuk
membantuku memberi tahu Thurqk mengenai rencanaku. Memang butuh sedikit
improvisasi. Jujur saja, aku tak mengira Thurqk akan menyiksaku sedemikian
parah. Aku tertolong ini.” Nolan menyentuhkan telunjuk ke kepalanya.
Abby menghela
napas lega. “Sekarang bagaimana?”
“Kita keluar
dari sini dan mencari keberadaan Thurqk,” jawab Nolan seraya mengalihkan
pandangannya dari layar laptop. “Entah bagaimana, dia menghilang dari radar
yang kubuat.”
***
“Katakan yang
jelas, Nolan. Beri satu alasan, kenapa kauingin aku membantumu mengalahkan
Thurqk?” tanya Abby di ruang kendali. Nolan menatapnya dengan serius.
“Karena kau akan
pulang ke tempat asalmu juga bila semua ini berakhir,” jawab Nolan. “Bukan
hanya kau Abby, tapi juga semua makhluk yang ada di sini.”
Nolan menatap
salah satu monitor komputernya dan melihat sebuah titik merah besar
berkedip-kedip di satu bagian pada denah bangunan Devasche Vadhi digital
buatannya. Titik merah yang menandakan keberadaan Thurqk, dan dia sedang
berdiam diri di dalam ruang singgasananya, bersama dengan dua Hvyt yang
menjaganya.
Abby menatap Nolan dengan pandangan
muram, seolah sedang berpikir. “Nolan, sebenarnya kita ini apa?”
“Entahlah. Yang jelas kita semua hidup, dengan
berbagai bentuk tingkatan kepadatan,” jawab Nolan. “Maaf, aku tak terlalu
mendalami hal ini selama di dunia, tapi aku yakin keberadaan kita sangat erat
kaitannya dengan sains dan campur tangan kekuatan setan.”
“Eh?”
“Sihir, Abby. Sihir adalah kekuatan
setan,” jelas Nolan.
“Aku tahu beberapa sihir …,” gumam
Abby, membuat Nolan berjengit sesaat.
“Kau bisa melakukannya?”
***
Hilangnya titik merah besar yang
menggambarkan posisi Thurqk merupakan hal yang cukup mengkhawatirkan bagi
Nolan. Dia bisa berada di mana saja di Nanthara Island, namun kode program yang
dibuat Nolan, telah menutup jalur akses keluar bangunan kastil Devasche Vadhi,
menjadikan arena pertempuran mereka menyempit secara signifikan. Namun, hal
yang lebih mengerikan adalah kemungkinan bahwa Thurqk telah mengetahui bahwa
selama ini Nolan melakukan tracking
terhadap dirinya dan para Hvyt.
***
[FINAL BATTLE]
Arena:
Keseluruhan kastil Devasche Vadhi.
Objectives:
1.
Temui
beberapa Hvyt yang telah dikendalikan oleh Nolan, kalian akan tahu segala yang
perlu kalian ketahui melalui mereka. Kalau kalian punya teori sendiri mengenai
dunia Nanthara Island, inilah saat yang tepat mengungkapkannya.
2.
Ambil
dan temukan cara untuk mengaktifkan kristal di ruang rahasia sehingga kalian
bisa memunculkan kembali para peserta yang telah mati. Bahkan kalau diperlukan,
kalian bisa juga memunculkan tokoh lainnya (dengan asumsi tokoh tersebut sudah
menjadi korban Thurqk di masa lalu).
3.
Thurqk
bisa berada di manapun. Cari dan kalahkan dia. Caranya? Kalian akan
mengetahuinya ketika bertemu Hvyt yang dikendalikan oleh Nolan
4.
Kalian
bisa membantu menyelamatkan Nolan, atau meninggalkannya begitu saja, atau membuat
plot mengenai kematian Nolan. Yang mana saja dipersilahkan.
Threats:
1.
Kalian
akan bertemu dengan banyak Hvyt jahat dan baik.
2.
Ingat
kemampuan God’s Will Power milik Thurqk. Waspadalah.
3.
Sesama
peserta yang tersisa. Kalian tak tahu apa yang ada di dalam pikiran OC lain.
Apakah mereka juga memiliki tujuan yang sama dengan kalian, atau justru
berkhianat di akhir? Be aware for this!
Buat ending yang
menutup Battle of Realms 4: Afterlife ini. Bagi pemenang nanti, keseluruhan
plot yang dibangunnya akan menjadi canon utama. Dan canon panitia otomatis
gugur.
Deadline:
14
Februari 2015 23:59 WIB
Triple Threat. Smackdown! \o/
ReplyDelete