Pages

November 11, 2014

[ROUND 6] SALVATORE - HOPELESS

[Round 6] Salvatore Jackson
"Hopeless"

Written by Dendi Lanjung

---


Thurqk hanya tersenyum, wajahnya menunjukkan seakan dia telah menemukan sebuah harta yang berharga. Sementara di sampingnya, Nolan yang sedang terikat tampak terkesima melihat kilatan cahaya kuning dan biru yang bergerak cepat di bawahnya. Kedua cahaya berbeda warna itu saling bertubrukan, saling menghancurkan, sesekali terdengar suara benturan keras ketika kedua cahaya itu saling bertemu.

"Mereka tidak bercanda sewaktu berkata pertarungan mereka akan berlangsung cepat!" ucap sang dewa merah dengan mata yang berbinar-binar. "Ini benar-benar di luar perkiraanku, padahal aku sempat mengira mereka akan memberikan pertarungan yang membosankan, sudah berkali-kali mereka berdua membuatku bosan!"

Senyum lebar mulai menghiasi wajah Thurqk. "Tapi mungkin ada untungnya mempertahankan mereka berdua, dengan begini seluruh rencanaku akan tercapai! TUHAHAHAHAHA!!"

Bunyi tawa Thurqk terdengar membahana sampai seluruh Nanthara, tak ada yang tak merasa gentar mendengarnya. Suara penuh keangkuhan dari seorang yang mengaku tuhan, bagaimanakah nasib para petarung yang tersisa selanjutnya?


•••


[0 – Recap]

Demi bertemu kembali dengan seseorang di masa lalunya, Sal nekat membuka perkamen terlarang yang katanya mampu mengantarkan orang yang membacanya kemanapun yang dia mau. Nama perkamen itu adalah Elder Scroll Kaditukadieu.

Entah nyata atau sebuah kesalahan, tapi sesaat setelah Sal membaca perkamen tersebut, Sal pun menemui ajalnya. Atau setidaknya terlihat seperti itu.

Yang terjadi selanjutnya, bukannya bertemu dengan orang yang dicarinya, Salvatore malah terjebak di dunia yang seluruhnya bernuansa merah. Dia dipaksa untuk mengikuti permainan mematikan yang dirancang oleh sosok merah mengaku dewa bernama Thurqk. Bersama lima puluh empat peserta lainnya, Sal seakan menjadi korban keisengan sang dewa yang sedang bosan. Kelima puluh lima jiwa yang terpenjara itu diperintahkan untuk saling bertarung antara satu dan lainnya. Tidak ada cara lain untuk bertahan, selain menghabisi lawan yang berdiri menghadang.

Lima babak telah berselang, dari lima puluh lima peserta, akhirnya hanya tersisa delapan petarung saja. Dan Salvatore Jackson adalah salah satu yang masih bertahan.

•••

Pada babak pertama, Sal seperti orang tersesat dan tak tahu arah jalan pulang. Dia tidak mencoba menyerang dan lebih banyak menghindar. Di babak ini Sal bertemu dengan Luna Aracellia, Nurin, Enzeru Schwarz dan Celestia Hang. Malang bagi Celestia, si wanita penyihir batu itu harus musnah lebih dulu.

Kemudian di babak kedua, Sal menempati arena berupa pulau tujuh dosa. Bersama Ursario si Boneka Beruang, si Double Dullahan, Bara si Tumpara dan Yvika si wanita tentara, si Monyet Kuning menempati Pulau Myhr, atau Pulau Kemalasan. Dia diharuskan membunuh satu lawan saja dan kembali ke posisi awal. Untung bagi Sal, dia mendapati seekor beruang boneka yang kelelahan dan beruntung baginya, risleting yang asal dia buka ternyata adalah kelemahan fatal si boneka.

Walau begitu, pulau tersebut hampir membuat Sal terjatuh dan tak bisa bangkit lagi. Butiran debu seluas seribu hektar hampir membuatnya kehilangan kesadaran, kalau saja tidak ada suara Master Frank yang membangunkannya. Suara yang ternyata adalah milik entitas berwujud kucing bernama Beleth.

Di babak ketiga, Sal menghadapi lawan yang yang paling dia hindari, yaitu seorang wanita. Dia diharuskan bertarung dalam sebuah ruang penyiksaan yang membuat sang musisi patah hati, tenggelam dalam lautan luka dalam. Sal yang pernah berjanji tidak akan menyerang atau melukai seorang wanita, akhirnya harus melanggar janji tersebut. Dia yang tidak mau lawannya Yvika melakukan pembunuhan lagi, akhirnya memutuskan untuk menghabisi si wanita tentara. Dalam pikirannya, biarlah rasa bersalah itu ditanggung jiwanya sendiri.

"... Air bukanlah siksaan bagiku, tapi rasa menyesal, rasa bersalah ini... rasa bersalah inilah siksaanku yang sebenarnya."

Namun sebelum babak keempat dimulai, wanita tentara itu ternyata masih hidup. Rasa bersalah yang sebelumnya menghinggapi Sal berubah jadi rasa kesal, dia merasa dipermainkan tak ubahnya seperti pion monopoli.

Dalam pertarungan dengan Amdusias, Sal pun memilih untuk menerima sebuah kekuatan baru, kekuatan yang besar, kekuatan yang mampu membuat cuaca dunia berubah. Muse yang setingkat dengan Muse Harmoni Klasik. Muse Kakofoni.

Akibat serangan brutal yang dilancarkan Amdusias, tubuh fisik Sal mengalami kerusakan yang sangat parah. Namun lagi-lagi suara Master Frank menyelamatkannya. Jiwa Salvatore Jackson tetap hidup, namun wujudnya berubah total menjadi tengkorak hidup, tubuhnya menjadi kebal terhadap semua serangan fisik. Namun tanpa disadari oleh Sal, di balik kekuatan baru yang diterimanya, ada sesuatu yang mulai hilang pada dirinya.

•••

Pada babak kelima, Sal diharuskan mengalahkan lima petarung yang telah gugur di babak sebelumnya. Namun Sal yang tidak sadarkan diri sejak babak keempat berakhir, melewatkan pertemuan para peserta di pusat labirin Vishala Rashta dan juga melewatkan semua penjelasan yang diutarakan Nolan.

Adalah Colette yang membajak tubuh tengkorak Sal, dengan menggunakan kemampuan Reeves-nya, seniman pantomim itu memunculkan mantel tebal yang menutupi seluruh tubuh Tengkorak-Sal dan Colette yang bersembunyi di dalamnya. Dengan berpura-pura sebagai Sal, Colette berhasil mengelabui semua peserta yang tersisa. Colette yang sempat melihat kehadiran Nurin, teringat akan pertemuannya di pulau Urth. Sementara Nurin sendiri mengenali sosok tinggi berekor yang pernah satu grup dengannya di babak pertama.

Pada daftar petarung yang harusnya menjadi lawan Sal di babak kelima, entah kenapa nama Ucup masuk. Hal yang tentu saja tidak disia-siakan Colette, dia pun memasuki lorong dimensi menuju arena pertarungan selanjutnya. Tujuan wanita tersebut hanya hanya satu, yaitu mencari Ucup.

Di dunia yang dipersiapkan Nolan sebagai tempat pertarungan babak kelima, si monyet tengkorak pun terbangun. Skull-Sal yang tak tahu menahu tentang pertemuan para peserta dengan Nolan, memutuskan untuk membantu Colette mencari Ucup. Kedatangan dua 'teman' lama membuat Sal kaget, tapi setelah keduanya menyadari situasi, mereka berdua pun berbagi tugas. Sal bertugas menghadang Enzeru dan Celestia, sedang Colette menyusul Ucup yang pergi entah kemana.

Di babak kelima ini, Sal bertemu dengan bukan hanya satu, tapi dua sosok Luna sekaligus. Dia menyaksikan sosok Luna yang sudah menjadi mayat, dihabisi oleh sosok Luna lain yang sudah berubah total.

"... Satu-satunya cara menyempurnakan jiwamu, (adalah dengan) 'membunuh' semua tiruan jiwamu!"

Itulah kata-kata yang diucapkan Luna berzirah putih. Membuat Sal berpikir, apa sebenarnya rahasia di balik turnamen berdarah ini?


[0 – end]

•••

[1 – Aftermatch]


Lapangan Tegallega, Bandung (Neo Farum)

Lagi-lagi Skull-Sal merasakan sesak yang luar biasa setelah memainkan Muse Kakofoninya, seakan seluruh energi kehidupannya terserap habis oleh Muse tersebut. Setelah dia memainkan Air-Piano, Sal merasakan udara dingin yang menusuk tulang, hawa dingin yang membuat tulang-tulangnya malas untuk bergerak. Kalau saja dia masih memiliki otot dan daging, mungkin saat ini tubuhnya akan bergetar hebat.

Di babak kelima, Sal bisa dibilang belum menemukan lawan yang berarti. Namun Sal juga merasakan kekuatan barunya masih sulit untuk dikendalikan. Salah-salah Irama Jiwanya akan langsung habis tak tersisa. Dua kali sudah dia mengeluarkan jurus Kakofoninya, dan Irama Jiwanya selalu saja tersedot hampir seratus persen, dan itu sangat berbahaya bagi jiwanya.

Di lain pihak, Sal mulai menyadari bahwa dia telah melupakan sesuatu yang penting, sesuatu tentang masa lalunya. Tiap saat dia melihat telapak tangan kanannya yang hanya tinggal tulang, dia merasa tangan itu harusnya memegang sesuatu. Tapi dia tidak bisa mengingat benda apa yang dipegangnya.

Sementara itu dilihatnya Ucup dan Colette masih terbaring dengan tenang di atas rerumputan yang bersalju. Mata keduanya terpejam, keduanya tertidur lelap seakan tidak ada satu hal pun yang bisa membangunkan mereka.

"Aku lelah... mungkin baiknya aku tidur juga." ucap Sal yang kemudian merebahkan tubuhnya di samping mereka berdua.

Tapi pendengaran Sal yang tajam menangkap suara langkah kaki yang mendekati dirinya. Walau sebenarnya tidak perlu pendengaran yang tajam untuk menyadari kalau suara langkah kaki tersebut berasal dari sesosok makhluk berat dan tinggi.

Alunan musik yang keras terdengar menemani langkah berat sang makhluk, musik yang sama yang pernah didengar Sal di labirin babak keempat. Musik dengan nada yang intimidatif sekaligus kontradiktif, perpaduan antara aliran angin di musim dingin dan gemuruh hujan di musim panas. Menyatu dengan indah, namun memberikan perasaan yang mencekam.

"Aku ingat musik ini, ini Muse Kematian..." ucap Sal coba menebak judul lagunya. "Call Of... Amburegul..." .

"YANG BENER ITV CALL OF AMDVSIAS COEG!!"

Di hadapan Sal telah berdiri sosok makhluk berkulit pucat, bertubuh pria kekar bertelanjang dada, lengkap dengan celana kulit bermotif zebra favoritnya. Tapi kepalanyalah yang membuat Sal menghela nafas. Kepala makhluk itu bukanlah kepala seorang manusia, melainkan kepala seekor kuda bertanduk, atau yang lebih dikenal sebagai unicorn.

"Kau lagi." ucap Sal kecewa.

Si kepala unicorn, Duke Amdusias menggeram marah. "VCAPAN MACAM APA ITV? APA BEGITV SIKAPMV TERHADAP SEORANG RAJA?!"

"Raja? Bukannya aku sudah mengalahkanmu... Wahai Raja?" Sal masih ingat kalau Amdusias sempat menginginkan Sal sebagai bawahannya.

"ENAK SAJA!" bantah Amdusias sambil mengepalkan tangannya. "KALAV SAJA SI DEVS EX MIAVV ITV TIDAK MVNCVL, TAK SEHARVSNYA KAV MENANG!"

Mendengar itu Sal sempat terdiam, namun sejurus kemudian dia tertawa. "Hahaha... terus apa maumu?"

"REMATCH TENTV SAJA!" jawab Amdusias tegas. "LIAT DIRIMV, ENAK-ENAK TIDVRAN SEPERTI HEVVAN PESAKITAN, AYO BANGVN DAN LAWAN AKV!!"

"Tanding ulang? Maaf, sekarang aku gak bisa, lain kali aja deh." tolak Sal, dalam hatinya dia berkata. 'Bisa gawat kalau bertarung lagi, Irama Jiwaku terkuras habis gara-gara mencoba meredakan Irama si Ucup.'

"KENAPA? KAV KEHABISAN IRAMA JIVVA YA?" tebak Amdusias dengan nada mengejek.

'Sial!' maki Sal dalam hati.

Amdusias tersenyum sinis terhadap Sal yang masih terbaring. "TAPI SVDAHLAH, AKV TIDAK SVKA BERTARVNG DENGAN DIRIMV YANG SEPERTI INI. DAN AKV JUGA TIDAK NYAMAN DENGAN TVBVH INI."

"SI KVCING ITV MELAKVKAN KESALAHAN KETIKA DIA MEMBANGKITKANKV, DIA—"

'Aku menyembuhkan sebuah boneka, itulah kesalahanku.' sebuah bisikan memotong pembicaraan si kuda bercula.

"Menyembuhkan sebuah boneka?" tanya Sal penasaran. "Hei, ini si peniru suara Master Frank kan?"

"SIAPA— SI KVCING SIALAN ITVKAH?" tanya Amdusias juga.

"Eh, kau bisa mendengarnya juga?"

"JELAS BANGET," jawab Amdusias, matanya mulai melirik kesana kemari. "NAH MANA DIA? DIMANA KAV BELETH!"

Tapi makhluk yang ditanya tidak berbisik lagi.

"HEI KVCING KELVARLAH! KELVAR DARI KANTONG AJAIBMV ITV!"

"Kantong ajaib? Eh, daripada itu, apa yang kau maksud dengan menyembuhkan boneka?"

"Kalian ini berisik benget ya!" ucap sesosok humanoid berkepala kucing berkulit biru yang muncul kemudian entah dari mana. Kucing yang sama yang muncul di akhir babak keempat saat pertarungan antara Sal dan Amdusias, lengkap dengan kacamata tunggal dan jas tuksedo hitamnya. Sosok yang memanggil dirinya sendiri sebagai Beleth, sang Produser Neraka.

"LOUNGE!" ucap Beleth kemudian. Sebuah cahaya biru tiba-tiba berpendar dari titik antara Amdusias dan Salvatore berada.

Cahaya biru itu mulai membesar dan membesar, menyelimuti tempat mereka berada. Cahaya itu terlihat seperti membentuk sebuah gelembung udara yang terpisah dari dunia sekitar.

"Nah sekarang baru kita bisa bicara." ucap Beleth sambil tersenyum sinis dan menjilat-jilat punggung tangannya. Senyuman yang ditanggapi kewaspadaan baik oleh Sal atau Amdusias.

"Terutama kau dan aku, Salvatore Jackson, kita berdua perlu bicara serius."


[1 – end]

•••

[2 – Moonlight Scarlet and The Guardian of The Dead]


Masih di Bandung, Neo Farum. Agak jauh dari tempat Beleth, Salvatore dan Amdusias berada. Waktu menunjukkan pukul tujuh malam.

Di atap sebuah toko yang terbengkalai, sesosok mayat pemuda bersayap tergeletak begitu saja. Di sampingnya berdiri sesosok gadis dengan zirah dan sayap berwarna putih.

Mayat pemuda dengan rambut hitam bergaya harajuku itu terbaring dingin di permukaan datar atap toko yang berdebu, sebelah tangannya memegang sebuah sabit besar dengan gagang panjang. Nama pemuda itu adalah Enzeru Schwarz.

Sebuah lubang bekas peluru kaliber .347 Walls Magnum menganga tepat di tengah dadanya, darah segar terlihat membasahi seluruh tubuh bagian atas Enzeru.

Dan yang membuat dada Enzeru berlubang seperti itu adalah Luna Aracellia, sosok gadis berzirah putih tersebut. Zirah yang dipakainya terlihat seperti pakaian ala dewa-dewa mesir kuno, berwarna putih gading dengan ornamen berwarna-warni yang menghiasi bagian penutup dadanya. Sebuah topeng burung hantu kini menghiasi kepala Luna, menyembunyikan wajahnya dan hanya menyisakan rambut panjangnya yang berwarna putih keperakan.

Untuk sekarang, sebut saja Luna ETERNAL.

Pada babak kelima, Luna Eternal menyusup ke dalam arena pertarungan Sal untuk menghabisi 'kembaran'-nya. Dia juga sedikit membantu Sal dengan menembak Enzeru yang saat itu menjadi lawan si monyet tengkorak. Tentu saja ada alasannya kenapa dia melakukan hal tersebut.

"Kakak ini punya jurus yang keren, dia bisa menghilang dalam bayangan. Sangat berguna bagiku."

Luna kemudian mengambil sebuah tongkat dari balik zirah gadingnya, tongkat dengan hiasan bulan sabit di ujungnya. Gadis itu kemudian merentangkan tangannya, mengangkat tongkat tersebut ke atas, kemudian memutarnya searah jarum jam yang diakhiri dengan mengarahkan ujung tongkat dengan hiasan bulan sabit ke arah mayat Enzeru.

"Dengan kekuatan bulan –wahai jiwa yang terkekang, terbanglah bebas!"

Hiasan bulan sabit di tongkat Luna memendar merah, dan bersamaan dengan itu, tubuh Enzeru yang awalnya kaku tiba-tiba bergerak, seperti besi yang tertarik medan magnet, dada Enzeru yang bersimbah darah tertarik ke atas. Asap mengepul dari tubuh si malaikat, secara ajaib asap berwarna ungu itu bergulung dan semakin membentuk benda padat, yaitu sebuah kristal sebesar pemantik rokok. Itu adalah potongan Kristal Jiwa milik Enzeru.

"Ungu –warnanya beda dengan Kristal Jiwa yang kuambil dari tubuh tiruanku, punyaku merah."

Tubuh Enzeru kembali tenang tak bergerak, tapi perubahan terjadi. Di sekujur tubuhnya muncul pola-pola aneh berwarna hitam, kulitnya perlahan berubah warna menjadi merah, rambutnya yang hitam bergaya harajuku berubah menjadi mohawk kelabu. Wajahnya bukan lagi wajah Enzeru, tetapi wajah dari sosok yang lain. Sosok yang dikenal para peserta sebagai Hyvt.

Namun begitu, kondisi Hyvt tersebut masih sama mati seperti sebelumnya, lubang peluru masih ada di dadanya, dalam artian perubahan itu tidak menyembuhkan lukanya. Sementara itu potongan Kristal Jiwa masih melayang di atasnya.

"Aku hanya perlu menyerap—''

Belum selesai Luna menyerap kristal jiwa tersebut, dia merasakan kedatangan seseorang di belakangnya. Ketika dia menoleh, Luna mengenali sosok tersebut sebagai Celestia Hang, mantan peserta yang harusnya menjadi lawan Sal di babak sebelumnya.

"Oh, bagus, aku gak perlu lagi mencarimu." ucap Luna sambil tersenyum.

Senyuman Luna hanya berbalas pandangan dingin dari Celestia. Ada yang berbeda dari wanita berpakaian rok mini tersebut. Pupil matanya yang berwarna kelabu telah berubah menjadi merah, sementara putih matanya berwarna hitam kelam, persis seperti bola mata Hyvt.

'Yang ini Hyvatisasi-nya sudah mencapai lima puluh persen.' guman Luna ketika melihat mata Cel.

Kulit tubuh Cel sedikit demi sedikit berubah, dari yang asalnya putih mulus, menjadi bertekstur kasar kelabu. Itulah Perisai Kulit Igneus, lapisan keras yang berfungsi sebagai alat pertahanan Celestia terhadap serangan fisik. Dua tangannya kemudian bergerak mengambil sesuatu dari balik pinggangnya, yaitu sepasang Butterfly Blade tumpul si pemecah tulang.

Celestia yang telah berubah, sebut saja Hyvt Cel, kemudian melakukan gerakan seperti berdo'a. Tak lama kemudian dari permukaan tanah bermunculan satu persatu patung-patung batu yang wujudnya menyerupai Hyvt Cel, jumlahnya mencapai puluhan. Patung-patung batu yang kemudian mulai bergerak mengelilingi Luna dan mengepung gadis tersebut.

"Hmm, senjata yang kau pakai... berbeda dengan senjata yang dipakai kembaranmu saat bertarung denganku. Dan kekuatanmu juga sepertinya bertambah. Tapi—" Luna kemudian mengeluarkan dua pucuk pistol kembar dari balik zirahnya. Dari punggungnya, sepasang sayap putih mengembang lebar memecah udara. "—bukan hanya kau yang bertambah kuat!"

Luna tersenyum dan berteriak. "HEAVY ROTATION!!"

Luna secepat kilat memutarkan tubuhnya seperti gangsing dan memuntahkan puluhan peluru ke arah patung-patung Cel. Patung-patung yang 'hanya' terbuat dari bebatuan alam itu tak kuasa menahan serangan peluru dari dua pistol yang ditembakkan dengan kecepatan tinggi.

"Melodi dan Nabila. Ingatlah dua nama itu sebagai nama senjata yang akan menghabisimu!" si gadis bulan terus menembakkan Melodi di tangan kanannya, dan Nabila di tangan kirinya. Puluhan patung yang sebelumnya mengelilingi Luna, sekarang hanya tinggal menyisakan bongkahan-bongkahan batu kecil.

Hyvt Cel yang sedari tadi hanya diam melihat kreasinya dihancurkan, mulai menunjukkan ekspresi murka. Tak butuh waktu lama sebelum si penyihir batu bergerak untuk menerjang Luna. Dengan gerakan sangat cepat Cel mengarahkan dua pedangnya ke arah Luna, yang juga dengan sigap menggunakan kedua pistolnya sebagai perisai. Benturan keras pun tak terelakkan.

Ini adalah pertarungan antara dua perempuan yang seharusnya sudah 'musnah' dari Nanthara. Tapi sesuatu telah membuat mereka bertahan. Walau penyebab keduanya bisa bertahan, berbeda antara satu dan yang lainnya, khususnya Luna.

•••

Sebelum kita berlanjut ke cerita, mungkin ada baiknya kita melihat apa yang sebenarnya terjadi dengan Luna. Untuk kita kita perlu memutar waktu dan kembali ke Vishala Rashta. Tepat di akhir babak keempat, saat Luna bertemu dengan Sang Penjaga Dunia Kematian, Anubis.

"Jadilah istriku, Luna." lamaran mendadak itu sempat membuat Luna kaget dan menolak setengah mati. Tapi setelah mendengar perkataan Anubis selanjutnya, dalam diri Luna muncul rasa ingin tahu yang tinggi tentang semua yang terjadi.

"Baik, aku akan menuruti keinginanmu, tapi dengan satu syarat!" jawab Luna tegas.

Mendengar itu Anubis senang bukan kepalang, karena akhirnya masa jomblo selama ribuan tahun bisa diakhirinya. Pekerjaannya sebagai penjaga pintu kematian membuatnya kehilangan waktu untuk dirinya sendiri. Hari-harinya diisi untuk menjaga ketertiban di lalu lintas kematian, karena tidak semua makhluk menerima kematian mereka.

"A-Apa syaratnya, Nona Luna?"

"Aku ingin kau menjawab semua pertanyaan yang kuberikan, jawab dengan jujur!" ucap Luna,  matanya tajam menatap makhluk berkepala anjing tersebut.

"Okay." ucap Anubis sambil mengangguk.

"Apa yang kau maksud dengan 'dunia buatan?' Bukannya ini Dunia Kematian dan kau adalah Anubis, sang dewa dunia orang mati. Kenapa kau bilang kau tidak punya kuasa? Apa yang kau ketahui tentang turnamen ini dan kenapa Thurqk mengadakannya?"

Luna bertanya tanpa jeda, sementara Anubis hanya bisa menggaruk kepalanya, dia mulai menyesal kenapa memberikan informasi yang tidak penting kepada Luna. "Kaing, aku terlalu banyak bicara."

"Jawab!" bentak Luna.

Anubis sempat terdiam untuk kemudian menjawab. "Tepat seperti apa yang kuucapkan. Ini adalah dunia buatan yang diciptakan Thurqk, khusus untuk turnamen ini. Terus terang aku sendiri tidak tahu apa tujuan Thurqk sebenarnya. Dan sejujurnya aku juga tidak terlalu peduli."

"Ap--"

"Tapi yang jelas, setelah semua yang dilakukan Thurqk. Mengumpulkan para entrant berkekuatan tinggi dan kemudian membuat kalian semua saling bertarung... Itu telah membuat para petinggi resah, termasuk atasanku. Mereka mencurigai sang dewa merah sedang membangun pasukan super." lanjut Anubis.

"Pasukan super? Siapa petinggi yang kau maksud? Siapa atasanmu?"

Anubis tersenyum. "Kau akan mengetahuinya setelah ikut pulang bersamaku ke tempat asalku. Aku telah diijinkan Thurqk untuk membawamu, itu adalah perjanjiannya."

"Perjanjian?"

"Ya. Thurqk yang menyadari dirinya dicurigai, kemudian meyebarkan invitasi kepada para petinggi. Dia mengundang para petinggi untuk mengirimkan jagoannya masing-masing untuk bertarung dengan para entrant yang telah dia kumpulkan. Jagoan yang berhasil mengalahkan para entrant, akan mendapatkan entrant yang dikalahkannya. Tapi sebaliknya, setiap Jagoan yang dikalahkan oleh entrant, wajib memberikan satu kemampuannya terhadap entrant yang mengalahkannya. Itu perjanjian yang disodorkan Thurqk, bisa dibilang itu taktik dia untuk mengalihkan perhatian para petinggi. Dan itulah awal terjadinya babak keempat."

"Jagoan yang kau maksud itu... Hell Creature?" tanya Luna.

"Iya benar, aku adalah salah satunya --walau aku sebenarnya sangat keberatan disebut sebagai makhluk neraka." Wajah Anubis memperlihatkan raut muka tidak senang mendengar julukan tersebut. "Para petinggi yang ingin mengetahui apa maksud dan tujuan Thurqk, akhirnya berbondong-bondong mengirimkan jagoannya. Namun hanya enam belas Jagoan yang akhirnya bisa mengikuti Invitasi ini. Masing-masing dari jagoan itu adalah makhluk dengan kekuatan yang dahsyat, dan juga memiliki pasukan berjumlah besar."

"Jadi kekuatanmu setara dengan Thurqk?" tanya Luna penasaran.

"Aung, entahlah, sudah kubilang aku tidak punya kuasa di dunia milik Thurqk ini. Atau lebih tepatnya, si Thurqk sialan itu memiliki kemampuan untuk membatasi kekuatan siapapun yang ada di wilayah kekuasannya... Mungkin..."

"Mungkin? Jadi kamu tidak yakin? Hell Creature macam apa kau?"

Anubis hanya mendengus mendengus mendengar ledekan Luna. "Soalnya untuk bisa mengikuti invitasi ini, Thurqk memberikan syarat kepada kami. Kami diharuskan bertarung tanpa tubuh fisik kami dan hanya membiarkan jiwa kami untuk mengisi boneka-boneka yang sudah disiapkan Thurqk. Dengan kata lain, tubuh yang sekarang kupakai bukanlah tubuh asliku, ini hanyalah sebuah cawan untuk menampung jiwaku. Tidak semua Jagoan menerima syarat tersebut, itulah kenapa dari ribuan Jagoan, hanya enam belas yang memyetujui syarat yang diberikan Thurqk."

Anubis menghentikan sejenak perkataannya, kemudian dia menatap tajam Luna. "Ada kemungkinan tubuhmu juga bukan tubuh asli."

"A-A-Apa?!"

"Tapi itu tak masalah, kau sekarang sudah bisa bebas dari jerat Thurqk dan bisa secepatnya pergi dari turnamen ini. Kalau tidak ada lagi yang kau tanyakan, ayo kita pergi dan secepatnya mengurus pernikahan kit—"

"Tunggu! Tidakkah kau ingin tahu apa tujuan Thurqk sebenarnya? Bukankah itu adalah tugas yang diberikan atasanmu padamu?"

"Sudah kubilang aku tidak peduli, yang aku inginkan sekarang adalah menika—"

"AKU PEDULI! Aku peduli dan aku tidak akan pergi sampai si bajingan Thurqk mendapat ganjarannya!"

"Wow, gadis kecil, sudah kubilang kan kalau Thurqk punya kemampuan yang unik, yang membuat dia –untuk saat ini, tak mungkin bisa dikalahkan."

Luna terdiam mendengar perkataan Anubis, sedikit banyak dia teringat kejadian setelah babak pertama selesai. Yaitu saat kesebelas orang yang dianggap membosankan, dihabisi dengan mudahnya oleh si dewa merah. Pun saat bertarung dengan Anubis, dia sama sekali tidak punya kesempatan untuk melawan.

"Aku hanya ingin, apakah aku punya kesempatan... setidaknya untuk mengetahui apa maksud dan tujuan Thurqk." suara Luna bergetar, rasa takut, menyesal dan marah bercampur jadi satu.

Lagi-lagi Anubis tersenyum melihat sikap yang ditunjukkan Luna. "Kau memang pantas menjadi pendampingku."

Mendengar itu Luna hanya bisa merinding.

"Kalau begitu kau butuh senjata." ucap Anubis.

"Senjata? Aku sudah punya senjata." balas Luna sambil memperlihatkan sniper rifle-nya.

"Tidak. Senjata itu tidak akan efektif melawan pasukan Thurqk. Kau memerlukan senjata yang lebih kuat." ucap Anubis, jari-jarinya kemudian melakukan gerakan seperti memutar berankas.

"Pasukan Thurqk itu Hyvt maksudmu?"

"Bukan hanya Hyvt, tapi entrant lainnya... Mereka yang gugur di babak sebelumnya, sekarang telah berada dalam kendali Thurqk sepenuhnya. Mereka mulai mengalami Hyvatisasi."

"Hyvatisasi? Apa itu?"

"Kau akan mengetahuinya sendiri. Sementara itu, apa kau ingat apa yang tadi kukatakan soal kau adalah avatar kesayangan temanku?"

Luna berpikir sejenak, dia sedikit paham tentang konsep avatar yang diucapkan Anubis. Avatar adalah istilah lain untuk perwujudan atau inkarnasi dari suatu entitas yang lebih tinggi kedudukannya, kira-kira itulah yang Luna ingat.

"Katamu aku adalah avatar kesayangan HEKATE, apa itu benar?" ucap Luna sedikit sangsi.

"Iya, dia ingin sekali melihatmu." jawab Anubis singkat, jarinya masih sibuk memutar-mutar ruang kosong. Tiba-tiba terdengar suara 'klik' dan sebuah lubang tercipta di udara. Dari lubang tersebut Anubis kemudian mengambil sebuah kotak besi berbentuk persegi panjang.

"Apa itu? Apa yang barusan kau lakukan?" tanya Luna antara kagum dan heran.

"Ini Dimension Pocket, kemampuan standar kami, dengan ilmu ini kami bisa menyimpan segala jenis barang yang kami mau tanpa batasan berat, hmm, walaupun tubuh yang kupakai adalah boneka, tapi sepertinya semua kemampuan yang kami miliki tetap ada."

Anubis membuka kotak besi tersebut, dia kemudian memperlihatkan isinya kepada Luna. "Ini adalah Armory Box No. 5, isinya satu unit sniper rifle Hekate .48 Magnum, 2 unit pistol .357 M&N, semua senjata ini cocok untukmu. Dan terakhir dariku, cincin pertunangan."

"Benda terakhir kayaknya gak perlu."

"Eit, jangan salah, cincin ini bukan sembarang cincin. Dengan memakai cincin ini, kau bisa berubah --henshin menjadi KAMEN SHAPUSHUTA ETERNAL."

"Gak!"

Namun pada akhirnya, Luna pun menyetujui untuk memakai cincin tersebut. Karena bagaimana pun dia tidak mau berakhir begitu saja.


[2 – end]

•••

[3 – The Cat, The Dog & The Monkey]


Setelah kemunculan Beleth, mereka bertiga kemudian berbincang serius mengenai apa yang sebenarnya terjadi di turnamen ini. Gelembung biru yang dibuat oleh Beleth membentuk semacam ruang kedap suara yang seakan terpisah dari dunia di sekitarnya. Dan bukan hanya suara, hujan salju yang sebelumnya turun menyelimuti lapangan Tegallega pun tidak mampu menembus ruang biru tersebut. Beleth menyebut kemampuan ini sebagai Dimension Room.

Seperti sebelumnya, si kucing biru sempat memunculkan Saksofon dan memainkan alat musik tiup tersebut. Beleth memainkan Muse Recital miliknya yang kekuatannya bahkan mampu meregenerasi 'tubuh' Amdusias yang hancur. Sal yang sebelumnya merasakan lelah luar biasa, setelah mendengar Muse yang dimainkan Beleth, seketika merasakan Irama Jiwanya kembali penuh.

"MENVRVTKV THVRQK ADALAH SVTRADARA, DAN DIA BERMAKSVD MEMBVAT SEBVAH FILM AKSI BRVTAL DARI SEMVA INI!" ucap Amdusias tiba-tiba.

Beleth dan Sal saling berpandangan ketika mendengar ucapan si Kepala Kuda.

"Itu hasil pikiranmu sendiri atau nyuri ide orang lain?" ucap Beleth pedas.

"APA!" ucap Amdusias berang.

"Jangan berisik, aku sudah buatkan Lounge supaya mereka tidak bisa mengawasi gerak gerik kita. Jadi diamlah!"

"MEMANGNYA AKV PEDVLI?!"

"Jadi maksudmu, tubuh tengkorakku ini, terus tubuh Colette dan si Oochoop itu, bukan tubuh asli? Dan jiwa kami hanya mengisi tubuh boneka?" ucap Sal tak mempedulikan ucapan Amdusias.

"Ya, begitulah, soal bagaimana caranya? Aku sendiri masih meyelidikinya." balas Beleth dengan wajah serius, sambil tetap menjilat-jilat punggung tangannya sendiri. "Yang jelas di kubu Thurqk, ada seseorang atau sesuatu yang punya kemampuan untuk memotong dan menempel jiwa --Soul Cut & Soul Paste. Aku pernah mendengar tentang alat yang mampu berbuat seperti itu, alat yang disebut sebagai Gunting Jiwa!"

"Gunting Jiwa? Hmm, sejenis dengan Elder Scroll Kaditukadieu ya?" tanya Sal.

"Iya sialan, Gunting Jiwa dan Kaditukadieu adalah dua dari tiga Forbidden Tool yang ada di seluruh alam semesta!" bentak Beleth.

"Forbidden Tool hanya bisa dipakai oleh makhluk dengan kekuatan setingkat malaikat maut dan kau dengan enteng memakai alat tersebut tanpa peduli bahayanya sama sekali." lanjut Beleth.

"Tapi -Tapi kan, aku... aku harus bertemu seseorang."

"Iya, kau ingin bertemu kembali dengan Dola kan?" ucap Beleth.

Sal merasa malu mendengar ucapan Beleth, walau muka tengkoraknya tidak menunjukkan hal itu.

"Dasar, gak Agnos, gak Soilus, semuanya meremehkan Nilai Jiwa." keluh Beleth. "AL-MAUT pasti akan marah besar mendengar hal ini. Kalau sudah begitu dia pasti akan mengirimkan agen terbaiknya, entah Anubis atau Abadon. Yang manapun sama saja, bad news."

"ANVBIS DAN ABADON, KEDVANYA DATANG KOK KESINI." ucap Amdusias.

"Apa?! Sial, kuharap mereka tak mengetahui keberadaanku. Bisa gawat kalau mereka menjemput Jiwaku."

"Ng, suwer deh, aku gak ngerti kalian ini ngomong apa." ucap Sal kebingungan.

"DASAR MONYET BEBAL. AL-MAVT ITU ORGANISASI MVLTI ALAM SEMESTA YANG MENGVRVS KEMATIAN, DI BAWAH LANGSVNG ALL-CREATOR." ucap Amdusias.

"MOTTO NOMOR SATV MEREKA ADALAH: ONCE DEAD, FOREVER DEAD." Amdusias melirik Beleth dengan tatapan mengejek.

"Diam kau, mending kau pulang aja sana!" ucap Beleth dengan geram. "Tapi intinya begitu, mempermainkan kematian itu pelanggaran berat."

"Oh pantas, beberapa kali aku melihat orang yang seharusnya sudah mati kemudian hidup lagi, seperti tak terjadi apa-apa." ucap Sal yang sedikit banyak mulai mengerti.

"Aku sempat menduga sebelumnya, setiap pertarungan terjadi dalam realitas yang berbeda-beda." lanjut Sal, dia pun teringat pertemuannya dengan Hyvt misterius di babak ketiga. "Tiap peserta bertarung bukan dalam satu dunia yang sama, tapi dalam dunia yang khusus diciptakan dimana tiap peserta menjadi tokoh utamanya. Tapi itu berarti ada lima puluh lima dunia yang terbentuk hanya di babak pertama saja!"

"Iya, aku dengar percakapanmu dengan Hyvt berkacamata itu, No-Hvyt. Total ada seratus enam puluh dunia yang tercipta sejak babak pertama dimulai sampai babak terakhir dan semuanya membentuk rangkaian paralel yang terhubung mengelilingi satu dunia utama, yaitu Dunia Merah Thurqk."

"FVCVK, SERATVS ENAM PVLVH DVNIA! ITV GAK MVNGKIN COEG!"

"Berisik! Kau sudah kusuruh pergi kan? Kau bilang tujuanmu kesini untuk mengambil jiwa Oochoop kan? Nah, sekarang bawa jiwanya dan juga jiwa si wanita yang bersamanya. Kemudian pergilah!" ucap Beleth.

"CIH, TIDAK PERLV DISVRVH JVGA, MEMANG AKAN KVLAKVKAN TAU!" ucap Amdusias kesal.

"Wow, hey, jangan ganggu Colette dan Oochoop, tinggalkan mereka berdua seperti ini! Kalau tidak --" seru Sal yang merasa keberatan.

"KALAV TIDAK, APA HAH?! MENTANG-MENTANG SVDAH FIT, KAV SEKARANG BERANI MENANTANGKV! AYO MAJV!" ucap Amdusias dengan wajah murka.

Sal yang sudah merasa agak sehat kemudian berdiri dan menyerbu ke depan si kepala kuda. Keduanya saling berhadapan dan menatap dengan pandangan yang tajam.

"SILENCE!" bentak Beleth, seketika kedua makhluk yang bersitegang pun terdiam. Keduanya seakan terkena jurus pematung dan tak bisa bergerak sama sekali.

"Amdusias, lakukan apa yang akan kau lakukan dan pergilah." dengan hanya satu kalimat itu Amdusias pun akhirnya terbebas dari pengaruh Bacott Beleth, walau sedikit terengah-engah.

"SIAL, BACOTT-MV SELALV SAJA MENYVSAHKAN."

"Tapi jangan anggap ini perpisahan, aku belum selesai denganmu, Am-chan. Setelah aku kembali ke tubuh asliku, aku akan mencarimu dan mengembalikanmu sebagai kuda tungganganku."

"DEMI DELMAN ISTIMEWA, SVDAH KVBILANG JANGAN PANGGIL AKV SEPERTI ITV!!" teriak Amdusias. "DAN AKV GAK SVDI BALIK LAGI JADI TVNGGANGANMU, JADI JANGAN VNGKIT ITV LAGI!!"

"Lihat saja." ucap Beleth singkat, matanya menyipit licik. Lagi-lagi dia menjilati punggung tangannya sendiri, kebiasaan yang sepertinya sudah berlangsung sangat lama.

Amdusias hanya merinding ngeri, di matanya Beleth adalah sosok yang lebih mengerikan dari makhluk-makhluk sebangsanya. Bahkan lebih megerikan dari si dewa merah.

Dia kemudian melihat ke arah Sal. "AKV JUGA BELVM SELESAI DENGANMV, MONYET! KVDO'AKAN KAV SELAMAT DARI SEMUA INI, KARENA HANYA AKVLAH YANG BOLEH MENGHABISIMV!!"

Sal tidak bisa berbuat apa-apa dan hanya bisa menggeram marah. Lagi-lagi dia merasakan sensasi yang sama seperti saat dia bertarung dengan Amdusias, efek Bacott yang sama sekali tak bisa dia bendung. Dia merasakan Bacott Beleth bahkan lebih kuat daripada Bacott Amdusias. Tubuhnya terkunci dan tak bisa bergerak sama sekali, dia bahkan tak bisa mengeluarkan suara sama sekali.

'Bangun Colette, Bocah, bangunlah.' teriaknya dalam hati waktu melihat Amdusias mulai mendekati mereka berdua.

Amdusias dengan enteng berjalan mendekati Colette dan Ucup yang masih tertidur lelap. Sesaat kedua tangannya bersinar aneh, tanpa basa basi, kedua tangannya yang besar menembus perut mereka, tangan kanan menusuk perut Ucup, sementara tangan kiri menusuk perut Colette.

Sontak keduanya terbangun, mata mereka berdua terbelalak ketika merasakan kesakitan yang luar biasa. Namun anehnya tidak ada darah yang keluar. Ketika Amdusias menarik kedua tangannya, muncul sinar terang dari perut mereka masing-masing. Tangan kanan dan kiri Amdusias memegang dua buah Kristal Jiwa yang berbeda warna, merah untuk Ucup dan kuning untuk Colette.

Setelah Colette dan Ucup kehilangan Kristal Jiwanya masing-masing, mereka secara bersamaan mulai kejang-kejang. Tubuh mereka pun mulai berubah, bertransformasi menjadi wujud asli mereka, yaitu Hyvt-Doll.

Semenit kemudian, identitas Colette dan Ucup pun menghilang dari tubuh boneka tersebut. Kulit gelap dan rambut keriting Colette ataupun tubuh pendek Ucup tidak terlihat lagi, berganti menjadi tubuh merah besar Hyvt, lengkap dengan sayap hitamnya.

"APAAN INI?! INI BVKAN KRISTAL JIWA, INI HANYA FRAGMEN YANG TAK BERGVNA!" ucap Amdusias ketika melihat Kristal Jiwa yang ada di tangannya hanya sebesar pemantik api.

Sal yang melihat seluruh perubahan itu hanya bisa terpana. Padahal beberapa saat sebelumnya, Colette masih berinteraksi layaknya manusia normal, mereka bahkan saling bekerja sama dalam pertarungan babak kelima.

'Apa yang kau lakukan?!' batin Sal bergejolak. Tulang belulang Sal mulai bergetar hebat, entah darimana dentingan nada tak beraturan mulai terdengar.

Sal yang tak bisa lagi menahan emosinya, tiba-tiba dengan spontan bisa berteriak kencang. "APA YANG KAU LAKUKAN?!"

Walau seluruh tubuhnya masih belum bisa melepaskan diri dari pengaruh Bacott Beleth, tapi teriakannya membuat baik Beleth dan Amdusias terkejut.

"APA CVMA AKV ATAV IRAMA KAKOFONI MONYET INI MAKIN GAK KEKONTROL?!"

"Tenanglah Sal, redam emosimu!" seru Beleth. "Dari awal kan aku sudah cerita kalau mereka berdua hanya boneka. Itu adalah wujud asli mereka!"

"Tapi--"

"Jiwa asli si bocah dan si wanita itu tak mungkin ada di sini. Kristal Jiwa Utama milik mereka berdua dan termasuk dirimu pasti ada di suatu tempat yang hanya diketahui Thurqk." jelas Beleth.

"APA?! JADI SI THVRQK ITU MENIPVKV!" ucap Amdusias berang.

"Tentu saja bodoh! Dia tidak mungkin membiarkan Kristal Jiwa Utama secara penuh mengendalikan bonekanya. Kelima puluh lima peserta dari awal hanya terdiri dari wadah yang berisi fragmen kecil dari Jiwa Utama. Dengan kata lain, dari awal mereka semua hanya klon yang bisa didaur ulang seperti sampah plastik."

"Mereka bukan sampah! Mereka manusia!" teriak Sal. "Hmm, gak semuanya manusia sih. Tapi intinya mereka semua sama, ingin hidup... MEREKA INGIN BEBAS!!"

"Iya aku tahu, tapi jangan marah padaku, marah ama si Thurqk sana!" balas Beleth.

"SIALAN SI THVRQK, KALAV KETEMV AKAN KVHAJAR SI KALKUN MERAH ITU!" Umpat Amdusias, entah sengaja atau tidak, kemarahan Amdusias pun malah ikut-ikutan mengaktifkan Kakofoni miliknya. Suara keras dari alat musik yang tak beraturan mulai terdengar bersahutan entah dari mana.

"Oi, Kuda Bego, bisa diam dulu gak sih!" seru Beleth. "Lounge-ku ini tidak kuat meredam dua Irama Kakofoni sekaligus!"

Dan benar saja, akibat dua Muse Kakofoni yang muncul tiba-tiba, selubung biru yang menyembunyikan keberadaan mereka bertiga akhirnya meletus. Suara letusannya terdengar seperti letusan sebuah balon.

"Tuh kan, meletus..." keluh Beleth. "Sekarang aku harus membuatnya lagi, kalau tidak---"

Belum sempat Beleth menyelesaikan ucapan, tiba-tiba terdengar suara seseorang dari atas langit. "Tidak usah repot, Tuan Beleth. Anda tidak perlu lagi menyembunyikan keberadaan anda, karena tidak ada yang bisa sembunyi dari Yang Mulia Thurqk."

"So-Hyvt!" seru Sal yang mengenali sosok yang berbicara tersebut. So-Hyvt adalah Hyvt yang menjadi pemandu khusus Sal berada di Nanthara, dialah yang bertugas mengantar Sal dalam setiap babaknya. Kecuali babak kelima, dimana para peserta yang selamat dari babak keempat langsung bertarung di babak kelima tanpa perantaraan Hyvt.

Beleth yang melihat kedatangan si Hyvt pemandu, menjentikkan jarinya. Bersamaan dengan itu Sal pun terbebas dari Bacott yang menahannya. Tapi perhatian Sal langsung tertuju pada kemunculan Hyvt pemandunya tersebut. Itu karena So-Hyvt yang dilihat Sal sekarang sangat berbeda dengan So-Hyvt yang terakhir dilihatnya sebelum memasuki Vishala Rashta.

So-Hyvt yang sekarang tidak lagi terlihat seperti Hyvt yang biasanya, dia tak lagi bertelanjang dada, motif garis-garis hitam yang menghiasi tubuhnya pun berbeda pola. So-Hyvt sekarang memakai rompi rumbai-rumbai, dan rambut mohawknya tertutupi hiasan bulu hitam ala Indian. Tapi mungkin yang paling mencolok adalah warna kulitnya yang mulai menguning.

"Bentar. Kau beneran So-Hyvt kan? Wujudmu mungkin berubah, tapi baumu itu tak berubah, bau belagu." ucap Sal.

"Tuan Sal, anda sudah ditunggu di arena pertarungan babak kelima. Pertarungan anda sebelumnya sangat membosankan, tapi beruntung Yang Mulia Thurqk masih menganggap anda layak untuk lolos. Berterimakasihlah kepada Yang Mulia Thurqk Sang Pengampun."

Sal hanya mendengus mendengar ucapan So-Hyvt. "Kau gak berubah sama sekali, masih tetap menyebalkan, Sohvt."

"Wah wah, kalau sudah begitu, mungkin sebaiknya aku, errr, saya sebaiknya memberikan penghormatan dengan menghadap 'Yank Myulia' Thurqk." ucap Beleth menanggapi kehadiran So-Hyvt, nada suaranya berisi ejekan saat menyebut 'Yang Mulia.'

"Sembarangan!" geram So-Hyvt sambil turun mendekati Beleth dan Salvatore, tapi tak lama kemudian dia mampu menahan emosinya. "Nada bicara anda, saya anggap saya tidak mendengarnya. Sebagai gantinya, saya harap anda bisa menjaga mulut anda!"

"Kembali ke bisnis, status Tuan Beleth adalah tamu tak diundang di turnamen ini dan Tuan Amdusias sudah menyelesaikan kontrak invitasinya. Jadi dengan kata lain, kalian tidak ada urusan di turnamen ini. Yang Mulia berfirman kepada kalian berdua: Enyahlah dari Tanah Suci Nanthara!" ucap So-Hyvt keras namun datar.

"Cih, jadi begitu kalian menyambut tamu? Hey Am-chan, beritahu dia tentang --hmm, kemana dia?" ucap Beleth sambil mencari keberadaan Amdusias. Seperti halnya Sal, Beleth harusnya juga mampu mendeteksi Irama Alam atau Irama Jiwa di sekitarnya, tapi untuk sesaat dia tak menyadari kepergian si Kepala Kuda tersebut.

"Dia sudah pergi dari tadi, dia menyelinap saat kita semua lengah." ucap Sal.

"Pantas saja jadi sepi." timbal Beleth.

"Tapi gak kusangka selain aku, ternyata ada juga yang menguasai Thousand Step. Bahkan sepertinya dia menghilang lebih cepat dariku."

"Tentu saja lebih cepat. Jurusmu masih bergantung pada jurus fisik, belum mencapai tingkat Jiwa." jelas Beleth sambil menjilat-jilat punggung tangannya. "Sementara Am-chan, walau memakai tubuh boneka, tapi semua jurusnya dialiri Irama Jiwanya yang besar."

"Bicara soal Irama Jiwa, apa tidak ada cara untuk mengendalikan Muse Kakofoni?" tanya Sal penasaran. "Setiap aku memainkan Muse Kakofoni, aku dipastikan langsung ambruk."

"Pertama, Kakofoni tidak seharusnya kau kendalikan. Karena itu adalah Irama Kekacauan murni. Sementara kau mencoba mengharmonisasikan kekacauan, tentu saja itu membuat Irama Jiwamu langsung habis. Kedua ---"

"Ehem, ehem, kalian berdua... lupa ya dengan saya?" ucap So-Hyvt mencoba menyela. "Tuan Sal, sudah saatnya ---"

"SILENCE!" seru Beleth, untuk kali kedua si kucing biru mengeluarkan Bacottnya. Targetnya tak lain adalah So-Hyvt yang terlihat langsung berdiri mematung. Tapi Sal yang ikut mendengar tak ayal jadi korban tambahan, dia pun kembali mematung.

"Tak ada seorangpun yang boleh menyela ketika aku berbicara! Jangan lupa kalau aku ini adalah Raja Diraja Bangsa Agnos, Hell Creature penguasa delapan puluh lima Legion. Kalau aku mau, aku bisa menghancurkan taman kecil kalian ini, dasar cecunguk!"

Mendengar perkataan Beleth, baik Sal maupun So-Hyvt yang sebenarnya sudah level up, sama-sama merasakan takut yang amat sangat. Aura mencekam menyeruak dari sosok si kucing biru yang sebenarnya bertubuh lebih pendek daripada Sal dan So-Hyvt.

"Kedua, wadah yang seharusnya menampung dan mengikat Irama Jiwamu telah rusak. Wadah yang kumaksud adalah tubuh yang sekarang kau pakai, tubuh yang sama seperti yang dipakai wanita dan bocah di sana." ucap Beleth melanjutkan penjelasannya, tangannya menunjuk tubuh Colette dan Ucup yang sudah berubah menjadi Hyvt kembali. "Jadi, sebelum kau mengganti wadah jiwamu, kau selamanya akan merasakan kesusahan."

"Bangsa Agnos sepertiku, tidak membutuhkan wadah untuk mewujud diri. Tapi bagi bangsa Soilus seperti kalian, iya kalian," ucap Beleth sambil menatap tajam Sal dan So-Hyvt. "Ketika wadah kalian rusak, itu sama saja dengan mati!"

"Ketiga, ini yang paling penting. Tanpa kau sadari, kau telah melupakan sesuatu yang penting. Sebelumnya sudah kubilang kan? Irama Kakofoni akan membuatmu menjadi makhluk yang berbeda. Saat ini kau pasti mulai merasakan dampaknya, kau bahkan lupa cara untuk menyembuhkan dirimu sendiri."

Memang benar, Sal pun menyadari hal itu. Berkali-kali dia seperti merasa seharusnya dia memegang suatu benda. Tapi dia tak bisa mengingat benda apa itu.

"Itu karena yang hilang dari dirimu adalah kenangan, Irama Kakofoni sedikit demi sedikit menghancurkan segala ingatan yang kau miliki, dan hanya menyisakan satu memori terkuat. Kenangan yang memberimu tekad untuk bertahan hidup, kenangan yang memberimu energi sebesar mentari. Saranku: Lupakan ingatan lain yang tidak penting, dan pertahankan ingatan terkuatmu!"

Tanpa perlu dibilang pun, Sal tahu apa ingatan terkuat yang dimaksud. Dari awal hanya kenangan itulah yang menjadi motivasinya untuk terus bertahan.

"Aku akan kembali menghilang. Sekarang aku akan mengajarkan padamu cara untuk mengendalikan Kakofoni dengan lebih efektif. Dengarkan baik-baik, karena aku hanya akan mengatakannya satu kali."


[3 – end]

•••

[4 – Betrayed Memories]


"Seandainya kau ada disini denganku
Mungkin ku tak sendiri
Bayanganmu yang selalu menemaniku
Hiasi malam sepiku
Kuingin bersama dirimu"


Ini adalah ingatan Sal di hari itu, lebih kurang 30 tahun yang lalu di Planet Krismon.

Sudah hampir seminggu Sal muda tidak bertemu Dola, dia tahu besok adalah hari yang telah mereka tentukan untuk pergi berpetualang ke luar angkasa. Mereka berdua telah berjanji, Sal tahu Dola pasti akan menepati janjinya, dia selalu menepati janjinya.

Tapi sudah seminggu Dola belum menemuinya lagi sejak terakhir mengucapkan janji. Tidak seperti biasanya. Dola tidak pernah tidak menemuinya selama lebih dari tiga hari. Hari minggu adalah hari dimana Dola tidak pernah menemui Sal, karena hari itu waktu berkumpul keluarga Dola. Dan ada saat dimana Dola pergi berwisata bersama keluarganya selama tiga hari. Walau begitu Dola selalu datang kembali menemui Sal, menceritakan apa saja yang dia lakukan di hari sebelumnya, menebus rasa bersalahnya yang polos karena tidak menemani Sal.

Hanya seminggu, tapi tetap saja Sal khawatir.

Besoknya, Sal sudah menyiapkan segalanya untuk berpergian antar planet. Travel bag berisi pisang satu sikat, passport, celana ganti –jauh sebelum Sal menjadi Musisi Patah Hati, pakaian utama Sal hanyalah celana boksernya yg setinggi lutut; selimut, kapsul tenda, alat mandi dan kerang ajaib –hadiah tak berguna pemberian Dola. Sebenarnya tidak penting apa isi tas Sal, yang jelas intinya dia sudah susah payah membereskan semua barang-barangnya itu.

Tapi yang ditunggu tak datang-datang juga, ada apa dengan Dola?

•••

Pada hari yang ditentukan, Sal terus menunggu di tempat dia memarkir Balon Luar Angkasanya. Tapi setelah berjam-jam menunggu, Dola tidak datang juga.

"Apa yang terjadi pada bocah itu? Dia harusnya sudah ada sejak 12 jam lalu!" ucap Sal geram. Mereka berencana berangkat pukul dua siang, dan waktu sekarang menunjukkan pukul dua malam.

Tempat Sal memarkir kendaraannya adalah di tepi hutan lindung yang berada tak jauh dari kampung tempat Sal dan Dola biasa bertemu, terdapat lahan pertanian sepanjang dua kilometer yang membatasi kampung dan hutan lindung. Baik kampung maupun hutan masih termasuk wilayah Kerajaan Rupiah.

Kampung yang namanya tak perlu disebut itu terletak di sisi terjauh Kerajaan Rupiah, jarak antara kampung ke ibukota kerajaan lebih kurang 100 kilometer. Tapi Dola hampir setiap hari selalu mengunjungi Sal, entah bagaimana caranya gadis itu menempuh perjalanan dengan cepat dari ibukota ke kampung.

"Tunggu bentar lagi deh."

Empat jam kemudian, Sal terbangun. "Sial, aku ketiduran!"

Matahari mulai bersinar di pegunungan timur, waktu menunjukkan pukul 6 pagi. Tapi walau begitu, tidak ada tanda-tanda Dola akan muncul. Sal mulai berpikir yang aneh-aneh, dia mengkhawatirkan hal yang buruk terjadi padanya.

Dola selalu menceritakan kalau keluarganya sedikit berbeda di banding dengan keluarga lainnya di kerajaan Rupiah, tapi gadis itu tak pernah menceritakannya dengan detil dan Sal pun tak pernah berniat bertanya pada si gadis. Mungkin saja kali ini keluarganya melarang Dola untuk pergi.

Monyet muda itupun memutuskan untuk menyusul Dola ke rumahnya. "Tapi nyusul kemana? Aku cuma tahu kalau rumahnya ada di ibukota."

•••

Singkat kata seingat cerita, setelah menempuh perjalanan selama 6 jam tanpa henti, Salvatore akhirnya sampai di ibukota Kerajaan Rupiah. Dia harus menempuh jarak seratus kilometer dengan berjalan dan berlari, karena kendaraan darat terlalu mewah bagi dirinya yang hemat dan balon luar angkasa bukanlah kendaraan yang efisien untuk jarak sependek itu.

Ibukota kerajaan Rupiah adalah perpaduan arsitektur megah nan klasik, dengan taman-taman penuh pepohonan berwarna-warni yang menghiasi berbagai sudut kota. Hampir semua bangunannya berbentuk kotak yang dicat dengan kombinasi warna putih dan hijau, tidak ada satupun bangunan yang tingginya lebih dari tiga lantai. Kecuali menara-menara pengawas setinggi 30 meter yang ada di beberapa titik kota, dan juga sebuah bangunan besar yang berdiri di tengah-tengah ibukota.

Bangunan besar itu adalah Istana Kerajaan Rupiah, yaitu istana yang menjadi pusat pemerintahan sekaligus tempat tinggal keluarga kerajaan Rupiah. Istana dengan benteng berwarna biru dan menara-menara tinggi menjulang beratap bulat berwarna merah kejingga-jinggaan, itulah istana yang dikenal di seluruh tata surya sebagai Istana Lavusiam.

'Enak deh kayaknya kalau bisa tidur di atap istana itu' pikir Sal, tapi bukan itu tujuan Sal jauh-jauh pergi ke ibukota. Tujuannya adalah mencari rumah Dola dan mengajaknya pergi.

Tapi kemana Sal harus mencari rumah Dola, ini kali pertama Sal menginjakkan kakinya di ibukota. Bersama Dola dia sudah menjelajahi hampir seluruh Planet Krismon; pergi ke ujung dunia, dehidrasi di gurun samara, hilang di segitiga pengaman, hipotermia di kutub utara, tenggelam di samudra antartika, semua pernah dilakukan keduanya.

Hanya pergi keluar angkasa, dan bertamu ke ibukota saja yang belum pernah dilakukan. Tapi mungkin itu wajar, karena ibukota adalah kota tempat asal Dola, jadi tidak perlu dijelajahi lagi. Walau begitu hal ini cukup membuat Sal kesal.

"Gak pernah sekalipun bocah itu mengajakku ke rumahnya, kalau udah gini, kemana aku harus nyari kamu bocah sial!"

Sal tiba di ibukota pada tengah hari, dan seperti yang dibayangkan Sal, suasana di kota sangat jauh berbeda dibandingkan kampung tempat Sal menetap. Suasana kota penuh dengan aktivitas warganya yang serba sibuk, orang-orang berlalu lalang di jalanan yang terbuat dari susunan batu hitam. Beberapa ada yang bersantai di taman, sementara yang lain menikmati makan siang di warung-warung yang banyak tersebar di sisi jalan. Kendaraan bermesin justru jarang terlihat di kota ini, para penduduk lebih sering terlihat mengendarai sepeda dan becak.

Beberapa orang memperhatikan Sal dengan wajah penasaran, mungkin bagi mereka kehadiran makhluk asing di kota tersebut cukup jarang. Walau begitu Sal sempat berpapasan dengan pendatang seperti dirinya yang berasal dari planet lain. Jadi mungkin mereka memperhatikannya karena Sal alien baru di kota tersebut.

Sal pun kemudian pergi salah satu ke taman, dia melihat sebuah kios makanan cepat saji di pinggir taman tersebut. Setelah 6 jam lebih melakukan perjalanan, rasa lapar mulai menyerang Sal.

"Ada pisang goreng, Tuan Penjaga Kios?" tanya Sal mencari makanan favoritnya.

"Oh ada, tapi jangan panggil saya Tuan, cukup Mang aja. Iya pisang goreng ada, tapi selain pisang goreng kami juga menjual gehu, bala-bala, cireng, combo, misro," jawab si penjaga kios dengan semangat. "Terus ada brownies, pisang aroma, molen, rangginang, bandros dan kue balok, jadi kakak mau beli apa?"

"Pisang goreng aja sepuluh biji."

"Hmm, harganya lima puluh ribu." ucap penjaga kios dengan kecewa.

"APA?! Muahal banget broh! Biasanya juga gocengan! Jadi goceng cuma dapet satu biji?"

"Ini kota... broh!" balas penjaga kios. "Jangan samakan dengan harga di kampung!"

"Uh, ya udah, satu biji aja, Mang!"

Penjaga kios itu kemudian menyajikan pisang gocengnya, yang langsung disambar Sal dengan kecepatan lapar tingkat tiga. Cukup sekali kunyah pisang goceng itu langsung habis ditelannya.

"Sial, gak kenyang!" Sal pun melahap satu biji lagi dari piring saji.

"Bayar dulu, baru makan! Emangnya ini restoran!" ucap si penjaga.

"Ngomong-ngomong, di sana ada ramai apa ya?" tanya Sal kepada si penjaga kios sambil menunjuk ke tengah taman, sambil tak lupa mengambil satu biji pisang goreng lagi. Yang ditanya kemudian melihat kerumunan orang yang berkumpul di tengah taman tersebut.

"Anda baru datang ke planet ini ya? Mereka sedang mempersiapkan segala sesuatunya untuk perayaan besok. Besok adalah hari perayaan lancarnya metamorfosis Putri Kerajaan Rupiah, Putri Devina Dolavusiam. Segera setelah itu, perayaan berlanjut dengan pertunangan Sang Putri dan Pangeran Diego Centris dari Kekaisaran Dollars." jelas si penjaga kios. "Oh iya, ngomong-ngomong, anda punya uang buat bayar kan?"

"Metaformosis, ah iya, aku ingat. Kalau gak salah pertumbuhan bangsa kalian itu unik, soalnya mirip kupu-kupu."

"Iya benar, metamorfosis yang dialami Putri Dola sekarang adalah proses menjadi fase Mosura atau kupu-kupu. Itu adalah fase terakhir metamorfosis kami, sampai kami berkembang biak dan kemudian mati."

"Iya, awalnya Larva, terus Ulat, Kepompong dan terakhir Kupu-Kupu atau Mosura, iya kan?"

"Benar sekali. Tapi khusus keluarga kerajaan, setelah fase Mosura, akan selalu ada anak perempuan yang memiliki metamorfosis tambahan. Setelah fase Mosura, Sang Putri akan mengalami fase terakhirnya sebagai—"

"Ratu Mosura, iya kan?" potong Sal.

"Iya benar, benar, anda ternyata tahu banyak ya." ucap si penjaga kios.

"Soalnya ada anak Krismonian yang bernama... Eh? Tadi kau bilang siapa nama putri yang bermetamorfosis?"

"Ng, Putri Devina Dolavusiam." jawab si penjaga kios. "Atau lebih akrab disebut sebagai Putri Dola."

Sal tersentak mendengarnya. "Pu-Pu-Putri Dola?!"

Entah kenapa sekarang segalanya jadi masuk akal. Sal pun kemudian bergegas meninggalkan kios gorengan, sekarang dia tahu kemana dia harus pergi. Yaitu ke rumah Dola, ke Istana Lavusiam. Sal bergerak dengan cepat, dari satu balkon ke balkon lainnya, dari satu atap gedung ke atap gedung lainnya dia bergelantungan. Entah kenapa yang dia rasakan sekarang adalah amarah.

Sayup-sayup terdengar suara dari arah si penjaga kios gorengan. Sambil mengacungkan jari tengah ke arah Sal, dengan marah dia bilang. "Bayar dulu, nyeng!"


[4 – end]

•••

[5 – THE DOORS]


Kembali ke masa sekarang. Di Bandung, Neo Farum.

Hampi dua jam lebih Sal dan So-Hyvt terjebak oleh Bacott Beleth, sementara si kucing sendiri telah pergi entah darimana. Mereka berdua mematung dan tak bisa berbicara apa-apa. Sebelum akhirnya So-Hyvt yang pertama menggerakkan tubuhnya.

"Ugaah!" teriak So-Hyvt, dengan susah payah akhirnya dia terbebas. "Jurus aneh itu selalu saja merepotkanku!"

So-Hyvt kemudian melihat Sal yang masih mematung. Rasa kesal yang masih menghinggap dalam pikiran So-Hyvt membuatnya berpikir untuk menghajar tubuh Sal terlebih dahulu. Toh nanti setelah masuk Pintu Klinik, tubuh Sal akan sembuh seperti semula. Itulah kira-kira yang ada di pikiran So-Hyvt.

Tapi tiba-tiba. "Jangan berniat aneh-aneh! Aku sudah bebas dari sejam lalu. Aku hanya mencoba tidur sambil berdiri dan ternyata aku bisa! Kereen gak sih?!"

So-Hyvt hanya membalas dengan tatapan datar.  Melihat itu Sal hanya cengengesan.

"Ayo pergi, bukannya pertarungan selanjutnya akan dimulai." ucap Sal sengaja terlihat semangat.

So-Hyvt pun seperti biasa kemudian terbang sambil mengangkut tubuh Sal yang sekarang jauh lebih ringan. Di tengah perjalanan, Sal masih tetap mengajak So-Hyvt mengobrol.

"Warna kulitmu sekarang jadi mirip diriku, makhluk apa sebenarnya kalian?" tapi yang ditanya tetap diam membisu, Sal hanya bisa menghela nafas.

Sampai beberapa saat kemudian, So-Hyvt membuka mulutnya. "Aku tidak percaya dengan apa yang dikatakan makhluk berkepala kucing itu. Tapi aku akan-- saya melakukan apa yang kalian minta, bukan untuk membantu kalian, tapi semata demi kepentingan pertarungan di babak selanjutnya. Demi Yang Mulia Thurqk."

"Tidak masalah. Bagiku yang sekarang untuk terus bertarung siapapun lawannya." balas Sal.

So-Hyvt kemudian sengan tangannya, membuka sebuah lubang di udara. Sebuah pintu antar dimensi tercipta, pintu yang sama yang sebelumnya dipakai untuk berpergian dari satu babak ke babak lainnya.

"Ini adalah Klenik Door, pintu lorong penyembuhan. Setelah melewati lorong dimensi ini, kita akan sampai di Devasche Vadhi. Dan seperti sebelumnya, tubuhmu akan kembali seperti sedia kala."

Tanpa berpikir panjang, keduanya kemudian memasuki Klenik Door menuju pertarungan selanjutnya. Tidak lama setelah mereka berdua masuk, pintu itu pun menghilang.

•••

Di area dalam Devasche Vadhi, sebuah pintu lainnya muncul. Dari pintu itu keluarlah sesosok makhluk setinggi dua setengah meter, berekor, berambut afro kuning dan berkumis tebal, juga berwarna kuning. Makhluk itu berjalan sendiri dengan santai, sementara pintu di belakangnya menghilang.

Ruangan yang dimasuki Sal terdiri dari pilar-pilar tinggi berwarna merah, tidak ada pintu satupun di tiap dindingnya, seakan ini penjara dengan ukuran yang sangat luas. Dengan kata lain, satu-satunya akses hanya melalui pintu dimensi yang disediakan para Hyvt pemandu.

"Aneh, tubuhku harusnya kembali utuh, tapi kok rasanya... Gak ada beda." terang saja Sal merasa begitu, ketika dia memeriksa bagian tubuhnya yang lain, yang dia dapati hanya tulang belulang tanpa daging dan kulit.

"APPUAAA?!" karuan saja Sal menjerit, "Apa apaan ini? Rambut asliku tumbuh, kumisku juga, ekorku berbulu, tapi kenapa aku masih berwujud tulang belulang! Sialan kau So-Hyvt! Dan apa ini di kepalaku?"

Sebuah benda buat lonjong menempel dengan nyamannya di atas kepala Sal. "Buah mangga? Tapi tak bisa dicabut, sialan! Kata So-Hyvt dulu aku berkumis, dan memiliki ekor yang panjang berbulu, terus di atas kepalaku ini apa?"

Di saat Sal masih kebingungan, tiba-tiba terdengar suara seorang gadis. "Mirip biji mete, tapi entahlah, aku belum perna lihat biji mete sebesar itu."

"Eh, Mete?" ucap Sal, perhatiannya teralih pada gadis yang baru muncul tersebut.

Gadis dengan rambut berwarna biru langit yang panjang terurai, warna biru juga menghiasi warna matanya yang jernih. Tubuhnya mungil, mungkin hanya setengahnya dari tinggi Sal, dibalut terusan panjang sampai ke kaki, terbuat dari sutra putih. Dia tak memakai alas kaki apapun, kulitnya terlihat putih mulus, bahkan mendekati pucat. Secara keseluruhan, gadis ini menyerupai boneka porselin.

"Kau yang akan menjadi lawanmu selanjutnya?" tanya Sal.

"Lawan?" si gadis terlihat kebingungan, terlihat dari gerakan memiringkan kepalanya.

Tiba-tiba terdengar teriakan tak jauh dari tempat mereka berdua. "Jangan ganggu dia!"

Dengan kecepatan yang tak bisa dibayangkan, sesosok makhluk mungil lainnya muncul tepat diantara Sal dan si gadis. Dilihat dari pamer kecepatan barusan, ditambah tubuhnya yang seperti ubur-ubur berwarna biru, Sal langsung bisa menebak bahwa dia salah satu peserta turnamen.

"Kau tidak apa-apa Rem? Apa dia menyakitimu?" tanya si makhluk biru, si gadis hanya menggelengkan kepalanya.

"Enak aja, sampai matipun aku tidak akan pernah melukai wanita!" ucap Sal tegas, tapi sesaat kemudian dia terjatuh dan berlutut. Sal rupanya teringat akan pertarungannya di babak ketiga. "Tapi aku telah melanggar prinsipku, aku membunuh seorang wanita."

"Ta-Tapi setelahnya aku bertemu wanita yang kubunuh, Mayor Yvika ternyata masih hidup. Jadi bisa dibilang aku melanggar, tapi juga tidak, bingung kan?!" ucap Sal coba mencari pembenaran. "Ah tapi gimana kabarnya ya sekarang?"

"Ah iya, aku pernah melihatmu sewaktu masih di hutan merah itu, tapi aku tidak ingat pernah melihat gadis manis ini. Namaku Salvatore Jackson. Siapa nama kalian?" tanya Sal sambil menyodorkan tangannya untuk bersalaman.

Si makhluk biru terlihat terkejut melihat sikap Sal yang tanpa pertahanan, dia sedikit ragu untuk membalas uluran tangan Sal. Apalagi melihat sosok Sal yang aneh sedemikian rupa, tubuh seluruhnya hanya terdiri dari tengkorak dan tulang. Lupakan soal ekornya yang berbulu, di atas kepala tumbuh rambut kribo berwarna kuning, dan kumisnya yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata, membuat si makhluk biru semakin curiga.

Tapi walau begitu, si makhluk biru menjawab. "Namaku Lazuardi, biasa dipanggil Lazu." tapi tangannya diam tak bergerak.

Namun berbeda dengan Lazu, gadis di sebelahnya terlihat antusias. Dengan wajah berseri-seri si gadis menyambut tangan Sal dan bersalaman. "Namaku Safirem, kau bisa panggil aku manis."

"Halo Lazu, dan halo maniii~is." ucap Sal ikut tersenyum.

"Jangan terlalu lama salamannya." ucap Lazu kesal, sambil menarik tangan Safirem. "Kau jangan terlalu akrab dengan lawan."

"Tapi, tapi, kau kan belum waktunya bertarung." ucap Safirem.

"Eh jadi ini bukan tempat pertarungannya?" tanya Sal.

"Sayangnya bukan. Arena pertarungannya ada di lokasi lain, iya kan Lazu?" jawab Safirem.

Lazu sebenarnya malas untuk berinteraksi lagi dengan lawannya. Apalagi setelah bertemu Safirem, dia lebih ingin melindungi si gadis daripada memikirkan pertarungan. Karena toh dia telah mendapat yang dia inginkan, yaitu bersama dengan orang yang disayanginya, dalam hal ini, Safirem. Tapi walau begitu Lazu pun akhirnya menjawab.

"Iya, pertarungannya di tempat lain, dan kalau melihat jumlah peserta yang tersisa, yaitu delapan orang, terus melihat tiga pasangan sebelumnya, ditarik dalam urutan waktu per empat jam, maka dalam menit ke sepuluh, yaitu giliran kita yang akan dijemput untuk bertarung. Premis menunjukkan sistem pertarungan babak keenam ini meniru sistem eliminasi babak ketiga, dimana hanya akan menyisakan setengahnya saja dari jumlah pertarung. Dengan kata lain, premis menunjukkan di babak keenam ini hanya akan tersisa empat petarung saja."

"Oh, okay." balas Sal singkat. "Nah, jadi kalian ini pacaran ya?"

"Eh Ehh, aku-aku—" ucap Lazu gugup.

"Iya, aku pacarnya, Lazu itu pacar akuh." jawab Safirem dengan gaya yang imut. Jawaban yang singkat tapi cukup untuk membuat pembuluh darah di dalam tubuh translusennya berubah menjadi warna hijau terang.

"Wow, kenapa dengan tubuhnya, dia gak apa-apa?" tanya Sal yang sedikit khawatir.

"Gapapah, itu tandanya dia lagi seneng, hihi." balas Safirem sambil cekikikan.

"Kau- Kau ini ya, sudah kubilang jangan pa-pamer kayak gitu." keluh Lazu, tapi jelas terlihat senyum kecil menghiasi wajahnya.

"Cie cie cieeh, hehe." ledek Sal sambil tertawa. Lazu yang diledek hanya bisa berpaling muka.

"Ah, tapi makhluk apa kau sebenarnya?" tanya Sal. "Eh, kalau dilihat-lihat kau mirip sekali dengan makhluk laut yang ada di planet Anemia!"

"Anem- yang bener itu Aspemia!" bentak Lazu. "Eh, apa maksud bapak dengan wujudku yang mirip makhluk laut?"

"Wah, anak muda, kau jadi sopan ya?!" ucap Sal sambil mendengus, sementara Safirem malah asyik memperhatikan mereka berdua. "Di Galaksi tempat tinggalku, Suling Sakti ada Planet yang bernama Anemia. Seluruh penghuni planet itu tubuhnya mirip denganmu, mereka disebut Bangsa, ng, Moiren, Toira eh atau—"

"Matoi?!"

"Iya itu dia, jumlah mereka cukup banyak dan mendominasi hampir seluruh lautan planet Anemia. Aku tahu karena ake pernah berkun— eh, kapan ya aku pernah ke sana?"

Sal sempat terdiam, ingatannya sedikit kabur tentang kunjungannya ke Planet Anemia. Kapan dan bersama siapa, memori kepalanya tak memberinya kesempatan untuk ingat.

"Planet Anemia, hmm, apa mungkin itu berada di dunia yang lain? Apa mungkin di dunia lain ada sebuah tempat dimana aku tidak lagi merasa sendiri? Tidak, sekrang aku tidak lagi merasa sendiri." Lazu kemudian melirik kepada Safirem yang balik memberinay senyuman. "Aku tak lagi sendiri karena kau telah ada di sampingku."

Lazu pun balik memperhatikan Sal. "Kau sendiri sama anehnya, bagaimana caranya kumpulan tulang tanpa organ dalam dan otot bisa bergerak dan berbicara sepertimu? Kau bisa berbicara, atau dengan kata lain menghasilkan bunyi tanpa keberadaan pita suara. Kau juga bisa melihat dan mendengar seakan masih memiliki organ mata dan telinga, apa kau juga bisa bernafas? Premis menunjukkan—"

"Lazuardi Sakrifar dan Salvatore Jackson, sekarang giliran kalian." ucapan keras Hyvt berwarna putih memotong perkataan Lazu. Tanpa disadari mereka bertiga, Hyvt putih itu tiba-tiba muncul begitu saja.

"—Premis menunjukkan..... Aku belum pernah bertemu makhluk sepertimu." ucap Lazu menyelesaikan perkataanya.

Sal hanya tersenyum mendengar ucapan Lazu. "Terus bagaimana dengan Safirem, apa dia akan menunggumu disini?"

Lazu pun melirik kepada Safirem, meminta pendapat.

"Aku akan menunggumu disini Lazu. Jangan cemaskan aku." balas Safirem.

Pasangan muda itu saling mengangguk. Setelah itu Lazu dan Sal menghampiri Hyvt putih.

"Jadi, kau akan membawa kami kemana?" tanya Sal.

Hyvt putih tak menjawab langsung pertanyaan Sal. Dia hanya merentangkan sayapnya dan berkata, "Tutup mata kalian."

"Eh anu, aku kan— ah udahlah." Sal sempat akan mengeluh, namun akhirnya dia menggunakan kedua tangannya untuk menutupi kedua rongga matanya yang kosong.

•••

Ketika Lazu dan Sal membuka matanya, mereka mendapati mereka berdua telah berpindah tempat. Sebuah tempat yang teramat luas tersaji di hadapan meraka, terdapat puluhan pintu-pintu besar pada dinding-dindingnya. Entah apa yang ada di balik pintu tersebut. Ruangan raksasa tersebut terbagi menjadi tiga lantai dengan balkon yang mengelilingi tiap lantainya.

"Luas sekali tempat ini, kita disuruh bertarung atau ngukur lantai sih?" ucap Sal, tempat luas seperti ini mengngatkan dia terhadap arena pertarungan babak keempat, Vishala Rashta. "Ada berapa pintu di sini? Sepuluh, dua puluh—"

"Total enam puluh pintu. Menghitung panjang estimasi ruangan dengan melihat jarak estimasi dari satu pintu ke pintu lainnya, premis menunjukkan ruangan ini berbentuk kubus dengan panjang tiap sisinya lebih kurang lima ratus meter. Sementara tingginya mungkin mencapai tiga ratusan meter."

"Hebat, hanya dengan sekali lihat, hmm, apa yang kau lihat?"

Ketika Sal mengikuti arah pandang Lazu. Jauh di tempat paling tinggi, sebuah selubung merah yang rata menutupi langit-langit ruangan. Dan di atas selubung merah ada sebuah lantai melayang yang sepertinya terbuat dari kaca tebal. Di atas lantai seluas seratus kali seratus meter tersebut, terlihat sosok angkuh sang dewa merah, Thurqk. Beberapa sosok lain terlihat bersamanya, termasuk Nolan yang pernah dilihat Lazu di pusat Vishala Rashta.

"Itu Nolan, tapi kondisinya buruk, dia dalam keadaan terikat. Sepertinya dia ketahuan." ucap Lazu.

"Para Hyvt juga berkumpul disana, lihat itu, ada anak kecil yang melayang-layang kayak hantu." tambah Sal. "Oh iya, kita hebat ya bisa melihat mereka dari jarak tiga ratus meter."

Thurk kemudian berkata, "Ah kalian berdua ya, selamat datang di dalam istanaku, Devasche Vadhi, kupersembahkan sebuah blah, blah, blah, nah, sekarang kalian berdua, cepat saling bunuh!"

"Yang Mu-Mulia sudah lelah ya?" tanya Hyvt ajudan di sampingnya.

"Tentu saja, sudah dua belas jam aku terus berada di sini! Emosiku terkuras habis oleh tiga pertarungan sebelumnya, mereka telah mempersembahkan sebuah pertunjukkan yang epik, terutama pertarungan antara si beruang dan si lalat, itulah pertarungan yang ingin kulihat. Terus terang aku sudah tak berharap banyak pada mereka berdua." jelas Thurqk sambil memandang rendah kepada Sal dan Lazu. "Karena siapapun diantara kalian yang menang, kalian hanya akan jadi santapan orang itu!"

Baik Sal dan Lazu saling berpandangan. "Kita diremehkan."


[5 – end]

•••

[6 – LET GET BITCHY]


Dua jam berlalu setelah ucapan dimulainya pertarungan, tapi belum ada satupun baik Lazu maupun Sal yang saling menyerang. Mereka berdua sepakat, kalau memang mereka harus saling bunuh, kalau memang mereka berdua akan mati, setidaknya buatlah Sang Dewa Merah itu kesal terlebih dahulu. Selama dua jam, mereka menghabiskan waktu dengan memeriksa satu persatu apa yang ada di balik enam puluh ruangan misterius yang menyebar di dinding ruangan raksasa.

Sementara itu di lantai melayang, tempat Thurqk dan bawahannya berkumpul. Sang Dewa mulai tak bisa menahan emosi. "Tuh kan, tuh kan? Selalu saja mereka berdua seperti itu, mereka selalu saja memberiku pertarungan yang membosankan!"

"Terus kenapa masih dipertahankan?" tanya Abby penasaran.

"Karena mereka cecunguk, mereka selalu saja selamat dari jerat kematian. Kalau menginginkan mereka mati, maka matilah mereka! Tapi kematian seperti itu terlalu baik bagi mereka, aku ingin mereka mati dengan cara yang menyedihkan. Aku ingin mereka mati dengan pilihan mereka sendiri!"

Abby hanya tersenyum. "Kalau begitu aku pergi dulu, aku cape terus berdiri di sini."

"Tapi kau kan melayang-layang," bantah Thurqk. "Tapi sudahlah, aku ingin melakukan sesuatu dulu!"

"Apa?" tanya Abby malas.

"Bawakan aku—" Thurqk sedikit berbisik pada Abby, tapi walau hanya berbisik terlihat jelas wajah Abby yang bersemangat.

Tak lama, sosok Abby pun menghilang dari lantai tempat Hyvt dan Thurqk berada. Nolan yang masih terikat, sedikit mendengar perkataan Thurqk. "Kau... apa yang akan kau lakukan?"

Thurqk hanya membalas perkataan Nolan yang senyum sinis.

•••

Sementara di bawah, Sal dan Lazu mulai memasuki ruangan ke sembilan belas. Ketika mereka memasuki pintu ruang raksasa tersebut, di dalamnya terdapat bermacam-macam alat dapur.

"Kita dibilang cecunguk tuh, Laz." ucap Sal. "Tapi ngomong-ngomong. sejauh ini kita menemulan ruangan yang berisi kumpulan benda-benda tak berguna. Kalau dilihat-lihat, ruangan besar ini mirip Mall dengan bermacam-macam tokonya."

Lazu sendiri lebih banyak diam dan tak terlalu menanggapi perkataan Sal. Saat memasuki ruang ke dua puluh, mereka mendapati ruangan yang penuh berisi dadu-dadu yang berbeda-beda ukuran. Dari dadu yang setandar sebenar kelereng, samapi dadu sebesar gajah.

"Gila, gede banget dadunya!" seru Sal, sebuah lampu pijar tiba-tiba menyala dalam pikirannya. Dia memasuki ruang penuh dadu tersebut dan mengambil dua buah dadu sebesar TV tabung empat belas inci. "Daripada bertarung dengan cara brutal, bagaimana kalau kita bermain Monopoli, dan lihat yang beruntung untuk bisa bertahan hidup?"

"A-Apa?!" Lazu cukup terkejut mendengar perkataan Sal, menyerahkan pertarungan hidup dan mati pada dua buah dadu itu terlalu absurb.

"Terus terang aku merasa akan kalah." ucap Sal tiba-tiba. "Sementara kau melihatmu sama sekali tidak tertekan, kau terlihat sangat percaya diri, dan bahkan lihatlah, warna pembuluh darahmu masih hijau seperti sebelumnya. Itu hanya menandakan kau punya keyakinan bahwa kau akan menang."

Mendengar itu Lazu hanya tersenyum, dan dengan jujur dia menjawab, "Iya, dipikir bagaimanapun. Aku merasa yakin akan menang."

Sal sempat terdiam mendengar ucapan si makluk biru, baginya Lazu memang terlihat lemah, tapi dia merasakan sebuah kekuatan yang sangat besar mengalir dalam tubuhnya, sebuah Irama Jiwa yang luar biasa besar. Dan anehnya dia tak merasa cemas.

"Jawaban yang bagus, tapi sayangnya aku juga berpikir seperti itu. Aku merasa aku tidak mungkin kalah." ucap Sal.

"Jadi bagaimana?" tanya Lazu kemudian, "Bagaimana cara bermain Monopoli di tempat seperti ini?"

"Hmm, benar juga, mungkin peraturannya agak berbeda."

"MENARIK!" teriak Thurqk dari atas. "Berapa lama kalian akan bermain? Waktu tinggal dua jam lagi. Saat waktu yang ditentukan sudah habis, aku akan memakai dadu yang kalian pakai untuk menentukan siapa yang lolos, TUHAHAHAHAHA!"

"Berapa lama? Menurutmu berapa lama kita akab bermain Laz?"

"Hmm, mengamati pergerakan kaki-kaki yang kau miliki, serta panjang dan lebar ruangan, kemudian menghitung kemungkinan-kemungkinan dari hasil perhitungan kecepatan yang kau punya dan kemampuan yang telah kudapat di pertarungan sebelumnya. Premis menunjukkan... pertarungan ini akan berlangsung sangat cepat!" jawab Lazu.

"TUHAHAHAHA! Kalau begitu, lemparkan dadunya!"

"Sepertinya kita sudah diberi ijin, ayo bermain. Tempat start dimulai dari ruang pertama yang kita periksa. Aku pertama melempar." ucap Sal.

Lemparan dadu pertama dimulai. Sal mendapat angka dobel, empat dan empat. Sal pun mendarat di depan ruang nomer delapan. "Karena kita tidak mungkin memakai sistem sewa di tempat seperti ini, bagaimana kalau sebagai gantinya, kita buat jebakan di tempat yang kita miliki?"

"Itu memang yang kupikirkan dari awal," jawab Lazu. "Jebakan kalau begitu."

"Sip, kalau begitu—" Sal kemudian memberi tanda [x] pada lantai depan ruang nomer delapan tersebut.

'Ditandai begitu saja?' Lazu agak bingung jebakan seperti apa yang disiapkan Sal.

"Karena tadi dobel, aku melempar sekali lagi." lemparan yang kedua, Sal mendapat lima dan empat, sembilan langkah menempatkan Sal di depan ruang nomer tujuh belas. Hanya butuh waktu dua detik bagi Sal untuk berpindah dari ruang delapan menuju ke ruang tujuh belas yang notabene berjarak lima ratus meter.

Lazu pun melempr dadunya. Dia mendapat lima langkah. Dan tak kalah dari Sal, dia pun bergerak sangat cepat.

Keduanya terus melakukan pelemparan dadu dan mengklaim semua ruangan yang didapatnya dengan jebakan yang dipersiapkan mereka berdua.

"TUHAHAHA! Cepat sekali pergerakan mereka berdua, sangat disayangkan mereka melakukannya bukan untuk pertarungan."

"Yang Mulia, Nona Abby sudah kembali." ucap Hyvt ajudannya.

"Bagus, dan kau juga sudah membawakan yang aku minta." ucap Thurqk.

"Sebenarnya kau tidak memerlukanku untuk mencarinya, dia ada tepat di Lobby Devasche Vadhi, dan kau tahu apa yang dia lakukan? Dia sedang tertidur, dasar Thurqk bodoh!"

Dan memang benar, Abby sudah kembali beserta apa yang diminta Thurqk. Dan ternyata yang dibawa oleh Abby adalah Safirem.

"TUHAHAHA! Selamat datang, Safirem. Aku sudah menunggumu."

•••

Setengah jam kemudian, hampir semua ruangan di lantai satu telah dipenuhi jebakan. Di awal permainan, Lazu memulai dengan lambat, tapi sedikit demi sedikit dia mendapatkan hampir seluruh lantai pertama. Sal yang terpaksa menghindari jebakan Lazu, harus berpindah ke lantai di atasnya, dan menyimpan jebakan miliknya sendiri. Begitupun sebaliknya, Lazu yang menghindari tanda [x] yang disiapkan Sal, memilih lantai di atasnya sebagai tempat jebakan.

Dan semua itu berlangsung dengan kecepatan yang sangat tinggi, melepar dadu, berpindah tepat dan menyiapkan jebakan.

Begitu seterusnya sampai jebakan telah mencapai lantai ketiga, dimana tidak mungkin bisa dihindari lagi karena selubung merah di atasnya. Pertarungan sebenarnya dimulai ketika jebakan telah mencapai lantai tiga. Dan akhirnya yang pertama terkena jebakan lawan adalah Sal yang mau tidak mau harus menempati ruang nomer empat puluh empat di lantai ketiga.

"Sial, ternyata malah aku yang pertama terkena jebakan. Hey Lazu, tanda biru ini maksudnya apa? Atau aku akan merasakannya sendiri?"

Jebakan yang disediakan Lazu berbeda dengan yang disiapkan oleh Sal. Lazu menggesekkan bagian kulit luarnya di salah satu bagian pintu ruangan. Tanda biru yang ditinggalkan Lazu kemudian menyebar dengan cepat menutupi balkon di depan ruangan. Tanda biru itu sebenarnya adalah parasit ganas yang menggerogoti segalanya. Termasuk pintu ruangan dan kaki siapapun yang menginjaknya.

Ketika Sal menginjakkan kakinya ke lantai yang telah berubah warna itu, kerak biru mula muncul di tulang-tulangnya. "Kerak apa ini? Jadi inikah jebakanmu, Lazu? Ini sepertinya lebih berbahaya draiejabakan yang kumiliki."

Keadaan tersebut terus berlanjut. Ketidakberuntungan terus menerpa Sal, sebenarnya hanya tiga jebakan yang disipakan Lazu di lantai tiga, tapi tiap saat Sal selalu menginjaknya. Kerak birupun mulai sampai pada tulang pinggulnya.

Sementara itu Lazu merasa heran, kenapa parasitnya bergerak sangat lambat saat menggerogoti tulang Sal. 'Aneh, padahal seharusnya tulang lebih mudah dicerna.'

Pada lemparan berikutnya, akhirnya giliran Lazu yang menempati jebakan yang disiapkan Sal.

"Ini dia yang kutunggu-tunggu." Sal kemudian mengeluarkan sebuah benda lonjong panjang dari tulang-tulang tangannya. Benda itu adalah tulang yang telah dibuat sedemikian rupa sehingga menjadi berbentuk suling. Dengan satu gerakan ringan, Sal meniup suling tersebut dan memainkan sebuah nada lagu yang menghentak.

Awalnya tak terjadi apa-apa, tapi perlahan kabut tipis mulai bergulung di atas kepala Lazu. Kabut tipis itu kemudian semakin tebal dan tebal, hingga akhirnya membentuk sebuah awan mendung kecil.

Sementara itu musik yang dimainkan Sal makin nyaring dan makin cepat temponya, hingga pada suatu titik nada, tanpa aba-aba, sebuah petir menyambar tepat ke arah tempat Lazu berdiri.

*DUAAAARR!!!

Lazu seakan sudah tahu apa yang terjadi, hanya diam dan menahan hantaman petir tersebut.

•••

"... Dengarkan baik-baik, karena aku hanya akan mengatakannya satu kali. Untuk bisa mengendalikan Kakofoni sebenarnya sederhana. Kau hanya membutuhkan wadah untuk menampung Irama Jiwamu. Dan sebuah alat musik sebagai sebagai medium, karena sebagai Muse Kakofoni tidak berarti kau tidak bisa menggunakan Muse Harmoni. Itu sudah dibuktikan oleh Am-chan, walau Muse Harmoni yang diketahuinya hanya Muse Death-Metal saja."

"Berbeda denganmu Sal, yang menguasai Muse Balada, Rock, Koplo dan bahkan Klasik. Mudah bagimu untuk mengendalikan Irama Kakofoni yang kau miliki, asal itu tadi, kau harus memiliki sebuah alat musik. Soal itu Hyvt pemandumu ini yang akan memberimu alat musik baru pengganti Saling Sakti yang telah hancur."

"Dan yang terakhir, Muse Resital adalah bawaan dari Suling Sakti. Dengan hancurnya suling tersebut, hilang pula kemampuan Muse Resitalmu. Dan jangan salah, Muse Resital Kakofoni dimainkan bukan hanya untuk menyembuhkan luka fisik. Tapi untuk menyembuhkan jiwa juga. Ingatlah itu.

•••

Asap mengepul dari tubuh Lazu. Untuk sesaat Lazu seperti yang telah kehilangan nyawanya. Tapi kemudian tubuhnya mulai bergerak.

"Apa? Padahal serangan petir ku itu telak mengenainya." ucap Sal keheranan.

"Aku juga heran, kenapa parasitku sepertinya tidak mempan terhadap tubuhmu." Lazu balik bertanya.

"Ah itu, bukannya gak mempan, tapi pergerakkannya yang menjadi lambat. Setelah menguasai Kakofoni, aku jadi mampu menghasil frekuensi suara rendah disekeliling tulangku, membuat semacam perisai getaran. Tapi sepertinya tidak terlalu bisa menahan serangan parasit ganasmu. Sedang kau sendiri? Aku tahu kau sangat cepat, tapi tak kusangka secepat itu." jawab Sal.

"Di pertarungan sebelumnya aku telah mendapat kemampuan untuk memanipulasi kecepatan dan massa suatu benda. Jadi sewaktu petir itu menyambar, aku hanya perlu mengubah kecapatan bergerakku menyerupai kecepatan cahaya. Itu saja." jelas Lazu.

Keduanya terdiam dan kemudian saling tertawa, karena keduanya seakan saling memahami kekuatan mereka masing-masing.

"Aneh, sebelumnya aku tak pernah terbuka seperti ini soal kemampuanku." ucap Lazu. "Tapi berada di dekatmu, sepertinya pertahananku terbuka. Ada apa denganku?"

"Mungkin itu karena pengaruh cinta yang merusak motivasimu!" Thurqk tiba-tiba membuka suara.

Baik Lazu dan Sal pun melirik ke arah sang dewa merah. Saat itulah Lazu terkejut terhadap apa yang dilihatnya. "Safirem! Apa yang kau lakukan padanya?"

"Aku hanya menidurkannya, sungguh makhluk ini telah membuatmu lemah. Salah satu alasan kenapa aku mempertahankanmu adalah karena keagresifanmu saat menghabisi lawan-lawanmu. Tapi saat itu kau memiliki sebuah motivasi dan tekad. Tapi semua itu menghilang setelah kau bertemu dengannya. Pilih dia atau bertarunglah!"

Di saat itulah Thurqk melakukan hal yang mengagetkan baik Lazu maupun Sal, dengan dinginnya dia melemparkan tubuh mungil Safirem tepat ke arah selubung merah yang membatasi arena pertarungan dan tempatnya bertahta.

"TIDAAAK!!" Lazu berteriak sejadinya, saat tubuh Safirem sedikit lagi mengenai selubung merah, Lazu pun menyongsongnya.

Sal yang melihat tindakan Lazu hanya bisa berteriak, "Hentikan Laz, selubung itu akan—"

Terlambat.

Lazu akhirnya berhasil menangkap tubuh Safirem, tapi posisi tubuh mereka berdua tepat berada di selubung merah tersebut. Lazu memeluk tubuh Safirem sekuat tenaga sebelum akhirnya tubuh keduanya lenyap tak bersisa.

Sal yang melihat seluruh kejadian itu hanya bisa terpaku. Apa yang sebenarnya dia lakukan? Harusnya dia yang kalah. Dia tahu itu, tidak seharusnya pasangan muda itu mati.

Tak memperdulikan apapun lagi, Sal mengacak-acak rambut kribo dan berteriak sejadinya. Sementara di atasnya, si dewa merah hanya tertawa terbahak-bahak.


[6 – end]

•••

[Ekstra – DOLA]


Dola adalah seorang gadis Krismonian berjiwa bebas, dia memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi dan sangat haus akan petualangan. Di rumahnya, Dola memiliki perpustakaan besar yang berisi bermacam-macam buku dari seluruh penjuru luar angkasa. Dari situlah dia menyadari kalau dunia yang dia tempati sekarang hanya satu potongan kecil dari alam semesta yang maha luas.

Jiwa Dola yang sedang dalam masa Kepompong pun bergolak, dia tak mau menghabiskan masa hidupnya yang pendek tanpa pernah melihat markas besar satuan penjaga antar galaksi atau serangga kecil di planet cahaya. Gambar-gambar ilustrasi dalam buku tidak cukup baginya, dia ingin melihatnya langsung, dengan mata kepalanya sendiri.

Dan besok adalah hari di mana dia menggapai mimpinya untuk menjelajahi angkasa, bersama sahabat beda spesiesnya, Boot si Penggerutu –begitulah dia memanggil Sal, Dola akan melakukan perjalanan antar planet pertamanya. Yaitu satu hari sebelum Dola memasuki tahap metamorfosis menjadi Kupu-Kupu, yaitu tahap dimana seorang Krismonian remaja menjadi seorang dewasa. Begitulah rencananya.

Tapi yang terjadi adalah Dola mengalami metamorfosis seminggu lebih awal. Ketika dia bangun dari proses tersebut, dia mendapati dirinya –fisiknya telah berubah menjadi seorang wanita dewasa usia 25 tahunan. Rambutnya hitam memanjang, wajah bulatnya menjadi tirus sempurna, bibir yang merah dan mata yang seindah permata. Tubuhnya meninggi dengan lekuk yang menonjol bagai biola, ke samping, ke depan dan juga belakang.

"Oh tidak –tidak! Boot tidak akan mengenaliku sekarang," ucap Dola penuh kepanikan.

"Aku harus menemuinya dan menjelaskan padanya, kalo tidak—"

"Kalau tidak, kenapa?"

Tiba-tiba terdengar suara seorang pria di belakang Dola, gadis remaja yang bertransformasi menjadi wanita dewasa hanya dalam waktu seminggu itu tersentak melihat ayahnya telah berdiri di pintu kamarnya.

"Pa-Papa, aku harus pergi papa, aku, aku ada urusan dulu seben—"

"Kau... tidak akan pergi kemana-mana!" jawab ayahnya dengan tegas.

"Tapi papa, aku hanya pergi sebentar."

"Kamu kira papa tidak tahu rencanamu dengan monyet itu! Papa tidak akan biarkan kamu pergi!'' ucap sang Papa dengan pandangan yang tajam. "Apalagi setelah kamu menjadi Kupu-Kupu, kamu sudah tidak boleh lagi berbuat sesukamu, kau yang sekarang adalah pewaris tahta Kerajaan Rupiah! Rencana pernikahanmu dengan si Tamfan, Pangeran Diego Sentris akan segera dilaksanakan!!"

Dola hanya bisa terdiam. Dia tahu hari ini akan terjadi, yaitu hari dimana dia akan berdiri menentang ayahnya.


[Ektra – end]


8 comments:

  1. Dibuka pake rangkuman 5 ronde sebelumnya itu lumayan ngebantu ngerefresh canon Sal sejauh ini. Amdusias beneran hilarious deh, senweng banget sama karakter kayak dia, bikin rame suasana. Saya ga ngerti, Luna muncul buat apa ya?
    Pas baca entri ini, saya ngerasa ada kemiripan banget sama entri Lazu. Entahlah, mungkin karena dua"nya sama" bawa belahan hati ke dalam cerita.
    Battlenya pake monopoli.. Jadi penasaran, kalau di versi Sal ini, Dola bakal muncul juga ga?

    ReplyDelete
  2. Anonymous2/12/14 05:49

    GAGAK ITEM :
    Putri Kerajaan Rupiah, Putri Devina Dolavusiam. Segera setelah itu, perayaan berlanjut dengan pertunangan Sang Putri dan Pangeran Diego Centris dari Kekaisaran Dollars <<<<< WAT

    wat wat gitu aja bang ._____.

    gak bisa krisan dong

    .______. sama2 punya cinta

    nilai 7.7/10

    ReplyDelete
  3. Hmm.....
    Bagian Review di awal cerita cukup membantu untuk pembaca yang belum membaca entrinya salvatore, apalagi karena ini sudah mendekati final.
    Saya sangat penasaran dengan battlenya ketika disebutkan dengan cara monopoli. Unik sekali, tapi kurang “berisi”, akan lebih bagus kalau lebih dijabarkan lagi...
    Dan endingnya.... bahkan itu bukan Sal yang finishing, tapi Thurqk sendiri yang seakan mengeksekusi Lazu.

    Saya lebih suka entri Lazu daripada Sal, jadi saya beri nilai 7

    ReplyDelete
  4. Hm, hm. TUHAHAHAHA! Ketawanya Thurqk gitu ya, ga nahan XD Pas liat gambaran perubahan Dola di ekstra jadi inget Nico Robin nih. Bagai biola ke samping, depan, belakang, tuhahaha.

    Selain rekap cerita sebelumnya di awal, poin plus lain dari entri ini adalah pertandingan monopoli dan komedinya yang ajib. Di R6 ini kayaknya para author yang bertahan emang berhasil nawarin cara battle yang unik-unik.

    Sal pengaruhnya besar banget terhadap karakter lawannya. Terutama waktu adegan Sal dan Lazu sama-sama ngobrolin kekuatannya, karakter Lazu di sini jadi keliatan berkembang ke arah lebih tenang dibanding entrinya sendiri di ronde2 yang lalu.

    Mungkin banyak yang kecewa sama ending yang ada campur tangan Thurqk. Menarik sepertinya kalau Sal sendiri yang akhiri. Tapi karena Sal kesannya setelah ngobrol sama Lazu udah friendly jadi yah mungkin kalau gitu bakalan sulit.

    8.7/10

    ReplyDelete
  5. Anonymous8/12/14 16:27

    - Grande -

    Tuhahahahaha ketawa macam apa itu XD Mentang-mentang Tuhan ketawanya jadi Tuhahaha? #plak

    Hmm, porsi openingnya lumayan besar, 2/3 atau 3/4 dari total cerita ya. Yah mungkin karena uda mau penghabisan jadi bermaksud nyelesein canon sesegera mungkin.

    Naming sensenya kocak-kocak. Pertarungannya juga lumayan unik pakai monopoli.

    ReplyDelete

Silakan meninggalkan komentar. Bagi yang tidak memiliki akun Gmail atau Open ID masih bisa meninggalkan komentar dengan cara menggunakan menu Name/URL. Masukkan nama kamu dan juga URL (misal URL Facebook kamu). Dilarang berkomentar dengan menggunakan Anonymous dan/atau dengan isi berupa promosi produk atau jasa, karena akan langsung dihapus oleh Admin.

- The Creator -