[Round 2-Wyrn] Deismo
"All You Can Wish Island!!"
Written by Overlord HALL
---
Pulau Wyrn, sebuah pulau tak berpenghuni yang dianugrahi suasana pedesaan yang indah dan tenang. Pemandangan pulau ini akan menyapa siapapun yang mengunjunginya. Langit yang biru, pepohonan yang hijau, perbukitan yang luas, gunung yang hijau, udara yang sejuk, air terjun yang menawan, danau yang tentram, sungai yang bersahabat dan lautan indah.
Namun, hari ini ada cerita yang berbeda untuk pulau ini karena di sinilah ketujuh peserta turnamen yang memenangkan ronde pertama akan memperebutkan kursi kemenangan ronde kedua.
Beberapa Hvyt keluar dari sebuah lubang dimensi yang muncul dari atas pulau ini, kemudian menyebar ke berbagai penjuru untuk menurunkan para peserta pada titik awal yang ditentukan. Salah satu dari mereka memegangi kedua tangan dari sesosok makhluk tinggi berjubah yang bernama Deismo, salah satu peserta turnamen ini.
***
"Kita sudah sampai, persiapkan dirimu." Kata Hvyt datar tanpa ekspresi. Perlahan dia menurunkan ketinggiannya melewati hutan rimbun di bawah mereka, lalu menurunkan Deismo di sebuah lapangan terbuka di tengah hutan.
"Untuk memenangkan pertandingan ini kau harus kembali ke sini dengan membawa 2 benda yang diwujudkan lawanmu. Membunuh tidak menjadi syarat kemenangan di ronde ini." Jelas Hvyt
Deismo merasa lega karena dia tidak harus membunuh seperti pada ronde sebelumnya, namun ada sesuatu yang masih belum ia mengerti."Apa maksudmu dengan benda yang diwujudkan lawanku?"
"Pulau Wyrn memiliki kemampuan untuk mewujudkan apapun yang kau inginkan asalkan belum ada lawanmu yang meminta hal tersebut, tapi segala sesuatu yang kau minta akan menghilang begitu meninggalkan tempat ini."
"Apapun yang aku mau?" Mendengar penjelasan Hvyt, tiba-tiba hati Deismo muncul keinginan untuk memanggil teman-temannya, namun membawa mereka ke sini akan sangat berbahaya karena lawan yang ia hadapi di pulau ini adalah petarung-petarung hebat. Satu atau dua kesalahan bisa saja membunuh teman-teman yang mau ia panggil. Akhirnya Deismo mengurungkan niatnya untuk memanggil teman-temannya, namun sebuah ide muncul di pikirannya.
"Aku mau sebuah bola kristal yang dapat memperlihatkan keadaan dari realm asalku." Kata Deismo. Dalam pikirannya Deismo merasa itulah benda yang paling ia inginkan saat ini, setidaknya dengan benda ini ia dapat melihat keadaan di realmnya tanpa membahayakan teman-temannya.
Mendengar keinginan Deismo, Pulau Wyrn getar dan langsung mengalirkan energi sihir ke lokasi Deismo, menyebabkan sebuah gempa skala kecil pada prosesnya. Kemudian energi sihir itu berkumpul di depan Deismo, membentuk sebuah bola cahaya yang melayang-layang.
Bola cahaya itu memadat dan berubah menjadi sebuah bola kristal berwarna merah semi transparan dan sebuah kertas kecil. Tanpa membuang waktu, Deismo mengambil dan mengamati bola itu tanpa menghiraukan kertas kecil yang muncul bersama bola itu.
"Aneh, Bola ini tidak bekerja! Apa benda ini cacat?" Deismo kebingungan karena bola kristal yang ia dapatkan tidak memperlihatkan realm asalnya seperti yang ia harapkan.
"Bisa aku pinjam sebentar?" Hvyt mengulurkan tanganya. Deismo menurutinya, ia memberikan bola kristalnyanya pada Hvyt. Makhluk merah itu menunduk lalu memungut kertas kecil yang terjatuh di tanah.
"Kata kertas ini. Sebelum pemakaian pertama bola ini harus di-charge selama 6 jam." Hvyt membacakan petunjuk pemakaian yang tertulis pada kertas itu lalu melemparkan bola kristal itu kembali pada Deismo.
"Apa maksudmu?" Deismo bingung mendengar perkataan Hvyt tadi, ini adalah pertama kalinya ia mendengarkan istilah 'charge'.
"Itu... sesuatu yang pernah dikatakan Nolan pada kami... aku tidak ingat apa yang ia katakan, tapi sepertinya sesuatu yang rumit bahkan Dewa Thurqk tidak mengerti maksudnya." Hvyt menggaruk-garuk rambut mohawlknya, ia benar-benar tidak ingat apa yang dikatakan Nolan padanya.
"Kalau tidak salah, charge adalah ritual untuk mengisi energi sebuah alat dengan memberikan sinyal pada alat itu. Sinyal dapat ditemukan di area servis atau tempat yang tinggi." Kata Hvyt dengan ragu-ragu.
Awalnya Deismo ragu dengan perkataan Hvyt, tapi apa boleh buat. Petunjuk satu-satunya untuk mengaktifkan bola ini hanya perkataan Hvyt tadi. Deismo melihat sekitar, dari jauh ia menemukan sebuah gunung yang sangat tinggi di utara pulau."Hvyt, apa gunung itu cukup tinggi untuk men-charge bola kristal ini?"
"Aku hanyalah seorang pesuruh.... percuma kau menanyakan itu padaku." Kata Hvyt "Satu-satunya cara untuk membuktikanya adalah dengan mencobanya sendiri."
"Aku benar-benar harus berjalan jauh, tapi..." Sebuah ide muncul di benak Deismo. "Apa bola ini bisa di-charge dengan meminta pada pulau ini?"
"Coba saja, siapa tahu akan berhasil."
"Wahai pulau Wyrn! Segera charge bola kristal ini!" Deismo meminta pada pulau itu, namun tidak ada respon apa-apa.
"Tidak ada respon, kemungkinan ada yang telah meminta pulau ini untuk men-charge sesuatu."
"Baiklah.. aku akan pergi ke puncak gunung itu!" Deismo memperhitungkan waktu yang ia perlukan untuk pulang-pergi dari titik awalnya ke gunung itu.
Setelah yakin dengan pembagian waktu yang ia buat, Deismo merobek sedikit jubahnya menjadi potongan-potongan kecil lalu meniupkan energi kehidupan pada potongan-potongan kain itu, kemudian dari potongan-potongan kain itu muncullah 10 klon Deismo dengan tinggi rata-rata 0,5 meter.
Dengan cepat klon-klon Deismo membentuk 2 kelompok yang masing-masing terdiri dari 5 Klon. Satu kelompok akan mengikuti Deismo ke gunung itu sementara kelompok lainnya fokus pada pencurian barang peserta lainnya. Saat hendak berangkat Deismo meminta sebuah topeng untuk menutupi wajahnya agar dirinya tidak menggila dan membunuh peserta lainnya.
"Pulau Wyrn, aku ingin sebuah topeng untuk menutupi wajahku." Dengan segera pulau Wyrn mengabulkan permohonan Deismo, sebuah topeng berwarna putih muncul dihadapan Deismo.
Deismo dengan cepat mengambil topengnya dan memakainya. Kali ini Deismo tidak boleh menggila karena itu akan membuang banyak waktu. Tanpa menunda-nunda lagi, Deismo berangkat bersama pasukan kecilnya menuju gunung itu.
Deismo menggunakan thermokenesis untuk membakar pohon-pohon yang menghalangi jalannya, membuat jalan pintas untuk pergi ke gunung itu sekaligus sebagai penuntun ke titik awal mereka.
Ia mengendalikan apinya dengan hati-hati agar tidak membakar pohon lainnya dan menyebabkan kebakaran hutan, akan percuma usahanya untuk meninggalkan jejak bila seluruh hutan terbakar.
***
Sementara itu, di tempat yang tidak jauh dari titik awal Deismo. Terdapat sebuah goa kecil seluas 10 meter persegi dengan mulut goa yang lebar, goa ini cocok untuk dijadikan tempat tinggal. Di dalamnya nampak seorang pria mengenakan yukata ungu bercorak hexagon sedang duduk silang dengan raut muka seirus, namanya adalah Petra Arcadia.
Beberapa saat yang lalu Hvyt yang mengantarnya kemari menjelaskan tentang kemampuan pulau Wyrn untuk mengabulkan permohonan, namun hingga sekarang ia masih belum mempercayai kekuatan pulau Wyrn.
"Hmph... mana mungkin pulau ini dapat mengabulkan permohonanku?" Tanya Petra pada dirinya sendiri.
"Pulau Wyrn, tolong berikan aku seorang wanita yang sempurna untukku! Oh? Tunggu dulu! Kau kan tidak bisa mengabulkan permintaan! Hahahaha!" Kata Petra dengan nada bergurau, ia hanya bercanda. Menurut Petra tidak mungkin permintaanya bisa dikabulkan dalam sekejap oleh pulau itu.
Tetapi Pulau Wyrn mendengarkan permintaan Petra. Pulau itu merasa tertantang dengan permohonan Petra, ia mengerahkan seluruh kemampuannya untuk mengabulkan permohonan Petra. Energi sihir mengalir ke mulut goa jumlah yang banyak. Kemudian energi sihir itu berkumpul, membentuk sebuah portal sihir.
"T-Tidak mungkin! P-Permintaanku benar-benar dikabulkan?!"
Sesosok seorang wanita melangkah keluar dari portal itu. Kulitnya seputih salju, rambut hitamnya panjang dan berkilau, ia mengenakan sebuah kimono kuning keemasan dengan kimono ber-obi ungu. Wanita itu berjalan mendekati Petra, portal yang membawanya tadi menghilang di belakangnya.
"Selamat pagi, nama saya adalah Tsukiko. Saya dipanggil ke sini untuk melayani anda. Mohon kerja samanya, tuan Petra Arcadia." Kata wanita bernama Tsukiko itu sambil memberi salam dengan membungkukkan badannya, senyuman di wajahnya membuat kata-katanya terdengar lebih manis dan merdu. Jantung Petra berdetak kencang, ia hanya bergurau tentang permohonannya, tapi apa yang ia dapatkan adalah wanita yang selama ini ia impikan.
"B-Bagaimana bisa kau mengetahui namaku?!" Petra terkejut karena wanita ini mengetahui namanya. Kedua tanganya menjadi siaga akan wanita ini, tingkat kewaspadaan Petra meningkat.
Tsukiko mengangkat kepalanya dari posisi bungkuknya, ia tersenyum lalu tertawa lembut dan berkata. "Ahaha... tuan ini tidak hanya tampan tapi juga humoris."
"T-TAMPAN!! D-DIA MEMANGGILKU TAMPAN, HUMORIS LAGI!!" Petra berteriak dalam hatinya, sudah banyak wanita yang pernah memanggilnya tampan tapi baru kali ini kata-kata itu menancap dalam hatinya. Bagaikan sebuah mantra sihir, kata-kata wanita itu kewaspadaan Petra menurun.
"Aku adalah wanita yang diciptakan untuk menjadi wanita yang sempurna untuk tuan, bagaimana bisa aku menjadi sempurna bagi tuan bila saya tidak mengetahui..." Wanita itu berjalan dengan anggun mendekati Petra, kedua kakinya saling menyilang tiap langkahnya layaknya seorang model.
Begitu ia berada di depan Petra, Tsukiko merangkulkan kedua tanganya pada Petra, lalu membisikkan sesuatu pada telinganya."...Segala sesuatu tentang anda, tuan Petra Arcadia..."
"O-Oh I-Iya! Aku baru ingat! M-M-Mohon kerja samanya juga!" Petra tidak bisa mempertahankan sikap silent coolnya. Ia menjadi gugup, kata-katanya menjadi terbata-bata. Wajah Petra memerah, keringat bercucuran di sekujur tubuhnya.
"Apa tuan baik-baik saja? Wajah anda memerah dan anda berkeringat banyak." Kata Tsukiko, lalu ia menjinjit untuk menempelkan dahinya pada dahi Petra sekaligus mengencangkan pelukannya.
Detak jantung Petra semakin kencang begitu melihat wajah wanita itu dari dekat. Mata wanita itu begitu bening, bola matanya berwarna hitam, kulitnya terlihat begitu lembut, dan bibirnya yang merah seakan mengundang Petra untuk menciumnya.
"Hm... tubuh tuan panas. Apa tuan ingin istirahat? Tuan ingin makan? Atau... jangan-jangan... tuan... ingin...."
"B-Benar juga! A-Aku sedang lapar! B-Bisakah kau menasakkan sesuatu untukku?" Belum sempat wanita itu menyelesaikan kata-katanya. Petra melontarkan sebuah kalimat yang tercipta dari rasa gugupnya. Petra menyadari wanita itu terdiam selama beberapa saat, lalu ia melepas pelukanya dan bersujud pada Petra.
"M-Maafkan saya! S-Saya hanya mengatakan itu untuk menggoda tuan! S-Saya benar-benar tidak bisa memasak!!" Wanita itu meminta maaf pada Petra, dia tidak menyangka Petra akan memintanya untuk memasak.
"O-O-OH? T-TIDAK MASALAH KOK!" Kata Petra. Wanita itu mengangkat kepalanya, lalu duduk dilantai. Wanita itu bersikap malu-malu terhadap tuannya, mukanya sama merahnya dengan Petra, ia tidak menatap langsung mata Petra bahkan beberapa kali memalingkan wajahnya.
"S-Sebagai gantinya silahkan tuan...." Wanita itu memperlihatkan pundak indahnya yang selama ini bersembunyi dibalik kimononya. lalu ia berkata. "...silahkan makan saya sebagai gantinya..."
Petra kaget bukan kepalang mendengar respon wanita itu. "T-Tidak jadi! S-Sebenarnya aku tidak lapar, Cuma mengetes apa kau punya kemampuan memasak! Sayang sekali kalau kau tidak bisa membuat mie ya?"
"APA YANG BARUSAN KUKATAKAN?!" Teriak Petra dalam pikirannya.
"Saya memang tidak memiliki kemampuan memasak tapi..." Ada sedikit jeda dalam kalimatnya, dia memegang Obi-nya, seperti bersiap untuk melepaskannya. "...saya punya sebuah ketrampilan lainnya, tuan mau lihat?"
"T-T-TIDAK USAH!!" Petra berteriak, lalu ia menghela nafas. "Maaf, sebenarnya aku tidak memiliki pengalaman yang banyak soal wanita. Aku menjadi gugup ketika kau menyodorkan perilaku seperti itu, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan."
"Ah... maaf, saya juga merasa gugup dan akirnya bertingkah berlebihan. " Kata Tsukiko, ia membenarkan kimononya lalu duduk sopan di depan Petra, sepertinya keadaan menjadi lebih tenang sejak Petra mengatakan kegugupanya beberapa saat lalu.
"Um... jadi mau jalan-jalan?" Tanya Petra pada Tsukiko.
"Tentu, dengan senang hati!" Kata Tsukiko, lalu ia berdiri dan memeluk tangan kanan Petra. Petra hanya tersenyum lalu ia berdua berjalan meninggalkan goa itu bersama wanita itu.
***
Di tengah pulau ini terdapat sebuah pohon yang disebut sebagai 'sang raksasa penyendiri.', pohon ini memiliki batang yang sangat tinggi dan daun yang sangat rimbun, namun tidak ada pohon yang tumbuh dalam radius 20 meter di sekitarnya. Nampak seorang gadis berambut hitam twin tail sedang memainkan sebuah ponsel di bawah pohon rimbun itu. Namanya adalah Darcia Regine Cobrina Viprez atau lebih dikenal dengan nama Cia.
Tidak seperti peserta lainnya yang sibuk dengan turnamen ini, Cia memilih untuk bersantai dibawah pohon besar yang menjadi titik awalnya. Permintaan pertama yang ia ucapkan pada pulau Wyrn adalah men-charge batrai ponselnya, itulah sebabnya permintaan Deismo untuk men-charge bola kristalnya tidak dikabulkan.
Beberapa saat lalu ia bersantai sambil memainkan game ponselnya, tetapi tidak lama kemudian ia merasa bosan dengan game lamanya sehingga Cia meminta sebuah game yang tidak membosankan pada pulau Wyrn.
Tanah kembali bergetar sama seperti saat gadis itu meminta pulau ini untuk men-charge ponselnya. Tiba-tiba sebuah ponsel jadul muncul dihadapan Cia. Awalnya ia tidak percaya ponsel jadul seperti itu mempunyai game yang seru, tapi akhirnya Cia mengecek ponsel yang baru ia dapatkan dan memasukkan ponsel lamanya ke dalam sakunya.
Jarinya menekan tombol-tombol pada ponsel jadul itu, tampilah hitam putih dan kotak-kotaknya membuat Cia kurang nyaman karena ia terbiasa menggunakan ponsel lamanya yang tampilanya jauh lebih bagus.
Setelah beberapa menit mencari Cia menemukan sebuah game bernama 'Tetris Overdose Fever'. Tanpa ragu Cia langsung memainkan game itu, layar ponsel itu menampilkan sebuah game jadul menyusun balok-balok, sama seperti nama game itu 'Tetris'. Tentu saja game ini sangat jauh dari yang di inginkan Cia.
Cia sangat frustasi karena yang game itu sangat jauh dari yang ia harapkan, pulau Wyrn begitu terkejut mendengar reaksi Cia karena game itu adalah game terseru yang diketahui pulau itu. Karena takut reputasinya sebagai 'pulau yang bisa mengabulkan segala permintaan' akan tercemar, Pulau Wyrn menyambarkan bola enegi pada Cia untuk menanamkan kutukan padanya. Kutukan itu membuat Cia tergila-gila untuk memainkan game dalam ponsel jadul itu, otomatis bisa di katakan harapan Cia terkabul.
"S-Sedikit lagi..." Cia bergumam sambil memainkan gamenya, wajahnya terlihat begitu serius. "AH!!! Aku kalah lagi!"
"Hey, cepat pergi sana! Dewa Thurqk akan bosan jika kau hanya memainkan benda itu!" Suara Hvyt yang mengawasi titik awal Cia terdengar dari atas pohon itu.
"Berisik! NGGAK PEDULI!!" Cia berteriak pada Hvyt yang mengomelinya, lalu kembali memainkan gamenya.
Selama beberapa menit mereka tidak berbicara, yang terdengar hanya suara dari ponsel Cia, namun beberapa makhluk tidak di undang datang untuk membubarkan kesenangan Cia. Mereka adalah klon-klon Deismo yang memiliki tugas untuk mengumpulkan barang yang diminta peserta lainnya.
Saat ini mereka berasumsi target mereka adalah headphones dan ponsel yang dipegang Cia. Dengan segera mereka merundingkan taktik untuk mencuri ponsel Cia, tidak lama kemudian 4 dari mereka menjadi kelompok penunggu yang bersiaga untuk menggunakan thermokenesis mereka sementara klon yang terakhir akan mengambil kedua benda itu.
"Oke, akan aku mulai!" Klon itu berjalan mengendap-endap agar tidak menarik perhatian gadis itu. Cia terlalu sibuk dengan game barunya sehingga tidak menyadari kehadiran para klon. Keadaan ini sangat menguntungkan bagi klon-klon itu, dalam sekejap ia berhasil meletakkan kedua tanganya pada ponsel dan headphones Cia.
"Dapat!!" Klon itu berhasil menarik headphone dan ponsel itu dari Cia dengan kasar, bahkan beberapa rambut Cia ikut tercabut bersama headphonenya. Klon itu mulai berlari kearah kelompoknya.
"HEY! APA YANG TERJADI?!?!" Cia begitu terkejut melihat ponsel dan headphonenya tiba-tiba lepas darinya lalu terbang menjauh darinya menuju hutan. Amarahnya memuncak ketika melihat smartphonenya ikut terseret karena masih terhubung dengan kabel headphonenya.
"KEMBALIKAN BARANG-BARANGKU!!" Cia berseru sambil mengejar barang-barangnya yang melayang-layang.
"Dia mengejar!" Klon-klon penunggu memperingatkan. "Cepat masuk ke tahap dua!! Gunakan thermokenesis!"
Dengan menggunakan thermokenesis, mereka menarik energi panas dari tanah di jalur perlarian klon yang membawa barang Cia. Dalam sekejap tanah itu membeku sementara enegi panas yang mereka ambil berubah menjadi bola api di kepalan tangan mereka.
"HEY! KEMBALI!" Cia mempercepat larinya. Dia semakin mendekati barang-barangnya, namun kakinya terpeleset secara tiba-tiba, membuatnya jatuh di tanah. "A-Aduh... Apa yang terjadi?"
Rupanya tanah di sekelilingnya ditutupi oleh lapisan es yang tipis, namun cukup licin untuk membuat siapapun terpeleset. Cia segera mengeluarkan glaivenya lalu menancapkanya di tanah untuk membantunya berdiri.
"Sial, aku tidak bisa konsentrasi..." Cia menggerutu. Dalam keadaan normal ia bisa menyadari lapisan es di lintasan larinya, tapi konsentrasinya berkurang karena ia tidak mendengarkan musik dari headsetnya.
"Cepat! Kita harus segera pergi dari sini!" kata Klon pembawa barang yang baru tiba di depan para klon penunggu.
"Hey! Ada yang tersangkut pada benda itu!" Kata klon penunggu yang menyadari ponsel Cia yang masih tergantung pada kabel headphone. Klon itu segera mengambilnya dan memutus kabelnya agar lebih mudah dibawa.
Setelah itu klon-klon penunggu menghantamkan bola api mereka pada tanah untuk memadamkannya. Mereka melakukan itu karena membawa bola api ke dalam hutan dapat menyebabkan kebakaran yang akan menjadi jejak mereka. Sebenarnya mereka dapat melemparkan bola apinya pada Cia, tapi mereka sudah merasa puas dengan barang curian mereka dan meninggalkan Cia.
***
Setelah menembus pepohonan, para klon Deismo yang mencuri barang Cia tiba di titik awal Deismo, sepertinya Cia kehilangan jejak mereka. Tanpa banyak bicara para klon langsung mengubur benda yang mereka curi lalu meninggalkan titik awal Deismo untuk mencari barang lainnya, berjaga-jaga bila benda yang mereka curi bukan target mereka.
Mereka semua pergi dengan terburu-buru, tidak menyadari seorang pria berambut hitam pendek beristirahat di titik awal Deismo setelah berputar-putar dalam hutan. Nama pria itu adalah Rafa Grafito, ia menyaksikan beberapa benda melayang ke lapangan luas itu hingga benda itu terkubur dalam tanah.
"Apa mungkin benda tadi...." Rafa berjalan mendekati tempat benda itu dikubur, setelah menggali selama beberapa menit Rafa berhasil menemukan barang-barang yang dicuri klon-klon Deismo.
"Coba kita lihat... dua buah ponsel dan satu headphone." Kata Rafa sambil mengamati barang-barang yang baru ia temukan.
"Hm... kemungkinan besar benda-benda ini adalah benda yang harus aku cari, tapi apa mungkin ada yang bukan targetnya?" Rafa kebingungan menentukan yang mana benda hak lawannya.
Tiba-tiba Rafa mendengar suara pergerakan di balik semak-semak di depannya, Rafa mengeluarkan senapan lasernya untuk berjaga-jaga. Tidak lama kemudian seorang pria berkemeja kotak-kotak coklat muda dan seorang remaja berkemeja putih polos keluar dari semak-semak itu. Sang pria adalah Collin Burke dan sang remaja adalah Noumi Shu.
"AH! Akhirnya kita menemukan seorang peserta!" Collin tersenyum melihat Rafa. "Permisi, bisakah kami bertanya sesuatu padamu?"
"Jika kau memberikan sesuatu yang menjadi hak milikmu, akan aku jawab pertanyaanmu." Kata Rafa sambil menodongkan senapannya pada Collin.
"Tidak masalah." Collin tidak terganggu dengan senapan yang ditodongkan oleh Rafa, tapi Shu terlihat begitu ketakutan. Ia ingin melarikan diri, tapi Collin memegangi lenganya, mencegahnya untuk kabur.
"Oi, jangan takut begitu." Collin berkata pada Shu yang mencoba melepaskan diri dari pegangan Collin. "Kau ingin bertemu dengan temanmu itukan? Tunjukkan keberanianmu!"
"B-Baiklah, i-ini demi Haruna!" Kata Shu. Akhirnya ia berhenti meronta. Tubuhnya masih gemetar karena takut melihat Rafa, tapi ia ingin bertemu dengan temannya, Haruna. Ia mencoba menahan rasa takutnya dan mempercayai Collin.
"Pulau Wyrn, aku minta sebuah koin ya!" Berbeda dengan sebelumnya, pulau Wyrn tidak bergetar seperti permintaan-permintaan sebelumnya karena benda yang diminta Collin adalah benda yang simple jadi tidak perlu banyak energi untuk menciptakanya. Tidak lama kemudian sebuah koin jatuh dari atas, dengan cepat Collin menangkapnya.
"Ini, ambilah!" Collin melemparkan koinnya pada pria itu. Rafa menangkap koin itu lalu tersenyum, sebenarnya ia ingin langsung pergi ke titik awalnya untuk memenangkan pertandingan ini, tapi ada baiknya ia mendengarkan pertanyaan Collin untuk mencegah pertarungan yang tidak penting. "Baiklah, apa pertanyaanmu?"
"Apa kau meminta pulau Wyrn untuk mewujudkan seorang wanita?" Collin bertanya pada Rafa.
"B-Bagaimana kau tahu?!" Rafa terkejut, reaksi Rafa itu membuat Collin menatapnya dengan serius. "Baiklah, aku mengaku. Aku mencoba mewujudkan seorang temanku, Shiren, tapi pulau ini tidak mau mengabulkanya."
"Ah... aku rasa kau bukan orangnya..." Collin menghembuskan nafas kecewa.
"Itu saja yang ingin kau tanyakan? Aku ada urusan, jadi aku harus pergi."
"Tunggu!" Collin menghentikan Rafa. "Maukah kau pergi bersama kami untuk mencari peserta yang menghalangi keinginan kita?"
Rafa terpancing oleh kata-kata Collin, lalu ia bertanya. "Apa maksudmu?"
"Sebenarnya kami berdua sama-sama ingin bertemu dengan kekasih kami. Tapi seseorang telah meminta 'kekasih' pada pulau ini, sehingga kami tidak mendapatkan keinginan kami." Collin menjelaskan.
"Kami mencari peserta yang meminta 'kekasih' pertama kali, sehingga ia bisa meminta lagi pada pulau Wyrn untuk mengabulkan permohonan kami." Lanjut Collin
"Oh... aku mengerti, kita tidak bisa memintanya tapi orang itu masih bisa meminta lagi karena tidak ada batasan permohonan." Kata Rafa, ia memikirkan tawaran Collin sejenak.
"Baiklah, aku akan ikut dengan kalian." Rafa merasa ide Collin cukup masuk akal, lagipula ia ingin bertemu dengan Shiren dan untuk menyelesaikan ronde ini ia hanya perlu kembali ke titik awalnya. Rafa mengulurkan tanganya, dengan segera Collin menjabat tangan Rafa tanpa curiga.
"Oh, aku baru ingat! Kita belum berkenalan, aku Collin dan dia Shu." Collin memperkenalkan dirinya dan Shu. "Siapa namamu?"
"Rafa." Jawab Rafa singkat. Collin sama sekali tidak tahu sebenarnya Rafa menjabat tangannya hanya untuk membaca pikiran Collin. Hanya dengan sebuah jabat tangan Rafa mengetahui seluruh kemampuan dan kelemahan Collin. Berikutnya ia mengulurkan tanganya pada Shu, tentu saja dengan maksud untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan Shu.
"J-Jangan sentuh aku!!" Shu yang sejak tadi membisu sekarang berbicara. "Aku masih belum bisa percaya padamu!"
"Apa maksudmu, Shu?" Collin heran dengan perubahan sikap Shu yang tiba-tiba ini.
"T-T-Tadi dia menodongkan senjatanya pada kita! Satu poin untuk tidak mempercayai dia!" Dari kalimat yang diucapkan Shu terlihat dengan jelas ia takut pada Rafa. "DIA AKAN MEMBUNUH KITA!!"
"Dasar bocah, begitu saja kau takut." Kata Rafa sambil menghela nafasnya, lalu ia menjatuhkan senapanya agar tidak menakut nakuti Shu. Rafa kembali mengulurkan tanganya pada Shu."Baiklah, aku minta maaf soal yang tadi, kita impaskan?"
"IMPAS DARI HONGKONG!!" Ketakutan Shu semakin memuncak karena sifat paranoidnya, bahkan ia bersiap-siap melenyapkan Rafa dengan kekuatan Voidnya, tapi belum sempat Shu meggunakan kekuatannya, Collin menjewer telinga Shu, membuatnya berteriak kesakitan. Sebenarnya jeweran Collin tidak terlalu kasar tetapi ia memberikan sedikit tegangan listrik agar Shu memikirkan kembali perbuatannya.
"Hey, kau ini masih muda! Jaga bicaramu, apa jadinya jika Haruna mengawasimu dari suatu tempat di alam sana mendengarmu berbicara kasar seperti itu?" Collin menasehati Shu.
"S-S-Sakit Collin! H-Hentikan!" Shu merengek kesakitan.
"Minta maaflah." Collin melepaskan jewerannya.
"Maaf..." Shu membungkukkan badanya pada Rafa.
"Tidak perlu minta maaf, aku tahu ini salahku." Kata Rafa sambil menggaruk kepalanya. Karena merasa tidak enak terhadap Shu, Rafa mengeluarkan benda-benda yang baru saja ia temukan.
"Baiklah, kalau begitu akan aku beri kalian sesuatu yang aku temukan untuk mempererat rasa kepercayaan kita bertiga." Rafa menunjukan dua ponsel dan satu headphone yang ia temukan.
"Entah bagaimana benda ini melayang ke sini lalu terkubur dalam tanah, tapi aku yakin diantara benda-benda ini ada benda yang menjadi hak milik lawan kita." Jelasnya. "Kalian boleh ambil salah satu dari ketiga benda ini."
"B-Baiklah... A-Aku ambil headphonenya..." Kata Shu sambil mengambil headphone dari tangan Rafa. Ketika tangan mereka berdua bersentuhan Rafa membaca pikiran Shu, ia mengetahui betapa mengerikannya kekuatan Shu.
"Kalau Collin tidak menghentikanya aku pasti sudah lenyap..." Pikir Rafa dalam hati.
"Oke, aku pilih yang ini." Collin mengambil sebuah ponsel jadul.
"Aku pegang yang ini" Kata Rafa sambil memasukkan ponsel terakhirnya."Sekarang kita impaskan?"
"B-Baiklah, k-kita impas..."
"Tapi ada satu hal yang tidak kumengerti, kenapa kau mengumpulkan para peserta yang memiliki keinginan yang sama denganmu? Apa alasanmu?" Tanya Rafa, ia belum sempat membaca pikiran Collin sampai sejauh itu.
"Untuk berjaga-jaga bila orang yang kita cari menolak untuk mengabulkan permohonan kita." Kata Collin dengan santai.
"Kita tidak tahu seperti apa sifatnya, jadi mengumpulkan kekuatan tambahan adalah ide yang terbaik." Collin melanjutkan penjelasanya. "Tapi sebenarnya ada satu tujuan lain...."
"Apa itu?" Rafa berkeringat merasakan aura Collin yang tadinya tenang sekarang tercampur dengan hawa membunuh.
"UNTUK MEMBUNUHNYA JIKA IA MEMANGGIL KATE KE SINI DAN MELAKUKAN HAL-HAL ANEH DENGANYA!!" Collin berteriak keras sambil menginja-injak tanah. Terlihat jelas mukanya marah bercampur cemburu, tidak lama kemudian ia sudah kembali normal. "Baiklah... bisa kita mulai pencarian kita?"
"T-Tentu!" Rafa menjawab. "Tapi ke mana kita akan pergi?"
"B-B-Bagaimana kalau ke sana?." Shu menunjuk pepohonan hangus dibakar oleh sesuatu, anehnya sepertinya pohon-pohon itu dibakar untuk membuat jalan menembus hutan.
"Hm... memang mencurigakan, tapi siapapun yang melakukan ini pasti seorang peserta turnamen." Kata Collin.
"Baiklah, ayo kita ikuti jalan ini!" Collin mulai berjalan mengikuti jalan itu, Rafa dan Shu mengikutinya dari belakang.
***
Setelah kehilangan headphone dan ke dua ponselnya Cia memutuskan untuk menelusuri hutan untuk membalaskan dendam ponsel dan headphonenya. Sebelum Cia meninggalkan titik awalnya, ia meminta headphone dan sebuah smartphone baru untuk mengganti punyanya yang dicuri.
Kali ini pulau Wyrn memberikan headphone dan smartphone yang berfungsi normal, tapi smartphone itu hanya berisi lagu-lagu bergenre dangdut. Walaubegitu, Cia sepertinya tidak mempermasalahkan hal itu.
"Siapa peduli dengan genre? Semua musik adalah musik rock asal dimainkan dengan volume tinggi." Kata Cia dengan santai sambil mengemut permen chupanya. "Lagu ini lumayan juga."
Cia berhenti ketika melihat tiga orang antara lain Collin, Rafa dan Shu berjalan melewati jalan yang penuh dengan abu pohon yang dibakar. Awalnya Cia memutuskan untuk mengabaikan mereka, tapi matanya tiba-tiba tertuju pada Shu yang terlihat paling lemah dari mereka semua karena Shu membawa headphone Cia yang dicuri beberapa saat lalu. .
"Dasar pencuri!!" Kata Cia dalam hati. Ia pikir Shu adalah yang mencuri headphone dan kedua ponselnya. Cia segera berlari ke arah Shu.
"KEMBALIKAN BARANG-BARANGKU!!" Cia berteriak dari belakang mereka. Dengan spontan mereka bertiga menoleh pada Cia.
"Akhirnya kita menemukan peserta lainnya!" Kata Collin, ia senang karena ia dapat bertemu dengan peserta lainnya. "Permisi, bisakah kami bertanya sesuatu?"
"Tidak peduli!" Cia membentak lalu menarik kerah kemeja Shu dan mengancamnya. Cepat kembalikan barang-barangku!!"
"B-Barang apa yang kau maksud?" Shu bertanya, gadis ini benar-benar membuatnya takut. Dia mengingatkan Shu pada seseorang yang pernah mem-bully-nya dulu.
"Jangan pura-pura tidak tahu!" Teriak Cia marah. "Kalian mencuri ponselku dan headphoneku, iya kan?"
"Headphone?" Shu melihat headphone yang ia terima dari Rafa.
"Ponsel?" Collin melihat ponsel jadul yang ia dapatkan dari Rafa.
"Apa yang ini?" Tanya Shu dan Collin dengan kompak menunjukkan barang yang mereka dapatkan dari Rafa. Cia segera mengambil headphonenya dari Shu dengan kasar lalu mendorongnya hingga jatuh.
"Oh, Ponsel jadul ini tidak lagi menarik, kau boleh memilikinya." Kata Cia ketika melihat ponsel jadul di tangan Collin, sepertinya efek sihir pulau Wyrn sudah menghilang dari Cia.
"Tunggu dulu, nona muda. Bagaimana bisa kau mengklaim barang-barang ini sebagai milikmu, apa kau punya bukti?" Tanya Rafa yang merasa agak curiga dengan gadis ini.
"Apa kau memegang smartphoneku?" Tanya Cia. "Jika iya nyalakan saja, ada fotoku sebagai wallpapernya. " Kata Cia, Rafa segera melakukan yang Cia katakan dan benar ada foto Cia sebagai wallpapernya.
"Hm... benar, tidak salah lagi ini ponselmu." Rafa memberikan ponsel itu pada Cia. Namun, sama seperti yang ia lakukan sebelumnya, Rafa membaca pikiran Cia saat tangan Cia menyentuh tanganya. Kini ia tahu semuanya tentang Cia.
Cia hendak mengganti headphone barunya dengan yang lama. Tapi ia baru menyadari headphone lamanya itu sangat kotor, seperti baru dikubur di tanah. "Kenapa kotor begini?"
Cia tidak terlalu mempermasalahkan hal itu tapi Cia meledak-ledak begitu mengetahui kabelnya putus. "Kabelnya putus!! Bagaimana bisa begini?!"
"CULUN, Lebih baik kau menjelaskan bagaimana bisa ini terjadi!!" Ancam Cia, ia kembali menarik kerah kemeja Shu.
"A-Aku tidak tahu! Headphone itu sudah seperti itu ketika aku mendapatkanya dari dia!!" Shu menunjuk pada Rafa, dengan segera Cia melepaskan tangannya dari kemeja Shu.
Cia mengarahkan pandanganya pada Rafa, sebenarnya Rafa cukup percaya diri dengan kemampuan bertarungnya jadi ia bisa mengalahkan Cia, tapi karena sifatnya yang tidak tegaan terhadap perempuan Rafa memilih untuk menyelesaikan masalah ini dengan damai.
"Aku melihat benda-benda ini terbang lalu tiba-tiba terkubur di tanah. Ketika aku gali keadaanya sudah seperti ini." Rafa menjelaskan pada bagaimana ia menemukan barang-barang itu, tapi Cia justru menatapnya dengan tatapan aneh.
"Rafa, setidaknya jika kau berbohong buatlah senyata mungkin!" Collin berbisik pada Rafa.
"Aku tidak bohong! Itulah yang sebenarnya terjadi!" Rafa balas berbisik.
"Terserah, deh." Cia melepas kabel headphone-nya mengganti ponsel barunya dengan yang lama lalu menyetel lagu Death Metal.
"Aku sudah dapat Ponselku, jadi aku tidak perlu ini." Cia membuang ponsel barunya dan Headphone lamanya, kemudian berjalan meninggalkan mereka bertiga.
"T-Tunggu ada yang ingin kami..." Collin hendak menanyakan apakah Cia adalah yang halangi permintaanya, tapi Rafa menghentikannya.
"Cia!! Apa kau mau bertemu dengan Alder?!" Rafa berteriak pada Cia, gadis itu terkejut karena pria itu menyebut nama Alder. Dengan segera Cia kembali ke arah mereka.
"B-Bagaimana bisa kau tahu nama Alder?!"
"Aku membaca pikiranmu." Jawab Rafa dengan singkat."Dia pria yang kau cintaikan?"
"T-T-TIDAK!! N-Ngomong apasih kau ini?!" Cia berteriak dengan kesal pada Rafa, mukanya menjadi merah ketika ia mendengar nama Alder.
"Kau boleh pergi tapi aku peringatkan, kau tidak bisa memanggil Alder ke sini." Kata Rafa."Seseorang telah membuat permintaan seperti itu dan kami sedang mencari orang itu!"
"Jika kau ingin bertemu pacarmu ikutlah bersama kami!!"
"D-DIA BUKAN PACARKU!!!" Cia berteriak dengan keras pada Rafa.
"MASA BODOH!! BEGO!!" Teriakan Cia masih terdengar walaupun ia telah melangkah jauh.
"AH... dia pergi, sepertinya dia tidak akan ikut dengan kita." Tanya Collin
"Jangan khawatir, dia akan disana ketika kita mengharapkan orang yang kita cintai." Kata Rafa. "Mari kita ambil ponsel yang ia jatuhkan, itu adalah salah satu barang yang kita cari."
"B-Bagaimana dengan headsetnya?" Tanya Shu.
"Itu bukan barang yang kita incar, itu asli miliknya."
Kemudian mereka bertiga melanjutkan perjalanan mereka mencari peserta lainnya.
***
"CHARGE!!" Deismo berteriak dengan keras sambil mengangkat bola kristalnya.
Sudah 15 menit sejak dia mencapai puncak gunung yang ia tuju, tapi hingga saat ini ia masih mencoba men-charge bola kristalnya, terima kasih pada Hvyt yang memberinya informasi yang salah.
Selama perjalanan dari titik awalnya hingga ke puncak gunung Deismo menebangi semua pohon yang menghalangi jalanya sehingga ia dapat melewati hutan dengan tubuhnya yang besar. Memanjat gunung bukanlah hal yang susah bagi Deismo, sehingga ia dapat memanjat gunung di pulau itu dalam waktu singkat.
Di luar perkiraan Deismo, ternyata di puncak gunung ini terdapat sebuah kawah berdiameter 10 meter persegi. Kawah ini ditumbuhi oleh rerumputan hijau, bahkan beberapa pohon tumbuh di sana. Saat ini ia sedang mencari benda bernama 'sinyal' yang diberitahukan Hvyt.
"Apa bola kristalnya bereaksi?" Tanya salah satu klonnya.
"Tidak, masih belum." Jawab Deismo. "Mungkin kita harus menunggu selama 6 jam hingga ritualnya selesai?"
"Tidak! Aku yakin kita harus memberi benda 'sinyal' yang dikatakan Hvyt tadi!"
"Tapi sinyal itu apa?"
"Tanaman mungkin?"
"Kata Hvyt itu sinyal dapat ditemukan di tempat tinggikan? Mungkin benda itu ada di sekitar sini?"
"Kalau begitu, bagaimana kalau kami berpencar mencari benda itu?"
"Baiklah, bawalah segala sesuatu yang kalian temukan disini!" Perintah Deismo pada kelima Klonnya, mereka langsung berpencar begitu mendengar perintah Deismo, kecuali satu klon yang hanya diam ditempat dan hanya memandangi sekitarnya.
"Apa ada yang salah?" Tanya Deismo
"Ada yang ganjil di sana." klon itu berjalan menuju pepohonan di dekat mereka. Deismo hanya mengamati apa yang dilakukan klonnya.
Tidak lama kemudian terdengar suara minta tolong dari pepohonan itu, Klon B keluar dari pepohonan dengan menyeret kaki seorang peserta berambut hitam acak-acakan dan memakai kacamata, namanya adalah Eisted Fodd.
Kemampuan Eisted adalah berbicara pada makluk lain untuk meminta bantuan, namun pulau Wyrn adalah pulau tak berpenghuni sehingga tidak ada makhluk astral atau hewan di sini. Eisted pernah mencoba untuk meminta bantuan pada tumbuhan, sayangnya semua pohon di sana tidak mau menurutinya.
Kawah ini adalah titik awal Eisted, sebelum Deismo datang ke kawah ini Eisted sibuk menerjemahkan sebuah dokumen yang ia minta dari Pulau Wyrn. Dokumen yang ia minta berisi tentang laporan lengkap tentang siapa pembunuh kedua orang tuanya, apa motifnya, dan dimana dia sekarang. Sayangnya, dokumen itu ditulis dalam bahasa yang sangat sulit dimengerti, bahkan untuk seorang sastrawan hebat seperti Eisted.
Eisted mengerahkan seluruh kemampuannya untuk menerjemahkan dokumen itu, tapi karena tingkat huruf yang rumit dalam dokumen itu mata Eisted terasa sakit, kepalanya menjadi pusing dan beberapa kali ia muntah karenanya. Akhirnya ia memutuskan untuk beristirahat dipepohonan selama beberapa menit, tapi kemudian klon Deismo menariknya keluar dari pepohonan dan membawanya kepada Deismo.
Eisted terkejut melihat sosok raksasa yang berdiri didepannya, begitu juga dengan Deismo yang tidak menyangka akan ada seorang peserta di sini. Untungnya Deismo telah memakai sebuah topeng sehingga ia tidak menggila.
"S-S-Sial! Mati aku!" Eisted berkata dalam pikirannya, ia panik melihat makhluk besar itu. Dengan segera Eisted menggoyang-goyangkan kakinya dengan harapan terlepas dari sesuatu yang menyeret kakinya. Karena sedikit keberuntungan Eisted berhasil menendang klon B, membuat tubuh klon itu hancur lebur. Tanpa banyak bicara dia berlari kembali kedalam hutan.
"Pulau Wyrn! Beri aku 100 bom asap!!" Eisted memohon kepada pulau Wyrn, dengan segera pulau wyrn bergetar dan mewujudkan bom asap dalam jumlah banyak di udara. Eisted tidak menangkap bom itu.
"A-APA INI?!" Hanya dalam beberapa detik semua bom asap itu jatuh ke tanah dengan keras, lalu masing-masing bom asap mengeluarkan asap pekat yang menutupi semua keberadaan Eisted.
Deismo bersiaga, ia mengantisipasi serangan tiba-tiba dari asap itu. Lalu ia merobek sedikit jubahnya dan membuat 5 klon untuk menyelinap ke dalam pepohonan itu dan menarik Eisted keluar.
"Pulau Wyrn! Tolong berikan sebuah meriam gatling otomatis padaku!!" Eisted berteriak dari persembunyiannya, dengan segera pulau Wyrn mewujudkan sebuah meriam canggih dengan 6 barel putar yang menancap pada tripod yang terbuat dari logam berat, di sebelahnya terlihat sebuah kotak besi yang menyediakan peluru untuk meriam itu.
"TARGET TERKUNCI! MEMULAI PEMUSNAHAN!" Terdengar suara dari meriam itu, dengan segera barel meriam itu berputar dengan cepat, menembakkan rentetan peluru yang tidak menegnal ampun ke arah Deismo.
"Apa yang ia rencanakan?!" Deismo tidak tahu apa yang dilakukan Eisted dibalik asap tebal di hadapannya, tapi apapun itu pasti berbahaya. Tiba-tiba Deismo mendengar sesuatu yang berat jatuh dari arah Eisted, lalu diikuti oleh suara mesin yang bergerak.
Tiba-tiba rentetan peluru melesat dari asap tebal itu, tebakan itu begitu cepat dan tidak membiarkan Deismo bereaksi. Dalam hitungan detik puluhan peluru menembus perisai sihir Deismo, tanpa dilindungi oleh perisai sihir Deismo terpaksa menerima semua serangan itu.
Satu-persatu peluru menembus tubuh Deismo, membuat lubang yang tidak beraturan padanya. Para klon yang baru ia ciptakan membeku dalam ketakutan, tidak berani melakukan apa-apa. Lubang pada tubuhnya semakin banyak, energi kehidupannya merembes melalui lubang-lubang itu.
Setelah 3 menit berlalu hujan peluru itu berhenti. Sudah ratusan peluru menembus tubuh Deismo, membuat makhluk besar itu ambruk di tanah. Klon-klon yang barusan ia ciptakan berkumpul di sekitarnya, khawatir dengan keadaan Deismo. Rupanya meriam otomatis itu mengabaikan para klon dan memilih Deismo sebagai target karena ukuran tubuh Deismo yang besar, sebuah target yang mudah diserang.
"K-Kau tidak apa-apa?!" Tanya salah satu klonnya.
Deismo tidak bisa menjawab pertanyaan klonnya, rentetan peluru tadi telah menghancurkan organ yang ia gunakan untuk bicara. Tidak hanya itu, hampir seluruh organ dalam Deismo rusak akibat serangan tadi, mustahil baginya untuk memulihkan diri dengan energi yang diserap oleh jubahnya yang sudah tercabik-cabik.
Sudah tidak ada harapan lagi, dia kalah dalam ronde ini. Harapannya untuk kembali ke paradoks world telah sirna. Dengan cepat enegi kehidupan Deismo merembes keluar dari luka-lukanya seperti sebuah tangki yang berlubang dimana-mana.
Para klon Deismo tidak tahu apa yang harus mereka lakukan. Cahaya kuning dari mata dan mulut Deismo mulai meredup, pandangannya telah kabur, seluruh enegi kehidupannya telah meninggalkan tubuhnya. Tubuh Deismo berubah menjadi asap yang menghilang perlahan dan hanya menyisakan jubahnya yang tercabik-cabik.
"A-APA YANG TERJADI DISINI?!" Klon Deismo yang tadinya berpencar untuk mencari sinyal telah kembali dengan membawa beberapa jenis tanaman, mereka langsung menjatuhkan tanaman yang mereka kumpulkan dan berlari pada Deismo.
"T-Tidak mungkin!" Klon yang baru datang memandangi sisa jubah Deismo dengan tatapan sedih.
"Menyingkirlah, sampah. Aku akan mengecek tubuhnya." Hvyt penjaga titik awal Eisted menerobos kerumunan Klon Deismo untuk megecek kematian Deismo atas perintah Thurqk yang melihat pertandingan ini melalui mata Hvyt.
"Dia telah mati." Kata Hvyt dengan datar. Para klon shock mendengar perkataan Hvyt, mereka gemetaran karenanya. "Deismo telah kalah dari ronde ini."
Hvyt melangkah untuk meninggalkan kerumunan itu, tapi ketika ia hendak pergi dari kerumunan itu ada satu Klon menghalangi jalannya.
"DEISMO BELUM MATI!!!" Teriak Klon itu pada Hvyt. Para klon lainnya terkejut dengan apa yang dilakukan klon yang satu itu.
"Deismo sudah mati, tidak ada gunanya kau mengelak kenyataan itu!!" Kata Hvyt dengan pandangan dingin.
"DEISMO MASIH HIDUP!!" Klon itu berteriak pada Hvyt.
"Kami semua, para klon Deismo mewarisi energi kehidupan dan memorinya yang ia bagikan pada kami!!" Lanjutnya. "Dengan kata lain kami semua adalah Deismo!! Jika kau ingin mengatakan Deismo mati, maka kau harus membunuh kami semua!!"
Berbeda dengan klon pada umumnya, para klon Deismo adalah makhluk hidup yang memiliki keinginan, kepribadian dan potensi yang berbeda tiap klon. Deismo tidak pernah mengontrol klonnya, mereka semua bergerak atas kemauan mereka sendiri, bagaikan seekor semut yang ingin melindungi sarangnya.
Setiap kali membuat Klon, Deismo harus meniupkan enegi kehidupannya pada klonnya agar mereka dapat hidup, membagi umurnya yang tersisa pada semua klonnya dengan jumlah tertentu. Dalam peniupan itu Deismo juga membagikan memorinya, semua ingatan Deismo hingga klon itu diciptakan tertanam dalam tiap klonnya.
Dari semua data itu dapat disimpulkan, semua klon yang diciptakan Deismo adalah Deismo. Sebuah fakta yang tidak terelakkan, namun Thurqk dan Hvyt memiliki pandangan yang lain.
"Kalian hanyalah senjata peserta, bukan peserta turnamen ini." Kata Hvyt "Pulau Wyrn tidak akan mengabulkan permohonan kalian dan Dewa Thurqk tidak akan mengakui kemenangan kalian walaupun kalian berhasil membawa benda-benda peserta lain ke titik awal kalian!"
Para klon Deismo terbujur kaku, mereka telah kehilangan harapan mereka. Rasa penyesalan, rasa sedih, rasa marah, rasa kecewa, rasa... keputus-asaan mengisi hati mereka. Mereka ingin menangis untuk membilas semua perasaan itu dalam air mata mereka, namun mereka tidak bisa menangis.
Semua perasaan menyakitkan itu semakin bertambah dan mengganjal dalam hati mereka, membuat jiwa mereka tersiksa lebih jauh lagi. Mereka meratapi sisa jubah Deismo, namun salah satu dari mereka menyadari sesuatu yang bercahaya kemerahan dibalik jubah yang tercabik-cabik itu. Perlahan klon itu membuka jubah Deismo dan menemukan bola kristal yang diberikan Pulau Wyrn pada Deismo.
"B-Bagaimana bisa?!" Bola kristal itu rusak berat, ada retakan di sana-sini, bahkan terlihat ada satu lubang dengan peluru bersarang di dalamnya, namun bola kristal itu menyala. Bola kristal itu menampilkan pemandangan realm asal mereka. Dengan segera para klon mengerumuni Bola kristal itu.
Awan yang gelap, lubang dimensi yang menari-nari dalam berbagai warna, tanah yang tandus, berbagai monster yang berkeliaran dengan bebas dan... sebuah desa dengan berbagai ras yang tinggal di dalamnya, desa tempat tinggal kawan-kawanya.
Terlihat beberapa orang membawa hewan hasil buruan, para petani yang mencoba menumbuhkan tanaman di lahan tandus, para orang tua yang membuatkan mainan untuk anak-anaknya dari bahan seadanya, dan dipusat desa itu mereka melihat seorang pria memahat sebuah patung kayu, lalu terlihat seorang anak kecil memandangi sang pemahat patung.
"Paman sedang membuat patung apa?" Tanya anak itu dengan rasa ingin tahu.
"Patung ini adalah patung dari salah satu teman paman yang telah menyelamatkan desa ini dari kehancuran." Kata pria itu. Ia meletakkan alat pahatnya, lalu mengusap keringatnya dengan tanganya. Dia diam sebentar sambil menikmati maha karyanya yang setengah jadi. "Dia adalah pahlawan Desa ini."
"Awalnya kami pikir dia mati setelah bertarung dengan Duster, tapi kemudian dia kembali muncul di desa ini untuk menyelamatkan Desa ini dari kebakaran beberapa hari lalu." Kata pria itu dengan senyuman di mukanya.
"Lalu, apa paman membuat patung ini agar kita mengenang jasanya?" Anak kecil itu kembali bertanya.
"Bukan, dalam kepercayaan di realm asal paman. Membuat patung di suatu tempat adalah harapan agar wujud yang tepahat dalam patung itu kembali ke tempat ini."
"Deismo, jika kau mendengarku dari alam sana, ada satu hal yang ingin kami katakan padamu."
"Kembalilah dengan selamat!"
Hati para klon bergetar hebat mendengar perkataannya. Deismo memang telah mati, tapi keinginan Deismo untuk kembali ke realm asalnya tertanam sangat dalam di dasar ingatan tiap klonnya. Satu persatu mereka berdiri dari kesedihan mereka. Para klon itu dengan serentak berteriak."KAMI TIDAK AKAN MENYERAH!!"
"Kami akan kembali ke realm asal kami apapun yang terjadi!!" Teriak salah satu klon, lalu mereka semua kembali bersemangat. Mereka melompat-lompat dan berteriak-teriak seperti prajurit yang baru bangkit dari kuburnya.
***
Sementara di atas mereka, Hvyt pengawas titik awal Eisted mengamati gerak-gerik klon-klon itu. Dia merasa para klon ini akan melakukan sesuatu yang dapat mengacaukan ronde ini.
"Dewa, apa yang harus kuhancurkan mereka semua?" Tanya Hvyt pada Thurqk yang menonton apa yang terjadi melalui mata Hvyt. "Mereka bisa saja menggangu pertandingan ini."
"Tidak, biarkan saja mereka." Hvyt mendengar suara Thurqk dalam kepalanya.
"Mereka mungkin hanya sampah, tapi siapa bilang melihat sampah yang mencoba berjuang untuk keluar dari pabrik pemusnahan tidak menyenangkan?" Lanjutnya.
"Dimengerti, akan aku biarakan mereka." Kata Hvyt.
***
"Kalian memikirkan hal yang sama denganku?" Tanya satu klon pada semua temannya.
"Tentu saja! Lagipula pikiran kita semua sama!" Balas klon lainnya.
"TANGKAP SEORANG PESERTA DAN SURUH DIA MEMBANGKITKAN DEISMO DENGAN KEKUATAN PULAU WYRN!!!" Semua klon berteriak dengan serentak.
"Ketika kalian berempat pergi, kami diserang oleh seorang peserta yang bersembunyi di hutan itu! Mari kita tangkap sebelum dia kabur!" Kata salah satu klon. Mereka bersembilan langsung menyerbu pepohonan untuk mencari Eisted yang menyebabkan kematian Deismo.
"Cari seluruh di seluruh sudut!" Teriak salah satunya. Langakah mereka terdengar diantara semak-semak, bahkan ada beberapa yang naik ke atas pohon untuk mencari Eisted. Tidak lama kemudian mereka menemukan meriam gatling otomatis yang menembakkan pelurunya pada Deismo. Barel meriam itu masih berputar, satu-satunya alasan meriam itu tidak menembak adalah karena kehabisan peluru.
"MERIAM SIALAN!!!" Teriak salah satu klon itu. Mereka menegeroyok meriam itu tanpa ampun karena frustasi, suara kemarahan mereka bisa terdengar dari seluruh tempat itu.
"G-Gawat!! Sekarang aku tidak bisa membaca dengan tenang." Kata Eisted dalam pikiranya, saat ini ia berada di tempat yang tidak jauh dari para Klon itu. Eisted membaca pikiran para klon itu, mereka semua sedang marah bagaikan lebah yang sarangnya dihancurkan.
Eisted tidak yakin dia akan selamat dari mereka walaupun ia menyerahkan diri, akhirnya Eisted memutuskan untuk meninggalkan titik awalnya lalu mencari tempat yang aman untuk membaca.
***
Sudah berjam-jam Petra berjalan-jalan bersama wanita idamannya, Tsukiko. Saat ini mereka duduk berduaan di tengah padang bunga sambil menikmati pemandangan sore hari, menunggu matahari tenggelam. Petra merangkul Tsukiko dengan mesranya, Petra terlihat sangat bahagia.
"Tsukiko, aku bersyukur telah memanggilmu ke sini." Kata Petra. "Aku belum pernah merasa bahagia seperti ini sebelumnya."
"Begitupun saya, tuan Petra." Kata Tsukiko, mukanya memerah begitupun Petra.
"Oh, bagaimana dengan mie yang baru kita makan? Enak bukan?" Kata Petra, sebelum mereka beranjak ke taman bunga ini mereka memakan mie yang Petra minta dari pulau Wyrn.
"Iya, benar... Saya berharap kita bisa seperti ini untuk selamanya." Kata Tsukiko
"Selamanya...?" Petra terdiam mendengar perkataan tsukiko, ia teringat bahwa waktunya di pulau ini hanya 10 jam, setelah itu ia akan meninggalkan pulau ini dan tsukiko akan... menghilang.
"Tidak bisa ya? Pasti karena kau akan pergi dari sini dalam beberapa jam lagi..." Tsukiko terlihat sangat sedih, ia memandang ke bawah, air matanya menetes.
"T-Tsukiko?! Kenapa kau menangis?" Petra bertanya. Tsukiko langsung berdiri, melepas rangkulan Petra dan berteriak dengan keras.
"Ini tidak adil!!" Teriak Tsukiko.
"Saya ingin berjalan-jalan dengan tuan lebih jauh lagi!!"
"Saya ingin memakan mie bersama tuan lebih banyak lagi!!"
"Saya ingin melihat lebih banyak bunga dengan tuan!!"
Tsukiko meneriakkan segala keinginanya untuk bersama petra, nafasnya terenggah-enggah, ia menoleh pada Petra. Wajahnya yang cantik dibasahi oleh air matanya, Petra menjadi tidak nyaman melihat air mata itu. Tiba-tiba Tsukiko berlari ke arah Petra dan memeluknya dengan sangat erat.
"S-S-S-Saya... ingin... bersama tuan selamanya..!!" Tsukiko mengatakan keinginan terdalamnya. Petra kembali memeluknya untuk menenangkan wanita itu. Tsukiko tidak ingin memperlihatkan wajah menangisnya pada Petra, ia mengubur wajahnya di kimono Petra.
"Tsukiko, kita memang tidak bisa bersama untuk selamanya." Kata Petra, ia melepas pelukannya dan menatap wajah Tsukiko.
"Oleh karena itu mari kita nikmati setiap detik yang tersisa ini!!" Petra mengakhiri kalimatnya dengan sebuah ciuman di bibir Tsukiko, perasaan bahagia menyembur dari hati mereka berdua. Hati mereka berdua terasa seperti melayang di udara, jantung mereka beruda berdegup kencang, muka mereka berdua semakin memerah hingga akhirnya....
"A... A... ATCHOO!!" Suara bersin Collin mengagetkan mereka berdua, menghancurkan suasana romantis Petra dan Tsukiko. "Ah... serbuk bunga di taman ini membuatku bersin."
"A... A... ATCHOO!!" Suara bersin Rafa terdengar setelahnya. "Ah... iya, kau benar. Serbuk bunga ini sangat menggangu."
"A... A... ATCHOO!!" Suara bersin Shu terdengar mengikuti mereka berdua. "K-Kami bukanya sengaja bersin karena ingin menggangu kalian atau sejenisnya."
"S-S-S-SIAPA KALIAN?!?!" Petra berteriak dengan muka merah. Ia begitu terkejut karena ada tiga orang yang melihatnya berduaan dengan kekasih barunya. Sangking malunya Tsukiko menutupi mukanya yang memerah dengan kedua tanganya.
"Maaf, sebenarnya kami tidak berniat mengganggu kalian." Collin meminta maaf. "Kami hanya ingin bertanya sesuatu."
"Kalian sengajakan?! Aku bisa melihat itu di mata busuk kalian!!" Petra meledak-ledak dengan amarah.
"Sudah, lupakan saja yang telah berlalu. Ngomong-ngomong kau yang memanggil wanita itu ke sini dengan kekuatan pulau Wyrnkan?" Tanya Collin pada Petra.
"I-Iya, memang kenapa? Iri?" Kata Petra dengan sedikit meledek.
"SANGAT AMAT IRI!!!" Collin menjawab dengan kasar, aura penuh cemburu dapat dirasakan dari Collin.
"Dengar, karena permintaan egoismu itu kami tidak bisa memanggil orang yang kami ingin panggil!" Kata Collin.
"Kami memiliki seorang wanita yang ingin kami temui, tapi... Kami tidak bisa bertemu dengan mereka!!" Collin menangis sambil berdiri, kemudian kedua temanya berdiri di sampingnya.
"We all know that feel, bro." kata Rafa dan Shu dengan kompak sambil menepuk punggung Collin.
"Tolong kabulkan permintaan kami!!" Mereka bertiga bersujud di hadapan Petra.
"Ya... baiklah aku akan mengabulkan permohonan kalian, pertama-tama aku akan mengetes kekuatan kalian" Petra mengeluarkan kedua pedangnya, Mivune dan Miora. Kedua pedang itu memancarkan pijar biru dan merah.
"Tsukiko, bersembunyilah dalam hutan!" Mengikuti perintah petra, Tsukiko masuk kedalam hutan untuk menghindari pertarungan.
"Tapi bagaimana kalau kami tidak sengaja membunuhmu? Itu berarti permintaan kami tidak akan pernah terkabul!" Kata Rafa.
"Kalau begitu kalian tinggal minta pulau ini untuk menghidupkanku, mudahkan?" Kata Petra.
"Baikah, mari selesaikan masalah ini dengan kekuatan!! DEMM!!" Collin menembakkan demm pada Petra, tapi Petra menghalau seranganya dengan kedua orbnya.
"Mari kita mulai!!" Orb Petra berubah menjadi tajam lalu mengelilingi Petra sebagai senjata tambahan.
"Shu, gunakan Voidmu untuk menghilangkan semua senjatanya!" Perintah Collin.
"B-Baik!" Shu menfokuskan kekuatanya pada Petra, tapi sebelum Shu mengeluarkan kekuatannya Petra menerjang ke arah Collin, membuat seranganya meleset.
"Clofer!!" Collin menyelimuti seluruh tubuhnya dengan listrik. Petra yang tidak menyadari kemampuan Collin lansung menebaskan pedangnya, dengan cepat Collin menghindari tebasanya dan melayangkan sebuah pukulan berselimut listrik di perut petra.
Petra mengerang kesakitan, tapi ia mengabaikan rasa sakit itu. Petra segera merubah bentuk orbnya menjadi bola berduri dan menghantamkannya pada tubuh Collin dari bawah. Orb itu terbang membawa tubuh Collin di udara, lalu menjatuhkan diri dengan Collin dibawah. Tidak berhenti di sana, orb itu kembali terbang dan menghantamkan dirinya pada Collin berkali-kali.
"Collin!!" Melihat temannya dalam masalah Rafa menembakkan lasernya pada Petra. Sial bagi Petra, tembakan Rafa mengenai bahu kanannya. Lengan kananya putus, ia sekarang hanya bisa menggunakan kedua orb dan pedang di tangan kirinya.
"Cih!!" Menyadari keadaan tubuhnya yang gawat, Petra memasukkan pedang di tangan kirinya dan mengambil pedangnya yang jatuh. Lalu ia melarikan diri ke hutan.
"Tidak akan aku biarkan kabur!!" Rafa menembakkan lasernya pada Petra, namun kedua Orbnya berubah menjadi perisai dan menghalangi tembakan-tembakan Rafa. Petra hampir sampai ke hutan, tapi Shu menggunakan kekuatan Voidnya untuk menghilangkan kedua orb Petra sehingga ia tidak memiliki perlindungan lagi.
"Kerja bagus, Shu!" Rafa berteriak, karena Petra tidak memiliki perlindungan lasernya berhasil mengenai punggung Petra, namun Petra, masih bisa berjalan dan masuk ke dalam hutan.
"Rafa, kejar dia! Aku akan mengurusi Collin!" Sahut Shu pada Rafa sambil berlari ke Collin.
"Kita bangkitkan saja dia nanti!" Rafa berteriak pada Shu. "Lebih baik kita kejar dia sebelum ia menghilang!"
Shu tidak punya waktu berpikir, ia ingin menyelamatkan Collin tapi jika ia melakukanya Petra bisa saja kabur dalam hutan. "Maaf Collin!"
Shu dan Rafa pergi meninggalkan mayat Collin dan mengejar Petra. Sementara itu Petra berjalan terenggah-enggah, ia telah kehilangan banyak darah. Ia tahu darahnya akan menjadi petunjuk keberadaanya. Ia bersembunyi di semak-semak dan berharap dapat melakukan serangan tiba-tiba.
Ia tidak memiliki pilihan lain, satu satunya yang ia miliki sekarang hanyalah pedang di tangan kirinya. Petra mengatur nafasnya untuk memperhitungkan jalur serangnya berdasarkan tinggi lawannya, tidak lama kemudian ia mendengar suara langkah kaki. Langkah kaki itu mulai mendekat, semakin mendekat dan....
"HIATT!!!" Petra mengayunkan pedangnya ke arah suara itu. Dia sudah memperhitungkan seranganya berdasarkan tinggi lawannya, tapi ia belum memperkirakan lawan baru dihadapanya. Sesosok gadis itu menusukkan glaive berukiran cobra putih ke perut Petra, tubuhnya lebih pendek dari pada kedua lawan yang ia lawan sebelumnya sehingga serangan Petra meleset.
"H-HWA!!!" Shu berteriak dari jauh, ia baru saja tiba di sana bersama Rafa karena mengikuti jejak darah Petra. Cia segera melepaskan glaivenya dari tubuh Petra lalu menghadap mereka berdua.
"Sudah kuduga kau akan mengikuti kami." Rafa telah menduga kalau Cia akan mengikuti mereka sejak ia membaca pikirannya. "Kau pasti sangat ingin bertemu dengan Alderkan?"
"J-Jangan salah sangka! A-Aku hanya kebetulan lewat dan Regine memintaku untuk membunuhnya." Kata Cia dengan malu mencoba menyembunyikan keinginanya untuk membawa Alder ke sini.
"Tapi kau sudah sangat membantu kami, setidaknya kami ingin memanggil Alder ke sini untuk berterima kasih." Kata Rafa.
"Uh... B-Baiklah, jika kalian memaksa aku rasa tidak ada pilihan lain." Kata Cia dengan cuek, tapi bisa dilihat kalau sebenarnya dia senang.
Kemudian Shu meminta pada Pulau Wyrn untuk membangkitkan Collin dan Petra, lalu Petra menepati janinya, dengan bantuan pulau Wyrn ia memanggil orang-orang yang di rindukan oleh mereka berempat. Hati mereka dipenuhi oleh kebahagiaan, melepas kerinduan yang bersarang di hati mereka.
"Haruna!!" Shu memeluk Haruna, temannya yang tidak sengaja ia hilangkan eksistensinya.
"Aku minta maaf karena membentakmu saat itu! Aku juga sangat menyesal telah menghilangkan eksistensimu!!" Shu menangis sambil memeluk Haruna dengan erat.
"Tidak apa. Aku memaafkanmu." Haruna balik memeluk Shu dengan bahagia. "Sepertinya kau juga mendapatkan banyak teman selagi kita berpisah."
"Iya, merekalah yang membuat kita bisa bertemu lagi." Shu memandangi teman-temanya yang juga berbahagia karena bertemu dengan orang-orang yang mereka cintai.
"Oke, semuanya bisa aku minta perhatiannya sebentar?" Petra tiba-tiba meminta perhatian semua orang di sana. Ia menjelaskan bahwa semua orang yang ia panggil ke sini dihitung sebagai barang hak milik Petra, membawa mereka ke titik awal bisa saja membuat ronde ini berakhir.
Ia menyarankan agar mereka membuang semua barang yang mereka minta pada Pulau Wyrn jika ingin bersama orang yang mereka cintai lebih lama lagi. Setelah mengatakan itu semua Petra pergi bersama wanitanya, kembali menuju goa titik awalnya.
Mereka semua membuang benda-benda yang dimaksud Petra ,tidak ada satupun dari mereka yang ingin memenangkan pertandingan ini, yang ada di pikiran mereka hanya keinginan untuk menghabiskan waktu bersama belahan hati mereka.
Namun, dibalik kejadian yang menghangatkan hati ini, beberapa makhluk tidak terlihat mengawasi gerak-gerik semua orang di sana. Begitu mereka semua pergi mereka semua mengambil barang-barang yang dibuang oleh mereka, mereka adalah klon Deismo yang bertugas mengumpulkan barang peserta lain.
"Wah... Kali ini kita mendapat tangkapan yang besar!!" Kata salah satu Klon sambil memungut barang-barang yang mereka temukan.
"Dengan semua ini kita pasti akan memenangkan ronde ini!!"
"Tapi, kita belum mendengar kabar apapun dari tim yang menuju bukit." "Aku jadi khawatir, apa sebaiknya kita cek?"
"Tidak, mari kita fokus ke tugas kita. Ayo kembali ke titik awal!"
Mereka segera kembali ke titik awal Deismo untuk menyembunyikan barang-barang yang mereka temukan. Mereka harus pergi cepat sebelum matahari terbenam, atau mata mereka yang bersinar dapat memancing perhatian peserta lainnya.
***
Malam telah tiba, waktu pertandingan ini kurang dari satu jam tersisa. Para Klon Deismo berhasil menangkap Eisted menggunakan sulur tumbuhan yang mereka temukan.
"J-Jangan sakiti aku!! A-Aku akan menghidupkan kembali Deismo!!" Eisted ketakutan, Kemarahan para Klon itu sudah berkurang jadi ia pikir ini kesempatan yang bagus baginya untuk kabur, tapi ia justru tertangkap perangkap dalam mereka.
"Benarkah?"
"I-Iya! Aku berjanji!"
"Hore!!" Para klon itu bersorak gembira. Eisted merasa agak lega karena ia tidak mendengar kebencian atau perasaan untuk membunuhnya dalam pikiran mereka.
"B-Baiklah! Pulau Wyrn, tolong kembalikan Deismo ke sini!!" Teriak Eisted, para klon tidak sabar menunggu kembalinya Deismo.Waktu terasa begitu lama bagi mereka, tapi anehnya Pulau Wyrn sepertinya tidak bereaksi sama sekali.
"T-Tidak ada yang terjadi?"
"Mungkin ada peserta lain yang telah meminta hal itu!!"
"K-Kita harus mencarinya dengan cepat!!"
"P-Percuma, kalian tahu berapa waktu yang tersisa? Kurang dari satu jam tersisa!!" Eisted berbohong kepada mereka, sebenarnya masih ada waktu sekitar 3 jam. Ia melakukannya agar para klon panik.
"T-Tidak mungkin! Apa yang harus kita lakukan?" Para klon langsung panik, mereka merasa seperti author yang ceritanya belum selesai pada hari deadline.
"GUNAKAN WAKTU YANG TERSISA!!" Semua klon itu langsung berlomba-lomba menuruni gunung itu, meninggalkan Eisted yang masih terikat sulur tanaman.
***
Sementara itu di ruangan megah Thurqk.
"Aku bosan, mereka semua tidak terlalu menghiburku." Kata Thurqk.
"Hm... bagaimana jika aku melakukan sedikit inisiatif..." Thurqk tersenyum licik.
"Hvyt! Kirimkan benda yang diminta peserta barusan!"
"Maksud dewa pembangkitan Deismo?"
"Ya, tapi beri sedikit modifikasi padanya."
"Dimengerti."
Thurqk tertawa jahat, tidak sabar menanti apa yang akan terjadi selanjutnya.
***
Para Hvyt terbang membawa sebuah tabung besi dengan tinggi 3 meter yang dirantai dengan erat. Walau dalam kegelapan malam, dapat dilihat tulisan 'DEISMO' di tabung itu.
"Jatuhkan di tengah pulau!" Hvyt melepaskan rantai yang mereka pegang, tabung itu terbakar ketika jatuh, dari pulau Wyrn para peserta melihat tabung itu jatuh seperti bintang berekor. Tabung itu jatuh dan membuat ledakan yang terdengar hingga ke pelosok pulau Wyrn.
Tabung itu masih merah membara karena panasnya, tiba-tiba pintu tabung itu terbuka dan sosok monster besar yang memakai jubah keluar dari dalamnya. Mata dan mulutnya memancarkan cahaya berwarna kuning. Ia berjalan keluar dari tabung itu.
"Waktunya... Membunuh..." Monster itu bergerak keluar dari kapsulnya, namanya adalah Deismo. Sebenarnya ia adalah sosok baik yang tidak ingin membunuh makhluk lain, tapi karena ingatannya 'dimodifikasi' ia berubah menjadi monster biadab yang haus akan kematian.
"MEMBARA!!" Deismo menggerakkan seluruh energi panas dari api yang membakar tabungnya dan mengumpulkannya di kepalan tanganya, lalu ia menembakkan seluruh enegi panas itu ke pohon-pohon sekitarnya.
"Akan aku hancurkan semuanya!!" Deismo mengaum dengan kerasnya. Ia merobohkan setiap pohon dijalanya untuk mencari para peserta.
***
"Shu!" Collin menyapa Shu yang sedang berjalan-jalan dengan Haruna.
"C-Collin?" Shu kaget mendengar sapaan Collin. Ia menoleh, ia melihat Collin sedang berlari sendirian.
"Apa yang kau lakukan di sini? Dan dimana Kate?" Tanya Shu.
"Baru saja terdengar ledakan yang hebat, lalu aku melihat asap tebal dari dalam hutan." Kata Collin."jadi aku datang untuk mengecek!"
"Asap? Apa terjadi kebakaran?" Tanya Shu.
"Mungkin saja, untuk jaga-jaga kau pergilah ke pantai, Kate menunggu dengan sebuah mobil pemadam kebakaran." Kata Collin. "Rafa dan Shiren juga sedang menuju ke sana."
"B-Baiklah, tapi bagaimana denganmu?" Tanya Shu.
"Aku akan memperingatkan yang lainnya, kau pergi saja dulu."
"O-Oke, hati hati! Jangan sampai terbunuh lagi!"
"Pasti!!"
***
Sementara itu, di pantai nampak Rafa dan Shiren baru berlari keluar dari hutan dengan kencang, seosok monster besar yang jubahnya terbakar api sedang mengejar mereka berdua dari belakang.
"Rafa... Aku tidak kuat lagi." Kata Shiren.
"Sabar, Shiren!"
"Kau tidak akan bisa lari dariku!!" Deismo mengejar mereka berdua, tiba-tiba Shiren menoleh kebelakang akibatnya ia tersandung.
"Shiren!!" Rafa berputar untuk menyelamatkan Shiren, namun monster itu sudah menangkapnya dulu. Monster itu mencengram Siren dengan kuat, wanita itu meronta-ronta mencoba untuk melepaskan diri.
"LEPASKAN SHIREN!!" Rafa menododngkan senapan lasernya pada Deismo, sayangnya senapan lasernya kehabisan energi untuk ditembakkan. Rafa hendak mematerialsisasikan cambuk angin untuk menyelamatkan Shiren, tapi sebelum Rafa melakukannya sebuah truk pemadam kebakaran menabrak Deismo, lalu melindasnya.
Shiren terlempar dari genggaman Deismo, Rafa segera melilit Shiren dengan cambuk anginya dan menurunkan dia dengan pelan. Deismo tidak lagi menunjukkan pergerakan, Rafa pikir ia telah menang.
"Kalian tidak apa-apa?" Kate keluar dari truk pemadam itu sambil membawa kotak P3K. Ia segera belari ke arah Rafa dan Shiren lalu memeriksa mereka.
"Aku tidak apa-apa, periksa saja Shiren" Kata Rafa.
"Baiklah."
"Makhluk apa sebenarnya ini?" Rafa menyentuh Deismo untuk memabaca pikirannya, dari sana ia mengetahui bahwa Thurqk memberikan sihir pada Deismo agar ia menjadi seperti ini.
"Apa sih yang dipikirkan dewa itu?" Pikir Rafa, sayangnya rafa membaca pikiran Deismo terlalu jauh hingga akhirnya sihir yang diberikan Thurqk pada Deismo menular padanya.
"ARGH!!!" Rafa berteriak keras, kepalanya serasa terbakar. Sihir itu mencoba mengambil alih tubuhnya.
"Kau tidak apa-apa?" Kate berjalan ke arah Rafa, tapi ia dikejutkan dengan Deismo yang tiba-tiba menangkat kepalanya.
"Hehehe... Selamat bergabung dalam kegilaan." Kata Deismo pada Rafa yang masih memegangi kepalanya dengan kedua tanganya.
"Tidak! Jangan mendekat! Lari!!" Rafa berteriak pada Kate, dengan segera kate mengajak Shiren untuk pergi ke dalam hutan untuk mencari Collin.
"Sepertinya kau masih belum sepenuhnya dikendalikan... biar aku tambah DOSISMU!!" Deismo mencengram Rafa dengan erat, Rafa terpaksa membaca pikiran Deismo hingga akhirnya pikiran Rafa diambil alih oleh sihir itu.
"AKU MENGGILA!!" Rafa berteriak, lalu ia memasuki truk yang menindih Deismo dan melaju dengan kecepatan tinggi, menggilas Deismo dibawahnya.
"MAU LARI KEMANA KALIAN?!" Rafa menyetir truknya dengan gila, ia mengejar Kate dan Shiren yang masuk ke dalam hutan.
"K-Kenapa kita lari dari Rafa?" Tanya Shiren sambil mengambil nafas.
"Monster itu masih hidup dan Rafa menyuruh kita untuk berlari!!" Kata Kate."Pasti monster itu melakukan sesuatu padanya!"
Tiba-tiba mereka mendengar suara pohon tumbang. Ternyata Rafa memaksa truk itu untuk masuk ke dalam hutan dengan menabrak jatuh pohon yang menghalangi.
"LARILAH DARIKU, NONA-NONA!!!" Suara Rafa terdengar dari truk pemadam kebakaran yang kesusahan melewati pepohonan. "KALAU TIDAK KALIAN AKAN MATI! HAHAHAHA!!!"
"R-Rafa..." Shiren ingin mencoba menenangkan Rafa, tapi Kate memegangi tanganya untuk mencegahnya.
"Jangan! Truk pemadam itu bukanlah truk pemadam biasa!" "Truk pemadam kebakaran itu adalah kebanggan Universitas Rionell yang dapat melaju di segala macam medan, jika ia menekan tombol mode penembus beton ia bisa menembus pepohonan ini dengan mudah!!"
"Kate! Shiren! Apa yang kalian lakukan di sini?" tanya Collin yang baru tiba dengan Petra, Tsukiko, Cia dan Alder.
"Truk pemadam kita dibajak Rafa yang menjadi gila." Kate menjelaskan.
"Bagaimana bisa?"
"Tidak ada waktu untuk menjelaskan, kita harus segera bertindak!!"
"Kalian melihat Shu dan Haruna? Tadi katanya ia akan ke sini mendahului kami."
"Tidak, kami tidak melihatnya."
Tiba-tiba mereka mendengar suara Shu dari arah pantai, ia memanggil kate yang ia pikir berada di dalam truk pemadam. Truk pemadam itu langsung mundur dan berputar ke arah Shu dan Haruna yang masih tidak menyadari bahaya di hadapan mereka.
"SIAL!! Mereka dalam masalah!"
Truk pemadam itu langsung tancap gas ke arah Shu, mereka berdua masih berjalan dengan tenang. Kematian sudah hampir di depan mereka, tapi tiba-tiba Rafa tersadar. Menyadari truknya mengarah ke dua remaja itu, Rafa langsung membanting setirnya ke arah kanan. Truk itu mau membelok, tapi karena roda truk itu tidak cocok untuk medan pasir truk itu tergelincir sebelum akhirnya berhenti di depan Shu dan Haruna.
"A-Apa yang baru saja terjadi?" Shu terkejut melihat apa yang terjadi, tanganya gemetaran dan ia kehilangan kekuatanya untuk berdiri.
"S-Shu! Ada orang di dalamnya!" Haruna menunjuk Rafa yang berada di dalam truk itu, ia tidak mengenakan safety belt sehingga kepalanya terbentur kaca Truk.
"R-Rafa!! Shu terkejut dengan apa yang ia lihat, salah satu temannya mati di depan matanya.
"P-Pulau Wyrn, tolong pulihkan tubuh Rafa." Shu memohon pada Pulau Wyrn, tapi pulau itu tidak lagi mengabulkan permohonan, atas perintah Thurqk pulau itu kehilangan kekuatanya untuk mengabulkan permohonan. Thurqk merasa kalau kekuatan pulau itulah yang menyebabkan ronde ini kurang menarik baginya.
"Tolong kabulkan permohonanku! Tolong sembuhkan Rafa!!" Shu mengulang permohonannya, tapi hasilnya tetap sama, pulau itu telah membisu.
"Rafa... tidak..." Shu menangis melihat kematian temannya.
"Shu! Awas!" Haruna menunjuk makhluk besar yang mengintip mereka dari balik pepohonan, tanganya memegang sebuah bola api yang menyala-nyala.
Shu masih terpaku dengan kematian Rafa, tubuhnya tidak dapat bergerak. Bola api di tangan monster itu semakin besar, Haruna semakin ketakutan. Monster itu seperti akan melemparkan bola api itu hingga terdengar suara dari pepohonan itu.
"Hentikan! Apa yang kau lakukan?!" Tiba-tiba terdengar suara dari dalam hutan itu yang mengalihkan perhatian monster itu. Kini monster itu berbalik arah ke dalam hutan, mengejar sesuatu yang tidak terlihat.
"Shu! Haruna! Kalian tidak apa-apa?" Tanya Collin.
"Monster itu masuk ke dalam hutan"
"Bagus, lebih baik kita bersembunyi disini."
***
Para klon Deismo yang baru turun dari gunung mendapati hutan pulau itu terbakar, api dengan cepat menjalar dari pohon ke pohon. Pohon-pohon jatuh terbakar, para klon tidak dapat menemukan jalan yang mereka buat dalam perjalanan ke gunung.
"Kita kehilangan jejak kita! Bagaimana bisa kita kembali?"
"Kita pikirkan itu nanti! Kita harus menghidupkan Deismo secepat mungkin!"
Api yang membakar pepohonan semakin menjadi-jadi, mereka menjadi khawatir dengan para klon penjaga titik awal, tapi saat ini prioritas utama adalah mencari peserta.
Akhirnya para klon itu memilih untuk mengambil jalur pantai untuk mencari peserta lainnya, biasanya ketika ada kebakaran orang-orang akan pergi ke tempat yang banyak airnya sehingga pantai menjadi pilihan pertama mereka.
"Hey, lihat itu!!" Para klon berhasil menemukan satu rombongan peserta yang berlari di hutan yang terbakar itu. Mereka segera bergerak mendekati para peserta itu, namun tiba-tiba mereka melihat sosok yang mereka kenal, Deismo.
"K-Kenapa Deismo ada disini?!" Klon itu heran mengapa Deismo bisa bangkit kembali.
"Mari kita coba untuk bicara denganya!"
Mereka segera bergerak menuju tempat Deismo, mereka memadamkan semua api yang menghalangi mereka dengan thermokenesis. Deismo berdiri tegak menghadap pantai, di tangannya terdapat kobaran bola api yang besar.
"Deismo!! Lihat kemari!!" Para klon memanggil Deismo, makhluk besar itu menoleh pada mereka, tapi bukannya membalas panggilan klonnya, ia malah melemparkan bola api di tanganya pada mereka, namun dengan penggabungan kekuatan termokhenesis para klon berhasil menetralkan bola api itu.
"Deismo! Kami adalah klonmu!" Monster berjubah itu tidak mendengarkan perkataan klonnya, ia dengan cepat mengayunkan cakarnya dan menangkap 2 klon dalam sekali ayunan lalu memakan mereka bertiga.
"A-Apa yang kau lakukan?!"
"K-Kabur!!" Para klon mulai kabur melewati jalanan sempit diantara pohon yang terbakar dengan harapan dapat memperlambat monster berjubah itu.
"Kenapa ia mengincar kita?"
"Mungkin ia telah menggunakan banyak energi! Tidak mungkin ia bisa membuat kebakaran seperti ini tanpa menggunakan energi kehidupannya!!"
"Apa berarti ia memakan kita untuk memulihkan energi kehidupannya?"
"Tapi apakah cara itu bisa berhasil?"
"Berhenti bicara! Kita bicara setelah lepas dari kejarannya!!"
"Aku punya ide!!" Kata salah satu klonnya lalu ia mendorong sebuah pohon yang hampir jatuh, serentak kawanannya membantunya mendorong pohon itu. Tidak lama kemudian pohon itu jatuh dan abunya berterbangan ke udara.
Deismo yang terkena abu-abu itu tidak dapat melihat, ia menyerang segala sesuatu disekitarnya. Memanfaatkan kebingungan Deismo dalam kabut itu, para klon kabur.
***
Sementara itu, para klon pencuri barang dengan susah payah melindungi titik awal Deismo dengan thermokenesis mereka. Api telah merobohkan pohon-pohon di sekitarnya.
"Lindungi tempat ini hingga Deismo datang!!"
Tiba-tiba muncul para klon dari kobaran api di belakang mereka. Mereka masih tereggah-enggah.
"T-Teman! Gawat! Sesuatu yang aneh terjadi pada Deismo!"
"Sepertinya ia terkena sihir seperti milik Duster, tapi yang ini lebih hebat lagi!"
"Ia bisa menggunakan thermokenesis dalam mode gila! Deismo adalah penyebab kebakaran hutan ini."
Para klon pencuri kaget dengan berita yang dibawakan oleh kelompok lainnya "Lalu apa yang harus kita lakukan?"
"A-Aku punya ide! Tapi aku tidak tahu apakah akan berhasil atau tidak." Lalu mereka semua berkumpul disekitar klon yang memiliki ide itu.
***
Deismo berhasil keluar dari abu kebakaran yang berterbangan, ia mencari klonnya kesana kemari. Hingga akhirnya ia melihat semua klonnnya berdiri di tanah lapang. Deismo segera berlari ke arah klon itu untuk memakan mereka semua.
Para klon tidak bergerak, mereka membiarkan Deismo memakannya. Satu persatu klon Deismo lahap hingga akhirnya klon terakhir dia makan, tapi tiba-tiba ada sesuatu yang salah dengan Deismo. Yang ia dapatkan dari para klonnya bukan hanya energi kehidupan mereka, tapi juga ingatan mereka.
Ingatan Deismo yang direkayasa oleh sihir Thurqk bertemu dengan ingatan Deismo yang dibawa oleh para klonnya. Kedua ingatan itu saling menolak satu sama lain, tubuhnya tidak tahu manakah yang harus ia turuti.
Sementara itu di dalam hati Deismo, ada sebuah dunia yang berwarna putih sejauh mata memandang. Ada sesosok makhluk putih yang berdiri diantara dua bola cahaya yang melayang-layang.
Sosok makhluk putih itu adalah kepribadian Deismo yang sebenarnya, bola cahaya yang pertama berwarna merah adalah sihir yang diberikan Thurqk pada Deismo dan yang kedua berwarna hitam adalah memori yang dibawakan oleh klonnya.
"Siapa aku sebenarnya?" Deismo kebingungan, siapa yang harus ia turuti.
"Aku... Deismo... Aku adalah hantu yang haus akan kematian, tidak ada yang bisa menghilangkan dahagaku kecuali darah lawanku!!" Kata cahaya merah.
"Bukan... Deismo.. adalah hantu imitasi yang terlahir di paradoks world. Lahir di dunia sebagai budak, lalu ia menentang tuannya dan mati karena hal itu." Kata cahaya hitam.
"Siapa... siapa aku sebenarnya?" Deismo bingung dengan pilihanya, siapakah yang akan ia percayai, cahaya merah atau hitam.
"Deismo... jangan lupakan tentang teman-temanmu, mereka menunggumu di paradoks world." Cahaya hitam itu menyentuhkan dirinya pada Deismo. Kemudian warna hitamnya menyerap bagaikan tinta yang mewarnai kertas. "Jangan kecewakan mereka, kembalilah dengan mereka."
"Ya, benar. Aku adalah Deismo!!!" Deismo menerima sang cahaya hitam, cahaya yang selalu haus akan cahaya lain untuk menemaninya. Deismo mengarahkan tanganya pada bayangan hitam itu, lalu mereka bersatu menjadi satu. Satu Deismo yang tidak lagi ragu akan identitasnya.
Deismo keluar dari alam pikirannya, ia menggali benda yang disembunyikan oleh klonnya.
"Hvyt! Aku datang untuk mengumpulkan ini!" Deismo memanggil Hvyt penjaga titik awalnya, tidak lama kemudian ia turun dari angkasa. Hvyt memeriksa barang-barang itu sejenak.
"Bagus, semuanya adalah barang target, kau menang!" Hvyt mengumumkan kemenangan Deismo. "Ronde ini dimenangkan oleh Deismo!!"
Begitu Hvyt menyatakan kemenangan Deismo, ribuan Hvyt turun dari langit dan menyeret semua peserta dari pulau itu. Ada beberapa yang melawan, tapi akhirnya Hvyt mengalahkan mereka dengan jumlahnya yang gila-gilaan. Yang dapat mereka lakukan hanya melihat orang yang mereka cintai melambaikan tangan dari kejauhan, lalu tubuh mereka menghilang bagaikan debu.
===The End===
Setelah semua Hvyt itu menghilang pulau Wyrn menjadi sepi, tapi terlihat sosok misterius berjalan menyusuri pulau Wyrn. Hvyt turun karena menemukan orang aneh ini.
"Siapa kau? Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Hvyt sambil mengarahkan tombaknya pada orang itu.
"Ah! Akhirnya aku menemukan seseorang!" Orang itu mendekati Hvyt dan memberikan selembar kertas padanya. "Maaf, saya tidak bisa membaca, bisa tolong bacakan tulisan di kertas ini untukku?"
"Oke... tapi kau harus pergi dari sini!" Hvyt membaca kertas itu seperti yang disuruh sosok misterius itu.
"Terima kasih telah membaca cerita ini, mohon kritik, saran, dan penilaiannya. Salam dari Overlord HALL." Hvyt selesai membacakan kertas itu.
"Begitulah isi kertas ini, lho? Pergi kemana dia?" Entah bagaimana sosok misterius itu menghilang dari pandangan Hvyt, karena tidak ingin mengurus masalah ini Hvyt membuang kertas itu dan berpura-pura tidak terjadi apa-apa.
==Riilme's POWER Scale on Deismo's 2nd round==
ReplyDeletePlot points : A-
Overall character usage : B+
Writing techs : B+
Engaging battle : B+
Reading enjoyment : B+
==Score in number : 8,2==
Ini bagus banget. Rasanya saya ada banyak poin yang saya suka dari cerita ini, kayak :
- Klon Deismo berasa macem minion dari Despicable Me
- Dinamika semua karakter asik
- Sama kayak di canon Rafa, lagi" ada trio cowok yang sama" ngarep belahan hati (meski beda komposisi)
- Konsep pulaunya bagus, dibikin ga bisa minta sesuatu yang udah diminta orang lain
- Semua karakter dapat perhatian nyaris merata
Overall ini bacaan yang lumayan enak dibaca. Dan entah kenapa, meski sebelumnya keliatannya dianggap mengganggu, saya malah jadi kangen juga sama kemunculan Overlord Hall di dalem cerita Deismo buat ngebanyol gaje kayak di r1
Terima kasih sudah mampir! :D
DeleteYup, benar sekali. Sejak awal aku mengambil 'kerangka' klon Deismo dari para minions, tapi sifat mereka tidak terlalu terlihat saat r1 karena peran mereka yang sedikit. Oleh karena itu aku meningkatkan peran mereka di r2 ini. :)
Well, Awalnya aku bingung tentang plot yang akan aku gunakan, tapi setelah deadline mendekat aku tidak bingung lagi. Terima kasih deadline~~! XD
Kemunculan Overlord Hall memang keunikan tersendiri dari canonku, tapi saat r1 banyak yang terganggu soal kemunculan Overlord Hall, oleh karena itu ia tidak muncul untuk menggangu jalan cerita r2 ini. :)
Ternyata Deismo tidak sekejam yang aku bayangkan, apalagi klon-nya yang digambarkan kayak minion. Ceritanya mengalir lancar. Semua peserta larut dalam rasa iri.
ReplyDeleteNilai: 8
Terima kasih sudah mampir! :D
DeleteAwalnya aku pikir unsur 'envy' di ceritaku ini kurang, tapi syukurlah kalau pas. :)
~~~ ( >A< ) ~~~
ReplyDelete