April 7, 2014

[ROUND 1 - E] SILENTSILIA - THE TRUTH IS HARSH

[Round 1-E] SilentSilia
"The Truth is Harsh"
Written by authorhinataumi

---
There’s no such thing called Truth in this world. Because the truth is just something that Human created to called something that the world hide.”
- Hinata Ummi -  The Author -
***

Sil memandang tempat ia bepijak kini. Rerumputan hijau muda yang menyejukkan mata sangat kontras dengan tubuhnya yang terbalut dengan gaun hitam pekat. Di sekitarnya terdapat beberapa kursi dari bahan kayu serta pohon-pohon hijau rimbun. Sangat cocok sekali untuk duduk-duduk santai kalau saja ia tidak tengah dilanda kebingungan.

Ia menatap ke sekelilingnya untuk mencari tahu dimana ia sebenarnya. Makhluk bernama Hvyt tadi meninggalkannya begitu saja ketika mereka sampai di tempat ini. Tanpa kata-kata pengantar tentang dimana makhluk merah bersayap itu meninggalkannya.

Dimana aku?

Sil menatap ke arah belakang tubuhnya. Tampak olehnya gedung besar nan tinggi menjulang dilapisi kaca yang sangat bening. Menampilkan kegiatan orang-orang yang ada di dalamnya dengan sangat jelas.

Ada yang duduk sambil menyeruput teh di lantai satu.  Ia menatap layar komputer di hadapannya dengan wajah yang sangat serius. Seolah suara apapun yang ada di sekitarnya tidak akan mengganggu konsentrasinya.

Ada Persona yang merentangkan tangannya di lantai paling atas sambil memejamkan matanya. Baju kota-kotak coklat muda yang diselempangkannya begitu saja, melambai tertiup angin. Suara hatinya berkata-

“ aku kembali.” Sambil tersenyum manis. Lalu berteriak girang 

“A-KU-KEM-BA-LI. KATE- I’M-ALIVE.”

Dan ada yang tertidur malas di mejanya di lantai lain. Rambut abu-abunya kontras dengan Persona-Persona lain yang ada di sekitarnya. Sesekali ia menyeruput minuman yang ia dapat dari meja di sampingnya. Sil tak tahu apa yang dikatakannya. Berkali-kali Persona ini menguap lelah disusul dengan mulutnya yang membuka lebar.

Sil merasa aneh dengan dua persona terakhir tapi karena penampilan mereka yang seperti tidak ada bedanya dengan Persona yang ada di dunia ini membuatnya tidak merasa awas.

Di hadapannya terdapat jalan raya yang sangat lebar. Berbagai benda beroda lalu-lalang dengan sangat-tidak-tahu-aturan. Berbeda dengan bumi atas Negara Lait yang sangat menjunjung tinggi keseimbangan, disini segalanya tampak semrawut. Bangunan-bangunan yang tidak simetris. Di sekitarnya terdapat para Plantae yang tumbuh tidak beraturan posisi serta bentuknya. Ada yang dipangkas berbentuk Persona. Ada yang berbentuk Platyhelmynthes. Bahkan ada yang berbentuk seperti batu. Bukankah itu tidak dapat disebut beraturan?

Sil menatap setiap Persona yang berjalan melewatinya. Mereka seperti tak menyadari kehadiran dan penampilannya yang seperti salah waktu itu. Lihat saja, tubuh para Persona itu terbungkus dengan kain super tipis serta memperlihatkan lekuk bentuknya dengan sangat sempurna. Suara batin para Persona itu sampai pada pendengarannya, hingga cukup untuk membuatnya dapat menyimpulkan bahwa sekarang adalah musim panas dan ini bukanlah dunianya.

Jadi, sekarang aku sedang ada di dunia siapa?

Di antara para Persona yang berlalu lalang tampak sebuah Persona dengan rambut kuning yang terlihat sangat mencolok dengan ukuran tubuhnya yang tergolong pendek. Persona itu sedang mencoba mengajak berbicara para Persona yang lewat. Makhluk itu berteriak kegirangan ketika salah satu Persona menabrak menembus dirinya. Dari penglihatannya, mulai dari pakaian, ukuran tubuh, serta warna rambut, Sil yakin, makhluk itu sama sepertinya, bukanlah berasal dari tempat ini.

Kenapa tidak ada yang mau mengobrol denganku, nom?

Makhluk itu perlahan berjalan mendekat ke arahnya. Sil hanya menatap Persona bertubuh kecil itu. Ia seperti menyadari bahwa Sil memperhatikannya.

Sil menatap datar Persona yang sepertinya berasal dari ras Denique tersebut. Wajahnya seperti sedang memberengutkan sesuatu sambil sesekali menggigit permen kapas di tangan kanannya. Ia menatap Sil yang tengah memperhatikannya dengan ekor mata.

Sepertinya aku pernah melihatnya, nom? Tapi dimana nom? 

Suara pikiran dari makhluk kuning tersebut membuat Sil menyadari sesuatu. Ia sudah ingat sekarang. Makhluk itu adalah salah satu makhluk utusan dari Dewa merah itu juga. Sama sepertinya. Makhluk itu juga berada di Jagatha Vadhi saat ia dan Zach berbicara. Makhluk yang berisik.

“ nom, Apakah aku mengenalmu, nom?” si Denique menatap Sil dengan mimik bingung dan penasaran. “ kau sepertinya dari tadi memperhatikanku, nom?”

Sil hanya diam. Ia hanya melayangkan dirinya ke arah salah satu bangku taman yang ada di dekatnya dan duduk di situ.

“ apa kau tidak bisa bicara, nom? Kulihat mulutmu tidak ada.” Si Denique mengikutinya duduk di taman itu sambil menarik helai-helai permen kapas di tangannya.

[Aku tidak mengenalmu. Tapi kita berasal dari tempat yang sama.]

“ waaaaa..... nom... rambutmu bisa bergerak nom!!” persona itu menatap penasaran Silia-silia yang bergerak di atas kepala Sil. Mencoba menggapai sebisanya sambil berteriak-teriak tidak jelas dengan wajah gembira. Sil tak dapat melakukan apapun selain menaikkan semua Silia-nya ke atas dan membentuk kembali huruf demi huruf demi membuat Denique itu menjauh.

[Jangan ganggu Silia-ku.]

“ itu bukan rambut, nom??” Mata si Denique terlihat menyala-nyala senang menatap pergerakan Silia yang memang pada dasarnya liar itu.

[Tinggalkan Silia-ku nona. Kalau kau tidak ingin jadi korban pertamaku.]

“ maafkan aku nom. Aku memang suka begitu jika melihat benda baru.” Denique itu menunduk menatap gulalinya. Gurat wajahnya terlihat bersedih. 

Sepertinya dia tidak menyukaiku, nom?

Sil mau tak mau merasa tak nyaman juga. Suara hati Persona di sampingnya ini membuatnya merasa bersalah. Tapi sepertinya mengatakan apa yang ia pikirkan bukanlah hal yang tepat untuk saat ini.

[Aku ingin melihat-lihat sekitar sini.]

Tanpa mengatakan apa-apa lagi Sil berdiri dan melayangkan tubuhnya menuju perlintasan yang sedari tadi dilewati oleh para Persona yang dapat disimpulkan, lagi, tidak dapat melihat mereka.

“ wuaaaaahhhhh.... kau bisa terbang nom? Kau hantu, nom?”

Sepertinya gadis Denique ini sangat tidak bisa menghilangkan rasa penasarannya. Terbukti dengan sekarang, ia yang sambil berjalan mengikuti Sil, mengayun-ayunkan tangannya ke bawah kaki Sil yang tak berpijak.

Mau tidak mau Sil mulai kesal juga dengan tingkah laku makhluk di sampingnya ini. Ia maklum tentang si Denique yang –mungkin- tak pernah melihat makhluk seperti Sil di dunianya. Ia juga merasa nyaman dengan makhluk ini karena kejujurannya. Tapi, diperlakukan seperti ini oleh Persona yang tidak kau kenal, rasanya agak tidak menyenangkan.

[Nona, mungkin ada baiknya jika kau berjalan saja di sampingku. Kurasa itu ide yang baik.]

Akhirnya ia tak tahan juga dengan tingkah polah makhluk di sampingnya ini. Terlalu ekspresif. Kau dapat mengatakan apapun yang dia pikirkan tanpa harus membaca pikirannya.

“ baiklah, nom. Aku tidak akan mengganggumu lagi, nom. Tapi beritahu aku namamu nom.”

[ Sil, kau bisa menyebutku begitu.]

“ Sil. Namaku Richella Elleanor, nom. Panggil saja aku Elle.” Ucapnya sambil membuang kayu pegangan permen kapas ke salah satu tempat pembuangan sampah yang ada di sepanjang jalan.

Elle –si gadis Denique- menepati janjinya. Ia tidak lagi berbicara setelah perkenalan diri itu. Sebagai gantinya, pikirannya yang bersuara lebih sering dibanding mulutnya. Sil hanya bisa menarik nafas dalam menatap Elle dari sudut matanya. Mendengar suara hati orang terasa lebih buruk dibandingkan dengan mendengar seseorang Persona berbicara.

Mereka berjalan menuju gedung kaca yang tadi dilihat Sil. Gedung kaca yang berisi banyak sekali Persona. Entahlah, Sil bahkan tidak mengerti Persona seperti apa yang ada di dalam sana. Ia hanya harus memastikan dunia milik siapa yang sedang ia tempati kini.

"apa yang kau pikirkan, nom? Slurrrpppp...." Elle menapaki langkah demi langkah pada jalan setapak sambil sesekali menyeruput minuman dingin yang entah darimana ia temukan. Langkah pendeknya tak menghalanginya untuk berjalan santai di samping Sil yang melayang.

[ Mencari cara agar tidak harus membunuh siapapun di sini.]

" siapa yang bilang kita harus membunuh, nom? Bukannya kita kesini untuk menghibur dewa galak itu, nom?"

Sil tak habis pikir dengan Persona Denique di sampingnya ini. Polos? ya.. Jujur? ya.. Bodoh? Itu apa lagi.. isi pikiran, hati dan kelakuannya semuanya sejalan.

[Akupun tak ingin membunuh. Itu bukan keahlianku.]

" lalu kau ingin apa nom? Makan permen? Ini permen pelangi.. kau mau?" Ia menjulurkan lengan kanannya untuk memberikan permen berwarna-warni yang sekali lagi, entah didapatnya darimana.

Melirik ke Persona di sebelahnya ini Sil hanya menghela nafas. Ia tak tahu lagi harus mengatakan apa. Mungkin memang ada Persona sejenis ini yang memang tak pernah ia temui.

“ aaauuuuuu.... kenapa kau menginjakku, hah?” Suara Persona lain mengagetkan gadis berambut kuning di sampingnya.

“ eh? Siapa itu nom?” Elle melirik ke sekitarnya untuk mencari sumber suara. “ kau mendengar suara itu kan, nom?”

Sil juga menyadari terdapat suara itu. Bukan hanya suara mulut, tapi juga suara pikiran. Tapi Sil masih bingung darimana asal suara itu.

“ itu suaraku! Kau menginjakku, Nona Kuning!” cairan biru kenyal yang tadi hanya terlihat seperti genangan air biasa sekarang bergerak dan membentuk tubuh. Perlahan-lahan cairan itu membentuk tubuh Persona sempurna.

Persona Amoeba?

Sil memandang makhluk biru itu dengan seksama. Bentuk tubuhnya yang berbeda dari semua Persona yang lalu lalang serta pernyataan kepanasan yang selalu muncul dari benaknya membuat Sil dapat mengambil kesimpulan bahwa makhluk biru ini juga bukan berasal dunia ini.

“ siapa kau nom?” Elle menyentuh-nyentuhkan tangannya ke arah cairan kenyal yang ada di tubuh Si Biru. Membuat cairan itu bergoyang-goyang karena sentuhannya.

“ Di... Dia bergoyang, nom.. dia bergoyang.” Elle menunjuk tubuh si Biru dengan mata berkilat ke arah Sil. Ia jadi semakin sering menyentuh-nyentuhkan tangannya ke arah Si Biru, membuat wajah Si Biru yang tadinya sudah kesal menjadi semakin kesal.

“ HEI!!! HENTIKAN ITU!!!!” teriak Si Biru.

Sil hanya bisa memperhatikan saat Si Biru harus berkali-kali menggeser tangan Elle dari tubuhnya. Yang sudah dapat diketahui Sil, tak membuat Si kuning berhenti, yang ada ia semakin jahil menggoyangkan bagian lain dari tubuh Si biru sambil bergoyang-goyang mengikuti irama goyangan cairan kenyal itu.

“ HEI KUNING PENDEK!!! HENTIKAN!!!“ teriak Si Biru akhirnya setelah tak juga bisa menghentikan gerakan tangan jahil si gadis berambut kuning itu.

“ apa yang kau bilang, nom?” mendengar kata itu Elle menghentikan kegiatannya. Wajahnya terlihat kesal. Sil tahu dengan pasti apa penyebab Persona Denique itu akhirnya kesal.

Pendek. Kata itu sepertinya cukup sensitif untuknya.

” KAU TIDAK DENGAR APA YANG KUKATAKAN, HAH????” teriak si biru.

Kini Si Biru dan Si Denique sudah seperti dua Persona kecil yang bertengkar. Si Kuning dengan muka kesalnya, kedua tangannya mengepal ke belakang. Giginya saling menyatu. Si Biru dengan tangannya yang melipat ke dada, menatap Si Kuning acuh tak acuh.

“ AKU DENGAR NOM! KAU MENGATAIKU PENDEK TADI!!” teriak Si Denique tak kalah keras.

“ LALU KAU MAU APA PENDEK!!” Si Biru dengan wajah kesalnya menggerakkan kepalanya ke kanan ke kiri menatap remeh gadis Kuning itu.

“ KAU!!!!” Elle menatap tajam ke arah Si Biru. Kedua tangannya sudah mencengkram angin di kanan dan kiri tubuh si Biru.

“ baiklah, sudah kuputuskan. Kau, akan jadi orang yang pertama kali akan kubunuh, nom!” ucap Elle yakin. Elle mulai mengumpulkan kayu-kayu dan beberapa batu dari jalan setapak yang ada di sekitarnya.

“ a-apa yang mau kau lakukan?” Si Biru mulai ketakutan. Suaranya terdengar panik di telinga Sil.

Sil kali ini agak terkejut dengan apa yang baru saja diucapkan Elle. Ia mendekati Elle. Mencoba untuk menenangkan gadis kuning itu. Tapi belum saja Sil mendekat, suara hati gadis kuning yang tadinya sangat polos, kini berulang kali mengatakan kata bunuh.

[Elle... kau yakin kau ingin membunuhnya?]

“ kenapa rupanya, nom? Bukankah Dewa galak itu mengatakan kita harus saling bunuh?” ucap Elle tak sedikitpun melihat Sil.

Aku sedikit meremehkannya.

Sil memilih menjauh. Suara hati gadis kuning itu berubah menjadi sangat gelap. Ia berpikir lebih baik menjauh dan memperhatikan saja kedua makhluk itu. Ia melayangkan dirinya ke arah sebuah pohon dan duduk dengan tenang di salah satu dahannya.

Di tempatnya, Si Biru sepertinya sudah meleleh. Wujudnya saat ini sudah tak lagi seperti Persona. Ia kembali ke bentuk cair seperti saat pertama kali Sil dan Elle menemukannya. Berkali-kali ujaran kata ‘panas’ dan ‘menguap’ muncul di dalam otak si Biru. Kini Sil dapat melihat dengan jelas bulatan biru pekat yang terdapat di dalam tubuh makhluk itu.

Nom~Nom~Nom~ Elle craft a Nom~
Nom~Nom~Nom~ Elle craft a Noom~
Nom~Nom~Nom~ Elle craft a Noom~
Nom~Nom~Nom~ Elle craft a Nooom~”  Elle bersenandung sambil memukul-mukul semua benda yang ia kumpulkan dengan palu yang ada di punggungnya.

Suara itu terdengar sangat riang. Sil menatap ke arah Elle. Ia sudah merubah batu-batu yang ia kumpulkan menjadi segitiga tajam. Kayu dan ranting yang tadinya hanya berupa onggokan kini sudah berubah menjadi busur dan anak panah dalam sekejap. Kini di tangan Elle terdapat anak panah yang siap dilemparkan ke arah si Biru.

Kenapa udara disini panas sekali. Tolong, air. Aku butuh lebih banyak cairan. Kalau tidak...

Sudah terlambat, serangan panah bertubi-tubi dilancarkan Elle ke arah Si Biru. Si Biru mencoba menghindar. Namun sepertinya udara panas membuat tubuhnya lebih lambat bergerak. Pun jumlah cairan yang ada di tubuhnya tak sebanyak saat mereka menemukannya tadi.

“ kuharap kau segera mati, nom!” Ucap Elle sekali lagi dan melepaskan anak panah yang ada di tangannya.

Aku harus berhati-hati dengan anak ini mulai sekarang. Ia bisa menjadi teman dan lawan di saat yang bersamaan.

Sil menatap ke arah panah terakhir yang dilepaskan Elle ke arah Si Biru. Panah itu langsung mengenai benda bulat biru pekat di tubuh Si Biru. Bersamaan dengan itu Si Cairan Kenyal tak lagi bergerak. Ia melebur dengan tanah. Benda bulat biru pekat itu terbelah dua. Anak Panah Elle masih menancap di benda bulat biru itu.

dan kini, aku tahu dia berbahaya.

Sil menatap nanar Elle yang mendekatinya. Tubuhnya sudah berubah mode menjadi waspada. Ia tak ingin mati konyol seperti Si Biru. Setidaknya, ia harus melawan. Kini ia tak lagi duduk di atas dahan seperti sebelumnya. Mata Elle yang tak lagi ramah membuatnya mengkhawatirkan keselamatannya sendiri. Kemampuan Si Denique dalam menciptakan senjata dari benda-benda di sekelilingnya terasa menyeramkan.

“ kau sedang apa disitu nom? Kau sepertinya waspada sekali?” wajah si Denique masih menatap Sil dengan sangat tajam.

[Aku hanya tidak ingin kau bunuh dengan cara yang sama dengannya. ]

Sil menatap seseorang dengan seringai mengerikan berdiri di belakang si Denique. Persona yang tadi ada di atap gedung merentangkan tangannya.

[Dan kurasa sepertinya kau memiliki masalah lain yang harus diselesaikan sebelum membunuhku, Elle.]

“ kukira aku tidak akan membunuhmu terlebih dahulu, nom. Karena sekarang sepertinya KITA punya masalah lain.” Ucap Elle dengan memberikan penekanan terhadap kata ‘kita’ pada kalimatnya.

Kita?

Sil baru menyadari kemunculan orang lain di belakangnya ketika ia lihat mata Elle tak lagi menatap kejam ke arahnya. Terpaksa ia melirik ‘masalah’ yang disebut oleh Elle.

Dilihatnya seorang Persona yang tadinya ada di dalam gedung kaca sudah ada di belakangnya dengan tersenyum sinis. Persona yang tadi tertidur malas di salah satu lantai. Dia memakai sesuatu di telinganya.

Headphone?

Sil akhirnya menyadari sesuatu. Inilah alasan kenapa tadi ia merasa aneh melihat kedua Persona ini. Mereka adalah Persona utusan Thurkq. Sama seperti ia dan Elle.

Jadi salah satu dari mereka adalah pemilik dunia ini. Salah satu dari mereka lebih menguasai tempat ini. Aku harus lebih berhati-hati lagi.

[Jadi, apakah kau sudah punya rencana, Elle?]

Sil mundur mendekat ke arah Elle yang kini sudah membelakanginya. Iapun kini membelakangi Elle, mencoba tetap waspada terhadap Persona-persona yang ada di sekitarnya.

“ entahlah nom, mereka sepertinya kuat.” Elle mulai tidak yakin dengan dirinya sendiri.

“ sepertinya? Kau kira kami makhluk rendahan?” Persona di hadapan Elle dengan tenang berjalan mendekat.

Sil melirik ke arah Elle. Persona di depan Elle terlihat jauh lebih mengerikan dibanding Persona pria yang ada di hadapannya. Matanya lebih tajam daripada saat pertama kali ia muncul.

“ kau tahu nom? Aku tahu, salah satu dari kita pasti mati terbunuh oleh yang lainnya. Urusan saling membunuh di antara kita nom, kita lanjutkan nanti saja setelah dua orang di hadapan kita ini mati nom. Bagaimana?”

Idemu terdengar bagus juga, Denique. Walaupun aku tidak tahu kenapa kita harus saling membunuh.

[oke..]

“ nom, kau fokus saja sama pria berbando di depanmu dan aku akan fokus dengan pria cakep di depanku ini. Mungkin nanti kita bisa saling melindungi, nom?”

“ jangan mimpi kau, Pendek! Kau kira semudah itu kau bisa mengalahkanku?” Suara persona di belakang Sil terdengar makin ganas saja.

“ Hei nona bergaun hitam, sebaiknya kau lebih memperhatikan aku. Kau sendiri punya masalah di sini.” Si pria berambut abu menatap Sil sambil memain-mainkan rantai yang ada di tangannya. Kapak besar yang ada di ujung rantai itu berputar-putar mengancam siapapun yang berniat mendekat.

[Ngomong-ngomong soal masalah, tuan berambut abu, namaku Sil. Mungkin kita bisa berkenalan dengan baik.]

Kenapa dewa sialan itu harus menempatkanku saat siang hari, sih?

“ oh ya? Sepertinya tidak untuk saat ini nona. Berkenalan bukanlah ide yang baik untuk kita. Hohoho.”

[Kau punya masalah lain yang harus kau khawatirkan tuan, bukankah siang hari bukanlah tempatmu?]

Emosi pria itu terpancing. Sil mengatakan sesuatu tepat di titik kelemahannya. Dia dengan kuat menarik tangannya ke belakang disertai dengan gerakan kakinya yang siaga.

“ Kau!!!!!” matanya membelalak dengan sangat besar. Membuat wajahnya yang tadi kelihatan tenang kini berubah beringas.

[Apakah aku melakukan kesalahan? Percuma kau melawanku tuan. Aku memiliki kemungkinan menang yang lebih tinggi dibandingkan kau!]

Si Persona rambut abu melepaskan sebagian rantai yang ia pegang dengan sangat kencang dan mengarahkannya ke Sil.

“ Persetan dengan apapun yang kau ucapkan, SIL!!! Rasakan ini!!!”

Rantai itu melayang cepat ke arah Sil. Dengan sigap Sil langsung melayangkan tubuhnya ke atas. Mencoba menghindari sabetan dari kapak yang ada di ujung rantai itu. Saat ia mengira ia bebas dari terjangan si Kapak, saat itu pula iya merasakan sakit yang mengikat di kakinya.

A-apa? Dia mengenaiku?

Dengan cepat membuatnya terjerembap ke tanah.

Kau terlalu sombong, nona!

Sil menatap nanar pria yang menyeretnya menggunakan rantai. Rantai itu terlilit di kakinya. Kalimat yang keluar dari hati pria itu membuat Sil merasa keadaannya sangat mengerikan. Apalagi ditambah dengan gaunnya yang perlahan tersingkap. Ia tak bisa membiarkan identitasnya sebagai pengungkap terlihat.

 Aku tak bisa membiarkannya menemukan itu. Tak bisa.  Lotus... keluarlah...

Rasa sakit yang perlahan muncul dari setiap bagian tubuhnya yang terseret menghantam kerikil membuat gerakannya memunculkan Lotus menjadi lambat. Sil mencoba menahan gaunnya yang tersingkap.

“ Kau takut itu terlihat? Sungguh lucu di saat seperti ini kau masih mengkhawatirkan hal-hal sepele seperti itu nona.”

[Kau tidak tahu apa-apa, Tuan! Jadi berhentilah berspekulasi!]

Sil fokus kembali pada Lotus yang ada di tangannya. Yellow Lotus. Menandakan bahwa Persona yang sedang menyeretnya ini memiliki kesalahan ringan yang tak bisa ia maafkan.

“ Sil, tangkap ini, nom!!!” Sil menangkap semacam besi yang ujungnya tajam dengan Silia-nya. Beruntung Silianya tak dapat merasakan sakit, sehingga bagian tajam benda itu tak menambah rasa sakit yang sudah mendera tubuhnya akibat diseret.

Elle yang sedari tadi tampaknya kewalahan menghadapi Tuan berbaju kotak, sekarang terlihat seperti di atas angin. Pria itu kelihatan sangat bingung dan hanya mengikuti kemanapun Elle berjalan.

Terima kasih kepada Elle, sekarang aku tahu apa yang harus aku lakukan.

“ Sekarang kau milikku nona.” Senyum mengembang di wajah pria berambut abu yang kini sudah ada di hadapannya.

[Tidak secepat itu tuan!]

Dengan tiba-tiba Sil menarik kakinya dari jeratan rantai dan menempelkan selembar kelopak Yellow Lotusnya ke lengan pria itu.

“ Apa yang kau lakukan nona! Kau ingin menyentuhku?” senyum mengejek muncul di wajah pria itu.

[Kau kira aku semurah itu?]

Ketika mulut pria itu sudah akan mengatakan sesuatu lagi, Sil mengetahui bahwa Lotusnya sudah bekerja.

Sekarang, tunggu ia larut dalam Yellow Lotusku.

*  * *

Namun sepertinya terlalu cepat bagi Sil untuk merasa tenang. Bersamaan dengan efek Lotus yang bekerja pada diri lawannya, saat itu pula Elle berlari-lari ke hadapannya menghindari lemparan kerikil dari tuan berbaju kotak.

“AAA.... TOLONG AKU NOM!!! TOLONG AKU!!!” Elle berlari ketakutan ke arah Sil.

“ KAU MEMPERMAINKANKU!!! KAU KIRA KAU SIAPA HINGGA BISA MEMBUATKU MENURUTIMU, HAH?!” Pria itu semakin beringas melempari Elle dengan kerikil yang di dapatnya.

Elle bersembunyi di balik tubuh Sil yang menutupi dirinya menggunakan Silia-nya agar tak terkena  lemparan kerikil itu.

“ aaarrrgghhhh aku sudah berusaha, Aegis. Aku sudah berusaha untuk pulang, percayalah padaku. Tidak Aegis... jangan marah padaku. Aku tidak mengingkari janjiku.. percayalah... Aku, Scarlet, tidak pernah mengingkari janji. Kau tahu benar soal itu Aegis.” Di belakangnya, pria berambut abu sudah meracau sebagai efek ia sudah dalam halusinasi yang diciptakan oleh Lotus.

Sil menatap pria yang meracau di belakangnya dengan rasa bersalah. Namun ia tahu, ia harus melakukannya. Ia tahu sebentar lagi adalah saat dimana benda tajam yang tadi diberikan Elle akan berfungsi. Sedikit lebih sabar akan membuatnya mengendalikan keadaan.

“ Sebaiknya kau menyingkir nona, akan lebih baik jika kau serahkan saja makhluk pendek itu agar aku dapat membunuhnya segera.” Pria berbaju kotak itu berdiri tenang di hadapan Sil dan Elle.

[Apa yang kau lakukan, Elle?]

“ A-Aku cuma memberikan padanya Charming Aura, menanyakan namanya dan... dan... memintanya membuka baju.”

Sekarang Sil benar-benar tidak tahu lagi harus berkata apa pada Persona yang sedang bersembunyi di balik badannya ini. Mau marah? Tak bisa. Percuma. Wajahnya tak bisa mengekspresikan kemarahan. Mau kesal? Sama saja. Mau ketawa? Itu apa lagi.

Buka baju? Di saat seperti ini? Yang benar saja....

“ Tidaaak Aegis. Kau harus memaafkanku. Aku tak tahu lagi harus mengatakan apa padamu.” Si Scarlet, paling tidak begitu pria berambut abu itu menyebut dirinya, sudah berlutut sambil memegangi rambutnya. Terlihat frustasi. Headphonenya sudah terlepas dari kepalanya. Keringat sudah membasahi baju hijaunya. Tas pinggang yang ia kenakan sudah berantakan kemana-mana isinya.

[Elle, sepertinya aku harus menyelesaikan masalahku terlebih dahulu.]

“ nom, jangan tinggalkan aku nom! Jangan tinggalkan aku...”

[Kau harus menyelesaikan masalah yang kau ciptakan sendiri Elle.]

“ Pilihan yang bagus sekali nona.”

dan setelah ini, kau lah yang akan kubunuh.

Sil menatap pria baju kotak di hadapannya dengan tatap nanar khasnya. Senyum palsu yang diberikan pria itu padanya membuatnya mengerti bahwa kebenaran di dunia ini tak lebih dari suatu kata untuk menjelaskan sesuatu yang disembunyikan dunia.

Pilihan Sil hanya 2 sekarang. Meninggalkan Elle dan membiarkan pria berbaju kotak itu membunuh Elle atau menolongnya untuk pada akhirnya membunuhnya juga. Keduanya tak terdengar bagus di telinga Sil. Tetapi salah satu masih lebih baik dari yang lainnya. Membunuh makhluk sejujur Elle akan membuatnya merasa bersalah seumur hidup. Jadi sudah jelaskan, pilihan apa yang akan ia ambil?

Sil melayangkan diri mendekati pria rambut abu yang kini tengah memeluk pohon yang dianggapnya sebagai sesosok Aegis.

“ Kalau aku selamat, kau akan menyesal telah meninggalkanku, nom.”


* * *


Elle kini sudah berpostur siap tempur dengan palu di tangannya. Ia tahu, apapun yang terjadi padanya, Sil tak akan membantunya. Jadi pilihannya kini hanya dua, menunggu untuk mati, atau melawan.

Mereka berdua –Sil dan Elle- telah siap menyerang lawannya masing-masing. Secara bersama mereka melayangkan tangannya ke arah musuh. Elle dengan palunya, Sil dengan benda tajam yang tadinya diberikan oleh Elle.

“ HYAAAAAAATTTTTT....” Elle melayangkan palunya dengan kencang.

Begitupun dengan Sil.

Maafkan aku Tuan Scarlet.

“ Jangan... aku sudah tak kuat... Tolong... matahari... panas...” dan pria itu tak lagi bersuara.

Darah... darah bertebaran di sekitar Sil. Merah. Bagian bajunya yang berwarna putih kini memerah akibat darah dari pria yang ditusuknya ini. Perasaan bersalah kini mulai merasuki hatinya. Dia menatap tubuh yang sudah tak berdaya di hadapannya.

“ AAAAA...... NOMMMMMM........”

Suara melengking dari Elle menyadarkannya bahwa ia sedang tak boleh merasakan apapun. Termasuk rasa bersalah. Di ujung sana, Elle sedang kejang-kejang terkena sengatan listrik dari pria berbaju kotak.

“ Kau rasakan itu. Sekarang tubuhmu perlahan akan kekeringan dan MATI. Buka baju katamu? Hanya Kate yang boleh melihat tubuhku!!!”

“ NOM... AAA... SAKIT NOM... SAKIT....”

Elle tak lagi bergerak. Rambut kuningnya sudah tak berbentuk lagi. Tubuhnya sudah gosong sempurna.  Wajahnya menghitam dengan mata yang sudah tak ada lagi serta bentuk tulang yang membentuk dengan jelas. Pemandangan mengerikan yang entah kenapa membuat Sil lega.

Setidaknya aku tak harus membunuhnya dengan tanganku sendiri.

Sil menarik nafas berat. Sekarang mau tak mau ia harus menghadapi pria berlistrik itu. Ia sudah punya cukup alasan untuk membunuh pria itu sekarang.

Sekarang giliranmu nona terbang.

Pria itu tersenyum sinis menatap Sil. Senyumnya mau tak mau membuat hati Sil sedikit bergetar. Senyum itu, senyum sinis itu, ia pernah melihatnya. Senyum yang sama saat delapan tahun lalu, ditunjukkan oleh Persona yang ia anggap sahabatnya, yang mengikatnya. Membiarkan Sil di dalam ruang tahanan, sementara ia menghabisi seluruh ras Persona Silium. Membuat Sil hidup dalam rasa bersalah. Membuat malam-malam dalam hidup Sil tak pernah tenang. Membuatnya tumbuh menjadi Persona tanpa Ekspresi.

“ halo nona yang manis. Aku tidak akan bermain lama denganmu. Temanmu sudah cukup membuat tenagaku terkuras.”

Sil hanya diam di tempatnya dan mencoba membaca apa yang akan dilakukan oleh pria di hadapannya itu. Ia tahu, jika salah mengambil langkah, nyawanya akan sama saja seperti Elle yang mati mengenaskan.

“ Tapi mungkin aku akan sedikit menceritakan padamu, tentangku.” Kembali senyum sinis menghiasi wajahnya.

Sepertinya nona ini tak dapat terlalu banyak menyuarakan pendapatnya. Baguslah. Setidaknya aku bisa fokus untuk membunuhnya. Dengan begitu, Si Thurkq mungkin akan memberikanku sedikit clue, bagaimana caranya untuk menemui Kate. 

Pria itu berjalan mendekat. Mengira Sil sedang ketakutan karena tak kunjung bergerak dari posisinya semula. Ia memain-mainkan bola listrik di tangannya. Pria itu sedang berada di atas angin. Ia merasa menguasai permainan.

“ kulihat kau sudah berhasil membunuh si Scarlet. Aku sebenarnya suka padanya. Dia anak yang penurut. Dia mau saja waktu aku ajak untuk membunuh kalian.” Senyumnya sekali lagi menciptakan kengerian di hati Sil.

Sementara ia tidak tahu bahwa ia akan kubunuh. Scarlet memang lawan yang sangat gampang. Bukan begitu nona?

Sil hanya mendengus kecil ketika kalimat itu muncul dari pria listrik ini.

[Ya... dia memang gampang, karena membunuh memang gampang Tuan. Kau tinggal menusukkan benda tajam dan ia akan mati. Gampang.]

“ oh ternyata kau bisa menyuarakan... tidak maksudku kau bisa mengungkapkan isi hatimu juga ya, nona..? Siapa namamu?”

[ Itu tidak terlalu penting untukmu bukan?]

 “ ohoho... kau cukup pintar untuk mengerti tentang hal seperti itu nona.  Mungkin kau ingin bertanya, kau sedang dimana? Atau perlukah aku menjawabnya?”

[Tanpa kau jawab-pun aku sudah tahu Tuan. Ini adalah dunia tempat kau tinggal.]

“ Sekali lagi, ternyata kau cukup pintar untuk mengetahui hal kecil seperti itu, nona. Padahal Si Scarlet, tadinya mengira ini dunia-mu. Bodoh sekali bukan? Aku suka punya lawan sepertimu.”

[Oh ya? Kau akan takut jika punya lawan sepertiku wahai Tuan Listrik.]

“ Tuan Listrik? Oh tidak-tidak....” Pria itu menggelengkan kepalanya sambil tersenyum meremehkan. “ tidak baik berperang tanpa mengenal musuh  dengan baik, bukan begitu nona? Namaku Collin. Collin Burke. Aku berasal dari dunia ini, jika kau ingin tahu!”

[Sebagai persona yang tinggal di kota yang sangat semrawut seperti ini, kau cukup punya sopan santun Tuan Burke. Perkenalkan namaku kalau begitu. Sil. SilentSilia.]

“ wow.. aku cukup tajub bahwa namamu mencerminkan dirimu sekali, nona Sil.”

[Terima kasih, Tuan Burke. Dengan hormat kukatakan, mungkin ada baiknya kau tutup saja mulut dan otakmu yang terus-terusan memikirkan cara untuk membunuhku, sebelum aku mengerti semua taktikmu, Tuan.]

Membaca kalimat terakhir yang dibentuk oleh Silia di atas kepala Sil, langsung membuatnya siaga. Kini ia paham mengapa Scarlet bisa kalah dengan cepat di tangan gadis ber-Silia ini. Gadis ini dapat membaca pikiran orang-orang di sekitarnya.

[o-ow... sepertinya ada yang sedang merubah penilaiannya. Kau tentu pernah mendengar kalimat ‘don’t judge the book by it’s cover’ kan tuan? Kuharap kau tidak melakukan itu padaku.]

Sil menatap kengerian serta emosi yang memuncak dari dalam mata pria itu. Tubuhnya  kini terlihat semakin siaga.

[ Oh, wait... kau sudah melakukannya dengan  meremehkanku di awal?]

Ia seperti mencoba menghitung segala kemungkinan untuk menang dari gadis ber-Silia ini.

[Kau salah jika menghitung taktik di otakmu, Tuan! Aku dapat membacanya dengan jelas.]

Kau... berbohong. Tak mungkin kau dapat membaca pikiranku.

[Aku tak akan berbohong Tuan. Dengan segala hormat, perlukah aku diktekan padamu apa yang baru saja kau pikirkan tentangku? Atau tentang taktikmu? Atau tentang Kate? Pacarmu yang menjanjikanmu kehidupan itu? Mana yang ingin kau baca terlebih dahulu, Tuan Burke?]

Sil mulai menyenangi hal ini. Ia memang sangat senang membuat orang lain tersudut seperti ini. Ini adalah pekerjaannya. Tinggal menunggu waktu hingga pria ini marah dan menatap tajam matanya. Setelah itu, ia akan serahkan semuanya pada kemampuan pria ini dalam mengolah emosi.

“ kau tak tahu apa-apa! Sialan... Kau hanya berusaha untuk membuatku mempercayaimu kan?!”

[Siapa yang bilang aku tahu segalanya Tuan? Aku hanya tahu apa yang kau pikirkan.]

“ Kau tidak punya bukti!”

[Bukti? Apakah pencarianmu terhadap keberadaan portal dunia manusia belum cukup? Atau nama Kate yang tak kau sebut juga belum cukup? Kau terlalu meremehkanku Tuan.]

Burke terdiam. Emosi mulai menguasainya. Rasa takut serta marah kini menyelimuti hatinya. Ia tak bisa menghentikan otaknya untuk berpikir bagaimana cara membunuh gadis di hadapannya ini.

[ Oh iya... kalau kau mau tahu, aku tahu dimana Kate-mu itu.]

Kata-kata ini berhasil memancing Burke untuk memandang matanya. Pria itu dengan jelas ingin mencari kejujuran di mata Sil. Bagaimanapun, Burke sangat merindukan Kate-nya. Ia sangat ingin menemui wanitanya itu.

Dan kau terjebak dalamnya mataku, Tuan. 10... 9... 8..7...

Mata Sil yang selalu nanar itu membuat Burke tak bisa mendapatkan apa yang ia inginkan.

5.. 4...

Burke terus menatap mata itu. Jika ia memang dapat bertemu dengan Kate walau sebentar, tak apa. Ia ingin sekali

2.. 1...

[Start.]

Collin kaget dengan tulisan yang dituliskan gadis bersilia itu di atas kepalanya. Belum sempat ia menyadari apa yang terjadi, ia dikagetkan oleh suara yang berasal dari tangannya.

“ kau sungguh kejam! Menggunakan aku sebagai senjata untuk membunuh ibumu! Kau kira kau siapa hah?” tangan kanannya berbicara.

“ eh... ada apa ini? Ke-kenapa...” Burke menatap kedua tangannya secara bergantian.

“ dengan listrik yang ada padaku, kau hentakkan aku ke ibumu? Bisakah kau bayangkan betapa aku sangat membenci hal itu?” tangan kirinya kini berbicara.

“ hentikan! Kalian berdua, DIAM!!!”

“ diam kau bilang? Kau minta kami sekali lagi diam? Sementara kau menggunakan kami seenaknya untuk membunuh?”tangan kanannya kembali berucap.

“ Sil, hentikan ini!! Aku tahu kau yang menyebabkan ini. Hentikan!!!” nada bersalah dan panik serta emosi yang meletup-letup muncul dari pria itu.

[Hanya kau yang bisa menghentikan mereka Tuan.]

Sil hanya berdiri di tempatnya. Sekarang kendali sepenuhnya ada di dalam diri Burke. Kalau ia Burke berhasil mengendalikan dirinya, Burke menang. Kalau tidak, Sil yang menang.

“ Kau kira bisa membungkam kami selamanya? Suatu saat semua dosamu akan terungkap juga, Burke.” Tangan kanannya kembali memberikan pernyataan yang tak kalah kejamnya.

“ TIDAK!!! KALIAN DIAMLAH!!!” air mata ketakutan dan rasa bersalah sudah jatuh di pipinya.

“ Kau gunakan aku untuk menendang perut yang pernah menampungmu untuk hidup selama sembilan bulan! KAU HINA BURKE! KAU TAHU? HINA.” Kini kakinya yang berujar sambil terus-menerus menekankan kata ‘hina’. Kata itu menghujam tepat ke hati Burke. Bagaimanapun juga, ia sangat ingin menghapus kenangan itu dari otaknya.

“ dia yang salah, salahnya sendiri menggunakan Black Lavell.” Kini tangan Burke sudah meremas rambutnya. Wajahnya yang berlinangan air mata menatap frustasi tanah di bawahnya.

“ lalu, kau kira dengan alasan itu, kau pantas membunuhnya? PICIK sekali Kau BURKE!!” kakinya sekali lagi mengatakan hal yang tak ingin ia dengar. Membuatnya semakin tenggelam dengan rasa bersalah.

“ Kau ingat Burke apa yang ia katakan di akhir hidupnya? Ingat kah kau? Aku mendengarnya dengan jelas Burke, ‘aku mencintaimu, Anakku.’ Suara memelas itu. Di saat seperti itu apa yang kau lakukan Burke? APA?” Telinganya kini ikut menghujatnya. Yaa.. ia ingat sekali kata-kata itu. Kata yang akhirnya ia sambut dengan acuh.

“ SIALAN KAU SIL!!!! DIAM KALIAN!!! AKU TAK MAU MENDENGAR APAPUN YANG KALIAN KATAKAN!!!”

“ oh ya? Lalu bagaimana dengan kata-katamu pada ibumu Burke? Apa menurutmu ia mau mendengar kata-kata itu? Kau ingat kau menggunakanku untuk apa? oh kau lupa? Baiklah akan kuingatkan kalau begitu... “DIE YOU BITCH!!!” ingat sekarang?” mulutnya yang sedari tadi ia pakai untuk menyangkal malah kini berbalik menyerangnya.

“ TIDAAAAAKKKKKKK...... DIAM KALIAN... DIAM.... DIAM.... AAARRRRGGGGHHHHH...” Burke memukuli satu-persatu bagian tubuhnya yang kembali bergantian menyuarakan pendapatnya. Emosi sudah menguasai dirinya secara penuh.

“ Kau tahu? Betapa aku terenyuh melihat hancurnya tubuh ibu waktu itu? Aku tak bisa bersuara, tapi aku merasakan sakit, Burke. Sakit!!” suara hatinya membuatnya semakin membrutal, dipukulinya dadanya dengan tangannya sendiri.

“ Aku masih merasakan betapa sakitnya aku ketika kau gunakan kakimu untuk menendangnya.”

“DIAM KAU!!!” Burke memukulkan tangannya dengan keras ke dadanya.

Sil hanya menatap setiap kejadian itu sambil duduk di kursi taman. Ia menyilangkan kakinya dengan tenang menatap Burke yang memukuli satu persatu bagian tubuhnya dengan keras. Tubuh Burke yang merupakan Persona biasa perlahan menunjukkan wujudnya. Biru dan lebam dimana-mana.

Mungkin karena sudah lelah dan pukulannya yang semakin melemah, Burke kini mengambil batu sebagai alat bantu. Rasa marah dan bersalah membuatnya gelap mata, tak peduli lagi dengan tubuhnya yang sudah remuk akibat pukulannya sendiri.

“ DIAAAAMMMMMMM!!!! KU BILANG DIAAAMMMM!!!!!” rasa bersalah yang kian membuncah membuatnya tak tahan lagi.

Dengan keras ia memukulkan kepalanya ke salah satu batu pembatas taman bunga dengan rumput berkali-kali. Hingga akhirnya ia tak lagi sadarkan dirinya. Hal terakhir yang di dengar Sil adalah-

Kau mengerikan.

Dan pria itupun menutup matanya.

[Terima kasih.]

Kata itu yang dapat Sil ucapkan, sekali lagi, pada Persona yang mati karena menatap matanya. Burke bukanlah satu-satunya yang pernah mengalami sakitnya disalahkan. Sil menatap pria yang kini tak lagi bernafas itu dengan pandangan nanar khasnya.

[Persona selalu begitu. Tak pernah tahan tekanan. Tak pernah mau mengerti dirinya sendiri. Tak pernah mau berdamai dengan dirinya sendiri. Andai saja mereka mau, mereka punya banyak sekali kesempatan untuk hidup dengan tenang.]

Sil menggerakkan Silianya membentuk kata demi kata, seolah ada yang membacanya. Ia menarik nafas dalam. Sebelum akhirnya membentuk kata lagi.

[... dan mengalahkanku.]

Sil melayangkan dirinya ke arah salah satu pohon. Duduk di salah satu dahannya. Rasa bersalah kini menghinggapinya. Tubuh-tubuh tak bernyawa di taman itu membuatnya tak nyaman.

[Mungkin, istirahat sebentar dapat memberikanku ketenangan hati.]

Sil akhirnya menyenderkan tubuhnya pada batang utama pohon itu. Angin sepoi membuatnya dengan gampang terlelap. Silianya sudah kembali ke panjang semula. Membuat ia terlihat seperti gadis remaja polos yang tertidur lelap. Wajahnya yang berwarna pink kemerahan itu mempertegas kepolosannya. Menyembunyikan kengerian kekuatan yang ada di dalamnya. Mengaburkan kenyataan bahwa ia baru saja menyaksikan kematian empat persona dalam kebodohan mereka sendiri.

Yah... Sil hanya ingin tertidur lelap. Sebelum ia harus bertarung kembali atau dimasukkan ke dalam neraka oleh Persona yang mengaku Tuhan. Thurqk.
*********

51 comments:

  1. Whoa, Sil ini mainannya serangan psikologis ya
    Ngeliat Sil kadang jadi ngingetin Hideya gara" gaya ngomongnya di narasi, tapi overall saya suka battle ini. Cuma sempet rada aneh pas Sil tau" ngomong bahasa inggris, www

    8/10

    ReplyDelete
  2. keren... Apik bgt garapannya... alurnya mantap (y)

    Sedikit pertanyaan sih.
    -Emils punya otak yah? >.< kalo aku si mikirnya bola biru gelap itu sebagai Sistem utamanya...
    -Terus Elle, Penggunaan Catchphrasenya menurutku terlalu berlebihan >.< tapi It's Okay menurutku. juga sifatnya yg tiba2 suka membunuh (se serius apapun Elle, dia ga bakalan mikirin buat ngebunuh orang, kalo bukan untuk bertahan hidup aja)... duh, agak ga srek sama Elle yg ada di benakku. Tapi kekonyolan and Kegilaannya malah lebih dapet ini... huahahahaha...

    Overall mantap Cc, walaupun sepertinya Kadar Aksinya masih kurang :D

    8/10 ya Cc ^_^

    ReplyDelete
  3. Sil nya asik banget.
    membunuh dengan tenang dengan memainkan kata-kata yang ada di otak lawan nya lewat silia nya.
    Aksi membunuh terakhir nya serem banget. membuat lawan nya menyakiti dirinya sendiri.
    Dan baru tau kalau efek serangan nya sampai segitu nya.
    yang kasian disini si bola biru. Mati konyol tanpa perlawanan.
    Dan disini karakter Sil nya bener2 kerasa banget. Wanita Tanpa Suara.

    ReplyDelete
    Replies
    1. waaaa makasih kakak >.< emang serangannya parah itu. di dunianya Sil ngebunuh banyak orang gegara efek serangan mata sama Lotus.

      btw, nilai-nya kakak~

      Delete
    2. wkwkwk.
      Bahkan si "Bola Biru" belum sempat mengatakan namanya XD

      Delete
    3. wkwkwkwk >.< author si biru tanpa nama muncul >.<

      Delete
    4. oo iya, lupa.
      Nilainya 8/10

      Delete
  4. Hallo, Hinata Ummi.. aku Cindy penggemarmu.. :p

    Well, aku udah baca... aku komen ya, jeng..
    Here we go!
    Secara keseluruhan suka sama ceritanya. dan aku suka karakter Sil. Dia bisa dengan santai membunuh "nyamuk" tanpa mengotori tangannya. kyaaa~, aku jatuh cinta sama dia *oke, abaikan*

    Ada catatan nih, Um.



    Dalam beberapa adegan, ada yang janggal menurutku ..

    misalnya:
    ***
    ... Kenapa udara disini panas sekali. Tolong, air. Aku butuh lebih banyak cairan. Kalau tidak...

    Sudah terlambat, serangan panah bertubi-tubi dilancarkan Elle ke arah Si Biru. Si Biru mencoba menghindar. Namun sepertinya udara panas membuat tubuhnya lebih lambat bergerak. Pun jumlah cairan yang ada di tubuhnya tak sebanyak saat mereka menemukannya tadi.

    “ kuharap kau segera mati, nom!” Ucap Elle sekali lagi dan melepaskan anak panah yang ada di tangannya.

    Aku harus berhati-hati dengan anak ini mulai sekarang. Ia bisa menjadi teman dan lawan di saat yang bersamaan.

    ***

    Aku ngerasa ini ada yang lompat. Kapan si Biru berubah menjadi persona? Tiba-tiba dia nongol udah berantem ana Elle. Saran aja, mungkin sedikit digambarkan persisnya saat si Biru itu berubah jadi berbetuk persona.


    lalu di adegan ini...
    ***
    [Ngomong-ngomong soal masalah, tuan berambut abu, namaku Sil. Mungkin kita bisa berkenalan dengan baik.]

    Kenapa dewa sialan itu harus menempatkanku saat siang hari, sih?

    “ oh ya? Sepertinya tidak untuk saat ini nona. Berkenalan bukanlah ide yang baik untuk kita. Hohoho.”
    ***
    ada beberapa suara hati ga terdeteksi ini suara hati siapa. Ini sedikit membingungkan. Contohnya saat suara hati diatas. Awalnya aku pikir itu suara hati SIl, eh ternyata itu Scarlet.

    oh ya, mungkin lebih diperhatikan soal kalimat efektif, hehe

    Selebihnya, penggambarannya udah oke. tapi battlenya memang kurang greget memang (atau emang jarang baca battle story). Ini batasan aku sebagai pembaca, memang.

    keep writing, Hinata Ummi. :D
    Ganbare!!

    kasih nilainya, emmm...
    7/10

    ReplyDelete
  5. Bonjour! Mademoiselle Umiiii!
    Aduh moi ngebayangin Sil kayak hantu-hantu cewek. O ho ho ho ho hon. Pardon. Karakternya bagus ceritanya juga bagus tapi tulisannya berantakaaaaaaan! Aduh pardon, kenikmatan moi jadi berkurang. Moi kasih 7 ya.

    ReplyDelete
  6. Hai Hinata Ummi. .
    Thanks udah ngingetin buat baca karya kamu. .

    Oke, Yan kasi sedikit masukan ya. .
    Kalaupun udah ada yang ngasi masukan yang sama, mohon tetep dibaca ya. .
    hihihi. . .

    Hmm. .
    Ada beberapa catatan nih. .

    1. Di awal cerita kamu nyebut Persona dengat kata "sebuah Persona". Terus di bagian bawah2nya kamu nulisnya "seorang Persona". Yang Yan maksud ini :

    Jadi, sekarang aku sedang ada di dunia siapa?

    Di antara para Persona yang berlalu lalang tampak sebuah Persona dengan rambut kuning yang terlihat sangat mencolok dengan ukuran tubuhnya yang tergolong pendek.

    Yah, itu. Dipastikan aja mau pake yang mana. . .
    Okay. . .

    2. Ada beberapa kalimat "suara hati" atau "suara pikiran" yang nggak diketahui itu yang ngucapin siapa. Kurang lebih sama kayak yang udah disampaikan sama Cindy Rahman Aisyah. .

    3. Agak berantakan di bagian nyeritain seranga-serangannya. Hm, gimana ya. Kurang detail. Jadi agak susah ngimajinasiinnya. hehehe. .
    Selain itu, kekuatan tiap karakter jadi nggak terlihat. Meskipun mereka bukan karakter kamu sih, tapi kalau dalam bertarung kamu bisa nyuguhin kekuatan lawan kamu, kemenagan kamu jadi lebih terasa "wah".

    But afterall, Yan suka banget sama karakternya Sil. Penyerangan secara psikologis. Itu sip banget. .
    Dan pertarungan yang terakhir bener2 nunjukin kekuatannya Sil dan kasi kesan kemenangan yang "wah". Sip. . .

    Semangat terus ya. . .
    Semoga saran Yan bermanfaat. .

    Nilainya 6/10. .
    (^^)

    ReplyDelete
    Replies
    1. huaaaa T~T

      1. noted. konsistensi penyebutan persona.
      2. noted. dialog tag dan pikiran tag. :D
      3. noted. emang umi cukup lemah di pendetailan serangan :/ nanti umi coba eksplore lagi deh :D
      4. yg terakhir mau kasih excuse. cerita awal ini umi emang cuma pengen nonjolin cerita dan sifat aja. karena disini umi pengen ngenalin Sil ke pembaca :D *ngarepnya sih lolos* ga seru aja kalo di pertama langsung bakbikbuk jederrrr. makanya kekuatan karakter lain ga keliatan. *terutama emils yang bahkan enggak ngeluarin satupun kemampuannya*

      terima kasih yan sudah membaca :D

      Delete
    2. Nah, itu. Gegara Emils matinya kecepetan. Hahaha. Moga2 lolos ya. Pengen lihat kelanjutan serita buatan Ummi. .

      Semangaat. . .
      (^_^)

      Delete
  7. Pertama, penggambaran Serangan fisik kurang, tapi wajar saja karena Sil menggunakan serangan mental.
    Tapi ini malah membuat saya penasaran, bagaimana kalau Sil harus melawan lawan yang tak dapat dia serang dengan ilusi mata ataupun lotus, misal lawan yang buta atau tidak mempan terhadap lotus. Apakah Sil harus menggunakan Silianya seperti tentakel monster dalam TV? ataukah bersikeras memakai serangan mental?

    Kedua, bagian yang paling lucu adalah kejahilan Elle yang ingin memegang rambut Sil, hahaha! :D

    Ketiga, Personal mater, jadi nggak mempengaruhi penilaian.
    Serius, saya nggak bisa berhenti ketawa ketika memikirkan skenario melawan Emils.
    -Emils telah muncul!
    -Emils terkena luka bakar! 10 Damage!
    -Elle menyerang Emils! 2 Damage!
    -Emils terkena luka bakar! 10 Damage!
    -Elle menyerang Emils! Serangan Kritis! 5 Damage!
    -Emils telah K.O.

    LOL :v

    Nilai dari saya : 8/10

    ReplyDelete
    Replies
    1. uwaaaa penulis Emils sudah muncul *kaburrrrr * eh balik lagi deh lupa bales

      pertama, Sil ga pernah pake serangan fisik, karena Sil sebenarnya ga suka melukai orang lain. Kalo semisal Sil terpaksa 1 on 1 dengan orang yang polos (e.g. Elle yang ga ngaruh dikasih lotus,) Sil baru ngegunain kemampuan Silianya buat nyekek *hohoho.. selain itu Sil ga bisa apa-apa

      kedua... itu Elle-nya polos sih.. :3

      ketiga.. eh itu apa kak?

      terakhir... terima kasih sudah membaca...
      *yes bisa komen sebelum kakak admin komen

      *kabuuurrrrrrr lagi.

      Delete
    2. Lupakan Nomer tiga. :3

      Delete
    3. Yang ketiga itu Dragon Quest. Dan normal slime memang monster lemah kok, di serial Dragon Quest.

      Delete
  8. Ngg ... saya agak nggak kebayang, kenapa Sil yang menggunakan rambutnya (silia) sebagai pengganti mulut tampaknya senang sekali berkomunikasi dan ber”bicara”? Dialog-dialognya Sil lumayan panjang. Dan bahkan dia menggunakan silia untuk bercakap-cakap di tengah pertempuran. Saya baca di char sheet, Sil ini mestinya pendiam ‘kan? Mestinya tak perlu banyak perkataan basa-basi.

    Oh, dan satu saran saya untuk format penulisan dialog Sil. Enaknya sih, menurut saya, lebih baik dipisah-pisah per kata atau kalimat, agar pembaca bisa langsung menangkap kalau Sil menggunakan silianya kata demi kata atau kalimat demi kalimat. Soalnya kesan yang saya tangkap seperti si Sil menggunakan silianya untuk menuliskan SATU PARAGRAF. Waw. Format yang saya sarankan, misal:
    [Terima kasih]
    [Tuan Burke]
    [Dengan hormat kukatakan]
    [mungkin ada baiknya]
    [kau tutup saja]
    [mulut]
    [dan otakmu]
    [yang]
    [terus-terusan]
    [memikirkan]
    [cara]
    [untuk membunuhku]
    [sebelum]
    [aku mengerti]
    [semua taktikmu]
    [Tuan]
    Yah, atau bisa juga tidak usah setiap kata/kalimat berganti baris. Yang penting, kesan kata demi katanya itu kena. Mungkin memang merepotkan, tapi saya rasa itu bisa memperkuat karakter si Sil.

    Walaupun yah ... saya lebih membayangkan Sil sebagai karakter yang tak banyak omong, sekalipun itu dengan silianya. Makanya saya merasa karakterisasi Sil di sini sangat aneh. Kesannya seperti dialog secara biasa saja.

    Kemudian masuk ke karakterisasi lain, yang saya rasa masih belum tergarap sebagaimana seharusnya. Si Elle tiba-tiba bisa rusak dan langsung berkata “bunuh, bunuh”. Lalu si Scarlet Night Elf yang ... entah mengapa malah tampak bodoh. Kalau memang siang tidak menguntungkannya, dia bisa menunggu malam, ‘kan? Oh iya, di char sheet-nya, Scarlet juga pendiam dan ramah, lho. Dan Collin juga tak jauh beda. Di sini dia digambarkan agak tidak konsisten antara pemarah ataupun sopan. Dan di tengah cerita, saya pun sudah melupakan soal Emils. Dia terlalu mudah kalah mati di awal.

    Atau kalau dipikirkan, sepertinya hampir semua OC lain tak berkesempatan menunjukkan kemampuan terbaik mereka. Padahal kombinasi Elle dan Scarlet sebagai sesama blacksmith/pembuat senjata bisa dieksplor.

    Oh iya, tentang kelopak lotus warna. Kalau kuning, karena itu hanya kesalahan kecil ... kenapa malah tak termaafkan? Hingga si Scarlet begitu terpuruknya oleh kelopak dengan warna terlemah. Jika demikian mestinya kan itu kelopak hitam?

    Untuk narasi, tidak terlalu ada masalah. Dan saya agak malas untuk mengingatkan kalau “di” sebagai kata depan itu mestinya dipisah.

    Penggunaan permainan psikologis sebenarnya sangat bagus. Tetapi saya merasa penggarapannya kurang pas. Jurus mata hitam sepuluh detiknya oke, membangkitkan masa lalu si Collin ... walau saya agak ragu kenapa perkataan anggota badannya seolah berlebih-lebihan dalam memojokkan “Tuan”nya. Mungkin ada cara yang lebih elegan, siapa tahu?

    Eniwei, yang paling saya permasalahkan sebenarnya hanya karakterisasi—terutama si Sil—yang kesan pendiam tanpa suaranya tak bisa saya tangkap.

    Poin 6.0

    ReplyDelete
  9. Saya kurang bisa ngebayangin keadaan Sil, makanya jadi agak susah pas ngebaca battle.
    Serangan mental, bikin galau!! bisa nge-counter segala macam jenis musuh....
    konsepnya bagus!!

    saya pikir 7.5/10 itu cukup

    ReplyDelete
  10. Kalimat di dalam italic punyamu itu maunya gimana sih?

    Kalau mau Kalimat itu Eksklusif punya Sil... saya gak masalah...

    tapi kalau mau ngedalamin pikiran orang lain Kayak Collin. sebaiknya perlakukan sama kayak dialog, tentukan siapa yang mikir apa.

    ====

    Soal Plotnya sendiri beneran sayang. baik OHKO (One Hit Knock Outnya) Emils, ataupun Kegilaan Erza. berasa sayang aja... gak dieksplor lebih dalam.

    tapi saya suka Battle versus Collinnya!

    =
    Final Verdict 6.5

    ReplyDelete
    Replies
    1. huaaaaa, baiklah kak Iv, umi catet baik-baik. >.<

      Delete
    2. huaaaaa, baiklah kak Iv, umi catet baik-baik. >.<

      Delete
  11. Alur : 1,75/3
    Kematian Elle berasa gk berkesan... Battle nya jga krg greget, apalagi Emils terkesan kalo penulis pengen buru2 bunuh ni karakter tnp alasan yg kuat >.<

    Karakterisasi : 1/3
    Saya krg nangkep siapa Sil sebenernya di sini... Dia berasa karakter kosong yg mendadak harus jadi tokoh utama.... Sil kurang disorot dlm kepribadian, latar belakang, n deskripsi imo >.< bukan deskripsi penampilan (walo itu jg krg, nti sy bahas) tp semacam penjelasan kenapa dia begini, kenapa dia begitu...
    Ada cerita ttg masa lalu nya, tpi hnya sekedar lalu dan krg memberi kesan dlm narasi >< (kyknya masa lalu Sil ini menarik bgt, cuma aaaa... rasanya krg gimanaaa gtu kyak sayur krg garam >.< #plakk)
    Selain itu, char yg lain jg krg dieksplor (kecuali Collin, saya suka penghukumannya walo kyknya beliau agak ooc ktimbang yg sy lihat di cerita pnyanya >< )
    Elle mendadak jdi berserker, apa dia suka membunuh nom?
    Kepribadian n scr emosi jg krg aaaa pdhal ini ceritanya bisa jdi menarik bgt ><
    Ibaratnya, oc" itu bisa direplace sma siapa aja kalo kepribadiannya ndak mnunjukkan ciri khas ><

    Gaya bahasa : 1,5/2
    Deskripsi tempat udh ok, tpi deskripsi suasana dll itu kurang ><
    Berasa gak ngeblend sma ceritanya, n saya suka bingung itu dialog siapa yg ngomong T.T
    Terus saya sayang deskripsi silia2 itu gak ada.... Sbg penggemar rambut, sy rasa itu cukup memberikan sensasi aneh, geli, n cukup horor lihat rmbut gerak2 apalagi membentuk tulisan dan tulisan itu minta dibaca

    Typo n error : 0,75/1
    Dialog diawali dgn huruf besar, kecuali kalimatnya adlh smbungan dr kalimat sebelumnya... Terus dialog tag jg sy prhtikan bbrp tnda baca n kapitalnya luput ><
    "Aku mau makan," ucapnya memelas.
    "Aku mau makan." Kemudian Ariana berlari ke dapur.
    "Aku mau makan, tapi," Ariana tampak berpikir, "aku tidak punya mulut!"
    Kira2 bgitu, sy kira Umi suda tau... ><;;

    Hal-hal lain : 1/1
    Sbg penggemar rambut, Sil itu favorit sy (cm syg krg dieksplor ><) dan penampilannya itu cukup horor wkwkwk ditambh kepribadian n kekuatannya yg sprti itu.., mdh2an bisa lanjut ><

    Total poin: 6
    Waaa maaf smg brktnya bisa lebih kece!

    ReplyDelete
    Replies
    1. alurnya emang kurang dieksplor waktu itu. Buntu di Emils sama Elle. Kalo pada jeli, emang bagian tengah cerita ga umi garap dengan bagus malah cenderung buruk. uwaaaahhhhhh >,<

      uwaaaa... bahkan poin yang mau umi fokuskan di sifat malah tetep enggak berasa ya... sip *noted

      nah di gaya bahasa :3 maaf, umi akan coba belajar tentang bagaimana deskripsi suasana dari cerita sama dialog tag-nya

      typo-typo..typo >A<

      Ammiiinnn
      Terima kasih nona Ann. Semoga umi masih akan bertemu dengan kritikmu di Round 2 >.<

      Delete
    2. Sil ini kan pendiem, sy pikir tnp Sil nya harus berekspresi, pembaca udh dipermainkan emosinya sma narasi :'3

      Umi klo bkin cerita jgn memposisikan jadi pengarang, coba jadi pengamat... Bayangin aja Umi masuk ke cerita itu n lihat apa yg terjadi kalo karakter2 itu ketemu.... Setelah jalan2 ke dunia itu, baru deh ceritanya ditulis seakan menceritakan pengalaman Umi ^^) #ooii #ngawurpol

      Ampunii klo sy sotau orz

      Delete
    3. uwaaa akan umi coba pelajari nanti dengan cara dirimu ann >.< terima kasih, I love you :*

      Delete
  12. Aduh umi.....
    Sebenarnya saya suka sama metode-nya Sil yang beda dari yang lain.
    Sayapun kalau ikut 4L ini, meski OC saya bawa senjata, tetep aja yang main di psikologis, mainin emosi orang.
    Apa umi berpikiran sama dengan saya? Saya selalu mikir setiap manusia punya satu kelemahan : EMOSI. Baik itu sedih, senang, marah, atau apapun, emosi tetaplah emosi. Dimainkan sedikit, maka manusia bisa jadi lebih kuat atau malah hancur.

    Saya merasa Sil kurang lebih sama dengan apa yang saya duga di ronde ini. Makanya saya suka.


    Tapi Umi, meski saya suka Sil, dan suka format nulisnya, dan bahkan suka Umi (?), tetep aja saya sedikit menghela napas. Pertama :
    - Saya menemukan kesalahan teknis macam typo salah huruf, penempatan kapital, dan penggunaan tanda petik dan spasi setelahnya. Duh, Umi, ini kesalahan dasar bagi saya. Hati-hati next round
    - Kematian Elle dan Emils, saya berasa kurang 'wah' gitu. Apa charsheet mereka kurang? Karena emosinya kurang beneran (dan ini kan permainan emosi buat saya)
    - Itu pembacaan pikiran. Pikiran siapa-siapa aja yang ngomong di pikiran itu? Saya kadang agak miss, tapi baca ulang baris sebelum atau berikut bisa membantu
    - Masalah 'persona'. Persona ini apa sih? Subjek, benda atau apa? Ada penulisan persona dengan huruf kapital dan nggak.
    - Inkonsistensi. Di awal, saat Sil bilang kalau dia ngga mau dibunuh Elle, Elle bukannya bilang kalau keberadaan mereka cuma untuk menghibur Thurqk? Terus kenapa Elle yang inisiatif membunuh Emils? Somehow it's weird


    Well,
    Saya suka tipe permainan emosi ini, tapi kekurangan yang ada mudahan bisa diperbaiki.
    +7.9

    ReplyDelete
    Replies
    1. bahkan kak dee berkomentar dengan sangat lembut :3 arigatou kak dee :# umi juga suka sama kak dee <3 #eh

      uwaaaa makasihhh... sil emang mainan esmosi lawannya...

      orz, mengenai lima hal itu... umi ga mau nyari alasan lagi. Umi ngaku salah. Doain ya kak semoga lolos ke ronde 2 biar bisa buktiin umi bisa >.<

      Delete
  13. Wah, saya newbie jadi nggak bisa ngasih krisar tentang teknik menulis dan kawan-kawan ^^"

    Overall, keren... Tapi battlenya kurang greget aja, kecuali sewaktu lawan Collin.
    Kayak kata kakak-kakak di atas, karakternya Elle jadi aneh. Dia masih kecil nom, dia tak cukup tega untuk membunuh orang lain T.T

    Nilainya cukup 7 aja ya kak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Uwaaaa terima kasih sudah membaca. Akan saya catat, tunggu aja aksi Sil berikutnya >.<

      Delete
  14. melihat entry ini sepertinya sedang menjadi hot topic, jadi saya sempatkan untuk baca.

    ternyata ceritanya gak sepanjang yang saya duga, saya kira bakala nyaingin punya Sam, lol.

    Alurnya enak buat di ikutin, dan pertarungannya juga ringan bahasanya jadi gak bikin pembaca bosen di pertengahan cerita, apalagi SIl mainnya mental attack.

    Ternyata di 4L ini banyak yang pakai mental attack, jadi serem rasanya.

    nilai 8.5/10

    ReplyDelete
    Replies
    1. uwaaa Ada Almaaaaa.... *peluk Alma, udah lama ga keliatan* #ditendang

      umi ga bisa bikin tulisan sepanjang kak Sam LOL, tulisan kak Sam panjanggg... Kalo umi bikin begitu juga, bisa-bisa tulisan Umi ga ada yang baca. *orz

      Sil ga serem kok dia imut. *kalo ga nyoba-nyoba ganggu masa lalunya sih :/

      uwaaahhh makasih Riz sudah membaca cerita Umi...

      Delete
  15. Haiyhooo umiii~
    (づ。◕‿‿◕。)づ

    sudah kemarin kemarin baca iky tp belun posting komen~
    #ampooooni saia master~ (>ʃƪ<)

    seingatku,,, >_<
    waktu bagian-bagian awal, , pergantian PoV na kurang mulus~
    Lalu Persona di sini jg kurang dikenal, entah siapa~
    sepertinya sempat meliat ada typo~
    `
    `
    `
    battlenya liwat dialog , , yupz asiik~
    segini aja deh~ #ampoooni lagi masteer~ (≧◡≦)

    aku mau titip 7/10 yauw~ (≧◡≦) (≧◡≦) (≧◡≦)

    ReplyDelete
    Replies
    1. uwaaaa >(>.<)< akhirnya Hael komennn ....

      uwaaaa... pegantian pov? dimanakah itu? O_O

      terima kasihhh sudah membacaaa~

      Delete
  16. Itu Sil cara komunikasinya pake apa sih? Pake tulisan kah?

    Saya kurang bisa ngikuti battle ini, penulisannya agak bikin bingung. Di dialog ada tulisan yang dalam kurung [ ] , italic , trus pake " " biasa, tapi kurang jelas tag nya, siapa yang ngomong, jadinya bingung ini siapa ngomong apa. >_<

    Narasi pertarungannya juga kurang akrab nih. Karakter-karakternya muncul begitu saja tanpa ada penjelasan siapa dia, dan kata ganti karakternya kurang jelas.

    Tapi secara umum saya paham ma konsepnya sih, pake permainan pikiran gitu. Perlu lebih dipoles aja teknik nulisnya.

    Nilai 6 dulu yo!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Uwoghhhh om matahari sudah muncul >///<

      sepertinya umi kurang gencar melakukan promosi terhadap Sil sehingga masih ada yang bingung tentang rambutnya Sil :3 Sil komunikasi pake Rambut kak >///< Iya, pake tulisan yang dibikin dari rambutnya.

      bagian itu, next round (mudah-mudahan lolos) umi perbaikin :D

      U-umi takut kepanjangan kak, huhehuehue.. Baik, nanti akan umi coba untuk melakukan pengenalan karakter ke pembaca :D

      makasih kakak sudah membaca >///<

      Delete
  17. Ah, ini karakter dengan cara battle yang unik~

    Masalah di karakterisasi hanyalah Sil bawel. Di char-sheet dia seharusnya pendiam bukan? Nah, lain kali saranku ya keep the talking to herself, inner monologue aja.

    Untuk battle, too fast and too easy. Saya kurang melihat kesulitan Sil dalam memenangkan pertarungan.

    Cerita battle yang bagus menurutku bukan hanya dilihat dari menangnya karakter sendiri, itu mudah, sangat mudah bahkan, tapi dari usaha dan tingkat kesulitannya yang bikin pembaca jadi punya feel ke karakter utama~

    Ini hanya masukan dan pendapat pribadi aja, take it easy~ :D

    7/10

    ReplyDelete
  18. matinya emils cpt bgt kak x3
    trus emang ada typo hurup kecil d awal dialog sih, yg hurup miring kdg2 membingungkan jg itu pikiranya sil ato bukan
    tp kmampuanya sil serem bgt kak, g banyak aksi sih, tp sukaaa :)
    nilai 9/10

    ReplyDelete
  19. Setuju, ngga banyak aksi, tp kata-kata "Kau mengerikan,"-nya Collin itu emang true story. Selain Collin, di cerita ini banyak juga yg teriak2 baik itu gara2 Sil atau situasinya XD

    Suka cara Sil berurusan sama semua karakter d sana. Secara dia bisa baca pikiran, jadi dia udh punya informasi lebih buat ngadepin mereka. Pertarungan favorit waktu sama Coliin. Perdebatannya bertahap, sampe akhirnya Sil narik pelatuk dgn bawa2 nama Kate, kemudian Collin semacam sampe ngalamin mental breakdown yg asik.

    8/10

    ReplyDelete

Silakan meninggalkan komentar. Bagi yang tidak memiliki akun Gmail atau Open ID masih bisa meninggalkan komentar dengan cara menggunakan menu Name/URL. Masukkan nama kamu dan juga URL (misal URL Facebook kamu). Dilarang berkomentar dengan menggunakan Anonymous dan/atau dengan isi berupa promosi produk atau jasa, karena akan langsung dihapus oleh Admin.

- The Creator -